IBADAH PENDALAMAN
ALKITAB, 11 JANUARI 2013
Subtema: MENDIRIKAN
RUMAH DI ATAS BATU ADALAH ORANG YANG BIJAKSANA
Shalom!
Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Segera kita memperhatikan Maleakhi 2: 6.
Maleakhi 2: 6
(2:6) Pengajaran
yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat
pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan
banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.
Allah menyatakan 3 hal yang menjadi kelebihan dari
orang-orang Lewi kepada para imam-imam yang melayani di Tabernakel, yaitu;
I.
Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya.
II.
Kecurangan
tidak terdapat pada bibirnya.
III.
Dalam
damai sejahtera dan kejujuran, orang-orang Lewi mengikuti
Tuhan.
Kita masih memperhatikan bagian yang pertama.
Keterangan:
I.
PENGAJARAN YANG BENAR ADA DALAM MULUTNYA.
Dikaitkan dengan; pelayanan Yesus Kristus.
Matius 7: 28
(7:28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah
orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya.
Berarti; di dalam mulut Yesus Kristus terdapat pengajaran
yang benar, sehingga ketika Yesus menyampaikan pengajaran itu, orang banyak
yang mendengar menjadi takjub dan terkesan.
Memang, kalau kita mendengarkan pengajaran mempelai dalam
terangnya tabernakel, itulah firman pengajaran yang rahasianya dibukakan,
membuat kita menjadi takjub dan terkesan, sebab apabila firman-firman Tuhan
tersingkap, maka segala sesuatu yang terselubung dalam hati akan tersingkap,
itulah yang membuat kita menjadi takjub dan terkesan.
Adapun pengajaran-pengajaran itu, antara lain;
1.
Hal penghakiman (Matius 7: 1-5).
2.
Hal yang
kudus dan berharga (Matius 7: 6).
3.
Hal pengabulan doa (Matius 7:
7-11).
4.
Jalan yang benar (Matius 7:
12-14).
5.
Hal pengajaran yang sesat (Matius
7: 15-23).
6.
Dua macam dasar (Matius 7: 24-27).
Itulah pengajaran-pengajaran yang disampaikan oleh Yesus
Kristus kepada orang banyak.
Sekarang kita memperhatikan pengajaran yang keenam;
DUA MACAM DASAR
Mari kita perhatikan Matius 27: 24-27, namun kita membaca
ayat 24-25 saja.
Matius 7: 24-25
(7:24) "Setiap
orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang
yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
(7:25) Kemudian
turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah
itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Mendirikan rumah di atas DASAR BATU, inilah dasar
bangunan yang pertama, sedangkan dasar bangunan yang kedua adalah pasir.
Kita masih
memperhatikan DASAR YANG PERTAMA: MENDIRIKAN
RUMAH DI ATAS BATU.
1 Korintus 3:
11
(3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan
dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus
Kristus.
Dasar dari
tiap-tiap bangunan, itulah pribadi Yesus Kristus / pribadi Yesus yang telah disalibkan
= Korban Kristus, itulah dasar dari tiap-tiap bangunan yang telah diletakkan.
1 Korintus 3:
10-11
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang
dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah
meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap
orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
(3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat
meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus
Kristus.
Tidak ada
seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah
diletakkan, yaitu Yesus Kristus.
Jadi,
satu-satunya dasar yang benar adalah Yesus Kristus, tidak ada dasar yang lain.
Lukas 21: 6
(21:6) "Apa yang kamu lihat di situ -- akan
datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas
batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
Jadi,
betul-betul kita perhatikan dari pembacaan ini; tidak ada dasar yang lain,
selain dasar yang telah diletakkan itulah Yesus Kristus / Korban Kristus.
Di sini
dikatakan: “Akan datang harinya di mana
tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain;
semuanya akan diruntuhkan”
Kalau ada
bangunan yang dibangun di atas dasar yang lain, suatu hari nanti akan
diruntuhkan, tidak dibiarkan terletak di atas batu yang lain.
Mari kita
lihat: BATU YANG LAIN.
1 Petrus 2: 7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal,
tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu
sentuhan dan suatu batu sandungan."
Bagi yang tidak
percaya (tukang-tukang bangunan), batu penjuru yang mahal menjadi batu yang lain,
yaitu BATU SENTUHAN dan BATU SANDUNGAN.
-
BATU SENTUHAN, berarti;
menyentuh bahkan menyakiti hati.
1 Korintus 1: 22-23
(1:22) Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
(1:23) tetapi kami
memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
Dalam pengikutan mereka, orang-orang Yahudi hanya menghendaki sebatas TANDA,
sedangkan orang-orang Yunani mencari HIKMAT, namun dengan tegas Rasul Paulus
menyatakan bahwa: kami memberitakan Kristus yang disalibkan.
Pemberitaan firman tentang salib Kristus, bagi orang-orang Yunani adalah
suatu kebodohan, sebab dasar mereka datang kepada Tuhan, hanya sebatas MENCARI
HIKMAT dan pengetahuan, sehingga pemberitaan firman tentang salib Kristus,
begitu menyentuh dan menyakiti hati / perasaan mereka.
Kalau hanya sebatas mencari hikmat / pengetahuan = ahli-ahli Taurat;
mengerti firman Tuhan tetapi tidak melakukannya.
Sesungguhnya yang benar, Yesus adalah batu penjuru, batu yang mahal.
Oleh sebab itu kalau kita menerima pemberitaan firman tentang salib Kristus,
sifatnya mengoreksi dan menyucikan dosa, itu bukan suatu kebodohan, bukan
menyakiti hati, bukan melukai hati.
-
BATU SANDUNGAN,
berarti tersandung karena tidak hidup di dalamnya.
1 Korintus 1: 22-23
(1:22) Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
(1:23) tetapi kami
memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu
batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
Pemberitaan firman tentang salib Kristus, untuk orang-orang Yahudi adalah
suatu batu sandungan karena dasar mereka datang kepada Tuhan hanya MENGHENDAKI
TANDA-TANDA HERAN, tanda-tanda ajaib / hanya sebatas mujizat-mujizat semata.
Memang, kalau anak-anak Tuhan beribadah melayani Tuhan hanya sebatas
menghendaki tanda-tanda mujizat saja, pemberitaan firman tentang salib Kristus
menjadi batu sandungan bagi mereka; mengerti tetap tidak mau dikoreksi,
mengerti tetapi tidak mau disucikan, sehingga pemberitaan firman itu menjadi
sandungan bagi mereka.
Sekalipun
bangunan itu terlihat mewah, tetapi kalau bangunan itu dibangun di atas dasar
yang lain, suatu kali kelak harus diruntuhkan, sebab Tuhan tidak akan
membiarkan suatu bangunan terletak di atas dasar / batu yang lain.
Oleh sebab itu,
yang benar adalah rumah didirikan di atas batu penjuru.
Efesus 2: 20-21
(2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para
nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
(2:21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi
tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
Yesus Kristus
adalah batu penjuru.
Kalau rumah dibangun di atas batu penjuru,
yang terjadi / yang terlihat ada 3 hal:
YANG PERTAMA: DI DALAM DIA TUMBUH SELURUH BANGUNAN.
Tumbuh,
berarti; bangunan yang hidup.
Kita perhatikan
bangunan yang hidup.
1 Petrus 2: 5
(2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu
hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus,
untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan
kepada Allah.
Batu yang hidup dipergunakan untuk;
1.
PEMBANGUNAN SUATU
RUMAH ROHANI
Rumah rohani = manusia rohani.
Mari kita lihat; manusia rohani.
Wahyu 4: 6
(4:6) Dan di hadapan
takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di
sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan
di sebelah belakang.
Di tengah-tengah takhta itu dan di sekeliling takhta itu ada empat makhluk
penuh dengan mata.
Dalam Matius 6: 22, dikatakan: “Mata
adalah pelita”, sedangkan dalam kitab Mazmur 119: 105, dikatakan: “Firman adalah pelita.”
Berarti, kalau empat makhluk itu penuh dengan mata, arti rohaninya adalah
KEHIDUPAN YANG DITERANGI OLEH FIRMAN TUHAN, itulah keberadaan empat makhluk
tersebut.
Wahyu 4: 6
(4:6) Dan di hadapan
takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di
sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di
sebelah belakang.
Kemudian, mata itu berada di;
-
MATA DI SEBELAH
BELAKANG, arti rohaninya untuk kita sekarang adalah masa lalu / dosa masa lalu telah
diterangi oleh firman Tuhan.
Dosa masa lalu itu harus diterangi, sebab dosa masa lalu itu digambarkan
seperti si pendendam. Sebelum dendam itu terbalaskan, maka dosa masa lalu akan
terus mengejar.
Tetapi kalau dosa masa lalu sudah diterangi oleh firman Tuhan, maka dosa
masa lalu tidak terulang kembali.
- MATA DI SEBELAH
MUKA, arti rohaninya untuk kita sekarang adalah perjalanan rohani ke depan
diterangi oleh firman Tuhan.
Kesimpulannya: kalau dosa masa lalu diterangi, maka ke depan akan diterangi
oleh firman Tuhan, sehingga segala sesuatu yang menjadi sandungan akan
terlewati = masa depan yang terang.
Lebih jauh kita lihat mengenai empat makhluk tersebut.
Wahyu 4: 8
(4:8) Dan keempat
makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah
dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru
siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang
sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Empat makhluk itu masing-masing bersayap enam, enam sayap tersebut menutupi
seluruh tubuh.
Arti rohaninya adalah; daging dengan tabiat-tabiatnya tidak terlihat lagi =
manusia rohani.
Kalau tidak terlihat lagi tabiat daging / daging segala hawa nafsu dan
keinginannya tidak terlihat, disebut manusia rohani.
Kemudian empat makhluk itu penuh dengan mata di dalamnya = di dalamnya
telah diterangi oleh firman Tuhan.
Berarti; manusia rohani penuh dengan firman Tuhan.
Ciri-ciri manusia
rohani.
Wahyu 4: 8
(4:8) Dan keempat
makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya
penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang
dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang
sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Tidak berhenti-hentinya empat makhluk ini berseru siang dan malam = siang
dan malam berseru-seru memuji Tuhan = menguduskan nama Tuhan.
Itulah ciri-ciri manusia rohani; tidak berhenti-henti berseru-seru siang
dan malam.
Biarlah kiranya kita senantiasa berseru-seru memuji Tuhan siang dan malam
di manapun kita berada.
Batu yang hidup dipergunakan untuk;
2.
PEMBANGUNAN
BAGI SUATU IMAMAT KUDUS.
Imamat kudus, berarti; melayani Tuhan di dalam kesucian / kekudusan untuk
mempersembahkan persembahan rohani.
Persembahan = menyembah.
Wahyu 4: 4
(4:4) Dan sekeliling
takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk
dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di
kepala mereka.
Di sekeliling takhta itu (takhta Anak Domba), ada 24 takhta; di atas 24
takhta itu duduk 24 tua-tua.
Wahyu 4: 9-10
(4:9) Dan setiap kali
makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur
kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,
(4:10) maka tersungkurlah
kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu,
dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka
melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:
Setiap kali 4 makhluk itu mempersembahkan puji-pujian dan hormat dan ucapan
syukur kepada Dia yang duduk di atas takhta itu, 24 tua-tua dengan segera
tersungkur di hadapan takhta Anak Domba, mereka menyembah Dia sampai
selama-lamanya.
Jadi saudaraku, ini yang harus kita perhatikan; kalau rumah itu didirikan /
dibangun di atas batu, maka bangunan itu akan tumbuh, tumbuh berarti menjadi
bangunan yang hidup.
Kalau ia menjadi bangunan yang hidup, maka ia dipergunakan untuk
pembangunan bagi suatu imamat kudus untuk mempersembahkan persembahan, sama
seperti 24 tua-tua duduk di atas takhta-takhtanya mengelilingi takhta Anak
domba. Siang malam mereka melayani Tuhan, selain melayani Tuhan, setiap kali 4
makhluk itu berseru, 24 tua-tua segera tersungkur, sujud menyembah di hadapan
takhta Anak Domba Allah. Inilah persembahan rohani yang dipersembahkan seorang
pelayan bila melayani Tuhan dalam kesucian.
Kalau rumah dibangun di atas batu penjuru,
yang terjadi / yang terlihat ada 3 hal:
YANG KEDUA: RAPI TERSUSUN.
Mulai dari
perkataan rapi tersusun, sikap rapi tersusun, tingkah laku rapi tersusun, cara
berpikir rapi tersusun, sudut pandang rapi tersusun, gerak-gerik rapi tersusun,
terlebih di tengah-tengah ibadah pelayanan harus rapi tersusun, saat mendengar
firman Tuhan harus rapi tersusun, jangan asal-asalan.
Kalau tidak mau
dibangun di atas dasar batu penjuru, lalu siapa yang membangun saudara? Sampai
kapan saudara dibangun di atas dasar yang lain? sampai Tuhan datang? Itu adalah
suatu kebodohan.
Kalau rumah dibangun di atas batu penjuru,
yang terjadi / yang terlihat ada 3 hal:
YANG KETIGA: MENJADI BAIT ALLAH YANG KUDUS.
Artinya; hidup
dalam kesucian, segala sesuatunya suci.
Kalau kita
berbicara HIDUP SUCI, dalam POLA TABERNAKEL, terkena dengan RUANGAN SUCI.
Di dalam ruangan
suci terdapat 3 macam alat:
-
MEJA ROTI
SAJIAN, berarti; disucikan oleh firman Tuhan = oknum Allah Anak = Yesus
-
PELITA EMAS,
berarti; disucikan oleh kuasa Roh-El Kudus = oknum Allah Roh Kudus = Kristus.
-
MEZBAH DUPA,
berarti; disucikan oleh kasih Allah, lewat doa penyembahan = oknum dari Allah
Bapa = Tuhan.
Saudaraku, ada
baiknya bait suci itu disucikan oleh firman Tuhan, Roh Kudus dan kasih Allah,
kalau tidak, nanti roh jahat akan menguasai. Sekalipun rumah itu terlihat rapi
tersusun dan bersih, tetapi kalau di dalamnya tidak ada 3 oknum Allah, maka roh
jahat akan masuk kembali (Matius 12: 44-45).
Efesus 2: 22
(2:22) Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi
tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Dengan
demikian, kita menjadi rumah Tuhan, tempat Roh Allah berdiam.
Pertanyannya: SIAPAKAH ORANG YANG MENDIRIKAN RUMAH DI
ATAS BATU?
Matius 7: 24
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini
dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan
rumahnya di atas batu.
Jawabnya
adalah: ORANG YANG BIJAKSANA.
1 Korintus 10: 13-15
(10:13) Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah
pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab
Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke
luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah
penyembahan berhala!
(10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang
bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
Orang yang
bijaksana memperhatikan 2 hal:
1.
SADAR BAHWA
PENCOBAAN-PENCOBAAN ITU DATANG ATAS SEIJIN TUHAN, SEBAGAI UJIAN TERHADAP IMAN
SESEORANG.
Iman itu memang harus diuji, supaya iman naik ke level yang lebih tinggi.
Kalau iman itu tidak diuji, maka iman itu tidak teruji dan tidak akan naik untuk
level yang lebih tinggi lagi.
Sesungguhnya,
-
Pencobaan itu
tidak melebihi dari kekuatan manusia.
Tuhan tidak mengijinkan pencobaan datang melebihi dari kemampuan manusia.
-
Pencobaan itu
selalu ada jalan keluarnya.
Setiap ada pencobaan, selalu ada jalan keluarnya bagi yang mengasihi Tuhan.
Markus 12: 30-34
(12:30) Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap
kekuatanmu.
(12:31) Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada
kedua hukum ini."
(12:32) Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat
sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang
lain kecuali Dia.
(12:34) Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang
itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan
Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Kalau kita tetap tinggal di dalam kasih, maka kita akan dibenarkan seperti
ahli Taurat yang bijaksana ini.
Tinggal di dalam kasih berarti mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan,
juga mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Selalu ada jalan keluar asal saja kita tinggal dalam kasih Allah, seperti
ahli Taurat tinggal dalam kasih Allah.
Apa buktinya ia tinggal dalam kasih Allah? ia membenarkan apa yang
dikatakan Yesus mengenai kasih.
2.
MENJAUHKAN DIRI
DARI PENYEMBAHAN BERHALA.
= terlepas dari segala ikatan-ikatan.
Kalau seseorang masih terikat dengan suatu perkara, itu disebut juga
penyembahan berhala.
Berhala adalah segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan.
2 Korintus 6: 16
(6:16) Apakah
hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang
hidup menurut firman Allah ini:
"Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Kalau terlepas dari penyembahan berhala, maka ia menjadi rumah Tuhan,
tempat Roh Allah berdiam, sebab memang tidak ada hubungannya antara Bait Allah
dengan berhala.
Kalau seseorang masih tetap menyembah berhala, ia bukan Bait Allah bukan
tempat Roh Allah berdiam, melainkan menjadi tempatnya roh-roh yang lain.
Memang ini harus, karena kita sudah datang kepada batu yang mahal itu, kita
percaya kepada batu yang mahal, yang dipilih oleh Allah, itulah batu penjuru.
Kiranya kita dibangun menjadi Bait Suci Allah.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment