IBADAH RAYA MINGGU
(KEBANGKITAN YESUS KRISTUS), 04 APRIL 2021
KITAB WAHYU
(Seri: 19)
Subtema: MEMUJI TUHAN DENGAN RUMUS: MATINYA BENAR, MAKA
BANGKITNYA BENAR
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya
memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing di mana pun berada. Baik juga
rekan-rekan hamba TUHAN yang saya kasihi di tanah air ini, juga kiranya TUHAN
memberkati dan menolong kita masing-masing. Sidang jemaat di Malaysia, di
Bandung, TUHAN juga kiranya memberkati dan melawat kehidupan kita semua, bahkan
tanpa terkecuali umat ketebusan TUHAN yang setia dan tekun untuk memberikan
dirinya digembalakan lewat GPT “BETANIA” Serang dan
Cilegon, Banten, Indonesia, lewat media online; live streaming video internet
Youtube, Facebook, di mana pun berada.
Tadi malam kita sudah awali persekutuan yang indah
ini, itulah Ibadah Jumat Agung dalam bentuk siaran ulang. Namun, malam ini juga
kita mengadakan kebaktian persekutuan yang sama dalam bentuk secara langsung (live). Semuanya jelas hanya karena
kemurahan hati TUHAN saja, semata-mata bukan karena kekuatan kami, kekuatan
saya secara pribadi, tetapi oleh karena kemurahan dan pertolongan TUHAN, serta
doa-doa rekan-rekan hamba TUHAN yang tanpa sepengetahuan saya ternyata banyak
hamba TUHAN yang mendoakan kami dan pelayanan kami. Di tengah kami juga
adalah hamba TUHAN suami isteri, senior kami; Pdt. Mamahit dari Jakarta bersama
ibu, TUHAN memberkati kita semua. TUHAN
memberkati kita semua, rekan-rekanku hamba TUHAN.
Selanjutnya, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya
kiranya firman yang dibukakan itu betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita,
sehingga kehadiran kita ini tidak menjadi percuma, tidak menjadi sia-sia,
tetapi TUHAN menyatakan kasih kemurahan-Nya memberkati kehidupan kita untuk
memulihkan hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga kita masing-masing.
Selanjutnya, mari kita sambut firman penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab
Wahyu. Saya mohon kemurahan TUHAN, sebab saya betul-betul takut dan gentar.
Firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon sudah TUHAN sediakan dari kitab Wahyu, dan sekarang
berada di Kitab Wahyu 13:8. Pasal
demi pasal sudah terlewati sampai pada pasal 13 ayat yang ke-8.
Lalu, saya
melihat di sini tidak ada cerita mengenai kematian dan kebangkitan, lalu TUHAN
bagaimana saya harus menyampaikan firman ini? Dari beberapa hari yang lalu
pikiran ini sudah berkecamuk, tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, oleh karena
doa-doa saudara, TUHAN tolong kita malam ini, asal kita dengan rendah hati
membuka hati lebar-lebar nanti TUHAN pasti akan menolong kita semua.
Firman malam ini terkait dengan Ibadah Jumat Agung
kemarin, kita membaca Wahyu 13:8,
dengan perikop: Binatang yang keluar dari
dalam laut, tentu itu antikris.
-
Binatang yang keluar dari dalam laut pada ayat 1, itu antikris.
-
Tetapi, ada juga binatang kedua; binatang yang keluar
dari dalam bumi pada ayat 11, itu
nabi palsu.
Tetapi, saya tidak menyampaikan ayat 11, hanya sedikit
saja supaya kita paham.
Wahyu 13: 8
(13:8) Dan semua orang yang diam di atas bumi akan
menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia
dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.
Semua orang yang diam di atas bumi akan
menyembahnya,
akan menyembah binatang yang keluar dari dalam
laut, itulah antikris. Suatu kali kelak itu akan terjadi.
Tetapi, kalau saya tanya sekarang: Apakah anda sedang
menyembah antikris? Kebanyakan orang Kristen pasti mengatakan; oh tidak, saya menyembah Allah yang hidup.
Itu pasti jawabannya dengan spontanitas, tetapi itu sudah diterangkan beberapa
waktu minggu yang lalu dalam bentuk beberapa seri.
Dan semua orang
yang diam di atas bumi akan menyembahnya, akan menyembah
binatang yang keluar dari dalam laut, itulah antikris. Pertanyaannya sekarang
bagi kita: Siapakah
orang yang diam di bumi yang akan menyembah antikris tersebut? Jawabnya ialah setiap orang yang tidak tertulis dalam Kitab Kehidupan
Anak Domba, yang telah disembelih. Kiranya nama kita tertulis
dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Intinya, orang yang menyembah antikris pada akhirnya akan
binasa, dengan lain kata akan mati, berarti tidak hidup. Tetapi, orang-orang
yang menyembah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub – yang berganti nama
Israel -- akan hidup. Mengapa? Jawabnya ialah sebab, Ia; Allah Abraham, Allah
Ishak dan Allah Yakub bukanlah allah orang mati, melainkan Allah orang hidup,
sesuai dengan Matius 22:32. Apa
buktinya Allah kita; Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub (Allah Israel) itu
adalah Allah yang hidup, sesuai dengan yang tertulis dalam Injil Matius 22:32?
1 Korintus 15:24-26
(15:24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia
menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala
pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. (15:25)
Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan
semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. (15:26)
Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Singkat kata;
-
Yesus telah membinasakan segala pemerintahan
yang ada,
-
Dia telah membinasakan segala kekuasaan yang
ada,
-
Dia telah membinasakan segala kekuatan yang
ada.
Singkatnya, Dia telah meletakkan semua musuhnya di
bawah kaki Kristus. Kemudian, musuh yang terakhir, yang telah Dia binasakan
ialah maut. Dengan demikian, kita hidup
karena Dia hidup.
Semuanya sudah dibinasakan; segala pemerintahan
dibinasakan, segala kekuasaan dibinasakan, segala kekuatan dibinasakan sampai
musuh yang terakhir yaitu maut sudah dibinasakan, sehingga kita hidup
karena Dia hidup. Jangan ragu.
Jadi, Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup.
Kalau kita hidup, apakah tindakan kita selanjutnya?
Apakah kita hanya “hidup” begini saja? Pertanyaan ini harus kita jawab di hadapan
TUHAN langsung mulai malam ini. Maksudnya;
-
Apakah kita hidup untuk daging dan hawa
nafsunya, kepentingannya?
-
Apakah kita hidup untuk dunia dan pengaruhnya
yang begitu hebat dan deras itu?
-
Atau apakah kita hidup untuk roh jahat dan roh
najis percabulannya?
Tetapi, pada Ibadah Jumat Agung kita telah melihat
tindakan-tindakan dari orang-orang hidup, orang-orang yang bernafas;
betul-betul memuji TUHAN.
Kita lihat dulu apa yang sudah disampaikan pada
kesempatan Ibadah Jumat Agung.
Mazmur 117:1
(117:1) Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah
Dia, hai segala suku bangsa!
Pujilah TUHAN, hai
segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Malam ini kita memuji TUHAN, malam ini kita memegahkan TUHAN lewat
kebaktian Paskah (Ibadah Kebangkitan Yesus Kristus); maut telah dikalahkan dan
kita hidup karena Dia hidup. Pujilah
TUHAN, megahkanlah Dia!
Mari kita lihat kembali untuk tulisan Daud ini, juga
diingatkan kembali di dalam tulisan yang paling terakhir sekali, di dalam Mazmur 150. Ini merupakan tulisan Daud
yang paling terakhir sekali, supaya segala bangsa memuji TUHAN, segala suku
bangsa megahkan TUHAN, jangan lupa. Itu sebabnya diulang kembali pada tulisan
yang terakhir.
Mazmur
150:1-6
(150:1) Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat
kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! (150:2) Pujilah Dia karena segala
keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! (150:3) Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala,
pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! (150:4) Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian,
pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! (150:5) Pujilah Dia dengan ceracap yang
berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! (150:6) Biarlah segala yang bernafas memuji
TUHAN! Haleluya!
Singkat kata, ayat
1 sampai ayat 6; itu berbicara
tentang memuji TUHAN. Jadi, apa yang sudah disampaikan dan dituliskan oleh raja
Daud (nabi Daud) di dalam Mazmur 117:1
tadi, diingatkan kembali untuk yang terakhir kali supaya segala bangsa memuji
TUHAN, segala suku bangsa megahkan TUHAN, jangan megahkan yang lain-lain
apalagi segala perkara yang ada di dunia ini, apapun yang kita punya.
Namun, di dalam hal memuji TUHAN, kita juga harus
mengetahui, antara lain:
Yang pertama: Pada ayat 1; tempat untuk memuji TUHAN, yaitu:
-
Dalam tempat kudus-Nya = Bait Allah,
itulah kehidupan kita masing-masing.
-
Dalam cakrawala-Nya yang kuat, berarti memuji
TUHAN berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Yang kedua: Pada ayat 2; alasan untuk memuji TUHAN ialah:
-
Karena segala keperkasaan-Nya.
-
Karena kebesaran-Nya yang begitu hebat, melebihi
kebesaran yang lain di atas muka bumi ini.
Yang ketiga: Pada ayat 3 sampai dengan ayat 5; alat yang digunakan untuk memuji TUHAN,
antara lain:
-
Tiupan sangkakala.
-
Gambus.
-
Kecapi.
-
Rebana.
-
Roh tari-tarian, itulah roh sukacita. Namun,
tanpa menari pun kita bisa dikuasai oleh roh sukacita.
-
Seruling.
-
Ceracap yang
berdenting.
-
Ceracap yang
berdentang.
Jadi, kita sudah melihat:
-
Tempat memuji TUHAN.
-
Alasan memuji TUHAN.
-
Dan alat yang digunakan untuk memuji TUHAN.
Singkat kata: Biarlah segala yang bernafas, biarlah segala
yang hidup ini memuji TUHAN.
Jadi, hidup bukan hanya sekedar “hidup” untuk mencari
nafkah saja, seperti orang luaran sana yang tahunya hanya begitu saja; kerja,
pulang, kerja, pulang. Tetapi yang benar kita hidup untuk memuji TUHAN, biarlah
segala yang bernafas memuji TUHAN.
Kemudian, apa yang ditulis dan dialami oleh Daud
sendiri di dalam Mazmur 117:1 tadi
dan diulangi kembali untuk mengingatkan di dalam Mazmur 150 tadi, ternyata di-amin-kan
bahkan di follow-up, ditindaklanjuti
oleh Rasul Paulus; dia seorang hamba TUHAN, dia seorang rasul yang luar biasa
dipakai TUHAN, dialah satu-satunya hamba TUHAN yang heran, rasul yang heran.
Mengapa? Jawabnya karena dia sama dengan anak yang lahir sebelum waktunya.
Jadi, hanya karena kemurahan saja kalau dia menerima jabatan rasul.
Anak yang lahir sebelum waktunya itu premature; tidak berdaya, tidak mampu
apa-apa, tetapi diberikan kesempatan untuk dijadikan hamba TUHAN, alat TUHAN,
diberikan jabatan rasul. Kemudian, dia diangkat ke tingkat ketiga dari Sorga,
disebut juga Firdaus, di situ dia melihat penglihatan-penglihatan dan
penyataan-penyataan yang heran.
-
Penglihatan à doa penyembahan, sebab dia sudah melihat ukupan itu ada di Ruangan Maha
Suci.
-
Sementara, penyataan-penyataan, menunjukkan
bahwa; dia betul-betul berada di dalam hubungan intim (nikah yang suci).
Jadi, hamba TUHAN yang heran ini, itulah Rasul Paulus
yang heran ini meng-amin-kan apa yang
disampaikan dan dialami oleh raja Daud (nabi Daud). Jadi, kita tidak perlu ragu
dengan seorang hamba TUHAN yang hebat, sebab dia amin-kan sesuai dengan apa
yang dia lihat dari Sorga. Jangan kita berkata “naik ke Sorga”, tetapi dalam
pelayanannya tidak sesuai dengan apa yang ada di Sorga, itu pendusta. Banyak
hamba TUHAN mengaku naik ke Sorga, tetapi pelayanannya tidak sesuai dengan
Tabernakel di Sorga. Ini merupakan koreksi bagi saya.
Jadi, apa yang ditulis dan dialami oleh Daud, yang
mewakili Perjanjian Lama dalam Mazmur
117:1 dan Mazmur 150 tadi, di-amin-kan dan di follow-up (ditindak-lanjuti) oleh Rasul Paulus, seorang rasul yang
heran, dan itu disampaikan kepada sidang jemaat di Asia kecil sampai kepada
Italia, Roma, bahkan sampai kepada Eropa Timur.
Roma 15:11
(15:11) Dan lagi: "Pujilah Tuhan, hai kamu
semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia."
Rasul Paulus dengan tegas berkata: "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa.”
Jadi, dia diutus bukan hanya kepada bangsa Israel,
tetapi kepada bangsa-bangsa di luar bangsa Yahudi itulah bangsa kafir juga
harus memuji TUHAN, segala suku bangsa juga harus memuji TUHAN.
Siapa saja bangsa-bangsa dan suku bangsa yang memuji
TUHAN? Jawabnya ialah;
-
Orang yang lemah juga harus memuji TUHAN.
-
Orang yang kuat juga harus memuji TUHAN.
-
Orang yang kaya juga harus memuji TUHAN.
-
Orang miskin juga harus memuji TUHAN.
-
Pejabat tinggi juga harus memuji TUHAN.
-
Yang tidak punya jabatan juga harus memuji TUHAN.
-
Gereja besar juga harus memuji TUHAN.
-
Gereja kecil juga harus memuji TUHAN.
-
Hamba TUHAN di kota juga harus memuji TUHAN.
-
Hamba TUHAN di desa, di plosok juga harus memuji TUHAN.
Jadi, hidup ini bukan hanya untuk bekerja saja, tetapi
segala yang bernafas harus memuji TUHAN.
Tetapi, rupa-rupanya ayat 11 ini dilanjutkan pada ayat
12 yaitu ternyata dikaitkan juga dengan nubuatan Yesaya.
Roma 15:12
(15:12) Dan selanjutnya kata Yesaya: "Taruk dari
pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah
bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan."
“Dan selanjutnya
kata Yesaya …” Dia terima juga nubuatan Yesaya, salah satu nabi dari
5 (lima) nabi besar.
Singkat kata, nubuatan Yesaya tentang: Taruk dari pangkal Isai akan terbit, kemudian
Ia akan bangkit untuk memerintah
bangsa-bangsa.
Kalimat yang mengatakan “Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa”, artinya: Yang
layak untuk memerintah bangsa-bangsa atau yang layak untuk menjadi imamat
rajani atau hamba-hamba TUHAN, pelayan-pelayan TUHAN yang penuh kuasa ialah
yang hidup rohaninya sudah berada di dalam suasana kebangkitan.
Taruk dari pangkal
Isai akan terbit, itulah Yesus Anak Allah, perhatikan kalimat ini.
Di sini yang membuat saya bersyukur kepada TUHAN
adalah sebetulnya beberapa hari yang lalu saya sudah bergumul aduh TUHAN apa ini? Tetapi inilah
jawabannya; Ia akan bangkit untuk
memerintah bangsa-bangsa, berarti yang layak untuk memerintah
bangsa-bangsa, yang layak untuk menjadi imamat rajani, atau hamba TUHAN yang
penuh kuasa ialah yang hidup rohaninya sudah berada di dalam suasana
kebangkitan. Jangan kita datang beribadah dan melayani tanpa suasana
kebangkitan, baik saya sebagai gembala sidang, imam-imam, pelayan TUHAN, sampai
kepada seluruh sidang jemaat, jangan kita datang menghadap TUHAN dan di
tengah-tengahnya kita melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN tanpa suasana
kebangkitan, tidak ada kuasanya.
Oleh sebab itu, harus berada di dalam suasana
kebangkitan; Yesus mati dan hari ketiga Dia bangkit. Oleh sebab itu, kalau Dia hidup
maka kita juga hidup. Supaya pelayanan kita juga hidup, maka harus berada dalam
suasana kebangkitan. Dan itu juga dituliskan oleh rasul Yohanes dalam kitabnya
yang terakhir, yaitu dalam Wahyu 1.
Jadi, yang terlibat di dalam soal kematian dan
kebangkitan, memuji TUHAN adalah raja, nabi dan rasul. Ini merupakan
pemimpin-pemimpin yang berkuasa, pemimpin-pemimpin yang diurapi oleh TUHAN.
Wahyu 1:4-5
(1:4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil:
Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan
yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan
takhta-Nya, (1:5) dan dari Yesus
Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang
mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi
kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya –
Perikop pada ayat ini adalah: Salam kepada ketujuh jemaat. Salam kepada ketujuh sidang jemaat di
Asia kecil, juga salam kepada kita. TUHAN ingat saya, TUHAN ingat kita semua,
TUHAN ingat rekan-rekan hamba TUHAN yang saya kasihi, TUHAN ingat saudara; di
desa, di kota, TUHAN ingat kita semua, baik sidang jemaat di Malaysia dan di
Bandung TUHAN ingat kita semua. Itu sebabnya, salam ini lewat pembukaan firman
kita terima sebagai uluran tangan, belas kasihan TUHAN, sesuai dengan doa dari
Bapak Pdt. Nathanel Simangunsong dari GPT Lau Chi, Medan tadi.
“Kasih karunia dan
damai sejahtera menyertai kamu …” Kasih karunia dan
damai sejahtera melayani ibadah dan pelayanan kita, bahkan hamba-hamba TUHAN.
Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai pelayanan dari imam-imam,
pelayan-pelayan TUHAN, penginjil, dan lain sebagainya.
Perhatikan ayat 5 secara khusus: Dari Yesus Kristus,
Dia adalah:
-
Saksi yang setia à hamba TUHAN yang diurapi dan setia.
Saksi itu bagaikan ketujuh sidang jemaat di Asia kecil
yang merupakan gambaran dari Kaki Dian Emas dengan 7 (tujuh) pelita menyala di
atasnya. Jika pelita menyala harus ada minyak, jadi saksi yang setia jelas itu
menunjuk kepada hamba TUHAN yang diurapi. Daud adalah raja yang diurapi, Yesaya
adalah nabi yang diurapi, Paulus adalah rasul yang diurapi, Yohanes adalah
rasul yang diurapi. Ini adalah saksi yang setia; hamba TUHAN yang diurapi, dia
tidak murtad apapun yang mereka alami.
-
Yang pertama bangkit dari antara orang mati à hamba TUHAN, pelayan TUHAN, gembala sidang, imam-imam yang berada di
dalam suasana kebangkitan.
-
Yang berkuasa atas raja-raja bumi ini à hamba TUHAN yang penuh dengan kuasa, gembala sidang yang penuh dengan
kuasa, pelayan TUHAN, imam-imam yang penuh dengan kuasa = berada di dalam
suasana kebangkitan. Karena TUHAN Yesus hidup, maka kita hidup, kita berkuasa.
Singkat kata: Taruk
atau tunas dari pangkal Isai layak untuk memerintah bangsa-bangsa.
1 Korintus 15:52-54
(15:52) dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang
terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan
dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. (15:53) Karena yang dapat binasa ini
harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus
mengenakan yang tidak dapat mati. (15:54)
Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang
dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman
Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
Kalau kita mengenakan tubuh kebangkitan, maka
sejatinya Firman TUHAN akan tergenapi
di dalam diri seorang hamba TUHAN, pelayan TUHAN, gembala sidang. Biarlah itu
nyata, yaitu; kita semua mengenakan tubuh kebangkitan, maka sejatinya Firman
TUHAN tergenapi dalam kehidupan kita masing-masing, yaitu maut telah ditelan dalam
kemenangan, sama artinya: BERKUASA.
Jadi, kalau kita datang menghadap TUHAN, datang melayani
TUHAN dalam suasana kebangkitan, maka ada kuasa (full power). TUHAN tidak melihat ganteng atau jelek, cantik atau
jelek, tinggi atau pendek, hitam atau putih, yang TUHAN tuntut supaya kita
datang melayani TUHAN dalam suasana kebangkitan; maut telah ditelan dalam
kemenangan = ada kuasa. Itu loh kalau
kita mengenakan tubuh kebangkitan.
Yesus mati di kayu salib, kemudian hari ketiga Dia bangkit.
Kalau kita mengenakan tubuh kebangkitan, maka sejatinya Firman Allah digenapi
dalam hidup kita; maut telah ditelan dalam kemenangan, berarti berkuasa.
Biarlah pelayanan kita berkuasa, pelayanan di desa berkuasa, pelayanan di kota
berkuasa, pelayanan gereja besar berkuasa, pelayanan gereja kecil berkuasa,
penginjilan berkuasa, dimana-mana hamba TUHAN melayani berkuasa, karena ada di
dalam suasana kebangkitan; mengenakan tubuh kebangkitan.
Lebih jauh kita melihat soal kebangkitan ini, di dalam
ayat 55.
1 Korintus 15:55
(15:55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut,
di manakah sengatmu?"
Dalam suasana mengenakan tubuh kebangkitan atau kalau
kita berada dalam suasana kebangkitan dengan kuasa penuh (full power), dengan berani kita akan berkata: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
Itulah tubuh kebangkitan, itulah suasana kebangkitan;
penuh dengan kuasa (full power) dari
Sorga, dari Allah. Jadi, bukan kuasa uang lagi, bukan kuasa dari perkara-perkara
lahiriah, bukan lagi, tetapi betul-betul kuasa yang sejati dari Sorga dari
Allah, sehingga dengan kuasa kebangkitan itu kita berani berkata: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut,
di manakah sengatmu?"
Hati-hati kita hamba TUHAN, jangan coba-coba kita
menantang setan lewat orang yang kerasukan setan, sebab bisa juga hamba TUHAN
kerasukan setan. Kita bisa berkata: Hai
maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Kalau hamba
TUHAN berada dalam suasana kebangkitan, mengenakan tubuh kebangkitan, yang mati
mengenakan tubuh kebangkitan, sehingga kita berkuasa.
1 Korintus 15:56
(15:56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah
hukum Taurat.
Sebenarnya, sengat
maut itu ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Singkat kata: Suasana kebangkitan adalah …
-
Suasana dimana dosa tidak berkuasa lagi,
-
tidak hidup lagi di bawah hukum Taurat.
Itulah suasana kebangkitan; dosa tidak berkuasa lagi,
kemudian hamba-hamba TUHAN gembala sidang, pelayan TUHAN, imam-imam juga tidak
lagi melayani di bawah hukum Taurat. Hukum Taurat itu menunjuk kepada: Ibadah
yang dijalankan secara lahiriah.
Suasana kebangkitan adalah;
-
Suasana dosa tidak berkuasa lagi.
-
Kemudian, tidak lagi berada di bawah hukum Taurat;
tidak lagi menjalankan ibadah secara lahiriah. Ibadah lahiriah itu mulutnya
memuji TUHAN, tetapi hatinya jauh dari firman = tubuh jasmaninya dipersembahkan
di rumah TUHAN, tetapi batiniahnya merantau, tidak dipersembahkan kepada TUHAN,
itu ibadah lahiriah. Jangan sampai pemain musik, pemimpin pujian setelah turun
dari altar pergi ke pinggir-pinggir sana, lalu sidang jemaat yang disuruh
dengar firman.
Jadi, suasana kebangkitan yaitu mengenakan tubuh
kebangkitan; dosa tidak berkuasa lagi dan tidak lagi berada di bawah hukum
Taurat; tidak lagi menjalankan ibadah secara lahiriah.
Sedikit dulu kita melihat tentang ibadah Taurat di
dalam Ibrani 10.
Ibrani 10:1
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja
dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan
itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus
dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang
mengambil bagian di dalamnya.
Jadi, hukum Taurat itu hanya terdapat bayangan saja
dari keselamatan yang akan datang. Hukum Taurat bukan hakekat dari keselamatan
itu sendiri. Karena itu, dengan korban yang sama yang setiap tahun terus
menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak lagi mungkin menyempurnakan mereka
yang datang mengambil bagian yang di dalamnya. Jadi, kalau ibadah hanya
dijalankan secara liturgis, tidak mungkin kita sempurna, seperti mereka yang
menjalankan ibadah Taurat; bawa korban maka dosanya dihapuskan. Tidak mungkin
kita sempurna kalau kita menjalankan ibadah secara lahiriah.
Saya berharap sidang jemaat di sini, penggembalaan GPT
“BETANIA” Serang dan Cilegon, baik sidang jemaat di Malaysia dan di Bandung
jangan kita datang menghadap TUHAN dengan ibadah Taurat, ibadah lahiriah.
Jangan menghadap TUHAN dengan ibadah Taurat hanya karena segan dengan gembala
sidang atau segan dengan sesama dan lain sebagainya, karena malu tetangga
menegor, jangan, itu ibadah Taurat. Ibadah Taurat itu hanya bayangan, bukan
hakekat dari keselamatan, tidak dapat menyempurnakan kita.
Ibrani 10:2-3
(10:2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak
mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar
lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. (10:3) Tetapi justru oleh
korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.
Justru oleh karena korban-korban itu yang
dipersembahkan setiap tahun, orang diperingatkan akan dosa. Berarti, hal
tersebut merangsang dosa. Sebenarnya, ibadah Taurat itu merangsang dosa,
sehingga tanpa sadar dosa sudah berkuasa lagi karena besok masih ada atau
tersedia binatang yang akan dijadikan sebagai korban pengampunan dosa, sehingga
tidak apa-apa berbuat dosa lagi. Jadi, kalau menjalankan ibadah Taurat itu
ibadah yang sifatnya merangsang dosa, tidak menyempurnakan. Sedikit saja
tentang ibadah Taurat ini.
Tadi kita sudah melihat tubuh kebangkitan yaitu dalam
suasana kebangkitan ada kuasa; lepas dari dosa dan lepas dari hukum Taurat,
tetapi sekarang kita bandingkan sedikit tentang
suasana hukum Taurat.
Ibrani 10:4
(10:4) Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah
domba jantan menghapuskan dosa.
Tidak mungkin darah lembu jantan dan darah domba
jantan menghapuskan dosa. Jadi, itu hanya bayangan bukan hakekat dari
keselamatan. Oleh sebab itu, jangan menjalankan ibadah Taurat, ibadah lahiriah,
contoh; mulutnya seperti memuji TUHAN tetapi hatinya jauh dari firman yang
didengar.
Setelah melihat sedikit contoh dari ibadah Taurat,
maka kita kembali melihat tubuh kebangkitan yaitu suasana kebangkitan dengan full power atau penuh kuasa.
2 Korintus 5:1-3
(5:1) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman
kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di
sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh
tangan manusia. (5:2) Selama kita di
dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman
sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, (5:3) sebab dengan demikian kita
berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.
Orang yang mengenakan atau memakai tubuh kebangkitan:
a.
Merindukan tempat
kediaman sorgawi. Ia tidak mau terlena di dunia ini, sekalipun ada akses
besar, kesempatan besar untuk mencari uang sebesar-besarnya, tetapi ia tidak
mau terlena di duni ini.
b.
Tidak kedapatan
telanjang
= tidak terlihat kekurangan. Itulah tubuh kebangkitan.
Berada dalam suasana kebangkitan, berarti:
-
Rindu tanah air Sorgawi = tidak terlena
dengan dunia, barang fana. Sebab, yang ada ini akan berlalu.
-
Tidak kedapatan ketelanjangan = tidak terlihat
kekurangan, tidak terlihat kelemahan yang memalukan.
Kalau masih ada ketelanjangan nanti menjadi gereja
Hawa dan gereja Adam; ketika TUHAN mereka membenarkan diri dengan membuat cawat
sendiri dari daun pohon ara, itu adalah kebenaran diri sendiri.
Itulah orang yang mengenakan atau memakai tubuh
kebangkitan.
2 Korintus 5:4
(5:4) Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita
mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru
itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh
hidup.
Sebetulnya yang membuat kita mengeluh karena tekannnya
berat adalah karena dosa-dosa masih berkuasa.
Mengenakan pakaian
yang baru tanpa menanggalkan yang lama, dengan kata
lain; mengenakan tubuh kebangkitan, maka yang fana itu ditelan oleh hidup = maut ditelan oleh kemenangan.
Dengan demikian, terdapat kesamaan antara 2 Korintus 5:4 dengan
1 Korintus 15:52-56.
2 Korintus 5:5-6
(5:5) Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk
hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala
sesuatu yang telah disediakan bagi kita. (5:6)
Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar,
bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, (5:7) -- sebab hidup kami ini adalah
hidup karena percaya, bukan karena melihat --
Ketika kita mengenakan tubuh kebangkitan, melayani
dalam suasana kebangkitan; Allah sudah mengaruniakan Roh-Nya, Roh Allah yang suci yang tak terbatas itu, sehingga kita semua menjadi suatu
kehidupan yang tabah di dalam menantikan
Kerajaan Sorgawi. Sebab, kita
hidup karena percaya, bukan lagi karena
melihat.
Pendeknya:
Percaya walaupun tidak melihat, itu
merupakan kuasa kebangkitan. Inilah suasana kebangkitan yang
hakiki; tanpa dosa dan tidak lagi berada di dalam hukum Taurat. Hal ini sudah
dialami oleh Tomas dan murid-murid yang lain.
Itulah
suasana kebangkitan; mengenakan tubuh kebangkitan.
Tetapi, ada yang menjadi persoalannya dan ini sangat penting untuk kita
perhatikan malam ini.
Proses supaya terjadi kebangkitan, proses supaya kita
mengenakan tubuh kebangkitan, inilah yang penting yang harus kita perhatikan.
Tadi memang saya sudah bicara tentang kebangkitan, tetapi proses untuk berada
dalam suasana kebangkitan harus juga kita alami, jangan kita lari dari kenyataan
namun harus juga masuk dalam proses supaya sampai kepada kebangkitan;
mengenakan tubuh kebangkitan.
Kita awali dulu kembali untuk membaca Roma 15.
Roma 15:12
(15:12) Dan selanjutnya kata Yesaya: "Taruk dari
pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah
bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan."
Kita perhatikan kalimat pada ayat 12 ini:
-
Yang pertama: Taruk
dari pangkal Isai akan terbit,
-
Yang kedua: dan
Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa.
Arti dari 2 (dua) kalimat ini adalah proses kebangkitan terjadi setelah
mengalami atau setelah melewati proses kematian. Tiadalah mungkin ada kebangkitan tanpa kematian.
Taruk dari pangkal Isai à pengalaman
Yesus dalam tanda kematian-Nya. Oleh sebab itu, jangan
terima kebangkitan palsu, dengan tegas tolak kebangkitan palsu.
Sesudah melewati proses kematian kita berada dalam
kebangkitan yang sejati, namun terlebih dahulu kita melihat suasana kebangkitan palsu. Jadi,
saudara jangan percaya dengan semua kebangkitan. Kita lihat dalam 2 Timotius 2, dengan perikop; Nasihat dalam menghadapi pengajar yang
sesat. Perhatikan pengajar yang sesat ini, ditolak loh kebangkitan palsu.
2 Timotius 2:16
(2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan
yang tak suci yang hanya menambah kefasikan.
Hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci, hindari dengan tegas. Mengapa harus ditolak dengan tegas? Jawabnya
ialah karena hanya menambah kefasikan;
memicu terjadinya dosa kesombongan yang semakin bertambah.
Jadi, omongan yang kosong dan omongan yang tak suci
memicu terjadinya dosa kesombongan, dosa keangkuhan akan semakin
bertambah-tambah. Itu loh dampak
omongan yang kosong dan yang tak suci.
2 Timotius 2:17
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker.
Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan
bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman
sebagian orang. (2:19) Tetapi
dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan
mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama
Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
Kata Himenus dan Filetus; kebangkitan itu telah
berlangsung, tetapi dasar dari bangunan yang sudah diletakkan oleh Rasul Paulus
itulah korban Kristus, kematian Kristus tidak diletakkan.
Jadi, TUHAN tahu loh
pelayanan dalam suasana kebangkitan;
TUHAN tahu pelayanan dalam suasana kebangkitan palsu dan kebangkitan sejati. Ttidak
bisa kita berpura-pura di hadapan TUHAN; saya tidak bisa berpura-pura di
hadapan TUHAN, imam-imam, pelayan TUHAN, sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon tidak boleh pura-pura. Dalam hal ini saya tegas
kepada sidang jemaat, apalagi imam-imam; tidak boleh pura-pura, harus dalam
kebangkitan yang sejati, mengenakan tubuh kebangkitan yang sejati, jangan
kebangkitan palsu.
CONTOH OMONGAN YANG KOSONG
DAN YANG TAK SUCI: Seperti
Himeneus dan Filetus, inilah gambaran dari seorang hamba TUHAN yang
mengajarkan bahwasannya kebangkitan dari sidang jemaat itu sedang berlangsung katamya, tetapi anehnya penderitaan,
sengsara salib atau kematian Kristus tidak diajarkan terhadap sidang jemaat, padahal korban Kristus itulah pengalaman kematian Yesus Kristus, itu merupakan dasar
yang teguh, dasar dari tiap-tiap bangunan.
Jadi, berbicara soal kebangkitan tanpa kematian adalah
omongan yang kosong dan omongan yang tak suci, itu adalah KEBANGKITAN PALSU.
Kalau kematiannya palsu, maka kebangkitannya palsu. Kalau kematiannya semu,
maka kebangkitannya juga semua. Tetapi, kalau kematiannya sudah benar;
benar-benar berada dalam suasana kematian, ada di dalam tanda kematian Yesus
Kristus, kalau itu sudah benar, maka kebangkitannya juga pasti benar,
percayalah. Jangan sampai terlihat kebangkitan, tetapi palsu. Mengapa? Jawabnya
ialah karena tanpa dasar yang teguh, tanpa korban Kristus, tanpa kematian Yesus
Kristus, itu kebangkitan yang palsu.
Kalau saya melayani hanya karena perkara lahiriah,
lalu mungkin saya diberkati besar, terkenal, tetapi kalau tidak ada dasarnya;
tanpa dasar yang teguh, tanpa pengalaman kematian, itu adalah kebangkitan
palsu. Tetapi, TUHAN Yesus kita ini 2021 tahun yang lalu benar-benar mati di
atas kayu salib, dan hari ketiga bangkit. Jadi, kalau matinya benar, maka
bangkitnya juga benar.
Jadi, kebangkitan tanpa kematian, itu adalah
KEBANGKITAN PALSU.
Singkat kata: Omongan yang kosong dan yang tak suci
merusak iman dari sel-sel tubuh, merusak iman dari anggota-anggota tubuh yang
lain, merusak iman dari sidang jemaat. Sel-sel tubuh dirusak karena omongan
yang kosong dan yang tak suci, ini digambarkan seperti penyakit kanker. Penyakit kanker itu menjalar; sel-sel
dari penyakit kanker itu menjalar ke sel-sel tubuh yang lain, anggota-anggota
tubuh yang lain.
Jadi, rusak iman dari sidang jemaat kalau gembala
sidang seperti ajaran dari Himeneus dan Filetus; senantiasa mengajarkan
kebangkitan palsu tanpa mengajarkan kematian Yesus Kristus; tanpa sengsara,
tanpa derita, tanpa kematian itu kebangkitan palsu.
Contoh mengajarkan kebangkitan palsu:
-
Sibuk mengadakan KKR tentang keuangan.
-
Sibuk di tengah ibadah hanya mengadakan mujizat-mujizat;
sibuk mengadakan kesembuhan-kesembuhan, sibuk mengadakan rubuh-rubuh, sibuk
mengadakan muntah-muntah, sibuk dengan ketawa ketiwi, itu kebangkitan palsu.
Tetapi, ajaran seperti itu sudah lewat, tidak bertahan
lama ajaran yang seperti itu, baik itu; muntah-muntah, rubuh-rubuh,
tumbang-tumbang, ketawa ketiwi semuanya itu sudah lewat, kebangkitan palsu
sudah lewat, karena pada akhirnya diuji oleh waktu. Dan tolak dengan tegas
kebangkitan palsu.
Sekarang kita akan, bandingkan dengan
proses kebangkitan yang sejati yang melalui
proses kematian, di dalam Yesaya 53,
dengan perikop: Hamba TUHAN yang
menderita. Hamba TUHAN adalah hamba kebenaran, dan hamba kebenaran adalah
hamba TUHAN, pasti menderita, tidak mungkin tidak, supaya kebangkitannya tidak
palsu.
Yesaya 53:2-4, 7
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan
sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada
sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.
(53:3) Ia dihina dan dihindari
orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia
sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun
dia tidak masuk hitungan. (53:4) Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (53:7) Dia dianiaya, tetapi dia
membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba
yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang
yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
“Sebagai taruk ia
tumbuh di hadapan TUHAN ...” Inilah taruk (tunas) yang tumbuh dari tunggul Isai, Yesus Kristus.
“tidak membuka
mulutnya …” Ini pengalaman kematian; tidak membuka mulut. Sebab, tidak ada orang mati yang membuka
mulut, tidak ada orang mati marah-marah, tidak ada orang mati lalu jengkel
hatinya, tetapi lihatlah; Dia dianiaya,
tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya, ini
pengalaman kematian.
Gambaran dari pengalaman kematian, yaitu;
-
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian,
-
seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting
bulunya.
Baik anak domba, maupun induk domba sama-sama tidak
membuka mulut, itu pengalaman kematian. Ketika dianiaya, dia membiarkan dirinya
ditindas = tidak buka mulut.
Coba perhatikan orang mati, sekalipun diludahi dia
tidak akan marah, sekalipun disindir, dimaki-maki tidak akan marah, tidak
membuka mulut, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, itu adalah pengalaman
kematian.
Oleh sebab itu, sengsara harus lanjut sampai kepada
kematian, jangan sampai kebangkitan palsu seperti antikris, seperti yang
tertulis di dalam Wahyu 13:1-3; 1
(satu) dari 7 (tujuh) kepala sudah kena luka parah dan seharusnya mati, tetapi
ujung-ujungnya sembuh, berarti mujizat terjadi. Namun, oleh karena mujizat itu
banyak orang-orang dunia ini mengikuti antikris, itu palsu.
Seharusnya, sengsara salib membawa Yesus sampai kepada
kematian-Nya, tetapi binatang yang keluar dari dalam laut itu 1 (satu) dari 7
(tujuh) kepala terkena luka parah yang membahayakan hidupnya, tetapi anehnya
luka parah ini sembuh, artinya adalah terjadi mujizat. Untuk apa hal ini
terjadi? Jawabnya ialah supaya orang-orang heran.
Bukankah binatang
itu keluar dari dalam laut? Sedangkan, laut itu
merupakan bayangan dari baptisan Kristus, baptisan dalam kematian-Nya supaya
mengubur hidup lama dan hari ketiga bangkit, sehingga tidak ada dosa dan tidak
berada di bawah hukum Taurat.
Tetapi, lihatlah pengalaman kematian ini; mulut tidak
terbuka.
-
Sekalipun tidak ada beras, diam saja, tidak usah
minta-minta sana sini.
-
Tidak ada uang, tidak usah pandai-pandai minta sana
minta sini kepada siapapun, menangis saja di kaki salib.
Saya mengatakan ini bukan karena saya lebih suci dari
pada semua hamba TUHAN di dunia ini, atau dari pada semua pelayan di atas muka
bumi ini, tidak. Tetapi, saya sudah alami dan sampai detik ini saya belum
pernah membuat proposal untuk meminta sana sini. Tetap diam saja, diam. Tidak usah
pandai-pandai meminta-minta, tidak usah pandai-pandai dengan cara pelayanan sana,
pelayanan sini.
Mungkin sebelum ada penggembalaan, betul saya akui,
beberapa tahun tidak ada penggembalaan dan tidak ada jemaat, lalu saya harus
beribadah dong tidak mungkin di rumah
saja dan saya hanya tidur. Kalau saya beribadah, tiba-tiba jemaat teman yah mengerti, karena belum ada ibadah dan
pelayanan, belum ada jemaat. Sekali waktu saya jalan kaki, pada salah satu
gereja GPdI di Cilegon yang digembalakan oleh almarhum Pdt. Sigalemba, rekan
saya, saya sering kali kesitu beribadah karena belum ada ibadah waktu itu.
Pada tahun 2001 saya masuk provinsi Banten belum ada
gereja dan belum ada jemaat, tetapi sebagian jemaat GPdI sudah kenal saya. Dia
tahu saya jalan kaki dari perbatasan Serang sampai Cilegon, bayangkan saudara
berapa kilometer dan saya hanya bisa menangis saja. Kemudian, ketemu lagi di
minggu depannya di gereja, tiba-tiba saya diberikan Rp50.000, pada waktu itu
merupakan jumlah yang besar sekali bagi saya, tetapi saya tidak minta-minta,
diam.
Pelayan-pelayaan TUHAN, imam-imam diam, jangan pakai
pelayanan untuk minta-minta, supaya sampai kepada kebangkitan, lewati dulu
proses kematian itu. Kalau kematiannya benar, maka bangkitanya nanti benar.
Tetapi, kalau kematiannya palsu, maka bangkitnya nanti palsu, tidak lama bubar
nanti pelayanan. Akhirnya, beralasan “panggilan” sudah selesai padahal rumusnya
yang dia tinggalkan, tetapi alasannya “sudah habis panggilanku.”
Ayo mulut harus tertutup, ini loh proses yang harus dilewati. Supaya bangkitnya benar, maka
matinya juga harus benar. Apakah itu hanya omongan kosong yang ditulis oleh
nabi besar Yesaya ini? Saya rasa tidak, semuanya sudah dieksekusi habis di atas
kayu salib, digenapi di dalam tubuh Yesus.
Bahasa “eksekusi” ini saya pinjam dari rekan hamba
TUHAN, saya bilang; saya pinjam ya bahasa
itu. Sejak itu, saya pakai bahasa “eksekusi” karena rupanya menarik juga.
Digenapkan di atas kayu salib = dieksekusi.
Wahyu 1:4-5
(1:4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia
Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari
Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh
yang ada di hadapan takhta-Nya, (1:5)
dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari
antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia,
yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh
darah-Nya --
“Dari Yohanes
kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil …” Berarti,
bukan bangsa Yahudi melainkan ini bangsa kafir.
“… Kasih karunia
dan damai sejahtera menyertai kamu …” Dari siapa
ketujuh sidang jemaat di Asia kecil ini mendapat kasih karunia dan penyertaan?
Jawabnya ialah dari Dia, namun siapa
tepatnya “Dia” ini?
“Dia” adalah Yesus Kristus, Anak Allah, Anak Domba
Allah yang disembelih. Dia adalah saksi yang setia; hamba TUHAN yang diurapi,
sehingga Dia setia.
Singkatnya, Yesus Kristus Dia adalah saksi yang setia;
hamba TUHAN yang diurapi;
-
Yang pertama bangkit, berarti berada
dalam suasana kebangkitan.
-
Kemudian, berkuasa penuh.
Namun, suasana kebangkitan semacam ini bisa terjadi
karena ternyata pada ayat 4; Dia
adalah pribadi yang ada yang sudah ada
dan yang akan datang.
Kita lihat lebih rinci mengenai: Yang ada, yang sudah ada, yang
akan datang.
Wahyu 1:8
(1:8) "Aku adalah Alfa dan Omega,
firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,
Yang Mahakuasa."
"Aku adalah Alfa dan Omega” tidak usah ragu, Dia adalah Alfa dan Omega. Kalau kita ragu bahwa Dia adalah
Alfa dan Omega, nanti akhirnya kita mencari hal-hal yang kita rasa nanti
sebagai jaminan dari Alfa dan Omega yang lain.
Kemudian, kembali di sini dikatakan: yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang.
Wahyu 1:17-18
(1:17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan
kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di
atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang
Akhir, (1:18) dan Yang Hidup.
Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya
dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Singkat kata: Yang
Awal dan Yang Akhir = Alfa dan
Omega. Kemudian;
-
Yang hidup = yang
ada.
-
Yang mati = yang
sudah ada.
-
Yang hidup kembali = yang
akan datang.
Alfa; Allah menjadi pribadi manusia itulah Yesus. Dia
Alfa dan Omega, berarti awal dan akhir. Tetapi; dari Alfa untuk sampai kepada
Omega;
-
Dia hidup.
-
Kemudian, turun menjadi manusia; mati.
-
Kemudian, hidup kembali.
Maka sama dengan: Yang
ada yang sudah ada dan yang akan datang. Berarti, dari awal (Alfa) untuk
sampai kepada yang akhir (Omega) dijembatani
oleh korban Kristus, itulah sengsara salib, derita salib, kematian-Nya.
Jadi, TUHAN kita itu tidak omdo (omong doang), tidak jarkoni
(bisa mengaja, tetapi tidak melakukan). Kalau hanya omdo (omong doang), hanya jarkoni
(bisa mengaja, tetapi tidak melakukan), itu kebangkitan palsu. Tetapi, TUHAN
kita tidak omdo (omong doang), tidak jarkoni (bisa mengaja, tetapi tidak
melakukan), melainkan semua sudah dieksekusi di atas kayu salib, proses
pengalaman kematian sudah dilalui.
Jadi, apa yang dinyatakan dan dinubuatkan oleh para
nabi beberapa ribu tahun sebelumnya sudah dieksekusi habis di atas kayu salib,
sebab Dia Alfa dan Omega; Yang sudah yang ada dan yang akan datang, hidup, mati,
hidup. Kalau Dia hidup, maka kita hidup. Itu sebabnya, malam ini kita
bersama-sama memuji Dia, karena Dia hidup kita hidup.
Setiap orang mempunyai cara untuk memuji TUHAN, orang
dunia juga tahu, orang luaran yang di luar TUHAN juga tahu, bangsa kafir juga
tahu, tetapi malam ini TUHAN luruskan cara kita memuji TUHAN dengan cara yang
sesuai dengan Firman TUHAN. TUHAN ajarkan kita untuk berada dalam suasana
kebangkitan yang sejati.
Kalau saya pinjam HandPhone
(HP) anak saya -- karena saya memang tidak mempunyai android --, saya lihat
memang banyak cara memuji TUHAN; ada di pasar-pasar, teriak-teriak di pasar,
silahkan hal ini sah-sah saja, ada dengan cara yang lain-lain, semua itusah-sah
saja. Tetapi, malam ini kita sudah mengetahui cara memuji TUHAN yang benar,
yaitu berada di dalam suasana kebangkitan yang sejati. Kalau matinya benar,
maka bangkitnya benar. Kalau matinya palsu, maka kebangkitannya palsu, tidak
lama bubar. Tetapi, TUHAN kita tidak omdo
(omong doang), Dia sudah genapkan di atas kayu salib.
Dia Alfa dan Omega = yang awal dan yang akhir = yang
ada yang sudah dan yang akan datang = hidup, mati, hidup
Wahyu 1:19
(1:19) Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat,
baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.
Kepada Rasul Paulus diperintahkan: Supaya apa yang dia
lihat yaitu wahyu yang dia terima, itu secepatnya dikirim untuk diajarkan
kepada 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil, diajarkan kepada sidang jemaat
yang TUHAN percayakan kepada kita semua. Jangan kita sama seperti Himeneus dan
Filetus; mengajarkan kebangkitan palsu.
Saya berharap kita semua berpikir panjang, jangan
pendek di dalam melayani TUHAN nanti bubar cepat-cepat.
Oleh sebab itu, Allah tidak membiarkan bangsa Israel
melalui Filistin, sebab itu adalah jalur singkat. Allah harus membiarkan bangsa
Israel melewati laut Teberau, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan.
Garis merah itu merupakan jalan pintas, dekat sekali
jaraknya dari Mesir ke Kanaan. Tetapi, jalur pintas itu adalah jalur Filistin.
Jalur pintas, artinya: Jalur setan.
-
Israel gambaran gereja TUHAN.
-
Mesir gambaran dunia.
-
Filistin gambaran setan.
Jadi, jangan ambil jalur pintas (Jalur Filistin).
Ada hal yang sederhana dalam suasana kebangkitan yang
benar, yaitu: Jika bawa sepeda motor kemanapun tujuannya, lalu ada jalan pintas
padahal ada jalan yang seharusnya dilewati namun engkau justru memilih jalan
pintas, karena jalan itu lebih pendek (jalan yang lebih cepat), berarti engkau
sedang kebangkitan palsu. Melayani namun melakukan cara yang seperti itu, itu
merupakan kebangkitan palsu. Yang benar adalah gunakan jalan yang seharusnya
dilewati, kalau memang harus putar balik ya putar balik, jangan potong jalan
yang tidak benar karena cepat, itu kebangkitan palsu. Jangan ada lagi diantara
kita yang seperti itu. Hati-hati sidang jemaat, apalagi imam-imam; bawa motor
sesuka hati, bawa mobil juga sesuka hati.
Kalau matinya benar, maka bangkitnya benar. Sekarang, kuasa dari kematian dan kebangkitan yang
sejati.
Wahytu 1:5-6
(1:5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang
pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi
ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa
kita oleh darah-Nya -- (1:6) dan
yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah,
Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
“… yang telah
melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya.” Dia berkuasa melepaskan kita dari dosa, Dia melepaskan kita dari maut,
karena darah-Nya berkuasa.
Sesudah dilepaskan dari maut oleh darah Yesus Kristus,
darah Anak Domba yang telah disembelih di kayu salib, selanjutnya kehidupan
yang ditebus itu dijadikan suatu
kerajaan; menjadi imam-imam bagi Allah Bapa.
Inilah kuasa kematian dan kebangkitan yang sejati:
Kita semua menjadi imamat yang rajani. Kehidupan yang seharusnya binasa namun ditebus
oleh darah Yesus Kristus, selanjutnya dijadikan imamat rajani, menjadi suatu
kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah. Jadi, imam-imam, pelayan TUHAN
kedudukannya itu sangat tinggi sekali.
Wahytu 1:7
(1:7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan
setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua
bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.
Kalau matinya benar, maka bangkitanya benar. Kemudian,
kita dijadikan suatu kerajaan, dijadikan imam, itu merupakan suatu kedudukan
yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, setiap pelayan TUHAN apapun pelayanan yang
dipercayakan HARGAI. Masuklah dalam pengalaman kematian, kalau ada teguran
jangan panas hati. Sebab, kedudukan mu itu sudah sangat tinggi sekali, oleh
sebab itu jangan turun dari Yerusalem ke Yerikho, nanti babak belur di tangan
penyamun-penyamun.
Penyamun merupakan gambaran dari 2 (dua) hal:
1. Gembala tidak bertanggung jawab.
2. Antikris.
Jadi, jika menjadi hamba TUHAN, menjadi pelayan TUHAN,
menjadi imam-imam dengan karunia jabatan yang dipercayakan TUHAN, itu suatu
kedudukan yang sangat tinggi dan mulia, dan kita harus menjunjung tinggi.
“Lihatlah, Ia
datang dengan awan-awan.” Jelas ayat 7 ini berbicara tentang kemuliaan. Kalau matinya benar, maka
bangkitnya benar. Kalau kita bertekun dalam kematian dan kebangkitan sambil
menantikan kedatangan TUHAN pada kali yang kedua dalam kemuliaan-Nya, kita juga
berada dalam kemuliaan yang sama. Itu loh
hasilnya.
Mengapa kebangkitan palsu yang dipertahankan? Kalau toh juga tidak membawa sampai kepada
kemuliaan kekal. Kalau matinya benar, maka bangkitnya benar, dan kalau kita
bertekun di dalamnya satu kali kelak Dia datang dalam kemuliaan-Nya, kita juga
berada dalam kemuliaan yang sama.
Karena Dia hidup, maka kita juga hidup. Kalau kita
bertekun dalam kematian dan kebangkitan, kelak kita juga dipermuliakan
bersama-sama dengan Dia.
“Lihatlah, Ia
datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” Ini jelas berbicara tentang kemuliaan. Awan-awan, itu berbicara soal
kerohanian yang lepas dari daya tarik bumi.
Siapa saja yang melihat kemuliaan itu? Jawabnya yaitu
mereka yang mendapat KASIH KARUNIA; yang menikam Dia. Biarlah kita beroleh
kasih karunia dan damai sejahtera menyertai perjalanan rohani kita sampai Dia
datang kembali pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Itulah yang dinyatakan oleh Rasul Yohanes kepada 7 (tujuh) sidang jemaat di
Asia kecil.
Kalau
Dia hidup, maka kita hidup, tetapi harus dalam suasana
kebangkitan yang sejati, sehingga kita berkuasa di tengah ibadah dan pelayanan
di hadapan TUHAN.
Wahyu 5:9-10
(5:9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya:
"Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena
Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka
bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (5:10) Dan Engkau telah membuat
mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita,
dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."
“… karena Engkau
telah disembelih …” Dari sini kita sudah bisa melihat; hamba TUHAN kalau
matinya benar, pasti dipakai dalam pembukaan rahasia firman. Sebab, sidang jemaat membutuhkan pembukaan rahasia Firman TUHAN di
hari-hari ini.
“… dengan darah-Mu
Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum
dan bangsa.” Selanjutnya, ditebus oleh darah. Selain dipakai dalam
pembukaan rahasia firman, untuk selanjutnya disampaikan kepada sidang jemaat,
juga dipakai oleh TUHAN untuk menjadi korban pendamaian; mendamaikan dosa
manusia kepada Allah.
Jika dalam suasana kebangkitan yang benar, maka berada
dalam kuasa yang luar biasa; full power
memerintah di bumi, berkuasa. Jadi, jangan kita berpikir kuasa-kuasa itu bisa
dibikin-bikin, tidak bisa. Karena, TUHAN kita ini melihat dari Sorga, saya pun
belajar untuk jujur di hadapan TUHAN dan di hadapan sidang jemaat dan isteri
saya yang paling tahu kekurangan saya. Kalau tidak sesuai dengan firman,
terkadang saya malu diledek; katanya
firmannya … Untung saya punya isteri, kalau tidak punya isteri kebablasan
benar terus, tidak ada yang bisa menegur. Tetapi, puji TUHAN saya bersyukur,
saya juga diingatkan oleh isteri saya.
Malam ini kita diingatkan oleh TUHAN; semua bangsa memuji TUHAN, segala suku
bangsa megahkan TUHAN, dengan caranya TUHAN bukan dengan caranya kita lagi
di bumi ini memuji TUHAN.
Saya sangat mengasihi rekan-rekan hamba TUHAN,
mengasihi umat TUHAN yang juga mengikuti pemberitaan firman lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook. Kalau TUHAN ijinkan kita kembali dalam persekutuan yang sama di tahun
yang akan datang, dalam suasana persekutuan kematian dan kebangkitan TUHAN
Yesus Kristus, kita akan mengadakan acara yang sama. Bukan karena kekuatan,
bukan karena uang banyak, tetapi kita memuji TUHAN dengan rumus yang ada;
matinya benar maka bangkitnya benar dan kalau kita bertekun di dalamnya kelak
kita dipermuliakan bersama dengan Dia.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment