Salam sejahtera di dalam kasih Yesus Kristus. Sebagai tanda rasa syukur kepada Tuhan, lewat media ini kami membagi - bagikan Firman Tuhan yaitu Firman Pengajaran yang benar yang rahasianya dibukakan.
Semoga menjadi berkat untuk kita semua. Tuhan Yesus Kristus memberkati.
IBADAH
RAYA MINGGU, 18 OKTOBER 2020 WAHYU
PASAL 12 (Seri:
27) Subtema:
DIASINGKAN UNTUK DIUTUS Shalom. Selamat
sore, selamat petang, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap
kehidupan kita masing-masing. Biarlah kiranya damai sejahtera Kristus
memerintah di hati kita masing-masing. Kita berada pada perhentian yang penuh
dengan damai sejahtera; kiranya ibadah kita TUHAN bawa sampai ke perhentian
yang kekal itu. Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan
Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di
mana pun anda berada. Selanjutnya, kita mohonkan segala kemurahan dari TUHAN
supaya pembukaan Firman TUHAN meneguhkan setiap hati kita masing-masing. Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu, dari Wahyu 12. Wahyu
12:14 (12:14) Kepada
perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya
ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat
ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa. Sebab
pada ayat 13; naga memburu perempuan yang melahirkan anak laki-laki itu,
sehingga kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang
besar, tujuannya ialah supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun
dimana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa
dan setengah masa. Singkatnya:
Diasingkan di padang belantara selama 3.5 tahun (42 bulan = 1260 hari). Dengan
sayap burung nasar yang besar gereja TUHAN berada di padang gurun = diasingkan.
Diasingkan bukan berarti kita mengasingkan diri dari dunia ini. Melainkan
diasingkan, berarti; memberi diri dipimpin oleh TUHAN sehingga TUHAN membawa
kita ke tempat pengasingan. Contoh
diasingkan, kita akan lihat di dalam Kisah Para Rasul 26. Kisah
Para Rasul 26:15-16 (26:15) Tetapi
aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya
itu. (26:16) Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan
diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang
segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang
akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Sementara
dalam perjalanan dengan sebuah misi ke Damsyik, tiba-tiba saja TUHAN
menampakkan diri kepada Paulus untuk selanjutnya ditetapkan menjadi pelayan dan
saksi TUHAN: 1.Tentang segala sesuatu yang telah dia
lihat dari pada TUHAN. 2.Tentang apa yang akan TUHAN perlihatkan
nanti di depan. Sebetulnya
Paulus ini adalah suatu kehidupan yang menganiaya anak-anak TUHAN dari pintu ke
pintu rumah anak-anak Tuhan, demikian juga Paulus mengusung sebuah misi ke
Damsyik untuk mengadakan penganiayaan, itu sebabnya pada saat TUHAN menangkap
dia diperjalanan TUHAN berkata kepada Palus: Akulah Yesus, yang kauaniaya
itu. Tanpa sadar kita seringkali menganiaya TUHAN, menyalibkan TUHAN
berkali-kali, yaitu dengan berbuat dosa. Lebih
jauh kita melihat, tentang: DIASINGKAN Kisah
Para Rasul 25:17 (26:17) Aku akan mengasingkan
engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus
engkau kepada mereka, Singkatnya,
Rasul Paulus diasingkan untuk diutus ke segala bangsa. Sementara, di
tengah-tengah pengutusan itu, Rasul Paulus akan menjadi saksi tentang dua hal: 1.Tentang segala sesuatu yang ia lihat dari
TUHAN. 2.Tentang apa yang akan TUHAN perlihatkan di
depan. Inilah
kehidupan yang diasingkan untuk diutus ke segala bangsa, baik Yahudi maupun
secara khusus kepada bangsa kafir. Keterangan:
TENTANG SEGALA SESUATU YANG IA LIHAT DARI TUHAN. 2
Korintus 12:1-2 (12:1) Aku harus
bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku
hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima
dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun
yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku
tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat
yang ketiga dari sorga. Rasul
Paulus memberitakan penglihatan-penglihatannya kepada jemaat di Korintus,
ketika ia ditangkap oleh TUHAN lalu diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
Dia menceritakan hal itu setelah empat belas tahun Rasul Paulus melayani TUHAN.
Kiranya kita juga mendapatkan berita yang mulia dan suci ini. Singkatnya:
Rasul Paulus memberitakan tentang segala sesuatu yang dia lihat dari TUHAN. Hal
yang dilihat ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Ibrani
9:1-4 (9:1) Memang
perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan
untuk tempat kudus buatan tangan manusia. (9:2) Sebab ada dipersiapkan
suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan
meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di
belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang
maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas,
dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut
perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah
bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, Tentang
segala sesuatu yang diperlihatkan oleh TUHAN kepada Rasul Paulus ketika
diangkat ke tingkat ketiga dari sorga, ialah: A.
Kemah yang paling depan, disebut Ruangan Suci terdapat dua alat:
1.Pelita emasà Ketekunan dalam
Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian = penuh dengan Roh Kudus.
Sehingga, oleh Roh Kudus itu kita menjadi suatu kesaksian di atas muka bumi
ini, di tengah ibadah dan pelayanan.
B.
Kemah yang kedua, disebut Ruangan Maha Suci. Selain
tabut perjanjian, Rasul Paulus juga melihat Mezbah Pembakaran ukupan. Jika
dibandingkan dengan Tabernakel (kemah) Musa: Kemah
yang pertama atau Ruangan Suci, di dalamnya terdapat tiga alat:
1.Meja Roti Sajian à ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci = penuh dengan firman Allah.
2.Pelita Emas à ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu
disertai dengan kesaksian = penuh dengan Roh Kudus.
3.Mezbah Dupa à ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan =
penuh dengan kasih Allah. Sementara
ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, ia melihat
bahwa Mezbah Pembakaran Ukupan atau cawan emas yang berisi ukupan itu sudah
berada di dalam Ruangan Maha Suci. Tetapi
bukan berarti apa yang dilihat oleh Rasul Paulus di tingkat yang ketiga dari
sorga dengan apa yang dilihat oleh Musa di gunung Sinai, bukan berarti bertolak
belakang, bukan berarti kontra diksi. Sore ini TUHAN memberikan suatu
pengertian yang suci dan mulia kepada kita, bahwa puncak ibadah kita di
atas muka bumi ini tidak lain tidak bukan adalah doa penyembahan. Jangan
sampai ada anak-anak TUHAN yang salah mengerti oleh karena tulisan Rasul Paulus
kepada orang Ibrani, sesuai dengan apa yang dia lihat waktu ia diangkat ke
tingkat ketiga yang dari sorga dengan apa yang dilihat oleh Musa, hal itu bukan
bertolak belakang. Justru kita akan melihat dari sisi atau pengertian secara
rohani, bahwa puncak ibadah kita di atas muka bumi ini adalah doa penyembahan.
Mezbah Pembakaran Ukupan itu sudah berada di Ruangan Suci, itulah yang
diperlihatkan oleh TUHAN kepada Rasul Paulus ketika dia diangkat ketingkat yang
ke tiga dari sorga. TUHAN
memperlihatkan perkara-perkara suci dan mulia kepada Rasul Paulus, dan
selanjutnya perkara yang suci tersebut diberitakan kepada jemaat di Korintus;
maka jemaat di Korintus berbahagia dan diberkati TUHAN, demikian juga jemaat di
GPT “BETANIA” diberkati dan
bahagia oleh pemberitaan Firman TUHAN melebihi dari kebahagiaan duniawi. Jadi,
bagi kita sekarang ini, puncak dari ibadah kita di bumi ini adalah doa
penyembahan; itulah suatu kenyataan yang akan membawa kita untuk bertemu dengan
Allah. Asap dupa kemenyan itu berbau harum, menyenangkan hati TUHAN, membawa
kehidupan kita naik di hadirat TUHAN. Saya
juga heran di hari-hari ini; kenapa TUHAN kok gencar-gencar sekali soal
penyembahan ini, saya tidak mengerti. Saya tidak ada sengaja untuk membawa kita
tentang pemberitaan semacam ini, tetapi kenyataannya, itu yang TUHAN berikan
kepada saya, khusus selama wabah Corona ini melanda dunia, saya tidak habis
pikir. Tetapi yang pasti, TUHAN bermaksud baik bagi kita semua, bukan? Lebih
konkrit kita perhatikan Wahyu 8:3. Wahyu
8:3 (8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah
dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu. Di
sini kita melihat; tampilnya seorang malaikat, lalu ia pergi berdiri dekat
mezbah dengan sebuah pedupaanemas. Artinya, Yesus tampil sebagai
Imam Besar Agung untuk memimpin ibadah kita sampai kepada puncaknya selama kita
berada di bumi ini, itulah ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan. Seorang
malaikat lain,
tidak lain tidak bukan, itulah pribadi Yesus Kristus, mengapa? Sebab Dia adalah
Imam Besar Agung yang tampil dalam setiap ibadah-ibadah kita, memimpin
ibadah-ibadah kita untuk dipimpin sampai kepada puncak ibadah, itulah doa
penyembahan; kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk selanjutnya dibakar dan
dipersembahkan. Jadi,
di hari-hari terakhir ini, jadilah mezbah pembakaran ukupan yang besar; jadilah
mezbah yang besar; hidup dalam doa penyembahan yang besar, karena TUHAN Yesus
Kristus tampil sebagai Imam Besar memimpin ibadah kita di bumi ini, dipimpin
sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan; kepadanya diberikan banyak
kemenyan. Jadilah mezbah dupa besar; hiduplah dalam doa penyembahan yang besar. Wahyu
8:4 (8:4) Maka naiklahasap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan
malaikat itu ke hadapan Allah. Kemudian,
asap dupa kemenyan itu naik sampai ke hadirat Allah; menembusi takhta Allah.
Tidak ada suatu perkara di bumi ini yang sanggup menembusi takhta Allah, selain
asap dupa kemenyan. Semua
perkara kalau dilempar ke atas pada akhirnya akan jatuh ke bawah, terikat
dengan daya tarik bumi. Hanya satu perkara yang lepas dari daya tarik bumi,
itulah asap dupa kemenyan, doa penyembahan. Jadi,
tentu saja kita patut bersyukur dan berterima kasih setinggi-tingginya kepada
Dia; seorang malaikat yang lain, Imam Besar Agung yang memimpin ibadah kita
sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan, kepadanya diberikan banyak
kemenyan. Jadilah mezbah dupa besar; hiduplah dalam doa penyembahan yang besar. Kalau
hari-hari ini penyembahan kita satu jam, tingkatkan sampai dua jam. Tetapi
kalau penyembahan tanpa penyerahan diri, itu hanya sekedar berlutut; oleh sebab
itu, harus nyata kalau kehidupan kita ini sudah betul-betul berada dalam
penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah. Wahyu
8:5 (8:5) Lalu
malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan
melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan
gempa bumi. Sementara
di bumi terjadi ledakan-ledakan disertai dengan halilintar dan gempa bumi untuk
menggoncang seantero dunia ini; dan hal itu akan terjadi. Dan goncangan itu
sudah terlihat jelas; menggoncang dunia politik, menggoncang ekonomi,
menggoncang pemerintahan, menggoncang nikah-nikah dan rumah tangga. Setelah
wabah Corona ini melanda dunia, selain menggoncang ekonomi, juga politik,
bahkan pemerintahan kenegaraan, sampai pada nikah dan rumah tangga. Beberapa
bulan yang lalu, oleh karena dampak Corona ini, saya melihat begitu banyak
orang berduyun-duyun ke kantor KUA, tujuannya satu yaitu untuk minta cerai.
Gampang sekali cerai, dan itu akan terjadi di bumi ini. Bumi
ini akan digoncang, sebab banyak ledakan-ledakan yang terjadi untuk menggoncang
bumi ini sampai kepada nikah-nikah. Tetapi lihatlah, ibadah yang sudah
memuncak, itulah doa penyembahan; asapnya naik di hadirat TUHAN, lepas dari
daya tarik bumi, lepas dari goncangan-goncangan dunia. Wahyu
8:1 (8:1) Dan
ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di
sorga, kira-kira setengah jam lamanya. Di
bumi ada ledakan, ada goncangan; sebaliknya, suasana di dalam Kerajaan Sorga
ialah sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya. Ini
adalah suasana dalam doa penyembahan, suatu ketenangan yang penuh damai yang
tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, selain dirasakan oleh orang yang hidup
dalam doa penyembahan itu sendiri. TUHAN
memberikan suatu janji; janji-Nya adalah “ya” dan “Amin”, tidak dusta. TUHAN
memberikan kita ibadah untuk dijadikan sebagai sarana sehingga kita berada pada
puncak ibadah, itulah doa penyembahan, sehingga kita boleh mengalami suatu
ketenangan dan kebahagiaan yang penuh damai, yang tidak bisa dilukiskan oleh
kata-kata, tidak bisa dilukiskan oleh pemikiran, selain hanya oleh orang yang
merasakan itu sendiri, yang mengalami doa penyembahan itu sendiri. Banyak
anak TUHAN tidak memahami soal ibadah; dia hanya mengetahui Ibadah Raya Minggu,
tetapi tidak mengerti soal puncak ibadah. Sementara puncak ibadah, asapnya itu
begitu harum menarik perhatian Mempelai Laki-Laki Sorga, TUHAN Yesus Kristus. TUHAN
Yesus baik, bukan? Janji-Nya adalah “ya” dan “Amin”. Mungkin bahasa saya
sederhana dalam tutur kata dalam hal pemberitaan firman, tetapi maknanya itulah
yang kita tangkap sekarang, bukan soal bahasa yang tinggi, tetapi maknanya yang
harus kita perhatikan sekarang. Yesaya
28:11-12 (28:11) Sungguh,
oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa
asing akan berbicara kepada bangsa ini (28:12) Dia yang telah
berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian
kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi
mereka tidak mau mendengarkan. (28:13) Maka mereka akan mendengarkan
firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu,
tambah ini tambah itu!" supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang,
sehingga luka, tertangkap dan tertawan.
Singkatnya: Ibadah
itu tidak hanya sampai kepada Sabatnya orang Yahudi. Kalau ibadah itu hanya
memuncak sampai kepada Sabatnya orang Yahudi (Sabatnya Taurat), maka terikat
dengan banyaknya aturan-aturan, yang mengatakan: "Harus ini harus itu,
mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!"
Tetapi,
ibadah itu harus memuncak sampai kepada Sabatnya Tuhan Yesus Kristus, yaitu
hari ketujuh, hari perhentian; itulah puncak ibadah, doa penyembahan; hari
perhentian. Jelas, kalau kita melihat peta zaman, 2000 + 2000 + 2000 + 1000 =
7000 = hari ketujuh, inilah Sabatnya TUHAN Yesus Kristus; inilah puncak ibadah,
yaitu doa penyembahan, hari perhentian yang penuh dengan kedamaian.
Inilah
yang TUHAN mau. Jadi, puncak ibadah bukan sampai kepada Sabatnya Yahudi,
melainkan Sabatnya TUHAN Yesus.
Kita
tentu saja bersyukur kepada TUHAN; puncak ibadah adalah doa penyembahan, hari
perhentian penuh dengan damai sejahtera, itulah kerajaan 1000 tahun damai
sejahtera. Hari-hari
ini TUHAN tolong ibadah kita supaya ibadah ini betul-betul memuncak sampai
kepada doa penyembahan, hari perhentian, penuh dengan damai sejahtera. Mazmur
92:1 (92:1) Mazmur. Nyanyian
untuk hari Sabat. Perikop
ayat ini adalah “TUHAN hakim yang adil”, Dia memutuskan segala perkara
sehingga umat-Nya dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik; Dia
adil. Oleh sebab itu, dalam doa, saya juga senantiasa memohon kemurahan TUHAN,
di mana yang menjadi nomor satu dalam doa saya di hari-hari ini adalah supaya
TUHAN beri hikmat, tidak meminta yang lain, tetapi supaya TUHAN berikan
pembukaan firman (memutuskan perkara di tengah pemberitaan firman), sehingga
sidang jemaat (umat TUHAN) dapat memutuskan perkara, dapat membedakan antara
yang baik dan yang tidak baik. Mazmur.
Nyanyian untuk hari Sabat. Mazmur, itu merupakan nyanyian untuk hari
Sabat. Nyanyian pengagungan yang keluar dari mulut, itu nyanyian hari Sabat,
penyembahan, puncak ibadah. Puncaknya ibadah adalah Sabatnya TUHAN, bukan Sabat
Yahudi yang penuh dengan aturan. Mazmur
92:14 (92:14) mereka
yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Mereka
yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Jelas,
tunas Daud adalah doa penyembahan; itulah nyanyian hari Sabat, doa penyembahan,
itu adalah Sabatnya TUHAN, puncak ibadah, bukan Sabatnya Yahudi. Kita
patut bersyukur kepada TUHAN. Kemurahan TUHAN besar kepada kita; tidak terukur
kasih-Nya. Lebih
konkrit, lebih jelas, lebih detil, lebih rinci, kita akan memperhatikan Lukas
13:25-27, tetapi supaya kita mendapat suatu pandangan yang rohani dan
pengertian yang baik, kita membaca mulai dari ayat 23. Lukas
13:23-24 (13:23) Dan ada
seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang
diselamatkan?"(13:24) Jawab
Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu
yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk
masuk, tetapi tidak akan dapat. Kalau
berbicara tentang “pintu”, jika dikaitkan dengan pola Tabernakel: Di dalam
Tabernakel terdapat tiga pintu. Yang
Pertama: Pintu gerbang, artinya; percaya, yakin kepada TUHAN
Yesus Kristus, itulah pintu gerbang sorga. Yang
Kedua: Pintu kemah, artinya; dibaptis atau dipenuhkan oleh Roh
Kudus. Mulai sempitlah pintu itu; dipenuhkan dengan Roh Kudus, dibaptis dengan
Roh Kudus. Lalu berada dalam Ruangan Suci; saat ini kita berada di tengah
pengudusan lewat tiga macam ibadah pokok, untuk selanjutnya dilabuhkan ke
Ruangan Maha Suci. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat untuk melabuhkan kita,
tetapi tentu saja harus melewati pintu atau yang disebut tirai. Yang
Ketiga: Tirai atau tabir Bait Suci Allah. Supaya tirai itu bisa
terbuka, harus terlebih dahulu melewati perobekan daging; sudah semakin sempit
sekali. Maka,
ketika ada pertanyaan: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang
diselamatkan?" TUHAN tidak segera mengatakan: “Ya, sedikit”
TUHAN tidak mau mematahkan semangat orang, tetapi yang TUHAN katakan adalah: “Berjuanglah”,
berjuang untuk melewati pintu itu. Berjuanglah untuk masuk melalui pintu
yang sesak itu! Pintu selalu terkait dengan jalan. Pintu sesak, jalannya
sempit. Segera
kita masuk memperhatikan ayat 25-27. Lukas
13:25-27 (13:25) Jika tuan
rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan
mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan
menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. (13:26)
Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu
dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. (13:27)
Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang,
enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Sekilas,
pernyataan ini agak sadis, tidak punya perasaan, tetapi perhatikanlah
baik-baik. Kalau
anak-anak TUHAN ibadahnya hanya sebatas; -Makanà Berpegang pada
firman TUHAN = Ibadah Pendalaman Alkitab. -Minum à Berpegang pada persekutuan Roh Kudus
(kesaksian) = Ibadah Raya Minggu. Konsekuensinya
ialah tidak dikenal TUHAN. Kalau ibadah di bumi tidak memuncak sampai kepada doa
penyembahan, maka ia tidak dikenal TUHAN. Inilah
keuntungan apabila kita menerima bahkan digembalakan langsung oleh firman
pengajaran dalam Terang Tabernakel; sebab dengan pengajaran Tabernakel,
semuanya menjadi terang benderang, pendeknya ibadah ini tidak dimanipulasi. Saya
ulangi lagi untuk berkata seperti apa yang saya sampaikan di tengah Ibadah
Pendalaman Alkitab: Terlalu banyak hamba TUHAN mengada-ngada di tengah ibadah
dan pelayanan, suka mengada-ngada tentang sorga, suka berhalusinasi, suka berkhayal
tentang Kerajaan Sorga, dia berpikir supaya jemaat melihat Kerajaan Sorga,
padahal sebetulnya dia sedang memanipulasi sidang jemaat, sebaliknya sidang
jemaat tidak melihat Kerajaan Sorga. Tetapi kepada kita, TUHAN memperlihatkan
Kerajaan Sorga, TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga Kerajaan Sorga
nampak di depan mata, tinggal kita mau melangkah sesuai ketetapan firman atau
tidak. Contoh
mengada-ngada tentang sorga:
-Setiap kali kotbah selalu berbicara
tentang naik-turun sorga.
-Lalu ada lagi pengakuan dari seorang hamba
Tuhan katanya, ia diminta oleh TUHAN untuk mengembalikan kuasa perjamuan suci
dan minyak urapan; padahal, siapa manusia yang dapat mengembalikan kuasa
perjamuan suci dan minyak urapan?
-Yang paling heran, katanya; ia diutus oleh
TUHAN untuk memimpin 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang. Loh, siapa
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) itu? 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) adalah inti mempelai, sedangkan kita adalah bangsa kafir. Lah,
siapa bangsa kafir memimpin inti mempelai?
Dia
mengada-ngada tentang Kerajaan Sorga; dia mencoba merangkai sebuah Kerajaan
Sorga dengan kata-kata, supaya seolah-olah dia sedang memperlihatkan Kerajaan
Sorga kepada sidang jemaat, tetapi sebetulnya dia sedang berhayal dan memanipulasi
sidang jemaat karena sesungguhnya sidang jemaat tidak melihat Kerajaan Sorga. Tetapi
sore ini, TUHAN memperlihatkan Kerajaan Sorga bagi kita; TUHAN tidak
memanipulasi kita semua. Itulah yang patut kita syukuri kepada TUHAN, di mana
akhir perjalanan rohani kita bukan berkat jasmani, melainkan supaya tubuh
dengan kepala menyatu. -Kalau hanya penuh dengan firman = Ibadah
Pendalaman Alkitab. -Kalau hanya penuh dengan Roh Kudus =
Ibadah Raya Minggu. Di
sini dikatakan: Tidak dikenal TUHAN. Mengapa demikian? Sebab ibadah
mereka belum memuncak sampai kepada doa penyembahan. Sekalipun
mereka mengaku: Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Engkau
sudah mengajar kami tentang jalan-jalan TUHAN, tetapi kalau ibadah tidak
memuncak, maka ia tidak dikenal TUHAN. Bahkan ironisnya, TUHAN berkata: Enyahlah
dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Mohon
maaf kepada yang belum tekun tiga macam ibadah pokok, saya tidak menghakimi
saudara, tetapi TUHAN yang sedang menyatakan hakim-Nya di tengah ibadah dan
pelayanan ini. Saya hanya menjalankan tanggung jawab saya. Kalau
saya seolah-olah berbicara salib, tetapi salib itu saya penggal;
-Lalu saya ganti dengan firman yang
ditambahkan, misalnya; menyampaikan satu dua ayat ditambahkan cerita si kancil,
si kura-kura, si buaya; seolah-olah berbicara salib, padahal salibnya sedang
dipenggal (dipotong).
-Lalu dikurangi lagi dengan theologi
kemakmuran, soal berkat dan mujizat.
Tetapi
TUHAN tidak memanipulasi kita; mari kita pikul salib yang memimpin ibadah kita
sampai kepada doa penyembahan. Kidung
Agung 7:9-10 (7:9)
Kata-katamu manis bagaikan anggur!” Ya, anggur itu mengalir kepada kekasihku
dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir orang-orang yang sedang tidur!
(7:10) Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju. Perikop
ayat ini adalah “Kenikmatan Cinta” Ini loh yang sebenarnya TUHAN
dambakan dari sidang mempelai wanita TUHAN. Persembahan
dari mempelai wanita adalah persembahan yang tertinggi, sebab persembahannya
khusus hanya kepada TUHAN; itulah puncak ibadah, yaitu doa penyembahan,
penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah. Tidak ada
gairah-gairah kepada yang lain-lain, kecuali khususnya kepada Dia; inilah
penyembahan yang TUHAN mau, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak
Allah. Itulah
tentang segala sesuatu yang dilihat oleh Rasul Paulus ketika ia
diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Kalau
kita belajar untuk mengerti isi hati TUHAN, di mana rencana-Nya dinyatakan,
pasti kita senantiasa mendengar dan menikmati semua pernyataan-pernyataan
kasih-Nya. Nikmatilah pernyataan kasih TUHAN lebih dari sekedar menonton
televisi. Keterangan:
TENTANG APA YANG AKAN TUHAN PERLIHATKAN DI DEPAN. Kisah
Para Rasul 20:22-23 (20:22) Tetapi
sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak
tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (20:23) selain dari pada
yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan
sengsara menunggu aku. Singkatnya:
Sebagai tawanan Roh, Rasul Paulus menurut dan memberi diri dipimpin oleh kuasa
dari Allah Roh Kudus yang suci, sekalipun di depannya penjara dan sengsara
menunggu dia. Tawanan
Roh,
berarti; terikat dengan Roh TUHAN = terikat dengan kegiatan Roh =terikat dengan ibadah-ibadah dan pelayanan,
serta kegiatan yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, jangan kita melepaskan
diri dari tawanan Roh hanya karena menginginkan kebebasan dunia, sebab itu
merupakan jerat Iblis atau Satan. Jangan melepaskan diri dari tawanan Roh
karena menginginkan kebebasan dunia, jangan. Menginginkan kebebasan dunia, itu
adalah merupakan jerat Setan. Namun,
biarlah kita semuanya menjadi tawanan Roh; apapun yang terjadi di depan, kita
tidak peduli, sebab yang terpenting adalah kita semua menjadi tawanan Roh,
terikat dengan ibadah pelayanan, terikat kontrak dengan Roh TUHAN sampai
selama-lamanya. Kisah
Para Rasul 20:24 (20:24) Tetapi
aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai
garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan
Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. Rasul
Paulus tidak peduli dengan apapun yang terjadi di depan, dengan catatan: ia
dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanannya. Kaum
Muda Remaja tidak perlu takut; yang tidak kuliah tidak perlu takut. Kalau
memang tidak cukup biaya, lalu tidak kuliah; tidak usah takut soal masa depan,
sebab yang terpenting bagi kita adalah menjadi tawanan Roh, taken
kontrak dengan Roh TUHAN selama-lamanya. Jangan resign hanya karena
menginginkan kebebasan dunia, sebab itu adalah jerat Setan, itu adalah
perangkap Setan. Lihatlah
pribadi dari pada Rasul Paulus: tidak peduli dengan apapun yang terjadi di
depan, dengan catatan; ia dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan
pelayanannya. Biarlah kita menunaikan tugas pelayanan ini sampai TUHAN datang,
sampai Maranatha. 2
Timotius 4:6-7 (4:6) Mengenai
diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku
sudah dekat. (4:7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Perikop
ayat ini adalah “Penuhilah panggilan pelayananmu” Jelas, hal ini terkait
dengan tawanan Roh. Jangan resign dari tawanan Roh hanya karena
menginginkan kebebasan dunia. Rasul
Paulus telah mengakhiri pertandingan yang baik, ia telah mencapai garis akhir.
Itu sebabnya tadi saya katakan di atas tadi: Jangan resign dari tawanan
Roh, tetapi resignlah dari ikatan roh-roh yang bukan dari Roh TUHAN. Kalau
biasa keluyuran di luaran sana, segera resign, putus kontrak dengan
roh-roh itu; selanjutnya, beralih kepada Roh TUHAN, menjadi tawanan Roh sampai
menyelesaikan tugas pelayanan yang dipercayakan, sampai mencapai garis akhir. Garis
akhir,
itulah yang dimaksud “di depan”. Walaupun darahnya dipersembahkan, itulah
korban di atas mezbah, sampai mati; garis akhir. Berarti, Rasul Paulus
meneladani apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus, Anak Allah, di atas kayu
salib. Yohanes
19:31-34 (19:31) Karena
hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak
tinggal tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar --
maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya
kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. (19:32)
Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan
kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; (19:33)
tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka
tidak mematahkan kaki-Nya, (19:34) tetapi seorang dari antara prajurit
itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan
air. “...
Sebab Sabat itu adalah hari yang besar ...” Tetapi tadi kita sudah melihat;
ibadah kita puncaknya tidak hanya sebatas Sabat Yahudi, bukan? Itu hanya aturan
saja; harus begini, harus begitu, capek kita. Akhirnya, jatuh terlentang,
menjadi tawanan; tidak selamat, binasa. Tetapi ibadah ini harus memuncak sampai
kepada Sabatnya TUHAN Yesus, itulah hari ketujuh, itulah kerajaan seribu tahun,
hari perhentian yang penuh damai sejahtera. Itulah suasana sorga; sunyi senyap
kira-kira setengah jam, yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, tetapi
bisa dirasakan bagi mereka yang mengalami, yaitu ibadah yang memuncak sampai
kepada penyembahan. Garis
akhir dari pekerjaan TUHAN di atas muka bumi ini adalah Yesus mati di atas kayu
salib. Karena Dia telah mati di atas kayu salib, maka prajurit-prajurit itu
tidak mematah-matahkan tulang-Nya; tidak ada satu pun tulang-tulang Yesus yang
dipatah-patahkan, melainkan menombak lambung Yesus, maka segera keluar darah
dan air, terjadi kelahiran baru. Kalau anak lahir, tandanya ialah air ketubah
dan darah, terjadi kelahiran baru; hal ini berlaku bagi bangsa kafir. Tetapi yang
pasti, oleh karena kematian Yesus di kayu salib; tidak ada satu pun
tulang-tulang-Nya yang dipatahkan. Inilah
pekerjaan TUHAN yang terakhir sekali di atas muka bumi ini, yaitu mati di kayu
salib. Dan oleh karena kematian-Nya, tidak ada satu pun dari tulang-tulang-Nya
yang dipatah-patahkan. Dengan demikian terwujudlah pembentukan tubuh Kristus
yang sempurna, terwujudnya kesatuan tubuh yang sempurna. Tidak ada
tulang-tulang yang dipatah-patahkan, itulah utuh, itulah kesatuan tubuh yang
sempurna. Inilah garis akhir “di depan”. Mari
kita melihat NUBUATAN DARI PENCIPTAAN. Kejadian
2:22-23 (2:22) Dan dari
rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. (2:23) Lalu berkatalah
manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.
Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Dan
dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan ... Dibangun, dibentuk, dengan kata lain; terwujudnya
pembangunan tubuh, terwujudnya pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, lalu
dibawa masuk dalam pesta nikah Anak Domba; Adam yang akhir (manusia yang
akhir), Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Lalu
berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan ... Dia dinamai mempelai perempuan
TUHAN, karena dia sudah masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna;
inilah garis akhir dari pelayanan di atas muka bumi, tidak ada yang lain. Ini
garis akhir “di depan”, tidak ada yang lain. Setelah
terwujudnya pembangunan tubuh, pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, barulah
dia disebut “perempuan”, mempelai perempuan TUHAN, Inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku; inilah garis akhir, inilah yang dimaksud
oleh Rasul Paulus “di depan”. Rasul Paulus tidak peduli, dia tidak menghiraukan
nyawanya, dengan catatan: asal ia dapat menyelesaikan tugasnya sampai garis
akhir, yakni; terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. =
Sidang Mempelai Tuhan. 2
Korintus 11:1 (11:1) Alangkah
baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar
terhadap aku! Alangkah
baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Jika ada
kebodohan di dalam penggembalaan ini, sabar ya. Kalau dalam pemberitaan
firman, bahasa saya terlalu sederhana, sabar ya. Yang penting adalah
kita mendapat makna rohani yang dalam. Sabar,
manakala terlihat kekurangan saya; sabar ya. Yang terpenting adalah kita
bisa menyelesaikan tugas sampai garis akhir, yaitu masuk dalam pesta nikah. Sabar,
jangan lantas putus asa melihat kekurangan saya. Masih banyak kekurangan saya,
tetapi saya juga meminta doa supaya TUHAN mampukan menjadi contoh teladan yang
baik, menjadi pemimpin, karena saya adalah gembala sidang untuk kawanan domba,
bukan gembala sidang untuk kawanan bebek. Kalau kawanan bebek, gembalanya di
belakang, tetapi gembala sidang kawanan domba berada di depan, menjadi teladan. Yesus
Kristus, Gembala Agung, Dia teladan yang sempurna, Dia sudah menyelesaikan
pekerjaan-Nya sampai selesai, mati di kayu salib; itulah garis akhir Yesus. Dan
oleh karena kematian-Nya, tidak ada satu pun dari tulang-tulang-Nya yang
dipatah-patahkan, dengan demikian; terbentuknya pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna. Setelah terwujudnya pembangunan, barulah Yesus berkata: inilah
mempelai perempuan TUHAN, inilah isteri, inilah sasaran akhir dari
perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini. Hal inilah yang didambakan oleh
TUHAN. 2
Korintus 11:2 (11:2) Sebab aku
cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan
kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci
kepada Kristus. Rasul
Paulus telah mempertunangkan sidang jemaat di Korintus kepada pribadi Yesus
Kristus, Mempelai Laki-Laki Sorga; dipertunangkan kepada Mempelai Laki-Laki
Sorga sebagai perawan suci. Itu berbicara soal pembentukan tubuh Kristus yang
sempurna. Inilah
garis akhir yang dimaksud oleh Rasul Paulus; dapat menyelesaikan, mengakhiri
tugasnya, menyelesaikan pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Kita
kembali membaca Injil Yohanes 19:36. Yohanes
19:36 (19:36) Sebab hal
itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada
tulang-Nya yang akan dipatahkan.” "Tidak
ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Tidak ada satu pun
dari tulang-tulang Yesus yang dipatahkan, supaya dengan demikian; nubuatan para
nabi tergenapi. Kesaksian Yesus adalah roh nubuat; semua nubuat dari para nabi
digenapi di atas kayu salib. Oleh
sebab itu, biarlah kiranya kita meneladani apa yang telah dikerjakan oleh Yesus
dua ribu tahun yang lalu; menyelesaikan pekerjaan-Nya sampai garis akhir, yaitu
mati di kayu salib. Biarlah kiranya lewat ibadah ini, kita masuk dalam
pengalaman Yesus dalam tanda kematian Yesus Kristus. Keluaran
12:46 (12:46)Paskah
itu harus dimakan dalam satu rumah juga; tidak boleh kaubawa sedikit pun
dari daging itu keluar rumah; satu tulang pun tidak boleh kamu patahkan. Perikop
ayat ini ialah “Ketetapan lebih lanjut mengenai Paskah.”
-Paskah itu harus dimakan dalam satu rumah
juga
... Dalam satu rumah, berarti; tidak boleh terpisah-pisah.
-Tidak boleh kaubawa sedikit pun dari
daging itu keluar rumah. Dagingnya tidak boleh dibawa keluar dari
rumah.
-Satu tulang pun tidak boleh kamu patahkan.
Hal
yang senada kita perhatikan Bilangan 9. Bilangan
9:12 (9:12)Janganlah
mereka meninggalkan sebagian dari padanya sampai pagi, dan satu tulang
pun tidak boleh dipatahkan mereka. Menurut segala ketetapan Paskah haruslah
mereka merayakannya. Merayakan
Paskah tidak hanya sebatas menjalankan ibadah Paskah, namun sudah harus menyatu
dengan KEMATIAN TUHAN YESUS KRISTUS = GARIS AKHIR. Manfaatnya: Terwujudnya
kesatuan tubuh Kristus yang sempurna. Oleh
sebab itu, dalam Keluaran 12; dagingnya tidak boleh dibawa keluar
rumah dan dalam Bilangan 9; tidak boleh disisakan sampai pagi
dan tulangnya sama-sama tidak boleh dipatahkan. Kiranya
pengalaman kematian ini KITA NIKMATI, tujuannya supaya kita bisa menyatu satu
dengan yang lain. Sebagaimana dalam pernyataan Yesus di dalam Injil Yohanes
4:34"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Jadi, betul-betul korban paskah, yakni;
pengalaman kematian Yesus itu dinikmati, supaya terjadinya kesatuan tubuh.
Pengalaman kematian inilah garis akhir. Itu
sebabnya di atas tadi saya katakan kalau terlihat ada kebodohan sedikit sabar
ya, betul-betul sabar dalam pengalaman kematian itu supaya terwujudnya kesatuan
tubuh Kristus yang sempurna. Oleh sebab itu, nikmati saja korban Paskah,
nikmati saja pengalaman kematian itu, sehingga betul-betul daging tidak
bersuara; tidak ada sungut-sungut di dalam pengalaman kematian. Jangan
kita mengajar orang lain untuk menikmati kematian, tetapi kita tidak masuk
dalam pengalaman kematian. Oleh sebab itu, nikmati saja pengalaman kematian;
jangan disisakan sampai besok berarti untuk satu dalam kematian Tuhan Yesus
Kristus, jangan ditunda-tunda, nikmati saja supaya tulang-tulangnya tidak
dipatahkan (terwujud kesatuan antara anggota tubuh yang berbeda-beda). Tubuh
itu satu, anggotanya banyak; karakternya berbeda-beda, warnanya banyak. Tapi
kalau anggota yang berbeda-beda itu satu luar biasa indah dan eloknya. Mazmur
34:20-21 (34:20)
Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya
itu (34:21)Ia melindungi segala tulangnya, tidak satu pun yang
patah. Manfaat
dari kesatuan tubuh Kristus yang sempurna: nyata perlindungan Tuhan dalam
kehidupan kita. Sekalipun kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN
melepaskan dia dari semuanya itu, Ia melindungi segala tulang-Nya, tidak satu
pun yang patah. Biarlah
kita memelihara kesatuan Roh sekalipun anggota tubuh itu berbeda-beda. Demikian
imam-imam sekalipun karunia-karunia dalam melayani TUHAN berbeda-beda, tetapi
sumbernya harus dari Roh yang satu dan yang sama. Kalau melayani dari sumber
yang berbeda-beda, yang satu dari Roh TUHAN dan yang satu dari roh daging, maka
akan terjadi sikut menyikut.
Nikmati
korban Paskah, nikmati pengalaman kematian, supaya kita semua menjadi satu.
Inilah garis akhir, pekerjaan TUHAN di atas muka bumi ini, sehingga apapun yang
terjadi Rasul Paulus tidak peduli yang penting dia menyelesaikan tugasnya di
atas muka bumi ini. Perkara ini harus tertanam dalam hati dan pikiran kita
semua. Yang pasti kalau kita menjadi satu TUHAN akan memelihara apapun yang
terjadi; Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari
semuanya itu. Kembali
kita akan membaca Kisah Para Rasul 26. Tujuan
diasingkan: Kisah
Para Rasul 26:18 (26:18) untuk membuka
mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari
kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh
pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang yang dikuduskan. Tujuan
diasingkan adalah untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari
kegelapan kepada terang dan dari kuasa iblis kepada Allah, supaya mereka oleh
iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa
yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Diasingkan
untuk diutus ke segala bangsa, tujuannya untuk membuka mata mereka = mencelikkan
mata mereka. Mari
kita melihat mata yang tercelik, sebagaimana TUHAN Yesus mencelikkan mata
rohani. Yohanes
19:37 (19:36) Sebab hal
itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada
tulang-Nya yang akan dipatahkan. (19:37) Dan ada pula nas yang
mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam." "Mereka
akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam." Lewat
peristiwa kematian Yesus di kayu salib, mereka akan memandang kepada Dia yang
telah mereka tikam = mata rohani tercelik (terbuka). Zakharia
12:10 (12:10) "Aku
akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga
Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang
telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal,
dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung. Biarlah
kiranya TUHAN curahkan roh pengasihan dan roh permohonan kepada kita; ada belas
kasih TUHAN dan diberikan kesempatan untuk menaikkan permohonan-permohonan.
Terlalu banyak yang kita mohonkan di atas muka bumi ini; suami memohonkan
isterinya dan isteri memohonkan suaminya, orang tua memohonkan anaknya dan anak
juga kalau melihat orang tua jauh dari TUHAN dimohonkan kepada TUHAN, masih
banyak lagi perkara yang lain yang dimohonkan kepada TUHAN termasuk soal bisnis
usaha, pekerjaan, kesehatan, pergumulan-pergumulan, dan lain sebagainya. TUHAN
Yesus baik kepada kita semua. Oleh
karena roh pengasihan dan roh permohonan, akhirnya mata rohani mereka tercelik;
senantiasa memandang korban Kristus, tidak kepada yang lain, supaya kita kuat
menghadapai segala perkara yang ada di atas muka bumi ini. Biarlah
hal itu nyata sampai Ia datang kembali untuk kali yang kedua, senantiasa
mengarahkan pandangan kita kepada korban Kristus, tidak kepada yang lain =
tercelik. Wahyu
1:7 (1:7) Lihatlah,
Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka
yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. Setiap
mata akan melihat Dia. Mulai dari sekarang belajar untuk
senantiasa mengarahkan pandangan kepada korban Kristus, tidak kepada yang lain.
Sehingga kita juga melihat, apabila Ia kembali untuk yang kedua kalinya. Belajar
untuk senantiasa mengarahkan pandangan kepada korban Kristus, bukan kepada yang
lain sampai Maranatha; TUHAN datang kembali sebagai Raja dan Mempelai Pria
Sorga. Kemarin
salah satu jemaat berkata kepada saya “doakan om supaya anak saya yang pertama
turut beribadah” saya doakan terus, satu minggu anak yang kedua ikut beribadah,
dan sekarang sudah dua minggu belum juga anak yang pertama datang beribadah,
namun saya tidak pernah putus harap sampai anak yang pertama dari jemaat yang
meminta doa ini betul-betul tergembala dan ibadahnya dipimpin oleh Imam Besar
Agung sampai kepada puncaknya; doa penyembahan, sampai akhirnya ada pengakuan; kepadaku
gairahnya tertuju... Kidung Agung 7:10. Demikian
juga, kalau mata rohani kita sudah tercelik maka otomatis mata kita senantiasa
diarahkan kepada korban Kristus, dan kita bersyukur kepada TUHAN itu merupakan
roh pengasihan dan roh permohonan dari TUHAN dicurahkan kepada kita, dan
biarlah itu nyata sampai kedatangan TUHAN pada kali yang kedua sebagai Raja dan
Mempelai Pria Sorga. BUKTI
MATA SUDAH TERCELIK. Kisah
Para Rasul 26:18 (26:18) untuk
membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan
dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku
memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Bukti
mata tercelik: supaya mereka berbalik = bertobat. Jangan
kita setengah bertobat, yaitu berhenti berbuat doa tetapi selanjutnya tidak
menyerahkan hidupnya kepada TUHAN. yang TUHAN mau ialah bertobat sepenuhnya;
berbalik kepada TUHAN. Berbalik,
sama dengan bertobat:
-Dari kegelapan kepada terang yang ajaib. TUHAN
membawa kita kepada terang yang ajaib; terang itu hidup dan hidup itu adalah
terang ... Yohanes 1:3-4.
-Dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya
mereka oleh iman mereka kepada TUHAN memperoleh pengampunan dosa dan mendapat
bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.
Kalau
kita bertobat seratus persen keuntungannya: 1.Ada pengampunan. 2.Mendapat bagian dari apa yang ditentukan
untuk orang-orang yang dikuduskan. Kita
ini adalah bangsa kafir -- sesuai yang dikatakan Efesus 2:11-13. --,
tetapi oleh darah salib yang jauh menjadi dekat. Kisah
Para Rasul 26:19 (26:19) Sebab
itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku
tidak taat. Pernyataan
Rasul Paulus kepada raja Agripa dalam pembelaannya dihadapan raja Agripa. Rasul
Paulus berkata: kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku
tidak taat = taat kepada segala sesuatu yang diperlihatkan Tuhan
kepada Rasul Paulus. Biarlah
kita taat dari apa yang sudah kita terima dari TUHAN. TUHAN memperlihatkan
segala sesuatu dalam suasana kerajaan sorga, lalu diberitakan kepada jemaat di
Korintus dan berita itu juga ternyata sampai pada sore ini kepada kita semua.
Jelas itu karena doa penyahutan Yesus sebagai Imam Besar di atas kayu salib: "Eli,
Eli, lama sabakhtani?" Doa penyahutan itu naik (hadirat Allah) dari
langit dipantulkan sampai sore ini, itulah karya di Golgota. Jadi,
apa yang telah disampaikan (diberikan) oleh Rasul Paulus kepada jemaat di
Korintus telah dipantulkan dari langit sampai pada sore ini, karena hasil doa
penyahutan Yesus Anak Allah yang juga Imam Besar Agung. Kita
bersyukur, sebab itu apa yang sudah kita terima dari TUHAN kita tetap taat
tentang:
1.Tentang segala sesuatu yang ia lihat dari
TUHAN.
2.Tentang apa yang akan TUHAN perlihatkan di
depan, itu garis akhir; terwujudnya pesta nikah Anak Domba. Apapun
yang terjadi harus terwujud pesta nikah Anak Domba, siap bayar harga, asal kita
sabar-sabar saja.
Soal
taat dan pembelaan Rasul Petrus dan Yohanes, mari kita Kisah Para Rasul 5. Kisah
Para Rasul 5:29 (5:29) Tetapi
Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat
kepada Allah dari pada kepada manusia. Petrus
dan Yohanes berkata: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada
manusia.” Sekalipun
mereka dilarang untuk mengajarkan tentang ajaran salib, tetapi mereka tidak
berhenti, sebab mereka taat kepada ajaran TUHAN, tidak takut dengan ancaman
manusia. Kisah
Para Rasul 4:18-19 (4:18) Dan
setelah keduanya disuruh masuk, mereka diperintahkan, supaya sama sekali jangan
berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. (4:19) Tetapi Petrus dan
Yohanes menjawab mereka: "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar
di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Perikop
dari pada ayat ini: Petrus dan Yohanes dihadapan Mahkamah Agama. Sebagaimana
pembelaan Rasul Paulus dihadapan raja Agripa, juga Petrus dan Yohanes dengan
pembelaan mereka di hadapan Mahkamah Agama tetap selalu berbicara soal
ketaatan. Jadi, kalaupun kita dihadapkan dengan pengadilan apapun tetap taat
kepada salib Kristus. Biarlah
kita taat kepada TUHAN saja. Apapun resikonya, kita tetap taat kepada TUHAN,
seperti teladan Rasul Paulus. Ibrani
5:7-8 (5:7) Dalam
hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan
ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut,
dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. (5:8) Dan sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, Sekalipun
Ia adalah Anak Allah, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah
diderita-Nya. Sekalipun
ada ancaman apapun, belajar untuk menjadi TAAT dari apa yang telah diderita. Kiranya
hal ini berlaku dalam kehidupan kita. Setelah kita melihat soal diasingkan ini
dan biarlah hal itu nyata dalam kehidupan kita selama kita diam di bumi dan
senantiasa tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Mari
kita melihat kisi-kisi di minggu yang akan datang. Wahyu
12:15 (12:15)Lalu
ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan
itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu. Kepada
perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang bebas, lalu
diasingkan; jauh dari mata ular. Namun
usaha ular tidak berhenti sampai disitu, kemudian ular itu menyemburkan dari
mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan
sungai itu. Bukan Setan namanya kalau ia tidak membuat tandingan; termasuk
sorga, sungai yang besar juga ada tandingannya. Karena
Setan melihat bahwa perempuan itu sudah diasingkan, dia tidak berhenti, dia
selalu mengejar, sehingga dia menyemburkan air dari mulutnya, sebesar sungai,
ke arah perempuan itu, tujuannya: supaya perempuan itu dihanyutkan sungai itu. Kita
sudah melihat berkat dari ayat 14, mengenai sayap burung nasar yang
besar supaya ia diasingkan. Memang nanti mereka yang menerima dua sayap burung
nasar yang besar akan diasingkan ke padang gurun. Saudara tidak perlu bertanya kepada
saya “dimana padang gurun?” itu haknya TUHAN, yang TUHAN mau supaya kita
mengerti dan taat tentang dua hal itu: 1.Ibadah memuncak sampai kepada doa
penyembahan, sehingga gairah-Nya tertuju kepada kita. 2.Menyelesaikan pekerjaan di atas muka bumi
sampai garis akhir, pesta nikah Anak Domba. Biarlah
kita taat kepada dua hal ini. Kalaupun Setan berusaha menggugurkan iman kita,
TUHAN pasti bela -- sperti pada ayat 15 --.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
No comments:
Post a Comment