IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 OKTOBER 2020
(Seri: 118)
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan ini, semua karena kemurahan TUHAN Yesus Kristus kepada kita semua. Saya juga tidak lupa menyapa anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet, Youtube, Facebook, dimanapun anda berada dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya pembukaan firman itu nyata dan meneguhkan setiap kehidupan kita. Imam Besar Agung yang akan memimpin ibadah ini dan membawa kehidupan kita sampai kepada puncak rohani itulah doa penyembahan, dengan lain kata penyerahan diri kita sudah semakin bertambah-tambah atau penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, bukan taat kepada perkara lahiriah, bukan taat kepada keinginan di hati, tidak taat lagi kepada perkara daging, apalagi kepada roh jahat dan roh najis.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Di sini kita melihat: Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima oleh seorang suami dengan hati yang lapang dan dengan segala kerendahan hatinya, meskipun suami adalah seorang kepala, suami adalah seorang pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangganya, termasuk saya sendiri sebagai seorang suami.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
1. Ayat 25-27, Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
2. Ayat 28-29, suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Sebab, di sini dikatakan: “Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, jelas hal ini berbicara tentang; salib di Golgota.
- Ia telah meninggalkan Bapa-Nya,
- Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga,
- Ia telah meninggalkan kemuliaan-Nya.
Sesuai dengan Filipi 2:5-7, Dia telah tinggalkan segala sesuatunya, turun ke dunia ini; sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya, taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib.
Seperti apapun hebatnya seorang manusia dengan tingkat kejeniusan yang sangat tinggi, dan dia mau berupaya untuk mempersatukan manusia dengan TUHAN, itu tidak akan mungkin bisa. Yang bisa mempersatukan antara tubuh dengan Kepala, antara jemaat dengan Kristus, sebagai Kepala, sebagai suami, hanya satu, yaitu salib di Golgota, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Jadi, apa yang dirasakan oleh isteri, itulah yang dirasakan oleh suami; demikian juga sebaliknya.
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin rumah TUHAN. Sedangkan dari tugas seorang gembala sidang adalah:
2. Merawati kerohanian dari sidang jemaat.
(2:8) Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
1. Rela membagi Injil Allah.
Memang, sebaiknya, dimulai dari hamba TUHAN atau pelayan-pelayan TUHAN, imam-imam, sampai kepada seluruh sidang jemaat, sudah seharusnya mengikuti contoh teladan dari apa yang ditunjukkan oleh Rasul Paulus di hadapan TUHAN. Singkatnya: Kita semua harus menunjukkan rasa tanggung jawab kita di hadapan TUHAN. Belajar untuk bertanggung jawab.
1. Rela membagi Injil Allah.
Sebetulnya, kalimat “rela membagi Injil Allah” bukanlah suatu kalimat biasa, itu adalah kalimat atau pernyataan Rasul Paulus dengan suatu kandungan makna yang begitu berarti dan kandungan makna yang begitu berkuasa. Jadi, kalimat “rela membagi Injil Allah” itu bukan suatu kalimat atau pernyataan yang sederhana, itu suatu pernyataan yang begitu berkuasa dan begitu bermakna; oleh sebab itu, doakan, kita akan melihat pernyataan ini supaya kita diberkati oleh TUHAN malam ini.
(9:9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan? (9:10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya.
- Pembajak harus membajak dalam pengharapan.
(9:11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (9:12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus.
Mengapa demikian? Sebab ia telah menaburkan benih rohani yaitu firman Allah, sebagaimana Rasul Paulus telah membagi Injil Allah kepada sidang jemaat di Korintus.
Rasul Paulus tidak mempergunakan hak itu, sebaliknya Rasul Paulus menanggung segala sesuatunya di tengah pemberitaan Injil Allah, tujuannya adalah supaya tanpa rintangan di dalam hal pemberitaan Injil Kristus kepada sidang jemaat yang dia layani; supaya tidak ada rintangan untuk Rasul Paulus di dalam hal memberitakan Injil Kristus kepada sidang jemaat di Korintus.
Kunjungan yang terakhir sebelum pandemi Covid-19 melanda seantero dunia ini ialah di Tanjungbalai, Karimun; segala perongkosan, tiket pesawat, tiket kapal ferry untuk penyeberangan, kita juga tanggung sendiri, termasuk biaya penginapan hotel untuk 8 (delapan) orang tim GPT “BETANIA”, semua kita yang tanggung. Mengapa kita harus melakukan hal seperti itu? Tujuan kita menanggung segala sesuatunya ialah supaya keberadaan kita, tim GPT “BETANIA” 8 (delapan) orang itu, dan teramat lebih pemberitaan Firman Allah diterima, dengan kata lain; tanpa rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus; itulah tujuan kita.
(9:13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (9:14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.
- Mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu juga.
Jadi, setiap hamba TUHAN yang memberitakan Injil harus hidup dari pemberitaan Injil itu, sebab itu merupakan hak dari si pemberita Injil.
(9:15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada ...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!
Titik titik ini bisa kita jawab sendiri, terserah apa jawaban saudara. Tetapi yang pasti, jawabannya di sini, antara lain;
- Aku lebih suka mati dari pada tidak melayani TUHAN atau berdiam diri saja di rumah.
1 Korintus 9:16
(9:16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
(9:17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.
Sebaliknya, yang benar adalah pemberitaan Injil Allah bukan menurut kehendak manusia, bukan menurut kehendak Rasul Paulus, melainkan tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepada Rasul Paulus. Pendeknya: Beban di dalam hal pemberitaan Injil Allah harus dipikul oleh seorang hamba TUHAN, teramat lebih seorang gembala sidang atau pemimpin rumah TUHAN.
Pendeknya: Beban di dalam hal pemberitaan Injil harus dipikul oleh seorang hamba TUHAN, harus dipikul oleh seorang gembala sidang, harus dipikul oleh seorang pemimpin rumah TUHAN.
Namun, beban ini tidaklah ringan, sesungguhnya beban ini sangatlah berat. Mengapa demikian? Karena pemberitaan Injil Allah tersebut tidak dilakukan menurut kehendak manusia, tidak dikerjakan dengan sesuka hati oleh seorang gembala sidang.
YANG PERTAMA: Banyak hamba TUHAN berhalusinasi (berkhayal) tentang Kerajaan Sorga, sebagaimana yang tertulis dalam Yesaya 14:13-14.
YANG KEDUA: Banyak hamba TUHAN merangkai Kerajaan Sorga dengan kata-kata yang manis dan muluk-muluk, sesuai dengan Roma 16:18.
YANG KETIGA: Ada juga hamba TUHAN yang mengaku bahwa dia diutus TUHAN untuk memimpin 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimateraikan oleh TUHAN yang tertulis di dalam Wahyu 7:1-8, Wahyu 14:1-5, Wahyu 21:6-17. Menurut ayat-ayat tersebut, kita mengetahui bahwa 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut merupakan inti mempelai -- yang seluruhnya berasal dari 12 (dua belas) suku Israel --, sementara kita sendiri bukan orang Yahudi; kita hanyalah bangsa kafir yang mendapat kemurahan.
Kok bisa hamba TUHAN mengada-ngada; dia bukan bangsa Yahudi, tetapi dia mengada-ada bahwa TUHAN mengutus dia untuk memimpin 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang? Siapa kita, siapa inti mempelai? Inilah akibat kalau memberitakan Injil menurut kehendak manusia. Kita ini bukan bangsa Yahudi, kita adalah bangsa kafir yang mendapat kemurahan.
YANG KEEMPAT: Ada juga hamba TUHAN yang mengaku bahwa dia diutus untuk mengembalikan kuasa perjamuan kudus dan minyak urapan. Kalau hamba TUHAN tersebut memang membaca Injil Yohanes 6 secara teliti tentang “perjamuan kudus”, maka ia tidak berani mengaku bahwa ia diutus oleh TUHAN untuk mengembalikan kuasa dari “perjamuan kudus.”
Kemudian, kalau hamba TUHAN tersebut mengerti kuasa dari Roh Allah yang suci, maka hamba TUHAN tersebut tidak akan menyiram minyak di atas kepala sidang jemaat yang dia layani. Banyak hamba TUHAN menyiram minyak goreng yang digunakan oleh seorang ibu untuk memasak di dapur, lalu disiramkan ke atas kepala sidang jemaat. Kalau dia mengerti soal pengurapan, dia tidak akan melakukan hal itu.
Inilah akibat memberitakan Injil menurut kehendak manusia; sesuka hati, merangkai Kerajaan Sorga dengan kata-kata yang manis, merangkai Kerajaan Sorga dengan kata-kata yang muluk-muluk, disertai dengan pengakuan-pengakuan yang lain, supaya seolah-olah Kerajaan Sorga itu nampak di depan mata seluruh sidang jemaat yang dia layani, tetapi sesungguhnya itu memanipulasi.
Pendeknya: Mengaku naik turun, naik turun ke Sorga, sebagaimana dengan seorang guru agama Yahudi, yang bernama Nikodemus.
(3:1) Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. (3:2) Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."
Kalau mujizat atau tanda-tanda heran terjadi di tengah ibadah dan pelayanan, itu bukanlah 100% (seratus persen) gambaran dari suasana sorga, itu adalah bagian dari karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang TUHAN percayakan kepada seorang hamba TUHAN, itu bukan potret dari Kerajaan Sorga, melainkan kaitan dari karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang diterima oleh seorang hamba TUHAN. Sekali lagi saya sampaikan: Kalau melihat dari sudut mujizat dan tanda-tanda heran itu bukan potret Kerajaan Sorga, itu bukan suasana Kerajaan Sorga yang sesungguhnya.
(3:3) Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
Oleh sebab itu, secara spontan, Yesus berkata: “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Kalau hamba TUHAN, imam-imam, pelayan TUHAN sampai kepada seluruh sidang jemaat tidak dilahirkan kembali, tidak mengalami kelahiran kembali, maka ia tidak dapat melihat Kerajaan Sorga. Oleh sebab itu, jangan berpikir pendek.
(3:7) Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. (3:8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
Jadi, memberitakan Injil Allah, membagi Injil Allah kepada umat Allah, bukan lagi menurut kehendak manusia, tetapi betul-betul hamba TUHAN itu di dalam kendali dari pada kuasa yang besar dari Roh Kudus, Roh Allah yang suci. Inilah yang benar, sehingga Rasul Paulus layak berkata: Rela membagi Injil Allah.
(3:9) Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?"
Dari jawaban ini kita mendapat pengertian, bahwa Nikodemus melayani TUHAN menurut pengertiannya sendiri, menurut kehendaknya sendiri, termasuk di dalam hal memberitakan Injil Allah.
Bayangkan, guru agama Yahudi memberitakan Injil Allah hanya menurut pengertiannya sendiri, apa buktinya? Dia tidak mengerti tentang kelahiran baru, dia tidak mengerti tentang Kerajaan Sorga; dia hanya mengerti soal tanda-tanda heran atau pun mujizat.
(3:10) Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?
Kalau soal mujizat kesembuhan dan tanda-tanda heran yang lain, itu hanya terkait dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan dari seorang hamba TUHAN, itu bukan potret wajah Kerajaan Sorga. Potret dan gambar dari Kerajaan Sorga, gambar wujud Allah yang nyata ialah ketika manusia daging diubahkan menjadi manusia rohani, manusia nafsani diubahkan menjadi manusia Ilahi; itulah gambar sorga yang seutuhnya.
(3:11) Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. (3:12) Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?
Apa yang Dia dengar dari Bapa, apa yang Dia lihat dari Bapa, itulah yang Dia sampaikan; itulah suasana sorga. Artinya, membagi Injil Allah menurut kehendak Allah, berada dalam kendali Allah Roh Kudus yang besar.
Jadi, kalau hamba TUHAN memberitakan Injil Allah, rela membagi Injil Allah, berarti;
- Dia memberitakan injil Allah sesuai dengan apa yang dia dengar, apa yang dia lihat dari Allah, dari sorga.
- Kemudian, bersaksi kepada sidang jemaat sesuai dengan apa yang dia dengar, apa yang dia lihat dari Allah, dari sorga.
Inilah resiko yang terjadi kalau seorang hamba TUHAN membagi Injil Allah menurut kehendak sendiri.
Kalau penjahat di luaran sana; tertangkap oleh karena kejahatannya, ia langsung dijebloskan ke dalam penjara. Kalau hamba TUHAN, ia tidak dijebloskan ke dalam penjara, karena tidak ada hukum dunia seperti itu; itu sebabnya saya katakan lebih jahat dari penjahat di luaran sana. Apalagi kalau hamba TUHAN itu terlatih dalam keserakahan, kemudian rohnya pandai memikat sidang jemaat yang lemah imannya untuk mendapat (meraup) keuntungan; bukankah itu lebih jahat dari seorang penjahat? Kalau penjahat di luaran sana, ia berbuat jahat -- mencuri misalnya -- itu karena ia tidak mempunyai uang, namun kalau karena kejahatannya pada akhirnya ia dijebloskan ke penjara, itu karena kesalahannya, tetapi kalau hamba TUHAN berbuat jahat, siapa yang mau jebloskan? Kalau hamba TUHAN terlatih dalam keserakahan, memikat imannya yang lemah, siapa yang mau jebloskan ke dalam penjara?
Oleh sebab itu, seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN, guru agama tidak boleh membagi Injil Allah menurut kehendak manusia.
Yohanes 3:13
(3:13) Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.
Termasuk di dalam hal “naik ke sorga”, belum pernah seorang pun naik ke sorga selain dia yang turun ke dunia orang mati. Jadi, pernyataan ini menggenapi Yosua 3:4. Jangan kita mau dikelirukan lagi, termasuk para pemirsa, anak TUHAN, umat TUHAN dalam dan luar negeri, jangan mau ditipu lagi; merangkai Kerajaan Sorga hanya dengan kata-kata manis, jangan mau ditipu lagi.
Oleh sebab itu, beban di dalam hal memberitakan Injil Allah harus dipikul oleh seorang hamba TUHAN, teramat lebih gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN.
Wahyu 5:1
(5:1) Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai.
Persamaannya adalah firman TUHAN yang ditulis pada dua loh batu; huruf-huruf yang mati ditulis pada dua loh batu, masih dalam bentuk Logos. Kalau firman TUHAN dalam bentuk leterlet, itu sama dengan huruf-huruf firman TUHAN ditulis pada loh-loh batu, belum dibukakan rahasia firman-Nya, masih dalam bentuk Logos. Logos, berarti; huruf-huruf firman itu ditulis pada loh-loh batu, tetapi belum terbuka rahasianya.
(5:2) Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?" (5:3) Tetapi tidak ada seorang pun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya.
- Yang di bumi à Hamba-hamba TUHAN, termasuk hamba TUHAN yang telah menerima 5 (lima) jabatan, termasuk saya sendiri tidak dapat membukakan rahasia firman dari diri saya sendiri.
- Yang di bawah bumi à Makhluk-makhluk yang berada di alam maut, termasuk Iblis atau Setan.
(1:20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (1:21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Jadi, jelas; seorang hamba TUHAN tidak dapat membukakan rahasia firman dari dalam dirinya sendiri, melainkan harus dalam kendali Roh Allah. Hamba TUHAN di dalam memberitakan Injil Allah harus di dalam kendalinya Roh Allah, sehingga dengan demikian terjadilah pembukaan rahasia Firman Allah.
Dorongan Roh Kudus atau ilham Roh Kudus itu contohnya; ayat Firman Allah yang satu menjelaskan ayat firman yang lain, sampai nanti terjadi pembukaan rahasia firman Allah; ayat menjelaskan ayat, itulah ilham Roh Kudus, itu adalah dorongan Roh Kudus.
Kalau ayat firman dijelaskan menurut pengertian manusia, itu adalah dorongan daging. Tetapi ayat Firman Allah dijelaskan oleh ayat firman yang lain, itu adalah dorongan Roh Kudus sampai nanti terjadi pembukaan rahasia firman. Jadi, pembukaan firman bukan dihasilkan oleh pengertian manusia, bukan oleh karena kehendak manusia.
Maka, kita bersyukur dengan apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus, yaitu rela membagi Injil Allah. Bagaimana dengan imam-imam, apakah rela melayani TUHAN?
(5:4) Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorang pun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya.
Kebanyakan orang menangis dan bersedih ketika ia tertindas, kemudian dihimpit persoalan, kemudian oleh karena kematian (kedukaan), dan lain sebagainya; memang tangisan semacam ini tidak jadi masalah, tidak jadi soal, sebab hal itu adalah hal yang wajar yang bisa saja terjadi manakala dalam kedukaan, karena kematian yang kita kasihi, kemudian menangis karena dihimpit persoalan (tidak punya uang, tidak punya beras, tidak punya rumah); itu wajar secara manusiawi.
Namun perlu untuk kita ketahui: Tangisan semacam ini tidak dapat menyelesaikan persoalan, berbeda dengan tangisan Rasul Yohanes di Pulau Patmos. Tangisan yang disebabkan oleh karena dihimpit persoalan tidak dapat menyelesaikan persoalan, tidak dapat memberi jawaban atas persoalan yang menghimpit.
Demikian juga seorang hamba TUHAN; tangisannya di bawah kaki salib adalah hanya untuk pembukaan Firman TUHAN, bukan karena tidak ada beras, bukan karena sidang jemaat mundur, bukan karena tidak ada kolekte, bukan karena persembahan persepuluhan sudah mulai berkurang, bukan.
Tangisan seorang hamba TUHAN di kaki salib adalah hanya untuk satu perkara, tidak untuk yang lain, yakni untuk pembukaan rahasia Firman Allah. Tangisan seorang hamba TUHAN hanyalah untuk pembukaan rahasia firman; inilah tangisan yang dapat menghapus air mata, yang dapat menyelesaikan persoalan, menjadikan segala sesuatu baru.
Inilah hamba TUHAN yang rela membagikan Injil Allah sesuai kehendak Allah, karena dorongan Roh Allah, oleh karena ilham Roh Allah, bukan karena dorongan daging, bukan karena pengertian manusia daging; inilah yang dapat menyelesaikan masalah, menghapus air mata.
Jadi, perlu juga saudara mendoakan pembukaan firman, karena saya tidak sanggup mengerti isi hati saudara secara mendalam. Kalau kita ibadah, jangan hanya asal ibadah rutinitas, tetapi perlu mendoakan pembukaan firman.
(9:23) Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat dikasihi. Jadi camkanlah firman itu dan perhatikanlah penglihatan itu!
Betapa besar kasih TUHAN kepada kita, tidak terukur lagi. Oleh karena pengertian yang kita dapat dari TUHAN, maka kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan ibadah. Kalau kita tidak mempunyai pengertian yang baik, pengertian yang benar, pengertian yang suci, pengertian yang mulia dari sorga, dari Allah, tidaklah mungkin sidang jemaat dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan ibadah, sehingga banyak kesalahan yang terjadi, sesuka hati.
Tetapi oleh pengertian ini, kita dapat menyenangkan hati TUHAN, supaya nanti sebentar kita dengan hati yang hancur merenungkan kebaikan TUHAN; ternyata, pembukaan rahasia firman adalah tanda bahwa TUHAN sangat mengasihi kita semua tanpa terkecuali.
(12:4) Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman; banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah."
Banyak pengetahuan di dunia ini, dan itu bagus, baik itu pengetahuan tentang dunia, pengetahuan tentang alam semesta, pengetahuan tentang kelautan, pengetahuan tentang binatang, pengetahuan tentang darat, dan lain sebagainya, ada lagi pengetahuan di bidang pendidikan, di bidang marinir, macam-macam, itu semua bagus, tidak salah; namun semua pengetahuan itu belum sempurna untuk membawa kita mengenal TUHAN. Tetapi lewat pembukaan rahasia firman, pengetahuan akan bertambah tentang pengenalan akan TUHAN.
(1:5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (1:8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
KEKEKALAN; Penyerahan diri!
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment