IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 02 FEBRUARI 2021
(Seri: 129)
Segala hormat selayaknya kita naikkan hanya kepada Dia, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga; Dia Pembela dan Pemelihara hidup kita sampai saat ini.
Lewat Ibadah Doa Penyembahan malam ini, keberadaan kita bagaikan di bawah kepak sayap Allah sebagai tempat perlindungan, sebagai tempat perteduhan, sebagai kubu pertahanan kita masing-masing, sehingga lepas dari jerat si penangkap burung, itulah pekerjaan Setan lewat kaki tangan-Nya, itulah antikris.
Jangan kita sama seperti anak kecil; gampang berucap, tetapi tidak mampu menggenapi. Sebentar menangis, sebentar bersungut-sungut, sebentar tertawa. Hari-hari ini kita harus semakin bijaksana, itulah tanda kedewasaan rohani kita masing-masing. Kedewasaan itu bukan dilihat dari usia, tetapi dilihat dari penyerahan diri kita kepada TUHAN, itulah kekekalan.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
YANG PERTAMA pada ayat 25-27, terkhusus pada ayat 25: Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Jadi, oleh karena kasih Kristus ini, sidang jemaat TUHAN dijadikan sebagai mempelai wanita TUHAN, cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
- Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
Oleh sebab itu, dengan tegas Allah berkata: Apabila ada seorang ibu yang tidak peduli dengan anaknya, tetapi TUHAN berkata: Aku tidak meninggalkan kamu seorang diri. Biarlah kiranya saya, sebagai seorang gembala sidang, betul-betul di dalam hal mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat TUHAN.
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
Berarti, diasuh = menerima didikan langsung dari TUHAN.
- dimulai dari Sekolah Dasar selama 6 (enam) tahun,
- kemudian Sekolah Menengah Pertama selama 3 (tiga) tahun,
- kemudian, lanjut Sekolah Menengah Atas selama 3 (tiga) tahun,
- dan ada juga yang menerima pendidikan sampai kepada Perguruan Tinggi,
itu bagus, karena kita berhak mendapat hak asuh dari tempat di mana kita menempuh pendidikan, dimulai dari pendidikan di rumah kita masing-masing. Didikan itu tidak salah, tetapi didikan itu belum sempurna untuk mengerti tentang Kerajaan Sorga.
1 Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
Pendeknya: Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib adalah ibadah yang mendatangkan didikan dari TUHAN terhadap sidang jemaat atau umat TUHAN.
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
- Jangan anggap enteng didikan TUHAN.
Jadi, seorang imam harus diperingatkan soal tanggung jawabnya. Maka, jangan anggap enteng didikan TUHAN, dan tidak boleh putus asa apabila ada peringatan. Kalau tidak mau diperingatkan, maka jangan melayani. Kalau tidak mau menerima didikan, jangan melayani.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tegas: Jangan melayani kalau tidak mau terima didikan; jangan melayani kalau tidak mau diperingatkan.
Sidang jemaat yang tidak melayani, tidak mungkin diperingatkan, tidak mungkin diajar untuk melayani TUHAN. Yang diperingatkan, yang menerima didikan adalah orang yang mau bekerja, orang yang mau melayani pekerjaan TUHAN. Ingat itu, jangan lupa.
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
- Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya.
- Meterai dari orang yang dikasihi oleh TUHAN ialah HAJARAN.
Amsal 3:11
(3:11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
- Jangan kita menolak didikan TUHAN.
(3:12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. (3:13) Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,
- hanya berlaku bagi orang-orang yang dikasihi oleh TUHAN,
Pada minggu yang lalu, kita sudah memperhatikan Amsal 24, namun kiranya kita kembali mendapat lawatan TUHAN dari Amsal 24.
Amsal 24:3-4
(24:3) Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, (24:4) dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.
YANG PERTAMA: Dengan hikmat, rumah didirikan.
Berarti, tanpa hikmat, rumah tidak dapat berdiri.
YANG KEDUA: Dengan kepandaian, rumah menjadi tegak.
Memang, kepandaian itu harus ditegakkan supaya kita tidak menjadi sama dengan 5 (lima) gadis yang bodoh. Tetapi tetapi 5 (lima) gadis yang bijaksana, 5 (lima) gadis yang pandai itu berada dalam kedudukan yang tegak. Apa buktinya? Buktinya ialah dibawa masuk dalam ruang perjamuan kawin Anak Domba, itu tegak, sesuai dengan Matius 25:10, Wahyu 19:6-9.
Jadi, dengan kepandaian itulah rumah ditegakkan; tegak sampai Maranatha, kita dibawa masuk ke dalam ruang perjamuan kawin Anak Domba, sesuai dengan Injil Matius 25:10.
YANG KETIGA: Dengan pengertian, kamar-kamar (hati) diisi dengan bermacam harta benda yang berharga dan menarik.
Itu sudah pasti; jika rumah sudah ditegakkan, berarti di dalam rumah itu ada kamar-kamar, dan dengan pengertian itulah kamar-kamar hati diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.
Amsal 9:1-6
(9:1) Hikmat telah mendirikan rumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya, (9:2) memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya. (9:3) Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota: (9:4) "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari"; dan kepada yang tidak berakal budi katanya: (9:5) "Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur; (9:6) buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian."
Berarti, tanpa hikmat, rumah tidak berdiri, bukan? Hal ini sama dengan Amsal 24, yang mengatakan: “Dengan hikmat, rumah didirikan”.
Jelas ini menunjuk; 5 (lima) gadis yang pandai atau 5 (lima) gadis yang bijaksana, yang dibawa masuk ke ruang perjamuan kawin = gereja TUHAN yang sempurna, sebab angka 7 (tujuh) adalah angka sempurna. Hal ini sama dengan Amsal 24, yang mengatakan: “Dengan kepandaian, rumah menjadi tegak.”
Namun dalam Amsal 9:2-6, “pengertian mengisi kamar-kamar hati dengan harta yang berharga dan menarik”, antara lain, YANG PERTAMA, Ayat 2:
- Memotong ternak sembelihannya,
- Menyediakan hidangannya.
Artinya: Hati kita diisi dengan kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai.
Sebagaimana anak yang terhilang itu; setelah dia didapat kembali oleh ayahnya, selanjutnya anak lembu disembelih. Demikian juga hal yang senada: Hidangan tersedia, sebab lembu disembelih, karena anak yang hilang itu sudah kembali. Dahulu hilang, dahulu mati, namun sudah didapat kembali oleh ayahnya.
Itu sebabnya, ketika anak yang sulung itu kembali dari ladang, dia bertanya kepada salah seorang hamba, apa yang sedang terjadi, mengapa ada suasana pesta, mengapa hidangan sudah tersedia? Lalu jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Dahulu terhilang dan mati oleh karena kenajisannya dengan pelacur-pelacur, tetapi sekarang didapat kembali. Itu adalah kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai.
Undangan yang pertama pada ayat 1-7, tetapi rupanya mereka menolak, dengan alasan;
-
Ada yang pergi ke
ladangnya,
-
Ada yang pergi
mengurus usahanya,
-
Dan yang lain,
menangkap hamba-hamba dari raja itu, hamba-hamba yang diutus untuk mengundang. Mereka menangkap
hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.
Bukankah ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua membunuh Yesus, dan akhirnya Dia mati di kayu salib, lalu hari ketiga Dia bangkit? Inilah undangan yang pertama, tetapi undangan itu tidak layak bagi mereka.
(22:8) Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. (22:9) Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. (22:10) Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, bangsa kafir dijumpai di jalan-jalan, itulah orang-orang jahat dan orang-orang baik menurut pengertiannya.
Biarlah kamar-kamar hati kita ini diisi penuh oleh kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai.
Kalau saat ini kita berada dalam perjamuan malam menikmati hidangan, itu adalah kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai, supaya kita tidak terhilang, supaya kita jangan binasa. Jadi, kalau bangsa kafir tidak menghargai undangan juga, ini adalah bangsa kafir yang tidak tahu diri.
Di sini dikatakan: Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota: "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari"; dan kepada yang tidak berakal budi.
Artinya, hati ini telah diisi penuh oleh kuasa Roh-El Kudus, dan akhirnya kita semua menjadi suatu kesaksian yang besar terhadap:
- Orang-orang yang tidak berpengalaman.
- Orang-orang yang tidak berakal budi.
Kita menjadi kesaksian oleh karena kuasa Roh-El Kudus.
Ini juga disebut Roh Mempelai, roh kesatuan. Kalau kita berbicara “Mempelai”, itu berbicara tentang kesatuan; dua menjadi satu.
Di sini dikatakan: "Marilah" Hal ini berbicara soal himbauan, yang tujuannya adalah:
- Makanlah roti.
- Minumlah anggur yang telah kucampur.
Artinya, hati ini harus diisi penuh dengan pribadi yang telah dikorbankan, atau diisi penuh dengan pribadi yang dipecah-pecahkan, itulah pribadi Yesus yang disalibkan, itulah pengajaran firman yang benar dan murni.
Manfaatnya adalah:
- Membuang kebodohan = hidup.
- Mengikuti jalan pengertian à jalan yang baru.
Dulu, waktu kita di luar TUHAN, kita menempuh jalan yang lama, tetapi lewat pembukaan rahasia firman, kita mempunyai pengertian, itu adalah jalan yang baru.
- Harus diisi penuh dengan kasih Allah dalam suasana Mempelai.
- Harus diisi penuh dengan Roh Mempelai supaya menjadi kesaksian yang besar.
- Harus diisi penuh dengan pengajaran Firman Allah yang benar dan murni.
Sebab manfaatnya adalah membuang kebodohan -- berarti; hidup -- dan mengikuti jalan pengertian (jalan yang baru).
Kalau berbicara tentang “Mempelai” jelas itu berbicara tentang kesatuan, itulah harta yang berharga dan yang menarik, yang harus dipenuhkan di dalam hati kita masing-masing.
(9:7) Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela. (9:8) Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya, (9:9) berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah. (9:10) Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.
Oleh sebab itu, janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, tetapi kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya. Siapa yang ingon menjadi pencemooh? Siapa yang rindu menjadi orang bijak?
1. Orang yang bijak.
2. Orang yang takut akan TUHAN.
Itulah orang-orang yang membutuhkan hikmat Allah, tetapi pencemooh dan orang fasik tidak membutuhkan hikmat Allah. Oleh sebab itu, bijaklah, takutlah akan TUHAN, inilah orang yang sangat sangat membutuhkan hikmat Allah.
Kalau ibadah ini dihubungkan dengan salib, berarti TUHAN mendidik kita. Dan lewat didikan inilah kita memperoleh hikmat. Sedangkan yang membutuhkan hikmat ialah orang yang bijak dan orang yang takut akan TUHAN.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment