IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 08 OKTOBER 2020
KITAB RUT
(Seri: 113)
Subtema: MENAKLUKKAN DIRI DI BAWAH KAKI TUHAN (HARI PERHENTIAN)
Shalom.
Segala puji, segala hormat hanyalah bagi Dia, dari sekarang sampai selama-lamanya. Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita untuk malam ini, sehingga kita boleh merasakan uluran dua tangan yang penuh kasih, uluran dua tangan yang kuat dari TUHAN untuk menguraikan kekusutan-kekusutan, menguraikan segala pergumulan yang sedang kita alami di hari-hari terakhir ini.
Segera saja kita memperhatikan KITAB RUT untuk Firman Penggembalaan Ibadah Pendalaman Alkitab; kita memasuki Rut 3.
Isi pokok dari Rut 3:1-18 dibagi dalam dua kisah:
- Rut 3:1-7, Rut berada di bawah kaki Boas.
- Rut 3:8-18, Rut memohon supaya Boas menjadi penebusnya.
Selanjutnya, kita akan melihat satu pribadi yang membawa kehidupannya di bawah kaki salib Kristus, tidak lain tidak bukan, yakni Maria.
Perlu untuk diketahui dengan seksama: Setiap kehidupan yang mau masuk ke dalam penebusan, sudah sepatutnyalah membawakan dirinya untuk berada di bawah kaki salib Kristus. Itu merupakan hal yang mutlak, yang tidak bisa ditawar-tawar dan tidak bisa dipungkiri lagi.
Rut 3:7A
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
Setelah selesai makan dan minum, maka hati Boas gembiralah. Demikian halnya, kita akan bergembira manakala Firman Allah dan Roh Allah memuaskan kehidupan kita masing-masing.
Namun, tidak hanya berhenti sampai dipuaskan oleh firman dan Roh, selanjutnya di ayat 7 juga dikatakan: “ ... Datanglah ia (Boas) untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu.” Sebetulnya ini mengandung arti, tetapi kita tidak sibuk untuk memperhatikan perkara ini, karena yang harus kita perhatikan adalah ayat 7 bagian B.
Rut 3:7B
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
Dari ayat 7 bagian B, singkatnya: Rut berbaring di bawah kaki Boas. Ini adalah gambaran dari kehidupan gereja TUHAN yang membawa diri-Nya rendah di bawah kaki salib Kristus, dan itu merupakan hari perhentian.
Jadi, ketika Rut berada di bawah kaki Boas, itu adalah gambaran dari sebuah hari perhentian dari gereja TUHAN. Boas rohani adalah gambaran dari TUHAN Yesus Kristus.
Rut 3:8-9
(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya. (3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami."
Kesimpulan dari ayat 8-9 ialah ada tiga macam perhentian, YANG PERTAMA: Perhentian untuk Allah; jelas ini berbicara tentang waktu.
Supaya kita bisa mendapat pemahaman bahwa “perhentian untuk Allah” berbicara tentang waktu, maka kita akan melihat ayat-ayat referensinya dari Kejadian 1:31 sampai dengan Kejadian 2:1-3.
Kejadian 1:31
(1:31) Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Kejadian 2:1-3
(2:1) Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (2:2) Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. (2:3) Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
- Hari pertama sampai dengan hari yang keenam merupakan waktu untuk Allah bekerja.
- Sedangkan hari ketujuh adalah waktu Allah untuk berhenti.
Jadi, perhentian untuk Allah itu berbicara tentang waktu.
Kesimpulan dari ayat 8-9 ialah ada tiga macam perhentian, YANG KEDUA: Perhentian untuk umat Israel di tanah Kanaan; jelas ini berbicara tentang tempat.
Mari kita melihat lebih rinci tentang perhentian tersebut di dalam Ibrani 4.
Ibrani 4:1
(4:1) Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku.
Sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku, tetapi pesan yang baik untuk kita perhatikan malam ini adalah jangan sampai kerohanian kita tertinggal atau ketinggalan.
Oleh sebab itu, kita harus lebih sungguh-sungguh lagi berdoa kepada TUHAN, supaya TUHAN semakin membukakan rahasia firman-Nya bagi kita dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah, dengan maksud untuk memimpin kehidupan rohani kita, selanjutnya berada pada barisan terdepan.
Ibrani 4:4
(4:4) Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: "Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya."
Tentang hari ketujuh, hari perhentian, Alkitab mengatakan: “Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya.”
Hari ketujuh jelas berbicara tentang waktu, sebagai perhentian untuk Allah; itulah hari perhentian yang pertama, yaitu “perhentian untuk Allah”, yang berbicara tentang waktu. Sedangkan hari perhentian yang kedua, yaitu “perhentian untuk umat Israel di tanah Kanaan”, berbicara tentang tempat.
Ibrani 4:5-6
(4:5) Dan dalam nas itu kita baca: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (4:6) Jadi sudah jelas, bahwa ada sejumlah orang akan masuk ke tempat perhentian itu, sedangkan mereka yang kepadanya lebih dahulu diberitakan kabar kesukaan itu, tidak masuk karena ketidaktaatan mereka.
Firman Allah: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.”
Singkatnya: Perhentian untuk umat Israel di tanah Kanaan, hal ini berbicara tentang tempat.
Barulah kita memasuki ayat 8-9.
Ibrani 4:8-9
(4:8) Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain. (4:9) Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah.
Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain. Kalau Kanaan itu memang betul-betul adalah tempat perhentian, tentu Allah tidak mungkin berbicara tentang suatu hari lain, TUHAN tidak mungkin berbicara tentang perhentian yang lain. Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah.
Kesimpulan dari pembacaan ayat 8-9 YANG KETIGA; ialah perhentian untuk umat Allah atau perhentian untuk hidup gereja TUHAN ialah suatu hari lain, yaitu hari yang dijadikan TUHAN, itulah hari yang baik.
Lebih rinci kita perhatikan Yesaya 28.
Yesaya 28:11-12
(28:11) Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini (28:12) Dia yang telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan.
Hari perhentian untuk umat Allah atau hari perhentian untuk kehidupan gereja TUHAN ialah di dalam Roh-El Kudus.
Biarlah kiranya kehidupan kita di hari-hari terakhir ini betul-betul berada di dalam kegiatan Roh Allah; jangan sibuk dengan kegiatan daging, jangan sibuk dengan perkara-perkara di bawah, perkara duniawi, dan jangan ada perhentian untuk roh-roh asing, selain berada dalam kegiatan Roh TUHAN.
Berarti, perhentian bagi umat allah atau gereja TUHAN tidak dibatasi oleh waktu, tidak dibatasi oleh tempat, tidak dibatasi oleh ruang, tidak dibatasi oleh jarak, tetapi perhentian bagi umat Allah adalah di dalam Roh-El Kudus. Itulah tiga macam perhentian yang saya maksud.
Sedikit bercerita tentang sejarah perkembangan berdirinya penggembalaan GPT “BETANIA”, secara khusus di awal-awal memulai pelayanan; Ibadah Sekolah Minggu di Cilegon adalah hari Minggu -- saya masih ingat persis --, sementara di Serang dan di Merak belum ada Sekolah Minggu. Kemudian, Ibadah Sekolah Minggu di Cilegon berubah menjadi hari Sabtu malam di Cilegon, sebab kita sudah membuka Ibadah Kaum Muda Remaja di Serang setiap hari Sabtu sore. Kemudian malam harinya (Sabtu malam) adalah Ibadah Sekolah Minggu di Cilegon, di mana saya sendiri yang melayani. Setelah melayani sore Kaum Muda Remaja di Serang, lanjut melayani Sekolah Minggu di Cilegon pada malam harinya. Namun, karena Ibadah Kaum Muda Remaja juga sudah dibuka di Cilegon setiap hari Sabtu malam, maka Ibadah Sekolah Minggu kembali berubah menjadi hari-hari yang lain; baik di Serang, di Cilegon, dan Merak.
Demikian juga dengan tiga macam ibadah pokok -- Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci, Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian, Ibadah Doa Penyembahan -- waktu pelaksanaannya sudah beberapa kali berubah karena satu dan lain hal.
Artinya, hari perhentian dari umat Allah adalah jelas di dalam Roh TUHAN; tidak dibatasi oleh tempat, tidak dibatasi oleh ruang, tidak dibatasi oleh waktu, dan tidak bisa dibatasi oleh jarak-jarak.
Kita bersyukur, TUHAN beri tempat, TUHAN beri waktu, dan kita berada di dalam perhentian Roh-El Kudus -- itulah yang lebih utama --, sekalipun sampai hari ini kita masih menyewa gedung ini, dan kita harus membayar sewa gedung setiap bulan, tetapi hari perhentian bagi umat Allah tidak bisa dibatasi oleh waktu, tidak bisa dibatasi oleh tempat, tidak bisa dibatasi oleh situasi keadaan, karena perhentian bagi umat TUHAN adalah di dalam Roh TUHAN, Roh Allah yang suci.
Kita kembali untuk membaca Ibrani 4.
Ibrani 4:10-11
(4:10) Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. (4:11) Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.
Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, berhenti dari segala kesibukan dunia, berhenti dari segala perkara-perkara lahiriah, berhenti dari segala macam kesibukan di dunia ini, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. Kalau betul-betul sudah masuk dalam hari perhentian itu, maka sudah pasti berhenti dari segala kesibukan.
Oleh sebab itu, baiklah kita semua berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, yakni di dalam Roh Allah yang suci.
Apa tanda bahwa kita sudah masuk ke dalam hari perhentian? Tandanya adalah berhenti dari segala aktivitas, berhenti dari segala kesibukan-kesibukan di dunia ini, berhenti dari segala kegiatan-kegiatan yang terkait dengan perkara-perkara lahiriah.
Maka, jikalau kita berada di bawah kaki TUHAN dan Roh Kudus turun memenuhi hati kita, maka di situlah kita mengalami suasana perhentian. Itulah yang dialami Yesus Kristus ketika Ia benar-benar menaklukkan diri-Nya di hadapan Allah Bapa, di bawah kaki TUHAN.
SEBAGAI CONTOH;
Matius 4:1
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Setelah Yesus dibaptis, penuhlah Ia dengan Roh Kudus, selanjutnya Roh yang sama membawa Ia ke padang gurun untuk dicobai Iblis di sana.
Matius 4:2-4
(4:2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Ujian yang pertama, Iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi jawab Yesus: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Ujian yang pertama telah dilalui dengan mulus; namun, Yesus akan menghadapi ujian atau cobaan yang kedua. Dan memang hal itu akan terjadi selama manusia hidup di dunia ini; itu tidak bisa dipungkiri. Oleh sebab itu, kita tidak boleh lari dari kenyataan hidup, artinya; tidak boleh putus asa, tidak boleh stress, patah semangat, dan kecewa dalam hal mengikuti TUHAN, tidak boleh lari dari kenyataan hidup, bersikaplah laki-laki.
Ujian yang pertama sudah berlalu, selanjutnya kita akan melihat ujian yang berikutnya sebagai ujian (cobaan) yang kedua.
Matius 4:5-7
(4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah. Saat ini kita ada di Kota Suci, bukan? Biarlah kiranya TUHAN menempatkan hidup rohani kita di tempat yang tertinggi, kesucian yang tertinggi.
Di sini kita melihat, Iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Tetapi Yesus menjawab: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”
Cobaan yang kedua juga dilalui dengan baik, dengan begitu manis. Dengan melewati ujian yang kedua, berarti Yesus berkemenangan, bukan?
Tidak berhenti dengan ujian (cobaan) yang kedua, Yesus juga akan menghadapi ujian berikutnya sebagai cobaan yang ketiga.
Matius 4:8-10
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Dan Yesus pun telah melewati ujian yang ketiga, sebagaimana Ia telah melewati ujian yang pertama dan yang kedua. Singkatnya: Yesus berkemenangan.
Ada tiga kali Iblis mencobai Yesus, cobaan YANG PERTAMA.
Iblis berkata: “Perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Dengan mengatakan hal itu kepada Yesus, Iblis sedang mengarahkan anak panahnya kepada daging dan keinginannya, sebab roti atau makanan itu terkait kepada daging. Berarti, dalam hal ini, melalui cobaan yang pertama ini, Iblis sedang mengarahkan anak panahnya kepada daging dan keinginannya.
Tetapi Yesus berkata: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa Yesus adalah penunggang kuda putih yang berkemenangan, di tangan-Nya ada panah dan tabung, berarti sudah satu kesatuan dengan anak-anak panah. Kalau kita menggunakan ayat-ayat firman yang tertulis di dalam Kitab Suci, itu merupakan anak panah dari sorga yang sudah menancap di dalam hati kita, supaya kita berkemenangan.
Ada tiga kali Iblis mencobai Yesus, cobaan YANG KEDUA.
Iblis berkata: “Jatuhkanlah diri-Mu ke bawah.” Alasan Iblis berkata demikian ialah sebab malaikat-malaikat akan menatang Yesus di atas tangan para malaikat itu sendiri. Dalam hal ini, Iblis sedang mengarahkan atau Iblis sedang memimpin Yesus kepada ketinggian hati, Iblis sedang mengarahkan Yesus kepada dosa kesombongan, Iblis sedang mengarahkan (memimpin) Yesus kepada keangkuhan hidup. Orang yang suka mencobai TUHAN, itu adalah keangkuhan hidup.
Tetapi Yesus berkata: “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Dengan demikian, Yesus berkemenangan.
Ada tiga kali Iblis mencobai Yesus, cobaan YANG KETIGA.
Iblis membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi, dan dari atas gunung itulah Iblis memperlihatkan kepada-Nya kerajaan dunia dan kemegahan dunia, keindahan dunia diperlihatkan dari atas gunung itu. Namun saat ini kita sedang berada di atas gunung TUHAN, rumah Allah Yakub; dari sana kita akan melihat keindahan sorgawi.
Tetapi untuk melihat kerajaan dunia dan kemegahan dunia, syaratnya; Yesus harus sujud menyembah Iblis, dengan kata lain; Yesus harus menaklukkan diri-Nya di bawah kaki Iblis atau Setan. Pendeknya: Iblis atau Satan sedang menggiring Yesus kepada sebuah keinginan mata.
Tetapi Yesus berkata: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Singkatnya: Yesus berkemenangan terhadap tiga pencobaan yang dihadapi-Nya, yakni:
1. Tidak sibuk dengan keinginan daging.
2. Tidak sibuk dengan keangkuhan hidup.
3. Tidak sibuk dengan keinginan mata.
Dengan demikian, Yesus telah menaklukkan diri-Nya di bawah kaki TUHAN sebagai bukti bahwa Ia telah mengalami suasana perhentian di dalam Roh Kudus sebab Roh Kudus sepenuhnya menguasai diri-Nya.
Itulah perhentian bagi umat Allah ialah di dalam Roh-El Kudus. Dan kalau sudah berada pada hari perhentian, berada di dalam Roh-El Kudus, tandanya ialah tidak sibuk dengan segala macam aktivitas yang ada di dunia ini, sebagaimana Yesus berkemenangan;
- Ia tidak sibuk dengan keinginan daging.
- Ia tidak sibuk dengan dosa kesombongan, ketinggian hati dan keangkuhan.
- Ia tidak sibuk dengan keinginan mata.
Ia telah menaklukkan diri-Nya di bawah kaki TUHAN; Ia telah mengalami suasana perhentian dan Roh Kudus sepenuhnya menguasai diri-Nya.
Kita lihat suratan 1 Yohanes 2.
1 Yohanes 2:15-16
(2:15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (2:16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Semua yang ada di dalam dunia ini ialah:
1. Keinginan daging = sibuk dengan daging.
2. Keinginan mata = sibuk dengan keinginan mata.
3. Keangkuhan hidup = sibuk dengan ketinggian hati, kesombongan, dan keangkuhan hidup.
Kemudian, di sini dikatakan: Semua yang ada di dalam dunia -- yaitu keinginan daging, keinginan mata, serta keangkuhan hidup, bukan berasal dari bapa, bukan berasal dari sorga, bukan berasal dari Allah, tetapi berasal dari dunia ini.
Kita sekarang ini berada di dalam dunia, sehingga ini menjadi dilema, menjadi persoalan yang serius, sebab kita menemukan tiga perkara ini di dalam dunia ini. Jadi, ini menjadi dilema, ini menjadi persoalan hidup, menjadi persoalan yang serius, tidak boleh dianggap enteng, karena ketiga perkara ini ada di sekitar kita, dan kita tidak bisa lari dari sana. Lantas, bagaimana kita harus menyikapi hal ini?
1 Yohanes 2:17
(2:17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Perhatikan kalimat: “ ... Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya ...”, mengapa demikian? Sebab dunia ini adalah ladang Setan.
Setan sudah dilemparkan dari sorga, tidak mendapat tempat lagi di sorga. Begitu Lucifer terdapat kesalahan, langsung saja ia dilemparkan dari sorga, dilemparkan ke bumi, ia tidak mendapat tempat lagi di sorga, ia berubah menjadi Setan.
Jadi, dunia ini betul-betul adalah ladang yang subur bagi Setan untuk menaklukkan manusia, sehingga manusia itu berada di kaki Setan. Kalau berada di kaki Setan, berarti, manusia tidak lagi berada di bawah kaki TUHAN, tidak lagi berada pada hari perhentian -- yaitu di dalam kegiatan Roh Kudus --, dan itu adalah maunya Setan. Itu sebabnya tadi saya katakan; tiga perkara itu -- keinginan daging, keinginan mata, serta keangkuhan hidup -- ada di sekitar kita, tiga perkara itu ada di depan mata kita, dan hal ini menjadi dilema, menjadi persoalan yang serius yang tidak boleh dianggap enteng.
Maka, kalau gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini tidak menghargai ibadah dan pelayanan = gereja yang bodoh dan tertinggal. Oleh sebab itu, sekalipun di dalam Ibrani dikatakan: “Masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah”, tetapi jangan rohani kita ketinggalan.
Tetapi sebaliknya, orang yang menaklukkan diri-Nya di bawah kaki TUHAN; ia tetap hidup selama-lamanya. Oleh sebab itu, jangan jauh dari hari perhentian, hiduplah di dalam Roh-El Kudus dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
1 Korintus 15:25-26
(15:25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. (15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Perikop ayat ini ialah “Kebangkitan kita.” Kalau kita sekarang ini berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, ada dalam kegiatan Roh, berarti berada dalam suasana kebangkitan. "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah, itu merupakan pengalaman kematian, tetapi Roh Allah telah membangkitkan Yesus dari pengalaman kematian.
Jadi, berada di tengah-tengah ibadah dalam kegiatan Roh, itu merupakan suasana kebangkitan.
Semua musuh telah ditaklukkan di bawah kaki salib Kristus, bahkan Ia telah mengalahkan musuh yang terakhir, yaitu maut.
2000 (dua ribu) tahun yang lalu Yesus telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya di atas kayu salib di bukit Golgota.
1 Korintus 15:27-28
(15:27) Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa "segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. (15:28) Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Singkat kata: Sebagai Anak, Yesus telah menaklukkan diri-Nya di bawah kaki TUHAN, supaya Allah menjadi semua di dalam semua, Allah menjadi segala-galanya di dalam kehidupan kita, tidak ada yang lain.
Jadi, sudah sangat jelas sekali; dalam cobaan yang ketiga tadi, Yesus berkata: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Penyembahan Yesus, berarti penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah; itu juga merupakan hari perhentian yang sejati, itulah hari ketujuh. Ketika Yesus menaklukkan diri-Nya di bawah kaki TUHAN -- itulah hari ketujuh -- sehingga dengan demikian, pada hari ketujuh itu, di situ dikatakan: Supaya Allah menjadi semua di dalam semua, Allah adalah segala-galanya.
Sejenak saja kita melihat HARI KETUJUH.
Wahyu 20:3
(20:3) lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.
Ayat 3 ini berbicara tentang kerajaan seribu tahun damai.
Wahyu 20:4
(20:4) Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.
Dengan jelas di sini dikatakan; mereka yang masuk pada hari perhentian (hari ketujuh) adalah mereka yang tidak menyembah patung binatang dan bilangan binatang itu, dia rela menyerahkan kepalanya untuk dipenggal; ini adalah penyerahan diri. Itulah hari ketujuh, hari perhentian, yaitu penaklukkan diri di bawah kaki TUHAN.
Ada enam hari Allah bekerja, yaitu hari pertama sampai hari keenam. Dan pada hari ketujuh, itulah seribu tahun damai, itulah hari perhentian. Untuk siapa hari perhentian itu? Yaitu bagi mereka yang sudah menyerahkan dirinya, menaklukkan dirinya di bawah kaki salib TUHAN, kepala mereka rela dipenggal; itu adalah penyerahan diri, penaklukkan diri kepada TUHAN di bawah kaki salib TUHAN.
Mereka yang masuk pada hari perhentian adalah mereka;
- Yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya = tidak menaklukkan dirinya kepada perkara-perkara di bawah, perkara lahiriah.
- Yang tidak menyembah patungnya = tidak menaklukkan dirinya kepada berhala-berhala.
- Yang juga tidak menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka = tidak dikuasai oleh roh antikris.
Selain menaklukkan dirinya di bawah kaki TUHAN, di bawah kaki salib Kristus = penyerahan diri; itulah yang berhak masuk pada hari perhentian, hari ketujuh.
Oleh sebab itu, malam ini, mari kita meneladani dari apa yang telah diperbuat oleh Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah menaklukkan diri-Nya di bawah kaki TUHAN; itu merupakan hari ketujuh (hari perhentian).
SEBAGAI CONTOH: “Pribadi Maria.”
Yohanes 11:1-2
(11:1) Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. (11:2) Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.
Ada seorang yang sedang sakit, siapa itu? Namanya Lazarus. Kalau kita melihat hal ini, maka tentu saja kita teringat dengan perkara yang lain dari pribadi Lazarus:
- Lazarus juga disebut orang miskin. Jadi, hamba TUHAN tidak perlu takut jadi miskin. Lazarus ini hamba TUHAN yang luar biasa, tidak usah takut menjadi miskin.
- Yang heran lagi, Lazarus ini hanya bersahabat dengan anjing-anjing, bukan? Jadi, jangan terpaku dengan teologi kemakmuran.
Ini sedikit berbicara tentang Lazarus. Jadi, suatu penderitaan yang hebat; selain sakit, juga miskin, dan hanya bersahabat dengan anjing-anjing saja.
Ia tinggal di Betania, Lazarus tinggal di Betania. Dan kita ini adalah Gereja Pantekosta Tabernakel Sidang Jemaat “BETANIA” Serang Cilegon. Kita bersyukur, sebab kampung Betania ini dekat Yerusalem, artinya; sudah dekat untuk menjadi mempelai TUHAN.
Selain Lazarus, Betania adalah kampung Maria dan adiknya, Marta.
Kalau dikatakan: Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.
Kita teringat dengan peristiwa ketika Simon si kusta -- yang disebut orang Farisi -- mengundang Yesus untuk makan di rumahnya, lalu Yesus memenuhi undangan itu dan Ia duduk makan di sana. Dan momen itu digunakan oleh Maria, dan dialah yang disebut perempuan yang terkenal sebagai perempuan yang berdosa; di situlah dia meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya.
Sementara orang-orang duduk makan bersama dengan Yesus, tetapi momen atau kesempatan itu digunakan sebagai kesempatan emas, sebab ia mempersembahkan minyak mur yang mahal di kaki salib Kristus, selanjutnya menyekanya dengan rambutnya.
Di hari-hari ini, kita harus semakin peka dan harus semakin baik di dalam hal menggunakan waktu. Gunakan kesempatan yang baik menjadi suatu kesempatan emas. Peluang emas adalah kesempatan emas; jangan disia-siakan. Jangan sampai peluang emas menjadi suatu perkara yang buruk, tetapi peluang emas harus dijadikan sebagai kesempatan emas, maksudnya; peluang emas janganlah disia-siakan.
Puji TUHAN malam ini kita boleh duduk makan bersama dengan TUHAN, tetapi ada peluang yang lain, peluang emas yang digunakan sebagai kesempatan emas, seperti Maria; peluang emas dijadikan sebagai kesempatan emas, sebab ia datang di kaki salib TUHAN membawa minyak dan meminyaki kaki TUHAN, selanjutnya menyeka kaki TUHAN dengan rambutnya. Ini adalah orang yang bijaksana.
Jangan kita santai-santai rohani. Waspada; jangan rohani kita ketinggalan. Walaupun hari ini dikatakan masih tersedia hari perhentian, tetapi jangan sampai rohani kita ketinggalan. Gunakan peluang emas sebaik mungkin, sebab kesempatan hanya datang satu kali, tidak dua kali. Biarlah kiranya hal ini menjadi perhatian bagi kita semua.
Yohanes 12:3
(12:3) Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Ketika Yesus kembali ke kampung Betania, kampung Maria, selanjutnya Maria kembali mengambil setengah kati minyak narwastu murni seharga 300 (tiga ratus) dinar, setara dengan upah setahun di Israel. Selanjutnya, Maria meminyaki kaki Yesus dan kembali menyekanya dengan rambutnya.
Pengalaman untuk berada di kaki salib Kristus terulang kembali, dan akhirnya meneguhkan pribadi dari pada Maria. Jangan sampai kehidupan yang sudah punya pengalaman rendah di kaki salib TUHAN, namun justru melupakan pengalaman-pengalaman itu. Tetapi Maria tidaklah demikian; ia kembali mengulangi pengalaman yang pertama, dia tidak melewatkan pengalaman yang kedua.
Maria membawa minyak narwastu yang murni dan mahal seharga 300 (tiga ratus) dinar -- setara dengan upah buruh setahun di Israel --, itulah yang dipersembahkan di kaki salib, lalu kembali menyeka kaki TUHAN dengan rambutnya.
Jadi, dapat kita ambil kesimpulan: Tabiat di kaki salib sudah mendarah daging. Ada orang sekali waktu merendahkan diri karena ada kepentingan, tetapi pada kesempatan berikutnya tidak lagi merendahkan diri, karena kepentingannya sudah selesai; namun Maria tidaklah demikian.
Yohanes 12:4-6
(12:4) Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: (12:5) "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" (12:6) Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Melihat apa yang dikerjakan oleh Maria, Yudas Iskariot berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Sebetulnya, Yudas Iskariot mengatakan hal itu bukan karena dia memperhatikan nasib orang miskin, melainkan karena dia adalah seorang pencuri -- mengambil yang bukan miliknya --, hatinya tersedia sebagai tempat untuk uang, karena dia adalah seorang bendahara yang jahat. Tetapi, ada peristiwa yang tidak dituliskan di sini.
Markus 14:3-5
(14:3) Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. (14:4) Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? (14:5) Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu.
Tadi, dalam Injil Yohanes kita melihat, bahwa Yudas Iskariot berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Tetapi di sini kita melihat, Yudas memarahi perempuan itu.
Maria berada di kaki salib TUHAN, lalu mempersembahkan minyak narwastu yang mahal, tetapi apa yang dikerjakannya itu tidak diterima oleh Yudas Iskariot, sebaliknya Yudas memarahi Maria. Oleh karena perbuatan yang baik, Yudas memarahi Maria, perempuan berdosa itu; tidakkah ini aneh, bukan? Hanya karena perbuatan baik, yaitu menaklukkan diri di kaki salib TUHAN, namun justru dimarahi oleh Yudas Iskariot.
Sekarang, kita akan melihat PERNYATAAN TUHAN.
Markus 14:6
(14:6) Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.
Maria melakukan itu dengan hati yang tulus, Maria melakukan itu dengan hati yang murni, ia tidak gusar sekalipun ia mempersembahkan minyak seharga 300 (tiga ratus) dinar -- upah setahun di Israel --. Maria tidak gusar sekalipun ia disusahi oleh orang karena perbuatan baik itu.
Untuk berada di kaki salib TUHAN dan Roh Kudus memenuhi hati kita, dan kita mengalami hari perhentian; tidak perlu gusar, tidak perlu terpengaruh dengan amarah, emosi orang lain.
Tidak sedikit isteri-isteri dihalangi datang beribadah oleh suami, banyak anak-anak juga dihalangi orang tuanya untuk datang beribadah di bawah kaki salib TUHAN; tetapi Maria tidak gusar hatinya sekalipun ia dimarahi oleh Yudas Iskariot, namun hatinya tidak gusar, hatinya tidak bimbang. Untuk berada pada hari perhentian tidak perlu bimbang; bahkan mempersembahkan upah setahun pun tidak perlu bimbang.
Saya berharap, jangan sampai ada orang tua menghalangi anaknya untuk membawa korban dan persembahan loh ya; sebaliknya, jangan ada anak yang menghalangi orang tuanya untuk membawa korban dan persembahan, sebab engkau akan berhadapan dengan TUHAN nanti.
Tidak ada yang dapat menghalangi diri Maria, bahkan amarah pun tidak dapat menghalangi dirinya. Maria tidak gusar, dia yakin untuk berada pada hari perhentian, ada dalam kegiatan Roh Kudus di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Harus yakin!
Terkait dengan itu, kita digiring (dibawa) oleh TUHAN sampai kepada Injil Lukas 10.
Lukas 10:38-40
(10:38) Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (10:39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, (10:40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Jadi, rupanya, Yesus Kristus sering mengunjungi kampung Betania; kunjungan yang indah karena di situ banyak peristiwa-peristiwa yang indah. Kita bisa merasakan peristiwa-peristiwa yang indah itu apabila TUHAN mengunjungi kita dalam setiap pertemuan ibadah kita.
Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
- Maria duduk di bawah kaki TUHAN dan terus mendengarkan firman TUHAN.
- Sedangkan Marta sibuk di dalam pelayanan, tanpa menyediakan (tidak ada) waktu untuk berada di kaki salib TUHAN = tanpa hari perhentian.
Sungguh, dua bersaudara tetapi memiliki tabiat yang berbeda.
Maria yang lebih tua; duduk di kaki TUHAN dan terus mendengar firman. Sementara Marta sibuk melayani, ia tidak menyediakan waktunya untuk berada di bawah kaki TUHAN. Ini adalah suatu perbedaan tabiat antara yang tua dan yang muda. Memang hal itu harus terlihat; perbedaan antara rohani yang tua dan yang muda.
Kalau rohaninya sudah tua; senantiasa membawa dirinya rendah di kaki salib TUHAN, menyediakan tempat untuk berada di kaki TUHAN. Berbeda dengan rohani yang masih muda; sibuk, sibuk, sibuk, sampai tidak punya waktu untuk berada di kaki TUHAN, itulah Marta. Sibuk dengan segala kesibukan yang ada di dunia ini, padahal dunia adalah ladang yang subur bagi Setan, supaya manusia takluk di bawah kaki Setan. Tetapi Maria adalah suatu kehidupan yang tidak mau takluk di bawah kaki Setan; walaupun dia punya pengalaman masa lalu yang gelap, namun setelah ia dilepaskan, TUHAN tolong, TUHAN bentuk kehidupan yang berdosa di tangan penjunan.
AKIBAT kalau sibuk tanpa menyediakan waktu di kaki TUHAN: Di dalam pelayanan, banyak menuntut dan menuntut selalu, banyak ngomel, bersungut-sungut, mempersalahkan TUHAN dan sesama. Inilah yang terjadi kalau tidak ada waktu di kaki TUHAN, inilah resiko yang terjadi.
Lihat saja orang yang suka menuntut, suka ngomel, mempersalahkan TUHAN dan sesama; orang semacam ini adalah orang yang tidak ada waktu di kaki TUHAN, tanpa hari perhentian, hari ketujuh.
Lukas 10:41-42
(10:41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (10:42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
TUHAN berkata kepada Marta: Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, menyusahkan dirimu dengan segala kesibukanmu, tetapi hanya satu saja yang perlu, hanya satu yang penting, hanya satu yang kita butuhkan di dalam hal mengikuti TUHAN: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yakni duduk di bawah kaki TUHAN, masuk pada hari perhentian, di situlah kita mendapatkan suara TUHAN yang begitu indah, begitu mempesona, karena betul-betul mengerti kehidupan kita masing-masing, itu yang terpenting.
Kalau kita sibuk dengan bisnis, mungkin memang terlihat berhasil, tetapi hasilnya tidaklah mengerti isi hati kita, sebab uang tidak pernah mengerti isi hati kita. Hanya TUHAN yang mengerti isi hati.
Andaikata kita sungguh-sungguh ada di hari perhentian, menyediakan tempat untuk berada di bawah kaki TUHAN, sebab selanjutnya kita mendengarkan suara TUHAN, maka di situ kita mendapatkan perhentian yang kekal. Lewat pernyataan TUHAN, Dia mengerti isi hati kita semua. Pilih mana; roh Marta atau roh Maria?
Jadi, untuk berada di bawah kaki TUHAN sudah menjadi suatu kebiasaan bagi Maria. Artinya, di bawah kaki TUHAN sudah menjadi tabiat, sudah mendarah daging dan menjadi tabiat bagi Maria. Setiap kali ada kunjungan dari Yesus, Maria selalu membawa diri rendah di bawah kaki TUHAN; setiap ada kunjungan selalu ada di bawah kaki TUHAN, berarti; sudah menjadi tabiat. Jadi, ada rendah hati namun pura-pura, dan ada ibadah palsu juga. Pilih mana; roh Marta atau roh Maria? Jangan sampai ibadah palsu, jangan sampai merendahkan diri tetapi pura-pura.
SIBUK TANPA HARI PERHENTIAN, sama dengan dua hal;
1. Kuatir soal apa yang dimakan, diminum, dipakai. Sebetulnya, kesusahan sehari cukup sehari; hari esok mempunyai kesusahannya sendiri.
2. Menyusahkan dirinya sendiri. Yakub adalah seorang yang tenang, mengapa? Karena dia tinggal di rumah TUHAN, dia tidak mau menyusahkan dirinya. Berada di kaki TUHAN, berarti; berada pada hari perhentian = tidak menyusahkan diri.
Hanya satu saja yang perlu, yaitu; berada di bawah kaki TUHAN, berada dalam kegiatan Roh = berada pada hari perhentian (hari ketujuh).
Itulah pribadi Rut; dia berada di bawah kaki Boas.
Perhentian bagi umat Allah tidak dibatasi oleh waktu, tidak dibatasi oleh tempat, tidak dibatasi oleh ruang, tidak dibatasi oleh jarak, tidak dibatasi oleh situasi kondisi apapun, sebab perhentian bagi umat Allah ialah di dalam Roh Allah yang suci.
Demikian juga 4 (empat) makhluk dan 24 (dua puluh empat) tua-tua tetap berada di bawah kaki TUHAN. Apa yang kita ikat di bumi akan terikat di sorga; apa yang kita lepaskan di bumi akan lepas di sorga.
Pilih mana; roh yang menguasai Marta atau roh yang menguasai Maria? Tetapi biarlah kiranya kita berlaku bijaksana; waspadalah.
Jangan sampai kerohanian kita tertinggal, tetapi biarlah kita berdoa sungguh-sungguh supaya TUHAN semakin membukakan rahasia firman-Nya, sehingga lewat pembukaan rahasia firman ini, kerohanian kita dipimpin sampai kepada barisan yang terdepan. Sekalipun ada pernyataan TUHAN bagi kita “masih tersedia hari perhentian”, tetapi biarlah kita waspada, jangan sampai kerohanian kita tertinggal. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment