Salam sejahtera di dalam kasih Yesus Kristus. Sebagai tanda rasa syukur kepada Tuhan, lewat media ini kami membagi - bagikan Firman Tuhan yaitu Firman Pengajaran yang benar yang rahasianya dibukakan.
Semoga menjadi berkat untuk kita semua. Tuhan Yesus Kristus memberkati.
IBADAH
RAYA MINGGU, 07 FEBRUARI 2021 KITAB
WAHYU (Seri:11) Subtema:
PENGIKUTAN YANG SALAH & PENGIKUTAN YANG BENAR Shalom. Selamat
petang, salam sejahtera, bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing. Segala
puji, segala hormat selayaknya kita naikkan hanya bagi Dia yang duduk di atas
takhta-Nya sampai selama-lamanya. Saya
tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN yang tekun memberikan diri-Nya
untuk digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik
di dalam negeri maupun di luar negeri, di mana pun anda berada. Selanjutnya
kita berdoa, kita mohon kemurahan TUHAN, supaya firman itu dibukakan dan
meneguhkan hati kita masing-masing, supaya ibadah kita ini tidak menjadi
percuma, kita tidak menjalankan ibadah Taurat lagi, tidak keras hati lagi. Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 13.
Kita masih melihat dan menunggu berkat dari ayat 3. Wahyu
13:3 (13:3) Maka
tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang
membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh
dunia heran, lalu mengikut binatang itu. Maka
tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang
membahayakan hidupnya -- atau dengan kata lain; penderitaan
luka yang akan membawa hidupnya kepada maut --, tetapi luka yang
membahayakan hidupnya itu sembuh. Jadi, hidupnya sudah berada di ujung
tanduk, yaitu kematian, tetapi pada akhirnya mengalami kesembuhan. Berarti,
mujizat terjadi. Kemudian,
sesudah mujizat terjadi seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. Singkatnya:
Oleh karena mujizat palsu yang diadakan oleh antikris (binatang yang keluar
dari dalam laut), seluruh dunia heran, lalu mengikuti binatang yang keluar dari
dalam laut (antikris) itu. Sebenarnya,
pengikutan semacam ini adalah pengikutan yang salah, adalah pengikutan
yang keliru, sebab mereka menjadi pengikut hanya karena mujizat yang
diadakan oleh antikris itu sendiri. Jelas, ini adalah pengikutan yang salah
kaprah. Kita
bandingkan dengan Injil Yohanes 6. Yohanes
6:1-2 (6:1) Sesudah
itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. (6:2)Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat
penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Di
sini kita melihat: Banyak orang berbondong-bondong mengikuti Yesus. Mengapa hal
itu terjadi? Ternyata, mereka berbondong-bondong mengikuti Yesus hanya karena
mujizat-mujizat kesembuhan yang diadakan Yesus terhadap orang-orang sakit
dihadapan orang banyak. Itu saja, bukan karena yang lain-lain. Lalu,
kaitan dari ayat 1-2, ada pada ayat 3. Kita akan melihat,
upayakan dan rasakan kita benar-benar berada pada peristiwa itu, maka kita
lihat ayat 3. Yohanes
6:3 (6:3) Dan Yesus
naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Tetapi
yang anehnya, ketika orang banyak berbondong-bondong untuk mengikuti Yesus,
justru di sini kita melihat; Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan
murid-murid-Nya. Kalau
orang lain datang mendekat kepada kita, tiadalah mungkin kita meninggalkan
orang yang mendekat kepada kita; itu secara logisnya. Tetapi kenyataannya,
orang banyak yang mengikuti Yesus, bahkan berbondong-bondong, ketika sudah
mendekat, justru Yesus tinggalkan mereka, lalu naik ke atas gunung sendirian,
bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Bukankah
ini aneh? Ketika orang mendekat, tetapi justru meninggalkan orang yang
mendekat, bukankah itu aneh? Apakah itu kasih? Itu tidaklah kasih. Tetapi bukan
berarti TUHAN tidak mengasihi mereka. Ini adalah suatu pelajaran yang akan kita
terima sore ini. Mari,
kita lanjut melihat mujizat selanjutnya yang dilakukan oleh Yesus, pada ayat
11-13. Yohanes
6:11-13 (6:11) Lalu
Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka
yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak
yang mereka kehendaki. (6:12) Dan setelah mereka kenyang Ia berkata
kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya
tidak ada yang terbuang." (6:13) Maka mereka pun mengumpulkannya,
dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima
roti jelai yang lebih setelah orang makan. Kemudian,
di sini kita melihat: Mujizat berikutnya ialah Yesus memberi makan 5.000 (lima
ribu) orang laki-laki, tidak termasuk (tidak terhitung) para isteri dan
anak-anak. Mereka semua diberi makan hanya dengan 5 (lima) roti dan 2 (dua)
ikan, bahkan justru masih sisa 12 (dua belas) bakul. Bukankah ini mujizat? Ini
adalah mujizat, keajaiban yang diperbuat oleh Yesus yang kedua kalinya pada
Injil Yohanes 6. Tetapi
mari kita lihat selanjutnya pada ayat 14. Yohanes
6:14 (6:14) Ketika
orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata:
"Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam
dunia." Karena
orang banyak itu telah melihat mujizat 5 (lima) roti 2 (dua) ikan yang diadakan
oleh Yesus, lalu mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan
datang ke dalam dunia”, itulah pendapat mereka terhadap Yesus. Sekilas,
pernyataan atau pengakuan orang banyak (yang berbondong-bondong mengikut TUHAN ini)
sepertinya rohaniawan, tetapi salah kaprah. Mari, saya akan buktikan bahwa
tanggapan orang banyak yang mengikut Yesus adalah tanggapan yang keliru,
tanggapan yang salah kaprah, sebab tanggapan itu menunjukkan bahwa pengikutan
mereka itu belum dewasa secara rohani. Kedewasaan
itu bukan diukur dari usia. Sebagaimana pernyataan Rasul Paulus kepada
Timotius: Jangan ada orang menganggap engkau rendah sekalipun usiamu muda. Jadi,
tanggapan yang salah kaprah dari orang banyak itu menunjukkan bahwa pengikutan
mereka itu belum dewasa. Banyak orang Kristen belum dewasa, sekalipun ia merasa
sudah dewasa. Ukurannya adalah firman; jangan gunakan yang lahiriah. Kembali
saya sampaikan: Setelah mujizat 5 (lima) roti 2 (dua) ikan, lalu mereka
berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam
dunia”. Inilah pendapat mereka setelah Yesus mengadakan mujizat. Apakah ini
benar atau tidak? Tetapi saya katakan, ini adalah pendapat yang salah kaprah,
pendapat yang keliru,menunjukkan bahwa
mereka belum dewasa secara rohani. Hal ini akan kita buktikan bersama-sama. Pembuktian
itu, dimulai dari Efesus 4, dengan perikop: “Kesatuan jemaat dan karunia
yang berbeda-beda”. Kita harus menyatu, yang disebut dengan terbentuknya
tubuh Kristus; semuanya itu dikerjakan oleh karunia yang berbeda-beda dan
jabatan yang berbeda-beda pula. Efesus
4:10-12 (4:10) Ia yang
telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit,
untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul
maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala
dan pengajar-pengajar, (4:12) untuk memperlengkapi orang-orang
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, Memang,
lewat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, Ia memenuhkan segala sesuatu,
bahkan memberikan 5 (lima) jabatan: 1.Jabatan rasul. 2.Jabatan nabi. 3.Jabatan penginjil. 4.Jabatan gembala. 5.Jabatan guru atau pengajar. Dengan
satu tujuan; untuk memperlengkapi orang-orang kudus, umat memperlengkapi umat
pilihan, memperlengkapi hamba-hamba TUHAN bagi pekerjaan pelayanan dan bagi
pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Itu
memang benar; TUHAN memberikan 5 (lima) jabatan bagi hamba-hamba TUHAN untuk
pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus, itu memang benar dan tidak
dipungkiri. Tetapi
tugas nabi bukan untuk mengadakan mujizat-mujizat dan kesembuhan-kesembuhan,
yang walaupun sekali waktu seorang nabi dalam Perjanjian Lama dapat mengadakan
mujizat kesembuhan. Banyak contoh dalam Perjanjian Lama, di mana nabi
mengadakan kesembuhan: Elia, dan Elisa banyak mengadakan kesembuhan, dan bahkan
kedua nabi besar ini betul-betul menghidupkan orang yang mati, juga betul-betul
menyembuhkan orang yang sakit, dan ada juga nabi-nabi yang lain. Itu tidak
dipungkiri, tetapi tugas nabi bukan untuk mengadakan penginjilan kesembuhan,
itu harus dicamkan dengan baik, supaya pengikutan kita ini jangan salah kaprah. Mengapa
pengikutan orang Kristen salah kaprah? Karena mereka belum dewasa dalam
mengikuti TUHAN, karena pengikutan mereka hanya karena mujizat semata. Memang
TUHAN berikan jabatan nabi kepada seorang hamba TUHAN, tetapi spesiaslisasinya
bukan penginjilan dan kesembuhan, bukan. Kita jangan sampai salah tanggap.
Seperti tadi; mereka melihat Yesus mengadakan mujizat, lalu oleh karena mujizat
yang diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi
yang akan datang ke dalam dunia”; ini adalah pengikutan yang belum dewasa. Kita
akan membaca 1 Korintus 14, dengan perikop: “Sekali lagi tentang
karunia Roh”. Tadi kita sudah melihat karunia-karunia untuk mempersatukan
tubuh yang berbeda-beda, supaya terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna, itulah tubuh Mempelai, gereja yang sempurna. 1
Korintus 14:1-2 (14:1) Kejarlah
kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh,
terutama karunia untuk bernubuat. (14:2) Siapa yang berkata-kata
dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah.
Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan
hal-hal yang rahasia. Kejarlah
kasih,
kemudian usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, di mana ada
9 (sembilan) karunia, juga ada 9 (jabatan) yang dirampingkan menjadi 5 (lima)
jabatan yang tadi sudah kita lihat. Namun, kalimat yang terakhir: usahakanlah
dirimu memperoleh karunia untuk bernubuat; jangan lupa, sebab inilah
yang terutama. Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tidak
berkata kepada orang lain, tetapi kepada Allah, dia berkata-kata kepada
Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya, tidak ada
yang tahu bahasa Roh. Oleh sebab itu, kalau setiap hari berbahasa Roh “ta ta
ta ta ta ta ta” atau “ka ka ka ka ka ka” atau “sikaraba sikaraba”,
saya heran sekali, setiap hari seperti itu, ya tidak ada lah
artinya. Biar ditafsirkan oleh orang lain pun tidak ada artinya. Setiap hari “ta
ta ta ta ta ta ta” atau “ka ka ka ka ka ka”, tidak ada karunia yang
bisa mengartikan bahasa Roh semacam itu. Tetapi
andaikatapun dikaruniakan bahasa Roh yang sesungguhnya, tetapi kalau tidak ada
yang menafsirkan, tidak ada yang tahu, sehingga ketika ia berbahasa Roh, ia
hanya berkata-kata dengan TUHAN, bukan dengan manusia, bukan dengan orang-orang
yang di sekitarnya.Mengapa? Oleh Roh
ia mengucapkan hal-hal yang rahasia; karena bahasa Roh adalah bahasa
rahasia untuk membangun dirinya dengan TUHAN, tidak ada yang tahu. Oleh
sebab itu, kita perhatikan ayat 3. 1
Korintus 14:3 (14:3) Tetapi
siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia
membangun, menasihati dan menghibur. Tetapi
siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia berkata-kata
kepada orang yang di sekitarnya, kepada orang lain, untuk membangun,
untuk menghibur, untuk menasihati orang lain; inilah tugas nabi. Jadi,
tugas nabi adalah bernubuat, berarti; membangun, menasihati, menghibur orang
lain. Berusahalah
untuk memperoleh bahasa lidah, itu bagus, tetapi yang terutama ialah
berusahalah untuk memperoleh karunia bernubuat, berarti jauh lebih bagus lagi.
Itulah tugas nabi, yaitu bernubuat, berarti; -Membangun orang lain. -Menasihati orang lain. -Menghibur orang lain. Ayo,
buka hati untuk pengertian yang benar dari sorga; jangan dilawan. 1
Korintus 14:4 (14:4) Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa
yang bernubuat, ia membangun Jemaat. Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, bahasa lidah, bahasa asing, ia
hanya membangun dirinya sendiri, ia membangun hidupnya di hadapan TUHAN,
dia tidak membangun orang lain karena tidak ada yang mengerti bahasa Roh,
selain ditafsir oleh seseorang yang memiliki karunia menafsirkan bahasa Roh. Tetapi
siapa yang bernubuat, ia membangun sidang jemaat. Maka, kita butuh
karunia nabi untuk membangun kehidupan rohani dari sidang jemaat; kita butuh
pembukaan rahasia firman dalam terangnya Roh-El Kudus untuk membangun kehidupan
dari sidang jemaat. 1
Korintus 14:5 (14:5) Aku suka,
supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu,
supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada
orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga
menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. Aku
suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh. Bukan hanya
Rasul Paulus, saya juga sebagai seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan
gembala, saya suka kalau sidang jemaat dikaruniakan bahasa Roh. Tetapi,
ada yang lebih dari itu; apa itu? Lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Masih
ada yang lebih dari bahasa lidah, bahasa Roh, bahasa asing, yaitu nubuatan dari
nabi, yakni; pembukaan rahasia firman. Sebab
orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan
bahasa roh.
Nubuat lebih berharga dari bahasa lidah, karena bahasa lidah tidak ada orang
yang mengerti, kecuali kalau ada orang yang memiliki karunia menafsirkan bahasa
lidah. Ketika ditafsirkan, barulah orang yang mendengar itu mengerti. Tetapi
kalau “ta ta ta ta ta ta ta”, setiap minggu “ta ta ta ta ta ta ta”,
sekalipun ada di tengah-tengah sidang jemaat yang memiliki karunia untuk
menafsirkan bahasa lidah, tidak akan mungkin bisa mengartikan “ta ta ta ta
ta ta ta”, bahkan setiap hari “sikaraba sikaraba”. Ayo, biarlah kita
semakin dewasa; jangan mau dibodoh-bodohi hamba TUHAN yang serba instan dalam
hal memperoleh karunia Roh Kudus. Jadi,
dari pelajaran ini, barulah kita semakin mengerti: Oh, ternyata, orang
banyak yang mengikuti TUHAN, bahkan berbondong-bondong, ternyata pengikutannya
benar-benar pengikutan yang salah kaprah. Hanya karena mujizat, lalu mereka
berkata: “Yesus nabi”, itu salah. Kemudian,
kita pelajari terus, ayat 6 ... 1
Korintus 14:6 (14:6) Jadi,
saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah
gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah
atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? Jadi,
saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh ...
Tiba-tiba seorang gembala sidang bicara di mimbar dengan bahasa lidah. Kan sekarang
ini sedang marak bahasa lidah? Tidak ada khotbah, tidak ada apa-apa, tiba-tiba
bahasa lidah, sehingga terlihat begitu memukau, berarti hamba TUHAN semacam ini
hanya membuat sensasi, tetapi banyak anak TUHAN tidak mengerti. Tetapi sekarang
TUHAN sudah beri pengertian, bukan? Apakah
gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau
pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? Kalau
nabi tidak bernubuat, apa artinya bahasa lidah? Biar berjuta kali bahasa lidah,
tetapi orang lain tidak mengerti, apa artinya? Seorang hamba TUHAN dari awal
sampai akhir terus berbahasa lidah, apa artinya? Kalau kepada sidang jemaat
tidak disampaikan penyataan Allah, itu semua tidak ada artinya. Apa itu
penyataan Allah? 1.Mengandung pengetahuan. 2.Mengandung nubuat, sehingga
memiliki pandangan jauh ke depan. 3.Mengandung pengajaran, yang
mengajar kita dalam segala perkara. Lihat
CONTOHNYA. 1
Korintus 14:7 (14:7) Sama
halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi,
seperti seruling dan kecapi -- bagaimanakah orang dapat
mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak
mengeluarkan bunyi yang berbeda? Bahasa
lidah (bahasa Roh) tanpa nubuat dari seorang nabi, sama seperti alat-alat musik
yang tidak berjiwa(benda mati), tetapi mengeluarkan bunyi suara. Misalnya:
Seruling dan kecapi; orang tidak mengetahui lagu apa yang dimainkan oleh
seruling dan kecapi kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda. Kalau
hanya mengeluarkan nada “do ...”, lagunya sudah tinggi, tetapi seruling
dan kecapi hanya mengeluarkan nada “do ...”, tidak mengeluarkan nada
yang berbeda-beda, itu tidak ada artinya, tidak ada yang tahu lagu apa yang
dimainkan oleh seruling, lagu apa yang dimainkan oleh kecapi, sehingga membuat
bingung biduanita. Kalau pemain musik tidak mengerti nada rendah, nada tinggi,
tidak mengeluarkan nada yang berbeda-beda, orang tidak tahu lagu apa yang
dinyanyikan. 1
Korintus 14:8 (14:8) Atau,
jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan
diri untuk berperang? Atau,
jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, kalau firman
TUHAN tidak disampaikan dengan jelas terang benderang, siapakah yang
menyiapkan diri untuk berperang? Sementara kita berada di atas muka bumi
ini, berada di tengah ibadah pelayanan di atas muka bumi ini bagaikan berada di
dalam peperangan menghadapi si seteru;
1.Menghadapi dunia dengan arusnya
yang menghanyutkan supaya anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani.
2.Menghadapi daging dengan segala
hawa nafsu dan keinginan dagingnya yang jahat.
3.Menghadapi Setan dengan segala tipu
dayanya.
Oleh
sebab itu, memang, perjuangan kita bukan melawan darah daging, tetapi melawan
roh-roh jahat di udara dengan segala tipu muslihatnya. Lah, kalau nafiri
tidak ditiup dengan terang, kalau tidak ada pembukaan rahasia firman yang
memberi pengertian terang benderang dalam kehidupan kita, bagaimana bisa kita
menghadapi Setan, bagaimana kita menghadapi dunia dengan arusnya, dan bagaimana
kita menghadapi daging dengan segala keinginannya yang terselubung? Inilah yang
tidak dipahami oleh orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti TUHAN.
Hati-hati loh saudara. Saya
tidak sedang mengkultuskan penggembalaan ini, tidak, tetapi sudah seharusnya
kita bersyukur dengan kemurahan TUHAN, bersyukur dengan ketegasan terang
benderang lewat pembukaan firman. Bukankah terang itu tegas? Beberapa
waktu lalu saya sudah sampaikan; kalau hamba TUHAN terlihat lemah lembut,
rendah hati, ramah sekalipun, tetapi ibadah tidak dihubungkan dengan salib, itu
bagaikan cakar beruang yang menusuk. Jadi, kita harus bisa bedakan; mana roh
antikris dan mana Roh yang berasal dari sorga, dari Allah. Dewasalah. Sekali
lagi kita perhatikan: Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang
terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? Kalau tidak ada
pembukaan rahasia firman yang memberi pengertian terang benderang, maka kita
tidak tahu berperang, kalah terus. Itu
sebabnya kalau kita perhatikan Bilangan 10, ayat ini diadopsi oleh Rasul
Paulus lalu disampaikan kepada sidang jemaat di Korintus. Dalam Bilangan 10
itu, di situlah TUHAN menyatakan diri-Nya lewat nafiri yang ditiup dengan
terang menjadi komando, sehingga mereka mempersipakan diri setiap kali nafiri
itu ditiup.
-Apabila kedua nafiri itu ditiup, segenap
umat itu harus berkumpul kepadamu di depan pintu Kemah Pertemuan. Jikalau hanya
satu saja ditiup, maka para pemimpin, para kepala pasukan Israel harus berkumpul
kepadamu.
-Apabila kamu meniup tanda semboyan, maka
haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah timur; apabila kamu
meniup tanda semboyan kedua kalinya, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang
berkemah di sebelah selatan.
Jadi,
nafiri ini harus ditiup dengan terang supaya menjadi komando, menjadi perintah
untuk menuntun perjalanan bangsa Israel untuk tiba di Yerusalem Baru, tanah
Kanaan sorgawi. Nafiri
itu harus ditiup dengan terang; firman yang rahasianya dibukakan harus
disampaikan dengan terang benderang, supaya kita jangan mengalami kekalahan.
Sebab selama kita ada di bumi ini, di tengah ibadah pelayanan di atas muka bumi
ini, kita sedang berada dalam peperangan rohani, teramat lebih imam-imam,
hamba-hamba TUHAN. Dari
apa yang sudah kita pelajari pada Injil Yohanes 6 yang dikaitkan dengan 1
Korintus 14, KESIMPULANNYA: Kita sudah melihat tugas dari seorang nabi, di
mana tugasnya adalah bernubuat, berarti; membangun menghibur
menasihati sidang jemaat. Pendeknya, tugas nabi adalah menyampaikan penyataan
Allah yang mengandung 3 (tiga) hal, yaitu pengetahuan, nubuat,
dan pengajaran. Berarti,
ketika orang banyak berbondong-bondong untuk mengikuti Yesus dan melihat Yesus
sebagai seorang nabi, hanya karena mujizat yang diadakan-Nya, jelas itu
menunjukkan bahwa pengikutan orang banyak tersebut kepada TUHAN belum dewasa. Pengikutan
yang keliru dan salah kaprah adalah pengikutan yang belum dewasa. Dalam
pengikutan kita kepada TUHAN; -Tambah tahun harus tambah dewasa. -Tambah tahun harus semakin tambah lemah
lembut. -Tambah tahun harus semakin rendah hati di
dalam melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN. Jangan
sampai pengetahuan bertambah, tetapi dalam kesombongan, ketinggian hati, itu
tidak boleh. Semakin dipercaya justru semakin sombong, itu adalah sesuatu yang
salah. Kita
kembali untuk membaca Injil Yohanes 6. Yohanes
6:14 (6:14) Ketika
orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata:
"Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena
mujizat yang diadakan oleh Yesus dalam Injil Yohanes 6, yaitu kesembuhan
serta 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan, lalu mereka berkata: “Dia ini adalah
benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.” Namun, mendengar
pernyataan atau pengakuan semacam ini, bagaimana sikap Yesus? Yohanes
6:15 (6:15) Karena
Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa
untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang
diri. Karena
Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa
untuk menjadikan Dia raja ... Yesus hendak dijadikan sebagai Raja
tetapi secara paksa, karena menurut kehendak manusia, bukan kehendak Allah. Tetapi,
perhatikan, di sini dikatakan: Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Artinya, TUHAN Yesus tidak tertarik untuk menjadi raja atas orang banyak yang
berbondong-bondong mengikuti Dia, sebab ternyata mereka mengikuti TUHAN hanya
karena mujizat; TUHAN tidak tertarik menjadi Raja atas pengikutan yang semacam
ini. Kalau
mengikuti TUHAN hanya karena mujizat, hanya karena keberkatan secara lahiriah,
keberhasilan secara lahiriah, TUHAN tidak mau menjadi Raja atas orang semacam
ini. Itu sebabnya di sini dikatakan: “Ia menyingkir pula ke gunung, seorang
diri.” Apa
arti “Ia menyingkir pula” ? Kalimat ini menunjukkan bahwa Ia sudah pernah
menyingkir. Kapan? Dalam Injil Yohanes 6:2-3, Yesus naik ke atas gunung, Yesus
menyingkir ke atas gunung sendirian dengan murid-murid-Nya, karena orang
banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat
penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Yesus
tidak tertarik menjadi Raja atas orang yang mengikuti TUHAN kalau pengikutan
mereka hanya karena mujizat, hanya karena bicara soal keberkatan, hanya bicara
soal keberhasilan; TUHAN tidak tertarik. Biarlah kita semakin didewasakan oleh
TUHAN. Kalau
pertama kali terima Yesus, ya begitu; percaya, bertobat, dibaptis, dan
mujizat banyak terjadi, yang sakit disembuhkan, itulah penginjilan. Hamba TUHAN
yang menerima jabatan penginjil, di situ banyak terjadi mujizat; orang yang
kerasukan Setan terjadi kelepasan, tanda-tanda heran terjadi, mujizat terjadi;
yang lumpuh berjalan, yang timpang berjalan, yang tuli mendengar, yang buta
melihat, dan lain sebagainya, dan masih banyak lagi penyakit-penyakit yang
disembuhkan di tengah-tengah penginjilan. Tetapi
tidak berhenti sampai di situ, rohani tidak boleh stuck, melainkan harus
beralih kepada perkembangannya selanjutnya, sesuai dengan Ibrani pasal 5 dan
pasal 6, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada Timotius, itulah ajaran
sehat. Kita
belajar dari Firman TUHAN. Pendidikan yang tinggi dimulai dari Sekolah Dasar 6
(enam) tahun, kemudian Sekolah Menengah Pertama 3 (tiga) tahun, kemudian
Sekolah Menengah Atas 3 (tiga) tahun, bahkan ada sebagian di antara kita yang
lanjut sampai Perguruan Tinggi, puji TUHAN; saudara menimba ilmu di sana, itu
bagus, tetapi belum sempurna pengetahuan dari sana. Pengetahuan yang sempurna
untuk mendatangkan keselamatan datang dari TUHAN, dari sorga, lewat firman yang
dibukakan; kita belajar di situ. Mulai sekarang, kita belajar di kaki salib
TUHAN. Sekarang
kita bandingkan dengan PEREMPUAN SAMARIA yang juga memandang Yesus sebagai
nabi. Yohanes
4:19 (4:19) Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau
seorang nabi. Endingnya,
muaranya, pada akhirnya, perempuan Samaria ini mengaku bahwa Yesus adalah
seorang nabi. Ini adalah pengakuan yang benar di dalam hal mengikuti TUHAN.
Mengapa? Yohanes
4:15 (4:15) Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya
aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba
air." Jadi,
dalam percakapan di sumur Yakub, pada siang bolong terik matahari, pukul 12
(dua belas), pada akhirnya, perempuan Samaria mendambakan air hidup, itulah
Firman Allah yang memberi kepuasan rohani, kepuasan kepada manusia batiniah. Yang
memberi kepuasan hanyalah air kehidupan, Firman Allah yang hidup, tidak ada
yang lain. Yohanes
4:16-17 (4:16) Kata
Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." (4:17)
Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus
kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, Setelah
melihat kerinduan perempuan Samaria di hatinya, maka Yesus berkata: “Pergilah,
panggillah suamimu dan datang ke sini.” Dari
pernyataan ini, seolah-olah Yesus tidak tahu apa-apa perihal dari perempuan
Samaria, tetapi sebenarnya TUHAN sedang menguji, TUHAN sedang melihat, TUHAN
mau melihat kejujurannya, TUHAN mau melihat ketulusan perempuan Samaria itu.
Bukan TUHAN tidak tahu; TUHAN tahu, tetapi TUHAN mau melihat kejujurannya
disertai ketulusan atau tidak? Setelah
TUHAN menguji, lalu kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Ternyata,
perempuan Samaria ini mengaku dengan jujur disertai dengan ketulusan. Kalau
hari ini TUHAN menyatakan firman nubuatan, mengoreksi segala isi hati, mari
kita mengaku dengan jujur disertai dengan ketulusan hati. Lihatlah,
perempuan Samaria diuji: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini”.
Untuk memberikan air hidup, diuji dulu. Untuk mendapatkan pembukaan firman,
tidak sedikit ujian yang kita hadapi, tidak sedikit tangisan air mata menetes
di pipi ini, termasuk saya sendiri. “Pergilah,
panggillah suamimu dan datang ke sini”, lalu kata perempuan itu: “Aku
tidak mempunyai suami.” Inilah pengakuan yang jujur disertai dengan
ketulusan di hati, datang dari perempuan Samaria yang dahulu tidak mengenal
Yesus. Dahulu kita ini jauh dari TUHAN walaupun disebut “orang Kristen” dari
sejak lahir. Mendengar
pengakuan yang jujur disertai dengan ketulusan dari perempuan Samaria, maka
Yesus berkata: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami” Jadi,
TUHAN yang membenarkan kita kalau kita mengaku dengan jujur. Biar kita
membenarkan diri tetapi tidak ada pengakuan yang jujur disertai ketulusan, maka
tetap salah di mata TUHAN; tetapi biarlah kita dibenarkan lewat pengakuan yang
jujur disertai dengan ketulusan di hati, maka TUHAN akan benarkan kita kalau kita
mengaku di dalam kejujuran disertai dengan ketulusan. Darah salib Kristus sudah
membenarkan kita 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu di bukit Golgota; itulah yang
membenarkan kita. Yohanes
4:18 (4:18) sebab
engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu,
bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." Perempuan
Samaria ini mengakui segala kejahatannya, mengakui segala kenajisannya bahwa ia
telah hidup bersama-sama dengan 6 (enam) laki-laki sebelum ia dibenarkan oleh
darah salib. Pendeknya:
Jikalau kita mengaku dosa harus dengan jujur, mengaku sampai tuntas = mengaku
sampai akar-akar dosa itu tercabut. Kalau
akar belum tercabut, batangnya terpotong, maka akan tumbuh tunas baru. Tetapi
kalau kita mengaku dosa dengan kejujuran yang disertai dengan ketulusan di
hati, berarti mengaku dosa sampai tuntas, dengan kata lain; sampai akar-akar
dosa sudah tercabut. Itu sebabnya, kalau mengaku dosa, jangan setengah-setengah
mengaku, tuntaskan saja; sekali malu, malu dengan tuntas. Tetapi
masih ada saja satu dua tiga orang di antara kita yang mengaku dosa namun belum
tuntas; hati gembala, bapa rohani tahu anak-anaknya. Nanti setelah ini, biarlah
kita menangis datang di kaki salib TUHAN, teriak sejadi-jadinya. Mengaku tidak
hanya kepada TUHAN, harus ada saksinya. Kalau saya berkata ada dua tiga orang,
berarti memang masih ada. Singkatnya:
Perempuan Samaria sudah dibenarkan oleh darah salib Kristus, dia tidak
dibenarkan oleh kebenaran diri sendiri; itu sebabnya, dia mengaku bahwa Yesus
adalah nabi besar. Setelah
dibenarkan oleh darah salib, kita akan melihat pengikutan perempuan Samaria
kepada TUHAN SEBELUM dan SESUDAH mengenal Yesus
sebagai nabi besar. Kita
akan melihat penjelasan: Pengikutan perempuan Samaria SEBELUMMENGENAL
YESUS SEBAGAI NABI BESAR. Yohanes
4:6 (4:6) Di situ
terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk
di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Percakapan
antara Yesus dengan perempuan Samaria itu tepatnya pada pukul 12 (dua belas)
siang, di mana rembang tengah hari; semakin hari semakin Terang. Kalau
berada di bawah matahari pada pukul 12(dua belas), tidak ada bayang-bayang dosa
lagi. Oleh sebab itu, biarlah kita terus menikmati pembukaan rahasia firman
dengan terang benderang; semakin hari nanti kita semakin diterangi sampai tanpa
bayang-bayang dosa masa lalu. Yohanes
4:8-9 (4:8) Sebab
murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. (4:9) Maka kata
perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta
minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan
orang Samaria.) Singkatnya:
Perempuan Samaria tidak bergaul dengan Yesus, sama seperti orang Samaria
lainnya. Itulah sebelum mengenal Yesus sebagai nabi; dia tidak bergaul dengan
Yesus, tidak ada hubungan yang intim dengan TUHAN. Perlu
untuk diketahui: Kalau kita tidak bergaul erat dengan TUHAN, maka kita tidak
akan pernah mengenal TUHAN dengan sempurna, sama seperti orang banyak yang
berbondong-bondong mengikuti TUHAN, di mana mereka mengikuti TUHAN hanya karena
mujizat kesembuhan dan 5 (lima) roti 2 (dua) ikan. Yohanes
4:10-12 (4:10) Jawab
Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah
Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta
kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." (4:11) Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini
amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Ternyata,
orang-orang Samaria disebut juga anak-anak tiri, karena ia adalah keturunan
Yakub, sedangkan Israel adalah anak kandung. Lihatlah Ismael dengan Ishak;
tidak bisa bergaul, bahkan anak janji suka dipukuli dengan anak hamba
perempuan. Jadi, anak tiri dengan anak kandung tidak bergaul. Yakub berganti
nama menjadi Israel, yang melahirkan 12 (dua belas) suku Israel. Jadi, Samaria
ini adalah anak tiri, sedangkan anak kandung dengan anak tiri tidak bergaul.
Itu sedikit tambahan. Yang
mau saya sampaikan adalah karena perempuan Samaria ini belum mengenal Yesus
dengan benar, ia tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus kepadanya, maka ia
berkata, YANG PERTAMA: Engkau tidak punya timba. Di
hari-hari terakhir ini banyak anak-anak TUHAN, banyak orang-orang Kristen yang
sibuk membicarakan soal timba, sibuk membicarakan hamba TUHAN, alat untuk
mengambil firman air kehidupan, maksudnya; -Apakah hamba TUHAN itu terkenal atau
tidak. -Apakah hamba TUHAN itu sudah punya gereja
besar atau kecil. -Apakah hamba TUHAN ini kaya atau miskin. Itulah
kalau kita belum mengenal TUHAN dengan benar, atau mengikuti TUHAN hanya karena
mujizat, mengikuti TUHAN hanya karena keberkatan, keberhasilan, kita pasti
tidak akan mengenal TUHAN dengan baik, sehingga kita hanya sibuk berbicara soal
timba, sibuk berbicara soal alat untuk mengambil air, hamba TUHAN, alat TUHAN; -Apakah dia hamba TUHAN besar atau kecil. -Apakah dia hamba TUHAN sudah masuk TV atau
belum. -Apakah dia hamba TUHAN sudah viral di
media sosial atau belum. -Apakah dia memiliki gereja mewah atau
tidak. itu
saja yang diperbincangkan oleh anak-anak TUHAN, umat TUHAN di hari-hari
terakhir ini. Mengapa
demikian? Karena dia belum mengenal TUHAN, karena dia belum bergaul intim
dengan TUHAN. Jadi,
kalau saudara melihat anak TUHAN, orang Kristen yang sibuk berbicara timba,
katakan: Engkau belum mengenal TUHAN Yesus dengan baik. Tadi dalam
kesaksian, Bapak Handoyo berkata, bahwa beliau dan keluarganya datang ke sini
untuk mencari pembukaan firman, bukan? Tidak ada yang lain. Kalau hanya melihat
saya, wah, lebih terkenal hamba TUHAN yang lain, lebih besar gereja
hamba TUHAN yang lain. Ayo, mulai sekarang, tinggalkan cara yang lama, jangan
sibuk berbicara timba. Karena
perempuan Samaria ini belum mengenal Yesus dengan benar, ia tidak mengerti apa
yang dikatakan Yesus kepadanya, maka ia berkata, YANG KEDUA: Sumur ini
amat dalam, dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Dari
pernyataan ini, menunjukkan bahwa ia belum mengerti soal karunia Ilahi, belum
mengerti soal kemurahan yang dikaruniakan oleh TUHAN. Perempuan
Samaria berkata: “Sumur ini amat dalam ...” Sesungguhnya, kedalaman
sumur Yakub tidak melebihi kedalaman kasih Allah. Kemudian,
dia berkata: “ ... dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?” Isi
hati TUHAN yang paling dalam TUHAN nyatakan lewat pembukaan rahasia firman. Dan
lewat pembukaan rahasia firman ini, barulah kita mengerti isi hati TUHAN yang
paling dalam, dan malam ini kita baru mengerti, saat ini juga baru kita
menyadari isi hati TUHAN yang begitu dalam, lebih dalam dari sumur dunia ini. Sebuah
pujian dengan lirik: Kasih Yesus indah dalam hidupku menghiasi hati dan
jiwaku. Ku tak dapat hidup tanpa kasih-Mu, TUHAN; pegang tanganku sepanjang
jalanku. Kasih Yesus mengalir dalam ku, seperti sungai yang tak pernah kering.
Kasih Yesus membebat hatiku, dalam kasih-Mu ku merasa teduh. Tidak
pernah kita teduh dengan perkara lahiriah, karena perkara lahiriah sifatnya temporary,
sementara. Sama dengan orang yang memasuki nikah; pada 3 (tiga) bulan pertama,
semuanya manis, yang pahit pun menjadi manis, tetapi setelah lewat 3 (tiga)
bulan, semua perabotan rumah melayang. Tetapi di dalam kasih Allah yang begitu
dalam tidak terduga, hati kita semua teduh dan tenang. Kita
doakan; kasih Allah yang dalam itu menghiasi hidup kita masing-masing, kasih
Allah yang begitu dalam yang sempurna tidak bisa diukur oleh pikiran manusia,
menghiasi hati pikiran, menghiasi nikah dan rumah tangga kita masing-masing.
Itulah sebelum mengenal Yesus dengan benar. Karena
perempuan Samaria ini belum mengenal Yesus dengan benar, ia tidak mengerti apa
yang dikatakan Yesus kepadanya, maka ia berkata, YANG KETIGA: Adakah
Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada
kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan
ternaknya? Yakub
berganti nama menjadi Israel, dan 12 (dua belas) anak Yakub, itulah yang
disebut nenek moyang bangsa Israel. Berarti, kalau12 (dua belas) anak Yakub menjadi cikal bakal
dari pada orang Israel, berarti Yakub ini besar. Oleh sebab itu, perempuan
Samaria tidak salah berkata: “Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami
Yakub?” Tetapi
mengapa dia berpikiran bahwa Yakub lebih besar dari TUHAN Yesus? Karena dia
belum mengenal TUHAN dengan benar. Tetapi setelah perempuan Samaria ini
dibenarkan, dia berkata: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang
nabi”. Mengapa dia berkata bahwa Yesus adalah nabi? Karena tugas
nabi adalah bernubuat, berarti; menyingkapkan segala rahasia yang terselubung,
menyingkapkan segala rahasia yang terkandung dalam hati, dosa dibongkar dengan
tuntas. Setelah dosa dibongkar dengan tuntas, barulah perempuan Samaria
berkata: “Engkau seorang nabi” Jangan
karena kita melihat hamba TUHAN yang membuat jemaat rubuh; -Sudah terjadi yang pertama; kelepasan
karena kerasukan Setan. -Lalu yang kedua dibuat lagi rubuh. -Yang ketiga dibikin rubuh. -Yang keempat terus terus lagi dibikin
rubuh. Lalu
kita berkata: “Dia ini nabi”, itu salah. Ingat:
Terang benderang itu tegas, tanpa bayang-bayang dosa masa lalu. Jangan kalau
sudah terlihat mewah gerejanya, jemaatnya banyak, terjadi keberhasilan, terjadi
keberkatan, terjadi mujizat, tetapi ibadahnya hanya sebatas di situ, lalu kita
berkata: “dia nabi”, itu salah. Saya berkata hari ini kepada rekan-rekan
hamba TUHAN di dalam dan di luar negeri: Kalau ibadah hanya dihubungkan
dengan keberkatan, ibadah dihubungkan hanya dengan keberhasilan, itu salah, itu
mengajarkan sidang jemaat tidak dewasa. TUHANku,
TUHAN saudara, TUHAN kita lebih besar dari yang ada ini, termasuk lebih besar
dari Yakub yang mempunyai 12 (dua belas) anak. Sekarang,
kita akan melihat penjelasan: Pengikutan perempuan Samaria SETELAHMENGENAL YESUS SEBAGAI NABI BESAR. Kita
akan memperhatikannya pada Yohanes 4:20-24. Pada ayat 19, dia
sudah melihat Yesus sebagai seorang nabi, karena dosanya sudah disingkapkan;
itulah nabi. Tetapi kalau penginjil bukan menyingkapkan dosa, melainkan
mengadakan mujizat. Yohanes
4:20-24 (4:20) Nenek
moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa
Yerusalemlah tempat orang menyembah." (4:21) Kata Yesus kepadanya:
"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan
menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. (4:22)
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal,
sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (4:23) Tetapi saatnya akan
datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah
Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah
demikian. (4:24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya
dalam roh dan kebenaran." Percayalah
kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa
bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem, bukan lagi
menyembah perkara lahiriahnya, bukan gunungnya, bukan Yerusalem secara lahiriah
yang ada di tanah Arab itu sekarang, bukan lagi yang lahiriah yang kita sembah. Kamu
menyembah apa yang tidak kamu kenal ... Kalau lebih utama
perkara lahiriah, baik itu pendidikan, pekerjaan, gelar tinggi, uang, harta
yang banyak, dan lain sebagainya, itu adalah penyembahan berhala. Di
sini kita melihat: Pada akhirnya, ibadah dari perempuan Samaria itu berada pada
puncaknya, berada pada suatu kedudukan yang tertinggi, itulah doa penyembahan;
menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran. Pengenalan
dan pengikutan akan TUHAN itu ... -Dimulai dari percaya, bertobat, dibaptis
air. -Lalu penuh dengan Roh Kudus. -Tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok (perkembangan
selanjutnya). -Lalu memuncak sampai kepada doa
penyembahan. Itulah
kedudukan yang tertinggi dari ibadah, yaitu doa penyembahan; menyembah Allah di
dalam Roh dan kebenaran; itulah puncak ibadah. Puncak
ibadah bukan keberhasilan, bukan keberkatan, bukan mujizat yang terjadi di
tengah ibadah pelayanan, puncak ibadah bukan uang yang banyak, puncak ibadah
bukan ketenaran, bukan; itu adalah bagian kecil dari ibadah. Puncak
dari ibadah adalah doa penyembahan; menyembah Allah di dalam Roh dan kebenaran. Kemudian,
pada ayat 23 dikatakan: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan” Singkatnya:
Setelah sampai pada penyembahan yang benar sebagai puncak ibadah, barulah pada
saat itu TUHAN mengaku dan berkata "hai perempuan." Berarti,
diakui oleh TUHAN untuk selanjutnya menjadi mempelai perempuan TUHAN. Kalau
ibadah sudah memuncak sampai kepada penyembahan, TUHAN berkata: “hai
perempuan”, diakui sebagai mempelai perempuan. Biar berhasil, biar
keberkatan, tetapi kalau belum sampai kepada penyembahan, belum sampai kepada
milik kepunyaan TUHAN, maka tidak diakui. Sebetulnya,
pengikutan kita tidak perlu salah kaprah seperti orang banyak
berbondong-bondong tadi, seperti pengikutan orang-orang yang heran terhadap
mujizat yang diadakan oleh antikris tadi. Cari dahulu Kerajaan Allah, di
dalamnya ada kebenaran, maka semuanya akan mengikuti. Lalu, mengapa kita
sibuk berbicara soal keberkatan? Mengapa sibuk dengan mujizat di tengah ibadah?
Ini adalah pertanyaan besar, dan saya bingung “mengapa”. Jemaat
sudah terjadi kelepasan, tetapi hamba TUHAN ini masih sibuk untuk membuat
jemaat itu rubuh lagi, rubuh lagi; saya sampai bingung melihatnya. Kembali
saya sampaikan: Setelah sampai pada penyembahan, barulah TUHAN berkata "hai
perempuan". Berarti, diakui oleh TUHAN sebagai mempelai perempuan
TUHAN, sebab sifat dari penyembahan itu sendiri ialah melekat pada TUHAN. Kalau
kita sudah berada di bawah kaki salib TUHAN untuk menyembah, hanyut dan
tenggelam dalam kasih-Nya, sifatnya itu adalah melekat pada TUHAN. Kalau
keberhasilan, keberkatan, belum tentu melekat, justru nanti itu bisa merangsang
seseorang menjadikan dirinya sombong, tinggi hati, angkuh, congkak. Ingat:
Sifat dari penyembahan adalah melekat pada TUHAN, menyatu dengan TUHAN. 1
Korintus 6:17 (6:17) Tetapi
siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan
Dia. Siapa
yang mengikatkan dirinya pada TUHAN, melekat dengan TUHAN, menjadi
satu roh dengan Dia, menjadi satu Roh dengan TUHAN.Sifat penyembahan adalah melekat pada TUHAN.
Kalau kita menjadi satu dengan TUHAN, melekat dengan TUHAN, berarti satu Roh
dengan TUHAN. Seperti
halnya suami isteri, pasti satu roh; tidak mungkin yang satu lari ke sana, yang
satu lari ke sini, karena dua sudah menjadi satu di atas kayu salib, sebab laki-laki
akan meninggalkan ayah dan ibunya, lalu bersatu dengan isterinya, itu jelas
berbicara soal salib di Golgota, karena Yesus telah; -Meninggalkan Bapa-Nya. -Meninggalkan rumah-Nya di sorga. -Meninggalkan segala kemuliaan-Nya untuk
mati di kayu salib. Supaya
kepala dengan tubuh menyatu, satu Roh, itulah sifat penyembahan, yaitu melekat,
menyatu, menjadi satu Roh dengan TUHAN, sehingga kita bisa merasakan apa yang
dirasakan oleh TUHAN. Kalau
seseorang saling merasakan, maka ia tidak mudah menyinggung pasangannya. Kalau
kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh TUHAN, maka tidak mudah berbuat
kesalahan di hadapan TUHAN, tidak mudah menyinggung perasaan TUHAN; takut dan
gentar, bukan saja pada saat dilihat, tetapi saat di belakang (tidak dilihat)
pun tetap dalam keadaan takut dan gentar. Kita
kembali melihat injil Yohanes 4. Yohanes
4:24-25 (4:24) Allah itu
Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan
kebenaran." (4:25) Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu,
bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan
memberitakan segala sesuatu kepada kami." Allah
itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan
kebenaran.
Puji TUHAN, ibadahnya sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan, di mana
sifat penyembahan adalah melekat kepada TUHAN, menyatu, sampai akhirnya menjadi
satu Roh dengan TUHAN. Kalau sudah satu Roh, maka tidak berani menyinggung
perasaan pasangannya, tidak berani berbuat dosa di hadapan TUHAN, baik di depan
maupun di belakang. Kemudian,
perempuan Samaria berkata: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut
juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada
kami.” Perempuan Samaria merindukan, mendambakan Kristus sebagai Kepala. Kalau
dahulu, perempuan Samaria ini mencari kepuasan terhadap banyak laki-laki,
tetapi setelah dia dipuaskan oleh air kehidupan itu, Dia merindukan kepuasan
dari Kristus sebagai Kepala, Dia suami. Apa
buktinya dia merindukan Kristus Kepala dalam hidupnya? Yohanes
4:28 (4:28) Maka
perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota
dan berkata kepada orang-orang yang di situ: Perempuan
Samaria meninggalkan tempayan yang lama, kehidupan yang lama, karena dia sudah
dipuaskan oleh satu laki-laki, itulah Mempelai Laki-Laki Sorga, itulah
laki-laki yang ketujuh (sempurna). Perempuan Samaria tidak lagi mencari
kepuasan kepada enam laki-laki, tetapi dia sudah menempatkan Kristus sebagai
Kepala, Dia laki-laki yang sempurna. Angka 7 (tujuh) adalah angka yang
sempurna. Kalau
sudah dipuaskan, untuk apa lagi bertahan dengan dosa yang lama? Itu sebabnya
dia tinggalkan tempayan, hidup yang lama, lalu pergi ke kota. Sekarang
ini kita ada di kota Yerusalem Baru, ada di tengah-tengah keramaian kota, di
tengah ibadah dan pelayanan, itu semua karena kemurahan TUHAN. Kita bersyukur
kepada TUHAN. Itulah
pribadi perempuan Samaria sebelum dan sesudah mengenal Yesus secara pribadi
sebagai nabi besar. Kita sudah melihat perbandingannya, bukan? Dan betul-betul
dia menghormati Yesus sebagai seorang nabi, karena dosa masa lalu, dosa yang
terselubung sudah tersingkap, dosa dibongkar dengan tuntas, berarti dosa sudah
tercabut sampai kepada akar-akarnya. Kalau hanya batangnya yang terputus, masih
bisa tumbuh tunas-tunas dosa, tetapi kalau sudah tercabut sampai ke
akar-akarnya, tidak ada lagi kesalahan yang sama. Matius
10:38 (10:38)
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Kalau
ibadah tidak dihubungkan dengan salib, maka tidak layak di hadapan TUHAN. Kalau
ibadah hanya bicara soal mujizat, maka tidak layak bagi TUHAN. Kalau ibadah
hanya sibuk bicara soal keberkatan, maka tidak layak bagi TUHAN; baik hamba
TUHAN sebagai pemimpin rumah TUHAN, termasuk sampai kepada seluruh sidang
jemaat yang dilayani tidak layak. Dengan tegas saya berani berkata dan tidak
takut mengatakan hal ini. Matius
10:39 (10:39)
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya,
dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, tidak mau sangkal diri, pikul salib, ia
akan kehilangan nyawanya, binasa, termasuk ibadah yang tidak dihubungkan
dengan salib pun binasa. Barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, rela kehilangan nyawa karena sangkal diri
pikul salib, ia akan memperolehnya, memperoleh hidup kekal. Matius
10:40 (10:40)
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut
Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa
menyambut kamu, ia menyambut Aku; inilah jaminan kepada orang yang
menghargai Yesus sebagai nabi besar yang sanggup menyucikan kita dari dosa yang
terselubung, termasuk segala kejahatan dan kenajisan -- seperti dosa perempuan
Samaria --: kalau sangkal diri pikul salib, berarti menyambut Allah. Kemudian,
yang terakhir, perhatikan; sikap dari perempuan Samaria berbanding
terbalik dengan sikap orang yang berbondong-bondong mengikuti TUHAN
dalam Injil Yohanes 6, bahkan lebih parah lagi, kalau itu dipertahankan,
dia akan memuncak sampai kepada Wahyu 13:3. Kalau mempertahankan nyawa,
maka akan kehilangan nyawa. Oleh sebab itu, jangan mempertahankan cara ibadah
yang lama. Matius
10:41 (10:41)
Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima
upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar,
ia akan menerima upah orang benar. Barangsiapa
menyambut seorang nabi sebagai nabi, menyambut hamba TUHAN dengan
karunia nabi yang tugasnya bernubuat, ia akan menerima upah nabi.
Terimalah upah nabi. Kemudian,
jika menyambut orang benar sebagai orang benar, maka upahnya adalah
dijadikan TUHAN sebagai orang benar. Jangan kita bersikap; kita sudah tahu dia
adalah orang benar, tetapi kita tidak sambut dia sebagai orang benar karena
kita sombong, merasa diri benar, keras hati, tidak rendah hati, maka tidak akan
mendapat upah benar, tidak ada upah di situ. Tetapi kalau kita menyambut orang
benar sebagai orang benar karena dia sudah dibenarkan, maka kita mendapat upah
orang benar, sebab TUHAN yang membenarkan. Menyambut
nabi sebagai seorang nabi, maka dia akan mendapat upah nabi. Jangan kita sudah
tahu seorang hamba TUHAN dipakai oleh TUHAN untuk bernubuat, menyampaikan
firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, menyampaikan segala sesuatu
tentang apa yang akan datang, tetapi kita tidak sambut, maka tidak ada upah
nabi di situ. Tetapi kalau kita sambut nabi sebagai seorang nabi, tentu kita
akan menerima upah nabi. Kita
akan membaca Matius 10:34-37, dengan perikop: “Yesus membawa
pemisahan. Bagaimana mengikut Yesus” Bagaimana pengikutan yang benar? Kita
ini harus mengalami pemisahan. Matius
10:34 (10:34)
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi;
Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Kedatangan
Yesus yang kedua kali bukan untuk membawa damai di atas muka bumi, melainkan
membawa pedang Roh, itulah Firman Allah, untuk mengadakan pembalasan. Sebab
dalam Injil Yohanes 12 dikatakan: Barangsiapa menolak Aku, dan tidak
menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah
Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Kalau kita
menolak Firman TUHAN, maka nanti firman TUHAN itu yang menghukum kita. Jadi,
orang yang menghargai nabi sebagai seorang nabi akan mendapat upah nabi. Kembali
saya sampaikan: Yesus datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang,
penghukuman, pembalasan dari Firman Allah itu sendiri. Matius
10:35-37 (10:35) Sebab Aku
datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya,
menantu perempuan dari ibu mertuanya, (10:36) dan musuh orang ialah
orang-orang seisi rumahnya. (10:37) Barangsiapa mengasihi bapa atau
ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa
mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak
layak bagi-Ku.
-Kalau seorang anak lebih mengasihi orang
tuanya dari pada mengasihi TUHAN, ia tidak layak bagi TUHAN.
-Sebaliknya, kalau orang tua lebih
mengasihi anak laki-laki atau perempuannya lebih dari TUHAN Yesus, Allah yang
hidup, maka ia tidak layak bagi TUHAN.
Ayo,
sekarang TUHAN sedang membawa damai lewat pemisahan; lewat pedang Roh yang
memisahkan kita. Mulai sekarang harus ada pemisahan, supaya kita bisa lebih
mengasihi TUHAN lebih dari yang ada ini. Orang
tua memang harus mengasuh anaknya, jangan sampai anaknya dibunuh. Tetapi
maksudnya di sini; ketika TUHAN mengadakan pemisahan, berarti; -Orang tua harus lebih mengasihi TUHAN dari
pada anaknya. -Sebaliknya, anak harus lebih mengasihi
TUHAN dari pada orang tuanya. Jangan
terbawa perasaan. Saya
masih melihat, ada satu dua tiga yang terbawa perasaan; -Kalau isterinya disinggung, suaminya
tersinggung. -Kalau suaminya ditegor, isterinya ikut
tersinggung. Tidak
boleh seperti itu. Lalu sokongkol satu rumah dalam pemahaman yang salah, itu
tidak boleh; anak harus tegas, orang tua juga harus tegas. Pilih takut TUHAN
atau takut manusia? Mulai
sekarang, TUHAN sudah membawa pemisahan itu, supaya kita tahu bagaimana caranya
untuk mengikut TUHAN dengan benar. Jangan kita mengikut TUHAN seperti
pengikutan orang-orang kepada antikris tadi yang hanya karena mujizat. Mulai
sekarang, ada pemisahan; TUHAN sudah mengadakan pemisahan kepada kita, supaya
pengikutan kita benar kepada TUHAN. Haleluya..Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
No comments:
Post a Comment