IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 03 DESEMBER 2020
IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 03 DESEMBER 2020
KITAB
RUT
(Seri:
119)
Subtema:
KETAATAN GEREJA MEMPELAI
Shalom.
Selamat
malam. Salam sejahtera dan bahagia, kiranya memenuhi kehidupan kita
masing-masing pribadi lepas pribadi. Dan biarlah kiranya damai sejahtera
Kristus memerintah di hati kita masing-masing.
Saya
juga tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN yang terus mengikuti
pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, kita mohonkan kemurahan TUHAN,
kiranya pembukaan Firman nanti meneguhkan kehidupan kita, menjadi suatu
kehidupan yang kuat, tidak goyah, sampai betul-betul ibadah kita dituntun
sampai kepada puncaknya, lepas dari daya tarik bumi, gravitasi bumi, lepas dari
keinginan-keinginan daging dan yang lain-lainnya, supaya jelas mulut ini hanya
memuji TUHAN.
Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab itulah STUDY
RUT.
Rut
3:3-4
(3:3) maka
mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat
pengirikan itu. Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia
selesai makan dan minum. (3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah
engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat,
singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan
memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
Ada
5 (lima) perintah Naomi yang harus dikerjakan (dilakukan) oleh Rut -- dan
kelima hal tersebut merupakan perkara penting --, antara lain:
1.
Mandilah.
2.
Beruraplah.
3.
Memakai pakaian bagus.
4.
Pergilah ke tempat pengirikan.
5.
Perhatikanlah baik-baik tempat ia
berbaring.
Itulah
kelima perintah Naomi yang memang harus dilakukan oleh Rut.
Selanjutnya,
REAKSI RUT terhadap perintah Naomi, mertuanya itu.
Rut
3:5
(3:5) Lalu kata
Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan."
Kata
Rut kepada Naomi, mertuanya itu: "Segala yang engkau katakan itu akan
kulakukan."
Itu
adalah sebuah bukti ketaatan Rut terhadap Naomi, sekalipun Rut sudah mengalami
berkat yang besar, namun Rut tetap mendengarkan nasihat dari Naomi.
Saya
berharap, supaya kita belajar untuk taat, setia, dengar-dengaran, mulai dari
saya, sebagai gembala sidang, sampai kepada seluruh imam-imam, tanpa terkecuali
sampai kepada seluruh sidang jemaat GPT “BETANIA”, bahkan
sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, sampai kepada suatu kehidupan yang
memberi diri untuk digembalakan lewat live streaming, baik saudaraku
yang ada di dalam negeri, maupun yang ada di luar negeri.
Biarlah
kita semua menjadi kehidupan yang taat kepada perintah TUHAN; taat, setia,
dengar-dengaran kepada TUHAN. Hanya taat
dan setia kepada TUHAN, bukan taat kepada kehendak daging, bukan taat kepada
pikiran manusia daging.
Lanjut,
kita BANDINGKAN dengan KETAATAN PAULUS di hadapan TUHAN.
Kita
pelajari soal ketaatan yang ditunjukkan oleh Rut ini kepada Naomi, dan yang
akan diterangkan, lewat ketaatan Rasul Paulus di hadapan TUHAN, di dalam Kisah
Para Rasul 26, dengan perikop “Paulus menceritakan pertobatan dan
panggilannya” di hadapan raja Agripa.
Kisah
Para Rasul 26:19
(26:19) Sebab
itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak
pernah aku tidak taat.
Sejak
dari bertobat, kemudian terpanggil untuk menerima jabatan Rasul, Paulus taat
kepada penglihatan yang dari sorga itu, sekalipun Rasul Paulus harus menghadapi
ancaman maut.
Kemudian,
kalau saya tambahkan di dalam Roma 8, di situ dituliskan bahwa Rasul
Paulus menghadapi ancaman maut, sehingga ia dianggap seperti domba yang tersembelih,
di mana Rasul Paulus menghadapi 7 (tujuh) perkara, yaitu (1) penindasan,
(2) kesesakan, (3) penganiayaan, (4) kelaparan, (5) ketelanjangan,
(6) bahaya, (7) pedang, tetapi Rasul Paulus tetap taat kepada
kehendak Allah, bukan taat kepada pengaruh dari pikiran serta perasaan manusia
daging.
Sekali
lagi saya sampaikan; Rasul Paulus harus menghadapi ancaman maut, tetapi dia
tetap taat terhadap panggilan TUHAN.
Jadi,
bukan hanya sebatas tidak punya makanan, bukan hanya sebatas tidak punya
pekerjaan, bukan hanya sebatas tidak punya uang, tetapi terhadap ancaman maut
sekalipun, Rasul Paulus tetap taat kepada kehendak Allah. Itulah pribadi
Rasul Paulus.
Kita
lanjutkan untuk memperhatikan ketaatan Rasul Paulus terhadap
penglihatan-penglihatan yang dari sorga, sebagaimana yang telah ia
sampaikan kepada jemaat di Korintus setelah Rasul Paulus 14 (empat belas) tahun
melayani TUHAN.
2
Korintus 12:1-2
(12:1) Aku harus
bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku
hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan
yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat
belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar
tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat
ke tingkat yang ketiga dari sorga.
Rasul
Paulus menceritakan tentang 2 (dua) hal kepada jemaat di Korintus, ketika ia
diangkat ketingkat yang ketiga dari sorga:
1.
Penglihatan-penglihatan yang dia
terima dari TUHAN.
2.
Penyataan-penyataan yang dia
terima dari TUHAN
Rasul
Paulus menceritakan 2 (dua) perkara itu kepada jemaat di Korintus setelah 14
(empat belas) tahun melayani TUHAN.
Sejak
ia bertobat dan menerima jabatan rasul, terhadap penglihatan dan penyataan itu,
Rasul Paulus tetap taat sekalipun menghadapi ancaman maut, tidak makan tidak
minum, bahkan menghadapi ancaman pedang.
Sekarang
kita akan melihat 2 (dua) perkara itu, diawali dari tentang: PENGLIHATAN-PENGLIHATAN.
Penglihatan
itu pun dilanjutkan dan diceritakan secara gambalang kepada jemaat di Ibrani;
selanjutnya, mengajarkan sebuah tata cara ibadah yang baik dan benar kepada
sidang jemaat di Ibrani.
Ibrani
9:2-4
(9:2) Sebab ada
dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ
terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang
kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang
disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran
ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di
dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun
yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Ketika
Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, Rasul Paulus melihat
perkara-perkara yang ada di dalamnya:
A. Kemah
yang paling depan, disebut juga RUANGAN SUCI.
Di
dalam Ruangan Suci terdapat 2 (dua) alat:
1.
Pelita emas = Tekun dalam Ibadah
Raya Minggu disertai dengan kesaksian = Penuh dengan Roh Kudus.
2.
Meja Roti Sajian = Tekun dalam
Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = Penuh dengan Firman
Allah.
B. Kemah
di belakang tirai yang kedua, itulah RUANGAN MAHA SUCI.
Di
dalam Ruangan Maha Suci juga terdapat 2 (dua) alat:
1.
Mezbah pembakaran ukupan emas.
2.
Tabut perjanjian.
Jadi,
dari penuturan dari Rasul Paulus kepada jemaat di Ibrani ini, menunjukkan
kepada kita bahwa; ibadah kita di bumi ini harus memuncak sampai kepada doa penyembahan
(Mezbah Pembakaran Ukupan).
Ibadah
ini diajarkan kepada orang-orang ibrani, maka lewat tulisan ini juga, akhirnya
kita boleh mengalami dan mendapatkan suatu berkat yang luar biasa, supaya
kiranya ibadah di bumi yang sedang kita kerjakan ini memuncak sampai kepada doa
penyembahan.
Ibrani
9:7
(9:7) tetapi ke
dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan
harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena
pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar.
Tetapi
ke dalam kemah yang kedua, itulah Ruangan Maha Suci, hanya Imam
Besar saja yang masuk sekali setahun. Jelas, ibadah ini dipimpin (dituntun)
oleh Imam Besar, yang sekaligus menuntun dan membawa kita sampai Ruangan Maha
Suci.
Di
dalam Ruangan Maha Suci, selain terdapat Tabut Perjanjian -- satu alat yang
terutama dari semua alat di dalam Tabernakel --, ternyata Mezbah Pembakaran
Ukupan Emas itu sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci. Berarti, ibadah
itu memang harus memuncak sampai kepada doa penyembahan, itulah yang menghantar
kita nanti supaya pada akhirnya berada pada kedudukan yang tertinggi, itulah
Kerajaan Sorga, Ruangan Maha Suci.
Ibrani
9:8
(9:8) Dengan
ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka,
selama kemah yang pertama itu masih ada.
Kalau
masih mempertahankan cara ibadah pertama, yaitu;
-
Hanya sebatas penuh dengan firman Allah,
itulah tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab = Meja Roti Sajian.
-
Hanya sebatas penuh dengan Roh Allah,
itulah tekun dalam Ibadah Raya Minggu = Pelita Emas.
Maka
jalan yang baru, jalan ke sorga belum terbuka, berarti, tetap berada di bumi,
sampai kapan pun tidak akan terangkat ke sorga.
Kerinduan
kita untuk menjalankan ibadah ini hanya satu, yaitu supaya kelak kita berada di
dalam Kerajaan Sorga, tetapi gereja TUHAN tidak akan pernah berada dalam
Kerajaan Sorga selama masih mempertahankan kemah yang pertama, ibadah yang
pertama, itulah;
-
Penuh dengan firman Allah = Tekun
dalam Ibadah Pendalaman Alkitab.
-
Penuh dengan Roh Allah = Tekun
dalam Ibadah Raya Minggu.
Jadi,
singkatnya: Doa penyembahan menghantar gereja TUHAN untuk berada pada kedudukan
yang tertinggi, itulah Kerajaan Sorga.
Untuk
perkara inilah Rasul Paulus menunjukkan ketaatannya di hadapan TUHAN. Taatlah
kepada perkara ini, jangan taat kepada perkara yang tidak membawa saya dan
saudara kepada Kerajaan Sorga, tetapi taatlah kepada perkara yang membawa kita
masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kalau taat kepada kehendak daging, maka akan
menuju maut.
Kalau
kita taat kepada kehendak daging, maka ibadah tidak akan pernah memuncak sampai
kepada penyembahan. Kalau masih mempertahankan kemah yang pertama (ibadah yang
pertama), maka tidak akan pernah memuncak sampai kepada doa penyembahan. Dan
orang semacam ini sebetulnya adalah orang yang sangat merugikan diri sendiri;
mengikuti TUHAN tetapi tidak mendapat upah kekal, bukankah ini merugikan diri
sendiri?
Padahal,
kita mengetahui dengan pasti: Carilah dahulu Kerajaan Sorga dan kebenaran
yang didudukkan di atas takhta itu, maka semuanya ditambahkan. Tetapi kadang-kadang,
pikiran ini yang membuat seseorang menjadi keliru. Padahal, lebih dari apa yang
kita pikirkan, itulah yang akan TUHAN berikan dengan limpah, tetapi turuti dulu
apa yang menjadi kehendak TUHAN, yaitu taat dari apa yang dilihat dari Tuhan,
seperti halnya Rasul Paulus taat dari penglihatan-penglihatan itu.
Wahyu
8:3-4
(8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama
dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Di
sini kita melihat: Yesus tampil sebagai Imam Besar untuk memimpin ibadah kita
di bumi. Selanjutnya, ibadah itu dibawa sampai berada kepada suatu kedudukan
yang tertinggi, yakni doa penyembahan, dengan kata lain; berada di dalam
Kerajaan Sorga.
Jadi,
Yesus tampil sebagai Imam Besar untuk melayani, berdoa, memperdamaikan dosa
kita dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita, sekaligus memimpin, membawa
ibadah kita ini memuncak sampai doa penyembahan, menembusi takhta Allah.
Sekarang,
kita akan melihat PENGERTIAN DARI DOA PENYEMBAHAN, supaya dari pengertian ini
kita semakin mengerti sehingga kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap
pertemuan-pertemuan ibadah kita di hadapan TUHAN.
Pengertian
doa penyembahan, YANG PERTAMA:
Wahyu
4:9-10
(4:9) Dan
setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan
ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai
selama-lamanya, (4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu
di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang
hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan
takhta itu, sambil berkata:
Dan
setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan
ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai
selama-lamanya. Itulah pekerjaan dari 4 (empat) makhluk, yaitu;
-
Meninggikan kemurahan TUHAN (ayat 8).
-
Meninggikan kekudusan dari Allah Trinitas
(ayat 8).
Itulah
pekerjaan dari 4 (empat) makhluk yang diceritakan pada ayat 9 ini.
Pada
saat meninggikan kemurahan TUHAN dan meninggikan kekudusan dari Allah Trinitas
-- TUHAN Yesus Kristus --, dalam kesempatan yang lain tersungkurlah
kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan
mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka
melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu.
Ibadah
dari 4 (empat) makhluk dan 24 (dua puluh empat) tua-tua memuncak pada kedudukan
tertinggi, yakni doa penyembahan. Kemudian, pada saat 24 (dua puluh empat)
tua-tua itu tersungkur atau hidup dalam doa penyembahan, selanjutnya
24 (dua puluh empat) tua-tua melemparkan mahkota mereka di hadapan takhta
itu.
Artinya;
ialah segala kemuliaan hanya bagi Allah kita yang hidup; segala kemuliaan
hanya bagi TUHAN kita yang duduk di atas takhta-Nya; segala kemuliaan hanya
bagi Dia yang duduk di atas takhta-Nya, yang hidup sampai selama-lamanya.
Itulah arti penyembahan yang pertama.
Jadi,
kalau ibadah yang kita kerjakan ini hanya untuk kemuliaan manusia semata,
berarti ibadahnya belum memuncak sampai kepada penyembahan, ibadahnya belum
berada pada kedudukan yang tertinggi. Sekalipun dia tekun dalam Ibadah Doa
Penyembahan, tetapi jika dalam pikiran perasaan manusia daging hanya mencari
kepentingan diri, hanya mencari kemuliaan manusia, berarti ibadah semacam ini
belum berada pada puncaknya sekalipun dia ada dalam bagian atau tekun dalam
Ibadah Doa Penyembahan.
Yang
TUHAN mau, ibadah ini harus berada pada puncaknya, itulah penyembahan; segala
kemuliaan hanya bagi TUHAN.
-
Yang belum bekerja, katakan: “Segala
kemuliaan hanya bagi TUHAN.”
-
Yang menantikan pasangan hidup, tidak usah
gelisah, tidak usah risau, katakan: “Segala kemuliaan hanya bagi TUHAN.”
-
Yang sekarang ini bisnisnya, ekonominya sedang
merosot, katakan: “Segala kemuliaan hanya bagi TUHAN.”
Itulah
yang benar. Pengertian ini jangan dilepaskan, supaya manakala ekonomi merosot,
mulut tetap berdiam, tidak bersungut-sungut; itulah arti penyembahan.
Jadi,
memang, mau tidak mau, ibadah harus berada pada kedudukan yang tertinggi,
berada pada puncaknya ibadah, itulah doa penyembahan. Jangan saudara beribadah
namun hanya liturgis, itu tidak ada artinya. Jangan kita datang menjalankan
ibadah dengan ibadah Taurat, ibadah lahiriah, beribadah hanya ikuti aturan
untuk menyenangkan manusia, itu tidak ada artinya; sampai TUHAN datang nanti,
kita rugi sendiri.
Wahyu
4:11
(4:11) "Ya
Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa;
sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu
semuanya itu ada dan diciptakan."
Ya
Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa, tidak ada
yang lain selain Dia. Mengapa Dia layak menerima segala puji, segala hormat,
segala kemuliaan, pengagungan, segala kuasa? Sebab Engkau telah menciptakan
segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.
Pendeknya;
kita harus menyadari, bahwa kita ada dan kita hidup karena kehendak Allah, kita
harus sadar itu. Dunia ini ada karena kehendak Allah; kita hidup karena diberi
nafas hidup; kita hidup karena kehendak Allah.
Kita
dipercayakan untuk mengusahakan dan mengerjakan ibadah pelayanan ini, karena
kehendak Allah. Maka, mau tidak mau, ibadah ini harus berada pada kedudukan tertinggi,
ibadah ini harus memuncak sampai kepada doa penyembahan. Sebab arti dari
“penyembahan” adalah segala kemuliaan hanya bagi Dia. Mengapa kemuliaan hanya
bagi Dia? Kita ada, karena kehendak Allah; dunia ini ada karena kehendak Allah;
alam semesta ini diciptakan karena kehendak Allah; kita dapat bernafas karena
kehendak Allah; diberi kesempatan untuk menikmati kemurahan TUHAN karena
kehendak Allah.
Jangan
bodoh karena mengikuti pikiran manusia, perasaan manusia daging, supaya jangan
gelisah, seperti Saul yang gelisah; baru ditinggal rakyat, ia langsung gelisah,
dan ia pun langsung melanggar Firman TUHAN, tidak taat, sebab lebih mendengar
suara perasaan daging.
Yang
menantikan pasangan hidup tidak usah gusar, seperti ada sesuatu yang mendesak
hidupmu, seperti didesak dan seperti dikejar oleh maut; tidak usah takut. Yang
belum bekerja tidak usah risau, seolah-olah maut mengejar dirimu, seperti
didesak oleh maut. Tenang saja. Kalau pun ada mengalami derita karena sakit,
derita karena belum bekerja, derita karena ekonomi merosot, bisnis merosot,
tenang saja, tidak usah gelisah.
Yang
terpenting adalah ibadah harus memuncak, itulah doa penyembahan, artinya;
segala kemuliaan hanya bagi TUHAN. Untuk itulah kita taat; jangan untuk yang
lain-lain.
Pengertian
doa penyembahan, YANG KEDUA:
Matius
27:50
(27:50) Yesus
berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Di
sini kita perhatikan: Penyembahan Yesus disertakan dengan penyerahan diri-Nya,
disertakan dengan penyerahan nyawa-Nya kepada Allah Bapa.
Singkatnya:
Arti penyembahan yang kedua ialah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat
kepada kehendak Allah;
-
Tidak taat kepada kehendak daging --
pikiran, perasaan manusia daging --.
-
Tidak taat kepada kehendak roh jahat dan
roh najis.
-
Tidak taat kepada kepentingan-kepentingan
manusia duniawi.
Matius
27:51
(27:51) Dan
lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan
terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
Lewat
doa penyembahan dengan penyerahan diri sepenuhnya, maka tabir Bait Suci
Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
Terbelah
dua dari atas sampai ke bawah. Jadi, bukan terbelah dalam bentuk horizontal,
tetapi terbelah dua dari atas sampai ke bawah, bentuknya vertikal. Kalau bentuk
horizontal, memang terbelah, tetapi di bagian atas masih tertutup dan di bagian
bawah masih tertutup. Kalau dalam bentuk vertikal, berarti tabir itu terbelah
dua dari atas sampai ke bawah, sehingga terbukalah jalan bagi kita
masing-masing.
Segala
yang tertutup pasti terbuka; jika menurut manusia “tidak mungkin”, tetapi bagi
TUHAN segalanya “mungkin”, asal ibadah memuncak sampai kepada doa penyembahan,
maka tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Bagi manusia
“tidak mungkin”, tetapi bagi Allah segalanya “mungkin”, asal ibadah memuncak
sampai doa penyembahan. Jangan pakai pikiran manusia daging lagi supaya
kerohanianmu jangan tertinggal dari anak-anak TUHAN yang lain.
Lalu
pada saat penyerahan diri sepenuh untuk
taat kepada kehendak Allah, ada 3 hal yang terjadi:
1)
Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
2)
Terjadilah gempa bumi.
3)
Bukit-bukit batu terbelah.
Sekarang,
kita akan membaca Ibrani 10, dengan perikop: “Ketekunan.”
Ketekunan ini kaitannya dengan ibadah, berarti; tekun dalam 3 (tiga) macam
ibadah pokok. Kalau dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel, “ketekunan” terkena
pada Ruangan Suci. Di dalam Ruangan Suci terdapat 3 (tiga) macam alat:
1.
MEJA ROTI SAJIAN, berarti; tekun dalam
Ibadah Pendalaman Alkitab = Iman.
2.
PELITA EMAS, artinya; tekun dalam Ibadah
Raya Minggu = Pengharapan.
3.
MEZBAH DUPA, artinya; tekun dalam Ibadah
Doa Penyembahan = Kasih. Ini adalah puncak ibadah.
Setelah
ibadah memuncak sampai kepada Doa Penyembahan (kasih) -- itulah Mezbah Dupa --,
maka lihat ayat 19-20.
Ibrani
10:19-20
(10:19) Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk
ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang
baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
Lewat
doa penyembahan, kita dibawa masuk ke tempat kudus, menembusi takhta Allah.
Jadi,
“tabir Bait Suci” terbelah dua dari atas sampai ke bawah, itu berbicara soal
perobekan daging; sudah tanggal, sudah robek dari daging. Tabiat daging sudah
tanggal, sudah robek, sehingga terbukalah jalan untuk masuk dalam Kerajaan
Sorga.
Maka,
jelas; doa penyembahan menembusi takhta Allah. Yang tertutup akan terbuka,
semua ditembusi, tidak ada yang bisa menghalangi, tidak ada yang mustahil bagi
TUHAN. Bagi manusia “mustahil”, tetapi bagi TUHAN dan bagi orang yang percaya
-- itulah yang mengalami perobekan daging -- “tidak ada yang mustahil”, asal
betul-betul mengalami perobekan daging, jangan pakai rumus manusia, jangan
pakai pemikiran manusia daging.
Mulai
sekarang, ayo, ibadah harus memuncak sampai kepada doa penyembahan; tabiat
daging robek. Tidak ada yang mustahil bagi TUHAN. Tidak ada yang mustahil bagi
orang yang percaya kepada rencana TUHAN.
Jangan
susahkan dirimu dengan perkara-perkara di bawah, karena tidak ada yang mustahil
bagi TUHAN. Siapa yang mengatakan hal seperti itu? Mereka itu adalah orang yang
mengalami perobekan daging, di mana ibadahnya sudah memuncak sampai kepada doa
penyembahan. Seharusnya, ini dulu yang pertama dilakukan, barulah nanti
semuanya akan ditambahkan oleh TUHAN.
Tetapi
manusia daging berbeda; cari dahulu perkara duniawi, akhirnya selama ia berada
di dunia (kemah yang pertama), tidak akan menembusi Kerajaan Sorga.
Itulah
sedikit tentang “doa penyembahan”, ibadah yang memuncak sampai kepada doa
penyembahan. Biarlah kiranya untuk perkara itu, kita taat, sebagaimana
pernyataan Rasul Paulus kepada raja Agripa: untuk penglihatan itu, Rasul
Paulus taat, sekalipun menghadapi ancaman maut. Bukan saja tidak punya
uang, bukan saja bisnis merosot, ekonomi merosot, tetapi bahkan menghadapi
ancaman maut sekalipun, Rasul Paulus tetap taat terhadap penglihatan itu, yang
salah satunya adalah ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Itu
dulu yang kita kejar di bumi ini, yaitu ibadah yang memuncak sampai kepada doa
penyembahan. Taatlah terhadap perkara itu.
Jangan
kita abaikan yang sudah kita dengar, supaya hidup kita berpadanan dengan
panggilan, kita melangkah bersama dengan TUHAN sesuai dengan ketetapan Firman
TUHAN, supaya kita dapat menyenangkan hati TUHAN.
Banyak
anak TUHAN yang mendengar Firman TUHAN tetapi apa yang didengar diabaikan
begitu saja karena terpengaruh dengan pikiran, perasaan manusia daging.
Sebetulnya, orang yang semacam ini sedang menyusahkan dirinya dengan banyak
perkara.
Itu
sebabnya, TUHAN berkata kepada Marta: “Marta, Marta, engkau kuatir dan
menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi Hanya satu saja yang perlu:
Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Tidak perlu kuatir, tidak perlu menyusahkan diri dengan banyak perkara, hanya
satu yang perlu, yaitu ada di kaki salib TUHAN.
Perintah
yang ke-4 dari Naomi kepada Rut adalah untuk pergi ke tempat pengirikan, lalu
langkah selanjutnya (kelima) ialah berada di bawah kaki Boas, mencari tempat
untuk berbaring; itu dulu sebetulnya, tidak usah kuatir dengan banyak perkara.
Tentang:
PENYATAAN-PENYATAAN
Kita
kembali membaca 2 Korintus 12.
2
Korintus 12:1,3-4
(12:1) Aku harus
bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku
hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang
kuterima dari Tuhan. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, --
entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar
kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Saat
diangkat ke tingkat yang ketiga, Rasul Paulus mendengar kata-kata yang tak
terkatakan yang tidak boleh diucapkan manusia. Inilah penyataan-penyataan
yang diterima oleh Rasul Paulus dari Allah di sorga, ketika ia diangkat ke
tingkat yang ketiga dari sorga.
Kita
akan memperhatikan lebih jauh tentang “kata-kata yang tak terkatakan yang
tidak boleh diucapkan manusia” di dalam Wahyu 14.
Wahyu
14:3
(14:3) Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk
dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian
itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus
dari bumi itu.
Di
sini kita melihat: Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru yang tidak dapat
dipelajari oleh siapapun, termasuk 4 (empat) makhluk dan 24 (dua puluh empat)
tua-tua, kecuali 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah
ditebus dari bumi ini.
“Nyanyian
baru” adalah hasil dari hubungan yang intim dengan TUHAN, hasil dari sebuah
penyembahan yang heran di hadapan TUHAN.
Oleh
sebab itu, dalam setiap kita mendengar firman TUHAN, mari kita untuk
memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, perhatikan dengan seksama disertai
dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati, supaya ketika kita masuk dalam doa,
kita akan berada dalam suatu penyembahan yang heran, bukan penyembahan yang
kering-kering. Setelah kita mendengar firman, lalu kita dibawa masuk dalam doa,
maka kita akan berada pada suatu penyembahan yang begitu heran, suatu
penyembahan yang begitu hebat, suatu pergulatan atau pergumulan yang begitu
hebat bersama dengan TUHAN. Oleh sebab itu, rendah hati saat dengar firman;
pikiran jangan melantur, jangan keras hati.
Dengar
firman harus dengan rendah hati; dengar firman harus dengan lemah lembut;
dengar firman harus dengan hati yang terbuka lebar-lebar. Sesudah itu, pada
saat masuk dalam doa penyembahan, di situ akan terjadi suatu pergulatan yang
hebat, di situ akan terjadi suatu persekutuan yang heran, di situ akan terjadi
suatu penyembahan yang luar biasa yang menyenangkan hati TUHAN, yang bisa
dinikmati oleh TUHAN, bukan lagi suatu penyembahan yang kering-kering.
Banyak
di antara kita, termasuk imam, penyembahannya belum seberapa; dia tidak membawa
hidupnya dalam sebuah penyembahan yang begitu heran, mengapa? Karena dia
mengabaikan banyak Firman TUHAN yang dia terima, bahkan saat duduk dengar
firman pun begitu saja terabaikan firman yang disampaikan itu, sehingga pada
saat masuk dalam doa, tidak terlihat suatu penyembahan yang heran.
Jadi,
sudah sangat jelas; “nyanyian baru” yang tidak dapat diucapkan oleh siapapun
kecuali mereka yang menyanyikannya, itu jelas berbicara tentang persekutuan,
itu berbicara tentang hubungan yang begitu intim bersama dengan TUHAN.
Ketika
ada penyembahan yang begitu hebat itu, hasilnya ialah “nyanyian baru”, selalu
ada “nyanyian baru.” Kalau hubungan kita intim dengan TUHAN, pasti ada
“nyanyian baru”; yang lama berlalu, tidak ada lagi trik dan intrik, tidak
terlihat lagi kemunafikan di situ.
1
Korintus 7:4
(7:4) Isteri
tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula
suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
Suasana
penyembahan atau suasana dalam hubungan intim (penyembahan yang heran) adalah
suasana di mana kita tidak dapat lagi menahan diri ini, selain menyerahkan diri
ini sepenuhnya kepada TUHAN.
Itu
adalah penyembahan yang heran; itu merupakan hubungan yang intim, persekutuan
yang intim dengan TUHAN; suasana di mana kita tidak dapat lagi menahan diri.
LANGKAH-LANGKAH
SUPAYA BERADA DALAM HUBUNGAN INTIM.
Biarlah
kita ikuti langkah-langkah ini supaya nanti kita betul-betul berada dalam suatu
hubungan yang intim. Dan di dalam hubungan yang intim ini, menghasilkan
“nyanyian baru” yang tidak dapat diucapkan oleh siapapun kecuali oleh orang
yang menyanyikannya sendiri.
Tidakkah
saudara rindu untuk berada dalam pergulatan yang hebat dengan TUHAN,
penyembahan yang heran bersama dengan TUHAN? Oleh sebab itu, ikuti
LANGKAH-LANGKAHNYA, jangan bertahan dengan manusia daging, jangan bertahan
dengan kebodohan. Untuk itu, mari kita kembali memperhatikan Wahyu 14.
Wahyu
14:1
(14:1) Dan aku
melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan
Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis
nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Anak
Domba berdiri di bukit Sion bersama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat
ribu) orang.
Saat ini kita berada di rumah TUHAN, bukit Sion.
Selanjutnya,
di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya = Ada meterai Allah;
inilah gambaran dari kehidupan yang sudah dimeteraikan oleh Allah. Inilah
gambaran dari milik kepunyaan Allah sendiri, yaitu ada meterai Allah di dahi
mereka. Inilah suatu gambaran dari kehidupan gereja TUHAN yang tidak dapat
diceraikan oleh apapun dari kasih Allah.
-
Sekalipun tidak punya uang, namun tidak
dapat diceraikan dari kasih Allah.
-
Sekalipun belum mendapat pasangan hidup,
namun tidak dapat diceraikan dari kasih Allah.
-
Sekalipun ekonomi sedang merosot, namun
tidak dapat diceraikan dari kasih Allah.
-
Sekalipun semua, segala sesuatu merosot,
namun tetap tidak dapat diceraikan dari kasih Allah.
Inilah
kehidupan yang sudah dimeteraikan oleh Allah, inilah milik kepunyaan Allah, di
mana meterai Allah ada di dahi mereka.
Biarlah
di dalam seluruh alam pemikiran ini hanya ada nama-Nya dan nama Bapa-Nya, tidak
ada yang lain. Pulang ke rumah, selepas ibadah, tetap ada meterai Allah supaya
kita menjadi milik kepunyaan Allah. Biarlah yang ada di dalam seluruh alam
pemikiran hanya nama-Nya dan nama Bapa-Nya, tidak ada yang lain. Jangan mau
disusahkan dengan “nama” yang lain.
Wahyu
14:4-5
(14:4) Mereka
adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan,
karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti
Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia
sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. (14:5)
Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Praktek
tidak tercerai dari kasih Allah, YANG PERTAMA: Mereka tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, yakni;
-
Tidak mencemarkan diri dengan perempuan
Izebel.
-
Tidak mencemarkan diri dengan perempuan
Babel.
Inilah
2 (dua) perempuan yang ada di dalam kitab Wahyu tersebut.
Tidak
mencemarkan dirinya dengan “Perempuan Izebel.”
Berarti,
menempatkan Kristus sebagai Kepala atas tubuh, mendudukkan Kepala atas tubuh.
Arti rohaninya ialah segala kemuliaan hanya bagi Dia. Jelas, ini menunjuk
kepada; perempuan yang bertudung atau rambut panjang, sebagai tanda
ketundukannya kepada Kristus sebagai Kepala.
Menempatkan
Kristus sebagai Kepala = Tunduk kepada Kristus, sebagai Kepala, tidak tunduk
kepada kehendak yang lain.
Bukankah
pengertian ini sangat jelas sekali? Tinggal kita mau berpegang teguh kepada
firman yang kita dengar dan kita terima malam ini untuk selanjutnya kita
tindaklanjuti.
Sebetulnya,
sangatlah jelas: Tempatkan Kristus sebagai Kepala, dudukkan Kristus sebagai
Kepala atas tubuh, dengan demikian segala kemuliaan hanya bagi Dia.
Prakteknya adalah tunduk kepada Kristus sebagai Kepala.
Tidak
mencemarkan dirinya dengan “Perempuan Babel.”
Berarti,
melepaskan diri dari kecemaran perempuan Babel itu sendiri. Janganlah kita
mencemarkan diri kita masing-masing.
Mari
kita lihat “Apakah kecemaran yang datang dari perempuan Babel.”
Wahyu
17:4
(17:4) Dan
perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi
dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas
penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
-
Perempuan itu memakai kain ungu dan kain
kirmizi, artinya;
perempuan Babel ini seolah-olah menjalankan ibadah dan pelayanannya kepada
TUHAN.
-
Kemudian, dihiasi dengan emas, permata,
dan mutiara, menunjukkan seolah-olah oleh karena ibadah dan pelayanan itu,
dia sangat berharga sekali di mata TUHAN.
Itulah
keadaan dari perempuan Babel, tetapi keadaan itu hanyalah akal-akalan, sehingga
“seolah-olah” seperti dua hal di atas.
Tetapi
kenyataan yang sesungguhnya di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya, di
tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan 2 (dua) hal, yaitu:
1.
Kekejian.
2.
Kenajisan percabulannya.
Jadi,
sudah sangat jelas;
-
Seolah-olah dia menjalankan ibadah dan
pelayanannya kepada TUHAN.
-
Seolah-olah karena ibadah itu, dia
berharga di mata TUHAN.
Namun
sebenarnya tidaklah demikian; karena sesungguhnya, dia memegang sebuah cawan
emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
“Kekejian”,
prakteknya ialah:
-
Tidak menghargai ibadah dan pelayanan =
Korban sembelihan.
-
Tidak menghargai pembukaan firman = Korban
santapan.
Hal
ini ditulis dengan jelas di dalam Daniel 12:11.
“Kenajisan
percabulannya”, jelas ini menunjuk; ibadah laut atau ibadah antikris =
Ibadah, tetapi mengutamakan perkara-perkara lahiriah = Beribadah, tetapi hati
pikirannya hanya tertuju kepada berkat-berkat lahiriah di tengah-tengah ibadah
dan pelayanan.
Beribadah,
tetapi hatinya hanya fokus kepada perkara lahiriah, itu adalah perzinahan
(menduakan hati TUHAN), itu adalah percabulan, itulah yang menajiskan
seseorang. Jadi, ibadah laut, ibadah dari antikris adalah kenajisan percabulan,
sebab mereka beribadah tetapi hati dan pikirannya hanya fokus tertuju pada
berkat-berkat lahiriah.
Tetapi
terhadap perkara itu, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang
ditebus dari bumi tidak mencemarkan diri dengan perkara-perkara itu, sehingga
kalau kita baca kembali Wahyu 14:4, Mereka adalah orang-orang yang
tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, itulah perempuan Izebel
dan perempuan Babel.
-
Perempuan Izebel à Tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala.
-
Perempuan Babel à Kenajisan percabulannya, yang disertai
dengan kekejian.
Tetapi
terhadap itu semua, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tidak
mencemarkan dirinya.
Mengapa
mereka tidak mencemarkan diri dengan perempuan-perempuan ini? Karena mereka
murni sama seperti perawan. Berarti, suci di atas suci. Perawan saja itu
sudah suci, berarti kalau murni sama seperti perawan = suci di atas
suci.
Ayo,
inilah yang harus kita pertahankan, yaitu suci di atas suci. Jangan cemarkan
diri dengan 2 (dua) perempuan itu.
Gereja
TUHAN di hari-hari terakhir ini memang menghadapi suatu pergumulan yang begitu
hebat, suatu pergumulan yang begitu heran dari pengaruh 2 (dua) perempuan ini,
tetapi gereja TUHAN harus bertahan, harus hidup di dalam langkah-langkah yang
menuju kepada perhubungan yang begitu erat dengan TUHAN, harus tetap bertahan
dengan langkah-langkah supaya berada dalam penyembahan yang begitu heran, tidak
mencemarkan diri dengan 2 (dua) perempuan tersebut. Itu adalah langkah pertama
supaya nanti berada dalam penyembahan yang heran.
Praktek
tidak tercerai dari kasih Allah, YANG KEDUA: Mereka mengikuti Anak
Domba ke mana saja Ia pergi.
Syarat
untuk mengikuti TUHAN, sesuai dengan Injil Matius 16:24-26 ialah:
Yang
Pertama: Menyangkal dirinya = Tidak bermegah sekalipun memiliki
kelebihan-kelebihan di dalam diri.
Sekalipun
memiliki potensi di dalam diri, sekalipun memiliki gelar yang tinggi, sekalipun
memiliki harta kekayaan kedudukan yang tinggi, dan lain sebagainya, namun
semuanya itu disangkali = tidak bermegah.
Yang
Kedua: Memikul salibnya. Berarti, memikul tanggung jawab di atas pundak
ini.
Setiap
insan, setiap orang harus memikul tanggung jawabnya masing-masing, misalnya;
-
Seorang suami memikul tanggung
jawabnya menjadi suami yang baik, kepala rumah tangga yang baik.
-
Tanggung jawab seorang isteri ialah
menjadi penopang yang baik.
-
Tanggung jawab seorang anak ialah
hormat kepada orang tuanya. Kalau sidang jemaat kepada anak-anak rohani,
tanggung jawabnya ialah hormat dua kali lipat kepada mereka yang memberi
pengajaran.
-
Tanggung jawab seorang hamba ialah
tunduk kepada tuannya. Tuan dari semua hamba-hamba TUHAN ialah TUHAN Yesus
Kristus.
-
Tanggung jawab seorang tuan ialah
memperhatikan hamba-hambanya.
Kalau
kita hidup di dalam kasih Allah, maka kita hidup dalam pengampunan. Kalau kita
hidup di dalam kasih Allah, maka dosa orang lain tidak dilihat lagi, tidak
mengungkit-ungkit dosa masa lalu. Masing-masing kita harus tanggung jawabi apa
saja yang sudah kita terima dari TUHAN. Masing-masing kita harus memikul
tanggung jawab masing-masing.
Yang
Ketiga: Mengikut TUHAN. Jelas ini berbicara tentang pengalaman kematian
dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus.
Di
mana Aku berada, di situ pun pelayan-pelayan-Ku berada, sesuai dengan
Injil Yohanes 12:24-26, itu adalah pengalaman kematian dan kebangkitan.
Pengalaman kematian diawali dari;
Benih
itu “jatuh ke tanah.” Ini berbicara tentang kerendahan di hati. Selanjutnya
“mati.” Berarti, berada dalam pengalaman kematian Yesus Kristus, daging tidak
bersuara lagi = tidak hidup dalam hawa nafsu dan keinginan daging. Biar
diapa-apakan, orang mati dagingnya tidak akan bersuara, mulutnya tidak akan
bersuara.
-
Biar disakiti, dagingnya tidak akan
berteriak.
-
Biar tidak punya makanan, tidak punya
minuman, tidak punya pakaian, dia tidak bersuara.
-
Biar sekarang ekonomi keuangan sedang
merosot, tetapi dagingnya tidak bersuara.
Sesudah
itu, hari ketiga akan mengalami kebangkitan, sehingga Yesus berkata: Di mana
Aku berada, di situ pun pelayanKu berada. Jelas itu berbicara tentang
pengalaman kematian dan kebangkitan. Sesudah bangkit, sesudah tumbuh, maka dia
akan menghasilkan banyak buah; itulah suasana kebangkitan.
Itulah
yang dimaksud “Mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi.”
Praktek
tidak tercerai dari kasih Allah, YANG KETIGA: Mereka ditebus dari
antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak
Domba itu = Nama tertulis atau terdaftar di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba,
sesuai dengan 1 Korintus 15:24.
Demikian
juga, setelah kematian dari anak sulung bangsa Mesir, bangsa Israel dibebaskan
dari Mesir untuk menjadi anak sulung, untuk beribadah dan melayani di padang
gurun, dan mereka semua itu terdaftar.
Sehingga
kalau kita perhatikan di dalam kitab Keluaran dan Bilangan, dalam mereka
mengadakan ibadah, mereka sudah mempunyai tempat masing-masing, sebab
perkemahan mereka (12 suku itu) mengelilingi Tabernakel. Dan posisi mereka
sesuai dengan nama mereka yang terdaftar, sesuai dengan suku-suku yang
terdaftar.
Itu
jelas anak sulung, beribadah dan melayani, dan nama mereka terdaftar di sorga,
sesuai dengan tempat kemah mereka yang mengelilingi Tabernakel, di padang
gurun.
Praktek
tidak tercerai dari kasih Allah, YANG KEEMPAT: Di dalam mulut
mereka tidak terdapat dusta .
Menunjukkan
bahwa mereka hidup dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus. Kalau kita
perhatikan dalam suratan 1 Yohanes 2:27, Roh Kudus itu akan mengajar kita
dalam segala sesuatu. Kalau kita penuh dengan Roh Kudus, kita tidak perlu
diajar oleh orang lain.
Kalau
imam-imam melayani TUHAN dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus, ia
tidak perlu diajar untuk melayani TUHAN, ia tidak perlu diajar untuk memberi
yang terbaik untuk TUHAN, tidak perlu diajar untuk melakukan segala sesuatu
yang terbaik untuk TUHAN; itulah seorang imam yang penuh dengan Roh Kudus. Dan
Roh Kudus itu akan mengajari kita semua dalam segala perkara, dan ajarannya itu
tidak dusta.
Berarti,
jelas; kehidupan yang berada dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus,
tidak akan berdusta, tidak ada dusta.
Saya
berharap, suatu kali nanti, setiap orang yang pernah mencuri, jangan berdusta,
kalau memang rindu untuk menjadi milik kepunyaan TUHAN. Yang pernah mencuri,
cepat-cepat akui, termasuk mencuri milik TUHAN, bukan hanya milik sesama,
tetapi milik TUHAN juga (sepersepuluh), akui, jangan berdusta.
Engkau
tidak akan bertahan lama nanti, kalau mempertahankan dusta. Mungkin hari ini
bisa bertahan, tetapi suatu kali nanti TUHAN yang akan mengejar dirimu sampai
engkau membuka mulut untuk mengakui semua dusta-dusta, kalau tidak lepas dari
tawanan Roh. Itulah hebatnya penyucian
yang kita alami dalam penggembalaan ini, supaya nanti kelak segambar serupa
dengan Dia.
Praktek
tidak tercerai dari kasih Allah, YANG KELIMA: Mereka tidak bercela.
Tidak
ada cacat cela, tidak ada noda, tidak ada lagi hal-hal yang menodai = segambar
serupa dengan Allah. Berarti, kualitas rohani mereka sederajat dengan Mempelai
Laki-Laki Sorga, sama seperti tutup pendamaian (tutupan grafirat) berada tepat
di atas peti dari Tabut Perjanjian menyatu, sampai kelak terwujud kesatuan
tubuh dengan Kepala.
Inilah
kehidupan yang tidak bercela; tidak ada lagi cacatnya, tidak ada lagi celanya,
tidak ada lagi noda-noda yang mengotori, berarti kualitas rohani mereka sudah
sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga. Berarti, kedudukannya persis seperti
tutupan grafirat dengan peti dari Tabut Perjanjian; sudah menyatu, berada dalam
naungan Allah Trintias.
-
Tutupan
grafirat dengan 2 (dua) kerub di atasnya, itulah Allah Trinitas.
-
Peti dari tabut perjanjian, itulah gereja
TUHAN yang sempurna, yang berada dalam naungan dari Allah Trinitas. Dengan
demikian, tidak terlihat lagi cacat cela karena sudah ditutup bungkus dengan
tabiat dari Allah Trinitas.
Kemudian,
di dalam Tabut Perjanjian, ada 3 (tiga) alat:
1.
Tongkat Harun yang pernah bertunas.
2.
Dua loh batu.
3.
Buli Buli Emas Berisi Manna.
Itulah
tabiat dari Allah Trinitas yang bersifat permanen;
1.
Tongkat Harun yang pernah bertunas à Roh Allah yang
permanen.
2.
Dua loh batu à Kasih yang permanen.
3.
Buli Buli Emas Berisi Manna à Iman yang
permanen.
Oleh
sebab itu, biarlah kiranya kita taat terhadap penyataan-penyataan yang sudah
kita terima dari TUHAN, sebagaimana Rasul Paulus menunjukkan ketaatannya dari
apa yang sudah dia dengar, dari apa yang sudah dia terima, dari apa yang sudah
dia lihat ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, dari Allah.
Kita
kembali untuk memperhatikan PRIBADI RUT.
Rut
3:5
(3:5) Lalu kata
Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan."
"Segala
yang engkau katakan itu akan kulakukan." Ini adalah bukti ketaatan Rut
terhadap Naomi, mertuanya itu, sekalipun Rut telah mengalami berkat yang luar
biasa di ladang Boas. Tetapi sekalipun Rut sudah menerima berkat yang luar
biasa di ladang Boas, namun Rut tetap taat kepada perintah yang kelima dari
pada Naomi. Rut tetap taat, Rut tetap melakukan perintah Naomi yang kelima.
Kebanyakan
orang, ketika susah, dia bisa menyembah TUHAN disertai air mata yang tidak ada
putus-putusnya. Tetapi setelah “keberkatan”, dikaruniakan jabatan-jabatan di
tengah ibadah pelayanan, biasanya lupa diri, apalagi kalau sudah mengerti
sedikit firman TUHAN. Tetapi Rut bukanlah tipe-tipe gereja yang seperti itu,
Rut tetap taat kepada perintah Naomi sampai kepada perintah yang kelima, dia
tetap lakukan.
Rut
3:6
(3:6) Sesudah
itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti
yang diperintahkan mertuanya kepadanya.
Rut
pergi ke pengirikan, berarti Rut melakukan tepat seperti perintah Naomi yang
kelima, tidak bergeser, tidak berkurang.
“Tepat”,
berarti; tidak tambah, tidak kurang. Inilah Roh Mempelai, demikianlah ukuran
Tabernakel sejati; tidak kurang, tidak tambah,
-
Baik panjang Tabernakel, ukurannya sama.
-
Lebar Tabernakel, ukurannya sama.
-
Tinggi Tabernakel, ukurannya sama.
-
Warna setiap tanda pada Tabernakel,
semuanya tidak berubah.
Inilah
ukuran Tabernakel sejati, sama artinya; memiliki Roh Mempelai.
Rut
3:7
(3:7) Setelah
Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan
diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu
dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah
ia di situ.
Selanjutnya
di sini dikatakan: Datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam.
Kata
"perempuan" di sini menunjukkan bahwa Rut ini sebetulnya sudah diakui
oleh TUHAN.
Selanjutnya,
Rut menyingkapkan selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
Jadi,
benar sekali, Rut melakukan tepat seperti apa yang diperintahkan oleh Naomi;
dia membaringkan dirinya tepat di bawah kaki Boas.
Pada
minggu yang lalu, tentang “mencari tempat untuk berbaring” telah disampaikan 2
(dua) minggu berturut-turut. Biarlah hal ini jangan dilupakan begitu saja.
Memang
kita ini datang beribadah dan melayani TUHAN = Mencari tempat untuk tinggal
berbaring. Jangan mengembara selama kita ada di atas muka bumi ini, sebab itu
adalah tabiat dari "teman-teman", itu bukan tabiat dari mempelai
perempuan, bukan tabiat dari Sulamit.
Saya
berharap kepada imam-imam (pelayan-pelayan Tuhan), kalau memang engkau merindu
menjadi imam, apapun alasannya, tetaplah tergembala dengan sungguh-sungguh.
Saya tidak mau lagi mendengarkan alasan karena “ulang tahun”, karena ini dan
itu, lalu meninggalkan jam-jam ibadah. Kalau engkau tetap melawan apa yang saya
sampaikan, engkau sedang melawan TUHAN Yesus.
Rut
3:8
(3:8) Pada
waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke
sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah
kakinya.
Biarlah
kiranya TUHAN menemukan kita berbaring di kaki salib TUHAN, tidak pernah
meninggalkan tempat untuk berbaring.
1
Korintus 15:25-26
(15:25) Karena Ia
harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua
musuh-Nya di bawah kaki-Nya. (15:26) Musuh yang terakhir, yang
dibinasakan ialah maut.
TUHAN
telah mengalahkan semua musuh-Nya, dan musuh yang terakhir, yang dibinasakan
ialah; maut, sebab Yesus telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya
di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu di bukit Golgota.
Jadi,
berada di kaki Boas rohani -- itulah TUHAN Yesus Kristus -- adalah tempat yang
terindah, tempat yang tenang dan teduh, ada jaminan, karena TUHAN sudah
mengalahkan segala musuh-musuh-Nya, sudah letakkan dibawah kaki-Nya, termasuk musuh
yang terakhir, itulah maut, Ia telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya di
atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.
Berarti,
sekali lagi saya sampaikan:
-
Berada di bawah kaki Boas rohani -- itulah
TUHAN Yesus Kristus -- adalah tempat yang terindah.
-
Berada di bawah kaki Boas rohani -- itulah
TUHAN Yesus Kristus -- adalah tempat yang tenang dan teduh.
Jangan
mengembara seperti "teman-teman", tetapi mari kita dengan hati yang
penuh dengan kerinduan, berarti; dengan sungguh-sungguh mencari tempat untuk
tinggal berbaring di kaki Boas rohani.
Di
kaki salib Kristus ada jaminan. Di bawah kaki salib Kristus ada ketenangan dan
keteduhan, ada jaminan dari segala sesuatu.
Rut
3:4
(3:4) Jika ia
membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia
berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan
berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus
kaulakukan."
Jika
ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia
berbaring.
Pesan dari Naomi kepada Rut ialah “perhatikan baik-baik tempat ia berbaring.”
Berarti,
kalau kita datang di tengah ibadah dan pelayanan, jangan asal-asalan. Jangan
tubuh terlihat di tengah ibadah, tetapi hatinya tidak ada di tengah ibadah;
-
Hatinya jauh dari kasih Allah.
-
Hatinya jauh dari pembukaan firman.
-
Hidupnya tidak memberi diri dipimpin oleh
Roh Allah.
Tetapi
perhatikan baik-baik tempat ia berbaring, itulah yang TUHAN mau.
-
Jangan melayani asal melayani.
-
Jangan datang beribadah asal datang
beribadah.
Kemudian
ketika Rut berada di bawah kaki Boas (sebagai tempat yang terindah, yang
memberi ketenangan dan keteduhan, sekaligus sebagai jaminan), Boas juga akan
memberitahukan segala sesuatu kepada Rut, untuk selanjutnya dilakukan.
Ketika
kita berada di bawah kaki Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus, maka segala
rencana-rencana Allah, TUHAN beritahukan kepada gereja mempelai.
Itulah
kelebihan gereja mempelai dari gereja-gereja yang lain, kalau saudara
perhatikan itu dalam Kidung Agung 1, di mana Sulamit berkata bahwa
perempuan-perempuan yang lain itu hanya seperti kemah-kemah orang Kedar saja,
tetapi mempelai TUHAN berada dalam rencana Allah yang besar, segala sesuatu
dinyatakan (diberitahukan) kepada gereja mempelai. Ini juga merupakan hak
kesulungan bagi kita dari gereja-gereja yang lain.
Kisah
Para Rasul 26:13-15
(26:13)
tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan
itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit
meliputi aku dan teman-teman seperjalananku. (26:14) Kami semua rebah
ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku
dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar
bagimu menendang ke galah rangsang. (26:15) Tetapi aku menjawab: Siapa
Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu.
Inilah
perbedaan antara Gereja Mempelai dengan “teman-teman”, yaitu segala rencana
Allah dinyatakan kepada Gereja Mempelai. Segala rencana Allah dalam rangka penyelamatan
gereja TUHAN, segalanya dinyatakan kepada Rasul Paulus, tetapi kepada
“teman-teman” seperjalanan tidak dapat mendengarkan kata-kata itu. Inilah
kelebihan Gereja Mempelai.
Bersyukurlah
kalau kita digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya
Tabernakel, sebab segala sesuatu dinyatakan kepada Gereja Mempelai.
Jangan
bodoh lagi, jangan susahkan dirimu dengan banyak perkara di bumi ini,
seolah-olah engkau didesak oleh maut; baru dikejar tidak punya uang, sudah
seperti didesak oleh maut. Tetapi marilah kita taat kepada perkara-perkara yang
sudah TUHAN nyatakan kepada kita sampai TUHAN datang, sampai kepada kesudahan
dunia ini. Jangan undur dari ketaatan itu.
Yesaya
54:4-5
(54:4) Janganlah
takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu,
sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu
keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu. (54:5)
Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam
nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut
Allah seluruh bumi.
Kalau
kita taat terhadap rencana-rencana TUHAN, taat kepada kehendak Allah, maka
TUHAN lupakan dosa masa lalu, TUHAN tidak ingat dosa masa lalu, asal kita taat
kepada kehendak Allah.
-
TUHAN lupakan malu keremajaan Rut.
-
TUHAN tidak akan mengingat lagi aib
kejandaan Rut.
TUHAN
lupakan noda kekafiran yang menajiskan Rut, sebagai bangsa kafir; TUHAN
lupakan, asal kita taat. Demikian juga Boas yang lupa kepada perkara masa lalu
dari pada Rut.
Rut
3:9-10
(3:9)
Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku Rut,
hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah
seorang kaum yang wajib menebus kami." (3:10) Lalu katanya:
"Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau
menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu,
karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun
yang kaya.
Diberkatilah
kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih
nyata lagi dari pada yang pertama kali itu.
Mengikuti
Naomi, kemudian selanjutnya berada di ladang Boas, bekerja di ladang Boas
dengan segala kerendahan hati, dan bertemu dengan Boas, itulah “yang pertama
kali.” Sedangkan “yang kedua kali” ialah ketika Rut berada di kaki Boas rohani,
di kaki salib TUHAN Yesus Kristus.
...
Karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda ... Mahkota
dari orang muda adalah kekuatannya, mengandalkan manusia dagingnya. Tetapi Rut
tidak mengejar nafsu orang muda yang penuh dengan kekuatiran, tetapi Rut
mengejar Boas, sekalipun Boas bukanlah orang muda; selain mengharapkan
penebusan, Rut mencari perlindungan.
Seharusnya,
Rut mencari yang seumuran dengan dia, tetapi Rut tidak mencari yang seumuran
dengan dia, itulah hebatnya Rut.
Jadi,
kalau kita taat kepada kehendak Allah, maka TUHAN lupakan dosa masa lalu.
Haleluya.. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
Puji TUHAN
ReplyDelete