IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 30 MARET 2021
(Seri: 137)
Dan saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, bahkan umat TUHAN yang tekun memberikan dirinya untuk digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon di mana pun anda berada.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Kasih Kristus adalah dasar dari hubungan nikah rumah tangga. Kasih Kristus adalah dasar kita beribadah dan melayani, supaya kita menjadi keluarga Allah, keluarga besar GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon. Jangan kita datang beribadah tanpa dasar yang benar.
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana: Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
YANG PERTAMA pada ayat 25-27: Seorang suami mengasihi isterinya, sama seperti Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat, dengan satu tujuan untuk menguduskan sidang jemaat, tentu saja sesudah dimandikan dengan air dan firman Allah yang limpah.
Dengan demikian, Kristus menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, pendeknya; supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Bagian ini telah kita bahas bersama-sama pada waktu yang lalu.
Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri.
Seorang muda harus betul-betul merasakan asuhan dalam penggembalaan GPT “BETANIA”, kemudian seorang muda juga harus betul-betul merasakan rawatan TUHAN dalam penggembalaan ini, supaya nanti hal itu menjadi dasar untuk dia bisa masuk dalam nikah yang suci secara lahiriah. Tetapi saat ini juga, kita sedang berusaha dan sedang berjuang untuk berada dalam nikah yang suci, suatu hubungan intim dengan TUHAN.
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Sebab, Yesus sendiri telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain:
- Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
- Ia telah meninggalkan rumah-Nya di Sorga.
Hal itu ditulis dengan jelas di dalam Filipi 2:5-8, dengan satu tujuan yang mulia; supaya Kristus, yang adalah Kepala, menyatu dengan sidang jemaat, yang adalah tubuh-Nya.
Biarlah kita betul-betul memahami hal itu dengan sungguh-sungguh, supaya betul-betul ibadah ini mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang, maupun di masa yang akan datang.
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
1. Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2. Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
Sebagai contoh; dapat kita lihat suatu peristiwa yang sungguh sangat manis, di dalam Injil Lukas 10.
Lukas 10:30-34
(10:30) Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. (10:31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (10:32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (10:33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (10:34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Beberapa minggu yang lalu, kita sudah melihat bahwa penyamun-penyamun ini digambarkan, antara lain;
1. Mengenai Antikris.
2. Mengenai gembala upahan, gembala yang tidak bertanggung jawab.
Hal ini telah disampaikan beberapa waktu yang lalu.
Dan itu akan terjadi menurut pengamatan saya sejauh ini saya melayani TUHAN, kurang lebih 20 (dua puluh) tahun; apabila seseorang turun dari pelayanan, meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya karena perkara lahiriah, pasti ujung-ujungnya jatuh ke tangan penyamun.
Tetapi kita bersyukur kepada TUHAN Yesus Kristus; oleh karena rahmat-Nya, oleh karena kasih karunia-Nya, sampai sejauh ini kita ada di tangan TUHAN, kita digembalakam oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Biarlah kiranya kita senantiasa mengikuti ke mana pun kita dibawa.
1. Hartanya dirampas habis-habisan.
2. Dipukuli sampai babak belur.
3. Lalu ditinggalkan dalam keadaan setengah mati.
Ditahbiskan, berarti; seorang imam hidup dalam tahbisan yang benar, yakni, Yang Pertama: Menjadi PENDAMAIAN (grafirat) terhadap dosa, dengan lain kata; rela menjadi korban untuk mendamaikan dosa orang lain.
Saya berharap, kita jauh lebih baik untuk dengar-dengaran saja; apapun itu, dengar saja dan turuti, sebab itu jauh lebih baik. Jangan gunakan pengertian masing-masing. Biasanya, orang yang tidak mau berubah, banyak sekali menggunakan alasan, sehingga dia bertahan menjadi orang yang tidak mau dengar-dengaran. Jauh lebih baik untuk dengar-dengaran, dari pada merasa diri lebih baik, lebih benar; ikuti saja, turuti, jangan pakai logika walaupun tidak masuk di akal, sebab TUHAN yang tanggung.
Jika kita dengar-dengaran, maka kalau ada apa-apa, pasti TUHAN yang tanggung; tetapi kalau kita merasa baik, lebih benar, lebih suci, yang hanya menuruti keinginan sendiri, maka kalau ada sesuatu, engkau sendiri yang tanggung. Dengar-dengaran saja. Jika kita ada dalam penggembalaan ini, maka jadilah domba yang dengar-dengaran. Kalau memang mau ikut luaran sana, ikutlah luaran sana. Tetapi kalau memang mau tergembala, maka dengar-dengaran, supaya antara satu dengan yang lain bersatu; jangan karena contoh kita yang tidak baik sehingga orang lain pun rusak.
Kalau ada dalam tanda penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah = melayani tanpa kepentingan, tidak mencari keuntungan, dan tidak mencari kesenangan diri. Jadi, apapun yang kita kerjakan, bukan untuk mencari kesenangan diri.
Pendeknya: Meninggalkan orang yang sekarat atau tidak peduli dengan orang lain = Tidak menghargai kemurahan Allah = Tidak menghargai kasih karunia yang telah dianugerahkan kepada orang Lewi tersebut. Lewi semacam ini pun tidak bisa diharapkan banyak, karena dia hanya mementingkan dirinya sendiri.
Kita semua butuh belas kasihan TUHAN. Tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak membutuhkan belas kasihan TUHAN.
- Orang Samaria sebetulnya adalah orang yang jauh dari TUHAN, tidak bergaul dengan TUHAN.
Tetapi kalau imam dan Lewi tidak peduli dengan ibadah dan pelayanan, hanya mementingkan kepentingan dirinya, maka itu tidak ada artinya. Namun sekalipun seorang Samaria tidak bergaul dengan TUHAN, sesuai dengan Injil Yohanes 4, tetapi kalau dia penuh dengan belas kasihan, maka orang yang sekarat pasti tertolong.
Belas kasihan itu tidak tergantung dari seorang imam, bukan tergantung dari seorang Lewi, tetapi TUHAN berbelas kasihan kepada siapa Ia berbelas kasihan; memang hal ini tidak masuk akal, sebab orang Samaria tidak bergaul dengan orang Yahudi.
Bukti belas kasihan TUHAN, YANG PERTAMA: Luka-luka dibalut, tentu saja sesudah disiram dengan minyak dan anggur.
Jelas ini berbicara tentang salib, sebab sengsara salib menghasilkan;
1. Minyak à Pengurapan dari Allah Roh Kudus.
2. Air anggur yang manis à Kasih Allah Bapa.
Yesus rela dipukuli, Yesus rela dilukai, barulah luka-luka dibalut.
-
Untuk
menikmati air anggur yang manis, Yesus terlebih dahulu mengalami pemerasan
di atas kayu salib.
Biarlah TUHAN yang menunggangi, baik hidup, baik ibadah dan pelayanan, maupun nikah dan rumah tangga kita masing-masing. Kalau TUHAN yang menunggangi kita, maka sama seperti keledai muda yang ditunggangi sampai kepada Yerusalem baru. Inilah sasarannya, yaitu Yerusalem baru.
Kalau sasarannya adalah Yerusalem Baru, berarti dibawa kembali ke tempat semula, tempat yang pernah dia tinggalkan.
Kalau akhirnya nanti kita kembali kepada jabatan semula, ke pangkat semula untuk melayani TUHAN sama seperti pegawai istana Firaun yang kembali kepada jabatan semula untuk memberi cawan (piala) yang berisi anggur kepada Firaun, itu adalah kemurahan TUHAN, dan ini adalah belas kasihan.
Imamat rajani disebut sebagai umat pilihan, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah sendiri, di mana pekerjaannya adalah untuk memberitakan salib, bukan untuk memberitakan yang lain-lain. Jadi, bukan untuk mencari kepentingan supaya dikenal oleh orang banyak, atau supaya terkenal, tidak.
Saya pun jujur, tujuan saya melayani adalah untuk membawa Pengajaran Mempelai; kalau pun akhirnya dikenal, puji TUHAN, tetapi bukan itu sasaran saya.
(9:12) dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda," (9:13) seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." (9:14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!
Aku
mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau ... Setelah melihat keadaan
semacam ini, apa yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil?
Mustahil!
Allah
itu adil. Jadi, kalau Allah mengasihi Yakub, lalu membenci Esau -- abang dari
Yakub secara lahiriah --, itu bukan berarti TUHAN tidak adil. Kalau kita
berkata TUHAN tidak adil, itu mustahil bahwa TUHAN tidak adil; karena Dia
adalah Allah yang adil.
Roma
9:15
(9:15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."
(9:15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."
Sudah
sangat jelas; TUHAN menaruh belas kasihan kepada siapa Ia mau menaruh belas
kasihan. TUHAN bermurah hati kepada siapa TUHAN mau bermurah hati. Jadi,
semata-mata bukan karena kehendak manusia. Yang kita butuhkan adalah belas
kasihan.
Kalau
secara logika, orang yang sekarat tadi seharusnya mendapat belas kasihan dari
imam yang lewat dari situ, tetapi rupanya imam itu hanya melihat dan
meninggalkannya. Dan juga, secara logika, orang yang sekarat tadi seharusnya
mendapat belas kasihan dari Lewi yang datang ke tempat itu, tetapi rupanya Lewi
pun hanya melihat dan lewat meninggalkannya juga.
Ternyata, belas kasihan itu datang dari orang Samaria yang murah hati. Artinya, TUHAN menaruh belas kasihan kepada siapa Ia mau menaruh belas kasihan. Jadi, semata-mata bukan karena kehendak manusia.
Roma
9:16-17
(9:16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (9:17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi."
Jadi
hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada
kemurahan hati Allah. Kalau kita dipercaya untuk melayani TUHAN
dan melayani pekerjaan TUHAN, itu tidak tergantung pada kehendak orang atau
usaha orang, tetapi bergantung kepada kemurahan hati Allah, belas kasihan TUHAN.
Kalau
sampai malam ini kita bisa dipercayakan untuk menikmati Pengajaran Mempelai
dalam Terang Tabernakel, atau digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam
Terang Tabernakel, itu adalah kemurahan TUHAN.
Saya
melihat postingan dari seorang ibu dari Nigeria,
dia menyampaikan tentang apa yang dia lihat dari
TUHAN.
Pesan
TUHAN adalah supaya hamba-hamba TUHAN di muka bumi ini jujur di dalam
memberitakan firman. Jangan seorang hamba TUHAN sibuk dengan ibadah bumi, yang
berbicara soal mujizat. Jangan seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin
rumah TUHAN sibuk untuk mengadakan ibadah laut, yang sibuk berbicara soal
kelimpahan.
Dan ibu ini menyampaikan pesan TUHAN itu disertai dengan air mata, dan dia
tidak berdoa, dia tahu kapasitasnya.
Bukti
belas kasihan TUHAN, YANG KETIGA: Dibawa ke tempat penginapan untuk
dirawat.
Penginapan = Tempat untuk berbaring à Kandang penggembalaan.
Singkat
kata: Kehidupan yang dirawat adalah kehidupan yang tergembala. Atau sebaliknya,
kalau kita tergembala, maka kita akan dirawat oleh TUHAN.
Tanda
kehidupan yang sudah merasakan rawatan TUHAN ialah ia memiliki Roh Mempelai,
Roh Kesatuan, Roh yang mempersatukan, sesuai dengan Kidung Agung 1:7.
Kalau berbicara “Mempelai”, berarti berbicara tentang kesatuan, yang sifatnya mempersatukan, tidak untuk memecah-belah. Jangan sebentar bicara ke si A “begini”, lalu bicara ke si B “begitu”, jangan, itu tidak boleh memiliki roh memecah-belah, sebab saudara nanti akan berurusan langsung dengan TUHAN Yesus.
Jadi,
orang yang sudah mengalami rawatan TUHAN dalam penggembalaan ini, dia memiliki
Roh Mempelai, roh yang mempersatukan. Hati-hati dalam menggunakan media sosial;
jangan membuat hati orang menjadi jengkel hanya karena engkau ingin menunjukkan
“ini yang benar”, tidak perlu seperti itu, sebab TUHAN Yesus yang benar. Atau,
engkau sengaja ingin melawan orang dengan memakai cara-caramu sendiri; itu
adalah cara Setan, itu bukan cara anak TUHAN.
Tetapi Roh Mempelai adalah roh pemersatu, bukan roh pemecah-belah. Oleh sebab itu, dalam Kidung Agung dikatakan; mempelai wanita TUHAN rindu mencari tempat untuk berbaring. Di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari ... Itu adalah kerinduan dari mempelai wanita TUHAN.
Kehidupan
yang sudah dirawat oleh TUHAN, tandanya ialah memiliki Roh Mempelai, sifatnya
mempersatukan. Perkataannya sifatnya mempersatukan; perbuatannya sifatnya
mempersatukan; tindakannya, solah tingkahnya, segala sesuatunya yang melekat di
dalam dirinya sifatnya mempersatukan, itulah kehidupan yang sudah mengalami
rawatan (sudah dirawat) oleh TUHAN.
Ayo, mari kita buktikan diri kita masing-masing bahwa kita sudah dirawat oleh TUHAN. Jangan biarkan luka-luka batin mengadakan pemecahan-belah. Jangan biarkan sakit di hati menjadi pemecah belah. Jadi, sakit di hati, luka di batin sudah dirawat oleh TUHAN, maka pasti dia memiliki Roh Mempelai, sifatnya mempersatukan.
Lukas
10:30-34,
itu semua telah dijelaskan beberapa minggu yang lalu dalam beberapa
seri. Sekarang, kita akan masuk ayat yang baru sebagai berkat yang baru, yaitu Injil
Lukas 10:35.
Lukas
10:35
(10:35) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Keesokan
harinya orang Samaria menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,
katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan
menggantinya, waktu aku kembali.
TUHAN
Yesus merawat kehidupan rohani kita sampai hari ini. TUHAN Yesus bukan hanya
menunggangi hidup kita, tetapi bertanggung-jawab di dalam hal merawat hidup kita
masing-masing.
Di
sini kita perhatikan: Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada
pemilik penginapan itu.
Dua dinar = Upah dua hari pekerja di Israel. Upah pekerja di Israel adalah sedinar sehari. Jadi, kalau orang Samaria ini memberikan dua dinar ke tempat penginapan itu, berarti sama dengan upah dua hari pekerja di Israel.
Kemudian,
orang Samaria tersebut berkata: “Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih
dari ini, aku akan menggantinya”, dengan kata lain; jika biaya perawatan
itu kurang, maka akan diganti (digenapi) segala kekurangan-kekurangan yang ada.
Matius
5:17
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Ternyata, belas kasihan itu datang dari orang Samaria yang murah hati. Artinya, TUHAN menaruh belas kasihan kepada siapa Ia mau menaruh belas kasihan. Jadi, semata-mata bukan karena kehendak manusia.
(9:16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (9:17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi."
Penginapan = Tempat untuk berbaring à Kandang penggembalaan.
Kalau berbicara “Mempelai”, berarti berbicara tentang kesatuan, yang sifatnya mempersatukan, tidak untuk memecah-belah. Jangan sebentar bicara ke si A “begini”, lalu bicara ke si B “begitu”, jangan, itu tidak boleh memiliki roh memecah-belah, sebab saudara nanti akan berurusan langsung dengan TUHAN Yesus.
Tetapi Roh Mempelai adalah roh pemersatu, bukan roh pemecah-belah. Oleh sebab itu, dalam Kidung Agung dikatakan; mempelai wanita TUHAN rindu mencari tempat untuk berbaring. Di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari ... Itu adalah kerinduan dari mempelai wanita TUHAN.
Ayo, mari kita buktikan diri kita masing-masing bahwa kita sudah dirawat oleh TUHAN. Jangan biarkan luka-luka batin mengadakan pemecahan-belah. Jangan biarkan sakit di hati menjadi pemecah belah. Jadi, sakit di hati, luka di batin sudah dirawat oleh TUHAN, maka pasti dia memiliki Roh Mempelai, sifatnya mempersatukan.
(10:35) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Dua dinar = Upah dua hari pekerja di Israel. Upah pekerja di Israel adalah sedinar sehari. Jadi, kalau orang Samaria ini memberikan dua dinar ke tempat penginapan itu, berarti sama dengan upah dua hari pekerja di Israel.
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Perlu
untuk diketahui: TUHAN Yesus datang untuk yang pertama kali bukan untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan Yesus datang untuk
menggenapinya.
Artinya, Yesus datang bukan untuk membinasakan orang berdosa, yakni orang-orang yang berprilaku ganjil, suatu tabiat yang tidak menyenangkan hati TUHAN, tetapi TUHAN datang untuk menggenapi segala perbuatan yang ganjil.
Seandainya,
orang yang sekarat tadi dibiarkan begitu saja, dengan lain kata; tidak mendapat
belas kasihan TUHAN, apa yang terjadi? Tentu binasa, sebab dia mendapatkan
pukulan karena kesalahannya. Kalau kita menderita karena sengsara salib (aniaya
karena firman), itu adalah kasih karunia, itu adalah kemurahan; tetapi kalau
kita menderita pukulan, itu karena kejahatan.
Coba seandainya kita menderita memang karena kejahatan lalu dibiarkan begitu saja, apa yang terjadi? Tetapi lihatlah; TUHAN datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, bukan untuk melenyapkan segala keganjilan yang kita perbuat, tetapi untuk menggenapi perbuatan-perbuatan kita yang ganjil.
Perbuatan
yang ganjil, semua dosa, semua kejahatan diperbuat, lalu dibiarkan begitu saja,
ya habis (binasa), tetapi Yesus datang untuk menggenapi. Kalau masih
kurang, nanti akan diganti; TUHAN menggenapi
hukum Taurat, bukan untuk meniadakannya. TUHAN datang untuk menyempurnakan
orang berdosa, bukan untuk membinasakannya; inilah belas kasihan TUHAN yang
luar biasa.
Coba
saudara ingat dosa masa lalu yang di belakang, begitu jahatnya, misalnya;
berzinah dengan yang bukan pasangannya, berdusta, menipu, congkak, sombong,
merasa diri paling benar, tengil, ini adalah perbuatan ganjil, tetapi TUHAN
datang menggenapinya. Bukankah ini adalah belas kasihan? TUHAN
datang untuk menggenapi, bukan untuk membinasakan.
Dan
itu sudah dibuktikan oleh Yesus di kayu salib; di dalam Injil Yohanes 19:30,
sesudah minum anggur asam, Yesus berkata: “Sudah selesai”, artinya; segala yang kurang sudah digenapkan di atas kayu salib.
Kita
perhatikan Roma 3, dengan perikop: “Semua manusia adalah orang
berdosa”.
Semua manusia, dari Adam sampai hari ini, semuanya berdosa, tidak ada yang sempurna. Rasul Paulus juga berdosa, Musa juga berdosa, Elia -- yang diangkat hidup-hidup -- juga berdosa, sebab ternyata Elia takut juga kepada Izebel, dan orang penakut seharusnya tidak masuk Sorga, karena itu dosa; tetapi rupanya, semua oleh karena belas kasihan saja.
Penakut yang merupakan perbuatan ganjil dari Elia, kemudian marahnya Musa juga perbuatan ganjil. Marahnya saja juga perbuatan ganjil; saya tidak benarkan diri. Tidak ada yang sempurna; kita ini ganjil karena banyaknya perbuatan yang salah.
Roma
3:19-20
(3:19) Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. (3:20) Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.
Artinya, Yesus datang bukan untuk membinasakan orang berdosa, yakni orang-orang yang berprilaku ganjil, suatu tabiat yang tidak menyenangkan hati TUHAN, tetapi TUHAN datang untuk menggenapi segala perbuatan yang ganjil.
Coba seandainya kita menderita memang karena kejahatan lalu dibiarkan begitu saja, apa yang terjadi? Tetapi lihatlah; TUHAN datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, bukan untuk melenyapkan segala keganjilan yang kita perbuat, tetapi untuk menggenapi perbuatan-perbuatan kita yang ganjil.
Semua manusia, dari Adam sampai hari ini, semuanya berdosa, tidak ada yang sempurna. Rasul Paulus juga berdosa, Musa juga berdosa, Elia -- yang diangkat hidup-hidup -- juga berdosa, sebab ternyata Elia takut juga kepada Izebel, dan orang penakut seharusnya tidak masuk Sorga, karena itu dosa; tetapi rupanya, semua oleh karena belas kasihan saja.
Penakut yang merupakan perbuatan ganjil dari Elia, kemudian marahnya Musa juga perbuatan ganjil. Marahnya saja juga perbuatan ganjil; saya tidak benarkan diri. Tidak ada yang sempurna; kita ini ganjil karena banyaknya perbuatan yang salah.
(3:19) Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. (3:20) Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.
Segala
sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di
bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke
bawah hukuman Allah ... Itulah mereka yang hidup di bawah hukum Taurat,
pasti jatuh dalam dosa
Tidak
seorang pun yang dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat;
karena justru oleh hukum Taurat, orang mengenal dosa.
Singkatnya: Hukum Taurat itu merangsang dosa. Justru hukum Taurat itu yang menyebabkan dosa terjadi. Jadi, setiap orang yang hidup di bawah hukum Taurat pasti binasa, karena orang yang hidup di bawah hukum Taurat tidak ada yang benar, satu pun tidak. Dan TUHAN tahu, TUHAN sangat tahu sekali.
Sekali
lagi saya sampaikan dengan tandas: Hukum Taurat itu justru menimbulkan dosa,
merangsang dosa.
Roma
7:5
(7:5) Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.
Hukum
Taurat itu merangsang dosa, teramat lebih bagi mereka yang hidup menurut hawa
nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. Jadi, hukum Taurat itu
merangsang dosa agar mereka yang hidup di bawah hukum Taurat berbuah bagi maut
= binasa.
Apakah TUHAN mau biarkan orang yang setengah mati, yang sekarat tadi binasa? Tentu tidak.
Roma
7:6
(7:6) Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.
Tetapi
sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah satu di
dalam kematian TUHAN Yesus Kristus; itu yang membebaskan kita.
Jadi,
jelas; Yesus Kristus telah menggenapi hukum Taurat. Yesus datang bukan untuk
meniadakan, bukan untuk membinasakan orang yang berbuat ganjil karena kejahatannya,
tetapi Yesus datang untuk menggenapi orang-orang yang berada di bawah hukum
Taurat.
Roma
7:7-8
(7:7) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" (7:8) Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
Sangat
jelas sekali, bahwa; hukum Taurat itu merangsang dosa di dalam tubuh kita
masing-masing.
Di
dalam hukum Taurat, ada hukum yang berkata: “jangan mengingini”, tetapi justru
dengan “jangan mengingini” ini, orang mengenal dosa. Di dalam hukum Taurat ada
9 (sembilan) kali kata “jangan”, tetapi justru dengan kata “jangan”,
orang mengenal dosa.
Berarti,
jelas bahwa; hukum Taurat itu merangsang dosa. Hukum Taurat itu yang
memperkenalkan dosa kepada manusia. Hukum Taurat tidak dapat membenarkan, apalagi
menyempurnakan kehidupan kita masing-masing.
Tetapi,
oleh karena kemurahan hati TUHAN, TUHAN datang bukan untuk membinasakan
orang-orang jahat dengan perbuatan yang ganjil, melainkan untuk menggenapi;
itulah orang-orang yang berada di bawah hukum Taurat, mereka hidup di dalam
hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
Mari
kita lihat Injil Lukas 13, soal DUA DINAR tadi.
Lukas 13:32
(13:32) Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. (13:33) Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.
Aku
mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, ...
berarti; ada dua hari. Tetapi lihat: ... Dan pada hari yang ketiga Aku akan
selesai ... TUHAN menggenapi. Jadi, kalau biaya perawatan kurang, maka
TUHAN akan ganti kekurangannya. TUHAN
menggenapinya sampai selesai di atas kayu salib.
Kalau
betul-betul kita tergembala, ingin mendapatkan rawatan TUHAN untuk dirawat oleh
TUHAN, tidak usah ragu, sebab TUHAN Yesus bertanggung jawab sepenuhnya atas
kehidupan kita masing-masing.
Kita
kembali membaca Injil Matius 5. Pada ayat 17, TUHAN menggenapi perbuatan
ganjil kita, itulah dosa kejahatan, dosa kenajisan, dan lain sebagainya, dan
itu sudah digenapi di atas kayu salib. Segala kekurangan kita digenapi oleh-Nya,
hari ketiga selesai, dan kita sudah melihat itu, di mana hukum Taurat sudah digenapi.
Hukum Taurat itu tidak membenarkan apalagi menyempurnakan, justru merangsang dosa; tetapi Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapi, menyempurnakan segala kekurangan-kekurangan kita.
Sesudah
digenapi di atas kayu salib, selanjutnya kita perhatikan ayat 18.
Matius 5:18
(5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Singkatnya: Hukum Taurat itu merangsang dosa. Justru hukum Taurat itu yang menyebabkan dosa terjadi. Jadi, setiap orang yang hidup di bawah hukum Taurat pasti binasa, karena orang yang hidup di bawah hukum Taurat tidak ada yang benar, satu pun tidak. Dan TUHAN tahu, TUHAN sangat tahu sekali.
(7:5) Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.
Apakah TUHAN mau biarkan orang yang setengah mati, yang sekarat tadi binasa? Tentu tidak.
(7:6) Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.
(7:7) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" (7:8) Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
Lukas 13:32
(13:32) Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. (13:33) Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.
Hukum Taurat itu tidak membenarkan apalagi menyempurnakan, justru merangsang dosa; tetapi Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapi, menyempurnakan segala kekurangan-kekurangan kita.
Matius 5:18
(5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Kalau
TUHAN merawat kita, sampai kepada hal yang kecil pun diperhatikan oleh TUHAN. Kalau
TUHAN yang merawat kita, sampai kepada keadaan sekecil apapun sangat
diperhatikan oleh TUHAN; Dia peduli, Dia sangat mengerti segala persoalan yang kita
hadapi.
Seperti
pujian yang mengatakan: Terkadang kita merasa tak ada jalan terbuka, tak ada
lagi waktu terlambat sudah. TUHAN tak pernah berdusta, Dia selalu pegang
janji-Nya. Bagi orang percaya, mujizat nyata. Dia mengerti, Dia peduli
persoalan yang sedang terjadi. Dia mengerti, Dia peduli persialan yang kita
alami. Namun satu yang Dia minta agar kita percaya sampai mujizat menjadi nyata.
Percayakan
hidup kita masing-masing ke dalam dua tangan TUHAN. Di tengah penggembalaan GPT “BETANIA”, TUHAN
merawat hidup kita masing-masing, TUHAN perhatikan sampai keadaan kita yang
terkecil sekalipun; tidak usah bingung, tidak usah kuatir, tidak usah takut,
tidak usah gentar.
Hasil
dari penggenapan ini, tandanya, YANG PERTAMA: TUHAN memperhatikan satu
iota.
Iota à Huruf kesembilan abjad Yunani = huruf terkecil. Arti rohaninya ialah rendah hati.
Kalau
TUHAN sudah merawat dan menggenapinya di atas kayu salib, maka kita semua
menjadi orang yang rendah hati. Biarlah dalam pengikutan kita; semakin hari
semakin lemah lembut, semakin hari semakin rendah hati; jangan semakin keras
hati dan sombong.
Yang
muda-muda, yang dari kecil sudah dirawat dalam penggembalaan ini, biarlah
semakin hari harus semakin nyata satu iota, semakin hari semakin nyata
kelemah-lembutan dan kerendahan di hati kita masing-masing. Jangan lari dari
pengertian itu.
Memang, saya tahu; manusia ini paling susah untuk diluruskan, apalagi rendah hati. Mengubahkan sikap tabiat yang keras hati itu susah; tetapi bagi yang mempercayakan hidupnya untuk dirawat TUHAN, penggenapan TUHAN nyata dalam hidupnya, sampai menjadi kehidupan yang rendah hati.
Dulu ganjil karena kecongkakannya, dulu ganjil karena kesombongan dan tinggi hatinya, tetapi sudah digenapi, akhirnya menjadi suatu kehidupan yang rendah hati (satu iota).
Kalau
seseorang sakit hati, maka tidak akan bisa rendah hati. Tetapi itu sudah
digenapi, segala sakit sudah dirawat, akhirnya menjadi pribadi yang rendah
hati. Kalau seseorang terus sakit hati, pasti dia adalah orang yang sombong;
tidak terima perlakukan orang, apalagi kalau ada kalimat-kalimat hujatan, siapa
yang bisa terima? Hanya kemurahan TUHAN kalau kita bisa terima jika
diperlakukan sedemikian rupa.
Biasanya, orang dapat berkata: “Saya tidak terima”, masih anak kecil saja bisa berbicara seperti itu kepada orang tuanya. Bisa saja orang yang semacam ini berkata kepada gembalanya: “Saya tidak terima”, padahal sudah dirawat tetapi kok tidak terima? Tetapi saya belajar untuk menjadi orang yang rendah hati. Bukan berarti saya sudah paling rendah hati dari pada saudara, tidak; tetapi saya belajar untuk menjadi rendah hati.
Kiranya contoh itu ada saudara lihat dan ikuti; jangan nanti saudara tidak sama dengan bapak rohani saudara, dengan berkata: “Saya tidak terima ditegor”. Sungguh hebat sekali pernyataan ini, lalu apalah firman TUHAN yang dia dengar selama ini?
Ayo,
TUHAN sudah menggenapi hukum Taurat. Perbuatan ganjil, itulah kejahatan,
kesombongan, keangkuhan, itu semua sudah digenapi. Jadilah orang yang rendah hati,
yaitu satu iota.
Lihatlah
orang yang rendah hati, di mana pemakaian TUHAN luar biasa terhadap dia.
Yohanes 3:27-28
(3:27) Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. (3:28) Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.
Tidak
ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak
dikaruniakan kepadanya dari sorga. Jadi, semua yang kita miliki
adalah karena kemurahan, kepercayaan TUHAN; atau kepercayaan TUHAN, itu karena
kemurahan.
Lihat
pengakuan Yohanes Pembaptis: “ ... aku telah berkata: Aku bukan Mesias ...”
Mesias artinya; Pemimpin yang diurapi. Tanpa sadar, kita merasa layak untuk menjadi seorang pemimpin dalam banyak perkara, padahal orang yang semacam ini tidak diurapi TUHAN -- biar engkau merasa dipakai, tetapi itu bukan dari TUHAN --.
Tetapi
Yohanes berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.
Jadi, kalau diutus, hanya untuk mempersiapkan jalan bagi Raja. Bukankah ini berarti
rendah hati?
Pelayan-pelayan
TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang diutus, pekerjaannya hanyalah untuk mempersiapkan
jalan bagi Raja Sion. Persiapkanlah jalan bagi TUHAN, itu adalah tanda
kehidupan yang diutus.
Yohanes
3:29
(3:29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
Yang
empunya mempelai perempuan ialah mempelai laki-laki ... itu sudah
pasti. Mempelai perempuan ini rendah hati; itu sebabnya, Yohanes Pembaptis
diutus untuk mendahului jalan Raja, supaya kita semua menjadi kehidupan yang
rendah hati, menjadi milik kepunyaan Allah sendiri.
...
Tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang
mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Apakah
sukacita kita besar manakala kita mendengarkan Pengajaran Mempelai dalam Terang
Tabernakel?
Jangan
sampai kita lebih bersukacita mendengarkan cerita si A, cerita si B, dari pada
mendengarkan Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Sukacita kita
penuh karena dipenuhkan oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
Itulah
sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Dia memiliki
sukacita mempelai
Yohanes
3:30
(3:30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.
Ia
harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Ia
bertambah-tambah dalam diriku, tetapi aku semakin berkurang-kurang, berarti; lemah
lembut dan rendah hati.
Biarlah
kiranya kerendahan hati semacam ini, TUHAN yang mengakui, bukan karena
pengakuan kita. Banyak orang mengaku diri baik, tetapi orang yang setia, siapa
yang menemukannya? Tidak ada. Sekali lagi saya sampaikan; biarlah kiranya
kerendahan hati kita, TUHAN yang mengakuinya.
Matius
11:10-11
(11:10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu (11:11) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.
Tadi
kita sudah melihat bahwa Yohanes Pembaptis berkata: Ia harus makin besar,
tetapi aku harus makin kecil. Dan kerendahan hati semacam ini diakui
langsung oleh TUHAN Yesus Kristus. Biarlah TUHAN yang mengakui kerendahan hati
kita masing-masing.
Banyak
kali hamba TUHAN merasa diri paling baik, lebih benar, lebih suci. Kalau saya
pakai ayat: dari buahnyalah engkau dapat mengenal setiap hamba TUHAN,
kalau kita baca Injil Matius 7. Sudah lihat buahnya, tetapi tetap merasa diri
lebih baik, lebih benar, lebih suci, itu bukan rendah hati namanya. Seharusnya,
kerendahan hati itu TUHAN yang mengakuinya, bukan manusia, bukan diri sendiri,
bukan orang lain, tetapi TUHAN yang mengakuinya. Jadi, kita harus kembali kepada
kebenaran firman.
Itulah
tentang hasil dari penggenapan Yesus di atas kayu salib, yaitu TUHAN
memperhatikan satu iota (rendah hati).
Hasil
dari penggenapan ini, tandanya, YANG KEDUA: TUHAN memperhatikan satu
titik.
Satu titik à Orang yang kecil dan mau dikecilkan.
Jadi,
orang yang rendah hati berbeda dengan orang yang kecil dan rela dikecilkan.
Kalau rendah hati, misalnya;
Iota à Huruf kesembilan abjad Yunani = huruf terkecil. Arti rohaninya ialah rendah hati.
Memang, saya tahu; manusia ini paling susah untuk diluruskan, apalagi rendah hati. Mengubahkan sikap tabiat yang keras hati itu susah; tetapi bagi yang mempercayakan hidupnya untuk dirawat TUHAN, penggenapan TUHAN nyata dalam hidupnya, sampai menjadi kehidupan yang rendah hati.
Dulu ganjil karena kecongkakannya, dulu ganjil karena kesombongan dan tinggi hatinya, tetapi sudah digenapi, akhirnya menjadi suatu kehidupan yang rendah hati (satu iota).
Biasanya, orang dapat berkata: “Saya tidak terima”, masih anak kecil saja bisa berbicara seperti itu kepada orang tuanya. Bisa saja orang yang semacam ini berkata kepada gembalanya: “Saya tidak terima”, padahal sudah dirawat tetapi kok tidak terima? Tetapi saya belajar untuk menjadi orang yang rendah hati. Bukan berarti saya sudah paling rendah hati dari pada saudara, tidak; tetapi saya belajar untuk menjadi rendah hati.
Kiranya contoh itu ada saudara lihat dan ikuti; jangan nanti saudara tidak sama dengan bapak rohani saudara, dengan berkata: “Saya tidak terima ditegor”. Sungguh hebat sekali pernyataan ini, lalu apalah firman TUHAN yang dia dengar selama ini?
Yohanes 3:27-28
(3:27) Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. (3:28) Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.
Mesias artinya; Pemimpin yang diurapi. Tanpa sadar, kita merasa layak untuk menjadi seorang pemimpin dalam banyak perkara, padahal orang yang semacam ini tidak diurapi TUHAN -- biar engkau merasa dipakai, tetapi itu bukan dari TUHAN --.
(3:29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
(3:30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.
(11:10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu (11:11) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.
Satu titik à Orang yang kecil dan mau dikecilkan.
-
Menghormati siapa
yang pantas dihormati, menghormati orang tua, itu rendah hati.
Tetapi
rendah hati dengan kecil dan rela dikecilkan itu berbeda. Orang rendah hati
belum tentu mau dikecilkan. Bisa saja seseorang terlihat rendah hati, tetapi
belum tentu ia mau dikecilkan.
Jadi,
“iota” berbeda dengan “titik”.
- Iota à Orang yang rendah hati.
-
Titik
à Orang yang kecil
dan mau dikecilkan.
Tetapi
orang yang rendah hati berbeda dengan orang yang kecil dan rela dikecilkan;
jadi, tidak sama. Jadi, “satu titik” itu jauh lebih kecil dari semua tanda baca
yang ada di dalam huruf-huruf dalam setiap kalimat yang digunakan.
Titik
juga lebih kecil dari pada koma.
- Koma ( , ) masih ada ekornya (buntutnya).
-
Tetapi
titik ( . ) hanyalah titik; kecil dan rela dikecilkan.
Apakah
sudah nyata penggenapan hukum Taurat di dalam diri kita? Maka tentu kita
menjadi seorang yang rendah hati (iota), tetapi tidak berhenti sampai di situ, harus
sampai kepada titik. Tetapi ada saja orang Kristen yang rendah hati pun tidak,
apalagi titik; yang seharusnya bisa dilakukan, tetapi karena gengsi, karena
harga diri, justru tidak dia lakukan.
Jangankan dikecilkan, rendah hati saja tidak; yang seharusnya dia kerjakan dengan rendah hati tetapi tidak dia kerjakan, hanya karena gengsi. Lalu, bagaimana mau menjadi titik?
Tetapi saya berharap, memohon kemurahan TUHAN; apa yang sudah dia kerjakan di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu, biarlah betul-betul tergenapi dalam kehidupan kita masing-masing, sehingga sakit hati, luka batin sembuh, akhirnya dipulihkan dan dirawat, menjadi satu iota, menjadi orang yang rendah hati. Tetapi tidak berhenti menjadi orang yang rendah hati, harus sampai satu titik; kecil dan rela dikecilkan.
Mari
kita lihat pribadi yang rela dikecilkan dalan Injil Yohanes 12.
Yohanes 12:24
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Sesungguhnya
jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah (rendah hati)
dan mati (dikecilkan), ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati,
jika ia sampai kepada titik nol, rela dikecilkan, maka ia akan
menghasilkan banyak buah
Yesus
sudah berada sampai kepada titik nol.
- Jatuh ke tanah = Rendah hati.
- Dan mati = Dikecilkan.
Jadi,
bukan hanya rendah hati (jatuh ke tanah), tetapi sampai mati (dikecilkan).
Akhirnya, oleh karena satu titik ini, menghasilkan banyak buah.
Kalau
memang kita sudah rendah hati, ya puji TUHAN, tetapi tidak berhenti
sampai di situ, harus lanjut sampai kepada satu titik, sampai dikecilkan.
Jangan sampai kita berkata: “Saya tidak bisa terima. Saya tidak terima. Saya tidak terima.” Lalu, kapan kita ini mau dididik sampai menjadi titik jika terus berkata saya tidak terima terhadap didikan TUHAN? Bagaimana dengan pelayanan kita jika rendah hati saja tidak bisa, apalagi satu titik? Lalu, apa tujuan kita beribadah; apakah hanya untuk satu biji saja yang tidak menghasilkan apa-apa? Tetapi kalau dia jatuh ke tanah (rendah hati), kemudian mati (rela dikecilkan), maka akan menghasilkan banyak buah; itulah yang murni. Jadi, kalau matinya benar, maka bangkitnya pun benar.
Jangan
saudara melihat keuntungan dari sisi kepentingan diri sendiri, sekalipun
menghasilkan banyak. Kalau itu matinya tidak benar, maka hasilnya yang banyak
itu juga tidak benar. Belajarlah kepada firman, jangan kepada pengertian
sendiri, atau contoh yang salah yang dahulu pernah kita lihat; ingat, kembali
ke firman. Back to Bible.
TUHAN
Yesus menyatakan kasih dan kemurahan-Nya kepada kita. Kalau kita semua menjadi
orang yang rendah hati, itu adalah hasil dari penggenapan hukum Taurat. Tetapi tidak
boleh berhenti hanya sampai di situ, harus lanjut sampai puncaknya, yaitu
menjadi kecil dan rela dikecilkan; mati, turun ke dunia yang paling rendah, sampai
akhirnya menghasilkan buah yang banyak. Itulah yang menjadi doa dan kerinduan
saya, supaya kita semua menghasilkan buah yang banyak.
Kita mengharap banyak tetapi tidak memperolehnya, mengapa? Karena kita tidak hidup di dalamnya. Kita akan memperolehnya kalau kita hidup sesuai dengan kebenaran Firman TUHAN.
Menjadi
kecil dan rela dikecilkan, itulah ibadah yang sudah memuncak sampai doa
penyembahan.
- Iota à Orang yang rendah hati.
- Koma ( , ) masih ada ekornya (buntutnya).
Jangankan dikecilkan, rendah hati saja tidak; yang seharusnya dia kerjakan dengan rendah hati tetapi tidak dia kerjakan, hanya karena gengsi. Lalu, bagaimana mau menjadi titik?
Tetapi saya berharap, memohon kemurahan TUHAN; apa yang sudah dia kerjakan di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu, biarlah betul-betul tergenapi dalam kehidupan kita masing-masing, sehingga sakit hati, luka batin sembuh, akhirnya dipulihkan dan dirawat, menjadi satu iota, menjadi orang yang rendah hati. Tetapi tidak berhenti menjadi orang yang rendah hati, harus sampai satu titik; kecil dan rela dikecilkan.
Yohanes 12:24
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
- Jatuh ke tanah = Rendah hati.
- Dan mati = Dikecilkan.
Jangan sampai kita berkata: “Saya tidak bisa terima. Saya tidak terima. Saya tidak terima.” Lalu, kapan kita ini mau dididik sampai menjadi titik jika terus berkata saya tidak terima terhadap didikan TUHAN? Bagaimana dengan pelayanan kita jika rendah hati saja tidak bisa, apalagi satu titik? Lalu, apa tujuan kita beribadah; apakah hanya untuk satu biji saja yang tidak menghasilkan apa-apa? Tetapi kalau dia jatuh ke tanah (rendah hati), kemudian mati (rela dikecilkan), maka akan menghasilkan banyak buah; itulah yang murni. Jadi, kalau matinya benar, maka bangkitnya pun benar.
Kita mengharap banyak tetapi tidak memperolehnya, mengapa? Karena kita tidak hidup di dalamnya. Kita akan memperolehnya kalau kita hidup sesuai dengan kebenaran Firman TUHAN.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment