Tema: BERKAT
TUHAN PANGKAL SELAMAT
(Seri
04)
Subtema: MENDIRIKAN RUMAH DI ATAS PASIR ADALAH BANGUNAN YANG
SIA-SIA
Shalom!
Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam nama Tuhan
Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya kita boleh berada dalam rumah
Tuhan, beribadah dan melayani Tuhan.
Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah
Raya Minggu, dari Mazmur 127: 1-5, namun kita cukup membaca ayat ayat 1-2 saja.
Mazmur 127: 1-2
(127:1) Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN
yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau
bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
(127:2) Sia-sialah
kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti
yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang
dicintai-Nya pada waktu tidur.
Ada 3 hal yang mendatangkan kesia-siaan di atas muka bumi ini:
- YANG PERTAMA: Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.
- YANG KEDUA: Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
- YANG KETIGA: Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah.
Itulah 3 hal yang mendatangkan kesia-siaan di atas muka bumi ini.
Kita masih tetap memperhatikan kesia-siaan yang pertama,
yaitu;
JIKALAU
BUKAN TUHAN YANG MEMBANGUN RUMAH, SIA-SIALAH USAHA ORANG YANG MEMBANGUNNYA.
Kita perhatikan ...
Matius 7: 26-27
(7:26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak
melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas
pasir.
(7:27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda
rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Ada 2 macam
dasar;
-
Dasar yang
pertama: MENDIRIKAN RUMAH DI ATAS BATU (Matius 7: 24-25)
-
Dasar yang
kedua: MENDIRIKAN RUMAH DI ATAS PASIR (Matius 7: 26-27)
Berarti; pasir adalah dasar bangunan yang kedua.
Kita perhatikan
dasar yang kedua: MENDIRIKAN RUMAH DI
ATAS PASIR
Kejadian 22: 17
(22:17) maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah
dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti
pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
Seperti pasir
di tepi laut, itulah nanti keturunan dari Abraham.
Pasir adalah
gambaran dari manusia daging.
Berarti;
mendirikan rumah di atas pasir = mendirikan rumah di atas manusia daging.
Mari kita lihat
manusia daging dengan tabiatnya.
Galatia 5: 19-21
(5:19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan,
kecemaran, hawa nafsu,
(5:20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah,
(5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora
dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang
telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia
tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
1.
Percabulan 6. Perseteruan 11.Percideraan
2.
Kecemaran 7. Perselisihan 12.Roh
pemecah
3.
Hawa nafsu 8. Iri hati 13.Kedengkian
4.
Penyembahan
berhala 9. Amarah 14.Kemabukan
5.
Sihir 10.Kepentingan
diri sendiri 15.Pesta pora
Itulah
perbuatan-perbuatan daging / tabiat-tabiat dari manusia daging.
Tetapi, jelas
sekali di sini dikatakan: Terhadap
semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah.
Berarti; mendirikan
rumah di atas pasir / mendirikan rumah di atas dasar manusia daging, adalah
bangunan yang sia-sia, sebab setiap orang yang hidup menurut hawa nafsu dan
keinginan daging / 15 tabiat daging, tidak masuk dalam Kerajaan Sorga.
Mazmur 139:
17-18
(139:17) Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya
Allah! Betapa besar jumlahnya!
(139:18) Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak
dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama
Engkau.
Saudaraku, kita
perhatikan di sini, pernyataan dari raja Daud:
Kalau kita
bandingkan antara PEMIKIRAN TUHAN dengan PASIR ...
-
PEMIKIRAN TUHAN,
tidak dapat terhitung jumlahnya.
Sekalipun berhenti (berhenti menghitung), tetapi tetap bersama-sama dengan
Tuhan, itu adalah pengalaman raja Daud.
-
Sedangkan, PASIR
kebalikan dari pemikiran Tuhan, yaitu;
Jumlah pasir dapat dihitung = terbatas kekuatannya, karena dapat dihitung.
Kemudian, kalau rumah didirikan di atas pasir, tidak akan tetap selamanya.
Ini adalah
perbandingan pemikiran Tuhan dengan pasir yang di tepi laut, jangan salah
mengerti.
Saudaraku, saya
sedikit beri contoh;
Kalau hujan
turun, tumpukan pasir akan tergeser dan lama-kelamaan akan terkikis habis.
Jadi, kalau ada
sesuatu di atas pasir, ia tidak akan tetap / tidak selama-lamanya, inilah yang
disebut bangunan yang sia-sia.
Memang saudaraku,
segala sesuatu yang berasal dari manusia daging, sifatnya semu / tidak kekal,
tetapi kasih Allah kekal sampai selama-lamanya.
Akibat mendirikan rumah di atas pasir.
Matius 7: 27
(7:27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu
dan hebatlah kerusakannya."
Saudaraku,
rumah yang didirikan di atas pasir, tidak kuat ketika menghadapi ujian / cobaan,
sebab kalau kita perhatikan di sini, rumah yang didirikan di atas pasir,
akhirnya rubuh dan hebatlah kerusakannya.
Adapun
pencobaan tersebut, antara lain;
PENCOBAAN YANG
PERTAMA: TURUNLAH HUJAN.
= pencobaan
yang datangnya dari atas, itulah penghulu-penghulu dunia yang gelap.
Efesus 6: 11-12
(6:11) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah,
supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;
(6:12) karena perjuangan kita bukanlah melawan darah
dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan
roh-roh jahat di udara.
Saudaraku,
perjuangan kita bukan melawan darah daging melainkan penghulu dunia yang gelap
/ roh-roh jahat di udara, dengan segala tipu muslihatnya.
Sebagai contoh
tipu muslihat dari iblis setan:
-
CONTOH YANG PERTAMA.
Ketika Yesus hendak disalibkan oleh orang-orang Yahudi, yang diprakarsai
imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Yesus tidak
mengadakan perlawanan, sebab Yesus tahu betul, bahwa perjuangan-Nya bukan
melawan manusia, tetapi melawan iblis setan dengan segala tipu muslihatnya.
Seandainya Yesus mengadakan perlawanan, berarti Yesus terperangkap dengan
tipu muslihatnya iblis setan + Yesus berada di bawah hukum taurat. Sebab hukum
taurat itu; tangan ganti tangan, mata ganti mata, gigi ganti gigi, artinya;
kejahatan dibalas dengan kejahatan = orang yang berbuat salah tidak luput dari
penghukuman.
-
CONTOH YANG KEDUA.
Inilah tipu muslihat iblis setan;
· Matius 4: 3-4
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata
kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini
menjadi roti."
(4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia
hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah."
Saudaraku, iblis setan menginginkan supaya manusia hidup dari roti / hidup
dari makanan, itulah keinginan dari pada iblis setan.
Itu sebabnya iblis setan berkata “Perintahkanlah
supaya batu-batu ini menjadi roti”. Tetapi dengan tegas Yesus menjawab “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”, itulah firman Tuhan.
Kalau manusia hidup dari roti / makanan, manusia hanya akan memikirkan soal
makanan dan minuman, sehingga mengabaikan hidupnya (Matius 6: 25).
Mengabaikan hidup, berarti; tidak memikirkan hidupnya, yaitu hidup di masa
yang akan datang / hidup kekal.
Tanda bila seseorang mengabaikan hidup ialah tidak memikirkan ibadah dan
pelayanan.
· Matius 4: 5-7
(4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan
menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
(4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak
Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai
Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang
Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
(4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah
engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Iblis setan membawa Yesus ke bubungan bait Allah, itu menunjukkan kedudukan
yang sangat tinggi. Tetapi, setelah iblis membawa Yesus ke bubungan Bait Allah,
setan berkata supaya Yesus menjatuhkan diri-Nya ke bawah.
Berarti, kalau seseorang jauh dari Tuhan, tidak hidup dalam Tuhan, kedudukan
/ jabatan yang tinggi itu adalah sarana / kesempatan bagi iblis setan untuk
menjatuhkan manusia.
Hati-hati! Jangan coba-coba jauh dari Tuhan, jangan coba-coba memisahkan
diri dari Tuhan, jauh dari ibadah pelayanan hanya karena sebuah kedudukan yang
tinggi, itu adalah tipu muslihat dari pada iblis setan untuk menjatuhkan
anak-anak Tuhan, kemudian alasannya bahwa malaikat akan menatang supaya kaki
tidak terantuk.
Saudaraku, pertolongan hanya berasal dari Tuhan, malaikat tidak mampu
menolong manusia jikalau jatuh ke dalam berbagai-bagai dosa.
Tetapi di sini kita perhatikan: Yesus berkemenangan, itu sebabnya Dia
berkata “Janganlah engkau mencobai Tuhan,
Allahmu”. Saudaraku, saya himbau: jangan berani mencoba-coba Tuhan, dalam
segala perkara.
· Matius 4: 8-10
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang
sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan
kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan
kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Iblis setan memperlihatkan segala kerajaan dunia dan kemegahannya, tetapi
dengan syarat / dengan catatan harus menyembah iblis setan, itu adalah
keinginan dari pada iblis setan.
Oleh sebab itu, jangan heran, banyak orang di luar sana jauh dari ibadah pelayanan,
mereka menyembah iblis setan hanya karena kerajaan dunia dan kemegahannya.
Menyembah setan = menyembah berhala.
Setan memperlihatkan kerajaan dunia dan kemegahannya, setan memperlihatkan
segala sesuatu yang menyenangkan hati manusia (segala kemegahannya), dengan
syarat; manusia harus menyembah setan, bukan menyembah Tuhan lagi.
Oleh sebab itu, banyak
gereja yang kosong di negara-negara maju. Hal itu terjadi karena mereka tidak
mau lagi menyembah Tuhan, karena mereka sudah melihat kerajaan dunia dan
kemegahannya, dan segala kerajaan dunia serta segala kemegahannya sudah menjadi
bagian mereka.
Tetapi di sini kita perhatikan, dengan tegas Yesus berkata: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”.
Hanya kepada Tuhan saja kita berbakti, hanya kepada Tuhan saja kita
beribadah, hanya kepada Tuhan saja kita melayani, hanya kepada Tuhan saja kita
mempersembahkan segala sesuatu yang kita miliki.
Hati-hati bagi anak-anak Tuhan yang akan lulus sekolah STM, SMK, SMA, dan
sederajat, jangan hanya karena dunia ini, engkau terpisah dari Tuhan. Hati-hati,
itu adalah tipu muslihat dari iblis setan, yang berusaha memisahkan tubuh dari
kepala!
PENCOBAAN YANG
KEDUA: DATANGLAH BANJIR.
= ujian yang
ada di bawah / di muka bumi.
Saudaraku,
banjir besar pernah melanda bumi pada zaman Nuh.
Kejadian 6: 17
(6:17) Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air
bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di
kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa.
Saudaraku, banjir
melanda seluruh bumi pada zaman Nuh.
Itu bisa
terjadi karena ...
Kejadian 6: 2
(6:2) maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak
perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari
antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.
Mengambil dari
antara perempuan yang cantik-cantik, siapa saja yang disukai = dosa kenajisan =
dosa kawin dan dikawinkan.
Di akhir zaman
ini juga, air bah sudah melanda, sebagaimana Nuh pada zamannya; banjir melanda
muka bumi, di mana dosa semakin memuncak di hadapan Tuhan, sebagaimana kita lihat
tadi; anak-anak Allah melihat yang cantik-cantik lalu mengambil siapa saja yang
disukai mereka, melihat yang cantik diambil, melihat yang cantik lagi diambil, itu
adalah dosa kenajisan = dosa kawin mengawinkan.
Biarlah kiranya
kita jauh dari banjir yang melanda muka bumi ini. Tetapi memang, di akhir zaman
ini, di hari-hari ini, itu akan terjadi dan sedang terjadi, seperti zaman Nuh.
Matius 24: 37-38
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh,
demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
(24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air
bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada
hari Nuh masuk ke dalam bahtera,
Dosa akhir
zaman;
· DOSA MAKAN DAN
MINUM.
Artinya; dosa merokok, narkoba, dan minum-minuman keras,
· DOSA KAWIN DAN
MENGAWINKAN.
Itu adalah dosa kenajisan, seks bebas yang merajalela dimana-mana
Melihat yang cantik-cantik siapa saja yang dia suka, diambil, setiap
melihat yang cantik diambil, melihat yang cantik lagi diambil, itulah dosa
kawin dan mengawinkan = dosa kenajisan.
Dan memang bumi ini sedang dilanda banjir yang besar, melanda tua-muda,
besar-kecil, laki-laki-perempuan, semua dilanda oleh dosa kenajisan, tanpa
terkecuali.
Dahulu, seks bebas itu jarang sekali terdengar sewaktu saya kecil, tetapi
sekarang, bukan hanya melanda anak-anak kuliah dan anak-anak SMA, sekarang
telah melanda anak-anak SMP.
Mengapa hal ini
bisa terjadi? Karena rumah dibangun di atas manusia daging / pasir.
Kalau kita mendirikan
rumah di atas pasir, terbatas kemampuannya, tidak ada kemampuan untuk menghadapi
pencobaan yang datang, termasuk banjir melanda / dosa kenajisan.
Saudaraku,
perhatikanlah firman ini dengan baik, jangan diabaikan begitu saja.
Matius 24: 39
(24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air
bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya
kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Dan mereka yang
dilanda oleh air bah itu = dilenyapkan.
Demikian juga
hal itu akan terjadi di mana hari-hari kedatangan Tuhan yang kedua kali, sudah
tidak lama lagi.
Berarti itu
menandakan bahwa hari-hari ini adalah hari-hari terakhir.
PENCOBAAN YANG
KEDUA: ANGIN MELANDA RUMAH ITU.
Itu adalah
ajaran-ajaran palsu, oleh permainan palsu dan kelicikan manusia = nabi-nabi
palsu.
Efesus 4: 14
(4:14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan
oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam
kelicikan mereka yang menyesatkan,
Saudaraku kalau
kita tidak teguh dalam firman pengajaran, tidak tertutup kemungkinan angin-angin
pengajaran palsu ini melanda kehidupan saya dan saudara. Tetapi kalau kita
teguh, seberapa hebatnya angin melanda, kita tetap kuat.
Tetapi kita
perhatikan tadi; rumah itu didirikan di atas pasir, ia tidak ada kekuatan
menghadapi pengajaran-pengajaran palsu oleh kelicikan manusia, itulah nabi-nabi
palsu.
Di mana kalau
kita telusuri nabi-nabi palsu ini; mereka melayani hanya untuk mencari untung, mencari
laba, serakah / tamak. Kemudian mereka tidak mengenal belas kasih, sebab yang
terpenting bagi mereka adalah upah.
Entahkah domba-domba
itu terhilang dan tercerai-berai, nabi-nabi palsu tidak peduli, karena dia
bukan pemilik kawanan domba itu.
Seandainya dia
pemilik kawanan domba itu, sekalipun tidak diupah, dia akan tetap memperhatikan
kawanan domba dengan baik.
Inilah
pergumulan saya, sebagai seorang gembala.
Saya terus
berdoa, secara khusus untuk pemuda-pemudi, supaya jangan sampai terpengaruh
dengan angin-angin pengajaran palsu, yang adalah permainan palsu dan kelicikan
dari nabi-nabi palsu. Setiap hari, saya mendoakan domba-domba, saya sebut nama
mereka satu per satu dalam doa tiap-tiap pagi, supaya tetap digembalakan oleh
firman pengajaran dalam satu kandang satu gembala.
Wahyu 6: 14
(6:13) Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke
atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia
digoncang angin yang kencang.
Saudaraku kita
perhatikan di sini, bintang-bintang di langit saja berguguran / berjatuhan oleh
karena guncangan angin yang hebat tadi.
Bintang-bintang
di langit -> kehidupan yang diurapi, namun bisa berguguran, seperti buah
pohon ara yang mentah yang digugurkan oleh guncangan angin tersebut.
Kalau bintang-bintang
di langit saja berjatuhan, bagaimana dengan kehidupan yang tidak diurapi,
bagaimana dengan kehidupan yang belum hidup dalam pengurapan yang penuh? Inilah
yang harus kita perhatikan dengan baik.
Saudaraku kita
kembali memperhatikan ...
Matius 7: 26-27
(7:26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku
ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan
rumahnya di atas pasir.
(7:27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu
angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah
kerusakannya."
Kita perhatikan
di sini, rumah itu tidak kuat terhadap ujian / cobaan yang datangnya dari atas
(hujan turun), dari bawah (banjir) dan dari angin yang melanda (angin-angin
pengajaran palsu).
Sebab kalau
kita perhatikan di sini, rumah itu rubuh, kemudian hebatlah kerusakannya =
banyak mengalami kerugian.
Rumah dibangun
dengan biaya yang besar, dengan biaya yang banyak, tetapi akhirnya rubuh,
hebatlah kerusakannya = mengalami kerugian yang banyak
Bukankah selama
ini kita sudah membangun hidup kita, menyerahkan hidup kita, setia beribadah
melayani Tuhan? Tetapi kalau akhirnya rumah itu rusak, rubuh, ini adalah kerugian
yang berlipat-lipat ganda.
Kita sudah
menghabiskan banyak waktu, tenaga, pikiran, perhatian, uang, segala sesuatu,
sudah kita persembahkan, tetapi kalau toh akhirnya rubuh dan kerusakannya hebat,
berarti kita mengalami kerugian yang besar.
Sekarang pertanyaannya:
SIAPAKAH ORANG YANG MENDIRIKAN RUMAH DI ATAS PASIR?
Orang yang
mendirikan rumahnya di atas pasir adalah orang bodoh. Hanya orang bodoh sajalah
yang mau mendirikan rumah di atas pasir.
Kalau orang
yang bijaksana, orang yang cerdik, tidak akan mau mendirikan rumahnya di atas
pasir.
Kita perhatikan
orang bodoh, dari Matius 25.
Matius 25: 1-3
(25:1) "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama
sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai
laki-laki.
(25:2) Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
(25:3) Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya,
tetapi tidak membawa minyak,
Saudaraku, 5 gadis
yang bodoh membawa pelitanya tetapi tidak membawa minyak dalam buli-buli, ini
adalah perbuatan yang bodoh.
Mengapa? Karena
5 gadis yang bodoh dan 5 gadis yang bijaksana, mereka membawa pelita tujuannya
hanya untuk menyongsong mempelai laki-laki sorga, menyongsong saat penantian.
Di saat penantian,
dengan jelas alkitab mengatakan: seperti pencuri di tengah malam, kita tidak
tahu kapan kedatangan-Nya. Nah, letak kebodohannya; 5 gadis yang bodoh tidak
membawa minyak dalam buli-buli, sebagai persiapan
Minyak ->
urapan Roh Kudus.
Kegunaan urapan
Roh Kudus: d tengah-tengah penantian, kita tetap berapi-api, berkobar-kobar.
Kalau di
tengah-tengah penantian tanpa persediaan minyak, itu adalah sikap yang bodoh.
Orang yang
menanti-nanti, orang yang menunggu-nunggu, pasti ada persediaan / ada
persiapan, sebelum tiba hari H, sebab kita tidak tahu kapan mempelai laki-laki
sorga datang kembali untuk yang kedua kalinya.
Matius 25: 4-8
(25:4) sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa
pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
(25:5) Tetapi karena mempelai itu lama tidak
datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
(25:6) Waktu tengah malam terdengarlah suara orang
berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
(25:7) Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu
membereskan pelita mereka.
(25:8) Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis
yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami
hampir padam.
Kalau di tengah-tengah
penantian tanpa persediaan minyak, ujung-ujungnya pelita itu akan padam, di
sinilah letak kebodohan dari pada 5 gadis yang bodoh. Kiranya kita
memperhatikannya dengan baik.
BANDINGKAN
DENGAN 5 GADIS YANG BIJAKSANA.
Matius 25: 4
(25:4) sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa
pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
5 gadis yang
bijaksana membawa pelita sekaligus membawa minyak dalam buli-buli = tetap
mempersiapkan diri di tengah-tengah penantian mereka.
Kita lihat
persiapan itu di dalam ...
Imamat 21: 12
(21:12) Janganlah ia keluar dari tempat kudus,
supaya jangan dilanggarnya kekudusan tempat kudus Allahnya, karena minyak
urapan Allahnya, yang menandakan bahwa ia telah dikhususkan, ada di atas
kepalanya; Akulah TUHAN.
SUPAYA MINYAK
URAPAN ADA DI ATAS KEPALA; JANGAN KELUAR DARI TEMPAT KUDUS.
Kalau kita
kaitkan dalam pola Tabernakel, terkena pada ruangan suci.
Ruangan suci =
tempat pengudusan = kandang penggembalaan, tergembala dengan 3 macam ibadah utama,
sesuai dengan 3 macam alat yang ada di dalam ruangan suci.
1.
MEJA ROTI
SAJIAN
Artinya; TEKUN DALAM IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, disertai perjamuan suci.
Kegunaannya untuk mendewasakan kerohanian sidang jemaat.
Ibadah Pendalaman Alkitab menghasilkan IMAN.
= domba-domba diberi makan.
2.
PELITA EMAS
Arti rohaninya; TEKUN DALAM IBADAH RAYA MINGGU, disertai dengan kesaksian
Kegunaannya; untuk mempertajam karunia jabatan.
Ibadah Raya Minggu menghasilkan PENGHARAPAN.
= domba-domba diberi minum.
3.
MEZBAH DUPA
Arti rohaninya; TEKUN DALAM IBADAH DOA PENYEMBAHAN.
Kegunaannya; supaya kita rendah di bawah kaki Tuhan, hanyut dan tenggelam
dalam kasih Tuhan, merendahkan diri di bawah kaki Tuhan.
Ibadah doa penyenbahan menghasilkan KASIH.
= domba-domba diberi nafas kehidupan.
Itulah yang
menandakan bahwa kita telah dikhususkan bagi Allah, jadilah orang yang
dikhususkan bagi Allah.
5 gadis yang bodoh
hanya membawa pelita, tidak membawa minyak dalam buli-buli, tidak membawa
persediaan di tengah-tengah penantian, itu adalah sikap yang bodoh.
Apakah cukup hanya
sebatas mengerti firman Tuhan (sebab firman-Mu adalah pelita), tetapi tidak tekun
dalam 3 macam ibadah, tidak tergembala dengan baik dalam satu kandang, satu
gembala? Itu tidak cukup.
Sekarang, ciri-ciri orang
bodoh.
Matius 7: 26
(7:26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku
ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir.
Ciri-ciri orang
bodoh; mendengar firman tetapi tidak mau melakukannya.
Amsal 1: 7
(1:7) Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,
tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Orang bodoh
menghina HIKMAT dan DIDIKAN.
Keterangan: ORANG BODOH MENGHINA HIKMAT
Yakobus 3: 17
(3:17) Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni,
selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas
kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak
munafik.
Hikmat dari Tuhan,
dari atas adalah;
-
MURNI
Murni berarti; tidak ada campuran-campuran. Kalau dalam satu masalah tidak
ada kaitannya dengan ini dan itu, itu berarti murni.
Kalau ada embel-embelnya, itu berarti tidak murni. Orang yang seperti itu, tidak
punya hikmat; dia tidak pikir besok, tidak pikir dampak dari perkataannya = asal
bicara saja = tidak pikir panjang.
-
PENDAMAI
Berarti; suka berdamai.
-
PERAMAH
Berarti; ramah kepada setiap orang.
-
PENURUT
Seseorang yang tidak penurut, ia tidak punya hikmat.
Oleh sebab itu menurut saja, apa kata Gembala Agung menurut saja, karena Gembala
Agung tidak akan pernah membodoh-bodohi kita.
Seringkali kita menggunakan kebenaran sendiri, tetapi itu belum tentu benar
di hadapan Tuhan.
Jangan selalu mempertahankan pengertian manusia / diri sendiri, sebab yang
benar adalah firman Tuhan. Menurut manusia ini benar, tetapi yang benar adalah
menurut firman Tuhan, itulah hikmat.
-
PENUH BELAS
KASIH
Murah hati itu belas kasih, pemaaf itu juga belas kasih, mengampuni itu
juga belas kasih.
-
BUAH-BUAH YANG
BAIK
Segala sesuatu yang baik, itu adalah buah dari yang baik
-
TIDAK MEMIHAK
Kita sekalian di sini tergembala dengan baik, biarlah kita berpihak kepada Tuhan
saja, jangan berpihak kepada daging dan keinginannya. Sebab tadi kita sudah
lihat 15 tabiat daging, namun tidak ada satupun yang benar.
-
TIDAK MUNAFIK
Munafik, artinya; di luar dan di dalam tidak sama.
Tetapi kalau
kita perhatikan, orang bodoh mengabaikan hikmat yang berasal dari sorga, berarti
mengabaikan 8 perkara di atas.
Keterangan: ORANG BODOH MENGHINA DIDIKAN
Amsal 3: 11-12
(3:11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan
TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
(3:12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang
dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.
Saudaraku, Tuhan
itu memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak
yang disayangi, sebab itulah didikan.
Kalau menolak
didikan = menolak ajaran Tuhan.
Bosan akan
peringatan-Nya = bosan terhadap setiap firman yang didengar, bosan terhadap
setiap pemberitaan firman Tuhan, ini adalah orang bodoh.
Amsal 19: 3
(19:3) Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu
gusarlah hatinya terhadap TUHAN.
Kebodohan
menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap Tuhan.
Saya banyak
memperhatikan yang seperti ini; kalau firman Tuhan disampaikan, dia gusar,
tetapi kalau menceritakan setiap perkara dunia ini, dia mantap, dia lantang dan
tegas.
Pada saat meluruskan
segala sesuatu yang ada di atas muka bumi ini sesuai dengan kebenaran firman Tuhan,
mulai gusarlah dia, tidak terima, dan banyak orang yang seperti itu. Inilah
sikap orang bodoh.
Jadi, ciri-ciri
orang bodoh; mendengar tetapi tidak mau melakukan firman = beribadah tetapi
tidak mau melakukan firman Tuhan.
Jalan keluar.
Matius 7: 24-25
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku
ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan
rumahnya di atas batu.
(7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak
rubuh sebab didirikan di atas batu.
Jalan
keluarnya; MENDIRIKAN RUMAH DI ATAS BATU.
Artinya;
berdiri di atas korban Kristus.
Batu ->
pribadi Yesus Kristus yang disalibkan = korban Kristus.
Pertanyaannya; SIAPAKAH ORANG YANG MENDIRIKAN RUMAH DI
ATAS BATU?
Orang yang
mendirikan rumah di atas batu adalah orang yang bijaksana, seperti 5 gadis yang
bijaksana membawa pelita + membawa minyak dalam bui-buli saat menyongsong Tuhan,
di tengah-tengah penantian.
Ciri-ciri orang
bijkasana; mendengar firman dan melakukannya.
Hasilnya;
-
kuat menghadapi
ujian yang datangnya dari atas, itulah penghulu dunia yang gelap / roh-roh jahat
dan tipu muslihatnya.
-
Kuat mengadapi
ujian terhadap dosa kenajisan (banjir).
-
Kuat terhadap
angin-angin pengajaran palsu.
TUHAN YESUS KRUSTUS
KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment