IBADAH RAYA
MINGGU, 11 APRIL 2021
KITAB WAHYU
(Seri:20)
Subtema: PENYEMBAHAN KELIRU
KARENA PENGIKUTAN KELIRU
Selamat
petang menjelang malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan
kita masing-masing. Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah melayakkan
kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu disertai dengan
kesaksian.
Saya
juga tidak lupa berdoa untuk sidang jemaat TUHAN di Malaysia dan di Bandung,
bahkan juga umat ketebusan TUHAN yang tekun memberikan dirinya digembalakan
oleh GPT “BETANIA” Serang dan
Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming Youtube, Facebook di
mana pun anda berada. Dan marilah kita berdoa, kita mohon kemurahan TUHAN dengan
segala kerinduan dan segala kerendahan di hati, supaya pembukaan firman Allah yang
akan kita terima ini betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas
pribadi.
Mari
segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 13,
dan kita masih berada pada ayat 8. Ini adalah seri ketiga pemberitaan Firman
TUHAN dari ayat 8; semua karena kemurahan TUHAN. Rupa-rupanya, TUHAN masih
memberkati kita dari ayat 8 ini; semua karena kemurahan dari hati TUHAN, tidak
ada yang ketinggalan, semua berkat TUHAN akan dinyatakan dari ayat 8 bagi kita
sekaliannya.
Kalau
TUHAN memberkati kita, maka berkatnya itu tidak pernah setengah-setengah. Kalau
TUHAN memberkati kita, maka berkat TUHAN tidak pernah tanggung-tanggung untuk
kita terima dari sorga, dari Allah, lewat Ibadah Raya Minggu sore hari ini.
Wahyu 13:8
(13:8) Dan semua orang yang diam di atas bumi akan
menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia
dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.
Semua orang yang diam di atas bumi akan
menyembah binatang yang keluar dari dalam laut, itulah antikris.
Ini adalah suatu penyembahan yang keliru.
Oleh
karena kita sudah melihat penyembahan yang keliru sedemikian rupa, maka
timbullah pertanyaan bagi kita tentunya: Mengapa penyembahan yang keliru ini
bisa terjadi? Mengapa penyembahan yang salah ini bisa terjadi menimpa anak-anak
TUHAN yang diam di atas muka bumi ini?
Sebab,
seandainya saya bertanya kepada umat TUHAN saat ini: “Apakah anda menyembah Yesus
sebagai TUHAN dan Juruselamat, Allah Abraham Ishak Yakub, Allah Israel?”
Tentu jawabannya adalah “Ya, saya menyembah Allah yang hidup, TUHAN
dan Juruselamat”. Tetapi pada hakekatnya, pada dasarnya atau prakteknya,
kadang-kadang bertolak belakang dari pengungkapan yang keluar dari mulut.
Demikian
juga setiap orang selalu menyatakan dirinya “memuji TUHAN” dengan cara
masing-masing, tetapi di dalam hal memuji TUHAN pun harus sesuai dengan
kebenaran Firman TUHAN.
Di
sini kita melihat: Semua orang yang diam di atas bumi akan menyembah binatang
yang keluar dari dalam laut, akan menyembah antikris. Ini adalah suatu
penyembahan yang keliru, penyembahan yang salah. Oleh karena penyembahan ini,
timbul pertanyaan: MENGAPA INI BISA TERJADI? Mengapa penyembahan yang keliru
ini bisa terjadi? Sudah jelas keliru, sudah jelas salah, tetapi masih tetap
menyembah antikris, padahal yang seharusnya kita menyembah Allah yang hidup,
sebab hanya kepada Dia sajalah kita berbakti, hanya kepada Dia sajalah kita
beribadah, sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, sesuai dengan
Injil Matius 4 dan Injil Lukas 4. Ketika ibadah itu memuncak sampai doa
penyembahan, Yesus terlepas dari daya tarik bumi, dengan kata lain; tidak jatuh
dalam penyembahan yang keliru, tidak jatuh dalam penyembahan yang salah, tidak
menyembah antikris.
Supaya
kita bisa memahami mengapa penyembahan yang keliru ini terjadi, maka tentu kita
harus memperhatikan “awalnya”, kita harus memperhatikan dari mana datangnya
mereka, sampai akhirnya mereka jatuh dalam penyembahan yang salah. Awalnya yang
harus kita periksa; BAGAIMANA AWALNYA MEREKA DATANG BERIBADAH KEPADA TUHAN?
Wahyu 13:3-4
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya
seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang
membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut
binatang itu. (13:4) Dan mereka menyembah
naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah
binatang itu, sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang
ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?"
Seluruh
dunia mengikuti antikris itu hanya karena mujizat kesembuhan yang
diadakan oleh antikris.
Sebab, di sini
kita melihat; satu dari antara 7 (tujuh) kepala
terkena luka yang sangat membahayakan -- dengan lain kata; hampir menuju
kematian --, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu
sembuh. Berarti,
antikris sedang mengadakan mujizat kesembuhan. Lalu
oleh karena mujizat kesembuhan yang diadakan oleh antikris tersebut, maka seluruh
dunia heran, lalu mengikuti binatang tersebut.
Pendeknya:
Penyembahan yang keliru diawali dari pengikutan yang keliru. Penyembahan
yang salah diawali dari pengikutan yang salah.
Jadi,
kalau penyembahannya salah, itu karena pengikutannya yang keliru, pengikutannya
yang salah. Maka, mulai dari hari ini kita harus memperhatikan Firman TUHAN
malam ini, supaya kita tahu seperti apa pengikutan kita di hadapan TUHAN. Pengikutan
kita harus sesuai dengan kehendak TUHAN, harus sesuai dengan Firman TUHAN. Jangan
kita mengikuti TUHAN sesuai dengan kehendak manusia, sebab akhirnya nanti,
pengikutan yang keliru akan sampai kepada penyembahan yang keliru juga.
Jadi,
kalau penyembahannya keliru, itu karena pengikutan mereka keliru; mereka mengikuti
binatang itu karena mujizat terjadi, lalu mereka heran dengan mujizat palsu.
Selanjutnya
kita akan melihat; CONTOH PENGIKUTAN YANG KELIRU, YANG PERTAMA.
Kita
akan memperhatikan Injil Matius 8, dengan perikop: “Hal mengikut Yesus”.
Matius 8:18-22
(8:18) Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya,
Ia menyuruh bertolak ke seberang. (8:19)
Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan
mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." (8:20) Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang
dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat
untuk meletakkan kepala-Nya." (8:21)
Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah
aku pergi dahulu menguburkan ayahku." (8:22) Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan
biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."
Pengikutan
yang salah dan keliru dari Matius 8:18-22,
disebabkan oleh 2 (dua) hal, antara lain, HAL PERTAMA: Tidak
menempatkan Kristus sebagai Kepala atas tubuh.
Itu
sebabnya Yesus berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Kalau
tubuh tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala, maka akibatnya ialah tubuh
menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung.
Mari
kita lihat arti rohani, tentang: “Menjadi
liangnya serigala.”
Artinya;
tubuh dikuasai oleh roh jahat.
Dari
mana kita tahu tubuh dikuasai oleh roh jahat? Itu bisa terlihat dari
ciri-cirinya, yaitu liar, tidak tergembala
Mari
kita buktikan, dengan sejenak membaca Injil Yohanes 10.
Yohanes 10:12
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang
bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam
dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
Pekerjaan
serigala adalah:
-
Menerkam, berarti;
merusak, menyakiti.
-
Kemudian, mencerai-beraikan domba-domba. Kalau domba-domba tercerai-berai,
sama artinya; liar, tidak tergembala.
Jadi,
kalau tubuh sudah menjadi liangnya serigala, sama artinya; dikuasai oleh roh
jahat. Apa ciri-cirinya, apa tandanya kalau kehidupan seseorang dikuasai oleh
roh jahat? Cirinya (tandanya) adalah liar, tidak tergembala.
Yang
TUHAN dambakan dari saya dan saudara adalah hati saudara, jiwa saudara, bukan
"tubuh" saudara. Tubuh bisa saja ada di tengah ibadah, tetapi belum
tentu hati manusia diberikan kepada TUHAN. Jadi, kalau dia tidak tergembala =
liar = dikuasai oleh roh jahat = sudah menjadi liangnya serigala.
Tidak
semua orang yang datang beribadah disebut menjadi domba yang tergembala, maka
kehidupan yang tidak tergembala sama artinya liar (tidak tergembala).
Mari
kita lihat arti rohani, tentang: Menjadi sarangnya burung.
Artinya;
tubuh dikuasai oleh roh najis.
Soal
roh najis ini juga sudah dinyatakan di dalam kitab Wahyu; berarti, di hari-hari
terakhir ini, soal kenajisan ini akan menjadi hal yang luar biasa, bahkan nanti
bisa menjadi kepala atas tubuh.
Wahyu 18:2-3,9
(18:2) Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya:
"Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi
tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan
tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci, (18:3) karena semua bangsa telah minum
dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul
dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan
hawa nafsunya." (18:9) Dan
raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan
dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka melihat asap api
yang membakarnya.
Tanda
bahwa tubuh (gereja TUHAN) telah dikuasai oleh burung yang najis ialah gereja
sibuk dengan kelimpahan, gereja sibuk berbicara kekayaan, itu sama dengan nafsu
cabul, seperti Esau.
Jadi,
kalau hamba TUHAN sibuk berbicara soal kelimpahan, sibuk berbicara soal keberkatan
di tengah ibadah dan pelayanan, itu namanya telah dikuasai oleh kenajisan
percabulannya. Itulah yang menajiskan kehidupan gereja TUHAN; telah menduakan
hatinya TUHAN kepada kelimpahan. Kalau kita berzinah atau menduakan hati TUHAN,
itulah yang menajiskan seseorang. Dan kalau seseorang datang menghadap TUHAN
lewat ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN hanya karena untuk mencari
keuntungan, datang hanya untuk mencari kelimpahan, itu yang disebut kenajisan.
Maka,
pedagang-pedagang -- mohon maaf, tetapi tidak semua -- lebih suka mencari seorang
hamba TUHAN yang sibuk berbicara soal keberkatan, yang sibuk berbicara soal
kelimpahan, padahal itu berbicara soal kenajisan di tengah tubuh Kristus. Kalau
sibuk berbicara soal kelimpahan, berarti bukan Kristus yang menjadi Kepala atas
tubuh, tetapi roh najis yang menjadi kepala atas tubuh, menjadi sarangnya
burung.
Bukan
salah kalau kita diberkati, bukan salah kalau kita limpah dengan kemurahan
TUHAN, bukan salah kalau ada berkat-berkat luar biasa yang kita terima, tetapi sasaran
dari ibadah ini bukan soal kelimpahan, namun soal bagaimana hati TUHAN
disenangkan. Jangan sampai menyenangkan yang lain, sebab itu namanya kenajisan,
nafsu cabul, nafsu rendah.
Sekali
lagi saya sampaikan: Kalau gereja sibuk dengan kelimpahan dan kekayaan dan
keberkatan, itu sama dengan nafsu cabul seperti Esau, sehingga hak kesulungan
itu jatuh kepada Yakub -- di mana Yakub berganti nama menjadi Israel --.
Esau
sebagai anak sulung diberikan jubah yang maha indah yang datangnya dari Roh
pengasihan, tetapi jubah yang maha indah itu disimpan di dalam lemari di dalam
rumahnya. Seharusnya, kalau seorang hamba TUHAN melayani TUHAN harus dengan
karunia jabatan yang ada. Saya sebagai seorang hamba TUHAN sudah menerima
jabatan seorang gembala, maka itulah jubah saya. Dan sebagai seorang gembala
sidang, saya harus melayani TUHAN dengan karunia jabatan yang TUHAN percayakan.
Pengikutan
yang salah dan keliru dari Matius 8:18-22,
disebabkan oleh 2 (dua) hal, antara lain, HAL KEDUA: Terlebih
dahulu menguburkan orang mati.
Seorang lain, yaitu salah
seorang murid
mau mengikut TUHAN, tetapi berkata: “Tuhan, izinkanlah aku pergi
dahulu menguburkan ayahku (orang mati)” = Mau
mengikuti TUHAN tetapi lebih mengutamakan untuk menguburkan orang yang mati.
Ini adalah pengikutan yang keliru, pengikutan yang salah.
Terlebih
dahulu menguburkan orang mati, arti rohaninya ialah lebih mengutamakan perkara-perkara
lahiriah dan hal-hal yang bersifat daging.
Soal
“orang-orang mati” ini, kita akan dilengkapi di dalam Roma 8.
Roma 8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan
hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal
yang dari Roh.
Hidup
menurut daging, maka ia akan memikirkan hal-hal
yang dari daging, ia tidak mungkin memikirkan hal-hal yang dari Roh, tidak
mungkin memikirkan perkara-perkara di atas, tidak mungkin memikirkan perkara-perkara
rohani, tidak mungkin memikirkan kegiatan ibadah dan pelayanan, itulah kegiatan
Roh.
Roma 8:6
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi
keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
Keinginan
daging adalah maut (mati), tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai
sejahtera.
Singkatnya:
-
Daging = Mati
(maut).
-
Sedangkan Roh, perkara di atas, perkara rohani, yakni ibadah dan pelayanan = Hidup.
Oleh sebab itu,
TUHAN Yesus berkata: “Biarlah orang-orang mati
menguburkan orang-orang mati mereka”. Tetapi
kalau kita sudah berada dalam kegiatan Roh, jangan lagi sibuk dalam kegiatan
daging.
Itu
sebabnya saya katakan: Orang yang berada di tengah ibadah, belum tentu
tergembala; orang yang berada di tengah ibadah, belum tentu hidup, apabila
dia masih menuruti daging dan segala keinginan-keinginan yang jahat itu.
Oleh
sebab itu, jangan kita ditipu oleh kebodohan yang disebabkan oleh ketegaran
hati masing-masing. Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Jangan mau lagi
dibodoh-bodohi oleh ketegaran hati.
Roma 8:7-8
(8:7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap
Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak
mungkin baginya. (8:8) Mereka yang
hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
Orang yang hidup menurut daging dengan
segala keinginan-keinginannya, maka ia menjadi seteru Allah, menjadi musuh
Allah, sebab orang yang hidup menurut daging tidak
takluk (tidak taat) kepada Firman Allah.
Singkat
kata: Mereka yang hidup menurut daging tidak
berkenan kepada Allah, sekalipun ada di tengah-tengah ibadah pelayanan. Seolah-olah
dia mengikuti TUHAN, padahal keliru.
Begitu
banyak pengertian yang kita peroleh, namun apakah itu sangat berarti bagi bagi hidup
rohani kita? Apakah pengertian dari sorga itu berlalu begitu saja, sehingga
pengikutan ini keliru?
Saya
berharap; setiap yang sudah melayani TUHAN, jangan lagi pamitan untuk “mengubur
orang mati”, tetapi hendaklah orang-orang mati mengubur orang-orang matinya.
Biarlah hal ini segera kita praktekkan, selepas kita beribadah malam ini.
Biarlah selepas kita beribadah, kita tindak-lanjuti firman yang kita terima. Jangan
mau dibodoh-bodohi oleh ketegaran hati.
Matius 8:22
(8:22) Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan
biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."
Pengikutan
yang benar ialah biarlah orang-orang mati mengubur orang-orang mati mereka. Tetapi
mereka yang beribadah dan melayani TUHAN, mereka yang berada di dalam kegiatan
Roh -- itulah ibadah dan pelayanan --, tidak ada sangkut pautnya dengan orang
mati, itulah daging dengan segala keinginan-keinginannya.
Selanjutnya
kita akan melihat; CONTOH PENGIKUTAN YANG KELIRU, YANG KEDUA.
Saya
kira, contoh-contoh ini harus diperhatikan dengan baik, supaya pengikutan kita
jangan keliru. Kalau awal pengikutan kita sudah keliru, maka nanti puncaknya,
yaitu penyembahannya akan keliru juga; inilah yang harus kita waspadai di
hari-hari terakhir ini, menjelang kedatangan TUHAN yang tidak lama lagi, yang
diawali antikris sudah ada di depan pintu dan dia sudah mulai bergerak; oleh
sebab itu, jangan kita berlambat-lambat, jangan kita dilibas habis oleh 3
(tiga) binatang pertama, supaya jangan sia-sia ibadah ini, jangan sia-sia pengorbanan
tenaga, pikiran, waktu yang sudah kita korbankan selama sampai detik ini.
Kita
akan memperhatikan Matius 16, dengan perikop: “Pemberitahuan pertama tentang
penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia”.
Matius 16:21
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada
murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak
penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu
dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Orang-orang
yang berada di Yerusalem, orang-orang yang berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan harus
menanggung banyak penderitaan, harus menanggung sengsara salib, untuk
selanjutnya mati, dan bangkit pada hari ketiga; itu adalah cara TUHAN membangun
bait-Nya yang suci. Jadi, jangan sampai kita tidak memahami hal ini.
Dan
itu dinyatakan dengan jelas dan gamblang kepada 12 (dua belas) murid; dan petang malam ini, TUHAN juga menyatakan hal
yang sama kepada kita masing-masing, pribadi lepas pribadi.
Bukankah
kita sekarang ini berada di tengah-tengah Yerusalem, berada di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan? Maka, setiap orang yang berada di Yerusalem, berada di
tengah ibadah pelayanan, dia harus dengan sadar, dia harus dengan rela
menanggung banyak penderitaan, itulah sengsara salib, untuk selanjutnya mati
dan bangkit, kehidupan diubahkan. Sengsara sampai diubahkan; mati dan bangkit, sampai
diubahkan (lahir baru); itulah yang TUHAN mau. Dan biarlah itu kita alami
masing-masing.
Kita
kaitkan dengan yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, di
dalam Kolose 3.
Kolose 3:1-3
(3:1) Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan
Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di
sebelah kanan Allah. (3:2) Pikirkanlah
perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (3:3) Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan
Kristus di dalam Allah.
Tanda
yang nyata (real) apabila seseorang telah menyatu dengan kematian dan
kebangkitan Kristus:
-
Mencari perkara di
atas,
di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Allah = Mencari Kerajaan Sorga dan
kebenaran yang ada di dalamnya. Anak Allah duduk di sebelah kanan Allah Bapa,
itu kebenaran.
Itulah
yang terjadi kalau betul-betul menyatu dengan kematian dan kebangkitan TUHAN
Yesus Kristus, yaitu mencari perkara di atas = mencari Kerajaan Sorga dan
kebenaran yang ada di dalamnya.
-
Memikirkan perkara
di atas,
bukan perkara di bawah, perkara-perkara lahiriah, perkara duniawi.
Sedikit
saya tambahkan: Kalau kerohanian seseorang sudah tinggi,
itu ibarat pesawat yang naik jauh tinggi. Semakin tinggi, dari bumi kita
melihat semakin kecil, karena dari bumi kita melihatnya. Sebaliknya, kalau
kerohanian itu sudah sangat tinggi, maka melihat yang di bawah juga kecil.
Jadi,
tergantung rohaninya; kalau rohaninya masih perkara daging, belum satu dalam
pengalaman kematian dan kebangkitan, maka perkara rohani, perkara di atas akan terlihat
kecil. Tetapi kalau manusia rohani dan kerohaniannya sudah sangat tinggi,
sebaliknya perkara di bawah ini akan terlihat terlalu kecil, mulai kesibukan,
pekerjaan, study, pendidikan, kuliah, apa saja terlalu kecil bagi
manusia rohani yang kerohaniannya sudah tinggi.
Itulah
tanda yang nyata, yang real, manakala seseorang satu dalam kematian dan kebangkitan-Nya,
yaitu mencari perkara di atas dan memikirkan perkara di atas, bukan perkara di
bawah.
Sebetulnya,
itulah maksud TUHAN, sehingga Yesus memberitahukan penderitaan-Nya untuk yang
pertama kali kepada 12 (dua belas) murid. Kalau memang kita sudah ada di
Yerusalem, kalau memang kita sudah ada di tengah ibadah dan pelayanan, maka sengsara
salib itu harus kita tanggung untuk selanjutnya kita satu dalam kematian dan
kebangkitan-Nya. Kalau kita benar-benar satu dalam kematian dan kebangkitan-Nya,
maka nyata di dalam dirinya, bahwa dia senantiasa mencari perkara di atas dan memikirkan
perkara di atas.
Sebetulnya
TUHAN mau pelihara kok, seperti burung yang terbang di atas; tidak
menabur, tidak menuai, tidak mengumpulkan di dalam lumbung, tetapi dipelihara
oleh Bapa di sorga, maka lebih-lebih lagi kita ciptaan-Nya yang istimewa.
Sebetulnya demikian, tetapi ada kalanya pengertian yang mulia ini direcoki oleh
pikiran perasaan hati manusia, akhirnya ragu, kuatir, takut, dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu, bulatkan hatimu untuk Firman TUHAN.
Rupa-rupanya,
TUHAN sangat memperhatikan murid-murid-Nya, bukan? Tetapi TUHAN juga tidak
mengecualikan kita. Kita datang dari latar belakang apapun, namun tidak TUHAN
kecualikan, Dia tidak memandang muka kita masing-masing.
Kita
kembali untuk memperhatikan Injil Matius 16 tadi.
Matius 16:21-22
(16:21) Sejak waktu itu
Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem
dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. (16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan,
kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Petrus menarik Yesus ke
samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal
itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Luar biasa sekali pernyataan Petrus ini, seperti penasihat agung,
padahal tidak tahu apa yang dibicarakannya, itulah Petrus. Apakah ada banyak
Petrus Petrus di tengah penggembalaan ini?
"Tuhan, kiranya Allah
menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Luar biasa Petrus ini, cepat sekali nyerocos omongannya. Biasanya, orang yang cepat bicara, maka ia lambat mendengar;
sebaliknya, cepat mendengar, maka lambat bicara.
Setelah
mendengarkan apa yang dinyatakan oleh Yesus kepada murid-murid pada ayat 21, mendengar
hal itu -- penderitaan Yesus --, maka Petrus berkata: “Tuhan, kiranya Allah
menjauhkan hal itu!” Kemudian,
Petrus berkata: “Hal
itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Dari pernyataan ini, menunjukkan
bahwa; Petrus menolak sengsara salib,
menolak pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Sebetulnya, ini adalah suatu kerugian besar.
Lihat;
baru beberapa hari setelah Yesus mati, namun mereka (Petrus dan 11 murid lainnya) langsung kembali ke tabiat lama. Petrus
yang semula penjala ikan, kembali lagi menjala ikan, kembali ke tabiat lama. Sebetulnya,
di situ banyak kegagalan; ketika mereka menjala ikan, mereka tidak mendapat
ikan apa-apa, banyak kegagalan.
Andai
saja kita betul-betul menanggung sengsara di tengah ibadah pelayanan, dan
sengsara salib kita gunakan sebagai sarana yang paling efektif untuk masuk
dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, pasti tanda kematian dan kebangkitan itu nyata dalam kehidupan
kita masing-masing; dipelihara oleh TUHAN, seperti burung pipit di udara. Tidak
menabur, tidak menuai, tidak mengumpulkan di dalam lumbung, tetapi dipelihara
oleh TUHAN; lebih-lebih ciptaan yang teristimewa, yaitu manusia. Tetapi lihatlah Petrus ini; dia konyol sekali,
dia tidak mengerti apa yang diucapkannya.
Matius 16:23
(16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus:
"Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab
engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia."
Apabila seorang hamba TUHAN, imam-imam,
pelayan-pelayan TUHAN berada di Yerusalem, berada di tengah-tengah ibadah
pelayanan tanpa sengsara salib, tanpa kematian dan kebangkitan Kristus, maka
akan menjadi batu sandungan bagi rencana TUHAN, menjadi batu sandungan bagi
rencana penyelamatan.
Manusia
diselamatkan bukan dengan uang, bukan dengan harta kekayaan, bukan dengan
kekuatan manusia, bukan karena kedudukannya, bukan karena jabatannya, bukan,
tetapi oleh salib di Golgota. Oleh sebab itu, ketika Petrus menolak sengsara salib,
Petrus menolak pengalaman kematian dan kebangkitan, Yesus langsung berkata: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu
batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”, dengan lain
kata; menjadi batu sandungan di dalam rangka penyelamatan.
Memang
Setan ini berusaha untuk menghalang-halangi supaya banyak orang masuk neraka
bersama dengan dia, sebab dia tidak mau sendirian di neraka, bahkan kalau bisa
sebanyak mungkin orang masuk ke dalam neraka.
Kalau
seseorang tidak mau menanggung penderitaan di tengah ibadah dan pelayanan, tidak
mau memikul salib (sengsara salib), dan tidak mau satu dalam kematian dan
kebangkitan Kristus, maka ia menjadi batu sandungan.
Oleh
sebab itu, kerjakan keselamatanmu
dengan takut dan gentar; kalau tidak, maka seseorang akan
menjadi batu sandungan di dalam rangka penyelamatan. Dan itu sangat
menyedihkan hati TUHAN sebetulnya; itu sebabnya, Yesus langsung berkata: “Enyahlah Iblis” Petrus bukan Setan, bukan Iblis, tetapi Setan berusaha untuk menghalang-halangi
rencana penyelamatan yang akan dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib.
Ingat
dan perhatikan: Kalau seorang imam (pelayan TUHAN) menolak sengsara salib, tidak
satu dalam kematian dan kebangkitan Kristus, pasti orang semacam ini menjadi
sandungan, tidak menjadi contoh teladan. Dan itulah yang membuat hati TUHAN
sangat pilu, sedih, susah hati memikirkan yang demikian.
Sesungguhnya
TUHAN memikirkan hati kita, tetapi sebaliknya hati kita tidak memikirkan
kesusahan hati TUHAN. Jadi, manusia ini pada dasarnya egois, tegar tengkuk, mau
menang sendiri; sudah diberkati, tetapi tidak mau tahu mengucap syukur.
Seharusnya,
kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar, berarti pikul salib, lanjut
mati dan bangkit; tetapi yang terjadi justru malas dan tidur. Melayani di atas
mimbar bisa dikerjakan dengan cepat, tetapi tidak mau memikul salib; orang semacam
ini menjadi batu sandungan. Camkanlah itu.
Pendeknya:
Petrus tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, melainkan apa yang
dipikirkan oleh manusia, sehingga Petrus menjadi batu sandungan, Peturs menjadi
seteru salib; oleh sebab itu, dengan tegas Yesus berkata: “Enyahlah Iblis.” Petrus bukan
Setan, bukan Iblis, tetapi cara Petrus menolak salib, menolak kematian dan kebangkitan-Nya,
itu adalah cara Setan.
Jadi,
setiap perbuatan kita ada rohnya, setiap tindakan kita pasti ada rohnya; mengapa
duduknya tidak beres, mengapa pura-pura saat mendengar firman, itu semua
ada rohnya, dan itu harus diusir. Jadi, segala roh yang membuat kita menolak
salib, menolak kematian dan kebangkitan, “dalam nama Yesus” dipatahkan,
“dalam nama Yesus” saya usir, “enyah engkau kau Iblis dari tempat ini,
enyah engkau kau Iblis dari hati kami, enyah engkau kau Iblis dari pikiran
kami, enyah engkau kau Iblis dari tubuh jiwa roh kami, enyah engkau kau Iblis
dari hati pikiran perasan kami, sebab darah Yesus yang berkuasa”. Itulah
doa saya kepada TUHAN.
Ingat:
Setiap tindakan ada rohnya. Mengapa seseorang tidak dengar-dengaran; mengapa
pergerakannya merusak suasana? Itu semua ada rohnya. Oleh sebab itu, Yesus
berkata: “Enyahlah
Iblis.” Perhatikanlah
betapa TUHAN mengasihi kita semua.
Matius 16:24
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku.
Syarat
untuk mengikut TUHAN supaya pengikutan kita jangan keliru ialah menyangkal dirinya, memikul salibnya,
mengikut TUHAN. Ini adalah syarat yang tidak keliru.
Tentang:
MENYANGKAL DIRINYA.
Artinya;
tidak bermegah sekalipun memiliki kelebihan-kelebihan di dalam dirinya.
Sebagaimana dengan Rasul Paulus, di mana
kisahnya ditulis di dalam 2 Korintus
12:1-5, di hadapan sidang jemaat di
Korintus, dia mengakui bahwa dia sudah diangkat oleh TUHAN ke tingkat yang
ketiga dari sorga -- disebut Firdaus --. Pada saat ia diangkat ke tingkat yang ketiga,
di situ dia menerima 2 (dua) hal:
Hal Pertama: Penglihatan-penglihatan,
jelas menunjuk kepada; doa penyembahan. Rasul
Paulus melihat cawan pembakaran ukupan emas itu sudah menembusi takhta Allah,
sudah berada di kemah pada bagian yang kedua, itulah Ruangan Maha Suci. Jadi
jelas, dari sini kita mengetahui bahwa ibadah dari Rasul Paulus sudah berada
pada puncaknya, itulah doa penyembahan.
Hal Kedua: Penyataan-penyataan,
menunjukkan keadaan rohani dari Rasul Paulus, di mana dia sudah berada di dalam
hubungan intim, nikah suci yang rohani antara tubuh dengan Kepala; inilah
nyanyian baru. Kalau hubungan itu intim, tidak ada yang tahu selain orang itu
dengan TUHAN; inilah penyataan-penyataan, nyanyian baru, hubungan intim,
hubungan dalam nikah yang suci, suatu persekutuan yang begitu indah, suatu
persekutuan yang begitu mempesona hati, di situ tidak ada lagi nyanyian yang
lama, kecuali nyanyian yang naru.
Kalau hubungan itu begitu intim dengan
TUHAN, yang terdengar di situ adalah nyanyian baru; tetapi
kalau hubungan suami isteri tidak intim, yang ada hanyalah nyanyian lama,
kata-kata yang lama, bahkan bisa keluar semua jenis di dalam kebun binatang
keluar dari mulut.
Tetapi sekalipun Rasul Paulus sudah berada
pada tingkat rohani yang sangat tinggi demikian rupa, namun Rasul Paulus tidak
bermegah.
Atas
orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan
bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. Rasul Paulus mau
bermegah, tetapi bukan atas kelebihannya; dia mau bermegah atas kelemahan yang
ada di dalam dirinya. Apa kelemahan yang ada di dalam dirinya?
Sebab
sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku
mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang
menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang
mereka dengar dari padaku. Rasul Paulus tidak mau bermegah, dia
menahan dirinya karena dia bukan orang bodoh, dia sudah tahu kebenaran, dia
tidak bodoh lagi.
Dan
supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa
itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis
untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Inilah kelemahan
yang dimaksud, yaitu suatu utusan Setan untuk menggocoh Rasul Paulus, tujuannya
adalah supaya Rasul Paulus jangan meninggikan diri.
Jadi,
Rasul Paulus tidak bermegah atas kelebihannya, tetapi Rasul Paulus bermegah atas
kelemahan yang ada di dalam dirinya, itulah duri dalam daging. Kalau sampai
hari ini kita digocoh oleh Setan atas seizin TUHAN, itulah duri dalam daging.
Dan
Rasul Paulus sudah berseru sampai 3 (tiga) kali supaya duri dalam daging ini
tercabut, tetapi TUHAN berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab
justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Dan Rasul Paulus tahu
itu; oleh sebab, Rasul Paulus terlebih suka bermegah atas kelemahannya supaya
kuasa Kristus turun menaungi Dia; kuasa TUHAN yang menjadi perlindungan atas
dia. Inilah contoh sangkal diri.
Seringkali
kita baru mengetahui satu ayat, lalu sok ingin pamer ayat itu, belum dua
ayat, padahal kita tidak lakukan ayat firman yang kita sampaikan; inilah yang berbahaya.
Kehidupan yang seperti ini jadinya sama seperti calo; calo dari Cilegon memberangkatkan
penumpang ke Jakarta, namun dia tetap tinggal di terminal Cilegon; itulah hamba
TUHAN calo. Tetapi lucunya, dia bukan hamba TUHAN namun seperti calo.
Saya
adalah hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala sidang. Apa meterainya?
TUHAN mempercayakan sidang jemaat. Lalu, kita siapa? Jadi, jauh lebih
baik tergembala dan dengar-dengaran.
Tentang:
MEMIKUL SALIBNYA.
Memikul
salib = rela menderita.
Kalau
rela menderita, rela memikul salib, artinya; taat kepada kehendak Allah.
Salib itu bukan kehendak Yesus, salib itu adalah
kehendak Allah Bapa. Jadi, kalau memikul salib = rela
menderita, artinya; taat kepada kehendak Allah, karena salib itu adalah
kehendak Allah, bukan kehendak siapa-siapa.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa,
kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali
apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Yesus
rela menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung di atas kayu salib = meminum cawan Allah. Dan akhirnya, jadilah
kehendak Allah, dengan lain kata; kehendak Allah terlaksana oleh-Nya.
Itu sebabnya, Yesus berkata: “Ya Bapa-Ku”.
“Ya
Bapa-Ku”, itu adalah tanda dengar-dengaran. Misalnya; ada perintah: “Dari
Taman Krakatau kirim editan ya”, maka seorang imam akan berkata: “Ya,
Om” atau “Ya, bapa rohaniku”. Itulah yang dengar-dengaran, berkata “Ya”
saja.
Demikian
juga Abraham waktu diminta untuk mempersembahkan Ishak, anak yang tunggal
sebagai korban bakaran, begitu mendengar pernyataan dari Sorga, dari Allah, dia
langsung berkata: “Ya, TUHAN”. Setelah sampai di gunung Moria untuk
mengeksekusi Ishak dengan pedangnya, berserulah Malaikat TUHAN dari langit
kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, TUHAN"
Ini menunjukkan Abraham dengar-dengaran lahir batin.
Pernyataan
Allah yang pertama, Abraham jawab: “Ya, TUHAN”, itu menunjukkan
dengar-dengaran lahiriah, tetapi batinnya belum. Setelah sampai di gunung Moria
hendak mengeksekusi, Abraham kembali dipanggil oleh TUHAN, lalu Abraham
menjawab: “Ya, TUHAN” dari hatinya. Intinya; Dengar-dengaran harus lahir
batin, tidak cukup di mulut, sehingga kehendak Allah terlaksana.
Inilah
pengikutan yang benar. Jadi, jangan kita mengikuti sebuah kelompok, sebuah
golongan, sebuah ibadah dan pelayanan dalam sebuah penggembalaan hanya karena
mujizat yang ada; keliru pengikutan yang seperti itu. Jangan karena bicara mujizat,
jangan karena bicara kelimpahan; itu keliru.
Ibrani 5:7-8
(5:7) Dalam hidup-Nya
sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap
tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan
karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. (5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia
telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah
mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia ... Ayat 7
ini menceritakan penderitaan yang hebat yang ditanggung oleh Yesus, Anak Allah,
di atas kayu salib.
Dan sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya ... Ia telah belajar
menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Belajar
itu tidak boleh berhenti; belajar untuk melakukan kehendak Allah Bapa tidak
boleh berhenti, tidak boleh berpuas diri.
Kita
ini sedang belajar memikul salib; taat kepada kehendak Allah Bapa. Tetapi
jangan juga dengan sengaja malas, dengan sengaja tidak dengar-dengaran.
Ketika
kita salah, kita berkata: “Sedang belajar, Om” Ini kan pernyataan
yang bodoh sekali bagi saya. Lalu, dengan cepat berkata: “Maaf, Om”. Nanti
besok dia sengaja lagi berbuat salah, lalu dalam kesalahan itu dia berkata
lagi: “Saya sedang belajar, Om. Maaf Om”
Saya
mendengar “maaf Om” ini, seolah-olah saya yang salah, saya yang tidak
memaafkan. Bukan persoalan dimaafkan atau tidak, persoalannya adalah jangan
sengaja salah.
Kalau
kesalahan dua tiga kali dalam hal mengerjakan satu bidang, kemudian salah
berkali-kali, itu bukan salah lagi namanya, itu adalah kebodohan yang
disengaja. Kalau salah satu kali, dua kali, tiga kali dalam mengerjakan satu
bidang, saya masih memaafkan, saya masih memaklumi, bahkan bisa lebih, tetapi
kalau sudah berkali-kali saya akan langsung tegaskan biar dia perempuan atau
pun laki-laki.
Tetapi
sampai hari ini, kita harus belajar dengan sungguh-sungguh, belajar dengan
tulus, bukan belajar hanya untuk menggunakan alasan “belajar” padahal sengaja
berbuat salah. Saya berharap, kita semua dapat memahami apa yang TUHAN mau,
supaya keadaan kita lebih baik ke depan.
Ingat
ya; TUHAN berkemurahan kepada siapa TUHAN mau berkemurahan, semata-mata bukan karena
kemampuan manusia.
Ibrani 5:9
(5:9) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia
menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
Ia
telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, akhirnya Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi
semua orang yang taat kepada-Nya. Dialah pokok keselamatan itu.
Kalau
Dia belajar taat dari apa yang diderita-Nya, demikian juga dengan kita,
sehingga kita juga diselamatkan.
Kita
lihat dulu Injil Matius 7.
Matius 7:22-23
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir
setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan
berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
1.
Bernubuat = berbicara firman.
2.
Mengusir Setan.
3.
Mengadakan banyak mujizat.
Tiga
perkara ini adalah tiga perkara yang hebat, yang semuanya dilakukan demi nama TUHAN.
Tetapi
lihatlah’ pada waktu itulah Aku akan
berterus terang kepada mereka dan berkata: “Aku tidak
pernah mengenal kamu!” Kemudian,
TUHAN kembali berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Jadi
ternyata, bukan karena sudah menyampaikan firman, bukan karena sudah mengusir
Setan, bukan karena sudah mengadakan banyak mujizat terjadi di tengah ibadah
pelayanan, lalu selamat, dikenal oleh TUHAN, justru sebaliknya TUHAN berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Kemudian, TUHAN berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Sebaliknya, disebut pembuat kejahatan.
Loh, sudah
menyampaikan firman, mungkin di media sosial Facebook, Youtube, TikTok,
blogspot, Instagram, kemudian di tengah ibadah pelayanan ada pengusiran Setan, di
tengah ibadah pelayanan juga banyak mujizat terjadi, bukankah itu sudah hebat?
Tetapi TUHAN berkata: “kamu sekalian pembuat kejahatan!” Mengapa Allah
berkata demikian pada hari-Nya nanti? Mari kita lihat ayat 20-21.
Matius 7:20-21
(7:20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (7:21) Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia
yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga ... Jadi, bukan
itu ukurannya, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Ia telah
belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Inilah yang TUHAN mau.
Bukan soal engkau pandai menyampaikan firman dengan
dalih mu supaya orang lain tertolong; bukan karena di tengah ibadah dan pelayanan ada pengusiran
Setan; bukan karena di tengah ibadah dan pelayanan terjadi banyak mujizat,
sensasi-sensasi yang luar biasa, lalu dia masuk sorga. Jadi, bukan karena
berseru nama “TUHAN” lalu dia masuk sorga, tetapi adalah orang yang belajar
menjadi taat dari apa yang telah dideritanya. Itulah
yang disebut memikul salib; kalau berdiri di atas mimbar, itu belum terjamin memikul
salib.
Mulai dari sekarang, marilah kita belajar taat dari
apa yang kita derita. Jangan taat kepada kehendak daging, tetapi belajar
menjadi taat dari apa yang telah kita derita. Salib itu kehendak Allah, bukan
kehendak Yesus Kristus. Taat saja atas kehendak Allah, maka segalanya
terlaksana, percayalah. Percayakan dirimu kepada firman, jangan percayakan
kepada perasaan yang salah. Segala sesuatunya diizinkan, tetapi bukan segala
sesuatunya berguna dan membangun.
Demikianlah
kita sudah melihat;
-
Menyangkal diri, berarti tidak bermegah.
-
Memikul salib, berarti taat kepada
kehendak Allah, karena salib adalah kehendak Allah.
Biarlah
hal ini kita perhatikan supaya kita jangan keliru di dalam hal mengikuti TUHAN.
Tentang:
MENGIKUT TUHAN.
Mengikut
TUHAN, artinya; setia.
Sudah
menyangkal diri, itu bagus; memikul salibnya, itu juga bagus; tetapi tidak
boleh berhenti sampai di situ. Hari ini kita bisa sangkal diri dan pikul salib,
tetapi besok dan lusa belum tentu. Jadi, harus sampai mengikut TUHAN,
artinya; setia. Harus setia.
Siapa
yang mau belajar setia? Setialah. Mengikut TUHAN tidak boleh berhenti di tengah
jalan = setia.
Kita
akan memperhatikan Lukas 9, dengan
perikop: “Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat
mengikut Dia”.
Lukas 9:22-23
(9:22) Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus
menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (9:23) Kata-Nya kepada mereka semua:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
Yesus
berkata: “Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya” Sampai
kapan sangkal diri dan pikul salib itu? Jawabnya; “setiap
hari”, lalu “mengikut Aku”. Berarti setia;
di mana Dia ada, di situ kita ada; jangan menyimpang ke kiri dan ke kanan,
sesuai dengan Injil Yohanes 12.
Soal
“kesetiaan” ini, kita harus pelajari lebih jauh. Hanya saja, saya ngeri-ngeri
sedap menyampaikan ini, mengapa? Terlalu tinggi pengetahuan kita tetapi tidak
menjadi praktek, maka resikonya besar. Ibaratnya, karena kebiasaan minum obat
dosis tinggi, akhirnya menjadi kebal, tidak mempan lagi dengan dosis rendah;
ini bahaya kalau tidak menjadi praktek, akhirnya semua menjadi ahli Taurat,
jadi lebih parah dari orang Farisi dan ahli Taurat. Dan itu yang saya rasakan
hari-hari ini; sungguh sangat sedih hati saya. Yang tahu hati saya sedih adalah
TUHAN Yesus dan isteri saya.
Biarpun
saya tidak tegor seorang pelayan TUHAN dalam kesalahannya, tetapi saya sedih
sekali, sebab dia lebih suka tidur di rumah, padahal sudah disediakan fasilitas
lengkap. Seandainya dia kontrak rumah di luaran sana, tidak cukup gajinya;
tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, dilengkapi semua, tetapi masih juga
menyia-nyiakan kemurahan TUHAN, lebih suka tidur di fasilitas yang disediakan
TUHAN, namun tetap saja tidak ada kegerakan di hatinya, tidak ada Roh Kudus
bekerja di hatinya. Bagaimana mungkin manusia semacam ini berkenan kepada TUHAN
kalau daging terus setiap hari? Oleh sebab itu TUHAN berkata: biarlah
orang-orang mati mengubur orang-orang matinya. Lebih suka tidak diajar dan dididik soal
memikul salib, tetapi bodoh; saya heran sekali, apakah karena datang dari kampung
dan tidak mempunyai pendidikan, saya tidak mengerti.
Tetapi
seharusnya, kita harus bijaksana, karena Petrus juga tidak mempunyai
pendidikan, dia juga datang dari latar belakang yang tidak mempunyai
pendidikan. Kebebalan yang begitu hebat, kekonyolan dari pada Petrus juga bisa
berubah kalau ada tanda kematian dan kebangkitan.
Menyangkal diri, memikul salibnya
setiap hari,
barulah mengikut TUHAN; setia.
Biarlah kiranya roh setia ini betul-betul menguasai kita seutuhnya.
Matius 16:25-26
(16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia
akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia
akan memperolehnya. (16:26) Apa
gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan
apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh
dunia jika ia kehilangan nyawanya? Atau, apa gunanya seseorang memperoleh
seluruh dunia ini, jika pengikutannya keliru, jika ia tidak setia?
Apakah dengan harta yang banyak, harta yang digambarkan seisi
dunia ini, bisa mengganti nyawa, lalu kita selamat masuk Sorga? Tidak bisa.
Itu sebabnya, apa gunanya seseorang
memperoleh seluruh dunia jika ia harus kehilangan nyawanya, jika pengikutannya
keliru?
Biarpun
kita mempunyai uang yang banyak, seisi dunia, tetapi kalau pengikutan kita
keliru, itu semua tidak ada artinya. Nyawa ini tidak bisa ditebus dengan uang
milyaran, uang triliunan, bahkan seisi dunia ini, tetapi kalau pengikutan salah,
itu semua tidak ada artinya.
Kita
sudah melihat Wahyu 13:8, kok
bisa jatuh dalam penyembahan yang keliru? Ternyata mereka datang atau berangkat
dari ibadah yang keliru pula.
Lebih
jauh kita melihat soal mengikut TUHAN di dalam Injil Yohanes 12.
Yohanes 12:24-26
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji
gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di
dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (12:26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di
mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa
melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Yesus
berkata: Barangsiapa
melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun
pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Jadi,
orang yang melayani TUHAN harus mengikuti TUHAN, dan di mana TUHAN berada, di
situ pun pelayan-pelayan TUHAN berada; inilah pengikutan yang benar, maka hamba
TUHAN (pelayan TUHAN) harus setia.
Gambaran
dari kehidupan seorang hamba TUHAN yang setia, sudah dinyatakan di dalam ayat 24: Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati.
Jadi,
gambaran dari kesetiaan seorang hamba TUHAN yang mengikut TUHAN ialah;
-
Jatuh ke dalam tanah = Merendahkan
diri atau seorang yang rendah hati.
-
Kemudian mati.
Kalau
kata “mati” ini kita langsung hubungkan dengan Filipi 2:7-8, Ia telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
-
Yesus telah merendahkan diri-Nya = Jatuh
ke dalam tanah = rendah hati.
-
Kemudian, Ia taat sampai mati, bahkan
sampai mati di atas kayu salib = setia.
Inilah
pengikutan yang benar.
Jadi,
di mana TUHAN berada, maka pelayan TUHAN juga seharusnya ada di situ = setia.
Inilah pengikutan yang benar.
Kalau kita mau dengan rela hati, mau dengan
tulus hati menerima pengikutan yang benar yang diajarkan Yesus kepada
murid-murid, maka saya
yakin 100% (seratus persen), ibadah kita memuncak sampai doa penyembahan, tidak
mungkin jatuh ke dalam penyembahan keliru. Terlalu yakin saya mengatakan itu.
Itulah
soal pengikutan yang benar, supaya pada akhirnya kita tidak jatuh dalam
penyembahan yang keliru. Itulah yang saya maksud di atas tadi, kalau saya tanya
orang Kristen sekarang: “Anda menyembah Setan atau menyembah TUHAN?”
Pasti jawaban orang Kristen kepada saya adalah “Menyembah TUHAN, pak Pendeta.
Menyembah TUHAN, Om”, tetapi prakteknya tidak juga.
Tetapi
malam ini, TUHAN sudah luruskan, TUHAN sudah terangi hati dan pikiran kita
masing-masing dari firman yang TUHAN bukakan, bukan dari pengertian saya. Jadi,
mutlak harus diterima.
Sekarang,
kita kembali membaca Wahyu 13:8.
Wahyu 13:8
(13:8) Dan semua orang yang diam di atas bumi akan
menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia
dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.
Tadi kita sudah melihat; pengikutan yang keliru,
pengikutan yang salah, tetapi TUHAN akhirnya luruskan dengan baik, dengan
benar, supaya murid-murid mengikuti TUHAN Yesus dengan benar pula, yaitu menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut TUHAN.
Sekarang,
timbul pertanyaan: SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG MENYEMBAH ANTIKRIS? Yaitu
setiap orang yang namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba
yang telah disembelih.
Orang-orang
yang namanya tidak tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba yang telah
disembelih, itu adalah orang-orang yang jatuh di dalam penyembahan yang keliru,
namanya tidak tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba yang telah disembelih.
Kita
kaitkan soal nama yang tidak tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba di dalam
Injil Yohanes 10.
Yohanes 10:2
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah
gembala domba.
Siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala
domba. Biarlah
kiranya kita melewati pintu; jalan sempit, pintu sesak, atau pintu sesak, jalan
sempit; itu adalah jalan keselamatan.
Di
dalam Tabernakel, ada 3 (tiga) jenis pintu:
Yang
pertama adalah PINTU GERBANG, artinya; percaya. Percaya itu
adalah pintu gerbang sorga -- walaupun belum masuk sorga --.
Sesudah
melewati pintu gerbang, selanjutnya masuk ke daerah “Halaman”, di mana ada 2
(dua) alat di dalamnya:
1.
Mezbah Korban Bakaran à Pertobatan.
2.
Kolam Pembasuhan à Baptisan Kristus,
baptisan dalam kematian untuk mengubur hidup lama, lalu hari ketiga bangkit,
menjadi hidup baru.
Lalu
pintu yang kedua disebutlah PINTU KEMAH, artinya; kepenuhan Roh-El Kudus atau
baptisan Roh.
Baptisan
darah, baptisan air, selanjutnya adalah baptisan Roh; itu adalah kesaksian kita
di bumi ini. Sebab, ada 3 (tiga) kesaksian di sorga, yaitu Bapa, Yesus dan Roh
Kudus. Di bumi juga ada 3 (tiga) kesaksian, yaitu darah, air dan Roh.
Sesudah
kita melewati pintu kemah, kan makin sempit toh? Kalau kita penuh
dengan Roh Kudus, maka daging dengan tabiatnya sudah tidak dilewati lagi. Jadi,
semakin sempit, bukan?
Awalnya
hanya percaya; dulu tidak percaya. Oh, luas sekali padang gurun dunia
ini. Setelah percaya (pintu gerbang), menjadi sedikit sempit, sebab tidak
percaya lagi kepada berhala. Lalu melewati berapa alat di sana sampai kepenuhan
Roh Kudus, oh makin sempit lagi, karena sudah harus penuh dengan Roh
Kudus, dipimpin oleh Roh Kudus, bukan lagi dipimpin oleh daging.
Sampai
akhirnya berada di dalam “Ruangan Suci” dengan 3 (tiga) macam alat di dalamnya,
untuk kita sekarang artinya adalah ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok.
1.
Meja Roti
Sajian
à Tekun
dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
2.
Pelita
Emas
à Tekun
dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian (pelita menyala, urapan Roh
Kudus).
3.
Mezbah
Dupa
à Tekun
dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Dan
penyembahan ini sudah dekat dengan pintu yang ketiga, yaitu PINTU TIRAI.
Tirai
bisa dilewati, setelah robek dari atas sampai ke bawah, diawali dari penyembahan. Penyembahan, artinya;
penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, berarti; terjadi
perobekan daging, sehingga terbukalah jalan untuk berada di dalam Kerajaan
Sorga. Bagaikan asap dupa kemenyan naik menembusi takhta Allah, itulah doa
penyembahan, itu yang membawa kita dari bumi sampai ke sorga. Jadi, sudah
semakin sempit, dan yang terakhir adalah perobekan daging.
Inilah
yang dianggap layak untuk menjadi gembala sidang; sudah melalui pintu. Jadi,
kelayakan seorang hamba TUHAN yang menerima jabatan gembala, bukan karena dia
S1, S2, S3, bukan karena doktor, bukan, bukan karena dia professor, bukan,
tetapi dia sudah melalui pintu. Jadi, saudara jangan keliru dengan pemahaman
yang keliru.
Yohanes 10:3-4
(10:3) Untuk dia penjaga membuka
pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil
domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4)
Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan
domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
Kalau kita digambarkan menjadi suatu
kehidupan domba yang tergembala, maka yang nyata terlihat dalam kehidupan yang
tergembala ada 2 (dua), yaitu:
1.
Mendengar
suara gembala
= Dengar-dengaran.
2.
Mengikuti
gembala.
Sejauh ini kita sudah digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam
Terangnya Tabernakel untuk membawa kita kepada kesatuan tubuh Kristus yang
sempurna, menjadi mempelai TUHAN.
Tetapi,
manakala kita dengar-dengaran dan mengikuti suara gembala, lihat pada ayat 3: Ia (gembala) memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya
ke luar. Berarti, dikenal; diakui di hadapan
Allah Bapa, diakui di hadapan para malaikat, sama
artinya;
namanya sudah tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba yang telah
disembelih.
Nama
tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba kalau domba tergembala dengan
sungguh-sungguh. Dan kalau tergembala, maka 2 (dua) hal terlihat
dengan nyata, yaitu dengar-dengaran
dan mengikuti.
Dahulu,
sebelum kita mengerti soal penggembalaan, kita pikir sekedar datang beribadah,
memuji TUHAN, duduk, dengar firman, doa, selesai itu lalu pulang. Tetapi
setelah kita menerima Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, soal
penggembalaan ini bersifat hakiki. Jadi, bukan sekedar beribadah, namun harus
tergembala; itu sebabnya, Dia disebut Gembala Agung, kita disebut domba-domba.
Jadi,
bukan sekedar beribadah, supaya apa? Kalau kita benar-benar domba, maka 2 (dua)
hal nyata:
1.
Dengar-dengaran. Jika ada perintah: “Yang
di Taman Krakatau, ayo kirim editan”, langsung berkata: “Iya Om”.
2.
TUHAN gembalakan kita dengan firman
Pengajaran Mempelai, ikut saja, jangan ikuti cara-cara yang lain, jangan ikuti
suara asing lagi.
Maka
di sini dengan jelas, dikatakan: Ia (gembala) memanggil domba-dombanya
masing-masing menurut namanya. Yesus adalah
Gembala Agung, sedangkan kita adalah domba-domba-Nya. Kalau kita
dengar-dengaran, lalu mengikuti gembala, maka nama kita terdaftar di sorga.
Jadi, tidak boleh sekedar beribadah, melainkan harus tergembala;
dengar-dengaran dan ikuti gembala.
Firman Pengajaran Mempelai sudah menggembalakan
kita, maka ikutilah dari belakang; tidak boleh semaunya saja. Berbeda dengan gereja-gereja
yang belum mengerti “penggembalaan”, sesuka hati mengadakan ini dan itu tanpa sepersetujuan
gembala, sesuka hati, tidak mengerti apa-apa, tetapi nama tidak terdaftar di
sorga; pilih mana?
Kalau kita adalah domba yang dengar-dengaran, kalau
kita domba yang mengikuti Gembala Agung, maka nama terdaftar di sorga. Sebaliknya,
kita akan melihat nama yang tidak terdaftar di sorga di dalam Yohanes 10:22-28,
dengan perikop: “Yesus ditolak oleh
orang Yahudi”
Yohanes 10:22
(10:22) Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan
Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin.
Tidak lama
kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu
musim dingin. Nanti sekiranya TUHAN izinkan kita mempunyai Bait
Allah, rumah TUHAN, maka sesudah selesai pembangunannya akan ditahbiskan oleh
TUHAN Yesus.
Ditahbiskan berarti bangunan itu untuk kemuliaan
TUHAN, bukan lagi digunakan untuk dijadikan pasar menjadi sarang penyamun,
tidak boleh ada roh jual beli di situ, tidak sibuk berbicara soal kelimpahan.
Yohanes 10:23-26
(10:23) Dan Yesus
berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. (10:24) Maka orang-orang
Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau
membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah
terus terang kepada kami." (10:25) Yesus menjawab mereka: "Aku
telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan
yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang
Aku, (10:26) tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk
domba-domba-Ku.
Jadi, orang yang tidak percaya kepada pekerjaan
TUHAN Yesus Kristus, tidak percaya kepada sengsara salib (kematian dan
kebangkitan-Nya), ia bukanlah domba, sekalipun ia adalah keturunan Abraham,
namun tidak berasal dari Allah.
Kalau
tidak dengar-dengaran, tidak mengikuti gembala, berarti ia bukan domba,
sehingga nama tidak dikenal.
Yohanes 10:27-28
(10:27)
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka
mengikut Aku, (10:28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka
dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak
akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Itulah
perbedaan antara “domba” dengan “yang bukan domba”:
-
Kalau dia adalah domba, maka dia mendengar
dan mengikuti gembala, sehingga nama terdaftar terdaftar di Sorga.
-
Kalau dia bukan domba, maka tidak dapat
masuk sorga, karena namanya idak terdaftar, tidak tertulis dalam kitab
kehidupan Anak Domba.
Pilih
mana;
-
Tergembala, nama dikenal, sebab nama sudah
tertulis dalam kitab kehidupan (nama terdaftar dan dikenal),
-
atau mengikuti keinginan sendiri, memuaskan
keinginan sendiri, terlena di dunia ini, semua keinginan di hati tercapai,
tetapi nama tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba, karena tidak
dengar-dengaran, tidak mengikuti gembala, tidak tertulis dalam kitab kehidupan
Anak Domba, tidak dikenal, terhapus dari kitab kehidupan Anak Domba yang
disembelih itu.
Jangan
kita pendek cara berpikir, tetapi panjanglah dalam berpikir, karena Kerajaan
Sorga itu tidak sempit, tidak sesempit cara berpikir manusia; sorga itu luas.
Tetapi
saya adalah hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala; saya harus
berjuang supaya nama kita semua tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Jadi, saudara tidak boleh berprasangka buruk kepada
saya, jikalau TUHAN perintahkan saya supaya kita semua menjadi domba-domba yang
dengar-dengaran, jikalau TUHAN perintahkan saya supaya kita dijadikan
domba-domba yang mau mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai dalam Terangnya
Tabernakel, yang sudah menggembalakan kita sampai sejauh ini. Ke mana pun kita
dibawa, ikuti saja; yang pasti, Pengajaran Mempelai membawa kita kepada
Yerusalem yang baru, Mempelai TUHAN, milik kepunyaan Allah sendiri.
Ingin
rasanya melanjutkan firman di dalam Kisah
Para Rasul 17, karena di situ juga ada penyembahan yang keliru; ketika
Rasul Paulus pergi memberitakan Injil kepada orang-orang Yunani di Atena. Di
Atena ini banyak sekali penyembahan berhala, tetapi yang lucunya, ketika Rasul
Paulus masuk ke dalam sebuah kuil penyembahan berhala, di situ ada tertulis: “Kepada Allah yang tidak
dikenal”
Coba, kita akan sedikit telusuri.
Kita
sudah dengar firman satu jam tiga puluh menit, tetapi Maria duduk dekat di kaki
TUHAN dan terus mendengar Firman TUHAN; satu jam sudah
berlalu dan masih
terus dengar Firman TUHAN; satu jam tiga puluh menit berlalu, tetap terus mendengar
Firman TUHAN, karena firman yang dibukakan begitu mempesona, memberi daya tarik
yang luar biasa. Tidak ada lagi daya tarik dari perkataan-perkataan manusia
yang kosong.
Kisah Para Rasul 17:21-23
(17:21) Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang
tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan
atau mendengar segala sesuatu yang baru. (17:22)
Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang
Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada
dewa-dewa. (17:23) Sebab ketika aku
berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku
menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal.
Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
Paulus
ini sedang menceritakan Pribadi TUHAN Yesus Kristus, Allah yang hidup, Allah
yang tidak bisa dilihat oleh mata. Oleh sebab itu, dia datang ke Atena untuk
menceritakan tentang pribadi Allah yang tidak dikenal, yang tidak dilihat oleh
mata.
Satu
sisi mereka menyembah berhala, tetapi anehnya; di mezbah berhala itu ada
tulisan yang mengatakan “Kepada Allah yang tidak dikenal”. Oleh sebab itu,
Rasul Paulus berkata: apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
SIAPA
ALLAH YANG TIDAK DIKENAL?
Kisah Para Rasul 17:24-25
(17:24)
Allah
yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit
dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, (17:25) dan juga
tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena
Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu
kepada semua orang.
Lihat,
Allah yang hidup itu Dialah yang memberikan hidup, Dialah yang memberikan
nafas, Dialah yang memberikan segala sesuatu kepada semua orang.
Karena
nafas, kita bisa bekerja; karena nafas, kita bisa beraktifitas; jadi, semua
yang kita miliki, ternyata dari TUHAN. Kita harus sadari itu.
Kemudian,
apa lagi tentang “Allah yang tidak dikenal”
Kisah Para Rasul 17:26-27
(17:26)
Dari
satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk
mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas
kediaman mereka, (17:27) supaya
mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia
tidak jauh dari kita masing-masing.
Kita
bisa menemukan Dia, kita bisa menjamah Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita
masing-masing. Itulah yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang di
Atena, termasuk orang asing yang ada di Atena.
Kisah Para Rasul 17:28
(17:28) Sebab di
dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti
yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari
keturunan Allah juga.
Di
sini kita perhatikan, di dalam Allah yang hidup:
-
Di dalam Dia, kita hidup.
-
Di dalam Dia, kita bergerak, bekerja, melayani di tengah ibadah, berarti pikul
salib.
-
Di dalam Dia, kita ada. Apa arti kita ada? Diakui di hadapan Allah Bapa
dan diakui di hadapan para malaikat-Nya, dengan kata lain; nama tertulis di
dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Wahyu
3:5
(3:5)
Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak
akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku
namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.
Aku
akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya ... Itu
adalah tanda bahwa nama tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba, yaitu diakui
di hadapan Bapa dan diakui di hadapan para malaikat.
Kita
ada; keberadaan kita diakui di hadapan Allah Bapa, diakui juga di hadapan para
malaikat-Nya, dengan lain kata; nama tertulis di dalam kitab kehidupan Anak
Domba yang telah disembelih. Itulah tujuan dari Rasul Paulus untuk berkunjung
ke Atena.
Betapa
mulianya TUHAN itu; tetapi kita seringkali bersungut-sungut, tidak tahu apa
yang kita kerjakan, hanya membawa dirinya sendiri. Tetapi Rasul Paulus tidak
demikian; dia harus mengorbankan dirinya untuk berkunjung ke Eropa Timur, sampai
kepada Yunani, supaya nama bangsa kafir juga tertulis di dalam kitab kehidupan Anak
Domba yang telah disembelih itu.
Lihatlah;
Allah yang membuat kita hidup, Allah
yang membuat kita bergerak (bekerja,
melayani di tengah ibadah, pikul salib), lalu Allah yang membuat kita ada, sampai nama tertulis di dalam
Kitab Kehidupan Anak Domba, berarti “ada” diakui di hadapan Allah, “ada” diakui
di hadapan para malaikat, sebab nama tertulis di dalam Kitab Kehidupan Anak
Domba.
Itulah
tujuan ibadah kita; tidak lagi menyembah berhala, tidak lagi menyembah Setan,
tidak lagi menyembah antikris, melainkan menyembah Allah yang hidup. Jadi,
sudah sangat jelas; Dia yang membuat kita hidup, Dia yang membuat kita
bergerak, Dia yang membuat kita ada, untuk hormat dan kemuliaan hanya bagi Dia. Haleluya.. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment