IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 08 DESEMBER 2020
(Seri: 125)
Mari kita membuka hati kita untuk pembukaan Firman yang akan meneguhkan hati kita masing-masing menjelang kedatangan TUHAN yang sudah tidak lama lagi.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima oleh seorang suami dengan hati yang terbuka lebar-lebar, disertai dengan kerendahan hatinya, sekalipun memang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangga.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
1. Ayat 25, Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Lewat perkara yang pertama ini kita cukup diberkati dari beberapa sesi.
2. Ayat 28, Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Sebab, di sini dikatakan: “Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, hal ini jelas berbicara tentang; salib di Golgota. Sebagaimana dengan Yesus, Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain;
- Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
- Ia telah meninggalkan rumah-Nya.
- Ia telah meninggalkan kemuliaan-Nya.
Sesuai dengan yang tertulis dalam Filipi 2:5-8. Dengan satu tujuan; supaya Kristus, yang adalah Kepala, menyatu dengan gereja TUHAN yang adalah tubuh-Nya, singkatnya; supaya ada penyatuan antara tubuh dengan Kepala.
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin sidang jemaat. Adapun tugas dari gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) adalah:
2. Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
Oleh sebab itu, tentu saja kita patut berterima kasih setinggi-tingginya dan mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada TUHAN kita, Yesus Kristus, sebagai Kepala rumah TUHAN yang telah mengasuh hidup rohani kita masing-masing sampai pada saat detik ini.
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
- Dirinya dalam keadaan baik dan benar.
- Dirinya dalam keadaan yang suci.
- Dirinya memiliki hikmat atau pengetahuan.
Maka konsekuensinya ialah hukuman tidak menimpa dia = menolak hukuman, yakni teguran dan hajaran dari TUHAN
Sebaliknya, kalau kita mau menerima hukuman dari TUHAN, yakni teguran dan hajaran salib, berarti; kita dididik langsung oleh TUHAN.
Ibrani 12:5
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
- Jangan menganggap enteng didikan TUHAN.
- Jangan putus asa apabila kita diperingatkan-Nya.
- Didikan TUHAN bagi kita.
- Peringatan dari TUHAN bagi kita.
- Jangan menganggap enteng ibadah salib.
Oleh sebab itu, syarat untuk mengusahakan ibadah yang dihubungkan langsung dengan salib ialah
- Jangan menganggap enteng didikan TUHAN.
- Dan juga jangan putus asa di dalam memikul salib di tengah ibadah, apapun yang terjadi.
Jadi, mulai dari sekarang ...
- diawali dari dalam diri sendiri;
- supaya selanjutnya di luaran sana, dalam hal kita bersosialisasi, kita sudah terbiasa memikul salib, sebagai didikan atau peringatan dari TUHAN.
Kita langsung memperhatikan peristiwa itu di dalam Kejadian 25.
Kejadian 25:29-34
(25:29) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. (25:30) Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. (25:31) Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." (25:32) Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" (25:33) Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. (25:34) Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.
Jadi, Esau itu menganggap enteng, menganggap ringan ibadah dan kekuatannya, itulah ibadah salib.
(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. (25:28) Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.
Jadi, yang menyebabkan Esau menganggap enteng dengan ibadah salib, sehingga dia menolak didikan TUHAN, adalah bahwa ia sibuk berburu daging, bahkan ia jago di dalam hal berburu daging, lihai di dalam hal berburu daging.
1 Samuel 2:12-14
(2:12) Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, (2:13) ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya (2:14) dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo.
Mengapa mereka disebut orang-orang dursila? Penyebabnya ada 2 (dua):
1. Mereka tidak mengindahkan TUHAN = Tidak menghormati ibadah salib (Korban Kristus).
2. Di dalam hal melayani TUHAN, mereka melampaui batas hak seorang imam terhadap umat Israel.
Berarti, merampas potongan daging tersebut = Merampas daging korban di atas batas hak seorang imam.
Dengan demikian, Hofni dan Pinehas menganggap enteng atau memandang ringan ibadah salib atau daging korban Kristus.
(2:15) Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: "Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja." (2:16) Apabila orang itu menjawabnya: "Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu," maka berkatalah ia kepada orang itu: "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan."
Namun mendengar pernyataan itu, mereka justru menjawab: “Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan.”
“Ada sistem kekerasan”, sebetulnya ini adalah sistem dari antikris yang akan memaksa: “Mau terima atau tidak, cap meterai 666 (enam ratus enam puluh enam) sebagai tanda di tangan kanan atau pun di dahi?” Jadi, “ada sistem kekerasan”, itu adalah roh antikris.
Tetapi sistem di dalam melayani TUHAN adalah dalam segala kerendahan di hati, sebab TUHAN datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, bahkan mengadakan pekerjaan penebusan di atas kayu salib.
(2:17) Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN.
- Seorang imam bekerjalah dengan sungguh-sungguh.
- Sidang jemaat datang menghadap TUHAN lewat ibadah dengan hati yang terbuka untuk pembukaan firman.
Jadi, dalam melayani dan menjalankan ibadah kepada TUHAN tidak boleh dengan ngantuk-ngantuk, tidak boleh karena terpaksa, dan tidak boleh karena aturan/liturgis.
Orang yang menganggap enteng ibadah, itu sama dengan; orang yang menganggap enteng didikan; dan orang yang semacam ini sangat susah dididik oleh TUHAN. Ingat: Kalau seseorang menganggap enteng ibadah salib, orang semacam ini susah untuk dididik = menolak didikan TUHAN.
Itu sebabnya, kalau kita menguji diri kita, pasti kita menolak hukuman, tetapi kalau kita dengan rendah hati datang menghadap TUHAN lewat ibadah dan pelayanan, serta memikul salib di tengah-tengah ibadah itu, pasti orang semacam ini menerima didikan langsung dari TUHAN. Tetapi Hofni dan Pinehas tidaklah demikian, sebab mereka menganggap enteng ibadah, mengapa? Karena rupanya Hofni dan Pinehas, yang terangkai dari pada Esau, juga sama-sama sibuk berburu daging; itulah penyebabnya sehingga menganggap enteng didikan salib, menganggap enteng ibadah salib, menganggap enteng didikan TUHAN.
(2:22) Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan,
Jadi, kalau orang sudah bosan dengan didikan, pasti akan memuncak dengan dosa kenajisan. Itu sebabnya saya sampaikan dengan tandas di atas tadi: Dengar firman, perhatikan firman dengan bijaksana. Jangan lagi dengan keras hati; seperti lembut berkata “Amin”, tetapi keras hati, tidak rendah hati; orang yang demikian pasti penuh dengan kenajisan.
Di sini kita melihat, semakin tampak dengan jelas bahwasanya anak-anak Imam Eli memandang rendah, menganggap ringan, menganggap enteng ibadah salib = Menolak didikan.
1 Samuel 2:23-24
(2:23) berkatalah ia kepada mereka: "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? (2:24) Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran.
Maka kita pun di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, kalau kita mendapat langsung teguran, hajaran, peringatan, itu merupakan didikan dari TUHAN, karena tiada seorang pun yang tidak berdosa.
Dari ungkapan Imam Eli ini menunjukkan bahwa imam Eli hanya memberitahukan bahwa bangsa Israel (umat Israel) sedang menceritakan kejahatan dan kenajisan anak-anak Imam Eli, Hofni dan Pinehas.
Ini sudah tidak benar, ini adalah gambaran bapa rohani yang tidak baik, ini adalah gambaran dari gembala sidang yang tidak baik. Kalau memang mendengar cerita (berita) tentang kejahatan Hofni dan Pinehas dari bangsa Israel, seharusnya langsung saja ditegaskan, itulah didikan salib.
Dari ungkapan ini seolah-olah ada larangan, tetapi dengan ungkapan "anak-anakku", itu menunjukkan bahwa dia setengah hati untuk menegaskan, memperingatkan, menghajar anak-anaknya.
- Kalau pekerjaan dari seseorang adalah jahat, berarti dia adalah anak si jahat.
Tadi saya sudah katakan: Kalau seseorang berbuat jahat, berarti dia adalah anak jahat; kalau seseorang berbuat najis (hidup dalam kenajisan), berarti dia adalah anak najis; tetapi di sini lihat, Imam Eli justru berkata: “Janganlah begitu, anak-anakku.”
Kalau memang kejahatan dan kenajisan yang diperbuat oleh Hofni dan Pinehas bukan kabar baik, tidak perlu lagi mengatakan: "Bukan kabar baik yang kudengar itu", langsung saja ditegaskan.
Oleh sebab itu, kalau seorang imam sudah betul-betul dalam lingkaran Setan oleh karena kejahatannya, kemudian dalam lingkaran Setan oleh karena kenajisannya, saya kira ya harus mendapat didikan yang tegas, dengan tidak dulu melayani (turun dari pelayanan). Tentu boleh beribadah, tetapi jangan dulu melayani; kalau memang sudah mendengar kabar yang tidak baik, kalau memang sudah mengetahui keadaan dari pada Hofni dan Pinehas, anak-anaknya itu, langsung saja diturunkan.
(2:25) Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka.
Dosa kenajisan adalah dosa yang langsung dengan TUHAN, karena hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan dalam nikah yang rohani. Kalau suami isteri adalah hubungan nikah yang jasmani, dua menjadi satu.
Tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya? Artinya, darah Yesus tidak berlaku atas seseorang jika ia merusak hubungan nikah.
Kalau kita sudah merusak nikah, baik hubungan kita dengan TUHAN, maupun hubungan nikah jasmani, maka darah Yesus tidak berlaku atas orang semacam ini. Jadi, jangan biasakan merusak hubungan intim, baik secara jasmani maupun secara rohani.
Namun ketika seseorang menganggap enteng ibadah, sampai menolak didikan TUHAN, tetapi tidak ada teguran, aman-aman saja tanpa teguran dan didikan TUHAN, tidak ada hajaran, tidak ada peringatan, maka hati-hati dengan kehidupan yang semacam ini, sebab itu artinya darah Yesus sudah tidak berlaku dengan kehidupan semacam ini.
Mengapa tidak ada teguran? Karena TUHAN mau mematikan Hofni dan Pinehas. Maka, berbahagialah saudara kalau mendapatkan didikan di tengah ibadah dan pelayanan ini. Tentu kita tidak menghendaki supaya kehidupan kita ini akhirnya binasa, bukan? Oleh sebab itu, jangan bertahan dengan zona kenyamanan, tetapi mari dengan hati yang terbuka, kita menghadap TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan disertai dengan menyangkal diri dan memikul salib masing-masing. Bijaksanalah sebelum TUHAN mengambil kebijaksanaan itu.
1 Samuel 2:27-29
(2:27) Seorang abdi Allah datang kepada Eli dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diri-Ku kepada nenek moyangmu, ketika mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturunan Firaun? (2:28) Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi imam bagi-Ku, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapan-Ku; kepada kaummu telah Kuserahkan segala korban api-apian orang Israel. (2:29) Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?
Dalam setiap pemberitaam firman TUHAN, hati TUHAN yang paling dalam Dia nyatakan kepada kita semua. Oleh sebab itu, dengar firman dengan baik, tidak usah kita gelisah, sombong, angkuh, menolak pemberitaan firman seolah-olah kita sudah dewasa rohani.
Kalau kita menguji diri, berarti kita menolak didikan; oleh sebab itu, jangan pernah menganggap diri lebih baik, tetapi dengar firman dengan baik. Waktu dengar, ya dengar; waktu mencatat, ya mencatat. Jangan pakai trik-trik, sebab itu adalah keras hati, sombong, menolak didikan, yang akhirnya adalah mati (binasa). Tentu kita semua tidak mau mati (binasa), bukan?
Tidak usah keras hati dalam melayani TUHAN. Mau berapapun umur kita, apapun kedudukan kita, jabatan kita, seberapa banyak harta yang kita punya, tidak usah keras hati.
- Mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, itulah tugas imam yaitu membawa korban dan mempersembahkannya. Jadi kalau imam tidak mau membawa korban dan mempersembahkannya, lalu bersungut-sungut, itu bukanlah imam; orang semacam ini adalah orang yang suka mencuri kemuliaan, melayani karena kepentingan, karena ada motif-motif lain.
Kalau dia imam, tentu harus membawa korban dan mempersembahkannya. Jadi, imam itu sudah harus siap memikul salib. Kalau belum siap, jangan dulu melayani.
- Dan bukan hanya membawa korban, tetapi juga membakar ukupan, artinya; ibadahnya sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Itulah tugas seorang imam. Itu sebabnya, TUHAN memilih bangsa Israel untuk menyatakan 3 (tiga) perkara tadi, yaitu;
1. Mempersembahkan korban di atas mezbah.
2. Membakar ukupan.
3. Sampai menjadi korban pendamaian; berlilitkan baju efod.
Jadi, saudara yang sedang memberi diri digembalakan lewat live streaming, TUHAN sedang menyatakan belas kasih-Nya kepada saudara. Sidang jemaat di Bandung; TUHAN sedang menyatakan belas kasih-Nya kepadamu. Sidang jemaat di Malaysia; TUHAN sedang menyatakan belas kasih-Nya kepadamu. Bahkan kepada saudara/saudari, Bapak/Ibu yang terkasih yang terus memberi diri digembalakan lewat live streaming, baik dalam negeri, di tanah air ini, maupun di luar negeri, bangsa-bangsa, negara-negara; TUHAN sedang menyatakan belas kasih-Nya kepadamu. Saya tidak ragu menyatakan hal itu; setialah.
Singkatnya: Imam Eli lebih menghormati anak-anak lelakinya, Hofni dan Pinehas, dari pada menghormati TUHAN.
Jadi, kalau seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin sidang jemaat memandang loba korban sembelihan dan memandang loba korban sajian, dengan lain kata; mencari keuntungan di tengah ibadah dan pelayanan, mencari keuntungan di tengah pemberitaan Firman TUHAN, itu sama dengan lebih menghormati sidang jemaat dari pada menghormati TUHAN Yesus; saudara harus mengerti itu.
Seharusnya, seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN harus lebih menghormati TUHAN Yesus, lebih menghormati Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, dari pada sidang jemaat TUHAN. Mengapa? Sebab seorang hamba Tuhan hidup bukan dari sidang jemaat, tetapi hamba Tuhan hidup dari kemurahan hati Tuhan saja.
- Memandang loba korban sembelihan, artinya; melayani TUHAN dengan mencari keuntungan.
- Memandang loba korban sajian, artinya; seorang hamba TUHAN di tengah-tengah pemberitaan Firman TUHAN hanya untuk mencari keuntungannya = mencuri kemuliaan TUHAN. Ibadah semacam ini belum memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Singkat kata: Imam Eli ini menggemukkan dirinya di tengah ibadah dan pelayanan, menggemukkan dirinya di tengah pemberitaan Firman TUHAN. Seharusnya, seorang hamba TUHAN harus berpuasa;
- Supaya lututnya melentuk, lentur di dalam hal menyembah TUHAN.
- Kemudan harus menghukum dagingnya sampai kurus kering, tidak ada lagi lemak-lemaknya; habis dagingnya, habis raganya.
Tetapi di sini kita melihat: Imam Eli menggemukkan diri di tengah ibadah dan pelayanannya.
1 Samuel 4:16-17
(4:16) Kata orang itu kepada Eli: "Aku datang dari medan pertempuran; baru hari ini aku melarikan diri dari medan pertempuran." Kata Eli: "Bagaimana keadaannya, anakku?" (4:17) Jawab pembawa kabar itu: "Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas."
Kalau seorang pemimpin sidang jemaat, gembala sidang, di tengah ibadah dan pelayanan tidak membawa sidang jemaat langsung dengan salib, akhirnya sidang jemaat keadaannya sama seperti Hofni dan Pinehas; menolak didikan TUHAN, akhirnya nanti sidang jemaat juga akan mati binasa. Tidak hanya sampai di situ, TABUT PERJANJIAN juga dirampas, hadirat TUHAN tidak ada di tengah-tengah ibadah tersebut.
(4:18) Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel.
1 Samuel 2:18
(2:18) Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.
Ayo, biarlah kiranya kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus, berlilitkan baju efod.
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
(2:9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, (2:10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
Dari 1 Samuel 2:19-25, ini berbicara soal kenajisan dari pada Hofni dan Pinehas, karena ternyata imam Eli tidak mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar, karena ternyata imam Eli lebih menghormati Hofni dan Pinehas dari pada TUHAN Yesus.
1 Samuel 2:26
(2:26) Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment