IBADAH
RAYA MINGGU, 18 APRIL 2021
KITAB
WAHYU
(Seri:21)
Subtema:
MEMILIKI ROH DENGAR-DENGARAN (BERKELIMPAHAN)
Salam
sejahtera dan bahagia, kiranya memenuhi kehidupan kita. Dan selamat petang,
selamat menikmati sabda Allah yang akan kita terima sebentar.
Saya
juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan juga menyapa
umat TUHAN yang senantiasa memberikan dirinya digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, lewat
live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya,
kita mohonkan dalam doa kita supaya kiranya firman yang dibukakan itu berkuasa
atas setiap kehidupan kita, meneguhkan setiap kehidupan kita, sehingga
kehadiran kita tidak menjadi percuma, kehadiran kita tidak menjadi sia-sia,
melainkan betul-betul ibadah dan korban kita semua kepada TUHAN menjadi korban
dan persembahan, bahkan dupa yang menyenangkan hati TUHAN. Ibadah mengandung
janji dan kuasa baik untuk masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang.
Kiranya nama TUHAN-lah yang dipermuliakan; segala puji, segala hormat hanya
bagi Dia yang berada di dalam kekekalan-Nya.
Mari,
sekarang kita akan memasuki ayat yang baru, berarti berkat yang baru, yaitu
Wahyu 13:9. Setelah kita menikmati seri pemberitaan firman dari ayat 8 untuk empat
kali, dan yang terakhir adalah pada minggu lalu, barulah sekarang atas
kemurahan TUHAN, atas seizin TUHAN, kita dimungkinkan untuk memasuki ayat 9.
Wahyu
13:9
(13:9)
Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
Kita
semua mempunyai sepasang telinga. Apa yang telah disampaikan oleh TUHAN Yesus Kristus
lewat pertemuan-pertemuan ibadah kita di atas muka bumi ini, biarlah kiranya itu
semua kita dengar dengan baik. Jadi, barangsiapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar.
Wahyu
13:1-8,
itu berbicara tentang “Binatang yang keluar dari dalam laut”, itulah
antikris; dan semuanya telah disampaikan dengan jelas, disampaikan secara rinci
bagi kita semua, mulai dari ayat 1-8 pada minggu yang lalu terakhir.
Ayat
1
menceritakan tentang wujud dari binatang tersebut, yaitu;
-
Bertanduk 10 (sepuluh), berkepala 7
(tujuh), dan terdapat 10 (sepuluh) mahkota di atas tanduk-tanduknya.
-
Lalu, pada kepalanya tertulis nama-nama
hujat.
Itulah
ayat pertama yang sudah disampaikan dengan rinci.
Saudara
bisa memperhatikannya kembali pada catatan masing-masing. Mencatat itu bukan hanya
sebatas mencatat untuk dilupakan, tetapi betul-betul itu adalah bukti bahwa
firman itu mendarah daging dalam kehidupan kita; ditulis bukan dengan tinta,
tetapi ditulis oleh Roh TUHAN, ditukik dengan 5 (lima) jari, 5 (lima) jabatan.
Ayat
2
menceritakan tentang kombinasi dari 3 (tiga) jenis binatang buas, namun berada
dalam satu wadah tubuh, yakni;
1.
Macan tutul.
2.
Singa.
3.
Beruang.
Kemudian,
naga memberikan kepada antikris itu kekuatannya, takhtanya, juga memberikan kekuasaanya yang besar kepada binatang buas, itulah kombinasi dari
3 (tiga) jenis binatang buas atau disebut antikris.
Ayat
3-4
menceritakan tentang mujizat palsu yang diadakan oleh antikris, sebab satu dari
tujuh kepalanya terkena luka dan membahayakan dirinya, tetapi luka itu akhirnya
sembuh, sehingga banyak orang heran, dan oleh karena mujizat itu, dunia
mengikuti antikris.
Memang
tidak bisa dipungkiri, kalau di tengah ibadah seorang hamba TUHAN (gembala
sidang) sibuk bicara soal ibadah laut, sibuk berbicara soal kelimpahan,
keberkatan, keberhasilan dan mujizat, ooh itu sangat digandrungi oleh
manusia duniawi. Tetapi sangat sedikit hati dari manusia yang mau datang untuk
dikoreksi oleh pembukaan rahasia firman, tidak suka dengan berita penyucian
firman. Hal itu sudah disampaikan, dan saya harap saudara menuliskan itu dengan
baik.
Tujuan
dari pada mujizat palsu itu adalah untuk mempengaruhi dunia, untuk menjadi
pengikut antikris itu sendiri. Kemudian, tidak hanya sebatas menjadi pengikut
antikris, tetapi pengikut-pengikut antikris itu juga akhirnya menyembah naga (Setan)
dan juga menyembah antikris.
Ayat
5-6
menceritakan tentang mulut dari antikris penuh dengan kesombongan dan hujat. Kemudian,
ketika ia membuka mulutnya, jelas untuk menghujat
Allah, untuk menghujat nama-Nya (nama Anak Allah), kemudian menghujat kemah kediaman-Nya (menghujat
Roh Allah).
Ayat
7
menceritakan tentang; antikris suatu kali nanti atas seizin TUHAN memerangi
anak-anak TUHAN, bahkan nanti mengalahkan anak-anak TUHAN itu sendiri.
Hati-hati.
Ayat
8
menceritakan tentang semua orang yang diam di bumi pada akhirnya menyembah
binatang yang keluar dari dalam laut, menyembah antikris, secara khusus
orang-orang yang namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba yang
telah disembelih itu.
Semuanya
itu telah disampaikan dengan jelas dan rinci; tentu saja saya sampaikan sesuai
dengan ukuran kasih karunia Allah bagi kita semua, sesuai dengan kapasitas
tingkat rohani kita masing-masing. Oleh karenanya, barangsiapa bertelinga
hendaklah ia mendengar; jangan diabaikan begitu saja.
Selanjutnya,
marilah kita lihat bunyi ayat yang sama
di dalam Matius 13:9.
Matius
13:9
(13:9) Siapa bertelinga,
hendaklah ia mendengar!"
Injil
Matius 13:9 bunyinya: Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! Berarti,
Matius 13:9 sama dengan Wahyu 13:9. Jadi, pasalnya sama, ayatnya
juga sama; oleh sebab itu, pemberitaan firman tidak boleh asal comot
ayat firman, harus disampaikan dengan jelas, tidak boleh sesuka hati
ketemu-ketemu di situ saja, tanpa penyerahan diri di kaki salib. Oleh sebab
itu, bersyukur, doakan terus, supaya TUHAN terus pembukaan firman-Nya.
Jadi,
kembali saya sampaikan: Matius 13:9 sama dengan Wahyu 13:9, sama
bunyinya, tidak ada perbedaan.
Terkait
dengan “siapa bertelinga hendaklah ia mendengar”, kita perhatikan ayat
10-11
Matius
13:10-11
(13:10) Maka
datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata
kepada mereka dalam perumpamaan?" (13:11) Jawab Yesus:
"Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga,
tetapi kepada mereka tidak.
Singkat
kata: Kepada murid-murid diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga,
tetapi kepada orang lain tidak, dengan bukti; TUHAN berkata-kata dengan orang
lain hanya dalam bentuk perumpamaan saja.
Oleh
sebab itu, kalau kita perhatikan dalam kitab Daniel, di situ dengan jelas
dikatakan bahwa Daniel ini adalah seorang yang berakal budi atau bijaksana, karena
TUHAN telah mengaruniakan pembukaan rahasia firman kepada dia, dan itu adalah
tanda bahwa TUHAN sangat mengasihi Daniel. Jadi, kalau pembukaan rahasia firman
terjadi dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah, itu menunjukkan bahwa TUHAN
sangat mengasihi saya dan saudara. Kalau hanya berbicara soal perumpamaan, itu
bukan tanda kasih dari sorga.
Sekali
lagi saya sampaikan: Kepada murid-murid diberi karunia untuk mengetahui rahasia
Kerajaan Sorga, tetapi kepada orang lain tidak, dengan bukti; TUHAN
berkata-kata kepada orang lain dalam bentuk perumpamaan.
Matius
13:12
(13:12) Karena
siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan;
tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil
dari padanya.
Barangsiapa
yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia semakin berkelimpahan. Tetapi
siapa yang tidak mempunyai sepasang telinga untuk mendengarkan Firman TUHAN,
maka apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
Pendeknya:
Yang berkelimpahan di sini adalah seorang yang mempunyai "telinga seorang
murid" = Dengar-dengaran.
Jadi,
kepada orang yang dengar-dengaran, kepadanya akan diberikan sampai
berkelimpahan, lewat pembukaan rahasia firman. Oleh sebab itu, barangsiapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar. Kita harus memiliki perhiasan rohani yang
satu ini, yaitu dengar-dengaran, memiliki “telinga murid”, karena siapa yang
mempunyai, kepadanya akan diberikan sampai berkelimpahan lewat pembukaan
rahasia firman.
Kepada
orang lain, TUHAN berkata-kata dalam “perumpamaan”, mengapa? Karena kalau kita
baca ayat 12B-15, khususnya
ayat 14-15 dikatakan: Kamu akan
mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat,
namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya
berat mendengar, dan matanya melekat tertutup
Jadi,
kepada orang yang hatinya menebal, atau
dengan kata lain keras hati, TUHAN
hanya berbicara dalam bentuk perumpamaan. Tetapi kalau memiliki telinga seorang
murid “dengar-dengaran”, dengan kata lain; hatinya terbuka lebar-lebar terhadap
pembukaan rahasia firman, maka kepadanya akan diberi rahasia sorga, dan semakin
berkelimpahan.
Oleh
sebab itu, jangan biasakan hatimu menebal. Saat dengar firman, jangan keras
hati; nanti TUHAN akan datang hanya dalam bentuk perumpamaan. Tetapi kepada
seseorang yang memiliki “telinga seorang murid”, dengan lain kata;
dengar-dengaran, membuka hati lebar-lebar untuk firman, maka kepadanya akan
diberi sampai berkelimpahan lewat pembukaan rahasia firman.
Pendeknya:
Yang berkelimpahan di sini ialah seorang yang mempunyai “telinga seorang murid”
= Dengar-dengaran.
Kita
akan melihat contoh dengar-dengaran; kita harus tahu contoh
dengar-dengaran, sebab letak keberhasilan dari seorang pelayan TUHAN (hamba TUHAN)
adalah dengar-dengaran, jadi di dalam hal melayani, bukan soal
kepandaian dan pengertian sendiri, bukan. Dengar-dengaran adalah letak
keberhasilan seorang pelayan TUHAN.
Oleh
sebab itu, kepada seorang pelayan TUHAN, saya sampaikan: “Ikuti
dengar-dengaran” Tetapi kalau engkau tidak mau dengar-dengaran, coba
saja ikuti kata hatimu. Lihat, mana yang benar; hatimu atau yang saya sampaikan
ini; dan dia sedang membuktikannya sekarang. Tetapi saya mau sampaikan dengan
kasih: Letak keberhasilan seorang pelayan TUHAN, letak keberhasilan seorang hamba
TUHAN adalah dengar-dengaran. Lihatlah hamba TUHAN yang tidak
dengar-dengaran, maka sampai kapan pun ia akan seperti itu terus.
Saya
menyampaikan hal ini bukan karena saya marah, tetapi ini adalah pengertian yang
saya dapat, harus saya bagi. Tetapi kadang kala, orang yang tidak mau berubah,
ia justru kebakaran jenggot; itu saja persoalannya. Karena dia tidak mau
berubah, akhirnya ia kebakaran jenggot, bahkan ia melawan firman itu; tetapi
kita tidak seperti itu.
Barangsiapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar, supaya siapa yang mempunyainya,
maka kepadanya diberikan sampai berkelimpahan; oleh sebab itu,
dengar-dengaranlah.
Mari
kita lihat CONTOH DENGAR-DENGARAN, di dalam 1 Samuel 3, dengan perikop: “Samuel terpanggil”.
1
Samuel 3:4-8
(3:4) Lalu
TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya,
bapa." (3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta
katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli
berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia
tidur. (3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah,
lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku;
tidurlah kembali." (3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman
TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (3:8) Dan TUHAN memanggil
Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan
Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil
aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.
TUHAN
memanggil Samuel sebanyak 3 (tiga) kali, dan Samuel selalu menjawab "Ya,
bapa". Hal ini menunjukkan bahwasanya Samuel mempunyai “telinga
seorang murid”, dengan kata lain; Samuel dengar-dengaran di hadapan TUHAN.
Biarlah
kita dengar-dengaran di hadapan TUHAN, sebab dengar-dengaran itu jauh lebih
baik dari pada menuruti keinginan di hati, karena dengar-dengaran itu terkait
dengan penggembalaan, seperti domba ada di dalam penggembalaan; itulah
dengar-dengaran.
Jadi,
dengar-dengaran itu jauh lebih baik, mengapa? Karena kaitannya dengan
penggembalaan, bukan dengan perasaan hati, tetapi
kaitannya dengan penggembalaan, seperti domba mendengar suara gembala. Jadilah
pribadi yang dengar-dengaran di hadapan TUHAN.
Namun,
ada hal yang ganjil dibalik dengar-dengaran dari pada Samuel ini: Samuel
dengar-dengaran kepada TUHAN, tetapi pada ayat
7 dikatakan:
-
Samuel belum mengenal TUHAN. Samuel
itu sebetulnya belum mengenal TUHAN, tetapi sudah dengar-dengaran.
-
Kemudian, firman TUHAN belum pernah
dinyatakan kepadanya, tetapi Samuel dengar-dengaran di hadapan TUHAN.
Sudah
berapa lama kita mendengar firman di dalam penggembalaan GPT “BETANIA”, sudah berapa tahun kita mendengar
Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel? Sudahkah kita menjadi pribadi
yang dengar-dengaran?
Samuel
itu belum mengenal TUHAN, tetapi kok dengar-dengaran toh?
Kemudian, Firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepada Samuel, tetapi dia sudah
dengar-dengaran. Ini kan hal yang ganjil, bukan?
Lalu
saya bandingkan: Sudah berapa lama kita mengikuti TUHAN? Sudah berapa lama kita
berada dalam kandang penggembalaan GPT “BETANIA” Serang
dan Cilegon? Sudah berapa banyak pembukaan rahasia firman yang kita terima,
yang mendidik mengasuh mengajari kita semua di dalam hal yang suci, di dalam
hal yang benar, di dalam hal yang mulia? Lalu, apakah kita sudah
dengar-dengaran?
Pertanyaan
ini biarlah kita jawab masing-masing dan kita buktikan di hadapan TUHAN saja.
Tetapi
sekalipun demikian Samuel mempunyai “telinga seorang murid”, alias
dengar-dengaran.
1
Samuel 3:1
(3:1) Samuel
yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa
itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
Pada
masa itu firman TUHAN jarang, tetapi Samuel sudah menjadi pribadi yang
dengar-dengaran. Penglihatan pun tidak sering, namun Samuel menjadi pribadi
yang dengar-dengaran di hadapan TUHAN.
Yang
pasti; Samuel yang mudah itu menjadi pelayan TUHAN yang dengar-dengaran di
bawah asuhan imam Eli. Kita semua sudah diasuh bukan, sampai hari ini?
Pertanyaannya:
Mengapa Samuel dengar-dengaran sementara Firman TUHAN jarang? Mengapa Samuel
dengar-dengaran, sementara penglihatan-penglihatan pun tidak sering? Singkat
kata; Mengapa Samuel dengar-dengaran, padahal belum mengenal TUHAN?
Bukankah
ini adalah hal yang aneh, hal yang ganjil? Hal seperti ini sudah jarang terjadi.
Kalau seseorang toh pada akhirnya juga bisa dengar-dengaran, mempunyai
“telinga seorang murid”, ya karena dia sudah diasuh, karena dia sudah
dididik, karena dia sudah banyak dengar firman. Tetapi ini tidak ada firman,
tidak ada penglihatan, bahkan belum mengenal TUHAN, tetapi Samuel menjadi
pribadi yang dengar-dengaran di hadapan TUHAN, dan tadi kita sudah melihat itu,
sudah dia buktikan di hadapan TUHAN.
Pertanyaannya:
MENGAPA SAMUEL DENGAR-DENGARAN, SEMENTARA IA BELUM MENGENAL TUHAN?
Jawaban
YANG PERTAMA.
1
Samuel 2:11
(2:11) Lalu
pulanglah Elkana ke Rama tetapi anak itu menjadi pelayan TUHAN di bawah
pengawasan imam Eli.
Samuel
yang masih kanak-kanak sudah menjadi pelayan TUHAN di bawah asuhan imam
Eli. Jadi, orang tuanya tidak turut campur dengan keadaan dari pada Samuel.
Kalau
saudara sudah menyerahkan diri kepada TUHAN, jangan direcoki lagi dengan perasaan
manusia daging. Demikian juga kalau anak saudara sudah diserahkan kepada TUHAN
untuk melayani TUHAN, maka orang tua jangan ikut campur lagi; pulang saja ke
rumah, serahkan kepada TUHAN, di bawah asuhan TUHAN Yesus. Itulah yang benar;
dan anak-anak harus mengerti ini supaya engkau bisa dengar-dengaran kepada
penggembalaan ini.
Begitu
orang tuanya pulang ke Rama, anak yang masih kecil ini, itulah Samuel,
diserahkan kepada asuhan imam Eli, dan menjadi pelayan TUHAN; tidak boleh lagi
dicampur aduk dengan perasaan orang tua di situ. Dalam melayani TUHAN, tidak
boleh lagi dicampur aduk dengan perasaan daging.
Sekali
lagi saya sampaikan: Samuel yang masih kanak-kanak sudah menjadi pelayan TUHAN.
Kita
akan melihat lebih terang tentang SEORANG PELAYAN TUHAN.
Matius
20:25
(20:25) Tetapi
Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa, penguasa bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan
tangan besi (kekuatan).
Kemudian,
pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka, dengan
lain kata; para penguasa-penguasa, para pejabat-pejabat tinggi (pejabat teras)
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Itulah bentuk pelayanan mereka,
dan mereka menganggap bahwa mereka sudah melayani, menurut takaran dunia.
Tetapi
sekalipun kita ada di dunia, namun biarlah kita melayani bukan menurut takaran
dunia, supaya kita mengerti kedudukan kita di hadapan TUHAN.
Matius
20:26-27
(20:26) Tidaklah
demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, (20:27) dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
Kedudukan
seorang hamba TUHAN di hadapan TUHAN:
-
Yang terbesar
hendaklah menjadi pelayan.
-
Yang terkemuka
hendaklah menjadi hamba.
Itulah
kedudukan seorang hamba TUHAN, pelayan TUHAN di hadapan TUHAN. Jangan
diubah-ubah dengan sistimnya dunia; walaupun kita ada di dunia ini, namun kita
bukanlah manusia duniawi.
Singkat
kata: Seorang pelayan TUHAN, ia memiliki hati hamba, sebab tadi dikatakan:
-
Yang terbesar hendaklah menjadi pelayan.
-
Yang terkemuka hendaklah menjadi hamba.
Berarti,
yang disebut pelayan TUHAN ialah
memiliki hati hamba; itu yang
disebut pelayan TUHAN.
Kalau
melayani tetapi tidak memiliki hati hamba, itu bukanlah pelayan TUHAN; dia
hanya melayani karena keinginannya walaupun tidak diakui TUHAN.
CONTOH
pelayan TUHAN yang memiliki hati hamba.
Matius
20:28
(20:28) sama
seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Anak
Manusia, atau TUHAN Yesus Kristus, datang ke dunia bukan untuk dilayani,
melainkan untuk 2 (dua) hal:
1.
Melayani.
2.
Memberikan nyawa-Nya untuk menjadi tebusan
bagi banyak orang.
Pendeknya:
Seorang pelayan itu harus ditandai dengan penyerahan
diri. Inilah pelayan TUHAN yang memiliki hati hamba; ditandai dengan penyerahan
diri.
Sekali
lagi saya sampaikan: Seorang pelayan TUHAN harus memiliki penyerahan diri =
Memiliki hati hamba. Itulah hamba, itulah pelayan TUHAN; penyerahan dirinya
yang diutamakan.
Lebih
jelas tentang PENYERAHAN DIRI DARI SEORANG HAMBA dapat kita lihat dalam Injil Lukas 17, dengan perikop: “Tuan dan
hamba”.
Kita
harus mengetahui kedudukan "tuan" di mana. Kita harus mengetahui
kedudukan "hamba" di mana. Kedudukan dari “tuan” dan kedudukan dari
seorang “hamba” itu berbeda, tidak sama, tetapi seorang pelayan TUHAN harus
ditandai dengan penyerahan diri, memiliki hati hamba. Kalau tidak memiliki hati
“hamba”, maka tidak ada penyerahan diri, sehingga akan susah nanti, setengah
mati; uring-uringan, yang salah gembala sidang, yang salah adalah korban, yang
salah semua, akhirnya benar sendiri dia, tidak bisa lagi diajari. Jadi, seorang
pelayan TUHAN itu harus memiliki hati hamba yang ditandai dengan penyerahan
diri.
Lukas
17:7-9
(17:7)
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau
menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang
dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan
berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu
dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu
engkau boleh makan dan minum. (17:9) Adakah ia berterima kasih kepada
hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
Yang
terlihat dengan jelas dari diri seorang pelayan TUHAN yang memiliki hati hamba
ialah:
1.
Ia lebih mengutamakan tuannya. Tuan
dari semua hamba-hamba TUHAN ialah TUHAN Yesus Kristus; harus lebih
mengutamakan Tuhan Yesus Kristus dari pada kepentingan diri. Itulah hati hamba
yang ditandai dengan penyerahan diri.
2.
Tidak mengharapkan ucapan terima kasih = Tidak
mengharapkan imbalan sebagai keuntungan di tengah ibadah dan pelayanannya
kepada TUHAN.
Inilah
seorang pelayan TUHAN yang memiliki hati hamba; yang dia tahu adalah untuk
menyenangkan hati TUHAN, kemudian tidak mengharapkan ucapan terima kasih, tidak
mengharapkan imbalan dari tuannya. Itulah seorang pelayan TUHAN yang ditandai
dengan penyerahan dirinya kepada tuannya.
Lukas
17:10
(17:10) Demikian
jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak
berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Demikian
jugalah kamu,
saya dan saudara, tanpa terkecuali. Jadi, TUHAN itu tidak pernah memandang muka;
TUHAN mau kita melayani TUHAN dengan memiliki hati hamba, biar dia kaya
merdeka, biar dia konglomerat, orang miskin, sama. Kalau mau melayani TUHAN,
maka harus memiliki hati hamba; kalau melayani TUHAN, harus ditandai dengan
penyerahan diri; kalau tidak, engkau harus malu di hadapan TUHAN.
Apabila
kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu oleh TUHAN
dari hamba-hamba TUHAN, itulah TUHAN Yesus Kristus, hendaklah kamu, seorang
pelayan TUHAN yang memiliki hati hamba berkata:
-
“Kami adalah hamba-hamba yang tidak
berguna” Hendaklah seorang hamba TUHAN, pelayan TUHAN berkata di hadapan
TUHAN: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Jangan pernah merasa
penting, jangan pernah merasa berguna, jangan pernah merasa dibutuhkan, jangan
pernah merasa lebih superior dari gembala sidang -- padahal baru tahu
satu ayat --.
-
Selanjutnya, seorang pelayan TUHAN harus berkata:
“Kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan”.
Singkat
kata: Hidup seorang hamba TUHAN (pelayan TUHAN) adalah hanya untuk menyenangkan
hati TUHAN, dengan lain kata; hati hamba = hidup untuk TUHAN. Itulah hamba,
itulah doulos, di mana hidupnya hanya untuk TUHAN, hatinya untuk TUHAN
saja, tidak ada kepentingan yang lain.
Inilah
yang harus kita perhatikan, supaya nanti kita bisa dengar-dengaran; kalau
tidak, maka akan susah nantinya. Inilah yang harus pertama-tama diperhatikan,
yaitu pelayan TUHAN memiliki hati hamba.
BAGAIMANA
CARA KITA MEMPEROLEH PENGERTIAN TENTANG HATI HAMBA?
1
Samuel 2:11
(2:11) Lalu
pulanglah Elkana ke Rama tetapi anak itu menjadi pelayan TUHAN di bawah
pengawasan imam Eli.
Samuel
yang kecil itu menjadi pelayan TUHAN di bawah asuhan imam Eli. Berarti, seorang
pelayan TUHAN harus dengan rela hati dan bersedia untuk diasuh, barulah nanti
kita memperoleh pengertian tentang "hati hamba". Kalau tidak memberi
diri diasuh, maka ia tidak akan memperoleh pengertian tentang "hati hamba".
Siapa
pun tidak akan mengerti tentang rahasia sorga, kalau tidak terlebih dahulu
diasuh. Jadi, harus terlebih dahulu “diasuh”, barulah nanti kita memperoleh
pengertian tentang hati seorang hamba.
Puji
TUHAN, kita sudah diasuh, tetapi harus dengan rela hati dan bersedia dalam
ketulusan hatinya. Oleh sebab itu, kalau dididik, jangan lantas uring-uringan
di luar ibadah, harus mau diasuh; jangan lantas salahkan gembala, salahkan
ibadah, salahkan pelayanan, itu namanya bukan orang yang diasuh. Kalau mau
diasuh, maka terima asuhan. Sedangkan orang tua dengan anak saja sudah tidak
ada kaitannya lagi; orang tuanya pulang ke Rama (pulang kampung), tetapi Samuel
tetap di Tabernakel, berada di bawah asuhan imam Eli.
Jadi,
harus diasuh dulu, supaya kita memperoleh pengertian yang benar tentang hati
seorang hamba.
Sekali
lagi saya sampaikan: Kalau diasuh dengan baik, jangan ngomel di luar
ibadah. Jangan salahkan gembala, jangan salahkan ibadah, dan malah berpihak ke
dunia; itu aneh namanya.
Kita
lihat tentang DIASUH, dalam Kisah Para Rasul 7.
Kisah
Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia
dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya
seperti anaknya sendiri.
Musa
diasuh oleh Firaun seperti anaknya sendiri, dan Musa dididik dalam segala
hikmat orang Mesir.
Singkat
kata: Diasuh = Menerima didikan salib. Jadi yang dimaksud "diasuh"
adalah harus dengan rela hati dan bersedia menerima didikan salib; murni dengan
didikan salib, tidak boleh ditambah-tambah.
Kita
semua sudah menerima pendidikan formal di dunia:
-
Enam tahun di Sekolah Dasar (SD).
-
Tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama
(SMP).
-
Tiga tahun di Sekolah Menengah Atas (SMA).
-
Bahkan ada yang dididik sampai kepada
Perguruan Tinggi (PT).
Sudah
menerima didikan dari dunia, itu bagus, tetapi didikan itu belum sempurna,
karena belum memperoleh pengetahuan tentang keselamatan dari Allah (dari sorga),
tidak ada kaitannya dengan keselamatan. Didikan dari dunia sudah bagus, tetapi
belum sempurna.
Tetapi
kehidupan yang diasuh, dia harus dengan rela menerima didikan salib, itulah hikmat
Allah, sehingga dengan hikmat ini kita dapat mengetahui mana roh antikris dan
mana roh yang bukan antikris. Yang terpenting adalah hikmat, sesuai dengan Wahyu 13:18, supaya kita dapat
membedakan mana Roh TUHAN dan mana roh antikris.
Kalau
seseorang tidak memiliki hikmat, maka semua akan dia terima, termasuk ujung-ujungnya
nanti menerima cap meterai dari antikris.
Jadi,
penting bagi seorang hamba untuk diasuh, supaya memperoleh pengertian tentang
hati seorang hamba. Diasuh, berarti; menerima didikan salib, supaya dia
memperoleh hikmat dari sorga, sehingga dapat membedakan mana yang baik dan yang
tidak baik; itulah hikmat.
1
Korintus 11:30
(11:30) Sebab itu
banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit
yang meninggal.
Banyak
di antara umat TUHAN menjadi lemah dan sakit-sakitan, ujung-ujungnya meninggal.
Orang
yang lemah imannya, ujungnya stress, akhirnya meninggal. Orang yang sakit parah,
ujungnya meninggal. Banyak anak-anak TUHAN yang seperti itu. Ini harus menjadi
pelajaran baik-baik bagi kita.
Oleh
sebab itu, selanjutnya perhatikan ayat 31-32.
1
Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau
kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32)
Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita
tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
Kalau
kita menguji diri kita sendiri, rela menerima hukuman, rela menerima
didikan salib, hukuman tidak menimpa kita, dengan lain kata; tidak
binasa, tidak lemah, tidak sakit. Tetapi kalau kita menerima hukuman dari
Tuhan, sangkal diri pikul salib, diajar oleh TUHAN, ditegur oleh TUHAN, kita
dididik oleh TUHAN.
Menerima
hukuman dari TUHAN, menerima teguran dari TUHAN, menerima hajaran dari TUHAN
apapun jenisnya, sama artinya; kita sedang dididik oleh TUHAN. Inilah kehidupan
yang diasuh oleh TUHAN.
Itulah
Samuel; kalau Samuel yang masih kecil, yang umurnya sudah sekian tahun saja
berada di bawah asuhan imam Eli, lah kita umurnya berapa? Hati-hati,
jangan tebal hati, akibatnya kita tidak punya apa-apa nanti.
Kita
perhatikan Ibrani 12, dengan perikop: “Nasihat supaya bertekun dalam iman”
Ibrani
12:5
(12:5) Dan sudah
lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:
"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah
putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
Sebagai
anak-anak TUHAN, harus memperhatikan 2 (dua) hal:
1.
Jangan anggap enteng didikan TUHAN.
2.
Jangan putus asa apabila kita
diperingatkan oleh TUHAN.
Mengapa?
Karena itu merupakan didikan salib.
Sebagai
anak-anak TUHAN, jangan anggap enteng didikan TUHAN. kemudian, jangan putus asa
apabila ada teguran-teguran, jangan uring-uringan, jangan marah, jangan emosi,
jangan memberontak. Kalau ada nasihat firman, jangan anggap enteng itu, karena
itu merupakan didikan TUHAN. Kalau ada nasihat-nasihat firman, jangan putus asa
dan menyerah, lalu tinggalkan ibadah pelayanan, jangan uring-uringan.
Ibrani
12:6
(12:6) karena
Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah
orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Perlu
untuk kita ketahui dengan pasti, yaitu:
YANG
PERTAMA: TUHAN menghajar orang yang dikasihi-Nya.
Berarti;
kalau tidak dikasihi, maka tidak ada teguran, tidak ada hajaran, jauh dari
nasihat firman. Kalau kita terima nasihat firman petang ini, itu tanda bahwa
TUHAN mengasihi kita.
Lihat,
saya mau berikan contoh sedikit: Kalau saudara melihat orang dunia, misalnya
dia adalah penjahat ulung, dia adalah bandar narkoba -- bukan saja pemakai
narkoba, tetapi bandar narkoba --, penjudi, pemabuk, penzinah, tukang korupsi, semua
dosa-dosa, mungkin saudara pernah berpikir: “Kok orang seperti ini tidak
pernah ada masalah ya? Enak-enak aja; kulkasnya penuh, mobilnya banyak parkir
di terasnya, rumahnya mewah. Hidupnya kok enak ya”, dengan lain kata; sudah
tidak ada teguran lagi.
Kalau
orang yang demikian sudah tidak ada teguran, maka saudara tidak usah heran,
karena orang semacam ini sudah tidak lagi dikasihi TUHAN. Kalau dia dikasihi
TUHAN tetapi suka berulah, pasti hajaran itu akan terjadi. Itu contoh di luar
TUHAN.
Contoh
lain, di dalam TUHAN: Kalau seorang hamba TUHAN atau pelayan TUHAN jatuh --
bukan hanya dalam perzinahan atau perselingkuhan --, tetapi jatuh ke dalam dosa
ketidakjujuran, penipu, pendusta, tidak jujur dalam hal persepuluhan dan lain
sebagainya, maka dia akan jatuh juga dalam hal yang lain. Jadi, saudara jangan
heran jika tiba-tiba dia jatuh dari motor, tiba-tiba dia jatuh dari kendaraan,
tiba-tiba mobilnya tabrakan; itu adalah teguran, tetapi itu bukan berarti TUHAN
membenci dia, itu adalah tanda bahwa TUHAN mengasihi dia. Hajaran itu bertujuan
supaya dia segera berbalik. Saya terlalu yakin dengan orang yang hidupnya suci,
saya terlalu yakin dengan orang yang hidupnya benar; kalau dia bawa kendaraan,
saya yakin dengan hidupnya.
Oleh
sebab itu, Hagai yang sering membawa kendaraan, membawa Oom ke mana-mana, pertahankan
hidup suci ya. Tetapi kalau sekali waktu engkau tidak suci, jatuh dalam
dosa, hati-hati; jangan sampai Oom yang bengkeli mobil nanti.
Hajaran
adalah tanda bahwa TUHAN mengasihi anak-anak TUHAN; itu adalah bukti bahwa
TUHAN mengasuh kita sekarang ini. Dulu, sebelum mengerti ini, kita kaget-kaget,
lalu berkata “Saya lawan dia”, itu adalah pengertian yang salah, tidak
boleh seperti itu.
Perlu
untuk kita ketahui dengan pasti, yaitu:
YANG
KEDUA: TUHAN menyesah orang-orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Jadi,
orang yang diakui sebagai anak, pasti disesah suatu kali; tetapi kalau tidak
mau disesah, berarti dia bukan anak TUHAN. Oleh sebab itu, kita tidak boleh
anggap enteng didikan TUHAN, kemudian apabila ada didikan TUHAN, teguran dan
hajaran, jangan juga putus asa, uring-uringan, marah-marah, lalu persalahkan
TUHAN, persalahkan gembala, dan lain sebagainya. Jangan putus asa, melainkan
bertahan, sebab itu adalah tanda bahwa TUHAN mengasihi kita, dan itu juga
merupakan tanda bahwa TUHAN mengakui kita sebagai anak-anak TUHAN.
Ibrani
12:7
(12:7)
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti
anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Jika
kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di
manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Semua anak harus
menerima hajaran didikan salib. Tidak ada anak yang tidak menerima hajaran dari
ayahnya.
Ibrani
12:8
(12:8) Tetapi,
jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka
kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Kalau
umat Kristen, anak TUHAN bebas dari ganjaran salib yang harus kita pikul setiap
hari, maka dia bukanlah anak TUHAN, tetapi orang yang seperti ini disebutlah anak-anak
gampang. Apa anak gampang? Itulah anak yang lahir di luar nikah.
Kalau
menolak ganjaran, engkau bukan anak TUHAN. Kalau menolak didikan salib, engkau bukan
anak TUHAN, melainkan anak gampangan. Oleh sebab itu, di atas tadi saya sudah
sampaikan: kita harus dengan rela hati dan bersedia diasuh oleh TUHAN.
Jangan
pakai logika dalam mengikut TUHAN; satu sisi “Theo”, satu sisi “logika”, itu
tidak boleh. TUHAN dengan logika manusia tidaklah nyambung.
1
(satu) + (tambah) 1 (satu), logikanya adalah 2 (dua). Tetapi di dalam TUHAN, 1
(satu) + (tambah, itulah salib) 1 (satu), hasilnya tetapi 1 (satu), karena penghubungnya
adalah salib. Kan tidak nyambung antara “Theo” dengan “logika”, bukan?
Tentu
kita sudah memperoleh pengertian tentang “hati hamba”, bukan? Sekarang kita
akan melihat tentang CIRI-CIRI ORANG YANG TELAH DIDIDIK.
Ciri-ciri
pelayan TUHAN yang telah menerima didikan TUHAN, dapat kita pelajari dari Keluaran 29, dengan perikop: “Mengenai
pentahbisan Harun dan anak-anaknya” Mengenai pentahbisan seorang pelayan
TUHAN, hamba TUHAN, itulah Harun dan anak-anaknya.
Keluaran
29:1-2
(29:1)
"Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan mereka,
supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku: Ambillah seekor lembu jantan
muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela, (29:2)
roti yang tidak beragi dan roti bundar yang tidak beragi, yang
diolah dengan minyak, dan roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi
dengan minyak; dari tepung gandum yang terbaik haruslah kaubuat semuanya itu.
Supaya
mereka layak memegang jabatan iman (pelayan TUHAN yang memiliki hati seorang
hamba) yang sudah terdidik, yang berkenan bagi TUHAN, harus mempersembahkan
tuntutan TUHAN, yaitu tiga korban binatang dan tiga korban sajian (korban makanan).
TIGA
KORBAN BINATANG, antara lain:
Yang
Pertama: Lembu jantan muda à Pelayanan seorang
hamba TUHAN menjadi pendamaian terhadap dosa manusia. Jangan kita melayani,
tetapi tidak menjadi pendamai. Kalau melayani, maka harus menjadi pendamai,
membawa damai. Dan orang yang menjadi pendamai, sama seperti tutupan grafirat
(tutupan pendamaian), ia harus mengalami 7 (tujuh) kali percikan darah, itulah
sengsara tanpa dosa; orang lain yang diperdamaikan kepada TUHAN, tetapi kita
yang menjadi korban.
Yang
Kedua: Domba jantan pertama dijadikan sebagai korban bakaran,
berarti; penyerahan diri sepenuhnya sampai hangus, atau sama dengan; penyerahan
diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, bukan taat kepada kehendak
daging.
Yang
Ketiga: Domba jantan kedua, itu berbicara soal; kesucian dari
seorang imam (seorang hamba TUHAN) yang dapat diteladani oleh sidang jemaat.
Jangan
saudara berpikir; dengan memiliki pengetahuan banyak, dengan memiliki pemahaman
cara-cara untuk melayani TUHAN barulah disebut “seorang hamba”, tidak. Tetapi
perhatikan korban binatang yang ketiga, itulah domba jantan yang kedua adalah kesucian
diri dari seorang hamba, yang bisa diteladani oleh sidang jemaat, bisa diikuti
oleh sidang jemaat. Jadi, bukan berarti kalau sudah tahu cara-cara melayani,
barulah layak menjadi hamba; kalau sudah paham untuk menyampaikan firman,
barulah layak menjadi hamba, tidak itu, bukan seperti itu, melainkan
kesuciannya harus bisa diteladani oleh sidang jemaat.
Masakan
seorang hamba TUHAN, gembala sidang, nongkrong di pinggir jalan
sesukanya; lalu suka main HP (handphone, android, gawai, smartphone) terus,
main game terus, kelayapan terus, tidak pernah menyembah di kaki salib.
Itu
tentang 3 (tiga) korban binatang. Barulah kita memperhatikan tuntutan TUHAN
yang kedua ...
TIGA
KORBAN SAJIAN (MAKANAN), yaitu:
Yang
Pertama: Roti yang tidak beragi à Kebenaran dan
kemurnian dari seorang hamba TUHAN.
Kita
datang melayani TUHAN harus ditandai dengan kebenaran dan kemurnian. Murni,
berarti; tidak ada raginya, baik itu;
-
Ragi
Farisi,
yaitu kemunafikan; di luar dan di dalam tidak sama.
-
Maupun ragi orang Saduki, yaitu dosa kejahatan dan kenajisan.
-
Termasuk ragi Herodes, yaitu kebencian.
Jadi,
harus ditandai kebenaran dan kemurnian, itulah roti yang tidak beragi.
Yang
Kedua: Roti bundar yang tidak beragi à Tanda di dalam
kasih yang tidak berkesudahan.
Kebenaran
itu harus ditandai dengan kasih; jangan kebenaran disertai dengan kebenaran
diri sendiri. Kebenaran itu harus ditandai dengan yang tidak berkesudahan, itulah
kasih Agape. Itulah yang dituntut TUHAN untuk selanjutnya kita persembahkan
kepada TUHAN.
Yang
Ketiga: Roti tipis yang tidak beragi à Kebenaran yang
ditandai dengan kerendahan hati. Tipis = Rendah hati.
Kalau
hamba TUHAN rendah hati, maka tidak ada kesempatan bagi Setan untuk menjatuhkan
hamba TUHAN itu. Coba saudara perhatikan: Roti tipis yang ditaruh di atas
lantai, maka tidak ada kesempatan bagi Setan untuk menjatuhkan roti tipis. Jadi,
semakin kita rendah hati, maka semakin tidak ada kesempatan bagi Setan untuk
menjatuhkan kita.
Inilah
yang dituntut oleh TUHAN dari seorang pelayan TUHAN, supaya dia memiliki hati
hamba, yaitu: 3 (tiga) korban binatang dan 3 (tiga) korban sajian.
Akhirnya,
Samuel pun menyanggupi;
-
3 (tiga) korban binatang, itulah korban pendamaian
(menjadi pendamaian), ada di dalam tanda penyerahan diri sepenuhnya (korban
bakaran), barulah kesuciannya diteladani oleh sidang jemaat (korban tahbisan).
-
Tidak berhenti sampai di situ, ada 3
(tiga) korban sajian berikutnya, yaitu melayani tanpa ragi (roti tanpa ragi),
kebenaran harus ditandai disertai dengan kasih yang tidak berkesudahan (roti
bundar yang tidak beragi), barulah kemudian rendah hatilah supaya tidak ada
kesempatan bagi Setan untuk menjatuhkan kita (roti tipis yang tidak beragi).
Jika
kita memiliki roti tipis yang tidak beragi, itulah kerendahan hati, maka tidak
ada kesempatan bagi Setan untuk menjatuhkan kita, sehingga kalau pun ada ujian,
kita tidak akan bisa jatuh, sebab kita tetap rendah hati, tetap mengalah. Bukan
berarti saya tidak bisa pukul orang lain, tentu bisa, tetapi kalau saya pukul,
maka itu adalah kesempatan bagi Setan untuk menjatuhkan saya. Tetapi kalau saya
tetap rendah hati, maka tidak ada kesempatan bagi Setan untuk menjatuhkan saya
baik dari sisi mana saja, mau diungkit pun masa lalu, mau diungkit pun masa
sekarang, maupun masa yang akan datang, tetap tidak bisa. Saya tanamkan hal itu
dalam diri saya, supaya hal itu melekat dalam diri saya.
Itulah
yang dipersembahkan oleh Samuel yang kecil itu, yang kanak-kanak itu di hadapan
TUHAN; dia tahu untuk mempersembahkan itu, sehingga dia betul-betul seorang
pelayan TUHAN yang memiliki hati hamba. Jangan melayani tanpa hati hamba. Jika
susah-susah diatur, jangan dulu melayani; langsung turun saja kalau memang
sadar.
Saya
tidak sarankan saudara turun dan saya tidak sarankan saudara naik, itu adalah
ketentuan TUHAN sesuai firman yang sudah kita terima; tetapi kalau mau
melayani, maka harus memiliki hati hamba. Apakah saudara sudah siap?
Ayo,
tuntutan TUHAN, itulah 3 (tiga) korban binatang dan 3 (tiga) korban sajian, ayo
bawalah dan persembahkanlah kepada TUHAN. Saya dan kita semua mempersembahkan
tuntutan TUHAN, supaya kita memiliki hati hamba.
Pertanyaannya:
MENGAPA SAMUEL DENGAR-DENGARAN, SEMENTARA IA BELUM MENGENAL TUHAN?
Jawaban
YANG KEDUA.
1
Samuel 2:18
(2:18) Adapun
Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya
berlilitkan baju efod dari kain lenan.
Adapun
Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN yang
dengar-dengaran, dengan hati hamba. Kemudian, Samuel ini betul-betul masih
anak-anak, masih belia, tetapi lihat keistimewaannya; seluruh tubuhnya
berlilitkan baju efod dari kain lenan.
Jadi,
mengapa Samuel dengar-dengaran, sementara ia belum mengenal TUHAN? Jawaban yang
kedua ialah Samuel yang masih kanak-kanak sudah melayani TUHAN, tetapi
istimewanya ialah tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.
Dalam
Keluaran 28:6-14, Efod à Hidup dari
seorang hamba TUHAN di dalam memikul salib, atau hidup di dalam tanda kematian
dari TUHAN Yesus Kristus. Biarlah kita berlilitkan kematian TUHAN Yesus Kristus
dalam tubuh kita masing-masing.
Dalam
Keluaran 28:6-14 juga dituliskan, warna efod ada 5 (lima), yaitu ungu, ungu
tua, kirmizi, lenan halus, dan warna emas. Semua warna itu ada di dalam pribadi
TUHAN Yesus Kristus, tetapi tidak ada kesempatan untuk membahas ke sana. Yang
saya mau sampaikan di sini adalah tubuhnya betul-betul berlilitkan baju efod
dari kain lenan, berarti; Samuel ini betul-betul ada di dalam tanda sengsara
salib, ada di dalam tanda kematian dari TUHAN Yesus Kristus seutuhnya
(berlilitkan baju efod).
Terlalu
banyak orang Kristen mengikut TUHAN, tetapi dari sisi “enak-enak”, tidak mengerti
soal kedalaman hati TUHAN.
Tanggung
jawab seorang pelayan TUHAN (hamba TUHAN) itu tidaklah ringan.
-
Bisa ringan, kalau memang dia betul-betul
di dalamnya.
-
Namun itu bisa berat, kalau dia tidak
hidup di dalamnya.
Jadi,
saudara jangan menganggap enteng didikan TUHAN, tetapi juga jangan putus asa.
Mari
kita lihat soal BERLILITKAN BAJU EFOD, tanda bahwa sengsara salib dan kematian
TUHAN Yesus Kristus sudah dililitkan pada segenap tubuh Samuel yang masih
kanak-kanak, yang masih kecil itu, yang kita perhatikan dalam Filipi 2, dengan perikop:
“Nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus”. Nasihat
ini harus diperhatikan; harus bersatu dan saling merendahkan diri satu dengan
yang lain.
Saya
berharap, kita semua harus bersatu. Jangan di luaran sana kita lebih bersatu
dengan orang dunia, tetapi dengan sidang jemaat dalam penggembalaan ini, kita
tidak bisa bersatu, bukankah aneh itu namanya? Kok orang yang tidak
jelas, yang mulutnya tidak karu-karuan disukai, tetapi anak TUHAN tidak disukai
dalam satu penggembalaan, kan aneh? Oleh sebab itu, TUHAN berkata di
sini: “nasihat supaya bersatu.” Harus bersatu; saling merendahkan diri
satu dengan yang lain, supaya rencana Allah terwujud. Kalau tidak bersatu, maka
tidak mungkin terwujud.
Saya
bersyukur, masih ada pelayan-pelayan TUHAN yang masih menyerahkan hatinya dan
berpihak kepada penggembalaan ini. Dan jujur saja, saya diringankan, sehingga
saya bisa fokus ada di kaki salib untuk menantikan pembukaan firman. Tetapi
kalau semua saya urusi, termasuk live streaming, juga kabel-kabelnya
yang rumit itu, lalu saya urusi lagi sound system, saya tidak akan bisa fokus
ada di kaki salib untuk menantikan pembukaan firman, tidak sempat. Jadi, kita
harus bersatu; saling merendahkan diri satu dengan yang lain, jangan hanya mementingkan
kepentingan diri sendiri. Engkau sedang melukai hati TUHAN, bukan sedang
melukai hati saya sebagai gembala, kalau engkau mementingkan kepentingan dirimu
sendiri.
Filipi
2:5
(2:5) Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus,
Supaya
kita bersatu dan saling merendahkan diri satu dengan yang lain, marilah kita
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam pribadi Yesus Kristus.
Filipi
2:6-8
(2:6) yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, (2:7) melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama
dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Yang
walaupun dalam rupa Allah, berarti mulia, tetapi tidak menganggap
setara dengan kemuliaan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Yesus telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Perhatikan:
Dia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib = Berlilitkan baju efod.
Mau
berlilitkan baju efod, bukan? Oleh sebab itu, biarlah taat sampai mati, bahkan sampai
mati di kayu salib. Kalau engkau dipercayakan satu pelayanan, dipercayakan satu
korban, biarlah korban itu membawa engkau “sampai mati di situ”. Sebagai yang
bertugas live streaming, itu adalah korban, gunakanlah korban itu,
gunakan sengsara salib itu sebagai sarana “sampai mati di situ”. Kalau kerja
untuk TUHAN, harus “sampai mati di situ”. Jangan setengah mati, sebab sudah
hidup ini kalau setengah mati; hidup tidak, mati pun tidak; sudah salah, tetapi
tidak sadar, itu namanya tidak mati dan tidak hidup.
Kalau
engkau sedang memikul salib, engkau sedang berada dalam sengsara salib, karena
sebuah pekerjaan TUHAN di dalam satu bidang, biarlah korban atau sengsara itu
membawa engkau “sampai mati di situ”. Kalau engkau adalah pembaca firman,
berarti “sampai mati di situ”, berarti tanggung-jawabi. Sebagai pemimpin pujian
harus “sampai mati di situ”. Yang bertugas di mixer, sound system juga
harus “sampai mati di situ”. Itulah yang dimaksud berlilitkan baju efod, yaitu
“sampai mati di situ”.
Kalau
belum sampai mati, maka ia akan mudah uring-uringan, lalu tinggalkan tanggung
jawabnya. Tetapi kalau berlilitkan baju efod, maka “sampai mati di situ”.
Namun
supaya hal itu benar-benar menjadi kenyataan di dalam diri seorang pelayan
TUHAN, maka yang harus diperhatikan pertama-tama adalah yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan, dengan lain kata; tidak mempertahankan kemuliaannya
sebagai milik yang harus dipertahankan. Dia melepaskan kemuliaan-Nya, tidak
mempertahankan milik kemuliaan-Nya.
Ayo,
dimulai dari yang sederhana; apa yang menjadi kepentingan diri kita masing-masing,
lepaskanlah. Kalau engkau anggap itu menjadi kemuliaanmu, lepaskanlah.
Belajarlah dari firman, bukan belajar dari apa yang engkau lihat di mana-mana,
tetapi belajarlah dari firman; tidak mempertahankan kemuliaannya sebagai milik
yang harus dipertahankan, itu semua dilepaskan, sebab yang penting hati TUHAN
senang toh.
Semoga
live streaming kita ini betul-betul bertujuan untuk memuliakan TUHAN, bukan
supaya saya pamer terkenal di seluruh dunia, tidak, walaupun akhirnya terkenal.
Saya tahu saya dikenal, saya tahu jelas-jelas saya tahu, tetapi itu bukanlah
tujuan saya. Tujuan kita adalah untuk membawa Pengajaran Mempelai supaya terwujudnya
kesatuan tubuh Kristus yang sempurna.
Ingat
itu, sebab itulah yang terlebih dahulu dan tidak boleh dilupakan, yaitu lepaskanlah
segala kemuliaanmu, jangan dipertahankan. Barulah, sesudah itu dilepaskan maka 3 (tiga) hal
terlihat dalam diri kita masing-masing, yaitu:
Yang
Pertama: MENGOSONGKAN DIRI.
Kosong = berada di titik
nol, di titik terendah. Tetapi ingatlah dan perhatikanlah: Titik nol, itu merupakan
sentral dari pelayanan kita; kalau itu menjadi sentral pelayanan kita, maka ...
-
Terhadap orang yang membuat dirinya
memiliki nilai tinggi 1, 2, 3, dan beberapa pun kesombongannya, dari titik nol
inilah kita berangkat untuk menyelami hati orang yang sombong.
-
Tetapi kepada orang yang minus pun -1, -2,
-3, dan seterusnya, dari titik nol inilah kita juga berangkat untuk menyelami
hati orang yang tidak punya apa-apa, yang papah.
-
Kemudian, dari titik nol ini juga, kita
dapat menyelami hati orang yang sudah serong ke kiri dan serong ke kanan.
Titik nol, kosongkan diri
adalah sentral kita untuk menyelami seantero dunia. Dari situ kita berangkat,
itulah sentralnya, dan itu sudah dialami oleh Rasul Paulus;
-
Untuk orang Yahudi, dia sama seperti
orang-orang Yahudi.
-
Untuk orang-orang yang berada di bawah
hukum Taurat, dia sama seperti orang yang berada di bawah hukum Taurat,
walaupun dia sudah lepas dari hukum Taurat.
-
Untuk bangsa yang tidak bersunat, dia
seperti orang yang tidak bersunat.
-
Untuk bangsa kafir, dia juga sama seperti
bangsa kafir.
-
Untuk orang yang lemah imannya, dia juga bisa
menyelami hati orang seperti apapun perangainya.
Titik nol adalah sentral
dari pelayanan seorang hamba TUHAN; ingat itu.
-
Dari titik nol inilah seorang hamba TUHAN
berangkat untuk menyelami hati orang yang sombong, keras, congkak hati, tidak
tahu diri; sakit memang, dan itu sudah saya alami.
-
Tetapi dari sini juga kita bisa menyelami
hati orang yang papah, yang tertindas, yang tidak tahu apa-apa, yang terhilang.
-
Dari titik nol ini juga kita berangkat
untuk menyelami orang yang serong hatinya ke kanan, yang serong hatinya ke
kiri.
Oleh
sebab itu, jangan lupa poin pertama tadi, jangan diabaikan; ayo, jangan
pertahankan kemuliaan yang memang bisa dipertahankan, jangan pertahankan
kemuliaan itu, supaya terlihat mengosongkan diri.
Yang
Kedua: MENGAMBIL RUPA SEORANG HAMBA.
Saya
sudah jelaskan di atas tadi, bukan? Pelayan TUHAN yang memiliki hati hamba;
1.
Mengutamakan tuannya.
2.
Tidak mengharapkan ucapan terima kasih
atau imbalan dari tuannya, dengan lain kata; tidak mencari keuntungan.
Seorang
hamba hanya berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna”
Selanjutnya, seorang hamba harus berkata: “Kami hanya melakukan apa yang kami
harus lakukan.” Seorang hamba ada hanya untuk menyenangkan hati TUHAN;
TUHAN Yesus Kristus adalah Tuan dari semua hamba-hamba TUHAN, itulah yang
disebut doulos.
Yang
Ketiga: MENJADI MANUSIA DALAM KEADAAN MERENDAHKAN DIRI.
Itu
sebabnya, nasihat supaya bersatu dan saling merendahkan diri ini, jangan
diabaikan.
Sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya; biarlah kita sama-sama merendahkan diri
satu dengan yang lain, jangan saling merasa paling hebat, jangan saling merasa
paling dibutuhkan, tetapi kita harus saling merendahkan diri satu dengan yang
lain, karena kita semua adalah keluarga Allah, keluarga besar GPT “BETANIA”, anggota tubuh Kristus, terkait antara
satu dengan yang lain, seperti yang tadi sudah dipersembahkan oleh zangkoor.
Masakan dalam satu tubuh semuanya adalah mata, lalu di mana yang lain? Jadi,
harus saling merendahkan diri satu dengan yang lain. Kalau kita ini adalah
manusia, maka kita harus saling merendahkan diri satu dengan yang lain.
Dan
hal ini nyata di dalam pribadi Samuel; betul-betul nyata. Walaupun masih
kanak-kanak, tetapi sudah dengar-dengaran di hadapan TUHAN, sebab 3 (tiga) hal
itu nampak di dalam diri Samuel:
1.
Mengosongkan diri.
2.
Mengambil rupa sebagai hamba.
3.
Menjadi manusia yang rendah hati.
1
Samuel 3:4-8
(3:4) Lalu
TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya,
bapa." (3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta
katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli
berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia
tidur. (3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah,
lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku;
tidurlah kembali." (3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman
TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (3:8) Dan TUHAN memanggil
Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan
Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil
aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.
TUHAN
memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya,
bapa", itu adalah tanda bahwa Samuel dengar-dengaran.
Kemudian,
dalam keadaan dengar-dengaran di hadapan TUHAN, lalu berlarilah ia kepada
Eli. Jadi, bukan hanya sebatas “ya”, tetapi diam; bukan hanya sebatas “ya”,
tetapi pasif; bukan hanya sebatas “ya”, tetapi tidak ada kegiatan.
Orang
yang dengar-dengaran itu langsung berlari kepada Eli, bersegera, tidak
berlambat-lambat, lalu berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil
aku?" Dia langsung berlari kepada panggilan sorgawi untuk menerima
mahkota ... Filipi 3:14. Oleh sebab itu, seorang hamba TUHAN tidak boleh
berlambat-lambat.
Kemudian,
panggilan yang kedua, TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, dan Samuel pun
bangunlah; dia mengosongkan diri, dia menghambakan diri, dia rendah hati.
Ketika mendengarkan suara panggilan, Samuel pun bangunlah. Dan dalam keadaan
bangun, lalu pergi mendapatkan Eli, tidak ngomel, tidak sungut-sungut, dia
tidak berkata: “Engkau permainkan aku”, dia tidak berkata: “Aku
sedang nyenyak tidur, engkau ganggu aku. Aku sedang nyaman, sedang tidur pulas,
mengapa engkau panggil aku?” Dari mulut Samuel tidak keluar kata-kata yang
demikian; tidak merasa terusik, tidak merasa terganggu, dia kosongkan dirinya,
dia betul-betul hamba yang rendah hati.
Saya
sedih, melihat seorang imam yang tidak mau terusik hatinya; di situ saya sangat
sedih, sebab dia tidak mau mengosongkan diri, tidak mau menyelami; sedih
rasanya. Jujur, saya seringkali berbicara kepada ibu rohani: Bagaimana
sidang jemaat ini, melayani tetapi kok tidak mau diusik? Pelayan macam apa yang
seperti ini? Jujur, saya pendam sendiri, saya pendam terus saya pendam.
Tetapi
lihatlah Samuel, dari sini kita bisa berkaca; apakah kita sudah layak menjadi
imam, menjadi hamba TUHAN, pelayan TUHAN, atau belum? Dari sini kita berkaca,
bahwa dia tidak merasa terusik, dia tidak merasa terganggu, dia tidak merasa
terdzolimi, dan dari mulutnya tidak ada kata-kata: “Tadi saya sudah datang,
lalu engkau panggil lagi, lalu saya datang lagi”.
Tetapi
terhadap panggilan yang kedua, Samuel bangunlah, lalu pergi untuk mendapatkan
Eli, serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Pokoknya, setiap ada panggilan, yang diketahui
oleh seorang hamba hanyalah: “Ya, bapa”.
Saat
kapan dibutuhkan “Ya, bapa”, mau jam berapa dibutuhkan “Ya, bapa”,
itulah hati hamba. Bantu doa; biarlah kita saling mendoakan, dan saya juga
belajar dari firman ini.
Sesudah
mendengar jawaban Samuel, Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku;
tidurlah kembali." Tetapi di
sini kita melihat, tidak ada cerita bahwa Samuel ngomel, Samuel menggerutu, tidak
ada, Samuel tidak mempersalahkan imam Eli atau tidak merasa dipermainkan oleh
imam Eli, tidak ada tulisan demikian seperti itu. Apakah ada di Alkitab saudara
tertulis seperti itu? Tidak ada.
Saudara
harus mengerti kekristenan yang benar; jangan berpikir bahwa Kristen itu ke
gereja saja, tidak, tetapi berkacalah kepada firman, supaya hati pikiran ini
diterangi oleh firman.
Samuel
belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya, tetapi
Samuel dengar-dengaran. Ini adalah hal yang ganjil.
Saya
ulangi untuk bertanya kepada saudara: Sudah berapa lama kita ikut TUHAN? Sudah
berapa banyak pembukaan firman yang kita terima? Berapa umur kita sekarang?
Kadang malu kita, geli rasanya, malu terhadap diri sendiri jika berkaca kepada
firman, jika dibandingkan dengan pribadi Samuel ini. Kalau tidak malu, berarti
tebal muka.
Dan
TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya panggilan
TUHAN, lalu Ia pun bangunlah. Samuel tetap bangun, berarti; dia betul-betul
mengosongkan diri, dia memiliki hati
hamba, kemudian merendahkan diri sebagai pelayan TUHAN.
Lalu
Samuel pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?" Samuel betul-betul mengosongkan diri, dia memiliki
hati hamba, dia merendahkan diri.
Inilah
yang disebut suasana kebangkitan. Kalau tidur terus, tidak
mendengar panggilan, itu adalah kematian rohani (merosot). Tetapi kalau
dengar-dengaran, inilah suasana kebangkitan itu, berada dalam pengaruh yang
besar dari Allah Roh Kudus, tidak berada dalam pengaruh daging. Inilah suasana
kebangkitan itu; TUHAN Yesus dibangkitkan oleh Roh Allah.
Lalu
mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu. Imam Eli kan
sudah tua, punya segudang pelayanan di bidang pengalaman; akhirnya Eli tahu
bahwa yang memanggil Samuel adalah TUHAN.
Mulai
petang malam ini, kita harus menyadari panggilan kita masing-masing; berpadananlah
dengan panggilan TUHAN. Jangan berpadanan dengan dosa di luaran sana, jangan
berpadanan dengan daging, tetapi berpadananlah dengan panggilan TUHAN.
1
Samuel 3:9
(3:9) Sebab itu
berkatalah Eli kepada Samuel: "Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil
engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar."
Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya.
Jelas,
Samuel menerima asuhan dari TUHAN; itulah didikan salib. Kalau kita diasuh,
berarti kita memperoleh didikan salib untuk memperoleh hikmat. Tidak salah
menuntut pendidikan sampai Perguruan Tinggi, tetapi didikan semacam itu belum sempurna.
1
Samuel 3:10
(3:10) Lalu
datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah:
"Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab
hamba-Mu ini mendengar."
Benar-benar
Samuel ini seorang pelayan TUHAN dengan hati hamba, dan firman TUHAN mendarah
daging dalam hidupnya. Seberapa Firman TUHAN yang dia terima, itu yang dia
praktekkan.
Oleh
sebab itu, ketika ada suara yang memanggil dia: "Samuel! Samuel!"
Kemudian, Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini
mendengar." Jadi, Samuel menjawab panggilan TUHAN sesuai dengan
didikan yang dia terima dari imam Eli. Didikan yang baik dari imam Eli, dia
terima; tetapi hidupnya yang tidak baik dari imam Eli, tidak Samuel ikuti.
1
Samuel 3:11
(3:11) Lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Ketahuilah, Aku akan melakukan
sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising
kedua telinganya.
TUHAN
memberitahukan segala sesuatu, terkhusus tentang keluarga imam Eli. Dan nanti akhirnya,
setiap orang yang mendengarkan apa yang disampaikan oleh TUHAN, akan bising
kedua telinganya, apakah itu gerangan?
1
Samuel 3:12-13
(3:12) Pada
waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang
keluarganya, dari mula sampai akhir. (3:13) Sebab telah
Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk
selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya
telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!
Pada
waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang
keluarganya ...
Pada pasal 2, sudah ada abdi Allah yang memberitahukan firman TUHAN, yaitu bahwa
Allah akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah
diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak
memarahi mereka!
Jadi,
pada malam itu, TUHAN langsung berbicara kepada Samuel tentang keluarga imam
Eli. Kesalahannya sebagai seorang imam ialah membiarkan kedua anaknya, Hofni
dan Pinehas, menghujat Allah; namun sekalipun demikian, imam Eli tidak
menghukum anak-anaknya, tidak ada sanksi yang tegas. Dan itu diberitahukan
kepada seorang Samuel yang masih belia.
Seharusnya
kan berita semacam ini disampaikan kepada orang yang usianya sudah tua
(matang), tetapi justru kepada anak yang masih belia (kanak-kanak); hebat
sekali tingkat rohani dari pada Samuel ini kalau begitu.
Anak-anak
imam Eli menghujat TUHAN. Lihat, DOSA MENGHUJAT;
-
Menghujat Bapa, masih diampuni.
-
Menghujat Anak, masih diampuni.
-
Tetapi jika menghujat kemah kediaman, atau
menghujat kegiatan Roh Kudus di dalam kemah kediaman Bait Allah, itu tidak
diampuni.
1
Samuel 3:14
(3:14) Sebab itu
Aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan
dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian
untuk selamanya."
Siapa
yang menghujat kemah kediaman-Nya, siapa yang menghujat kegiatan Roh yang ada
di dalam kemah kediaman, maka ia tidak diampuni oleh TUHAN, baik dengan korban
sembelihan, baik dengan tiga jenis korban sajian (makanan), ia tidak diampuni
lagi.
Selagi
ada kesempatan, mungkin ada kekurangan-kekurangan di sana-ini, selagi masih ada
kesempatan, ayo belajar untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada TUHAN.
Berkacalah kepada firman selagi masih ada waktu.
Kita
tidak tahu ajal akan tiba. Kematian tidak hanya diperuntukkan hanya untuk orang
yang usia tua, tetapi tidak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput, baik kanak-kanak
bahkan sampai yang tua. Kalau mati tabrakan di jalan, kita tidak ada yang tahu.
Tetapi
yang mau saya pesankan: Jangan menghujat Allah; jangan menghujat kemah
kediaman-Nya, jangan menghujat kegiatan Roh yang ada di dalamnya, jangan anggap
enteng ibadah pelayanan, sebab TUHAN tidak akan ampuni, walaupun dengan korban
sembelihan dan korban sajian, selama-lamanya tidak ada pengampunan.
Saya
sedih, keluarga adik saya sebetulnya sedang menghujat, karena sementara ini dia
tidak menghargai ibadah. Sampai kapan dia begitu? Yang pasti, korban sembelihan
tidak lagi berlaku atas dia, dan korban sajian juga tidak berlaku, kalau dia
tidak menghargai, kalau dia masih tetap mempertahankan untuk menghujat kegiatan
Roh.
Hati-hati,
jangan saudara menggunakan alasan “TUHAN murah hati”, ya memang TUHAN
murah hati, tetapi TUHAN murah hati kepada orang yang murah hati. TUHAN
bermurah hati kepada siapa Ia bermurah hati. TUHAN murah hati kepada orang yang
menghargai kemurahan hati TUHAN.
Lihat,
peristiwa ini sama dengan Wahyu 13.
Wahyu
13:5-6
(13:5) Dan
kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat;
kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan
lamanya. (13:6) Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat
nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga.
Binatang
yang keluar dari dalam laut, itulah antikris, diberikan mulut penuh kesombongan
selama 42 (empat puluh dua) bulan, atau selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Kemudian, binatang (antikris) itu membuka mulutnya untuk;
1.
menghujat Allah,
2.
menghujat nama-Nya, itulah Anak Allah,
3.
menghujat kemah kediaman-Nya dengan segala
kegiatan Roh di dalamnya,
dan
ia tidak diampuni oleh TUHAN.
Jadi,
setiap orang yang mengecilkan ibadah dan pelayanan, kalau dia tidak mau
bertobat cepat-cepat, maka ia tidak akan diampuni oleh TUHAN. Untuk apa
seseorang memiliki seluruh dunia kalau ia kehilangan nyawanya? Semua ini akan berlalu.
Lalu
kemudian, Wahyu 13:7, antikris
diperkenankan untuk berperang melawan orang kudus dan mengalahkan mereka,
karena kepada mereka diberikan kuasa atas setiap suku, umat, bahasa dan bangsa.
Lalu pada akhirnya, Wahyu 13:8, semua orang yang diam di bumi akan menyembah
antikris, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan
Anak Domba yang telah disembelih itu. Oleh
sebab itu, Wahyu 13:9, Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
Apakah
ayat ini kebetulan dengan kisah Samuel yang dirangkai oleh imam Eli dengan
anak-anaknya? Tidak. Oleh sebab itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.
Kita
perhatikan Ayub 33, dengan perikop: “Allah berfirman kepada manusia dengan
berbagai-bagai cara”. Allah berfirman dengan berbagai-bagai cara, dengan
satu dua cara, tidak hanya dengan satu cara. TUHAN punya cara sendiri,
sebagaimana cara-Nya supaya kita menjadi suatu kehidupan yang bertobat, supaya
kita menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran.
Ayub
33:14
(33:14) Karena
Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. (33:15)
Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak
tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, (33:16) maka Ia
membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran (33:17)
untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan
kesombongan orang, (33:18) untuk menahan nyawanya dari pada
liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.
Karena
Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. Cara
TUHAN berfirman, antara lain; baik dalam mimpi, dalam penglihatan waktu
malam -- seperti yang dialami oleh Samuel --, bila orang nyenyak tidur, bila
berbaring di atas tempat tidur. Bisa juga TUHAN berbicara saat orang tidur,
saat orang berbaring di atas tempat tidurnya, dan sudah dialami oleh Samuel
yang kecil, pelayan TUHAN yang memiliki hati hamba, yang ditandai dengan
penyerahan dirinya, maka Ia membuka telinga manusia, TUHAN membuka
telinga Samuel menjadi seorang pelayan TUHAN yang dengar-dengaran, dan
mengejutkan mereka dengan teguran-teguran. Memang ada kejutan, ada teguran
yang mengejutkan, tetapi tidak apa-apa; jangan anggap enteng didikan dan jangan
putus asa.
Tujuan
dari pada didikan salib adalah:
-
Untuk menghalangi manusia dari
perbuatannya,
bukan untuk menyakiti, bukan untuk membinasakan, tetapi untuk menghalangi manusia
dari perbuatan jahatnya, dari perbuatan najisnya, dari perbuatan kecemarannya,
dari akar pahitnya.
-
Juga untuk melenyapkan kesombongan. TUHAN
kita hebat, karena Allah kita berfirman dalam berbagai macam cara, satu dua
cara, bukan hanya satu cara, sampai kita menjadi pribadi yang dengar-dengaran, tidak
sombong, dosa berhenti.
-
Dan supaya manusia jangan binasa.
Jangan sampai ada di antara kita yang binasa.
TUHAN
sudah berfirman dengan cara TUHAN, maka perhatikanlah dengan baik. Barangsiapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar, supaya berhenti dari dosa, berhenti
dari kesombongan dan jangan binasa. Itu saja, titik.
Walaupun
sakit, walaupun terkejut, karena memang teguran itu adalah kejutan; tetapi
jangan anggap enteng didikan, jangan putus asa. Barangsiapa bertelinga,
hendaklah ia mendengar!
Haleluya.. Amin..
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment