IBADAH JUMAT AGUNG, 02 APRIL 2021
Tema: “PUJILAH TUHAN, HAI SEGALA BANGSA”
Oleh
karena kemurahan hati TUHAN, malam ini kita
dimungkinkan untuk mengusahakan, mengerjakan Ibadah Jumat Agung, berarti; ibadah ini memperingati hari kematian TUHAN Yesus Kristus 2021
tahun yang lalu.
Kalau
TUHAN masih memberikan kesempatan bagi kita, berarti itu adalah kemurahan hati TUHAN bagi
kita; itu
tanda pertolongan TUHAN dinyatakan bagi kita, sejauh
mana kita mau menghargai kemurahan sebagai pertolongan TUHAN bagi kita, sehingga
ibadah ini tidak menjadi sia-sia, sebab kita tidak menjalankan ibadah ini
secara lahiriah, tidak kita jalankan secara Taurat.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, umat TUHAN yang terus
memberikan dirinya digembalakan lewat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon,
Banten, Indonesia, baik di dalam
negeri (tanah air) maupun di luar negeri, di tiap-tiap negara, TUHAN Yesus
kiranya memberkati kita semua, TUHAN Yesus melawat kita malam ini di mana pun
anda berada, dan
kiranya bahagia dan damai sejahtera memerintah di hati kita di tengah ibadah
ini.
Selanjutnya,
kita berdoa, kita memohon kemurahan TUHAN supaya kiranya firman yang dibukakan
itu betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi, sebab
TUHAN mau memulihkan kehidupan kita masing-masing.
Tema
Ibadah Jumat Agung tahun ini adalah
terambil dari Mazmur 117:1, dengan perikop: “Pujilah TUHAN, hai segala
bangsa”
Mazmur
117:1
(117:1) Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia,
hai segala suku bangsa!
Pujilah TUHAN, hai segala bangsa,
megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Pujilah TUHAN,
megahkanlah Dia, hai segala bangsa, hai segala suku bangsa.
Inilah
tuntutan TUHAN dari Mazmur 117:1
bagi kita masing-masing, bagi segala bangsa, bagi segala suku bangsa di atas
muka bumi ini.
Banyak
cara orang untuk memuji TUHAN; ada yang lewat media
sosial Instagram, Facebook, Youtube, Tik Tok, dan lain sebagainya. Banyak orang memuji TUHAN dengan caranya sendiri, dengan sikapnya
sendiri; semuanya
sah-sah saja. Manakala ada yang ulang tahun, kemudian ada ucapan selamat ulang tahun atau HBD (happy birthday), dan lain
sebagainya; itu
juga merupakan cara seseorang untuk memuji TUHAN.
Mungkin
kebetulan saya tidak terlalu pandai menggunakan media sosial untuk memuji TUHAN
dengan cara saya, tetapi manusia banyak cara untuk memuji TUHAN,
karena
karunia itu berbeda-beda. Tetapi yang pasti
adalah Pujilah TUHAN, hai segala bangsa,
megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
Terkait
dengan tuntutan TUHAN yang ditulis oleh Daud sesuai dengan
pengalamannya dari Mazmur 117:1,
juga rupanya diadopsi oleh seorang rasul yang hebat, yang luar
biasa dalam Roma 15:11, dengan
perikop: “Orang yang lemah
dan orang yang kuat”.
Orang
lemah dan orang kuat harus memuji TUHAN; orang kaya dan
orang miskin harus memuji TUHAN; pejabat,
konglomerat, cendikiawan, orang miskin melarat, juga
memuji TUHAN.
Roma
15:11
(15:11) Dan lagi: "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa,
dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia."
Apa
yang dialami oleh Daud, yang ditulis dalam Mazmur 117:1, juga diaminkan dan difollow-up oleh Rasul Paulus,
seorang hamba TUHAN yang luar biasa dipakai TUHAN,
seorang
rasul yang heran, yang diangkat ke tingkat ketiga dari Sorga, disebut
juga Firdaus. Ia juga menghimbau kepada jemaat di Asia kecil, termasuk di
benua Eropa Timur, termasuk di Eropa, itulah jemaat di
Roma, supaya mereka memuji TUHAN; "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa,
dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia." Hal
ini juga diserukan bukan saja kepada jemaat di Asia kecil, tetapi juga sampai ke Eropa,
sampai ke Italia, sampai ke Eropa Timur; juga diaminkan dan
difollow-up langsung oleh
Rasul Paulus.
Jadi,
kita harus betul-betul memuji TUHAN; yang kuat memuji
TUHAN, yang lemah memuji TUHAN, yang kaya memuji TUHAN, yang miskin memuji
TUHAN, yang cendikiawan memuji TUHAN, yang tidak mempunyai pendidikan memuji
TUHAN. Apapun kedudukan kita di atas muka bumi ini harus memuji TUHAN.
Raja
dan nabi -- mewakili Perjanjian Lama --, itulah Daud, menuntut dan
menghimbau supaya memuji TUHAN. Tetapi, satu seorang hamba TUHAN,
dia mewakili Rasul -- dari Perjanjian Baru --,
dia menghimbau hal yang sama; supaya semua
bangsa, semua suku bangsa memuji TUHAN, supaya tidak ada lagi
kesempatan untuk memuji yang lain, supaya tidak ada lagi kesempatan untuk memuji
diri, apalagi memuji daging.
Terimakasih, kalau
pengertian ini sampai kepada kita semua malam ini, baik juga sidang jemaat di
Malaysia dan di Bandung, baik di dalam dan luar
negeri yang senantiasa memberikan diri digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia.
Tetapi,
rupa-rupanya ayat 11 ini terkait dengan ayat 12.
Roma
15:11
(15:12) Dan selanjutnya kata Yesaya: "Taruk dari
pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah
bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan."
Ayat 11 dilanjutkan pada ayat 12, yaitu tentang nubuatan Yesaya -- yang merupakan
1 (satu) dari 5 (lima) nabi besar --, yaitu tentang taruk, tentang tunas dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit
untuk memerintah bangsa-bangsa. Hal ini menunjukkan
bahwasanya;
Tunas yang tumbuh dari pangkal Isai adalah Raja.
Ia akan bangkit untuk memerintah
bangsa-bangsa, menunjukkan
bahwa: Tunas Isai adalah Raja besar, Raja mulia.
Mari
kita melihat RAJA BESAR ini, yang dituliskan langsung sesuai dengan nubuatan Yesaya 11, dengan perikop: “Raja damai yang akan datang”, ini sudah dinubuatkan
oleh nabi Yesaya sendiri.
Yesaya
11:10
(11:10) Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan
berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh
suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.
Taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi
bangsa-bangsa,
sebagai Raja
yang besar bagi bangsa-bangsa, dan pada akhirnya, Dia
akan
dicari oleh suku-suku bangsa yang diam di atas muka bumi ini.
Singkat
kata: Bangsa-bangsa dan suku bangsa datang bersama-sama memuji dan
memegahkan TUHAN. Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Segala bangsa
dan segala suku bangsa datang memuji TUHAN, datang memegahkan TUHAN, sebab Dia layak
untuk diagungkan, Dia layak untuk ditinggikan, Dia Raja di atas segala raja.
Kalau
segala bangsa dan segala suku bangsa datang bersama-sama menghadap TUHAN untuk
memuji TUHAN, itu jelas menunjuk; adanya suatu
persekutuan yang baik dan indah.
Kalau
malam ini kita datang menghadap TUHAN bersama-sama untuk memuji TUHAN, datang
menghadap TUHAN bersama-sama memegahkan Dia, jelas itu
menunjuk;
adanya suatu persekutuan yang baik, itu menunjuk; adanya
suatu persekutuan
yang indah antara kita.
TUHAN
rindukan adanya suatu persekutuan. Jangan kita datang menghadap TUHAN
dengan membawa pikiran dan perasaan masing-masing, jangan; hal
itu tidak baik. Tetapi, TUHAN menghimbau, menuntut supaya
segala bangsa, segala suku bangsa datang bersama-sama memuji TUHAN, datang
bersama-sama memegahkan TUHAN, berarti; ada suatu persekutuan
yang baik, ada suatu persekutuan yang indah di antara
kita,
baik sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, baik umat TUHAN yang senantiasa
memberikan dirinya digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan
Cilegon, baik di dalam negeri maupun luar negeri, lewat
Youtube, Facebook, di mana pun
anda berada;
-
TUHAN
mendambakan suatu persekutuan yang baik.
-
TUHAN
mendambakan suatu persekutuan yang indah di antara kita.
Mengapa
hal ini bisa terjadi? Sebab TUHAN sudah mendasarinya
dengan damai sejahtera.
Mari
kita buktikan benar atau tidak; Mengapa ada persekutuan? Mengapa
tercipta
persekutuan antara satu dengan yang lain, anggota tubuh yang berbeda ada
persekutuan? Karena
di tengah-tengahnya didasari oleh damai sejahtera.
Yesaya
11:6-9
(11:6) Serigala akan tinggal bersama domba dan macan
tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan
makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
(11:7) Lembu dan beruang akan
sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa
akan makan jerami seperti lembu. (11:8)
Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak
yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. (11:9) Tidak ada yang akan berbuat
jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh
bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi
dasarnya.
Yang
pertama:
“Serigala akan tinggal bersama domba” Serigala
pekerjaannya adalah menerkam dan mencerai beraikan domba-domba, namun di sini
serigala tinggal bersama domba.
Yang
kedua:
“Macan tutul akan berbaring di samping
kambing” Pekerjaan macan tutul ialah mengejar-ngejar orang lemah (rohani kambing), tetapi lihatlah di sini;
macan tutul akan berbaring di samping kambing.
Biarlah kita datang beribadah tetapi bukan “kambing”,
kalau tidak, nanti
menjadi sasaran macan tutul; oleh sebab itu, biarlah kita semua
menjadi domba sembelihan. Tetapi
sekalipun demikian, macan tutul berbaring di samping
kambing, itulah anak TUHAN liar yang tidak tergembala.
Yang
ketiga:
“Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama”
Satu dari 3 (tiga) jenis binatang buas yang terdapat pada Daniel 7 adalah
singa, tetapi di sini kita melihat; anak lembu dan anak singa rupanya makan
rumput bersama-sama. Malam ini kita makan rumput bersama-sama, firman
penggembalaan kita nikmati malam ini bersama-sama.
“ ... Dan seorang anak
kecil akan menggiringnya.” Kalau anak lembu dan anak singa makan rumput
bersama-sama, yang menggembalakan adalah anak kecil, itulah hamba TUHAN yang
rendah hati. Kalau tidak rendah hati, tidak mungkin
anak singa dan anak lembu dapat makan bersama-sama.
Doakan, supaya
saya selalu rendah hati, supaya yang berbeda-beda suku, berbeda tabiat,
karakter, pikiran ini bisa bersatu, yang berbeda keinginan ini bisa bersatu.
Yang
keempat:
“Lembu dan beruang akan sama-sama makan
rumput” Beruang itu gambaran dari hamba TUHAN yang pura-pura lemah lembut
dan rendah hati; sudah melihat dombanya salah,
tetapi pura-pura lemah lembut dan rendah hati, itu bagaikan beruang yang menusuk
kehidupan ini, mencakar kehidupan ini sampai dirusak. Tetapi, kenyataannya lembu
dan beruang sama-sama makan rumput.
Kalau hamba TUHAN tidak mau menegur dosa (kesalahan) dari sidang
jemaat,
tetapi pura-pura lemah lembut, hamba TUHAN semacam ini bagaikan cakar beruang
yang mencakar atau merusak sidang jemaat. Jadi, jangan saudara kaget dengan
hamba TUHAN yang tegas dengan pengajaran salibnya, harusnya saudara kaget
dengan hamba TUHAN yang sudah melihat kesalahan namun tidak menegur, itu
bagaikan cakar. Tetapi rupanya, lembu dan beruang tetap bersama-sama makan
rumput.
“dan anaknya akan sama-sama berbaring …” Sampai kepada
keturunan ada damai.
Yang
kelima:
“Singa akan makan
jerami seperti lembu.”
Yang
keenam:
“Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung.”
Yang
ketujuh:
“Anak yang cerai
susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.” Anak yang disapih
(lepas susu) mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak (ular
derik).
Ular beludak terkadang tidak diketahui yang mana “kepala”
dan yang mana “ekor”, itulah orang Farisi
dan Ahli Taurat;
bingung kita,
dia ini pemimpin atau bukan. Tetapi rupanya, anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak, tidak ada apa-apa.
Kesimpulannya:
Tidak ada lagi kejahatan, tidak ada lagi perbuatan busuk di gunung TUHAN yang
kudus, berarti; ada
damai sejahtera, sehingga terciptalah persekutuan. Jadi, persekutuan ini
dasarnya adalah damai sejahtera.
-
Damai
saat datang beribadah.
-
Damai
saat datang melayani TUHAN.
-
Damai
saat membawa korban persembahan.
-
Damai
saat dengar firman.
Itulah
dasar dari persekutuan kita.
Terkait
dengan dasar ini kita melihat Yesaya 9.
Yesaya
9:5
(9:5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang
putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya,
dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Nama
lain dari taruk yang tumbuh dari pangkal Isai adalah;
1.
Penasihat Ajaib.
2.
Allah yang
Perkara.
3.
Bapa yang Kekal.
4.
Raja Damai.
Jadi,
taruk yang tumbuh dari pangkal Isai,
Dia
adalah Raja Damai.
Yesaya
9:6
(9:6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera
tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya,
karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari
sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan
hal ini.
Taruk
yang tumbuh dari pangkal Isai besar kekuasaannya, damai sejahtera tak
berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaan
Allah. Mengapa hal itu bisa terjadi? Jelas,
karena dasar dari kerajaannya ialah keadilan dan kebenaran.
Inilah
dasar takhta dari tunas yang tumbuh dari pangkal Isai, sehingga kita ada
persekutuan yang baik, ada suatu persekutuan yang indah antara
satu dengan yang lain. Jadi, sekalipun berbeda suku, berbeda kasta, berbeda
kemauan, berbeda keinginan, pemikiran dan lain
sebagainya, TUHAN sudah mempersekutukan kita malam ini, karena dasar dari
persekutuan adalah damai sejahtera, itulah keadilan dan kebenaran, yang
merupakan hasil dari salib; itu dasar yang
teguh.
Inilah
taruk dari pangkal Isai dari sisi raja Daud, sebab Yesus sendiri
memang disebut juga dengan tunas Daud, Singa dari suku
Yehuda.
Selanjutnya,
kita akan melihat taruk dari pangkal Isau dari sisi Anak Domba. Mengapa saya kaitkan kembali dari
sisi Anak Domba? Sebab sebutan Yesus ada banyak,
tetapi secara “khusus”
sebutan
ada 2 (dua), yaitu:
1.
Anak Domba yang disembelih. Lalu, pada
akhirnya nanti, Dia adalah Mempelai Laki-Laki Sorga.
2.
Singa dari suku Yehuda, supaya pada
akhirnya nanti Dia tampil sebagai Raja.
Jadi ...
-
Mengapa disebut Anak
Domba?
Penebusan
sampai dibawa menjadi mempelai TUHAN (Pesta Nikah Anak Domba).
-
Mengapa disebut
singa
dari suku Yehuda?
Supaya
berada dalam pesta nikah Anak Domba, Dia Raja
dan kita ratu, mempelai wanita.
Selanjutnya,
kita akan melihat TARUK DARI PANGKAL ISAI DARI SISI ANAK DOMBA,
di dalam Yesaya 53, dengan perikop: “Hamba TUHAN yang menderita.”
Setiap orang yang melayani TUHAN disebut hamba TUHAN. Setiap hamba TUHAN
disebut juga hamba kebenaran. Jadi,
hamba kebenaran = hamba TUHAN. Hamba TUHAN = hamba
kebenara, berarti;
sudah mengenal sengsara salib (menderita).
Seharusnya, penderitaan bagi seorang hamba TUHAN, itu
tidak asing; sengsara bagi seorang pelayan (imam), itu tidak asing. Ayo,
lepaskan perasaan masing-masing, izinkan firman itu menerangi hati, pikiran dan
perasaan manusia daging kita. Lepaskan dulu perasaan yang lain.
Yesaya
53:2-6
(53:2)
Sebagai taruk ia tumbuh di
hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan
semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak,
sehingga kita menginginkannya. (53:3)
Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan
dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga
orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk
hitungan. (53:4) Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (53:5)
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan
oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi
kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
(53:6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita
sekalian.
Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas
dari tanah kering ... Dialah Tunas Daud, Tunas
yang tumbuh dari pangkal Isai, Bapa Daud. Ia
tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, enak dipandang. Biar kaya, ganteng, cakap,
cantik, tetapi jika sombong, maka tidak enak dipandang. Apalagi kalau sudah
masuk dalam nikah, satu bulan gantengnya, cantiknya, enak dipandang mata;
tetapi selepas tiga bulan, biar gantengnya selangit, mohon maaf, “lebih parah dari
kotoran”. Kotoran bisa sekali waktu
disukai, sebagai pupuk untuk tanaman misalnya, tetapi bisa “lebih parah dari
kotoran” kalau sudah tidak disukai
lagi. Oleh sebab itu, biarlah kita rendah hati saja, low profile, humble.
Selanjutnya di sini dikatakan:
“ ... dan rupa pun tidak, sehingga kita
menginginkannya”,
kita menginginkan Dia.
Ia dihina dan dihindari orang, seorang
yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan ... Inilah hamba TUHAN, semuanya itu tidak
asing bagi hamba TUHAN ... ia sangat dihina,
sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk
hitungan ... Sekalipun kita tidak masuk
hitungan, tetapi tidak tersinggung, tidak asing bagi hamba TUHAN yang demikian.
Tetapi, sadar atau tidak
sadar, kita harus tahu bahwa sesungguhnya; penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan
kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas
Allah. Sesungguhnya, yang benar
adalah dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, pemberontakanku, pemberontakanmu, dia diremukkan oleh
karena kejahatan kita. Kemudian, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dia harus ditimpakan penderitaan. Kemudian: ... dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh, Dia juga adalah penyembuh, tabib ajaib.
Kita sekalian
sesat seperti domba ... Lihat, kesesatan kita ini banyak. Lalu di sini dikatakan: masing-masing kita
mengambil jalannya sendiri ... Sesat itu karena mengambil jalan masing-masing, melakukan sesuai dengan
kehendak hati, bukan melakukan sesuai kehendak TUHAN, maka sesatlah di tengah
jalan. Tetapi sekalipun oleh karena kejahatan dari kesesatan ini, TUHAN telah
menimpakan kepadanya, kepada taruk, kepada tunas yang tumbuh dari pangkal Isai, kejahatan kita sekalian
ditimpakan kepada Dia.
Taruk yang tumbuh dari pangkal
Isai menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Kejahatan kita ditimpakan
kepada Dia, kepada taruk yang tumbuh dari pangkal (tunggul) Isai.
Yesaya
53:7
(53:7) Dia dianiaya,
tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka
mulutnya.
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan
tidak membuka mulutnya. Ketika ditindas;
tidak ngomel, tidak bersungut-sungut, tidak menggerutu, tidak mempersalahkan kotbah
yang sifatnya menegur, tidak sungut-sungut kalau banyak korban, tidak
sungut-sungut kalau firmannya lama, tidak sungut-sungut apapun penderitaan yang
kita alami.
Baik
anak domba yang dibawa ke pembantaian maupun induk domba yang
kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya,
sama-sama tidak membuka mulutnya, tidak ngomel, tidak
sungut-sungut, tidak menggerutu, tidak mempersalahkan orang lain, tidak
mempersalahkan TUHAN, tidak mempersalahkan ibadah, tidak mempersalahkan
pelayanan, tidak mempersalahkan korban yang harus dipersiapkan, tidak
mempersalahkan pemberitaan firman walaupun lama, tidak mempersalahkan teguran
firman, tidak mempersalahkan tuntutan-tuntutan TUHAN, bahkan ironisnya tidak
mempersalahkan orang yang berbuat jahat. Kalau ibadah saja kita salahkan,
apalagi mempersalahkan orang yang salah, pasti cepat sekali orang yang seperti
itu mempersalahkan orang yang salah.
Tetapi lihatlah Dia; Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan
diri ditindas dan tidak membuka mulut-Nya, contohnya:
a.
Seperti anak domba
yang dibawa ke pembantaian.
b.
Seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya.
Singkat kata: Baik anak domba, maupun induk domba,
sama-sama tidak membuka mulutnya, tidak ngomel, tidak bersungut-sungut, tidak
menggerutu, tidak mempersalahkan siapapun, tidak mempersalahkan TUHAN, tidak
mempersalahkan ibadah dan pelayanan, tidak mempersalahkan tuntutan korban yang
harus kita persembahkan kepada TUHAN.
Inilah taruk (tunas) yang tumbuh dari pangkal Isai,
tunggul Isai, yang dikaitkan dari sisi Anak Domba. Kalau tadi di awal
kita sudah melihat dari sisi Raja, maka ada damai. Tetapi kalau dari
sisi Anak Domba, bagaimana?
Jangan kita hanya mau terima taruk yang tumbuh dari
pangkal Isai dari sisi Raja; kalau dari sisi Anak Domba,
bagaimana? Kalau enak, mau melayani TUHAN; pas giliran dituntut korban malah bersungut-sungut.
Maunya hanya dari sisi Raja Daud, tetapi bagaimana dari sisi Anak
Domba, apakah saya tetap siap melayani, apakah imam-imam tetap siap melayani,
apakah sidang jemaat tetap siap melayani? Tetapi kita terima Dia sebagai taruk
yang tumbuh dari pangkal Isai walaupun dari sisi Anak Domba. Mulai
sekarang, belajar tidak usah buka mulut, tahan panas hatimu, sebab itu adalah
bukti bahwa saya dan saudara menerima taruk yang tumbuh dari pangkal Isai
walaupun dari sisi Anak Domba.
Jangan saudara berkata “Amin” hari ini, tetapi selepas
ibadah nanti ngomel nggak juntrungan; salahkan ibadah, salahkan
pelayanan, salahkan tuntutan korban, salahkan semua, paling benar sendiri. Itulah
Marta yang tidak mau dengar-dengaran, tetapi kalau duduk diam dengar firman, itu
Maria; terus dengar firman, terus dengar nasihat, terus dengar teguran-teguran.
Biar sudah satu jam pemberitaan firman, tetapi terus; sudah dua jam, tetap
terus; itulah Maria, mulut tetap diam. Kalau hanya mengerti sibuk melayani, namun tidak dengar-dengaran, seperti Marta, maka yang terjadi adalah
mempersalahkan TUHAN dan mempersalahkan Maria (sesama).
Singkat kata: Baik anak domba, maupun induk domba
sama-sama tidak membuka mulut; saat teraniaya sama-sama tidak membuka mulut,
saat dikorbankan sama-sama tidak membuka mulut, jelas itu menunjuk kepada;
penyerahan diri Yesus sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Jadi, kalau kita berdiam diri menerima, menanggung
semuanya ini, itu menunjuk kepada penyerahan diri Yesus sepenuhnya untuk taat
kepada kehendak Allah. Kalau masih sungut-sungut, ngomel, berarti belum
ada penyerahan, belum taat kepada kehendak TUHAN. Tetapi kalau kita sudah berdiam
diri, menahan diri, menguasai diri, jelas itu menunjuk kepada; penyerahan diri
Yesus sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah. Kalau ngomel, itu
belum taat; tetapi kalau mulut diam, itu tanda penyerahan diri
sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Kalau melayani enak-enak, semua bisa; sekarang, kita
lihat dari sisi anak dombanya.
Ibrani 5:7
(5:7) Dalam
hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup
menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Yesus
(Allah menjadi manusia) mempersembahkan doa, Dia mempersembahkan
permohonan, dengan ratap tangis dalam keluhan yang hebat kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia
telah didengarkan.
Kesimpulan dari Ibrani 5:7 ini adalah suatu fakta yang
menunjukkan kepada kita bahwasanya Yesus sangat menderita di atas kayu
salib. Dalam penderitaan
yang hebat, Dia menaikkan doa, Dia menaikkan permohonan-Nya tentang kelakuan saya dan saudara, disertai keluhan-keluhan, disertai ratap
tangis yang luar biasa. Jadi, betapa hebat penderitaan yang dialami oleh Yesus di atas kayu salib, saat Dia menyerahkan diri-Nya sebagai Anak Domba,
dan bagaikan induk domba tadi.
Ibrani 5:8
(5:8) Dan sekalipun
Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar untuk menjadi
taat dari apa yang telah diderita-Nya. Ini adalah tanda penyerahan diri Yesus
sepenuhnya. Jadi, ketaatan Yesus adalah tanda penyerahan diri
sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Sebetulnya, untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan
TUHAN, bisa disebut menjadi batu sentuhan, tetapi dalam kesempatan yang
lain bisa disebut menjadi batu sandungan, tergantung dari sudut mana
kita memandangnya. Di tengah ibadah ini, saya tidak pungkiri terlalu banyak
korban yang harus kita bawa lalu kita persembahkan di atas mezbah untuk
pekerjaan TUHAN, baik tenaga, pikiran, waktu, uang, materi, apapun yang kita punya.
-
Satu sisi, salib
Kristus itu bisa menjadi batu sentuhan, menyentuh; pengorbanan Kristus
itu merasakan hati kita.
-
Tetapi satu sisi,
salib Kristus bisa menjadi batu sandungan.
Tergantung dari sudut mana kita memandangnya?
Tetapi
sebagai Anak Domba, Yesus berdiam diri sebagai
tanda penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah; Dia
sungguh menikmati salib Kristus sebagai batu sentuhan, bukan sebagai batu sandungan.
Jadi, penyerahan diri Yesus sepenuhnya itu adalah
penyerahan untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi untuk taat kepada
kepentingan manusia, kepentingan golongan atua kepentingan dirinya, tetapi
ketaatan Yesus, penyerahan diri Yesus adalah untuk taat demi kepentingan kehendak
Allah; sedikit pun tidak ada kepentingan Yesus di situ.
Mari, lebih dalam kita melihat KETAATAN ini, penyerahan
diri Yesus sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, di dalam Injil Matius 27.
Walaupun ayat ini sering kita baca, tetapi biarlah kiranya TUHAN bukakan dari
ayat yang sama.
Kita akan perhatikan Injil Matius 27, dengan perikop: “Yesus
mati”. Jadi, peristiwa sengsara salib dibagi 2 (dua) bagian, dan sekarang
kita akan langsung pada bagian kedua, waktu Yesus disalib, untuk melihat
penyerahan diri Yesus sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Matius 27:45-50
(27:45) Mulai dari
jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. (27:46)
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli,
lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring:
"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mengapa Engkau meninggalkan Aku seorang
diri menanggung bantahan ini, menanggung derita ini, menanggung kejahatan
manusia seantero dunia, tidak ada yang lain; tidak dengan harta kekayaan, tidak
dengan batangan emas, tidak dengan batangan perak, tidak dengan barang fana.
Yesus
sendiri menanggung bantahan yang begitu hebat, menanggung pemberontakan manusia
yang begitu hebat, menanggung pendurhakaan manusia yang begitu hebat; kejahatan manusia yang begitu hebat, kenajisan manusia yang begitu
hebat,
kecongkakan manusia yang begitu hebat, egoisme manusia
yang begitu hebat; Dia tanggung semuanya di atas kayu salib, tidak ada
yang lain, bukan barang fana, bukan batangan perak, bukan batangan emas, tetapi
Dia seorang diri, tidak ada yang lain. Jangan
bergantung kepada yang lain.
Matius 27:48-50
(27:47) Mendengar
itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia."
(27:48) Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga
karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada
sebatang buluh dan memberi Yesus minum. (27:49) Tetapi orang-orang lain
berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk
menyelamatkan Dia." (27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring
lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ
berkata: "Ia memanggil Elia." ... Saya katakan ini adalah golongan yang pertama.
Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil
bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada
sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Ini adalah golongan yang kedua. Orang sudah menderita tetapi kok
dikasih anggur asam. Kalau sudah pahit, berikan yang manis toh
seharusnya? Kalau kita melihat seseorang menderita, berikan dia hiburan dengan
perbuatan baikmu.
Tetapi golongan pertama dan golongan kedua ini tidak tahu
apa-apa tentang salib, juga banyak orang Kristen yang tidak tahu apa-apa. Saya
sudah benarkan di awal tadi; terserah, banyak cara orang mengekspresikan
dirinya untuk memuji TUHAN, sah-sah saja, tetapi yang benar adalah cara Firman TUHAN,
bukan hanya omdo (omong doang), bukan hanya jarkoni.
Tetapi orang-orang lain berkata -- saya katakan, ini adalah golongan ketiga -- : "Jangan, baiklah
kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia." Bukankah keliru pemikiran yang seperti ini?
Sudah tahu orang lain menderita, tetapi dibiarkan juga, tidak peduli; ini
adalah golongan yang ketiga.
Tetapi dengan kesalahan yang terjadi, baik kesalahan dari
golongan pertama, golongan kedua, golongan ketiga, lihat: Yesus berseru pula
dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Singkat kata: Penyerahan diri Yesus sepenuhnya ternyata
betul-betul untuk taat kepada kehendak Allah Bapa, bukan untuk kepentingan diri; Dia menyerahkan nyawa-Nya sepenuhnya untuk taat kepada kehendak
Allah, sekalipun
ada 3 (tiga) golongan
yang tidak memandang Anak Domba tadi.
Tadi saya sudah katakan; apakah kita datang beribadah
hanya dari sisi raja Daud? Lalu bagaimana kalau dari sisi Anak Domba?
Ada
3 (tiga) golongan
yang tidak memandang Anak Domba, GOLONGAN YANG
PERTAMA: Ayat 47, itulah golongan yang tidak mengerti pekerjaan
pendamaian, sebab di ayat 47 dikatakan: Beberapa orang yang berdiri di situ
berkata: "Ia memanggil Elia."
Padahal, Yesus, Anak Allah tidak sedang memanggil Elia;
golongan pertama ini tidak mengerti korban pendamaian yang telah dikerjakan
Anak Domba Allah di atas kayu salib. Banyak orang Kristen tidak mengerti korban
untuk pekerjaan TUHAN.
Tetapi sekalipun demikian, untuk golongan pertama ini, Ia
tetap menyerahkan diri-Nya total sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Saya juga jujur, saya harus ungkapkan malam ini, tidak
bisa saya tahan lagi: Sedih hati saya rasanya kalau melihat sidang jemaat tidak
mengerti pekerjaan TUHAN, tidak mengerti untuk korban, terlalu hitung-hitungan
dengan perbuatannya.
Sebandingkah korbanmu dengan korban TUHAN?
Siapa yang beri nafas hidupmu? Siapa yang beri kesempatan bagimu untuk berkarya
menuntut ilmu, bekerja, berbisnis, siapa? Oleh sebab itu, kosongkanlah hati dan
pikiran, izinkanlah firman ini masuk ke hidup kita.
Inilah golongan yang pertama, tetapi untuk golongan
pertama ini TUHAN tetap tanggung, sebab Dia adalah Anak Domba.
Ada
3 (tiga) golongan
yang tidak memandang Anak Domba, GOLONGAN YANG KEDUA:
Ayat 48, itulah golongan yang senantiasa berbuat keonaran dan kelaliman (anggur asam),
yang hanya tahu berbuat jahat, yang hanya tahu berbuat lalim, yang hanya tahu
berbuat onar, sesuai dengan Yesaya 5.
Ada
3 (tiga) golongan
yang tidak memandang Anak Domba, GOLONGAN YANG KETIGA:
Ayat 49, itulah
golongan yang tidak mengenal Juruselamat. Sebab, di
ayat 49 dikatakan: Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah
kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia." Golongan yang
ketiga ini tidak mengenal Juruselamat.
Apakah saudara mengenal Juruselamat? Siapa Juruselamatmu?
Itulah Anak Domba Allah yang telah disembelih.
Tetapi
sekalipun demikian, Yesus Kristus Anak Domba Allah tetap tidak membuka mulut-Nya,
walaupun ada kejanggalan dari 3 (tiga) golongan ini. Doakan saya supaya tetap sabar walaupun masih nampak 3 (tiga) golongan
ini dalam penggembalaan ini.
Yesus
Kristus Anak Domba Allah tetap tidak membuka mulut,artinya;
Yesus tetap berada dalam kedudukan yang benar, yaitu berada di dalam
tanda penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah. Ini kedudukan yang paling benar di atas muka bumi ini, tidak ada
kedudukan yang lain yang paling benar.
Yesus tetap berada pada kedudukan yang benar, yaitu ada
dalam tanda penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah; suatu kedudukan
yang paling benar, sungguh dihormati oleh TUHAN.
Berbeda dengan kedudukan secara manusia duniawi;
-
Kalau dia adalah
raja, berarti dia adalah pemimpin.
-
Kalau dia adalah
cendikiawan, berarti dia adalah pemimpin.
-
Kalau dia
berpendidikan tinggi, berarti dia adalah pemimpin.
Tetapi di dalam TUHAN tidaklah demikian. Lihatlah, bukan
hanya orang Batak, tetapi kalau seseorang kaya, maka dia akan dihormati; kalau
dia cendikiawan, maka dia akan dihormati; kalau dia adalah bangsawan, maka dia
akan dihormati. Tetapi di dalam TUHAN tidaklah demikian, itu bukanlah kedudukan
yang paling benar. Kedudukan yang benar adalah ada di dalam tanda penyerahan
diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Oleh sebab itu, sampai hari ini, sekalipun saya adalah
orang Batak, lalu ada boru Sitohang, berkata: “O, Hula-hula”, tetapi
saya jawab: Biar saja nama TUHAN Yesus “hula-hula” di atas segalanya,
tidak usah bawa moncong-moncong babi itu ke rumah. Kalau mau mengundang
saya ke rumahmua, ajaklah saya, undanglah saya untuk menyampaikan firman;
jangan ajak saya ke rumahmu untuk menyediakan moncong-moncong babi.
Sekali waktu, tahun 2013, saya diundang persekutuan di Nias,
tidak untuk menjelekkan suku Nias, tidak. Persekutuan ini diadakan di Gereja Protestan
BNKP Nias; sesudah selesai pelayanan, kami dijamu, dijadikan sebagai seorang
yang terhormat. Saudara tahu apa arti terhormat di Nias? Moncong-moncong
babi, ekor babi, dua kaki belakang, dua kaki depan disajikan di depan kami;
itulah tanda-tanda terhormat. Lalu datang salah seorang dari Tim kami, yang
bernama Grace, dia tidak bisa menahan rasa kagetnya dan “ingin muntah”
melihatnya, tetapi saya berkata: “Tahan, sebab itu adalah tanda penghormatan”.
Kalau sudah moncong sampai ekor
disajikan, itu adalah tanda terhormat; maka kita harus bersikap bijaksana. Ini
contoh saja.
Tetapi,
sebelum
Yesus “dieksekusi”
di
atas kayu salib, Ia pun sudah menghadapi 3 (tiga) pengadilan dengan mulut yang
tertutup, dengan kedudukan yang sama, kedudukan yang
terhormat.
Di dalam Injil Matius, kita akan melihat 2 (dua)
pengadilan yang dihadapi oleh Yesus, Yang Pertama: Yesus di
hadapan MAHKAMAH AGAMA.
Matius 26:57-63
(26:57) Sesudah
mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di
situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. (26:58) Dan Petrus
mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke
dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara
itu. (26:59) Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama
mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati,
(26:60) tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak
saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, (26:61) yang
mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan
membangunnya kembali dalam tiga hari." (26:62) Lalu Imam Besar itu
berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas
tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" (26:63) Tetapi Yesus
tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang
hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau
tidak."
Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya
menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan
tua-tua.
-
Ahli Taurat adalah
pribadi yang menguasai hukum Taurat.
-
Tua-tua adalah
pribadi yang sudah dituakan.
Mereka berkumpul di hadapan Imam Besar Kayafas,
pengadilan yang pertama, itulah Mahkamah Agama.
Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam
Besar ... Bagaimana dengan pengikutan kita? Apakah sama dengan
Petrus? Seharusnya, seperti pujian yang berkata: “Hanya dekat Allah saja,
aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatan” Tetapi di sini kita melihat:
Petrus ikut TUHAN dari jauh, dia jauh-jauh, karena takut korban tenaga,
pikiran, waktu, uang.
... Dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara
pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu. Tetapi anehnya,
masih tetap ada di gereja, Mahkamah Agama; tetap ada di Tabernakel, anehnya
begitu. Tetapi kita bukan orang aneh, bukan?
Imam-imam
kepala, bahkan
seluruh orang di Mahkamah Agama itu, seluruhnya mencari kesaksian
palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi
mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta.
Tetapi akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan:
"Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya
kembali dalam tiga hari." Sebetulnya, betul
apa yang dikatakan oleh Yesus ini, hanya saja mereka ini menggunakan “logika”,
akhirnya yang benar seolah-olah menjadi salah. Padahal pernyataan Yesus ini
adalah secara rohani; Yesus mati, hari ketiga bangkit, hidup kita dibaharui,
tetapi dua orang itu menyampaikan hal ini seolah-olah “Yesus salah”.
Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya:
"Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini
terhadap Engkau?" Tetapi Yesus tetap diam.
Kembali saya sampaikan: Imam-imam kepala, bahkan seluruh
orang yang ada di Mahkamah Agama, mereka semua mencari kesaksian palsu sampai pada
akhirnya tampilnya dua orang saksi dusta dengan tuduhan-tuduhan palsu mereka, namun
di sini kita melihat; Yesus
tetap berdiam diri. Dia bagaikan Anak Domba Allah yang
dibawa ke penyembelihan, bagaikan induk domba yang kelu di depan orang yang
menggunting bulunya; tetap diam. Teraniaya, tetapi Dia membiarkan diri untuk
ditindas.
Matius 26:57-63
(26:63) Tetapi Yesus
tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup,
katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." (26:64)
Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata
kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan
Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." (26:65)
Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat
Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar
hujat-Nya. (26:66) Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan
berkata: "Ia harus dihukum mati!"
Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah
yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau
tidak." Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya ... "
Sesungguhnya, di sini kita melihat, Yesus hanya membenarkan pernyataan Imam
Besar itu.
Sampai
pada akhirnya, keputusan dari Mahkamah Agama, hasilnya adalah hukuman mati, namun
Yesus tetap berdiam diri.
Bayangkan, sekalipun ada saksi dusta dengan tuduhan
palsu, mereka tidak mendapatkan kesalahan di dalam diri Yesus, bahkan hanya
karena membenarkan perkataan dari Kayafas sesuai dengan pertanyaannya, Dia pun
dipersalahkan, sampai hasil dari rapat di situ, mereka putuskan bahwa Yesus
harus dihukum mati di kayu salib.
Namun terhadap keputusan itu; sedikit pun, seujung kuku pun
Yesus tidak gentar. Jadi anak TUHAN jangan takut
dan gentar, jangan seperti Petrus yang “jauh-jauh” karena takut korban. Apakah
saudara terima Anak Domba; mau terima taruk yang tumbuh dari pangkal Isai dari
sisi Anak Domba?
Matius 26:67-68
(26:67) Lalu mereka meludahi
muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, (26:68) dan berkata:
"Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?"
Lalu
mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya ... Bayangkan, TUHAN-ku, TUHAN-mu diludahi. Bagaimana kalau anak saudara
diludahi? Mungkin sudah kertak gigi, amarah sudah sampai ubun-ubun. Lalu
bagaimana jika TUHAN-mu diludahi? Kalau seorang suami melihat isterinya
diludahi, bagaimana? Apakah saudara siap? Mungkin mulut bisa berkata “siap”,
tetapi hatinya “tidak”.
Sesudah diludahi, muka-Nya juga ditinju. Sesudah ditinju,
orang-orang
lain memukul Dia, daging-Nya (tubuh-Nya) dipukul.
Yang
paling ironis, dari Matius 26:67-68 kita melihat: Ia diperlakukan
dengan tidak manusiawi, sama sekali Yesus tidak dihargai, sebab;
-
Muka-Nya diludahi.
-
Muka-Nya ditinju. Kalau anak saya ditinju, saya memang tidak akan
melawan, tetapi saya akan tarik anak saya, lalu saya bawa ke rumah, saya hanya
bisa menangis di kaki salib supaya TUHAN memberkati yang meninju itu.
-
Orang lain memukul
badan-Nya (tubuh-Nya).
-
Lalu,
dipermainkan
dengan pertanyaan yang tidak patut dipertanyakan: “Cobalah
katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?”, Yesus diperlakukan seperti anak kecil.
Luar biasa penderitaan Yesus ini; kita sudah melihat
gambarannya, peristiwa yang pernah terjadi 2021 tahun yang lalu, namun lihatlah
dari sisi Yesus; Ia tetap berdiam diri, Ia tidak marah ketika diludai, Ia
tidak marah ketika muka-Nya ditinju, Ia tidak marah ketika orang banyak memukul badan-Nya, Ia tidak memaki-maki orang yang di Mahkamah Agama itu; Dia tetap berdiam diri.
Inilah yang sedang kami pelajari, supaya saya tidak hanya
omdo (omong doang). Biarlah kita berpihak kepada firman yang benar;
jangan bawa perasaanmu.
Seluruh hukum Taurat dieksekusi habis di atas kayu salib;
Dia bukanlah Guru yang omdo (omong doang), tetapi semuanya sudah dieksekusi.
Di dalam Injil Matius, kita akan melihat 2 (dua)
pengadilan yang dihadapi oleh Yesus, Yang Kedua:
Yesus di hadapan WALI NEGERI PILATUS.
Matius 27:11-12
(27:11) Lalu Yesus
dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya:
"Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau
sendiri mengatakannya." (27:12) Tetapi atas tuduhan yang
diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab
apa pun.
Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri
bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus:
"Engkau sendiri mengatakannya." Ini adalah sikap seorang imamat rajani; tidak perlu kita menonjolkan diri,
biarlah TUHAN yang mengakui kita.
Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan
tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apa pun. Bayangkan, Raja besar, Raja di atas segala raja, tetapi Dia hanya bisa
berdiam diri saja.
Saat Yesus dibawa ke pengadilan yang kedua, itulah
Pilatus, wali negeri, di mana imam-imam kepala, tua-tua, ahli Taurat sudah terlebih dahulu mengajukan pernyataan yang tidak beres
tentang Yesus. Lalu, Pilatus menyampaikan akan hal itu kepada Yesus, namun Yesus tidak membenarkan diri, Dia diam saja,
padahal Dia adalah Raja besar.
Kadangkala, mohon maaf, dahulu waktu saya naik jabatan di
perusahaan, sudah ingin dihormati; ini adalah pengalaman saya waktu bekerja
sebagai kontraktor di Freeport, tambang emas Jayawijaya, juga di Newmont NTB.
Kalau kedudukan itu sudah mulai “leader”, dari helper, skill 1, skill 2,
skill 3, sampai kepada leader, sudah ingin diakui. Lalu naik lagi forman,
naik lagi supervisor, sudah ingin diakui, apalagi jabatan vice
president, direktur utama, sudah ingin diakui, dihormati.
Tetapi lihatlah; Raja di atas segala raja, King of the king, tidak membenarkan diri sekalipun Dia diserahkan
dengan pernyataan yang tidak beres dari pihak imam kepala, tua-tua, ahli Taurat,
dari orang Yahudi kepada Pilatus; Dia tetap berdiam diri.
Matius 27:13-14
(27:13) Maka kata
Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan
saksi-saksi ini terhadap Engkau?" (27:14) Tetapi Ia tidak
menjawab suatu kata pun, sehingga wali negeri itu sangat heran.
Berapa
banyak, berapa besar pun tuduhan-tuduhan palsu terhadap
Yesus, tuduhan-tuduhan miring terhadap Dia, namun Ia
diam.
Imam-imam dalam melayani TUHAN, walaupun menghadapi
banyak korban tenaga, pikiran, waktu, biarlah tetap diam. Sekalipun difitnah,
kemudian ada orang yang dengki, sirik, fitnah, dengki, biarlah tetap diam.
Biarlah salib Kristus yang membenarkan.
Diam,
berarti; tanpa pembelaan diri, tidak perlu membela
diri.
Tidak perlu kita belajar pencak silat, bela diri;
warisan nenek moyang itu tidak perlu dipelajari.
Inilah
kebenaran yang sejati, inilah kebenaran yang menimbulkan
keheranan bagi dunia ini, seperti Pilatus;
dia heran sekali, seperti yang tertulis dalam ayat 14: Tetapi Ia tidak
menjawab suatu kata pun, sehingga wali negeri itu sangat heran. Kebenaran
yang semacam inilah yang membuat dunia heran.
Kalau mujizat kesembuhan terjadi, pengusiran Setan
terjadi, saya tidak heran, sebab itu adalah karunia Ilahi. Bicara berkat-berkat
di tengah ibadah, saya tidak heran, biasa saja, dan TUHAN juga karuniakan kok
karunia semacam itu waktu awal-awal pelayanan; yang sakit sembuh, pengusiran
Setan terjadi, berapa banyak yang sakit disembuhkan pada waktu penginjilan, dan
saya tidak heran dengan itu.
Sakit kista, sakit kanker kulit, yang matanya sudah
nongol keluar, rahim tertutup, macam-macam, bahkan di kandang penggembalaan ini
juga alami; sakit gatal pun sembuh, hanya dengan “dalam nama Yesus”, sebab
yang menyembuhkan adalah Yesus, bukan saya, hanya saja iman saya pun bekerja di
situ, tidak perlu dengan atraksi-atraksi dan tidak perlu heran dengan itu.
Yang membuat kita heran adalah kebenaran yang sejati;
dihujat, dimaki, menanggung banyak bantahan, namun tetap diam saja, tetap dalam
penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah. Inilah yang
seharusnya membuat kita heran; saya juga heran “kok bisa ya?” Kalau yang
sakit menjadi sembuh, hal itu tidak perlu dipertanyakan, sebab sudah pasti
TUHAN yang bekerja, dan itu bukan keheranan, itu biasa saja, sebab itu adalah
karunia Ilahi.
Matius 27:15
(27:15) Telah menjadi
kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada
tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.
Setiap
hari Raya Paskah, setiap tahun itu, sudah menjadi tradisi untuk membebaskan
satu orang tahanan di Israel pada waktu itu. Dan di
setiap negara juga ada yang namanya grasi; di Indonesia pun, kalau hari
besar, teristimewa 17 Agustus, tahanan-tahanan juga memperoleh grasi,
pengurangan hukuman. Dan di Israel pun begitu; sudah menjadi kebinasan, bahwa
setiap tahun tahanan pasti ada yang harus dibebaskan, tawanan harus dilepaskan,
itulah Paskah (pembebasan).
Tetapi, yang menjadi persoalannya di sini adalah SIAPA YANG
DIBEBASKAN?
Matius 27:16-22
(27:16) Dan pada
waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang
bernama Yesus Barabas. (27:17) Karena mereka sudah berkumpul di
sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan
bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?" (27:18)
Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki. (27:19)
Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan
kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena
Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam." (27:20) Tetapi
oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk
meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. (27:21) Wali
negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang
itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka:
"Barabas." (27:22) Kata Pilatus kepada mereka: "Jika
begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?"
Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"
Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang
terkenal kejahatannya, seorang pendurhaka,
pemberontak negara, yang bernama Yesus Barabas.
Jadi, ada 2 (dua) Yesus, yang satu adalah Yesus
Barabas, yang terkenal sebagai seorang pemberontak negara, kejahatannya luar
biasa; oleh karena kejahatan dan pemberontakan ini, dia
dipenjarakan, dia ditahan.
Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata
kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu; Yesus
yang terkenal melakukan kejahatan, itulah Yesus Barabas, atau Yesus yang disebut
Kristus, Yesus Yang Diurapi, Pemimpin Raja
Yahudi?" Ini adalah tawaran dari wali negeri kepada orang Israel
pada waktu itu.
Tetapi
ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya
mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar
itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."
Ini adalah tugas dari penopang; manakala kepala sedikit
salah, maka harus ditolong, tetapi bukan berarti isteri yang lebih kuat. Penolong
itu bukan berarti lebih kuat, ia hanya penolong saja.
Karena, banyak hamba TUHAN yang salah khotbah dengan berkata: “Siapa penolong dalam rumah tangga?” Lalu
dijawab
oleh jemaat: “Isteri.” Kemudian, hamba TUHAN itu kembali berkata: “Berarti, siapa yang lebih
kuat?” Sidang jemaat menjawab: “Isteri yang lebih kuat”. Lalu
perkataan sidang jemaat dibenarkan oleh hamba TUHAN tersebut. Sesungguhnya itu
adalah kesalahan; tetap kepala yang lebih kuat, Kristus lebih kuat. Oleh sebab
itu, Dia berdiam diri saja, tanda bahwa Dia kuat. Ngomel = Tidak kuat.
Isteri itu dari tulang rusuk. Kalau memang dia
kuat, lalu mengapa dia dilindungi oleh dua tangan? Inilah kesalahan yang banyak
dilakukan oleh rekan-rekan hamba TUHAN, karena memakai logika dalam kotbah,
melihat situasi kondisi, tidak pakai firman.
Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang
banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus Kristus dihukum mati. Kalau tidak menghormati
penolong, akhirnya keputusannya salah; Barabas yang adalah pemberontak
dibebaskan, tetapi Yesus Kristus, Pemimpin yang diurapi disalibkan. Inilah yang
terjadi kalau lebih
suka menerima hasutan daripada mendengar penolong (istri).
Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka:
"Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan
bagimu?" Kata mereka: "Barabas." Kata Pilatus kepada
mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang
disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus
disalibkan!"
Singkat kata: Orang Yahudi lebih menghendaki ...
-
Yesus yang namanya Barabas
dibebaskan; lebih menghendaki kejahatan, pemberontakan.
-
Sedangkan Yesus, yang
disebut Kristus, harus disalibkan, harus dihukum mati.
Betapa bodohnya pikiran mereka waktu itu.
Yesus Barabas, Dia seorang pemberontak yang sangat
terkenal karena kejahatan, bukan terkenal karena kesalehan dan kesuciannya; namun,
untuk ketidak-adilan itu pun Yesus tetap berdiam diri. Sekalipun orang-orang
suka yang jahat, tidak suka yang suci, namun Yesus tetap berdiam diri.
Itulah ketidak-adilan yang diterima oleh Yesus dari
orang-orang sebangsanya sendiri; namun sekalipun demikian, Ia tetap berdiam
diri.
Tadi kita langsung melihat pada bagian yang kedua, dari
jam dua belas sampai jam tiga sore. Barulah kita memasuki ketika Yesus
disalibkan, dieksekusi di atas kayu salib, pada bagian yang pertama, yaitu dari
pagi hari sampai jam dua belas.
Matius 27:27-31
(27:27) Kemudian
serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil
seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. (27:28) Mereka menanggalkan
pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. (27:29) Mereka
menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu
memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di
hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai raja orang
Yahudi!" (27:30) Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan
memukulkannya ke kepala-Nya. (27:31) Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka
menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya.
Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.
Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke
gedung pengadilan ... Serdadu-serdadu wali
negeri, itulah tentara-tentara orang Romawi; jadi, bukan orang Yahudi, berarti
dari pihak bangsa kafir.
Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan
mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Kalau Yahudi sendiri saja begitu, apalagi bangsa kafir yang tidak mengenal
TUHAN Yesus? Kadang “imam” saja tidak mengerti korban Kristus, apalagi sidang
jemaat.
Dari
pihak tentara Romawi, yang mewakili bangsa kafir, Yang pertama:
-
Mereka menanggalkan
pakaian-Nya,
-
Lalu mengenakan jubah
ungu kepada-Nya.
Dari
pihak tentara Romawi, yang mewakili bangsa kafir, Yang kedua:
-
Mereka menganyam sebuah
mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.
-
Lalu, kepada Dia
diberikan sebatang
buluh di tangan kanan-Nya.
-
Kemudian, mereka
berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olok Dia, sambil berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!"
Jadi, kedudukan-Nya sebagai Raja di atas segala raja
tidak diakui oleh bangsa kafir. Tetapi itu adalah bagi bangsa kafir, secara
manusiawi sah-sah saja, sebab memang mereka tidak kenal TUHAN Yesus, sedangkan
bangsa-Nya sendiri sudah terlebih dahulu melakuakn itu.
Dari
pihak tentara Romawi, yang mewakili bangsa kafir, Yang
ketiga:
-
Mereka meludahi Yesus.
-
Lalu mengambil buluh itu dan
memukulkannya ke kepala-Nya.
Jadi, perlakuan bangsa Yahudi sama dengan perlakuan
bangsa kafir.
-
Ludah dari pihak
bangsa Yahudi sudah diterima oleh Yesus Kristus; kemudian ludah dari bangsa kafir juga sudah diterima oleh Yesus Kristus.
-
Tinju-tinju dari
bangsa Yahudi sudah diterima oleh Yesus Kristus; kemudian tinju-tinju dari bangsa kafir juga sudah diterima oleh Yesus Kristus.
-
Olok-olok dari pihak
bangsa Yahudi sudah diterima oleh Yesus Kristus; kemudian olok-olok dari bangsa kafir juga sudah diterima oleh Yesus
Kristus.
Sempurnalah kejahatan itu ditanggung oleh Yesus Kristus
di atas kayu salib.
Dari
pihak tentara Romawi, yang mewakili bangsa kafir, Yang Keempat: Sesudah diolok-olok, tentara-tentara itu membawa Yesus keluar untuk
disalibkan.
Yesus tidak disalibkan di Yerusalem, tetapi Yesus
disalibkan di luar Yerusalem. Apa itu maksudnya bagi kita sekarang?
Saat ini sedang terdengar bunyi guruh dari langit, saya
anggap, bunyi guruh ini adalah tanda kelepasan bagi kita, sesuai dengan apa
yang dikatakan Alkitab; bunyi guruh adalah tanda kelepasan, tetapi bagi dunia, itu
adalah tanda penghukuman. Jadi, guncangan yang terjadi mengguncang dunia lewat
Covid ini sedang menghukum dunia, tetapi ini adalah kelepasan bagi anak TUHAN.
Kedatangan TUHAN sudah tidak lama lagi.
Sekarang kita akan melihat apa yang dimaksud dengan “Yesus
disalibkan di luar Yerusalem”.
Ibrani 13:11
(13:11) Karena tubuh
binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar
sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan.
Korban persembahan yang dipersembahkan kepada TUHAN,
dibakar di luar perkemahan; itu menurut hukum Taurat. Tentu hal ini ada artinya
bagi kita semua.
Demikian juga tadi Yesus dibawa keluar dari Yerusalem.
Jadi, Yesus tidak disalibkan di Yerusalem.
Ibrani 13:12
(13:12) Itu jugalah
sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan
umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.
Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu
gerbang untuk menguduskan umat-Nya, kafir dan
Israel, dengan darah-Nya sendiri.
Jadi, bukan dengan barang fana, bukan dengan batangan
perak, bukan dengan batangan emas yang menguduskan kita, tetapi dengan darah
Yesus, di luar perkemahan.
Kalau Yesus melakukannya, maka ayat 13 menghimbau kita
untuk melakukan sama seperti apa yang dilakukan oleh Yesus.
Ibrani 13:13
(13:13) Karena itu
marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.
Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya, marilah kita pergi kepada TUHAN Yesus Kristus. Dengan cara bagaimana kita
datang kepada Dia? Di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya,
lepaskan egosentrismu, lepaskan keakuanmu, supaya engkau bisa memuji TUHAN dan
datang kepada Dia.
Selama engkau pertahankan harga dirimu, selama engkau pertahankan
keakuanmu, selama engkau pertahankan kebenaran dirimu sendiri, engkau tidak
akan pernah dapat datang kepada TUHAN walaupun engkau ada di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan.
Tadi malam saya sudah pesankan: Jangan kaku melayani
pekerjaan TUHAN, jangan kaku merendahkan diri, jangan kaku bergaul, jangan kaku
mengasihi TUHAN, lepaskan harga dirimu, lepaskan keakuanmu, datanglah menghadap
TUHAN.
Berapa besar harga dari diri saudara, kok sampai
tidak bisa datang kepada TUHAN? Yang saya tahu, orang Batak harga dirinya
tinggi, tetapi kalau kita mau datang kepada TUHAN, maka lepaskan harga dirimu,
keluar dari perkemahan harga dirimu.
Matius 27:32-38
(27:32) Ketika mereka
berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang
bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. (27:33)
Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat
Tengkorak. (27:34) Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur
empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya. (27:35) Sesudah
menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang
undi. (27:38) Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang
di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya.
Ketika mereka berjalan ke luar kota Yerusalem, sebab Yesus tidak disalibkan di Yerusalem. Kita memang melayani
di Yerusalem, tetapi untuk disalibkan, keluarlah dari perkemahan, lepaskan diri
dari harga diri, lepaskan diri dari keakuan, egosentris, kebenaran diri
sendiri, supaya kita datang mengadap Dia.
Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Kadang-kadang untuk memikul salib itu harus dipaksa. Kalau sudah pelit
terhadap korban, katakan: “Sudah, korbankan saja”. Kalau seseorang sudah
pelit terhadap persepuluhan, katakan: “Jangan lupa persepuluhanmu mana?”
Kadang, orang yang tidak mengerti firman akan kaget, dan berkata: “Kok tidak
rendah hati?” Tiada ada kaitannya dengan renadh hati di sini, ini kaitannya
adalah firman. Kalau ada yang malas-malas, katakan: Mengapa kamu malas?
Mengapa kamu tidak rendah hati dalam melayani TUHAN? Terkadang harus
dipaksa. Simon Kirene yang tidak mengerti harus dipaksa, akhirnya dia mengerti,
puji TUHAN. Jadi, kalau saudara seperti dipaksa, tidak usah sungut-sungut, supaya
apa yang dialami oleh Simon Kirene juga kita alami. Yesus mau selamatkan kita.
TUHAN mau bawa kita dalam rencana Allah yang besar.
Singkat kata: Yesus disalibkan di bukit Golgota,
artinya; bukit tengkorak. Jadi, bukan di
bukit yang ada vilanya, bukan, tetapi di bukit tengkorak, di situlah Yesus
disalibkan, di tempat
yang tidak enak dipandang mata.
Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya
dengan membuang undi. Sebetulnya ayat ini
kurang komplit, dia komplit nanti di Injil Yohanes, tetapi tidak apa-apa, saya tambahkan
sedikit dari Injil Yohanes itu.
Singkat kata: Yesus ditelanjangi, tetapi supaya kita
mengalami 2 (dua) hal:
1.
Dibenarkan, itulah pakaian yang dibagi empat.
2.
Sesudah itu,
menikmati
pelayanan Imam Besar,
itulah jubah yang kita terima lewat undian (kemurahan).
Jadi, kalau kita menikmati pelayanan Imam Besar malam
ini, itu adalah kemurahan TUHAN. Kalau TUHAN mengenakan kita jubah Imam Besar,
itu adalah kemurahan.
Yesus tampil di tengah ibadah ini sebagai Imam Besar, melayani,
berdoa dan memperdamaikan dosa kita, bukan? Dia rela ditelanjangi.
Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang
di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Di dalam nats yang lain, di dalam ayat yang lain, Dia disamakan dengan
penjahat. Dia yang benar dijadikan dosa, setara dengan penjahat.
Matius 27:39-40
(27:39) Orang-orang
yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala,
(27:40) mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci
dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau
Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"
“Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau
membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak
Allah, turunlah dari salib itu!” Perkataan orang yang lewat dari situ
adalah hujatan. Jangan sampai saudara tidak percaya bahwa Yesus membangun hidup
saudara. Kalau saudara tidak percaya bahwa Yesus membangun hidup saudara, mati
dan bangkit, saudara adalah penghujat.
Matius 27:41-43
(27:41) Demikian juga
imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan
Dia dan mereka berkata: (27:42) "Orang lain
Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja
Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. (27:43) Ia menaruh
harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan
kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah."
Demikian
juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua, mereka itu adalah ahli bangunan, namun mereka mengolok-olokkan
Dia, mengolok-olok Yesus yang disalibkan. Rasul Paulus
adalah ahli bangunan juga, tetapi dia menaruh dasar yang teguh, supaya bangunan
itu rapi tersusun, supaya hidup kita rapi tersusun, kemudian diikat menjadi
satu, walaupun berbeda-beda jenis bangunannya.
“Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri
tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan
kami akan percaya kepada-Nya.” Perkataan ini
menunjukkan bahwa ahli bangunan mengolok-olok, tetapi Rasul Paulus tidak
mengolok-olok, justru dijadikan sebagai dasar yang teguh, dasar bangunan yang
bagus.
“Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah
menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata:
Aku adalah Anak Allah” Inilah olok-olok
dari ahli bangunan tadi.
Matius 27:44
(27:44) Bahkan penyamun-penyamun
yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga.
Penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia
mencela-Nya demikian juga. Penjahat yang di
sebelah kiri juga menghujat, mengolok-olok.
Jadi, sempurnalah penderitaan yang ditanggung oleh Yesus
di atas kayu salib; Dia sudah menanggung bantahan di luar perkemahan.
-
Bagian yang pertama; dari pagi sampai jam 12 (dua belas), itulah ayat 32-44.
-
Bagian yang kedua, itulah ayat 45-50.
Peristiwa salib dari pagi sampai jam dua belas, kesimpulannya:
Dari
semua sisi, dari semua kejahatan telah Ia tanggung di kayu salib, namun Ia
tetap berdiam diri.
Selanjutnya, kita akan melihat sesi terakhir: CIRI-CIRI BERDIAM
DIRI. Berdiam diri itu jangan berdiam diri seperti orang yang
musuhan, tetapi marilah kita lihat berdiam diri yang benar, di dalam Yesaya 53.
Kita perhatikan sesi terakhir ini, supaya kita nanti menikmati tubuh dan darah Yesus,
kita sembah Dia yang sudah menanggung bantahan yang begitu hebat tadi.
Mari kita perhatikan CIRI-CIRI BERDIAM DIRI.
Yesaya 53:2-3
(53:2) Sebagai taruk
ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak
tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa
pun tidak, sehingga kita menginginkannya. (53:3) Ia dihina
dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang
biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang
menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai
tunas dari tanah kering. Taruk yang tumbuh
dari tunas Isai, dari sisi Anak Domba Allah.
Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga
kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia
dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa
menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap
dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Berarti, manusia lahiriahnya sudah merosot.
Inilah ciri-ciri orang yang berdiam diri; manusia jasmaninya
sudah merosot, manusia lahiriah Yesus Kristus sudah merosot. Ia tidak tampan,
Ia tidak semarak, dihina, dihindari, orang tutup mata, tidak diakui, tidak
masuk hitung = merosot lahiriahnya.
Biasanya,
orang-orang ingin diakui lahiriahnya, ingin diakui sebagai seorang cendikiawan berpendidikan tinggi, ingin diapresiasi
keberadaannya, kelebihannya, kebolehannya, apapun yang dia
miliki ingin diakui, biasanya begitu; tetapi ini
menunjukkan belum
merosot.
Namun di sini kita melihat; lahiriahnya sudah betul-betul
merosot, tetapi Dia tidak peduli. Mari kita bandingkan dengan pengalaman Rasul
Paulus di dalam 2 Korintus 4. Luar biasa loh baiknya TUHAN kepada
kita.
2 Korintus 4:16
(4:16) Sebab itu
kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot,
namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia
lahiriah kami semakin merosot ... Sekalipun manusia
lahiriah dari Rasul Paulus merosot, namun ia tidak tawar hati, tidak malu
kepada orang lain. Walaupun dihina, tidak diakui, orang tutup muka,
keberadaannya tidak diakui, lahiriahnya merosot, namun tidak malu, tidak
tawar hati.
... Namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari
ke sehari. Biasanya, kalau seseorang membiarkan lahiriahnya merosot, itu
adalah tanda manusia rohaninya, manusia batiniahnya sudah dibaharui dari sehari
ke sehari. Sebaliknya, kalau lahiriahnya naik, batiniahnya merosot; tetapi
kalau batiniahnya naik, lahiriahnya merosot.
Kalau kaya ya puji TUHAN. Jadi, yang mempunyai
tetapi seolah-olah tidak mempunyai; ini seringkali kami bicarakan dengan Bapak
Pendeta Mamahit. Jadi, lahiriahnya merosot, itu adalah tanda bahwa batiniahnya
dibaharui; inilah ciri-ciri seseorang berdiam diri. Berarti, dia sudah
mengalami pembaharuan manusia batiniah; dari sehari ke sehari dibaharui.
2 Korintus 4:17
(4:17) Sebab
penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal
yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
Berarti, Rasul Paulus ini memiliki tingkat
kesadaran rohani yang sangat tinggi; dia tidak
peduli sekalipun menderita, asal ia mendapat bagian
dalam kemuliaan kekal.
2 Korintus 4:18
(4:18) Sebab kami
tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena
yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Bagi
Rasul Paulus, yang terpenting adalah yang tak kelihatan, itulah kerajaan
sorgawi, Yerusalem baru. Kalau yang lahiriah ini bagi
dia tidaklah penting, sebab yang kelihatan ini sifatnya sementara. Harta,
kekayaan, uang banyak, materi, kedudukan, jabatan tinggi, sifatnya sementara.
Berarti,
Rasul Paulus memiliki pandangan rohani, pandangan
nubuatan, pandangan yang
jauh ke depan, memiliki pandangan yang penuh dengan kemuliaan; sebab dia sadar bahwa yang ada ini akan berlalu, dia tidak peduli.
Sebentar kita akan menyembah TUHAN, kita melihat semua
kejahatan kita di kayu salib. Lihatlah ciri-ciri orang yang berdiam diri itu;
lahiriahnya sudah merosot. Kalau ada Pajero ya puji TUHAN, tidak perlu
bangga, tetapi banggalah memiliki TUHAN Yesus. Kalau jadi pengusaha ya puji
TUHAN, tidak perlu harus disombongkan.
Saya pun demikian, di mana-mana saya tidak mau ada orang yang tau kedudukan saya, tetapi tiba-tiba orang yang tahu. Kalau saya ke bengkel,
orang pasti tahu: Bapak ini kalau tidak dosen, atau guru, atau pendeta. Padahal
saya sudah buat nyempil-nyempil, tetapi orang tetap tahu; saya heran
juga dari mana mereka bisa tahu, saya tidak mengerti itu.
Hal ini juga dialami oleh Daud sesuai dengan Mazmur 22.
Mazmur 22:7-8
(22:7) Tetapi aku
ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang
banyak. (22:8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan
bibirnya, menggelengkan kepalanya:
Tetapi aku ini ulat ... Inilah perkataan Daud, padahal dia adalah raja. Raja besar, raja yang
dipilih TUHAN berkata: “Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi
manusia, dihina oleh orang banyak.” Inilah raja menurut pilihan TUHAN,
bukan pilihan Israel.
Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka
mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya ... Artinya, hidupnya tidak masuk akal, seperti orang-orang yang menyalibkan
Yesus; bagi mereka, Yesus tidaklah masuk akal.
Lihatlah orang yang berdiam diri, menyerahkan diri
sepenuhnya kepada TUHAN.
Mazmur 22:9
(22:9) "Ia menyerah
kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya!
Bukankah Dia berkenan kepadanya?"
Ia
menyerah kepada TUHAN ... Hidup di dalam tanda penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada
kehendak Allah, itulah Daud, raja menurut pilihan TUHAN. Daud selanjutnya
berkata: “biarlah
Dia yang meluputkannya” Salib Kristus yang
membenarkan kita. Kalau TUHAN di pihak kita, siapa yang menjadi lawan kita?
Biarlah Dia yang melepaskannya! Biarlah salib
Kristus yang tolong dan melepaskan kita
dari segala pergumulan; ini adalah penyerahan diri
untuk taat kepada kehendak Allah.
Bukankah
Dia berkenan kepadanya? Allah berkenan
kepada mereka yang berdiam diri; Allah tidak berkenan kepada orang yang
congkak, sombong, angkuh, merasa diri hebat, merasa punya uang, harta, kekayaan, dan lain sebagainya. Tetapi TUHAN berkenan
kepada mereka yang berdiam diri; lahiriah merosot,
tetapi batiniahnya sudah dibaharui dari sehari ke sehari, menjadi manusia batiniah.
Mazmur 22:10
(22:10) Ya, Engkau yang mengeluarkan
aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku.
Lalu Daud berkata dan mengakuinya secara terang-terangan
kepada TUHAN, dalam 2 (dua) hal, Yang pertama: “Ya, Engkau yang
mengeluarkan aku dari kandungan”
Ini sama dengan; kehidupan yang rohaninya sudah terbentuk. Kerohanian yang sudah dibentuk, manusia batiniah sudah dibaharui ...
-
Bagi dia, ketika
dicaci maki; tidak asing.
-
Bagi dia, ketika
menderita; tidak asing.
-
Ketika dia tidak diakui;
tidak asing.
-
Ketika dia
kekurangan; tidak asing.
-
Ketika dia diolok-olok;
tidak asing.
-
Ketika orang lain
tutup mata terhadap dia; tidak asing.
Sengsara salib, korban Kristus, menderita aniaya,
lahiriah merosot, itu semua tidak asing bagi dia, karena rohaninya sudah terbentuk.
Bukankah enak kalau TUHAN luruskan kita? Maka, keluarlah
dari perkemahan itu. Kalau mau datang kepada TUHAN, tinggalkan keakuanmu itu.
Bagaimana lagi TUHAN mau bicara kepada kita? Keluarlah dari harga dirimu,
supaya engkau bisa datang kepada TUHAN, sehingga penderitaan itu tidak asing
lagi bagimu, kesusahan itu tidak asing, ketika dicaci maki tidak asing bagimu,
sudah biasa, tetap diam, jangan bawa berita yang tidak baik kepada orang lain.
Daud berkata dan mengakuinya secara terang-terangan
kepada TUHAN, dalam 2 (dua) hal, Yang Kedua: “Engkau yang
membuat aku aman pada dada ibuku”
Bagaikan seorang
anak bayi; dia mendambakan air susu ibunya, dia mendambakan
persekutuan yang indah dengan TUHAN, dia mendambakan
menjadi suatu kehidupan yang tergembala, menikmati pembukaan Firman Allah.
Mohon maaf, payudara dari seorang ibu (buah dada), itulah gambaran
dari dua loh batu, itulah gambaran dari sepuluh
hukum Taurat, intinya hanyalah kasih, itulah yang didambakan oleh Daud dari
TUHAN, dia tidak butuh yang lain lagi.
“Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku”, dia tidak butuh yang lain. Apa yang saudara butuhkan
saudara? Apakah uangmu, gelar tinggimu? Apakah kasih Allah? Pilih mana? Tetapi
Daud berkata: “Engkau
yang membuat aku aman pada dada ibuku”, dia aman di dalam kasih Allah. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment