IBADAH RAYA MINGGU, 2 MARET 2025
WAHYU PASAL 18
Wahyu 18:20
(Seri 3)
Subtema:
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dihimpunkan oleh TUHAN di atas gunung TUHAN yang kudus lewat Ibadah Raya Minggu pada malam hari ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN, yang turut bergabung lewat online/live streaming/video internet baik dari Youtube, maupun dari Facebook, atau media sosial lainnya yang dapat dipergunakan.
Dari tempat ini, doa dan harapan kami; kiranya damai sejahtera dari Sorga turun dan memenuhi kehidupan kita dan saudara yang mengikuti secara online di manapun berada, sehingga oleh damai sejahtera itu memberi satu sukacita dan kita boleh merasakan kebahagaian saat duduk diam mendengarkan Firman TUHAN, dekat kaki TUHAN.
Marilah kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh dari KITAB WAHYU. Kita kembali membaca ayat terakhir untuk perikop yang pertama.
Wahyu 18:20 --- Perikop: “Jatuhnya Babel”
(18:20) Bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu."
Hukuman dijatuhkan atas Babel karena Sorga dan orang-orang kudus yang nanti menjadi penghuni kerajaan Sorga.
“Kamu” di sini 🡪 Sorga dan orang-orang kudus yang menjadi penghuni kerajaan Sorga.
Jadi, begitu hebat dan giatnya TUHAN membela Sorga dan orang-orang kudus-Nya yaitu; rasul-rasul dan nabi-nabi itulah orang-orang yang dikuduskan oleh…
- Firman para nabi yang diwakili oleh Perjanjian Lama
- Rasul-rasul itulah Firman dalam Perjanjian Baru.
Saudara, hal itu bisa dilihat dari cara TUHAN menjatuhkan hukuman atas Babel, di mana Babel dihukum dengan 2 (dua) jenis hukuman.
YANG PERTAMA (ayat 1-8)
Intinya, malapetakanya akan datang dalam satu hari. Hal itu telah diterangkan beberapa minggu yang lalu.
YANG KEDUA (ayat 9-19)
Babel dijatuhi hukuman dalam satu jam saja.
Hukuman dalam satu jam saja, dituliskan sebanyak 3 (tiga) kali karena terkait dengan 3 (tiga) golongan yang telah diperkaya oleh karena kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel.
- Golongan Pertama yang diperkaya: raja-raja di bumi (ayat 9-10).
- Golongan Kedua Yang diperkaya: pedagang-pedagang di bumi (ayat 11-16).
Saudara, tentang dua golongan yang diperkaya oleh perempuan Babel telah diterangkan pada minggu yang lalu.
Doa dan harapan saya, apa yang kita peroleh dari TUHAN kiranya itu mendarah daging, dimeteraikan, dituliskan oleh Roh Kudus, ditukik pada hati kita masing-masing. Sehingga, kehidupan kita ini menjadi lembaran-lembaran Kitab Suci yang dapat dibaca oleh orang lain dimanapun kita berada, dalam keadaan dan situasi / kondisi apapun, baik dalam perkataan, solah tingkah, gerak-gerik sekecil apapun, kita menjadi contoh dan teladan, dimanapun berada.
Sekarang, marilah kita membahas bersama-sama tentang: GOLONGAN KETIGA
Namun jangan lupa saudaraku, bapa / ibu terkasih, tetaplah berdoa dalam Roh, mohonlah kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Wahyu 18:17-19
(18:17) Dan setiap nakhoda dan pelayar dan anak-anak kapal dan semua orang yang mata pencahariannya di laut, berdiri jauh-jauh, (18:18) dan berseru, ketika mereka melihat asap api yang membakarnya, katanya: "Kota manakah yang sama dengan kota besar ini?" (18:19) Dan mereka menghamburkan debu ke atas kepala mereka dan berseru, sambil menangis dan meratap, katanya: "Celaka, celaka, kota besar, yang olehnya semua orang, yang mempunyai kapal di laut, telah menjadi kaya oleh barangnya yang mahal, sebab dalam satu jam saja ia sudah binasa.
Singkat kata, dalam satu jam saja Babel sudah binasa.
Inilah pernyataan yang ketiga kalinya terkait dengan golongan yang ketiga, yang telah diperkaya oleh kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel, yaitu; orang-orang mempunyai kapal di laut atau yang mata pencahariannya di laut.
Yang terkait (ada hubungannya) dengan kapal di laut adalah; nahkoda (juru mudi), pesiar / pelayar, anak-anak kapal (ABK). Mereka itulah golongan yang ketiga, yang telah diperkaya oleh kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel.
Namun saudara, ketika melihat asap api yang membakar kota Babel, golongan yang ketiga ini menunjukkan 2 (dua) sikap, antara lain:
1. Mereka berdiri jauh-jauh dan berseru dengan seruan: kota manakah yang sama dengan kota besar ini?
Dari sikap atau seruan ini, mencerminkan bahwasanya golongan yang ketiga ini sangat mendambakan / merindukan "kota Babel." Sebab, tidak dipungkiri, Babel ini dahulu telah memperkaya golongan dan kelompok yang ketiga.
Jadi, kota Babel disebut juga perempuan Babel, kota Yerusalem disebut juga mempelai perempuan TUHAN, Jadi sama, karena setan ini suka membuat tandingan-tandingan.
Sekarang, kita bandingkan dengan orang-orang yang beriman kepada TUHAN, berarti; tidak beriman kepada kota Babel / perempuan Babel / pasar dunia dengan dagangnya yang besar, yang memberi keuntungan dengan segala kelimpahannya yang besar.
Ibrani 11:12-13 -- Perikop: “Saksi-saksi iman”
(11:12) Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. (11:13) Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Orang-orang yang hidup dari iman Abraham pada akhirnya mati sebelum TUHAN datang, lebih tepatnya sebelum memperoleh yang TUHAN janjikan, dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub yakni; satu tanah air Sorgawi.
Namun sekalipun demikian, dari jauh mereka melihatnya (kota Yerusalem baru) itu, lalu…
- Melambai-lambai kepadanya.
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwasanya; mereka tetap merindu untuk menyambut kota kudus, Yerusalem yang baru, satu kali kelak.
- Dan mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Dari pengakuan ini menunjukkan (mencerminkan) kepada kita bahwasanya mereka sangat kuat dicengkram oleh Roh Mempelai, sebab satu kali; langit dan bumi yang pertama ini akan berlalu.
Wahyu 21:1-2 --- Perikop: “Langit yang baru dan bumi yang baru”
(21:1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. (21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Langit dan bumi yang pertama, dan lautpun; tidak ada lagi, diganti dengan langit dan bumi yang baru, itulah kota kudus, Yerusalem yang baru. Jadi, langit dan bumi yang baru 🡪 kota Kudus, Yerusalem baru, yang turun dari Sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan, yang berdandan untuk suaminya.
Sekali lagi saya sampaikan saudara, mereka mengaku sebagai orang asing dan pendatang, menunjukkan bahwa Roh Mempelai itu sangat kuat mencengkram kehidupan mereka. Maka, bersyukurlah, oleh Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel yang telah menggembalakan kita sampai sejauh ini, Roh Mempelai sangat kuat mencengkram kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Kalau mereka berkata: “kami orang asing di bumi ini”, “kami pendatang di bumi ini”, itu menunjukkan bahwa Roh Mempelai kuat mencengkram dia, karena mereka sadar; langit dan bumi yang pertama akan berlalu, diganti dengan langit dan bumi yang baru, itulah kota kudus, Yerusalem baru, mempelai wanita TUHAN.
Saya tidak akan merasa capek dan semoga saudara juga tidak bosan mendengar ungkapan yang diulang-ulang; jangan tolak Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, sudah semestinya itu menjadi harga mati untuk menggembalakan hidup, ibadah, pelayanan, sekaligus menggembalakan nikah, rumah tangga dan buah nikah kita masing-masing --- untuk saya dan nikah saya, dan untuk nikah kita semua, terimalah dengan segala kerendahan di hati. Percayalah dan imanilah Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, tidak usah ragu, sehingga oleh Pengajaran Mempelai, maka Roh Mempelai itu akan mencengkram roh kita. Kalau khotbah berkat-berkat, maka roh yang mencengkram dirinya juga roh berkat-berkat. Tetapi tentu kita semua rindu untuk menjadi milik TUHAN, mempelai wanita TUHAN.
Ibrani 11:14
(11:14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
Iman kepada TUHAN berarti; percaya dan yakin kepada Firman Pengajaran dalam terang Tabernakel, rindu mencari suatu tanah air yang baru, merindukan kota kudus, Yerusalem yang baru. Seperti pujian yang berkata….
Oh Yerusalem kota mulia, hati ku rindu ke sana
Oh Yerusalem kota mulia, hati ku rindu ke sana
Reff:
Tak lama lagi Tuhanku datanglah, bawa saya masuk sana
Tak lama lagi Tuhanku datanglah, bawa saya masuk sana
bawa saya masuk sana
Ibrani 11:15
(11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
Sekalipun ada kesempatan untuk kembali kepada masa lalu, namun mereka tidak mau kembali ke situ, dengan lain kata; mereka tidak mau terlena dengan dunia ini, tetap mengaku sebagai orang asing dan pendatang, karena mereka rindu untuk menjadi mempelai TUHAN. Itulah kerinduan kita, untuk terus mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel; kemanapun kita dibawa tidak akan menyesatkan.
Oleh sebab itu, jangan kita terlena dengan kekayaan yang diperoleh oleh kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel.
Saya bukan anti kaya dan anti diberkati, saya senang sekali kalau jemaat diberkati, memperoleh kelimpahan. Tetapi, jangan kita terlena dengan dunia ini hanya karena kelimpahan hawa nafsu dari perempuan Babel. Menjadi milik TUHAN / mempelai TUHAN, jauh lebih mulia dan berharga dari yang ada di bumi ini saudara, pikirkan itu, karena sifatnya kekal. Yang ada ini bersifat sementara, apa yang bisa dibanggakan? Tidak ada.
Kita sudah melihat, contoh yang diberikan oleh mereka yang dicengkram oleh Roh Mempelai; mereka merindukan untuk menjadi mempelai TUHAN, mereka tidak mau terlena dengan apa yang disuguhkan oleh perempuan Babel. Sekalipun ada kesempatan untuk kembali; mereka tidak mau kembali. Kita sudah meninggalkan dunia dengan apa yang dibelakang, jangan lagi menengok ke belakang, supaya jangan kita menjadi gereja isteri Lot (tiang garam).
Ibrani 11:16
(11:16) Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Merindu untuk menjadi kota kudus (Yerusalem baru), jauh lebih indah dan lebih baik dari segala yang ada di dunia ini, termasuk kelimpahan dari perempuan Babel.
Pendeknya, kepada kehidupan yang indah, cantik dan elok; Allah tidak malu. Dengan lain kata; Mempelai Laki-Laki tidak malu memiliki mempelai perempuan yang begitu elok, cantik dan indah; sempurna. Tetapi, Mempelai Laki-Laki malu kepada mempelai yang penuh dengan cacat cela.
2. Mereka menghamburkan debu ke atas kepala mereka dan berseru; "Celaka, celaka, kota besar, yang olehnya semua orang, yang mempunyai kapal di laut, telah menjadi kaya oleh barangnya yang mahal"
Artinya; golongan yang ketiga ini akhirnya berdukacita, sebab mereka tidak dapat kembali ke masa lalu yaitu; kekayaan yang pernah mereka nikmati oleh kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel
Perlu untuk diketahui: Pada saat mereka berdukacita dan berseru, ternyata sambil menangis dan meratap.
Pendeknya, di sini kita melihat ada...
- Dukacita yang sia-sia.
- Seruan yang sia-sia.
- Tangisan dan ratapan yang sia-sia.
Seharusnya, yang benar....
- Kita berkabung dan berdukacita karena masa lalu yang kelam, sikap semacam ini baik di mata TUHAN.
Setelah kita sudah dilawat oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, lalu keadaan kita semua terlihat dengan jelas; masa lalu yang pernah kita perbuat terlihat dengan jelas, pada saat itulah kita berkabung dan berdukacita karena masa lalu yang sangat kelam, dan sikap semacam ini baiklah di mata TUHAN. Jangan kita bertahan dan mengeraskan hati, apabila TUHAN membukakan rahasia Firman-Nya dan memperlihatkan kekurangan di masa lalu, tetapi marilah kita berdukacita, berkabung, sebagai tanda penyesalan kita dihadapan TUHAN.
Tentu semua orang mempunyai masa lalu, tidak ada orang yang tidak mempunyai masa lalu. Tetapi ingatlah, masa lalu hanya bisa diampuni / ditutupi oleh darah salib. Jadi, masa lalu tidak dapat ditutupi oleh lamanya waktu. Maka, oleh darah salib, kita menerima Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, sehingga kita bisa melihat masa lalu itu; begitu kelam. Singkat kata, berkabung dan berdukacita karena perempuan Babel adalah perbuatan bodoh.
- Kita berseru dalam doa dan permohonan kepada TUHAN, hal itu tidak akan sia-sia.
Malam ini pun kita akan berseru dan seterusnya berseru dalam doa dan permohonan kepada TUHAN, hal itu tidak menjadi sia-sia.
- Menangis dan meratap disertai rasa penyesalan kepada TUHAN, hal itu tidak sia-sia.
Nanti kita akan buktikan itu dihadapan TUHAN. Bukankah malam ini TUHAN datang dengan kebenaran-Nya, itulah Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel? Tetapi, juga datang dengan kemurahan dan belas kasih.
Kalau TUHAN datang dengan kebenaran, maka, orang yang berdosa pasti mati. Tetapi, malam ini TUHAN datang dengan kebenaran yang sejati disertai dengan belas kasih dan kemurahan, di situlah kita menangis dan meratap, lalu kita datang ke kaki TUHAN disertai dengan rasa penyesalan, hal itu tidak menjadi sia-sia, hal itu baik di mata TUHAN. Jangan karena bisnis sedikit menurun; menangis, itu tidak baik. Disakiti orang lain menangis, itu tidak baik, karena itu adalah tangisan dari orang yang belum dewasa.
Kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel tujuannya; supaya kita menjadi cantik, elok dan dewasa rohani, TUHAN (Mempelai Laki-Laki) tidak malu dengan kecantikan mempelai perempuan. Lihat, Ahasyweros marah sekali terhadap Ratu Wasti, bahkan malu punya isteri yang seperti itu. Akhirnya, Ahasyweros mencari pendamping yang sepadan (pasangan yang seimbang) itulah Ester (Hadasah).
Pertanyaan: MENGAPA BABEL DIHUKUM DENGAN DUA JENIS HUKUMAN? Yaitu…
- Dalam satu hari (Wahyu 18:1-8)
- Dalam satu jam saja (Wahyu 18:9-19)
Jawabnya...
Penghukuman atas Babel dalam SATU HARI tujuannya: TUHAN mau menjadikan kita sebagai mempelai perempuan-Nya, itu berarti; menjadi takhta Allah.
Tabut perjanjian bicara tentang:
- Takhta Allah
- Hubungan nikah yang suci antara Kristus sebagai Kepala dan Mempelai Pria Sorga, dengan sidang jemaat (Mempelai Perempuan-Nya) dengan dasar kasih.
Tabut perjanjian dibuat sesuai dengan perintah TUHAN dalam Keluaran 25:10-11, dikatakan --- "Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. Tertulis. Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya.
Jadi, tabut terbuat dari kayu penaga, gambaran dari manusia daging. Tetapi, telah disalut dengan emas murni.
Emas 🡪 kemuliaan, kesucian Roh Kudus. Pendeknya tabiat dari Allah sudah menutupi tabiat dari manusia daging.
Sehingga, pada Keluaran 25:17-18 ---- Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya. (Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu.
Kemudian, diperintahkan untuk membuat tutupan grafirat / tutup pendamaian dengan dua kerub di atasnya 🡪 Allah Trinitas yaitu; TUHAN, Yesus Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga.
- Tutupan grafirat 🡪 Yesus Anak Allah.
- Kerub pertama (sebelah kanan) 🡪 Allah Bapa = TUHAN
- Kerub kedua (sebelah kiri) 🡪 Allah Roh Kudus = Kristus.
Jadi, setelah kualitas rohani mempelai perempuan TUHAN sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga, maka, tutupnya itu menyatu dengan Tabut Perjanjian. Itu sebabnya, Tabut Perjanjian berbicara tentang…
- Takhta Allah.
- Hubungan nikah.
Sekali lagi saya sampaikan, penghukumn atas Babel dalam satu hari, tujuannya; TUHAN mau jadikan kita sebagai mempelai perempuan TUHAN, itu berarti; menjadi takhta Allah. Kalau TUHAN memberi pengertian seperti ini, itu adalah kemurahan TUHAN, bukan gagah hebatnya seorang pembicara akan tetapi;
- TUHAN berkenan kepada si pembicara.
- TUHAN menaruh belas kasih kepada yang mendengar Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel.
Wahyu 4:1 --- Perikop: “Kedua puluh empat tua-tua dan keempat binatang”
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
“......Suara yang dahulu yang telah kudengar……”
Dahulu TUHAN Yesus pernah berbicara kepada rasul Yohanes, murid Yesus yang paling muda, sampai Petrus saja ragu dengan kehidupan yang muda, sehingga mempertanyakan nasibnya nanti? Tetapi kata TUHAN; tidak usah ragu, karena rasul Yohanes bersandar di dada Yesus, itu yang terpenting. Dan banyak ungkapan-ungkapan yang di dengar oleh rasul Yohanes pada saa itu; 3½ bersama dengan Yesus --- suara yang dahulu yang telah kudengar. Jadi, suara dari Mempelai Laki-Laki tidak asing lagi bagi rasul Yohanes.
Bagi kita, Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel tidak asing lagi. Tetapi, asinglah terhadap ajaran yang lain, jangan coba-coba masuk dengan ajaran lain, sebelum terpikat hati kita di situ; bahaya. Biarlah hati kita terpikat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga lewat Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel.
Kemudian, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala = tegoran keras.
Kalau hanya cerita-cerita isapan jempol; si kancil dan si kura-kura, banyak orang tertawa dan senang?
Sedangkan sangkakala begitu tegas, sifatnya mendidik dan mendewasakan kita semua.
Wahyu 4:2
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
TUHAN memperlihatkan kepada rasul Yohanes "sebuah takhta" terdiri di Sorga dan di takhta itu duduk Seorang 🡪 Allah Trinitas, yakni; TUHAN Yesus Kristus, Dialah Mempelai Pria Sorga yang kita cintai dan kita rindukan di sepanjang hidup kita, di setiap musim. Ada musim kemarau, ada musim dingin, ada musim panas, ada musim gugur, apapun yang mengugurkan; cinta kita tidak pernah surut, musim apa sajal cinta kita tidak pernah surut kepada Mempelai Laki-Laki Sorga.
Engkau ada bersamaku, di tiap musim hidupku
Tak pernah Kau biarkan 'ku sendiri
Kekuatan di jiwaku adalah bersamaMu
Tak pernah kuragukan kasihMu
Tidak ragu dengan kasih mempelai, tidak ragu dengan Pengajaran Mempelai, tidak ragu dengan Roh Mempelai.
Firman ini sangat memberi pengertian dan kalau pengertian itu menyatu dengan akal kita, kitalah yang menjadi satu kehidupan yang bijaksana, itulah kehidupan yang dewasa (mempelai TUHAN). TUHAN tidak malu kepada gereja yang bijaksana, sebaliknya TUHAN malu kepada lima gadis yang bodoh, TUHAN menutup pintu bagi mereka. Tetapi untuk lima gadis yang cantik, menarik hati TUHAN, pintu hati TUHAN terbuka, selanjutnya lima gadis bijaksana masuk dalam pesta nikah Anak Domba dan menjadi takhta Allah,
Jadi, dari jenis hukuman yang pertama ini jelas; TUHAN mau menjadikan kita mempelai TUHAN dengan lain kata; menjadi takhta Allah. Semakin dekat kedatangan TUHAN, semakin TUHAN bukakan rahasia Firman-Nya, karena TUHAN mau mempersiapkan kita menjadi mempelai-Nya. Dan kalau kita menjadi mempelai-Nya, TUHAN tidak malu, karena kita bukan anak-anak yang ingusan.
Perlu untuk diketahui: Jika TUHAN bertakhta, maka mempelai perempuan TUHAN....
- Mengalami suatu keindahan dalam hidup.
Kalau TUHAN duduk di takhta-Nya; Dia ada di hidup kita, hidup ini menjadi indah, biarpun tidak ada beras, isi kulkas kosong. Isteri-isteri di dapur tidak ngomel dan menuntut suami, dan suami juga tetap tahu diri dan tidak ngomel kepada isterinya walaupun tidak ada apa-apa di dapur. Karena apa? Karena cintanya TUHAN jauh lebih indah dari segala yang ada ini, termasuk isi kulkas.
- Ada damai sejahtera.
Kalau kita dalam damai sejathtera, maka nikah dan rumah tangga ada dalam damai sejahtera. Pada waktu keluar membawa damai sejahtera. Imam-imam harus membawa damai sejahtera. Sebaliknya, jika perempuan Babel yang duduk (bertakhta), biar juga dalam kelimpahan oleh hawa nafsu perempuan Babel; tidak ada damai sejahtera. Tidak pernah saya melihat; karena uang seseorang damai sejahtera. Yang ada, karena uang orang bisa saling bunuh membunuh, saling membenci, main belakang dan seterusnya. Yang saya tahu, kehidupan yang tulus mencintai TUHAN; tetap ada damai, tidak bisa kacau karena uang.
Wahyu 4:3
(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
Kalau TUHAN duduk di takhta-Nya maka jelas sekali;
- Mengalami hidup yang indah
- Ada damai sejahtera
Dan itu nampak pada ayat ini; Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis dan suatu pelangi melingkungi takhta itu --- ada keindahan dan damai sejahtera. Karena nanti, 12 batu permata menjadi dasar dari kota kudus Yerusalem yang baru di dalam Wahyu 21:16-19.
Jadi, kalau dasarnya adalah batu permata, pasti ada damai sejahtera. Lihatlah; pelangi melingkupi di takhta itu, bicara soa keindahan.
Saudara, awal pernikahan kami, sangatlah kelam dan suram sekali, karena saya terlalu bodoh menjadi seorang suami, saya terlalu banyak menyakiti isteri. Saya merasa pemimpin, akhirnya menjadi pemimpin, sebenarnya, kalau pemimpin di dalam TUHAN tidak seperti itu, pemimpin adalah pelayan --- mengayomi, mengasuh dan merawat.
Umpama di jalanan, rumusnya emak-emak; sen kiri belok kanan, susah menghadapi yang seperti ini dengan kekerasan. Kita tabrak; jatuh dia, kita tabrak; masuk polisi. Jadi kita harus menjadi pemimpin dan pelayan. Kenapa? Karena Mempelai Laki-Laki duduk di atas takhta, itu keindahan dan damai sejahtera, tidak bisa dipungkiri. Tetapi isteri juga harus menyadari, kalau suami tampil menjadi pemimpin dan pelayan. jangan juga kebablasan; jangan merasa di atas angin.
Pertanyaan: MENGAPA BABEL DIHUKUM DENGAN DUA JENIS HUKUMAN? Yaitu:
- Dalam satu hari (Wahyu 18:1-8)
- Dalam satu jam saja (Wahyu 18:9-19)
Jawabnya...
Penghukuman atas Babel dalam SATU JAM, karena TUHAN mau menjadikan kita semua sebagai tumpuan kaki TUHAN = hidup dalam doa penyembahan.
Setelah perjamuan suci (karena ini minggu pertama), kita ambil waktu untuk tersungkur di ujung kaki salib TUHAN dan menundukkan kepala di ujung kaki salib TUHAN, sujud menyembah kepada TUHAN, menjadi tumpuan kaki TUHAN = hidup dalam doa penyembahan. Doa penyembahan adalah tingkat ibadah yang tertinggi disebut juga puncak ibadah.
Penyembahan = penyerahan diri sepenuh untuk taat hanya kepada kehendak Allah
Yesus adalah Imam Besar Agung berarti menjadi “Perantara” antara Allah dengan manusia, menjadi pendamaian atas dosa dunia, sehingga manusia berdamai dengan Allah. Dan kita lihat penebusan dan pendamaian yang dikerjakan itu.
Mari kita membaca…
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Yesus berseru, seruan itu adalah Eli, Eli lama sabakhtani (pada ayat 46). Hal itu juga disebut sebagai doa penyahutan, sekaligus penyembahan.
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Yesus menderita sengsara dan mati di atas kayu salib, itu bukan karena kehendak Anak, tetapi itu kehendak Allah Bapa.
Jadi jelas, penyembahan = penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah saja.
Inilah puncak ibadah (ibadah yang tertinggi), bukan Ibadah Raya Minggu, Ibadah Pendalaman Alkitab, tetapi harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Sebab di situlah Yesus sebagai Imam Besar Agung memimpin kita sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan. Tandanya; ada dalam penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, bagaikan mengangkat dua tangan tinggi-tinggi kepada TUHAN.
Kita lihat peristiwa di taman Getsemani. Lalu di taman Getsemani ini TUHAN membuat formasi yang sesuai dengan pola Tabernakel.
Matius 26:36-38 --- Peirkop: “Di taman Getsemani”
(26:36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." (26:37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (26:38) lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."
Berawal dimana TUHAN membawa murid-murid ke taman Getsemani, kemudian, murid-murid pun duduk di situ. Dari “titik” itu, TUHAN membawa Yakobus, Petrus dan Yohanes pada satu titik. Lalu Yesus berkata: tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku. Artinya; TUHAN Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung yang memimpin rohani gereja TUHAN sampai puncak ibadah itulah doa penyembahan = berjaga-jaga. Sampai hari ini TUHAN berjaga-jaga, sampai hari ini pun kita harus berjaga-jaga Bersama dengan Dia; hidup dalam doa penyembahan, kita harus mau, tidak bisa lari dari situ.
Sekarang kita lihat…
Katakanlah taman Getsemani itu di HALAMAN. Lalu mereka “duduk”, dari “titik” di mana mereka duduk TUHAN membawa tiga murid “maju ke depan lagi” yaitu; Yakobus, Petrus dan Yohanes.
Bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada 3 (tiga) macam alat di dalam Ruangan Suci, maka…
1. Yakobus terkena kepada MEJA ROTI SAJIAN 🡪 ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = IMAN.
2. Petrus terkena kepada PELITA EMAS 🡪 ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh = PENGHARAPAN.
3. Yohanes terkena kepada MEZBAH DUPA -🡪 ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = kasih
Berarti berjaga-jaga bersama-sama dengan Imam Besar Agung.
Tetapi memang tidak dipungkiri pada Matius 26:38 Yesus berkata kepada tiga murid; hati-Ku sangat sedih -- ada rasa Lelah, sedih, cape ketika kita harus mempersembahkan korban persembahan lalu mempersembahkannya. Tetapi, kalau TUHAN berkata; berjaga-jagalah Bersama-sama dengan Aku, marilah kita berjaga-jaga Bersama dengan Dia. Lebih baik kita menjadi penurut, berarti; taat, setia dan dengar-dengaran kepada Yesus, Imam Besar.
Matius 26:39
(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Sesudah tiga murid dibawa maju (Ruangan Suci), maka Ia maju sedikit, hal ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung.
Lalu Yesus berkata: : "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Jadi saudara, puncak ibadah adalah doa penyembahan = berjaga-jaga satu jam dengan TUHAN
Oleh karena pembahasan ini, maka keadaan kita sekarang ini; seperti rembang tengah hari, semakin jelas, dan itu meyakinkan kita untuk terus memeluk dan mencintai TUHAN, memeluk Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel.
Matius 26:41
(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Jadi, puncak ibadah adalah doa penyembahan. Kalau kita sudah sampai puncak ibadah itulah doa penyembahan, maka = berjaga-jaga.
Mengapa harus sampai puncak ibadah? Jawabnya; supaya jangan jatuh pada puncak pencobaan.
Puncak pencobaan tepatnya pada saat antikris menjadi raja atas seantero dunia, mereka akan memerintah dengan tangan besi, menjalankan kuasanya dengan kekerasan selama 3½ tahun. Jadi, untuk menghadapi puncak pencobaan, kita harus berada pada puncak ibadah itulah doa penyembahan.
Selanjutnya disini dikatakan; Roh memang penurut tetapi daging lemah, berarti; kita tidak mampu menghadapi puncak pencobaan dengan kekuatan atau kemampuan yang berasal dari daging, pengertian dari daging, kelebihan dari daging. Roh itu penurut, maunya baik, maunya selamat, maunya berkemenangan dan mampu menghadapi puncak pencobaan, tetapi sayangnya; daging itu lemah. Sama seperti mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, rasul Paulus berkata dalam Roma 7:15 --- Aku tidak tahu apa yang aku perbuat, sebab bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, melainkan apa yang aku benci. Tetapi, mengantisipasi ini, ibadah harus berada pada tingkat ibadah yang tertinggi (puncak ibadah) itulah doa penyembahan. Ukuran penyembahan; satu jam.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, jangan kita adopsi pengertian yang masih terbatas, tetaplah digembalakan dengan Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, supaya kasih TUHAN tidak terbatas, tidak malu kepada kita. Jangan kita batasi cinta TUHAN karena selera kita, itu maksudnya.
Kalau kita sudah sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan; menundukkan kepala di ujung kaki salib TUHAN pada saat tersungkur = tumpuan kaki TUHAN, inilah yang TUHAN mau. Kenapa TUHAN menghukum Babel dalam satu jam saja? Jelas, karena TUHAN mau menjadikan kita sebagai tumpuan kaki TUHAN.
Jadi, pengertian dari Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel; jangan diubah-ubah, supaya kita tertolong dan kita melihat kemuliaan dari Pengajaran Mempelai itu nyata bila tiba waktunya nanti.
Yesaya 66:1 --- Perikop: “Keselamatan sesudah hukuman”
(66:1) Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?
Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku? TUHAN tidak tertarik, sebab TUHAN mau menjadikan kita takhta Allah, TUHAN yang mau menjadikan kita sebagai tumpuan kaki-Nya.
Jadi, jangan kita bergerak sesuai dengan selera sendiri, keinginan sendiri lagi. Memang salib tidak cocok dengan daging, seringkali kita bersedih hati. Tetapi saudara, sesuai dengan perikop yang ada: “Keselamatan sesudah hukuman”, akhirnya kita semua menjadi takhta Allah dan tumpuan kaki TUHAN.
Mari kita lihat apa yang dilihat rasul Paulus…
Ibrani 9:1-4 --- Perikop: “Tempat kudus di bumi dan di Sorga”
Jadi, untuk sampai ke Tabernakel di Sorga harus menggunakan Tabernakel Musa.
Ibrani 9:1-4
(9:1) Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. (9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah.
Jadi, ibadah itu harus menggunakan pola Tabernakel, aturannya jangan menggunakan aturan duniawi.
Mohon maaf, kiranya jangan ada yang tersinggung termasuk saudara yang mengikuti pemberitaan Firman secara online; “ibadah satu jam saja” itukan buatan tangan manusia. Ada lagi sebutan “ibadah pertengahan minggu”, di dalam Alkitab tidak ada ibadah ibadah pertengahan minggu, yang ada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, umpama…
- Ibadah Raya Minggu setiap hari Minggu
- Ibadah Doa Penyembahan setiap hari Selasa
- Ibadah Pendalaman Alkitab setiap hari Kamis.’
Bukan berarti, dari Senin sampai Minggu ada “ibadah pertengahan minggu.” Tetapi yang sering saya dengar adalah seperti itu; ibadah pertengahan minggu dan ibadah satu jam saja. Yang saya tahu memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah, tetapi harus menggunakan pola Tabernakel.
Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. Kalau tidak jeli melihat kandungan dari arti rohani, maka ayat ini akan dipersalahkan. Tetapi, saya akan ajak saudara untuk melihat kandungan arti rohaninya.
Ibrani 9:3-4
(9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus (Ruangan Maha Suci)
Di atas tadi sudah disampaikan; Yesus adalah Imam Besar Agung, buktinya; Ia maju sedikit, Dialah pembuka jalan., Dia perintis, terjadi perobekan daging. Oleh sebab itu, waktu Dia maju lebih sedikit lagi, saya sebut Dia Imam Besar Agung, di sini kuncinya.
Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas.
Jadi jelas sekali TUHAN menjatuhkan hukuman atas Babel dengan dua jenis hukuman supaya kita menjadi takhta Allah dan tumpuan kaki TUHAN. Dan itulah yang dilihat rasul Paulus ketika ia diangkat ke tingkat ketiga dari Sorga disebut Firdaus, itulah Ruangan Maha Suci; TUHAN perlihatkan dua hal itu kepada dia.
Jadi, berita itu dibawa lagi dari Sorga turun ke bumi, maka, kita tidak bisa menolak Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel. Mungkin, kalau Musa menyatakan ini kepada kita, kita akan berkata; siapa yang pernah naik ke Sorga? Tetapi Pengajaran Tabernakel yang dibangun oleh tangan Musa sudah dibuktikan oleh rasul Paulus dan juga sudah diajarkan rasul Paulus kepada jemaat di Asia kecil. sesuai dengan apa yang dilihat di pulau Patmos; dua tiga orang saksi satu perkara di anggap sah (2 Korintus 13:1).
Mari kita kembali mengukur hidup ini, ibadah dan pelayanan kita ini, nikah rumah tangga tanggan kita ini dengan pola Tabernakel; akurat untuk membawa kita kembali kepada wujud semula, segambar dan serupa dengan Allah, kualitas rohani sederajat dengan kualitas rohani Mempelai Laki-Laki Sorga. Ukurannya bukan karena dia sudah melayani atau sudah membuat mujizat.
Singkatan kata, ada 2 (dua) hal yang ada di dalam Ruangan Maha Suci yaitu:
1. Tabut Perjanjian, berbicara tentang 2 (dua) hal yaitu;
- Takhta Allah
- Hubungan nikah
2. Cawan pembakaran ukupan emas 🡪 doa penyembahan = tumpuan kaki TUHAN.
Doa dan harapan saya untuk kita semua keluarga besar GPT “Betania” Serang &
Cilegon, kiranya kita semua betul-betul menjadi takhta Allah dan menjadi
tumpuan kaki TUHAN, sehingga dua jenis hukuman yang dijatuhkan atas Babel
tidak menjadi percuma, sehingga kalau kita kembali membaca Wahyu 18:19-20 --- Dan mereka
menghamburkan debu ke atas kepala mereka dan berseru, sambil menangis dan
meratap, katanya: "Celaka, celaka, kota besar, yang olehnya semua orang,
yang mempunyai kapal di laut, telah menjadi kaya oleh barangnya yang mahal,
sebab dalam satu jam saja ia sudah binasa. Bersukacitalah atas dia,
hai sorga, dan kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi,
karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu."
Siapa kamu? Itulah kehidupan yang sudah dijadikan takhta Allah dan tumpuan kaki TUHAN. Kerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment