IBADAH PENDALAMAN
ALKITAB, 08 APRIL 2021
KITAB RUT
(Seri:133)
Subtema: JANGAN
MENGEJAR-NGEJAR ORANG-ORANG MUDA YANG KAYA
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang
sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah-tengah perhimpunan Ibadah
Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Biarlah bahagia dan damai sejahtera memerintah hati
kita, dan memerintah di tengah ibadah dan pelayanan ini, supaya korban dan
persembahan yang kita bawa di atas mezbah, betul-betul menyenangkan hati TUHAN.
Ibadah ini tidak menjadi sia-sia, ibadah ini tidak menjadi percuma.
Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di
Malaysia, di Bandung, bahkan tidak lupa menyapa umat TUHAN yang senantiasa
memberikan dirinya untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video
internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, kiranya TUHAN menyatakan
kasih dan kemurahan-Nya bagi kita malam ini.
Kita siap sedia menantikan pembukaan firman TUHAN,
jangan ada yang melamun, jangan ada yang iri dan keras hati, jangan ada yang
merasa diri bisa (mengerti), jangan ada yang merasa suci dan benar, supaya
secepatnya kita respon terhadap pembukaan Firman TUHAN, dan TUHAN juga tanggap
dengan respon kita malam ini, sehingga berkat itu cepat sekali kita nikmati
malam ini dan seterusnya. Tidak ada artinya keras hati, sebab itulah yang
membuat hidup ini sia-sia di hadapan TUHAN.
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh
TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari
pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang
muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
“Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku!”, inilah bagian YANG PERTAMA yang disampaikan oleh Boas kepada Rut,
setelah Boas melihat Rut ada berbaring di kaki Boas.
YANG KEDUA, Boas berkata: “Sekarang engkau menunjukkan
kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu ...”
-
“Yang pertama
kali”, yaitu pada saat Rut berjumpa dengan Boas, di dalam Rut 2.
-
Sedangkan “kasihmu lebih nyata lagi”, maksudnya ialah di mana Rut berbaring di kaki Boas, pada Rut 3:9.
Kemudian, bagian YANG KETIGA yang harus kita
perhatikan malam ini ialah: “Karena engkau tidak
mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya”. Ini adalah perkataan Boas bagian yang ketiga kepada Rut.
Perkataan ini menunjukkan bahwasanya Allah
adalah segala-galanya bagi Rut. Dengan demikian, Rut menggambarkan hidup gereja
TUHAN yang bijaksana, yang telah melihat masa depan yang indah dan melihat
kemuliaan kekal. Biarlah kiranya Allah adalah segala-galanya bagi kita, sebab
yang ada ini suatu kali nanti akan berlalu.
Sekali
lagi saya sampaikan dengan tandas: Rut tidak mengejar-ngejar
orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya, menunjukkan bahwasanya Allah adalah
segala-galanya bagi Rut, baik juga bagi kita semua. Dengan demikian, Rut adalah
gambaran dari hidup gereja TUHAN yang bijaksana, dan yang telah melihat masa depannya yang indah, dan
telah melihat kemuliaan kekal.
Kemudian,
apa yang diperbuat oleh Rut ini sangat sinkron dengan hikmat Salomo di dalam Amsal 22. Bagi saya tidak merasa rugi
untuk mengulangi ayat ini, karena ini sangat berarti bagi saya; kiranya itu
juga sangat berarti bagi kita semua.
Amsal 22:15A
(22:15) Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi
tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
“Kebodohan
melekat pada hati orang muda”
Orang
Muda di sini, menunjuk;
-
Orang yang tidak berpengalaman.
-
Orang yang tidak memiliki pengertian dari
sorga.
Kemudian,
apa yang ditulis oleh Salomo, itu pun dibenarkan oleh Rasul Paulus, dan itu
nyata dari nasihat Rasul Paulus yang ditujukan kepada Timotius, anak
kekasihnya; dan nasihat itu dituliskan di dalam 2 Timotius 2.
2 Timotius 2:22
(2:22) Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah
keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan
mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
Sebab itu JAUHILAH
nafsu orang muda ... Biarlah kita semua
menjauhkan diri dari nafsu orang muda, karena kebodohan
melekat pada hati orang muda. Tetapi sebaliknya,
Rasul Paulus berpesan dengan tegas kepada Timotius: “KERJARLAH”, antara
lain;
1. Keadilan.
2. Kesetiaan.
3. Kasih.
4. Damai.
Kita
kejar 4 (empat) perkara ini bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada
TUHAN dengan hati yang murni, bersama dengan anak-anak TUHAN, bersama-sama
dengan sidang jemaat yang lain dalam satu penggembalaan GPT “BETANIA” yang berseru kepada TUHAN dengan hati
yang murni.
Jangan
kita mengejar 4 (empat) perkara itu dengan orang-orang yang tidak mengenal
TUHAN, dengan orang yang hatinya tidak murni di tengah ibadah dan melayani
kepada TUHAN.
Saya
rindu, supaya setiap imam-imam yang melayani TUHAN, hatinya murni untuk untuk
melayani TUHAN, murni hatinya untuk berpihak dalam penggembalaan ini; kalau
tidak, maka TUHAN tidak akan pakai.
2 Timotius 2:23
(2:23) Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh
dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan
pertengkaran,
Pesan
Rasul Paulus berikutnya kepada Timotius adalah “HINDARILAH”, antara
lain;
1.
Soal-soal yang dicari-cari.
2.
Soal-soal yang bodoh.
3.
Soal-soal yang tidak layak.
Mengapa
3 (tiga) perkara di atas harus dihindari? Karena perkara-perkara itu
menimbulkan pertengkaran.
-
Jadi, hindarilah soal-soal yang
dicari-cari. Jangan mencari-cari soal-soal. Kalau bisa; soal-soal, perkara-perkara
besar diminimalisir.
-
Kemudian, hindarilah soal-soal yang
bodoh. Sudah tahu bahwa soal atau perkara itu bodoh, namun masih
dicari-cari, bukankah itu lebih bodoh dari orang bodoh? Oleh sebab itu, hindarilah
soal-soal yang bodoh.
-
Kemudian, hindarilah soal-soal yang tidak
layak, yang tidak terpuji, yang tidak berkenan, yang tidak menyenangkan
hati TUHAN.
Tiga
perkara ini harus dihindari, karena “soal-soal” itu menimbulkan pertengkaran.
Hal
yang juga harus kita hindari, dapat kita perhatikan dalam ayat 16.
2 Timotius 2:16
(2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang
tak suci yang hanya menambah kefasikan.
Yang
terutama adalah menghindari diri dari “omongan yang
kosong dan yang tak suci.”
Yang tidak kalah penting untuk dihindari adalah omongan yang kosong dan yang
tak suci, karena omongan yang kosong dan yang tak suci tersebut hanya menambah
kefasikan, menambah dosa kesombongan, menambah dosa keangkuhan, menambah dosa di
mana seseorang semakin lupa kepada TUHAN.
Itu
harus dihindari, sebab itu merupakan tabiat-tabiat dari orang muda; oleh
sebab itu, kebodohan betul-betul melekat pada hati orang muda. Jadi, sekalipun
hamba TUHAN itu sudah tua, sudah lanjut usianya, tetapi kalau hal-hal itu dia
lakukan di tengah ibadah dan pelayanan, menunjukkan bahwa hamba TUHAN itu
adalah orang-orang muda, di mana kebodohan melekat pada hatinya.
Maka,
yang tidak kalah penting, yang terutama harus dihindari adalah yang tertulis
pada ayat 16, barulah (selanjutnya) ayat 22-23, yaitu
omongan yang kosong dan yang tak suci. Mengapa hal ini harus dihindari? Karena omongan
yang kosong dan tak suci ini hanya menambah kefasikan, omongan yang kosong dan
tak suci ini memicu terjadinya kesombongan, memicu terjadinya keangkuhan yang
semakin bertambah-tambah.
Biarlah
kita segera menyerah kepada pembukaan firman; jangan bertahan dengan perasaan
hati yang berasal dari daging.
2 Timotius 2:17-19
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker.
Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa
kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian
orang. (2:19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh
dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan
"Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan
kejahatan."
Contoh
omongan yang kosong dan tak suci, di sini kita melihat: Perkataan mereka menjalar
seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa
kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian
orang. Mengapa merusak iman sebagian orang?
Tetapi dasar yang diletakkan
Allah itu teguh ... Dasar dari tiap-tiap
bangunan adalah korban Kristus, itu adalah dasar yang teguh. Selanjutnya,
dikatakan: dan
meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" TUHAN mengenal hamba TUHAN yang betul-betul berdiri di atas korban.
Jadi, tidak semua pelayan TUHAN itu disebut hamba
TUHAN; bukan semua pelayan TUHAN disebut milik TUHAN; hati-hati. Itu sebabnya saya katakan tadi: Lebih baik kita menyerah kepada firman.
Kemudian, di sini dikatakan: "Setiap orang yang menyebut
nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan", itulah omongan yang kosong dan tak suci tadi.
Contoh
omongan yang kosong dan tak suci yang harus dihindari ialah mengajarkan kebangkitan tanpa sengsara
salib, atau tanpa kematian. Mengajarkan kebangkitan kepada sidang jemaat,
tetapi tidak mengajarkan sengsara salib atau kematian TUHAN Yesus Kristus.
Kebangkitan
tanpa kematian, itu adalah omongan yang kosong dan tak suci, dan hal ini
merusak iman dari seluruh sidang jemaat. Mengapa? Karena omongan yang kosong
dan tak suci memicu terjadinya dosa kesombongan, memicu terjadinya dosa keangkuhan
semakin bertambah-tambah.
Kebangkitan
tanpa kematian, maka akan menambah kefasikan; semakin sombong, semakin angkuh,
ujung-ujungnya semakin jauh dari TUHAN, dan akhirnya binasa. Itulah sebabnya;
banyak orang menyangka jalannya lurus, padahal ujungnya maut.
Itulah
contoh omongan yang kosong dan tak suci; mengajarkan kebangkitan tanpa sengsara
salib atau kematian. Dan ini merupakan penyakit kanker yang mudah menjalar ke sel-sel
atau anggota-anggota tubuh yang lain untuk merusaknya. Jadi, kalau hamba TUHAN,
pemimpin sidang jemaat mengajarkan ajaran semacam ini, mengajarkan kebangkitan
tanpa sengsara salib (kematian), hal itu memicu terjadinya dosa kesombongan
menimpa sidang jemaat yang dia layani.
Dan
itu sudah terbukti dalam pelajaran Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya
Minggu dalam Wahyu 13:1-3, di mana
antikris mempunyai 7 (tujuh) kepala, lalu satu dari kepalanya mengalami luka
parah yang membahayakan, tetapi ujung-ujungnya; luka yang membahayakan hidupnya
itu sembuh, dengan kata lain; antikris mengadakan mujizat kesembuhan.
Dan
oleh karena mujizat kesembuhan ini, banyak orang terheran-heran, dunia
terheran-heran, dan dunia akhirnya mengikuti antikris. Gaya pelayanan semacam
ini memang sangat digemari oleh manusia duniawi, sementara itu adalah mujizat
palsu. Mengapa saya katakan itu adalah mujizat palsu? Karena sebetulnya,
binatang itu keluar dari dalam laut.
Apa
arti laut? Laut adalah bayangan dari baptisan Kristus, baptisan dalam
kematian untuk mengubur hidup yang lama, supaya berada dalam suasana
kebangkitan. Tetapi kebangkitan tanpa kematian, itu adalah omongan yang kosong
dan tak suci; dan pelayanan semacam ini memicu terjadinya dosa kesombongan
menimpa sidang jemaat.
Dan
akhirnya, di dalam Wahyu 13:4-8,
manusia duniawi, orang-orang yang diam di dunia ini akhirnya mengikuti
antikris, menyembah antikris, menyembah naga, menyembah Setan, dan akhirnya mereka
berani menentang TUHAN Yesus, dan berkata: Siapakah yang dapat mengalahkan
binatang ini? Perkataan itu menunjukkan bahwa orang-orang fasik lupa bahwa
TUHAN yang berdaulat atas kehidupan manusia.
Jadi,
omongan yang kosong dan tak suci memicu terjadinya kesombongan; itulah yang
terutama, yang harus dihindari gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, termasuk
keluarga besar GPT “BETANIA” Serang
Cilegon, baik di dalam maupun di luar negeri.
Itu
sebabnya saya tidak merasa rugi untuk mengulangi ini, bukan berarti tidak ada
pembukaan. Tentu, ada banyak pembukaan, karena kita semua sama-sama berdoa
dengan rendah hati, tetapi saya tetap harus mengulangi hal ini karna saya pun
merasa diberkati.
Yang
memicu terjadinya 2 Timotius 2:22-23
adalah ayat 16-17, itulah omongan
yang kosong dan tak suci, yang merupakan penyakit kanker yang menjalar, yang
merusak sel-sel tubuh, merusak anggota tubuh, sidang jemaat yang lain yang dilayani.
Selanjutnya,
kita akan melihat persamaan 2 Timotius 2:22, yang ternyata juga ditemukan di
dalam 2 Petrus 2: 22. Ingat 2 Timotius 2:22 sama dengan 2
Petrus 2: 22.
Mari
kita perhatikan 2 Petrus 2, dengan perikop: “Nabi-nabi palsu dan guru-guru
palsu”
2 Petrus 2:22
(2:22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang
benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi
yang mandi kembali lagi ke kubangannya."
Petrus
berkata: Nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu digambarkan dengan peribahasa,
yaitu:
-
Anjing kembali lagi ke muntahnya,
-
dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
Yang
melatar-belakangi sehingga Rasul Petrus menuliskan demikian di dalam 2 Petrus 2:22 adalah 2 Petrus 2:16-19. Jadi, hal ini sama
dengan apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus di dalam 2 Timotius 2:22.
Yang
melatar-belakangi Rasul Paulus berpesan kepada Timotius dengan tegas di dalam 2 Timotius
2:22
adalah 2 Timotius
2:16-19.
Demikian juga, yang melatar-belakangi sehingga Rasul Petrus menuliskan 2 Petrus 2:22 adalah ayat 16-19.
Mari
kita tengok sejenak anak 16-19, namun mari kita kaji lebih dalam ayat per ayat
dari ayat 16-19.
2 Petrus 2:16
(2:16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk
kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara
manusia dan mencegah kebebalan nabi itu.
Tetapi Bileam
beroleh peringatan keras untuk kejahatannya ... Apa kejahatan Bileam? Kejahatan Bileam adalah melayani karena
upah, melayani karena uang, melayani karena ada keuntungan, melayani karena loba;
dan itu menunjukkan bahwa Bileam adalah seorang nabi yang bebal, lebih bebal
dari binatang keledai.
Kalau
hamba TUHAN melayani karena uang, itu merupakan dosa kebebalan; dan kebebalan
semacam ini lebih parah dari binatang keledai. Keledai saja kalau dipakai
TUHAN, ia bisa berbicara; tetapi Bileam sudah diperingatkan dalam mimpi namun
masih saja tidak mau dengar-dengaran. Sudah diperingatkan loh dalam
nubuatan besar, itulah pembukaan firman, lewat mimpi; sudah diingatkan dalam
pembukaan Firman TUHAN namun tetap saja tidak mau beribadah.
Oleh
sebab itu, kebebalan hamba TUHAN semacam ini lebih bodoh dari pada binatang keledai,
karena keledai dipakai pun sebenarnya bisa; bisa mencegah orang, bisa
mengajari orang, dan bisa juga ditunggangi oleh TUHAN kalau dia sudah mengalami
kelepasan, bahkan ditunggangi sampai Yerusalem baru.
Tetapi
Bileam begitu bebalnya, padahal sudah mendapatkan pembukaan dalam mimpi
sebanyak 2 (dua) kali, di mana itu adalah nubuatan besar (pembukaan rahasia
firman) diperlihatkan. Nubuatan itu jauh lebih besar dari pada karunia
kesembuhan, namun Bileam tetap dalam kebebalannya.
2 Petrus 2:17
(2:17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang
kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia
tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat.
Sebenarnya, keberadaan dari guru-guru palsu sama
seperti mata air yang kering, artinya; tidak mempunyai pembukaan rahasia
firman, kepadanya tidak dipercayakan pembukaan firman. Apa penyebabnya?
2 Petrus 2:18
(2:18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak
dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat
orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam
kesesatan.
Penyebab
sehingga guru-guru palsu tidak dipercayakan pembukaan rahasia firman kepada
mereka:
YANG
PERTAMA: Rupa-rupanya, di tengah-tengah pelayanan itu, mereka mengucapkan
kata-kata yang congkak dan hampa, itulah omongan yang kosong dan tak
suci.
Contohnya
ialah mengajarkan sidang jemaat tentang kebangkitan tanpa sengsara salib
(kematian TUHAN Yesus Kristus), sama seperti Himeneus dan Filetus. Itu adalah omongan
yang hampa, omongan yang kosong dan yang tak suci.
YANG
KEDUA: Guru-guru palsu itu mempergunakan hawa nafsu cabul di
tengah-tengah pelayanan mereka.
Artinya;
sibuk menyampaikan tentang kelimpahan, sibuk menyampaikan tentang keberkatan
kepada sidang jemaat.
-
Kalau seorang hamba TUHAN melayani karena
kelimpahan, itu sama dengan; nafsu cabul.
-
Demikian juga sidang jemaat datang
menghadap TUHAN di tengah-tengah setiap ibadah di atas muka bumi ini, hanya
karena kelimpahan, hanya karena keberkatan, hanya karena mujizat, itu adalah nafsu
cabul, perzinahan, pelacuran secara rohani.
Jangan
hamba TUHAN berkata “saya tidak pernah berzinah, saya tidak pernah selingkuh”,
tetapi dengan mempergunakan hawa nafsu cabul di tengah-tengah pelayanan,
sesungguhnya dia sudah selingkuh di hadapan TUHAN, dia sudah berzinah di
hadapan TUHAN. Oleh pengertian semacam ini, patutlah kita bersyukur kepada
TUHAN Yesus.
Kembali
saya sampaikan: Mempergunakan hawa nafsu cabul di tengah-tengah pelayanan,
artinya; sibuk menyampaikan tentang kelimpahan, sibuk berbicara soal keberkatan
kepada sidang jemaat.
Tujuan
mereka menyampaikan firman tentang kebangkitan tanpa kematian adalah untuk memikat orang-orang yang baru bertobat.
Misalnya;
ada orang-orang yang baru melepaskan agamanya yang lama, lalu menerima Yesus;
dengan mempergunakan hawa nafsu cabul di tengah-tengah pelayanan mereka, maka
orang-orang yang baru bertobat ini mudah sekali terpikat oleh hawa nafsu cabul
dari guru-guru palsu ini. “Oh, begitu ya; orang Kristen kalau terima Yesus,
langsung diberkati ya? Oh, begitu ya; kalau terima Yesus, berarti langsung
terima berkat ya?”
Terpaksa
mereka menggunakan ajaran semacam itu, dengan satu tujuan untuk memikat
orang-orang yang baru bertobat.
Pada
dasarnya, banyak di antara kita yang belum memahami firman di sini, sekalipun
dari lahirnya sudah Kristen. Saya yakin mengatakan demikian, sebab itu bisa
dilihat dari cara melangkah, cara berjalan, cara berbicara, cara duduk saat
mendengar firman, cara responnya, saya tahu. Ada yang dari kecil datang ke
tempat ini, nol tidak ada apa-apa, sekalipun dari lahirnya sudah Kristen.
Tetapi
sekalipun demikian; saya tidak mempergunakan hawa nafsu cabul, saya tidak
menggunakan (menyampaikan) firman soal keberkatan untuk memikat hati saudara. Inilah
kemurnian hati saya. Saya yakin; kalau saya tulus dan murni, maka TUHAN juga
tulus dan murni kepada hati saya ini, dan memberkati setiap hati yang tulus dan
murni; percayalah. Jangan berkat yang dikejar, tetapi kejarlah kasih yang tulus
dan murni; salah kita kalau terlebih dahulu mengejar berkat.
Soal
berkat bukan ditentukan oleh jumlah jemaat yang banyak atau sedikit, tidak.
Musa dengan jemaat dua juta, diberkati; Elia dengan jemaat satu janda dan satu
Sekolah Minggu juga diberkati. Jadi, jangan keliru dengan pandangan manusia
daging. Janganlah mata kita ditutupi oleh selaput daging ini.
2 Petrus 2:19
(2:19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang
lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa
yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.
Praktek
dari kata-kata congkak dan hampa -- yang disebut juga; omongan yang kosong dan
tak suci -- ialah menjanjikan kemerdekaan kepada sidang
jemaat, yaitu kebangkitan palsu (kebangkitan tanpa kematian), padahal mereka
sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan.
Mengapa
guru-guru palsu disebut hamba-hamba kebinasaan? Karena mereka
menghambakan diri kepada uang, kepada mamon, kepada harta, kepada kekayaan,
kedudukan, jabatan, dan apapun yang ada di dunia ini.
Oleh
sebab itu, di sini dikatakan: “karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.” Jadi,
hamba-hamba TUHAN yang melayani TUHAN karena uang, sebetulnya dia sudah
dikalahkan oleh uang, maka ia disebut hamba-hamba kebinasaan.
2 Petrus 2:20,22
(2:20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari
kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka
akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (2:22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar
ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi
kembali lagi ke kubangannya."
Guru-guru
palsu sudah mengenal Yesus Kristus, TUHAN dan Juruselamat, buktinya mereka
sudah bertobat, sudah melepaskan diri dari kecemaran dunia, dari kejahatan,
dari kenajisan, dari segala berhala-berhala, roh-roh dunia, tetapi
kenyataannya, pada akhirnya, guru-guru palsu itu terlibat lagi di dalamnya,
menjadi hamba terhadap roh-roh dunia, menghambakan diri kepada berhala-berhala
yang pada hakekatnya bukan Allah yang hidup, maka diumpamakanlah guru-guru
palsu itu sama seperti:
1.
Anjing kembali lagi ke muntahnya.
2.
Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya
Saya
yakin, minggu lalu ada hamba TUHAN yang tidak paham dengan firman ini, sehingga
dia bertanya dan memberi komentar. Saya berharap, saudara mengerti firman yang
saya sampaikan ini. Kalau saudara bersabar dari awal mengikuti pemberitaan
firman ini, maka saudara tidak mungkin berkomentar. Maka, untuk anda, saya akan
kembali mengulangi firman malam ini; saya berharap saudara mengerti apa yang
saya sampaikan ini.
Jadi,
karena sudah bertobat tetapi kembali lagi kepada kubangan yang sama, kembali
lagi kepada kesalahan yang sama, maka diumpamakanlah dalam 2 (dua) hal:
1.
Anjing kembali lagi ke muntahnya.
2.
Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
Dasar
babi tetap babi; dia akan tetap kembali ke kubangan, biar sudah mandi, dia
tidak akan pernah menghargai pembukaan firman yang sifatnya berkuasa mengadakan
penyucian terhadap nikah dan rumah tangga, ibadah dan pelayanan, hidup kita di
hadapan TUHAN. Dasar babi tetap babi; dasar anjing tetap anjing. Tetapi kita
bukan anjing, kita bukan babi; kalau begitu, buktikan praktek firman di hadapan
TUHAN dari sekarang sampai selama-lamanya, dari sekarang sampai Maranata .
Kembali
saya sampaikan: Pada mulanya, guru-guru palsu telah bertobat, telah melepaskan
diri dari segala kecemaran, roh-roh dunia, namun terlibat lagi di dalamnya, seperti
yang kita lihat tadi pada ayat 16-19. Akhirnya, guru-guru palsu tersebut
digambarkan seperti “anjing” dan “babi”, karena
-
Anjing kembali lagi ke muntahnya.
-
Babi yang mandi kembali lagi ke
kubangannya.
Jadi
...
-
Yang melatar-belakangi sehingga Rasul
Petrus menuliskan 2 Petrus 2:22, jelas adalah 2 Petrus 2:16-19.
-
Sama juga dengan; yang melatar-belakangi sehingga
Rasul Paulus berpesan kepada Timotius supaya menghindari nafsu orang muda,
di dalam 2 Timotius 2:22 adalah 2 Timotius 2:16-19, itulah omongan yang kosong
dan tak suci.
Saya
berharap, rekan hamba TUHAN yang sudah memberikan komentar pada minggu lalu,
saya berharap kiranya anda bisa memahami firman malam hari ini, karena TUHAN
mengasihi anda.
Oleh karenanya, biarlah keluarga besar GPT
"BETANIA" Serang
& Cilegon, Bandung dan Malaysia, termasuk umat TUHAN yang memberikan
dirinya digembalakan oleh GPT "BETANIA"
Serang & Cilegon, Indonesia, lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook, baik di dalam maupun di luar negeri, jangan kita
mengejar-ngejar orang-orang muda.
Gereja
TUHAN di hari-hari ini harus lebih dewasa, harus lebih bijaksana, berarti hidup
di dalam penguasaan diri; jangan mengejar-ngejar orang-orang muda. Hindari
nafsu orang muda, sebab kebodohan melekat pada hati orang muda.
Dengan
demikian, kalau kita betul-betul menghindari nafsu orang muda, maka sebaliknya “KEJARLAH”
keadilan, kesetiaan, kasih, damai bersama-sama dengan orang-orang yang berseru
kepada TUHAN dengan hati yang murni.
Jujur,
kalau sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang
dan Cilegon, hatimu lebih terpikat dengan manusia duniawi dari pada keluarga
GPT “BETANIA”, jujur mulut
saya tidak terucap, hati saya pasti hancur; saya harus ungkapkan itu, karena
kita harus lebih mengalah kepada firman, dari pada mengalah kepada hati pikiran
perasaan manusia daging. Saya tidak akan membenci saudara, saya tidak akan menyalahkan
saudara, tetapi hati saya hancur. Jangan biarkan anak-anak saudara bergaul
dengan orang-orang di luaran sana; merokok, makan bersama dengan orang dunia,
tetapi tidak bergaul bersama-sama dengan orang yang suci hatinya.
Sejauh
ini, saya harap kita lulus, tamat sudah, tinggal praktek untuk jangan
mengejar-ngejar orang-orang muda. Hindari nafsu orang muda karena kebodohan betul-betul
melekat pada hati orang muda. Biar umurnya sudah tua, tetapi kalau dia bicara soal
omongan yang kosong dan tak suci, tetap disebut “orang muda”, tidak punya
pengalaman yang tidak dapat menyenangkan hati TUHAN, tidak bijaksana, tidak
dewasa.
Kita
akan kembali untuk memperhatikan Rut 3:10.
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh
TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari
pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang
muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
“Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau
menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu ...” Yang
pertama ada di ladang Boas; yang kedua adalah di kaki Boas. Biarlah kita
sungguh-sungguh tergembala.
Berbaring di kaki Boas, berarti kita
sungguh-sungguh tergembala saja. Maka, sentral dari ibadah pelayanan kita
adalah kaki salib, bukan uang, bukan Mamon, bukan harta, bukan kemewahan.
Kemudian, kembali kita melihat bagian yang ketiga
dari perkataan Boas: " ...
karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun
yang kaya."
Singkat kata: Rut tidak mengejar-ngejar ORANG-ORANG
MUDA YANG MISKIN.
Amsal 28:19
(28:19) Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan
makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan.
Siapa yang mengejar barang yang
sia-sia atau barang yang fana akan kenyang dengan kemiskinan.
Pendeknya: Orang muda yang miskin adalah
gambaran dari barang fana atau perkara-perkara yang sia-sia yang ada di dunia
ini. Jadi, orang muda yang miskin merupakan gambaran dari barang yang fana atau
perkara-perkara yang sia-sia di bumi ini.
Mengapa
dikatakan perkara-perkara di dunia ini adalah barang yang sia-sia? Karena sifatnya
sementara, tidak kekal. Darah dan daging tidak mewarisi Kerajaan Sorga. Jadi,
yang ada ini akan berlalu.
Galatia 4:8
(4:8) Dahulu, ketika kamu tidak mengenal
Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya
bukan Allah.
Dahulu, ketika kamu tidak mengenal
Allah ... Jemaat di Galatia ini bukanlah bangsa Yahudi;
jemaat di Galatia ini adalah bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah,
adalah bangsa yang tidak menghambakan dirinya kepada Allah, melainkan bangsa
yang menghambakan dirinya kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan
Allah. Itulah keberadaan dari bangsa kafir, bangsa yang belum mengenal TUHAN
Yesus.
Kalau
kita penuh dengan Roh TUHAN, pasti ada di tengah-tengah kegiatan Roh, maka
mulut ini tidak pernah mengutuki TUHAN; sebaliknya, mulut ini dipakai untuk
mengakui bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN dan Juruselamat. Tetapi bangsa kafir
adalah bangsa yang tidak mengenal Allah, mereka jatuh dalam penyembahan
berhala.
Galatia 4:9
(4:9) Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah,
atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi
kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan
diri lagi kepadanya?
Jemaat
di Galatia ini sebenarnya telah melepaskan diri dari berhala-berhala, namun
kenyataannya kembali menghambakan diri kepadanya (menyembah berhala). Sebenarnya,
berhala-berhala atau barang-barang yang fana, atau pun disebut perkara yang sia-sia
adalah lemah dan miskin.
Perkara-perkara
yang sia-sia, itu lemah dan miskin; lalu, mengapa kita menghambakan diri kepada
berhala-berhala di dunia ini, kepada roh-roh di dunia ini? Tetapi oleh karena
kemurahan TUHAN, kita pun mendapat pengertian yang suci dan mulia, supaya
jangan kita juga turut menghambakan diri kepada roh-roh dunia, kepada
berhala-berhala dunia, karena itu juga merupakan perkara yang sia-sia.
Itulah
tentang sedikit garis besar tentang “orang-orang yang miskin”. Jangan
mengejar-ngejar orang muda yang miskin, sebab barang fana, perkara-perkara
lahiriah adalah perkara yang sia-sia; itu miskin dan lemah.
Mungkin,
malam ini timbul pertanyaan: Kalau dilarang mengejar orang muda yang miskin,
berarti siapa dong Om yang dikejar; apakah orang muda
yang kaya? Kalau begitu, saya jawab pertanyaan saudara malam ini. Ayo, kita
perhatikan Rut 3:10.
Tadi
kita sudah melihat: dilarang mengejar-ngejar orang muda yang miskin,
orang muda yang kere, “Ah, orang muda miskin Om larang untuk saya kejar-kejar,
berarti saya kejar orang muda yang kaya dong Om?” Kalau memang itu
pertanyaan anda, maka saya akan menjawab anda dari ayat juga, bukan dari mulut
saya, supaya kita jangan berbantah-bantah. Biarlah kita menyerah kepada firman.
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh
TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari
pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang
muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
Singkat
kata: Rut tidak mengejar-ngejar ORANG-ORANG MUDA YANG KAYA.
Kita
juga, keluarga besar GPT “BETANIA” harus
menghindari nafsu orang muda yang kaya, sebab nafsu orang muda yang kaya ini
pun ternyata tidak baik. Jadi, jangan karena kita dilarang untuk
mengejar-ngejar orang muda yang miskin, jangan kita lantas mengejar-ngejar
nafsu orang muda yang kaya, karena nafsu orang muda yang kaya juga tidak baik.
Saya bisa buktikan kepada saudara.
Kisah
mengenai “orang muda yang kaya”
tertulis di dalam Injil Matius 19:16-26;
tetapi, tidak seluruhnya kita selesaikan, namun kita lihat, kita kaji ayat demi
ayat, dimulai dari ayat 16.
Matius 19:16
(19:16) Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru,
perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Ada
seorang muda yang kaya, dia datang kepada TUHAN Yesus, dan berkata: “Guru ...”
Kalau
kita mengakui Roh Allah adalah Guru Agung, maka beri diri dipimpin oleh Roh
Allah. Tetapi kenyataannya, kita hanya sekedar "mengetahui" bahwa Roh
Allah adalah Guru Agung, sesuai dengan suratan 1 Yohanes 2:27, Dia mengajar kita tentang segala sesuatu, ajaran-Nya
tidak dusta, ajaran-Nya tidak salah. Tetapi terkadang, hanya sebatas
pengetahuan saja, sebab tidak menyerahkan diri untuk diajar oleh Guru Agung.
Sekarang,
kita akan telusuri lebih dalam; apakah orang muda kaya ini betul-betul lahir
batin mengakui TUHAN Yesus adalah Guru Agung? Maka, kita akan melihat praktek
hidup di tengah ibadahnya kepada TUHAN; tidak boleh hanya omdo (omong
doang), sidang jemaat juga tidak boleh hanya omdo (omong doang). Kalau
melihat kesalahan gembala sidang cepat sekali, tetapi ternyata kita pun hanya omdo
(omong doang); seharusnya, cepat-cepat koreksi diri juga.
Kembali
saya sampaikan: Ada seorang muda yang kaya datang kepada Yesus. Namun, saat ini
pun kita datang menghadap TUHAN lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai
perjamuan suci, tentu saja kita mengucap syukur. Diperkenankan untuk berada di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan malam ini, kita harus mengucap syukur, sebab
itu adalah kemurahan supaya kita memperoleh pertolongan.
Kemudian,
orang kaya itu bertanya: "Guru ... " Di atas tadi saya sudah sampaikan; kita mengakui Roh Kudus
itu Guru Agung, yang mengajari kita tentang segala sesuatu, dan ajaran-Nya
tidak salah, tidak dusta, semuanya benar, sesuai dengan suratan 1 Yohanes 2:27,
tetapi apakah betul-betul kita akui Roh Kudus itu Guru Agung dalam perbuatan
hidup? Itulah persoalannya sekarang.
Selanjutnya, di ayat 16, orang muda kaya itu
bertanya: “ ... perbuatan baik
apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Mendengar pertanyaan itu, kita lihat respon TUHAN Yesus Kristus di ayat
17.
Matius 19:17
(19:17) Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau
bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi
jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
Jawab Yesus:
"Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Yesus ingin tahu alasan mengapa orang muda yang kaya itu bertanya “apa
yang baik”. Dari pertanyaan orang muda yang kaya itu, satu sisi Yesus
penasaran; mengapa dia
bertanya tentang apa yang baik?
Namun
sekalipun demikian, Yesus berkata: “Hanya
Satu yang baik”, dalam Injil Lukas
dikatakan: itulah Allah yang hidup. Hanya Satu yang baik, yaitu
Allah yang hidup.
Rasul Paulus juga menuliskan hal itu di dalam Roma
3, Tidak ada yang baik, hanya Satu
yang baik, itulah Allah yang hidup, sebab
Dia adalah:
-
Pribadi yang Setia.
-
Pribadi yang sempurna.
-
Pribadi yang tidak berubah dari awal
sampai akhir.
-
Dia adalah Pribadi yang Agung dan Mulia.
-
Hidup-Nya tidak berawal dan tidak berakhir;
kekal.
Itu
menunjukkan bahwa “hanya Satu yang
baik”, itulah Allah yang hidup.
Itu sebabnya, Yesus bertanya “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku
tentang apa yang baik?”, sebab hanya
Satu yang baik, itulah Allah yang hidup, dengan rincian-rincian di atas tadi.
Selanjutnya,
Yesus pun berkata: Tetapi jikalau engkau
ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.
Syarat
untuk memperoleh hidup kekal adalah turuti segala perintah Allah. Turuti saja
segala perintah-Nya; apa yang baik, apa yang sudah kita dengar malam ini,
turuti saja, supaya kita semua memperoleh hidup yang kekal. Tidak susah untuk
memahami hal itu; tidak perlu diputar balik dengan bahasa canggih-canggih,
sederhana saja. Turutilah segala perintah Allah, itu adalah syarat untuk
memperoleh hidup kekal.
Matius 19:18-19
(19:18) Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang
mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah,
jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19:19) hormatilah ayahmu dan ibumu
dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Setelah mendengar pernyataan TUHAN Yesus pada ayat
18, orang muda kaya itu berkata: "Perintah
yang mana?" Dari pernyataan ini, Yesus dapat mengenali
orang muda kaya ini.
Saya pun demikian; setiap kali mendengar
ungkapan-ungkapan, saya langsung kenali setiap orang. Karena kita penuh dengan
firman toh, jadi langsung cepat dan mudah tanggap mengerti, mengenali lingkungan situasi
kondisi yang ada.
Mendengar
pertanyaan orang muda yang kaya: “Perintah
yang mana?”, lalu dengan wibawa penuh, Yesus menjawab:
1.
Jangan membunuh.
2.
Jangan berzinah.
3.
Jangan mencuri.
4.
Jangan mengucapkan saksi dusta.
5.
Hormatilah ayahmu dan ibumu (orang
tuamu).
Pendeknya;
mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Itulah jawaban TUHAN kepada
orang muda kaya itu.
Setelah
mendengar jawaban dari TUHAN Yesus, apa tanggapan (respon) dari orang muda kaya
itu?
Matius 19:20
(19:20) Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya
itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
Kata
orang muda kaya itu: "Semuanya itu telah kuturuti ..." Berarti, orang muda yang kaya itu telah mengasihi sesamanya,
bahkan ia pun menghormati orang tuanya.
Sebenarnya,
ini merupakan suatu tindakan yang cukup terpuji, suatu tindakan yang cukup luar
biasa. Ini adalah suatu rekor yang tidak banyak orang muda lakukan, apalagi
kalau kaya. Jangankan kaya, yang miskin saja belum tentu mengasihi sesama seperti
dirinya sendiri; itu sebabnya tadi saya katakan bahwa ini merupakan suatu rekor
yang hebat; dia orang muda yang kaya, namun mampu mengasihi sesama seperti
dirinya sendiri.
Dari
pernyataannya, kita bisa melihat bahwa dia mengasihi sesama seperti diri
sendiri, bukan? Oleh karena itu, orang muda kaya itu kembali bertanya: "... apa lagi yang masih kurang?"
Jadi, semua yang dibeberkan oleh TUHAN Yesus tadi
...
1.
Jangan membunuh = Jangan membenci sesama.
2.
Jangan berzinah = Jangan menduakan hati TUHAN,
jangan melacur kepada yang lain.
3.
Jangan mencuri, baik milik sesama maupun
miliknya TUHAN, yaitu sepersepuluh. Ayo, sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Bandung, Malaysia;
jangan mencuri miliknya TUHAN, jangan mengambil yang bukan milikmu, yaitu
persepuluhan dan persembahan khusus.
4.
Jangan mengucapkan saksi dusta. Kalau
seseorang berdusta, berarti dia adalah anak Setan. Sebab, dalam Injil Yohanes
8:44, Setan adalah bapa pendusta, berarti; orang yang berdusta adalah anak
Setan; tidak penuh dengan Roh Kudus.
5.
Hormatilah ayahmu dan ibumu, orang tuamu baik
jasmani dan yang rohani. Satu sisi Rasul Paulus tampil sebagai ibu terhadap
sidang jemaat di dalam 1 Timotius 2:7, tetapi pada ayat 10, Rasul Paulus juga
tampil sebagai bapa yang senantiasa menasihati sidang jemaat di Tesalonika.
Hormati ayah dan ibumu.
Sesudah dibeberkan semuanya, orang muda kaya
berkata: :
"Semuanya itu telah kuturuti --
dari sejak mudaku --, apa lagi
yang masih kurang?"
Kalau
saja dia merasa diri berada dalam kekurangan, andai saja dia menyadari diri
masih banyak dosa, pasti dia tidak bertanya: "... apa lagi yang
masih kurang?" Sebenarnya,
dari pertanyaan ini menunjukkan bahwa orang muda tersebut:
a.
Puas atas apa yang telah dia capai.
b.
Tidak mengalami kekurangan = sempurna.
c.
Berbangga diri atau bermegah atas kelebihan-kelebihannya.
Seandainya
dia menyadari diri bahwa cacat cela itu masih ada di sana sini, dia tidak
mungkin berkata dan bertanya: "... apa lagi yang masih kurang?" Tetapi dari pertanyaan ini
menunjukkan bahwa dia puas atas apa yang dia capai (mudah sekali berpuas diri),
kemudian tidak merasa kekurangan, tidak merasa
ada cacat cela di sana sini (sempurna), dan dia berbangga
diri (bermegah) atas kelebihan-kelebihannya
Lukas 19:21
(19:21) Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak
sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah
ke mari dan ikutlah Aku."
Melihat
kondisi rohani yang sangat memprihatinkan ini, Yesus pun berkata kepada orang
muda kaya itu: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di
sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
Dari
perkataan Yesus ini, terlebih dahulu kita akan memperhatikan kalimat: “Jikalau engkau hendak sempurna”
Jika
Yesus mengatakan hal itu, berarti orang muda itu belum sempurna; dia saja yang
merasa bahwa dirinya sudah sempurna, dia saja yang merasa bahwa tidak ada yang
kurang di dalam dirinya. Tetapi kenyataannya, Yesus berkata: “Jikalau engkau hendak sempurna”, berarti
dia belum sempurna, masih banyak kekurangan, masih banyak kelemahan yang
terdapat di dalam dirinya, masih banyak cacat cela di dalam dirinya, cacat cela
masih terdapat di sana sini. Sebenarnya seperti itu, hanya saja orang muda kaya
itu merasa tidak ada lagi yang kurang, padahal belum sempurna; masih banyak
kekurangannya, masih banyak cacat celanya.
Saya
berharap sebetulnya, supaya kita cepat-cepat menyadari bahwa kita belum layak,
tetapi seringkali kita melayakkan diri dengan alasan ini itu, ini itu, dengan
alasan “kasihan orang lain”, padahal kita tidak ada kuasanya. Biarlah pikiran
ini terbuka; oleh sebab itu, menyerah saja kepada firman, supaya kegiatan di
dalam jalur perlombaan ini betul-betul nyata kelihatan, sehingga dalam kompetisi
rohani yang positif ini akan terlihat kemajuan rohani. Jangan ada kepalsuan,
pelayanan jangan palsu di hadapan TUHAN.
Jadi,
orang muda ini belum sempurna, dengan kata lain; masih banyak kekurangan, masih
banyak cacat cela terdapat di sana sini.
CIRI-CIRI
MERASA DIRI TIDAK ADA KEKURANGAN, yang pertama: Merasa
diri telah sempurna à Orang yang merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih
suci dari orang lain.
Orang
yang merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci dari orang lain adalah
orang yang tidak menyadari bahwa dirinya berdosa. Contohnya adalah Simon si
kusta.
Sejenak
kita akan melihat itu di dalam Injil Lukas 7:36-39, di mana intinya adalah
tentang orang Farisi dengan perempuan berdosa di hadapan TUHAN. Jadi,
masing-masing kita ini, satu dengan yang lain, ibadah kita ini kita
pertanggung-jawabkan di hadapan TUHAN, sama seperti orang Farisi dan perempuan
berdosa; mereka berdua juga mempertanggung-jawabkan ibadah mereka di hadapan
TUHAN, itulah inti dari Injil Lukas 7:36-39.
Empat
ayat ini, Lukas 7:6-39 akan kita kaji satu per satu, dengan perikop: “Yesus
diurapi oleh perempuan berdosa”.
Lukas 7:36
(7:36) Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan
di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.
Lihat
ibadah dari orang Farisi; ia mengundang Yesus untuk makan di rumahnya, dan
Yesus pun memenuhinya.
Lukas 7:37
(7:37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal
sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang
makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli
pualam berisi minyak wangi.
Di kota itu ada
seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Kita
ini sekarang berada di kampung Betania; oleh sebab itu, disebut Gereja
Pantekosta Tabernakel Jemaat “BETANIA” Serang
dan Cilegon.
Sekali
lagi saya katakan: Kita ini sedang berada di kampung Betania, tetapi
rupa-rupanya, TUHAN melawat kampung Betania. Sekalipun kita digambarkan sama
seperti perempuan yang terkenal karena dosanya, tetapi TUHAN melawat kita malam
ini; tidakkah hancur hatimu? Raja di atas segala raja menghampiri kita dalam keadaan yang lebih parah dari debu tanah; siapa kita?
Di situlah hati kita hancur; berapa banyak kita berbuat zinah di hadapan TUHAN,
berapa banyak kita berbuat jahat di mata TUHAN, berapa banyak kita berdusta,
tetapi toh juga dilawat oleh TUHAN.
Kemurahan
TUHAN besar bagi kita; itulah yang membuat hati kita hancur. Kalau kita dengan
tulus merenungkan dan menyadari kebaikan TUHAN itu, pasti hancur hatimu malam
ini.
Ketika perempuan
itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia
membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.
Mendengar
bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, maka perempuan yang
terkenal karena dosa datang ke tempat Yesus makan di rumah orang Farisi dengan
bersegera. Tetapi ketika dia datang ke rumah orang Farisi, dia juga datang
dengan membawa sebuah buli-buli pualam (sebuah buli-buli yang terbuat dari
marmer) berisi minyak wangi yang harganya mahal. Inilah ibadah dari perempuan
yang terkenal berbuat dosa.
Jadi,
masing-masing setiap orang mempertanggung-jawabkan ibadahnya, masing-masing
setiap imam, pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN, gembala sidang mempertanggung-jawabkan
pelayanannya di hadapan TUHAN.
Lukas 7:38
(7:38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus
dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan
menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya
dengan minyak wangi itu.
Sambil menangis, dia mendekat kaki Yesus, jelas
ini menunjuk; orang yang rendah hati.
Air,
termasuk air mata, selalu mencari dataran yang rendah. Kalau saudara melihat
air sungai berkelok-kelok, itu sudah ciri bahwa dia sedang mencari dataran
rendah. Jadi, dari langkah awal saja, dia sudah menunjukkan kerendahan hati.
Ketika kita menghadap TUHAN di tengah
ibadah kita di hadapan TUHAN sudah ditandai dengan kerendahan hati; dari situ
saja sudah terlihat kerendahan hati. Jangan kita datang menghadap TUHAN dengan
kecongkakan, kesombongan, merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, dan berkata; “engkau bisa, aku bisa”; kasihan, engkau belum
mengerti apa-apa kalau sudah memiliki pemikiran semacam itu, ditambah lagi
dengan berkata: “tidak usah gurui saya”. Andaikata menyadari diri berdosa, pasti tidak
ada kata-kata seperti itu, sebab kita butuh Yesus sebagai Guru.
Itulah
yang saya maksud tadi; kita ini sering mengakui bahwa Yesus adalah Guru, Roh
Kudus adalah Guru, tetapi prakteknya tidak demikian. Bagaimana, apakah saudara
murni mau menerima pemberitaan firman ini?
Lalu,
dalam kerendahan hati, dia menuju kaki Yesus. Intinya; sentral dari ibadah
pelayanan di atas muka bumi adalah kaki salib Kristus,
bukan
"ketinggian", bukan kemampuan, bukan kekayaan. Sekali lagi saya
sampaikan: Sentral dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini, sentral dari
pelayanan gembala sidang, hamba TUHAN, pelayan TUHAN, imam-imam adalah salib
Kristus, tidak yang lain.
Jangan
sampai hamba-hamba TUHAN salah kaprah di dalam melayani TUHAN. Kita menghadap
TUHAN harus dengan rendah hati, lalu sentral dari pelayanan itu tidak cukup
hanya rendah hati, tetapi sentral dari pelayanan itu adalah salib Kristus (titik
nol). Bukan hanya iota, tetapi harus
sampai titik, karena TUHAN sudah
menggenapi hukum Taurat di atas kayu salib; jadi, Dia bukan omdo (omong
doang). Dia sudah melakukannya, maka kita juga wajib untuk melakukannya.
Lalu,
saat dia datang berada di dekat kaki Yesus, berada di sentral ibadah pelayanan
(salib Kristus), ada 3 (tiga) tindakannya.:
YANG
PERTAMA: Membasahi kaki Yesus dengan air mata, kemudian
menyekanya -- membersihkannya atau menyapunya -- dengan rambutnya,
menunjukkan bahwasanya; Yesus mulia di hadapannya, dan ia sendiri hina. Sikap
itu menunjukkan bahwa di matanya Yesus mulia, dan dia menyadari diri hina.
Mahkota dari seorang perempuan adalah
rambut panjang; tetapi kalau kemuliaan itu diserahkan di kaki salib, berarti;
Yesus yang mulia, kita yang hina.
YANG
KEDUA: Perempuan itu tidak henti-hentinya mencium kaki Yesus,
sama artinya; mengakui sekaligus mengagungkan perjalanan salib. Kalau
seseorang tidak bisa mengakui dan mengagungkan
perjalanan salib, maka yang diakui adalah perjalanan-perjalanan yang lain, sibuk
mengakui perjalanan yang lain.
Saya
ini tidak sedang mencela orang terkenal, tidak; tidak sedang mencela dia
pahlawan atau pejuang bangsa, tidak. Tetapi, terlalu banyak saya lihat hamba
TUHAN mengajarkan sidang jemaat untuk melihat keberhasilan dari seseorang,
tidak mengagungkan atau tidak mengakui perjalanan Yesus, perjalanan salib, via
dolorosa; dia hanya sibuk mengagungkan perjalanan dan keberhasilan manusia
itu sendiri, terlalu sibuk di situ, padahal dia tidak tahu secara detil;
-
apakah orang berhasil ini berdusta,
-
apakah orang berhasil ini pencuri yang
mengambil miliknya TUHAN,
-
apakah orang yang berhasil ini berzinah,
-
apakah orang yang berhasil ini tidak
hormat kepada orang tua,
sebab
dia kan hanya melihat “keberhasilan”.
Saya
tidak sedang mencela pemuka-pemuka, pejabat-pejabat, tidak; saya hanya
mengatakan terlalu banyak hamba TUHAN yang menurut saya terlalu membesar-besarkan
perjalanan dari orang-orang yang berhasil di dunia ini. Tidak selamanya
keberhasilan di dunia ini berasal dari TUHAN.
Tetapi
lihatlah perempuan ini mencium kaki Yesus tidak henti-hentinya; mengagungkan
perjalanan kaki salib, mengakui via dolorosa di mulutnya, ditempelkan di
mulutnya, ditempelkan di bibirnya. Saya berharap, perjalanan kaki salib sudah menempel
di bibir kita ini, supaya jangan lagi kita sibuk berbicara keberhasilan
perjalanan hidup manusia yang tidak ada apa-apanya.
YANG
KETIGA: Meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang mahal. Dari
tindakan ini, sebetulnya dia itu penuh dengan Roh Kudus.
-
Mencium kaki Yesus, itu berbicara soal
penyembahan.
-
Membasahi kaki dengan air mata, lalu
menyekanya, itu berbicara soal; dia dipenuhkan oleh firman, oleh karena firman
penyucian.
Kita
sudah melihat ibadah dari perempuan yang terkenal berbuat dosa dan
ibadah dari orang Farisi tadi; jadi, masing-masing
mempertanggung-jawabkan ibadahnya kepada TUHAN.
Lukas 7:39
(7:39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus
melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu
Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini;
tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
Melihat adegan di mana perempuan yang
terkenal berbuat dosa sibuk dengan 3 (tiga) tindakannya, lalu orang Farisi
berbicara di dalam hatinya: "Jika Ia
ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya
ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
Dari ungkapan ini, menunjukkan bahwa orang Farisi
ini merasa
diri lebih baik, merasa diri lebih benar, merasa diri lebih suci dari perempuan
itu. Inilah orang yang tidak menyadari bahwa
di dalam dirinya banyak kekurangan; persis seperti orang muda kaya tadi yang
berkata "... apa lagi yang masih kurang?".
Selanjutnya, kita perhatikan ayat 47 ...
Lukas 7:47
(7:47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang
banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi
orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."
Yesus
berkata: “Dosanya yang banyak itu telah diampuni ...” Apa dasarnya Yesus mengatakan hal ini? “ ...
sebab ia telah banyak berbuat
kasih”. Kemudian, Yesus kembali
berkata: “Tetapi orang yang
sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” Orang yang sedikit diampuni dosanya, ciri-cirinya ialah sedikit ia
berkorban, sedikit ia berbuat kasih, sedikit ia berbuat baik.
Jadi,
jangan kita merasa lebih baik, lebih benar, lebih suci, sama seperti orang muda
kaya yang berkata: "... apa lagi yang masih kurang?" Waw, saya kaget membaca
itu. Oleh sebab itu, jangan kita mengejar-ngejar nafsu orang muda yang kaya.
Mengapa hal itu bisa terjadi; merasa diri
lebih baik, lebih benar, lebih suci dari perempuan itu?
-
Yang pertama: Karena dia
adalah orang Farisi, berarti
dikuasai oleh "ragi Farisi", yaitu kemunafikan. Munafik, berarti; di
luar dan di dalam tidak sama; di luar terlihat baik, terlihat lebih benar dan
lebih suci, tetapi di dalamnya tidak demikian.
-
Yang kedua: Dalam
ayat yang lain, ia disebut juga "Simon
si kusta". Berarti, mengalami sakit kusta. Kusta
itu seluruhnya tubuhnya putih, kelihatan putih, kelihatan bersih, tetapi kusta itu
penyakit, itulah kebenaran diri sendiri.
CIRI-CIRI
MERASA DIRI TIDAK ADA KEKURANGAN, yang kedua: Dengan
mudah berpuas diri dengan segala apa yang dia miliki dan atas apa yang telah ia
capai.
Seharusnya,
kalau diberkati, ya kita bersyukur. Kalau kita memiliki kelebihan dan
potensi, baik jasmani dan rohani, ya puji TUHAN; kalau memiliki harta
dan kekayaan, ya puji TUHAN; tidak perlu harus berpuas diri dengan
segala yang kita miliki, tidak perlu berpuas diri dengan segala apa yang kita
capai. Sebenarnya, itu yang benar.
Kita
lihat contohnya di dalam Wahyu 3,
dengan perikop: “Kepada jemaat di Laodikia”
Wahyu 3:15-17
(3:15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin
dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! (3:16) Jadi
karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan
engkau dari mulut-Ku. (3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku
telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan
karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin,
buta dan telanjang,
Aku tahu segala
pekerjaanmu ... TUHAN tahu loh apa tindakan-tindakan jemaat Laodikia di hadapan TUHAN, tindakan
ibadah pelayanan mereka di hadapan TUHAN, yaitu engkau tidak dingin dan tidak panas. Mengapa TUHAN berkata demikian?
Jemaat
di Laodikia merasa diri kaya dan tidak kekurangan
apa-apa; sebaliknya, di mata TUHAN, jemaat di Laodikia melarat, malang, miskin,
buta dan telanjang, sehingga pengikutan mereka kepada TUHAN menjadi
"suam".
Suam,
berarti; tidak panas dan tidak dingin. Dan ini sebetulnya sangat berbahaya
sekali. Gereja yang suam adalah gereja yang tidak pernah mengalami kemenangan;
tidak dingin, tidak panas = suam; tidak menang, tidak kalah, tidak pernah
mengalami kemenangan.
Orang
yang semacam ini tidak pernah prihatin di tengah ibadah dan pelayanannya; orang
semacam ini tidak rendah hati. Lihatlah gereja yang tidak berkemenangan; ia
tidak pernah "prihatin" dalam hidupnya. Mohon maaf, jangan saudara
tersinggung: Seharusnya, kalau kita menyadari kalau kita datang dari latar
belakang bukan sebagai orang yang “punya”, bukan siapa-siapa, maka seharusnya
prihatin. Tetapi karena kerohaniannya suam, tidak dingin tidak panas, ya tidak
berkemenangan; akhirnya tidak prihatin dalam hidupnya.
Saya
berharap, saudara harus semakin dewasa. Biasanya memang, semakin usia tua,
idealismenya pun semakin tumbuh; tetapi kalau di dalam TUHAN, semua dosa,
termasuk idealismenya akan hancur, rontok seketika, kalau kita mengikuti jejak
salib Kristus.
Saya
tahu, secara manusiawi, umur itu semakin "tua" semakin idealisme, semakin
kekeh dengan keakuannya, dengan egonya, tetapi itu tidak berlaku kalau
dia sungguh-sungguh memikul salib; itu hanya berlaku di luar TUHAN. Maka, berbeda
pemimpin di luar TUHAN dengan pemimpin di dalam TUHAN.
-
Kalau pemimpin di luar TUHAN adalah
pejabat tinggi, cendikiawan; itu yang disebut pemimpin.
-
Tetapi kalau di dalam TUHAN adalah yang
terbesar hendaklah menjadi sebagai yang paling muda, pemimpin adalah pelayan;
itulah kalau di dalam TUHAN sungguh-sungguh memikul salib. Kalau dia pemimpin,
pasti pelayan, sebab TUHAN Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.
Akibat berpuas diri ialah jemaat di
Laodikia ini di dalam hal mengikut TUHAN tidak dingin tidak panas, suam-suam
kuku.
CIRI-CIRI
MERASA DIRI TIDAK ADA KEKURANGAN, yang ketiga: Suka membanggakan diri atau
bermegah, persis seperti orang muda kaya tadi yang berkata: "... apa lagi yang masih kurang?"
Kita bandingkan dengan Rasul Paulus di dalam 2
Korintus 12, dengan perikop: “Paulus
menerima penglihatan dan penyataan”.
2 Korintus 12:1-2
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak
ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan
dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang
lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku
tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke
tingkat yang ketiga dari sorga.
Rasul
Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga, yang disebut juga Firdaus; kalau
dalam pelajaran Tabernakel, itu terkena pada Ruangan Maha Suci.
Pada
saat dia diangkat ke tingkat ketiga, di situlah dia menerima 2 (dua) hal dari
TUHAN:
-
Yang pertama: Penglihatan-penglihatan,
menunjukkan bahwa; ibadahnya sudah memuncak sampai doa penyembahan, menembusi
takhta Allah.
-
Yang kedua: Penyataan-penyataan,
menunjukkan bahwa; Rasul Paulus berada dalam hubungan intim, hubungan dalam
nikah yang suci. Ketika hubungan itu intim, tidak ada orang yang tahu, kecuali
orang itu dengan TUHAN.
Itulah
2 (dua) hal yang dia terima dari TUHAN ketika dia diangkat ke tingkat yang
ketiga dari sorga, atau disebut juga Firdaus. Dan itu juga merupakan suatu
kelebihan dari Rasul Paulus dari pada rasul-rasul yang lain.
Intinya:
Rasul Paulus ini adalah rasul ketiga-belas, itu pun dia diangkat menjadi rasul
pada saat setelah Yesus diangkat naik ke sorga, bukan pada saat Yesus ada di
bumi. Artinya, dia sangat spesial, dia sangat khusus, dia istimewa, kerasulannya
itu istimewa di hadapan TUHAN, dia hamba TUHAN yang spesial luar biasa. Tetapi
lihatnya, sekalipun dia spesial istimewa di hadapan TUHAN ...
2 Korintus 12:5-6
(12:5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas
diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak
bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan
kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang
menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang
mereka dengar dari padaku.
Singkat kata: Sekalipun Rasul Paulus ini memiliki
kelebihan dari rasul-rasul yang lain, namun Rasul Paulus hanya
bermegah dengan kelemahan-kelemahannya atau bermegah dengan salib Kristus.
Mengapa
demikian? Sebab bagi Rasul Paulus, bermegah atas kelebihan-kelebihan, itu adalah
perbuatan bodoh, sementara dia sudah tahu tentang kebenaran. Jadi, dia hanya
bermegah dengan kelemahan-kelemahan, bermegah dengan salib; dia tidak lagi
bermegah dengan kelebihan-kelebihan yang dia miliki, karena itu merupakan
perbuatan bodoh, sementara dia sudah mengerti firman.
Itu
sebabnya pada ayat 7, dikatakan; supaya
Rasul Paulus tetap rendah hati, atas seizin TUHAN ada duri dalam daging, yaitu
seorang utusan Iblis -- bukan utusan TUHAN --, diizinkan oleh TUHAN untuk menggocoh
dirinya, tujuannya adalah supaya dia tetap rendah hati, supaya dia tetap
bermegah dengan salib. Bermegah dengan kelemahan, berarti bermegah dengan
salib. Kelemahan di dalam tubuhnya, itu adalah duri dalam daging. Bermegah
dalam kelemahannya (duri dalam daging) = bermegah dengan salib Kristus.
Kalau
bermegah dalam "kelemahan", maka kita kuat; tetapi bermegah dengan
"kelebihan-kelebihan" yang dimiliki, orang semacam ini lemah, seujung
kuku pun tidak ada apa-apanya di mata TUHAN. Itulah perbedaan antara Rasul
Paulus dengan orang muda kaya, dan juga jemaat di Laodikia.
Kemudian,
kita kembali membaca Injil Matius 19, untuk memasuki sesi dari puncak
pemberitaan firman, puncak dari pemberitaan tentang orang muda kaya ini.
Matius 19:21
(19:21) Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak
sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu
kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Supaya
orang kaya muda itu hendak sempurna, selanjutnya Yesus berkata: “Pergilah”,
maksudnya; ada suatu tindakan yang positif di hadapan TUHAN.
Adapun
tindakan yang TUHAN mau adalah: “Juallah segala milikmu” Apa yang
paling berharga, baik harta maupun kekayaan, semuanya itu harus dijual. Apa
yang berharga di dalam diri manusia? Setahu saya adalah harga dirinya,
keakuannya, egosentrisnya, biasanya itu paling mahal di dalam diri seseorang.
Juallah segala harta milikmu.
Kita
keliru jika kita mempertahankan harta yang sifatnya sia-sia. TUHAN berkata: “Pergilah”,
berarti; harus bertindak. Apa yang harus kita tindak-lanjuti? Juallah segala
milikmu. Apa yang yang engkau miliki di dalam dirimu? Harga dirimu, jual;
keakuanmu, jual; egosentrismu, kepentingan dirimu, jual, supaya
engkau memiliki harta di sorga. TUHAN mau kirim harta sorgawi di dalam dirimu,
di dalam hatimu, lebih mahal dari harta di bumi.
Sekarang
kita harus pergi. Kalau kita sudah dengar firman TUHAN, lalu ada suatu
perintah, maka ayo pergi, bertindak; jual segala milikmu, jangan pertahankan,
itu tidak baik.
Sebetulnya,
yang dipertahankan manusia adalah kesia-kesiaan; namun anehnya, manusia lebih
suka dengan kesia-kesiaan. Tetapi malam ini, hati kita sudah diterangi oleh
TUHAN.
TUHAN
berkata: “Pergilah”. Seperti ada lagu: Dunia lalulah seg'ra dengan
keindahannya dirusakkan oleh dosa yang keji. Sangat hebat rasanya kalau
antikris raja, tapi syukur pada Yesus ku pergi. Ku pergi, ku pergi, kalau kesusahan
datang ku pergi. Sangkakala berbunyi orang saleh naik s'mua. Kalau kesusahan
datang ku pergi.
Jangan
tahan harga dirimu, lepaskan, jual harga dirimu, tepuk tangan kepada TUHAN,
buktikan malam ini, tidak cukup hanya omdo (omong doang). Jangan kita
tuntut kalau hamba TUHAN salah, dan berkata bahwa hamba TUHAN itu omdo
(omong doang), maka engkau juga tidak boleh omdo (omong doang).
Bertindaklah; jual segala milikmu.
Sesudah
semua harta kekayaan atau segala yang kita miliki kita dijual, lalu hasil
penjualannya itu berikanlah kepada orang-orang miskin.
Yesus
yang kaya rela menjadi miskin. Perhatikanlah anak-anak TUHAN yang menyangkal
diri dan memikul salibnya. Banyak orang Kristen lupa tentang kebenaran yang
hakiki; orang besar disanjung, orang kaya disanjung, tetapi orang yang miskin,
orang yang sangkal diri pikul salib, orang yang sungguh-sungguh dalam TUHAN justru
diabaikan.
Saya
harap, adik ipar saya, kalau engkau dengar firman ini, hormatilah mertuamu
lebih dari pada orang lain, sebab mertua mu menyangkal
dirinya, memikul salibnya; jangan engkau memuji-muji orang yang mungkin di
matamu kaya, tetapi orang yang kecil, miskin karena salib, justru engkau tidak
dekat dengan dia; itu adalah suatu kebodohan.
Jual,
berikan kepada orang miskin; sesudah itu, datanglah ke mari dan ikutlah
Aku. Karena kalau kita tidak jual segala milik, kita tidak bisa datang
kepada TUHAN dan ikut TUHAN.
Itu
sebabnya Yesus berkata: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di
sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku”, sebab syarat untuk
mengikut TUHAN adalah;
1.
Sangkal diri; menyangkali segala sesuatu
yang ada di dalam diri.
2.
Pikul salib; pikul semua tanggung jawab.
3.
Ikut TUHAN; di mana TUHAN ada, di situ kita
ada. Jangan lari sana, lari sini; jangan menuruti keinginan di hati sendiri.
Itulah
yang disampaikan oleh TUHAN Yesus sebagai Guru Besar, Guru Agung, kepada orang
muda kaya tadi, itulah ajaran dari Guru Besar, Guru Agung.
Matius 19:22
(19:22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu,
pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Setelah
mendengar perkataan Yesus sebagai seorang Guru Besar, Guru Agung, maka pergilah
orang muda kaya itu dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Kesimpulan
dari peristiwa ini adalah orang muda yang kaya ini tidak dapat mengasihi TUHAN
dengan segenap hatinya.
Sebenarnya,
di atas tadi kita sudah melihat bahwa orang muda kaya tersebut adalah pribadi
yang sukses secara lahiriah, kemudian dia sukses di dalam mengasihi sesama,
bahkan sukses menghormati kedua orang tuanya, namun semuanya itu menjadi
sia-sia, karena ia tidak mengasihi TUHAN, sehingga akhirnya ia pun pergi
meninggalkan kasih dari TUHAN Yesus Kristus.
Dia
sudah berhasil tadi di dalam mengasihi sesama, dia sudah berhasil di dalam
menghormati orang tuanya, tetapi semuanya menjadi sia-sia, karena ternyata dia
tidak mampu mengasihi TUHAN dengan segenap hatinya; ia pergi meninggalkan kasih
dari TUHAN Yesus Kristus setelah mendengarkan pernyataan yang benar dari Guru
Besar. Padahal di awal tadi, dia mengaku “Guru”, tetapi setelah digurui justru
tidak mau.
Jika
saudara mengakui saya adalah gembala saudara, maukah saudara memberi diri untuk
digembalakan? Jika memang saudara mau digembalakan, maka praktekkanlah, jangan
hanya di mulut saja.
Semua
menjadi sia-sia kalau seseorang tidak mengasihi TUHAN, sampai akhirnya ia pun
pergi meninggalkan kasih TUHAN Yesus Kristus. Jangan sampai sia-sia segala
sesuatu yang telah kita kerjakan di hadapan TUHAN, mengapa demikian? Karena
hatinya terpaut dengan "harta".
Kita
akan memperhatikan 1 Korintus 16:22,
ini adalah suatu pelajaran yang baik. Saya juga diingatkan oleh seorang rekan hamba
TUHAN tentang ayat ini, dan saya bersyukur. Saya dengan rendah hati mau
menerima peringatan ini.
Kita
akan memperhatikan 1 Korintus 16:22,
diawali dengan ayat 21, dengan perikop: “Salam”. Salam dari Rasul Paulus
kepada jemaat di Korintus dalam tulisan yang terakhir pada bagian yang pertama,
karena dua kali Rasul Paulus mengirimkan tulisan kepada jemaat di Korintus, itulah
yang disebut 1 Korintus dan 2 Korintus. Jadi, kita akan memperhatikan salam
dalam tulisan yang terakhir pada bagian yang pertama kepada jemaat di Korintus.
1 Korintus 16:21-22
(16:21) Dengan
tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus. (16:22) Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!
Rasul
Paulus tuliskan Firman TUHAN, kebenaran yang suci dan mulia. Kebenaran yang
hakiki, kebenaran yang sejati dilayangkan ke jemaat di Korintus, tentang apakah
secara khusus gerangan? Siapa yang
tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Sampai kapan? Maranata! = selama-lamanya
Kalau
saudara tidak juga takut dengan ini, ya silahkan saja. Jika engkau lebih
mengasihi hatimu, dagingmu, perasaanmu, lebih dari mengasihi TUHAN, maka terkutuklah
ia sampai Maranata, sampai selama-lamanya. Perhatikanlah ini dengan
sungguh-sungguh.
Jangan
saudara pikir kalau saya tidak tegur saudara, sepertinya saya tidak tahu apa
yang terjadi; tetap saya tahu apa yang terjadi, hanya saya tidak mau tegur-tegur
saja, supaya jangan dicap “tukang tegur”, padahal teguran itu bagus, sebab
siapa lagi yang menegur saudara di penggembalaan ini kalau bukan gembala?
Adakah orang lain yang menegur saudara? Itu sesuatu yang tidak mungkin.
Kalau
tidak ada teguran, nanti ujung-ujungnya “apa lagi yang kurang?” Kalau
kepada manusia kita berkata demikian, itu masih masuk akal, tetapi ini kepada
TUHAN. Tetapi lihatlah, Rasul Paulus dengan tegas berkata: Siapa yang tidak mengasihi
Tuhan, hanya mengasihi hartanya, hatinya, perasaannya, terkutuklah ia, sampai kapan? Sampai Maranata! Tidak ada lagi pengampunan
bagi dia, semua akan menjadi sia-sia.
1 Korintus 16:23-24
(16:23) Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu. (16:24) Kasihku menyertai kamu
sekalian dalam Kristus Yesus.
Sebenarnya yang kita butuhkan di tengah
ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini adalah ...
-
Kasih karunia, belas kasihan TUHAN.
-
Barulah, kasih dan perhatian seorang
gembala sidang.
Kalau
TUHAN memakai seorang gembala sidang di dalam pembukaan rahasia firman disertai
dengan kerendahan hatinya, berarti saudara sedang menikmati kasih dan perhatian
dari seorang gembala sidang. Kalau saya tidak memperhatikan dan mengasihi saudara,
saya tidak perlu belajar di kaki salib berjam-jam.
Saudara
tahu saya belajar tadi malam; tiga jam empat puluh menit, akumulasi selanjutnya
ialah satu jam empat puluh lima menit, itulah rentetan kelanjutannya supaya
saudara tahu itu; itulah perhatian saya kepada saudara. Jadi, bukan omdo
(omong doang), tetapi fakta; belajarlah supaya kaki perjalanan salib ada di
bibir ini.
Matius 19:22-23
(19:22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu,
pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. (19:23) Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga.
Sesungguhnya, sukar sekali bagi seorang
muda yang kaya, dengan kata lain; sangat sukar sekali bagi orang yang
mempertahankan harga dirinya, keakuannya, egonya, untuk masuk dalam Kerajaan
Sorga. Mengapa demikian? Karena hatinya masih
terpaut dengan harta, barang yang fana.
Matius 6:19-21
(6:19) "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di
bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta
mencurinya. (6:20) Tetapi
kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak
merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (6:21) Karena di mana hartamu
berada, di situ juga hatimu berada.
Janganlah kamu
mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri
membongkar serta mencurinya.
Setahu
saya, harta itu bukan hanya uang, tetapi ada juga benda-benda logam seperti
emas dan perak; tetapi rupa-rupanya di sini dikatakan: di bumi ngengat dan karat
merusakkannya. Artinya, harta di bumi, termasuk benda
logam, emas dan perak, sifatnya tidak kekal.
Tetapi
kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak
merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Itulah yang membawa saudara dan saya untuk hidup di dalam Kekekalan,
sifatnya kekal, tidak berubah.
Di mana harta mu berada, di situ juga hati
mu berada. Karena orang muda kaya ini
hartanya banyak, maka sedihlah hatinya dan pergi meninggalkan TUHAN.
Ibrani
10:34
(10:34) Memang
kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman
dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita,
sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih
menetap sifatnya.
Di mana harta mu berada, di situ juga hati
mu berada. Karena orang muda ini hatinya terpaut
dengan harta di dunia ini, ketika mendengarkan nasihat Firman TUHAN dari seorang
Guru Besar, hatinya sedih lalu tinggalkan TUHAN.
Tetapi
kalau harta di sorga ada di dalam hati ini, sekalipun harta di bumi dirampas,
dan hasilnya dibagi-bagikan kepada orang hukuman, hasilnya dibagi-bagikan
kepada orang yang miskin, hasilnya dibagi-bagikan kepada orang yang menyangkal
diri dan memikul salib, maka hati kita sukacita, karena kita menyadari bahwa hati
kita ini sudah dipenuhi oleh harta sorgawi yang tidak bisa dihabisi oleh
ngengat dan karat, tidak bisa dibongkar oleh pencuri, sifatnya abadi, kekal,
tidak akan berubah.
Ibrani
10:35
(10:35) Sebab itu
janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang
menantinya.
Oleh
sebab itu, jangan melepaskan kepercayaan ini, karena besar upahmu di sorga.
Yang ada ini akan berlalu, maka jangan sedih hatimu kalau engkau menjual harta
di bumi. Belajarlah untuk mengerti pekerjaan TUHAN.
PRAKTEK
untuk menjual harta di bumi:
Matius 19:24
(19:24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah
seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke
dalam Kerajaan Allah."
Yesus
berkata dengan tandas: Lebih mudah seekor unta masuk
melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Mengapa harus dibandingkan dengan unta? Karena ketika unta hendak ditunggangi, maka ia harus merendahkan
dirinya. Biarlah ketika TUHAN menunggangi kita di tengah ibadah dan pelayanan,
biarlah kita ditunggangi dalam keadaan rendah hati dan lemah lembut.
Kemudian, untuk dapat merendahkan diri, dia harus
melipat kakinya sampai 3 (tiga) kali. Biarlah kiranya kita menggunakan lutut
ini menjadi kekuatan kita di hadapan TUHAN, itulah doa penyembahan. Inilah
gambaran unta.
Jadi, saudara jangan sibuk mengikuti pelajaran unta
dari teologi-teologi yang tidak jelas, yang berkata: “Oh, di Ibrani, di Israel sana ada disebut
lubang untuk unta, jadi memang ...”,
jangan ikuti ajaran seperti itu.
Kita ikuti arti rohaninya saja: Ketika unta hendak
ditunggangi, dia harus merendahkan diri; tetapi supaya terwujud kerendahan
hati, dia harus melipat kakinya sebanyak 3 (tiga) kali lipatan, itu berbicara
soal doa penyembahan. Lutut adalah kekuatan kita; kalau tidak demikian, maka
tidak mungkin kita bisa rendah hati (kerendahan di hati tidak akan bertahan).
Jadilah kehidupan yang digambarkan seperti unta;
dari sekarang sampai Maranata, itulah doa saya sebagai gembala sidang yang
memperhatikan saudara. Haleluya... Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA
SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment