Salam sejahtera di dalam kasih Yesus Kristus. Sebagai tanda rasa syukur kepada Tuhan, lewat media ini kami membagi - bagikan Firman Tuhan yaitu Firman Pengajaran yang benar yang rahasianya dibukakan.
Semoga menjadi berkat untuk kita semua. Tuhan Yesus Kristus memberkati.
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 13 OKTOBER 2020 KITAB
KOLOSE (Seri:
117) Subtema:
MENELADANI PENGALAMAN KEMATIAN TUHAN Shalom. Segala
puji dan segala hormat hanyalah bagi Dia; dari sekarang sampai selama-lamanya. Dan
saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang
mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada; kiranya TUHAN memberkati kita
masing-masing. Selanjutnya,
kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya firman itu keluar, atau supaya TUHAN
membukakan firman-Nya bagi kita untuk membentuk setiap kehidupan rohani kita
masing-masing, dan selanjutnya membawa kehidupan kita tersungkur di hadapan
takhta TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham, berarti lepas
dari penyembahan berhala-berhala di atas muka bumi ini. Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang
dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Kolose
3:19 (3:19) Hai suami-suami,
kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Nasihat
Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu
untuk mengasihi isterinya dengan benar. Maka, nasihat yang baik, nasihat yang
suci ini harus diterima oleh seorang suami dengan segala kerendahan hatinya,
meskipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan
rumah tangganya. Seorang
suami di dalam hal mengasihi isterinya, dapat kita pelajari dari surat yang
dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Efesus
5:25-29 (5:25) Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia
menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya
dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang
tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan
tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi
isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya
mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci
tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus
terhadap jemaat, Suami-suami
di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak 2 (dua) kali, antara lain: 1.Ayat 25-27. 2.Ayat 28-29. HAL
PERTAMA, yaitu ayat 25-27, telah disampaikan beberapa waktu yang lalu.
Hanya pesan saya: jangan diabaikan, jangan dilupakan begitu saja, tetapi
biarlah diulang-ulang kembali, itulah yang disebut dengan memamah biak.. HAL
KEDUA, yaitu ayat 28-29, suami harus mengasihi isterinya sama seperti
tubuhnya sendiri. Pendeknya;
siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri; mengapa demikian?
Mari kita perhatikan jawabannya di ayat 31. Efesus
5:31 (5:31) Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Singkatnya:
Antara suami dan isterinya sudah menjadi satu daging oleh karena salib di
Golgota. Sebab, di sini dikatakan: laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, jelas hal ini berbicara tentang; salib
di Golgota. Sebagaimana
dengan Yesus, Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya,
antara lain; -Ia telah meninggalkan Bapa-Nya, -Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga, -Ia telah meninggalkan kemuliaan-Nya. Sesuai
dengan Filipi 2:5-8. Sekarang,
kita akan melihat BUKTI SEORANG SUAMI MENGASIHI ISTERINYA. Efesus
5:29 (5:29) Sebab
tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya,
sama seperti Kristus terhadap jemaat, “
... Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya
dan merawatinya ...” Lebih
rinci kita memperhatikan tentang MENGASUH dan MERAWATI di dalam 1 Tesalonika
2. 1
Tesalonika 2:7 (2:7) Tetapi
kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibumengasuh
dan merawati anaknya. Rasul
Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat, sama seperti seorang ibu. Ibu
à Gembala Sidang
atau pemimpin sidang jemaat. Sementara tugas dari seorang gembala sidang
(pemimpin rumah TUHAN) ialah: 1.Mengasuh kerohanian dari
sidang jemaat. 2.Merawat kerohanian dari
sidang jemaat. Sejauh
ini, TUHAN telah mengasuh dan merawati hidup rohani kita semua, bukan? Sebab Ia
adalah Gembala Agung, penuh kasih dan sayang, dan penuh tanggung jawab. 1
Tesalonika 2:8 (2:8)
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela
membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri
dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. Dalam
kasih sayang yang besar terhadap sidang jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus; -Rela membagi Injil Allah. -Rela membagi hidupnya sendiri. Dalam
hal ini, Rasul Paulus telah menunjukkan suatu tanggung jawab yang besar di
hadapan TUHAN. Memang,
sebaiknya, dimulai dari hamba TUHAN sampai kepada sidang jemaat tanpa
terkecuali, sudah seharusnya mengikuti contoh teladan dari apa yang ditunjukkan
oleh Rasul Paulus ini kepada kita, supaya kita masing-masing bertanggung jawab
di hadapan TUHAN. 1
Tesalonika 2:9 (2:9) Sebab
kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah
kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban
bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada
kamu. Singkatnya:
Rasul Paulus bekerja siang malam dengan segala usaha dan jerih lelah di dalam
hal memberitakan Injil terhadap sidang jemaat di Tesalonika. Bekerja
siang malam dengan segala usaha dan jerih lelah = tidak mengenal
lelah = tidak ada kata menyerah, apalagi mengeluh. Hal ini dapat dibuktikan
dalam pelayanannya kepada jemaat di Korintus. Mari
kita saksikan bersama-sama dan selanjutnya kita berdoa supaya TUHAN membukakan
firman-Nya sebagai tanda uluran tangan kasih-Nya bagi kita untuk membentuk
kehidupan kita, membawa kehidupan kita nanti rendah di ujung kaki salib TUHAN,
tersungkur di hadapan TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup. 1
Korintus 4:9 (4:9) Sebab,
menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang
paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati,
sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat
dan bagi manusia. Demi
pemberitaan Injil, Rasul Paulus rela menerima tempat yang paling rendah
atau tempat yang paling bawah, jelas ini menunjuk pengalaman kematian dari
TUHAN Yesus Kristus. Lebih
lengkapnya kita memperhatikan Efesus 4. Efesus
4:8-9 (4:8) Itulah
sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa
tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." (4:9)
Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun
ke bagian bumi yang paling bawah? "Ia
telah naik" berarti, Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah = Tempat
yang paling rendah, jelas ini merupakan pengalaman kematian dari TUHAN Yesus
Kristus. Sejenak
kita akan melihat tentang PENGALAMAN KEMATIAN, supaya kita benar-benar menyatu
dengan pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus, sehingga dengan demikian
kita meneladani kematian dari Tuhan Yesus Kristus. Yesaya
53:6 (53:6) Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Perikop
dari ayat ini adalah “Hamba TUHAN yang menderita.” Hamba TUHAN
dihubungkan langsung dengan penderitaan, sengsara salib, itulah hamba
kebenaran. Hamba kebenaran itu tidak dihubungkan dengan uang, tidak dihubungkan
dengan berkat-berkat jasmani atau berkat lahiriah, atau mujizat-mujizat yang
lain, tidak; tetapi hamba TUHAN atau hamba kebenaran dihubungkan langsung
dengan penderitaan, dihubungkan langsung dengan sengsara salib di tengah ibadah
dan pelayanan, supaya kita mengerti. Kesimpulannya
dari pembacaan ayat 6 ini adalah berbicara soal kesesatan kehidupan
manusia. Bukti
kesesatan manusia ialah masing-masing kita mengambil jalannya sendiri = manusia
hanya menuruti keinginan di hatinya saja, tidak menuruti keinginan hati TUHAN. Contoh:
Naomi bersama dengan keluarga meninggalkan Betlehem, mereka pergi ke Moab untuk
mencari apa yang diinginkan hati mereka. Namun sangat disayangkan, apa yang
diinginkan oleh hati mereka tidak didapati di Moab, sebaliknya Naomi ditinggal
mati oleh Elimelekh, sang suami, serta ditinggal mati oleh kedua anak
laki-lakinya, Mahlon dan Kilyon. Pendeknya:
Naomi kehilangan segala-galanya;
-Naomi harus kehilangan berkat yang dia
bawa, harta bendanya yang dia bawa dari Betlehem.
-Tidak berhenti sampai di situ, Naomi harus
kehilangan segala-galanya yang paling berharga dalam hidupnya, yakni
meninggalkan TUHAN dan ditinggalkan keluarganya.
Ini
adalah akibat kesesatan. Kalau domba-domba sesat, itu karena dia mengambil
jalannya sendiri. Mengapa dia mengambil jalannya sendiri, tidak mengikuti jalan
TUHAN, jejak (tapak-tapak) kaki Yesus yang berdarah? Karena dia hanya menuruti
keinginan di hatinya saja. Andai
saja dia menuruti keinginan di hati TUHAN, mengikuti jalan TUHAN, mengikuti
tapak kaki TUHAN yang berdarah, pastilah dia tidak sesat, sampai tiba di
tujuan; di mana Yesus ada, dia ada di situ. Tetapi sayangnya, manusia sesat
karena mengambil jalannya sendiri; menuruti keinginan di hati, tidak menuruti
keinginan di hati TUHAN. Belajarlah dari apa yang sudah kita dengar malam ini
supaya kita semakin dewasa, semakin bijaksana. Seharusnya,
tambah tahun biarlah kita semakin bijaksana, apalagi seorang imam. Tambah tahun
harus semakin dewasa, apalagi seorang imam. Bukan tambah tahun justru semakin
merosot, tidak ada perubahan hidup; hal ini perlu dipertanyakan. Yesaya
53:7 (53:7) Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di
depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Perhatikan
kalimat: Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka
mulutnya. Sama artinya; tidak bersungut-sungut atau daging tidak bersuara
sekalipun harus menyangkal diri dan memikul salibnya di tengah-tengah ibadah
dan pelayanannya di hadapan TUHAN. Ngomel,
sungut-sungut, menggerutu = Suara daging. Setiap hari ngomel di tengah ibadah
dan pelayanan, setiap hari bersungut-sungut kalau ada korban, setiap hari
menggerutu kalau ada korban; itu merupakan suara daging. Lebih
jauh kita memperhatikan PRAKTEK PENGALAMAN KEMATIAN. 1
Korintus 4:9-13 (4:9) Sebab,
menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang
paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab
kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat
dan bagi manusia. (4:10) Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi
kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami
hina. (4:11) Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul
dan hidup mengembara, (4:12) kami melakukan pekerjaan tangan yang berat.
Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; (4:13)
kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama
dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat
ini. Sebab,
menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang
paling rendah,
turun ke dunia yang paling bawah, sama seperti orang-orang yang telah
dijatuhi hukuman mati, itulah pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus. Kami
bodoh oleh karena salib Kristus; rela menanggung penderitaan,
bagi bangsa kafir (bangsa Yunani) adalah suatu kebodohan. Tetapi kamu arif
dalam Kristus; oleh karena salib (pengalaman kematian) itu, sidang jemaat
yang dilayani menjadi arif, menjadi bijaksana, lebih dewasa. Kami
lemah, tetapi kamu kuat; Oleh karena Rasul Paulus bermegah dalam
kelemahan-kelemahannya, maka sidang jemaat menjadi kuat. Kamu
mulia, tetapi kami hina; Rasul Paulus rela menghinakan dirinya
supaya sidang jemaat dipermuliakan oleh TUHAN. Sampai
pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara. Luar
biasa pengalaman kematian selanjutnya; lapar, haus, telanjang, dipukul dan
hidup mengembara, tanpa hari perhentian secara lahiriah. Saya mengalami ini
beberapa tahun yang lalu; awal mula melayani, tidak ada rumah tempat kediaman.
Jadi, untuk tidur saja menderita. Kemudian,
Rasul Paulus berkata dalam pengalaman kematian itu: Kalau kami dimaki, kami
memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap
menjawab dengan ramah, sampai pada akhirnya menjadi sampah dunia, sama
dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini. Pengalaman
kematian yang kita lihat dari pribadi Rasul Paulus dibagi menjadi dua bagian,
YANG PERTAMA: Rasul Paulus menjadi tontonan. -
Tontonan bagi dunia. -
Tontonan bagi malaikat-malaikat. -
Tontonan bagi manusia. Pendeknya:
Seorang hamba TUHAN atau pelayan-pelayan TUHAN akan menjadi tontonan dalam hal
melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN. Demikian halnya dengan sidang
jemaat harus menjadi tontonan baik dalam perkataan dan perbuatannya supaya
orang lain mengenal dan mengerti tentang pengalaman kematian dari TUHAN Yesus
Kristus. Jangan
egois; oleh sebab itu, jangan kita menjadi hamba TUHAN atau pelayan TUHAN
penonton. Jangan kita menjadi orang Kristen penonton. Namun, biarlah belajar
untuk selalu mengambil bagian dalam pekerjaan TUHAN, mengerti pekerjaan TUHAN,
mengerti di dalam hal berkorban, baik tenaga, pikiran, waktu, bahkan materi
sekalipun, namun mulut tidak terbuka, tidak ngomel, tidak bersungut-sungut,
tidak menggerutu ketika mengambil bagian dalam pekerjaan TUHAN. Matius
27:38-42 (27:38) Bersama
dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang
di sebelah kiri-Nya. (27:39)Orang-orang yang lewat di sana
menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, (27:40) mereka berkata:
"Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya
kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah,
turunlah dari salib itu!" (27:41) Demikian juga imam-imam kepala
bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia
dan mereka berkata: (27:42) "Orang lain Ia selamatkan, tetapi
diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia
turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Sengsara
dan kematian Yesus Kristus di atas kayu salib di bukit Golgota, jelas menjadi
tontonan bagi ; 1.Orang-orang yang lewat di sana. 2.Imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan
tua-tua. Pendeknya:
“Orang-orang yang lewat di sana” tidak memahami, tidak mengerti
arti dari sebuah ketebusan yang telah dikerjakanoleh Yesus, Anak Domba Allah, di atas kayu
salib, di bukit Golgota. Prakteknya:
Menghujat Dia dan berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci
dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau
Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Singkatnya: Tidak
terbeban dengan pekerjaan Kristus di tengah-tengah ibadah dan pelayanan; tidak
mau terlibat. Itulah penonton yang hanya menonton saja; orang sibuk melayani,
namun dia sibuk menonton, tidak terlibat dalam pelayanan. Artinya,
orang-orang yang lewat di sana tidak percaya bahwa TUHAN sanggup kembali
membangun kehidupan yang berdosa sampai sempurna, segambar serupa dengan Allah,
itulah yang disebut tubuh mempelai. Kemudian,
“Imam-imam kepala, tua-tua, ahli Taurat” juga tidak memahami,
sekaligus tidak menghargai korban pendamaian yang telah dikerjakan oleh Yesus,
Anak Allah, sebagai Imam Besar Agung. Imam-imam
kepala, tua-tua, dan ahli-ahli Taurat, berbicara soal Yerusalem, yang sudah
seharusnya menjadi korban pendamaian. Tetapi karena mereka hanya menjadi
Kristen penonton, tidak terbeban, tidak terlibat di dalam pekerjaan TUHAN,
akhirnya tidak mau menghargai korban pendamaian yang telah dikerjakan oleh
Yesus, Anak Allah, Dialah Imam Besar Agung yang telah mengadakan pendamaian
dosa. Biasanya,
yang menjadi musuh di tengah-tengah ibadah dan pelayanan itu adalah imam
kepala, tua-tua; itulah yang seringkali memberontak, sehingga terjadi
perpecahan, perpecahan, perpecahan. Tetapi saya berharap, kita semua harus
rendah hati. Prakteknya:
Mereka mengolok-olok Dia dan berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi
diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!” Kemudian, mereka kembali
berkata: “Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan
percaya kepada-Nya.” Jadi,
mereka tidak mengerti tentang pekerjaan TUHAN, tidak mengerti tentang sengsara
dan pengalaman dari TUHAN Yesus Kristus di atas kayu salib di bukit Golgota. Kalau
misalnya seorang imam berkata: "Ia Raja Israel?" Ini adalah
imam yang tidak mengerti apa-apa. Seharusnya, seorang imam memang sudah
terlebih dahulu melewati penataran dulu; yang mau menjadi imam, terlebih dahulu
melewati penataran, lalu diberi pengertian tentang pelayanan yang terhubung
langsung dengan penebusan dan pendamaian yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di
kayu salib. Kalau tidak ada penataran, akhirnya seorang imam tidaklah memahami
dan tidak menghargai korban pendamaian yang telah dikerjakan oleh Yesus, sama
seperti imam-imam kepala, tua-tua, ahli Taurat berkata: “Ia Raja Israel?”
Maksud pertanyaan mereka adalah kalau Raja seharusnya tidak perlu disalib,
tetapi karena Yesus disalib, akhirnya mereka berkata: apakah benar Ia adalah
Raja Israel? Padahal, kalau kita perhatikan di ayat 37 ... Matius
27:37 (27:37) Dan di
atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum:
"Inilah Yesus Raja orang Yahudi." Di
atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum; daging
dihukum di atas kayu salib, mengapa? Karena Yesus adalah Raja orang Yahudi. Imam-imam
(imamat rajani) sudah harus terlebih dahulu mengerti tentang sengsara dan
pengalaman kematian TUHAN Yesus Kristus. Tetapi karena mereka adalah Kristen
penonton, tidak terlibat dalam pekerjaan TUHAN, tidak mengambil bagian di
dalamnya, baik tenaga, pikiran, maupun uang, bahkan materi, perhatiannya pun
sama sekali tidak ada di situ, akhirnya mereka tidak memahami, sekaligus tidak
menghargai korban pendamaian yang telah dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah,
sebagai Imam Besar Agung. Di
dalam hal mengikuti dan melayani TUHAN, kita harus buat simple; cari
dahulu Kerajaan Sorga dan kebenaran yang hakiki, kebenaran yang sejati yang ada
di dalam Kerajaan Sorga itu, maka nanti semuanya ditambahkan. Tetapi orang yang
tidak mengerti tentang kebenaran yang sejati, ia sibuk dengan dirinya sendiri,
tidak terlibat dengan pekerjaan TUHAN, tidak mau korban tenaga, pikiran, waktu,
uang, materi, sampai perhatiannya pun, sehingga tidak dapat apa-apa, dia
kehilangan sorga, dan dia tidak mendapat berkat dari sorga. Oleh
sebab itu, kita harus bijaksana; jangan sibuk dengan diri sendiri. Banyak
imam-imam yang sibuk dengan dirinya sendiri, tidak sibuk dengan pekerjaan
TUHAN. "Ia
Raja Israel?" Ini adalah pertanyaan konyol dari seorang yang tidak
mengerti apa-apa. Seharusnya, imamat rajani sudah seharusnya mengerti
tentang sengsara salib, tetapi karena dia adalah penonton; Kristen penonton,
hamba TUHAN penonton, pelayan TUHAN penonton, imam-imam dan raja-raja penonton,
akhirnya dia tidak mengerti rencana TUHAN, dia hanya sibuk dengan perkara
hatinya, sibuk dengan keinginan di hatinya, dia sibuk mengambil jalannya
sendiri. Ayo,
mulai sekarang, belajarlah dewasa; terkhusus yang sudah melayani TUHAN, marilah
kita belajar dewasa. CONTOH
KRISTEN PENONTON dalam bentuk yang lain. Matius
27:45-46 (27:45) Mulai
dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. (27:46)
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama
sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Kira-kira
jam tiga sore berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama
sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? Yesus memang ditinggalkan Seorang diri, menanggung
penderitaan di atas kayu salib untuk menanggung dosa manusia. Sekali lagi saya
sampaikan: Dia ditinggalkan Seorang diri untuk menanggung dosa manusia. Jadi,
Dia bukan mati konyol, bukan mati bodoh; Dia menanggung penderitaan di atas
kayu salib karena dosa manusia, bukan mati konyol. Mari
kita lihat SIKAP dari KRISTEN PENONTON dalam bentuk yang lain. Matius
27:47-49 (27:47) Mendengar
itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia."
(27:48) Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga
karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada
sebatang buluh dan memberi Yesus minum. (27:49) Tetapi orang-orang
lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk
menyelamatkan Dia." Ada
tiga golongan Kristen penonton, YANG PERTAMA: Hanya percaya pada mujizat,
seperti mujizat yang dikerjakan oleh Elia ...ayat 47. Memang
Elia berkuasa untuk menahan langit supaya hujan tidak turun, juga berkuasa
untuk membuka langit supaya hujan turun, bahkan Elia juga berkuasa untuk
menurunkan api dari langit ke bumi; itu mujizat. Jadi, karena mereka hanya
mengerti tentang mujizat, maka ketika mendengarkan doa penyahutan dari Yesus,
Anak Allah, mereka katakan itu mujizat, padahal seruan itu jelas: "Eli,
Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? Hanya
sibuk berbicara soal mujizat, tidak mengerti yang lain-lain, yaitu; ditinggal
seorang diri untuk menanggung kesusahan orang lain, yang dia tahu hanya mujizat
saja. Kemudian, ketika ada mujizat di dalam gereja, di rumah TUHAN, tempat dia
beribadah, lalu berkata: Oh, gembalaku hebat. Waktu dia mengatakan itu,
hal itu menunjukkan dirinya bahwa dia tidak mengerti tentang pekerjaan
penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus, di mana Dia menanggung dosa manusia
dan Dia ditinggalkan seorang diri; perkara semacam ini tidaklah dimengerti
orang Kristen penonton, sebab dia hanya mengerti soal mujizat. Ada
tiga golongan Kristen penonton, YANG KEDUA: Memberi anggur asam ...
ayat 48. Artinya;
hanya membuat keonaran dan kelaliman di tengah-tengah ibadah pelayanan. Jangan
sampai menjadi orang Kristen yang hanya sibuk mengadakan keonaran dan
kelaliman. Anggur asam adalah keonaran dan kelaliman; jangan sampai itu nyata
dari setiap perbuatan kita di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini. Saya
berharap seperti itu. Oleh
sebab itu, kembali saya sampaikan; tetaplah rendah hati. Tidak ada artinya kita
pertahankan kekerasan di hati, kesombongan, merasa diri lebih baik, lebih
benar, lebih suci, sebab itu sudah membuat keonaran dan kelaliman. TUHAN mau
membuat kita rendah di bawah tangan-Nya, tetapi sementara kita mau memberontak
terus; kalau sudah memberontak, sama seperti daya air yang mengalir di dalam
selang, lalu ditutup (disumbat), di situ gejolak terjadi. Sementara TUHAN
inginkan kita merendahkan diri di bawah tangan TUHAN yang kuat, tetapi kita
justru mau meninggikan diri di bawah tangan TUHAN yang kuat, maka pasti ada
gejolak, karena kita tidak akan mampu berhadapan dengan dua tangan TUHAN yang
kuat. Oleh
sebab itu, janganlah kita membuat keonaran dan kelaliman; jangan ada gejolak
karena ingin meninggi-ninggikan diri, sebab itu tidak ada artinya; ikutilah
cara TUHAN supaya jangan kita sesat. Ada
tiga golongan Kristen penonton, YANG KETIGA: Tidak mengerti apa yang dia
bicarakan ... ayat 49. Golongan
ketiga adalah golongan yang tidak mengerti apa yang dia bicarakan =
mempersoalkan sebuah perkara yang tidak dia pahami. Itulah
bagian YANG PERTAMA tentang pengalaman kematian Yesus Kristus. Kalau kita masuk
dalam sengsara dan kematian Yesus Kristus; menjadi tontonan, berarti tidak
menjadi Kristen penonton. Segeralah kita satu dalam sengsara dan pengalaman
kematian Yesus Kristus, dan menjadi tontonan bagi dunia, tontonan bagi
malaikat, tontonan bagi sesama. Itulah doa dan kerinduan saya, dan itu yang
dituntut TUHAN dalam kehidupan kita semua. Kalau
Yesus mati dan menderita di atas kayu salib, maka kita juga harus mengikuti
contohnya, karena Dia adalah TUHAN yang kita ikuti, Dia TUHAN yang kita sembah,
bukan tuhan-tuhan yang lain. Kalau kita jadikan uang menjadi tuhan di bumi ini,
kita jadikan pekerjaan menjadi tuhan di bumi ini, kalau kita jadikan kesibukan,
bisnis dan perkara lahiriah lainnya menjadi tuhan-tuhan kecil di bumi ini,
itulah yang disebut dengan ilah-ilah zaman, maka kehidupan kita ini tidak
tertolong, karena tuhan-tuhan kecil semacam itu tidak mempunyai darah. Yang
menebus dan memperdamaikan dosa kita adalah darah salib. Jadi,
sekalipun seseorang memiliki banyak uang, memiliki gelar yang tinggi sampai
doktor dan professor, tetapi perkara itu tidak bisa dijadikan untuk menebus
dosa dunia; sadarlah, sesadar-sadarnya. Kita
kembali melihat praktek pengalaman kematian dalam 1 Korintus 4. 1
Korintus 4:9 (4:9) Sebab,
menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang
paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab
kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat
dan bagi manusia. Allah
memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, tempat
yang paling bawah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati,
itu berbicara tentang pengalaman kematian. Rasul Paulus telah meneladani
pengalaman kematian Yesus Kristus sehingga ia menjadi tontonan bagi dunia,
tontonan bagi malaikat, tontonan bagi manusia, karena dia terlibat di dalamnya;
berkorban dengan tenaga, pikiran, waktu, uang, dan materi, namun mulut tidak
bersungut-sungut, itulah pengalaman kematian. Tidak
ngomel, tidak bersungut-sungut, tidak menggerutu, tidak panas di hati, itu
adalah pengalaman kematian; dan biarlah hal itu nyata karena TUHAN tuntut itu
dari kehidupan kita supaya kita benar-benar menjadi tontonan, bukan penonton.
Oleh sebab itu, biarlah kita bersikap dewasa. Itulah
pengalaman kematian yang kita lihat dari pribadi Rasul Paulus bagian YANG
PERTAMA. 1
Korintus 4:10 (4:10) Kami
bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah,
tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina. Pengalaman
kematian yang kita lihat dari pribadi Rasul Paulus dibagi menjadi dua bagian,
YANG KEDUA: Rasul Paulus berkata: -Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi
kamu arif dalam Kristus. -Kami lemah, tetapi kamu kuat. -Kamu mulia, tetapi kami hina. Betapa
hebatnya pengalaman kematian Yesus Kristus yang diteladani oleh Rasul Paulus,
sehingga memberi suatu keuntungan yang besar kepada sidang jemaat yang
dilayani; menjadi arif, menjadi kuat, menjadi mulia.
-Orang pandai di dunia belum tentu
arif dan bijaksana.
-Orang kuat di dunia belum tentu
lebih kuat dari orang-orang yang lemah di dalam TUHAN.
-Dan kalau kita hina karena sengsara salib,
suatu kali nanti kita akan dipermuliakan dalam Kerajaan Sorga melebihi
kemuliaan-kemuliaan yang ada di atas muka bumi ini.
Inilah
pengalaman kematian itu. Betapa hebatnya pengalaman kematian Yesus Kristus yang
diteladani oleh Rasul Paulus; sanggup memberi keuntungan yang besar kepada
sidang jemaat yang dia layani. Oleh sebab itu, biarlah kita satu dengan yang
lain saling mendoakan. Saya
berharap, supaya kita semua menjadi arif bijaksana, kita semua
menjadi kuat, dan kelak dipermuliakan dalam
Kerajaan Sorga; itulah keuntungan karena pengalaman kematian Yesus Kristus yang
diteladani oleh Rasul Paulus.’ Selanjutnya,
kita akan melihat TANDA PENGALAMAN KEMATIAN. 1
Korintus 4:11-13 (4:11) Sampai
pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, (4:12)
kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati;
kalau kami dianiaya, kami sabar; (4:13) kalau kami difitnah,
kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah
dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini. Sampai
pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, namun
mulut tidak bersungut-sungut; itu juga merupakan bagian dari pengalaman
kematian. Tidak ada orang mati yang bersungut-sungut, tidak ada orang mati yang
menggerutu, panas hati, lalu membalas kejahatan dengan kejahatan; tidak ada. Pengalaman
kematian ini benar-benar sungguh luar biasa, di mana Rasul Paulus berkata: kami
melakukan pekerjaan tangan yang berat, antara lain: -Kalau kami dimaki, kami memberkati. -Kalau kami dianiaya, kami sabar. -Kalau kami difitnah, kami tetap menjawab
dengan ramah. Hal
ini harus menjadi pekerjaan tangan kita, ini adalah PR kita, tugas kita di mana
pun kita berada. Tentang;kalau
kami dianiaya, kami sabar. Janganlah kita langsung mengambil keputusan yang
salah dan keliru. Satu kali salah dalam mengambil keputusan, maka selamanya pun
salah. Ada
seorang anak TUHAN yang datang ke tempat ini beberapa bulan, lalu tiba-tiba dia
mengundurkan diri karena tidak kuat dengan sengsara salib yang harus dia pikul.
Saya sampaikan kepada dia: Jangan pulang, karena kamu akan menderita nanti,
karena saya sudah melihat badannya itu kurus kering, dan sepertinya ada
penyakit TBC yang diidapnya. Kalau dia pulang, pasti dia akan menderita; tetapi
kalau dia tergembala, maka dia akan merasakan hak asuh dari TUHAN; kalau dia
tergembala, maka dia akan merasakan hak dirawat dari TUHAN. Tetapi kalau dia
pergi karena tidak kuat memikul salib, dia tidak bisa menahan panas hatinya,
saya katakan: Kamu pasti menderita nanti. Singkat
cerita; dua atau tiga tahun kemudian, saya mendapat berita, bahwa ia menderita,
tentang kondisinya tinggal kulit pemalut tulang di dalam tubuhnya, sudah
tinggal kerangka. Kalau menurut saya; habis harapan. Tetapi itu pun dia tidak
mau menyerah kepada TUHAN. Oleh
sebab itu, jangan salah dalam hal mengambil keputusan, dewasalah, jangan suka
bersungut-sungut, jangan cepat mengambil keputusan yang salah, tetapi cepat-cepatlah
masuk dalam pengalaman kematian; cepat mati cepat bangkit, lama mati lama
bangkitnya. 1
Korintus 4:11 (4:14) Hal ini
kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai
anak-anakku yang kukasihi. Rasul
Paulus menuliskan itu kembali kepada jemaat di Korintus, tujuannya bukan untuk
mempermalukan mereka, melainkan supaya mereka semakin arif bijaksana, supaya
mereka semakin kuat, dan kelak dipermuliakan oleh TUHAN. Jadi,
jelas; rencana TUHAN dinyatakan kepada kita kalau kita satu dalam pengalaman
kematian-Nya. Rencana-rencana indah akan menjadi bagian kita masing-masing. 1
Korintus 4:15 (4:15) Sebab
sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak
mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi
bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sekalipun
kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, baca buku sana,
baca buki sini, bahkan tambahan motivator-motivator, selanjutnya apa kata Rasul
Paulus? Kamu tidak mempunyai banyak bapa, sebab hanya ada satu bapa.
Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang
kuberitakan kepadamu, sidang jemaat. Saya
juga berharap; apa yang sudah kita terima di tempat ini, pegang dan jangan
digeser dari pengertian yang di luar sana, tidak boleh sesuka hati mendapat
kotbah dari yang lain-lain, akhirnya pengertian yang diterima berbeda-beda.
Tetapi TUHAN tetapkan seorang gembala sidang; ikuti, ajaran yang dia terima
dari TUHAN, itulah sengsara dan pengalaman kematian oleh karena salib, jangan
bergeser dari sana. 1
Korintus 4:16 (4:16) Sebab itu
aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! Marilah
kita meneladani pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus. Teladan dari
TUHAN Yesus Kristus; Dia rela meninggalkan Bapa-Nya di sorga, Dia rela
meninggalkan rumah-Nya di sorga, Dia rela meninggalkan segala kemuliaan-Nya,
lalu turun ke bumi, menjadi manusia. Sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya, dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, lalu hari
ketiga Ia bangkit, lalu naik dipermuliakan bersama Allah Bapa, dan sekarang Dia
duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Yang
pasti, teladan dari Yesus Kristus di atas muka bumi ini adalah memuncak
sampai kepada penyembahan; itulah penyerahan diri sepenuh untuk taat
kepada kehendak Allah. Tinggalkan kemuliaan, turun ke bumi, menjadi
manusia; dan sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib; itulah penyembahan, dengan lain kata;
penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, itulah teladan
yang ditinggalkan oleh Yesus dan diteladani oleh Rasul Paulus di tengah-tengah
sidang jemaat yang dia layani. Kita
patut bersyukur karena TUHAN Yesus sangat memperhatikan kehidupan kita; Dia
bertanggung jawab untuk masa depan dan keselamatan kita masing-masing. Jangan
kita menjadi Kristen penonton, tetapi segeralah masuk dalam sengsara pengalaman
kematian TUHAN Yesus Kristus; mulut tidak terbuka, tidak bersungut-sungut,
tidak ngomel, tidak menggerutu, sehingga menjadi tontonan. KEKEKALAN;
PENYEMBAHAN! KEKEKALAN;
PENYERAHAN DIRI!
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
No comments:
Post a Comment