IBADAH
DOA PENYEMBAHAN, 09 SEPTEMBER 2020
KITAB
KOLOSE
(Seri:
112)
Subtema:
SUASANA MEMPELAI DILIPUTI PENYEMBAHAN, HINGGA BERDAMPAK
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kehadirat TUHAN, oleh karena kemurahan hati TUHAN
kita dihimpunkan di tengah Ibadah Doa Penyembahan untuk selanjutnya tersungkur
di kaki salib TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup; Allah Abraham Ishak
Yakub, Allah Israel, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat yang berdaulat
atas kehidupan kita. Sehingga, kita lepas dari segala berhala-berhala di dunia
ini, lepas dari kehendak daging dan keinginan-keinginan daging, itulah puncak
dari ibadah di atas muka bumi ini.
Saya
tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN yang
sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video
internet Youtube, Facebook dimanapun anda berada. Selanjutnya, marilah kita
mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN kembali melawat; kehidupan
kita, ibadah pelayanan, nikah dan rumah tangga kita, segala sesuatu dilawat.
Kiranya TUHAN pulihkan dan TUHAN berkati kehidupan kita dengan segala
kelimpahan kasih dan kemurahan dari sorga.
Kita
segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari
surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, kita masih berada
pada Kolose 3:19.
Kolose
3:19
(3:19) Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap
dia.
“Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Hal ini
merupakan pernyataan Allah yang ditujukan langsung kepada semua suami-suami
supaya setiap suami tahu mengasihi isterinya dengan benar, sesuai dengan
ketetapan firman. Nasihat firman ini harus diterima oleh seorang suami dengan
segala kerendahan hatinya, meskipun seorang suami adalah seorang kepala dan
seorang pemimpin dalam hubungan dan nikah rumah tangganya.
Pelajaran
yang baik bagi seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, dapat kita
temukan dalam surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus
5:25-29
(5:25) Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat
dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya,
sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27)
supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan
cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus
dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi
isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya
mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci
tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus
terhadap jemaat,
Suami-suami
di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak dua kali, yakni:
1.
Ayat 25-27.
2.
Ayat 28-29.
HAL
YANG PERTAMA; ayat 25-27, bagian ini telah disampaikan dalam beberapa
seri, tentu saja kita diberkati oleh TUHAN dalam pemberitaan-pemberitaan
firmant tersebut.
HAL
YANG KEDUA; ayat 28-29, Demikian juga suami harus mengasihi isterinya
sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya
sendiri, hal ini menunjukkan bahwa suami harus mengasihi isterinya sama
seperti tubuhnya sendiri, berarti siapa yang mengasihi isterinya sama dengan
mengasihi dirinya sendiri.
Siapa
yang mengasihi isterinya sama dengan mengasihi dirinya sendiri?
Efesus
5:31
(5:31) Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Siapa
yang mengasihi isterinya sama dengan mengasihi dirinya sendiri, mengapa
demikian? Sebab antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging atau
sudah menjadi satu tubuh oleh salib di Golgota. Kemudian, di dalam Matius
19:5-6, “... Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Berarti kita harus
menjunjung tinggi korban Kristus supaya tetap di dalam nikah yang suci. Nikah
yang suci tidak boleh diceraikan manusia:
-
Baik dengan dosa kejahatannya.
-
Baik dengan dosa kedagingannya.
-
Baik dengan dosa kenajisan.
-
Baik dengan dosa kecemaran-kecemaran yang
lain.
Nikah
suci tidak boleh diceraikan oleh perkara apapun itu, sebab apa yang telah
dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia bahkan diceraikan siapapun
dan oleh apapun. Marilah kita menghargai nikah yang suci dalam kesatuan yang
utuh. Hal itu telah disampaikan beberapa minggu berturut-turut.
PRAKTEK
SUAMI DI DALAM HAL MENGASIHI ISTERINYA.
Efesus
5:29
(5:29) Sebab
tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya,
sama seperti Kristus terhadap jemaat,
Praktek
suami di dalam hal mengasihi isterinya ada dua, antaralain:
1.
Mengasuhnya.
2.
Merawatinya.
Berkaitan
dengan kedua hal tersebut kita akan melihat lebih rinci di dalam 1
Tesalonika 2:7.
1
Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi
kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh
dan merawati anaknya.
Rasul
Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika, sama seperti seorang
ibu yang berlaku ramah kepada anaknya.
Ibu, menunjuk
kepada: seorang gembala. Tugas dari seorang gembala ialah:
1.
Mengasuh sidang jemaat
sebagai anak-anak rohaninya.
2.
Merawati sidang jemaat
sebagai anak-anak rohaninya.
1
Tesalonika 2:8-9
(2:8)
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela
membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri
dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. (2:9) Sebab kamu
masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara
kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun
juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.
Sikap
Rasul Paulus dalam hal mengasuh dan merawati sidang jemaat, menunjukkan bahwa Rasul Paulus telah mengasihi sidang
jemaat di Tesalonika sebagai anak-anak rohaninya. Pembuktian Rasul Paulus telah
mengasihi sidang jemaat di Tesalonika sebagai anak-anak rohaninya, yaitu: ia
rela membagi Injil Allah bahkan rela membagi hidupnya sendiri kepada sidang
jemaat di Tesalonika. Sebab ia bekerja siang dan malam dengan segala usaha
dan jerih payah di dalam hal memberitakan Injil kepada sidang jemaat di
Tesalonika termasuk jemaat di Asia kecil yang lainnya.
Seorang
pemimpin sidang jemaat disebut juga gembala sidang memang sudah
seharusnya siang malam berjaga-jaga dengan segala usaha dan jerih payah,
dan rela membagikan Injil bahkan membagi hidupnya kepada sidang jemaat sebagai
anak-anak rohaninya yang juga disebut kawanan domba Allah, itulah tugas dari
pada seorang gembala sidang, pemimpin sidang jemaat. Jadi, seorang gembala
tidak boleh sesuka hati meninggalkan kandang penggembalaan, melainkan harus
tetap berjaga-jaga dengan segala usaha dan jerih payah siang dan malam untuk
memperhatikan kawanan domba Allah itulah sidang jemaat yang juga disebut
sebagai anak-anak rohaninya.
Mari
kita melihat GEMBALA YANG BERJAGA-JAGA.
Lukas
2:8
(2:8) Di daerah
itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada
waktu malam.
Singkatnya,
gembala-gembala berjaga-jaga pada waktu malam. Waktu malam, menunjuk kepada:
suasana gelap karena dunia ini telah diliputi dosa bahkan sudah berada pada
puncaknya dosa, yaitu dosa makan minum dan dosa kawin dan mengawinkan itulah
dosa kejahatan dan dosa kenajisan sebagai puncak dari gelapnya malam.
Oleh
sebab itu, seorang gembala harus berjaga-jaga siang dan malam dengan segala
usaha, dengan segala jerih payah, rela membagi-bagikan Injil, rela membagikan hidupnya
kepada kawanan domba. Seorang gembala harus tetap berada di dalam kandang
penggembalaan, tidak boleh sesuka hati meninggalkan kandang penggembalaan, dan
seorang gembala harus terus memperhatikan kawanan domba Allah itulah sidang
jemaat sebagai anak-anak rohani dari gembala sidang.
Pertanyaanya:
MENGAPA SEORANG GEMBALA HARUS BERJAGA-JAGA PADA WAKTU MALAM?
Lukas
2:9-10
(2:9) Tiba-tiba
berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar
meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (2:10) Lalu kata malaikat
itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
Tujuan
gembala berjaga-jaga pada waktu malam ialah untuk menantikan berita dari
sorga, dengan kata lain untuk menantikan pembukaan firman Allah dari sorga
untuk selanjutnya disampaikan kepada sidang jemaat sebagai anak-anak rohani
dari gembala sidang yang disebut juga kawanan domba Allah. Saya juga sebagai
seorang gembala harus melakukan hal yang sama yaitu berjaga-jaga pada waktu
malam, supaya saya dilayakkan oleh TUHAN untuk menyampaikan firman TUHAN, juga
layak menjadi seorang gembala yang berjaga-jaga, dan layak juga untuk
memberitakan firman TUHAN di malam ini. Sebab hamba TUHAN juga diukur dari
perkataannya, maka perkataan harus sesuai dengan perbuatannya dan sebaliknya
perbuatan harus sesuai dengan perkataannya.
Pada
ayat 10 dikatakan: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku
memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.” Sesungguhnya;
berita dari sorga adalah berita kesukaan besar untuk seluruh bangsa yang
diam di muka bumi ini. Seorang gembala sidang dilarang keras untuk memberitakan
yang bukan berita dari sorga, antara lain:
a.
Berita dari dalam bumi, menunjuk
kepada: ajaran palsu dari nabi-nabi palsu (Wahyu 13:11-12 dan Matius
7:15, 21-23).
b. Berita
dari dalam laut, menunjuk kepada: roh antikris yaitu roh jual dan
beli (Wahyu 13:1-3. 16-18).
Kedua
berita tersebut yaitu; (berita dari dalam bumi dan berita dari dalam laut),
bukanlah berita yang berasal dari sorga dan bukan berita yang memberikan
keselamatan. Oleh sebab itu, seorang
gembala sidang harus memberitakan berita dari sorga sebab berita dari sorga
merupakan kesukaan besar untuk seluruh bangsa.
Lukas
2:11-12
(2:11) Hari ini
telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (2:12)
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus
dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Kristus
TUHAN yang dilahirkan adalah berita dari sorga; berita keselamatan, berita
kesukaan besar untuk seluruh bangsa yang diam bumi ini. Ciri berita dari
sorga ada dua, yakni:
1.
Dibungkus dengan lampin.
2.
Terbaring di dalam palungan.
Kedua
tanda ini tidak dapat diberitakan dari dalam bumi dan dari dalam laut, sebab:
-
Nabi palsu tidak bisa melahirkan gereja
TUHAN.
-
Antikris juga tidak bisa membawa berita
tentang kelahiran.
Kalau
kita ikut TUHAN maka sudah seharusnya tanda berita kelahiran itu harus nyata
dalam kehidupan kita.
Kalau
kita perhatikan dalam Wahyu 13:3: Maka tampaklah kepadaku satu dari
kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi
luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh, ini berbicara mujizat. Luka itu
berbicara tentang sengsara dan aniaya, seharusnya setelah terkena luka langkah
selanjutnya adalah dibawa masuk dan ditenggelamkan ke dalam pengalaman kematian
Kristus, dan pada hari ketiga akan dibangkitkan.
Bukankah
antikris berasal dari dalam laut? Maka sudah seharusnya antikris masuk dalam
pengalaman kematian dan kebangkitan supaya gereja TUHAN mengalami tanda
kelahiran baru, namun kenyataannya berita dari dalam laut itulah berita dari
antikris tidak membawa kelahiran, tidak melahirkan gereja TUHAN. Demikian juga
berita dari dalam bumi itulah ajaran palsu dari nabi-nabi palsu tidak dapat
memberitakan tentang kelahiran gereja TUHAN kembali.
Jadi,
berita dari sorga tandanya ada dua:
1.
Dibungkus dengan lampin.
2.
Terbaring di dalam palungan.
Pendeknya,
kedua hal di atas adalah tanda bahwa berita dari sorga yang harus diterima oleh
para gembala-gembala atau pemimpin-pemimpin sidang jemaat untuk selanjutnya
disampaikan kepada sidang jemaat.
Mari
kita perhatikan kedua tanda berita dari sorga dimulai dari tanda yang pertama,
tentang: DIBUNGKUS DALAM LAMPIN.
Lampin
itu berbentuk empat persegi, menunjuk kepada: kota Yerusalem yang baru (kota
empat persegi). Semua lampin berbentuk empat persegi dan kegunaan lampin yaitu
membungkus bayi yang baru lahir.
Wahyu
21:16
(21:16) Kota itu
bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia
mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan
lebarnya dan tingginya sama.
Kota
Yerusalem baru bentuknya empat persegi, berarti panjangnya sama dengan
lebarnya. Setelah diukur dengan tongkat ukuran kota itu: dua belas ribu
stadia, berarti panjang dan lebarnya: 12 x 12.000 stadia. ‘
Kalau
mengacu dengan angka 12 x 12.000 stadia, maka hal itu akan terkait dengan Wahyu
7:4-8.
Wahyu
7:4-8
(7:4) Dan aku
mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat
ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. (7:5)
Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben
dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu, (7:6) dari suku Asyer
dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye
dua belas ribu, (7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi
dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu, (7:8) dari suku
Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku
Benyamin dua belas ribu.
Jumlah
mereka yang dimeteraikan itu ialah: seratus empat puluh empat ribu yang
telah dimeteraikan, berarti menjadi milik kepunyaan Allah. Perincian dari seratus
empat puluh empat ribu, yaitu:
1.
Dari suku Yehuda dua belas ribu.
2.
Dari suku Ruben dua belas ribu.
3.
Dari suku Gad dua belas ribu.
4.
Dari suku Asyer dua belas ribu.
5.
Dari suku Naftali dua belas ribu.
6.
Dari suku Manasye dua belas ribu.
7.
Dari suku Simeon dua belas ribu.
8.
Dari suku Lewi dua belas ribu.
9.
Dari suku Isakhar dua belas ribu.
10.
Dari suku Zebulon dua belas ribu.
11.
Dari suku Yusuf dua belas ribu.
12.
Dari suku Benyamin dua belas ribu.
Jadi,
12 x 12.000 = 144.000, inilah yang dimeteraikan. Pendeknya, seratus empat
puluh empat ribu orang yang dimeteraikan atau yang menjadi milik kepunyaan
TUHAN inilah yang menjadi inti mempelai.
Kesimpulannya,
berita dari sorga itulah berita yang menyelamatkan yang merupakan berita
kesukaan bagi segala bangsa-bangsa di bumi dibungkus dengan Firman Pengajaran
Mempelai dalam terangnya Tabernakel, bukan dalam terang yang lain-lain. Oleh
sebab itu, berita dari sorga tidak boleh diukur dengan terang yang lain
melainkan harus diukur dalam terang Tabernakel.
Bagaikan
Ruangan Maha Suci, bentuknya adalah empat persegi bagaikan bentuk lampin: panjang
dan lebarnya sama bahkan tingginya juga sama, inilah terang dari Mempelai
ukurannya Tabernakel. Kemudian, dalam Ruangan Maha Suci terdapat satu alat
itulah Tabut Perjanjian. Yang terdiri dari dua bagian, yaitu:
1.
Peti dati Tabut
Perjanjian à gereja
mempelai.
2.
Tutupan grafirat dengan
dua kerub di atasnya à pribadi
TUHAN Yesus Kristus, Mempelai Pria Sorga.
Sedangkan
arti rohani dari Tabut Perjanjian ada dua:
1.
Takhta Allah à ibadah dan
pelayanan.
2.
Hubungan nikah antara Kristus
sebagai Mempelai Pria Sorga dengan sidang jemaat sebagai mempelai perempuan-Nya
berdasarkan kasih.
Perlu
untuk diketahui, sebaliknya Pengajaran Tabernakel harus dalam terangnya
mempelai.
Mari
kita melihat terangnya mempelai.
Wahyu
12:1
(12:1) Maka tampaklah
suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari,
dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas
bintang di atas kepalanya.
Seorang
perempuan:
-
Berselubungkan matahari à terang dari kasih
Allah Bapa.
-
Bulan di bawah kakinya à terang
dari Allah Anak dalam korban-Nya.
-
Mahkota dari dua belas bintang di atas
kepalanya à terang
dari Allah Roh Kudus.
Pendeknya,
mempelai perempuan TUHAN berada di dalam terang dari Allah Trinitas.
Supaya
lebih sempurna mari kita menyelidiki Wahyu 14.
Wahyu
14:1
(14:1) Dan aku
melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan
Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya
dan nama Bapa-Nya.
Pada
dahi seratus empat puluh empat ribu orang, termeteraikan firman Allah dan kota
kudus Yerusalem baru. Sehingga di dalam pemikiran seratus empat puluh empat
ribu orang itu tidak ada yang lain selain kota kudus Yerusalem baru, tidak ada
yang lain selain nama Yesus dan nama Bapa-Nya. Itulah mempelai TUHAN.
Wahyu
14:4
(14:4) Mereka
adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan,
karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti
Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia
sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
Seratus
empat puluh empat ribu orang yang menjadi inti dari mempelai wanita TUHAN
tersebut dalam keadaan:
1.
Mereka tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, -- itulah perempuan Babel dan perempuan Izebel --,
artinya: hati mereka telah diterangi oleh pengajaran firman yang benar dan
murni, itu menunjuk kepada: pribadi Yesus Anak Allah.
2.
Mereka mengikuti Anak Domba itu ke mana
saja Ia pergi, artinya: hati mereka telah diterangi oleh kasih Allah
Bapa, menunjuk kepada: pribadi dari Allah Bapa.
3.
Mereka ditebus dari antara manusia sebagai
korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu, artinya:
hati mereka telah diterangi oleh Allah Roh El Kudus. Sebagaimana kita
ada malam ini dihimpunkan dalam Ibadah Doa Penyembahan itu semua karena dua
tangan TUHAN yang kuat; sehingga kalau kita mau menyerah, mau menghargai Ibadah
Doa Penyembahan, dan mau menghargai hak kesulungan ini, itu merupakan cerminan
bahwa hati kita telah diterangi oleh Allah Roh El Kudus,
Mempelai
wanita TUHAN ini betul-betul berada dalam terangnya Allah Trinitas.
Inilah
berita dari sorga, inilah berita keselamatan yang tidak perlu kita ragukan
lagi, oleh sebab itu jangan bergeser dari ukuran Pengajaran Tabernakel apapun
alasannya. Inilah berita dari sorga yaitu berita keselamatan; tidak bisa
disampaikan oleh nabi palsu dan tidak dapat disampaikan oleh antikris, karena
sasaran ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini adalah perjamuan malam kawin
Anak Domba, menjadi mempelai TUHAN.
Sekalipun ada dalam pergumulan namun biarlah kiranya kita melangkah
sesuai dengan langkah-langkah atau ketetapan dari firman walaupun sukar dan
berat. Biarlah kita berada dalam ketetapan firman sampai rohani ini dibawa
sampai kepada puncaknya yaitu dibawa dalam perjamun malam kawin Anak Domba atau
pesta nikah Anak Domba, menjadi mempelai TUHAN. Itulah sasaran akhir dari
perjalanan rohani kita.
Sasaran
akhir dari perjalanan rohani kita bukan sekedar soal berkat-berkat, bukan
sekedar soal mujizat-mujizat yang sering kali didemonstrasikan oleh hamba-hamba
TUHAN. Perjalanan rohani kita tidak berhenti hanya sebatas mujizat dan
berkat-berkat, melainkan harus sampai dibawa masuk dalam perjamun malam kawin
Anak Domba, menjadi mempelai TUHAN, menjadi milik TUHAN yang dimeteraikan,
bagaikan seratus empat puluh empat ribu orang yang dimeteraikan dari antara
suku-suku bangsa di atas muka bumi ini, sehingga menjadi milik kepunyaan TUHAN.
Kita tidak perlu ragu tentang berita dari sorga ini, tandanya dibungkus dengan
lampin.
Berita
dari sorga itulah berita keselamatan yang harus dibungkus dengan Firman
Pengajaran Mempelai, tidak boleh dibungkus dengan ajaran asing:
-
Ajaran dari bumi, itu hanya
berbicara soal mujizat-mujizat, berbicara soal kesembuhan.
-
Ajaran dari antikris (dari dalam
laut), itu berbicara soal berkat-berkat, uang, roh jual dan beli.
Perlu
untuk diketahui, kedua ajaran ini bukan berita keselamatan, bukan berita dari
sorga, bukan berita kesukaan bagi bangsa-bangsa, dan kedua ajaran ini tidak
dapat menyelamatkan.
Namun
berita dari sorga itulah berita keselamatan dan berita kesukaan bagi
banga-bangsa, itulah Firman Pengajaran yang dibungkus dengan Pengajaran
Mempelai dalam terangnya Tabernakel, sebaliknya Pengajaran Tabernakel harus
dibungkus dalam terangnya Mempelai. Tentunya tidak perlu ragu disitu.
Mari
kita melihat suasana mempelai.
Imamat
16:12-13
(16:12) Dan ia
harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di
hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling
sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. (16:13) Kemudian
ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap
ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia
jangan mati.
Perikop
pada ayat ini yaitu: “Hari Raya Pendamaian”, setahun sekali seorang imam
besar harus masuk ke dalam Ruangan Maha Suci untuk mengadakan pendamaian
terhadap dosa umatnya di hadapan Tuhan, dia harus membawa darah lembu jantan
muda dan membawa darah domba jantan, lalu mengadakan tujuh kali percikan darah
di atas Tutup Pendamaian dan tujuh kali percikan darah di depan Tabut
Perjanjian baik dengan darah lembu jantan muda ataupun dengan darah domba
jantan tersebut, itu merupakan penyucian terakhir.
Singkatnya,
suasana Ruangan Maha Suci diliputi oleh asap dupa kemenyan, artinya;
suasana Mempelai diliputi oleh doa penyembahan yang besar. Penyerahan
kita tidak boleh tanggung-tanggung di hari-hari terakhir ini. Puji TUHAN kalau
sudah penuh dengan firman dan Roh Kudus, tetapi penyerahan tidak boleh
setengah-setengah. Jangan melayani hanya kalau enak, lalu ketika tidak enak
tidak mau melayani, itu menunjukkan bahwa pelayanannya belum sepenuhnya.
Ibadah
kita harus memuncak sampai kepada penyembahan dengan lain kata penyerahan diri
sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, tidak kepada daging, tidak kepada
uang, tidak kepada perkara-perkara lahiriah, tidak kepada kesibukan-kesibukan
di atas muka bumi ini, tetapi ibadah kita harus memuncak sampai kepada doa
penyembahan, itulah suasana mempelai diliputi oleh asap dupa kemenyan, doa
penyembahan yang besar.
Perlu
untuk diketahui, kalau kita berpikir hari ini berbuat dosa lalu besok bisa
minta ampun, hari ini kita dusta sedikit kemudian besok kita minta ampun, itu
bukan tanda penyerahan yang penuh. Tetapi, suasana mempelai diliputi oleh
asap-asap dupa kemenyan, diliputi oleh penyembahan yang luar biasa, diliputi
oleh penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Kembali
lagi kita membaca Wahyu 14.
Wahyu
14:2-3
(14:2) Dan aku
mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru
guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi
pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan
suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua
itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada
seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh orang lain,
bahkan nyayian itu terdengar bagaikan desau air bah dan bagaikan deruh guruh
yang dahsyat, arti rohaninya: suasana mempelai diliputi oleh pengaruh dari doa
penyembahan yang sangat besar dan dahsyat. Doa penyembahan yang besar, berarti
ada dalam tanda penyerahan diri yang besar untuk taat kepada kehendak Allah
sepenuhnya, berarti tidak tanggung-tanggung dan tidak setengah-setengah dalam
penyerahan diri.
Kalau
kita hidup dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, hal
itu sangat berkuasa dan pengaruhnya dahsyat bagaikan desau air bah dan bagaikan
deruh guruh yang dahsyat. Namun apabila seorang imam melayani tetapi tidak
berada dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah; maka
tidak mempunyai pengaruh yang dahsyat, tidak punya kuasa yang besar, sehingga
hidupnya tidak berdampak. Sebab itu, sekiranya kalau memang TUHAN sudah
memberikan kesempatan bagi kita untuk berada di tengah-tengah ibadah, apalagi
seorang imam diberi kesempatan untuk melayani pekerjaan TUHAN sudah selayaknya
berada di dalam suasana mempelai.
Oleh
sebab itu, tidak boleh bermain-main dalam melayani, melayani tidak boleh
berhitung-hitung, apalagi soal waktu, kalau bisa seharusnya datang lebih awal,
tidak boleh setengah-setengah melayani apabila tidak ada hambatan. Maka sudah
selayaknya berada dalam suasana mempelai, kalau kita ada dalam tanda penyerahan
sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah kuasanya besar dan pengaruhnya
dahsyat, itu harus dicamkan. Jangan sampai kita datang ibadah apalagi seorang
imam di tengah pelayanannya tidak berdampak, itu sungguh memalukan.
TUHAN
sudah memberikan hati nurani dan itu merupakan alarm bagi kita, jangan sampai
kita tidak merasa malu, sudah selayaknya kita berada dalam suasana mempelai,
penyembahan yang besar, punya kuasa, punya pengaruh yang dahsyat dan besar, hal
itu harus dipahami. Jangan kita mempermalukan hati TUHAN di luaran sana, tidak
ada artinya ibadah yang semacam itu.
Pendeknya,
bila hidup gereja TUHAN berada dalam susana yang semacam ini maka gereja TUHAN
mempunyai kuasa, gereja TUHAN mempunyai pengaruh yang sangat besar di atas muka
bumi ini, dimanapun anda berada maka anda mempunyai kuasa dan pengaruh yang
besar dan dahsyat.
Saya
berdoa supaya kita semua betul-betul mulai dari detik ini berada dalam suasana
mempelai dan diliputi dengan penyembahan yang besar, dengan lain kata
penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, sehingga dengan
demikian kita mempunyai kuasa yang besar dan pengaruh yang dahsyat, berdampak
besar dan berdampak positif dimanapun kita berada; baik perkataan maupun
perbuatan kita, supaya di atas segalanya nama TUHAN dipemuliakan.
Sebagai
contoh:
Matius
27:50-52
(27:50) Yesus
berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (27:51)
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan
terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, (27:52) dan
kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Yesus
berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya, sesudah
Yesus berseru: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" lalu Yesus
menyerahkan nyawa-Nya dan mati di atas kayu salib.
Penyembahan
Yesus berarti penyerahan diri Yesus sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Penyerahan diri semacam ini mempunyai kuasa dan pengaruh yang besar dan
dahsyat, antaralain:
1.
Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas
sampai ke bawah.
TUHAN
sudah membuka jalan yang baru itulah jalan menuju ke sorga terbuka lebar bagi
kita. Mengapa bisa? Karena Yesus dalam penyembahan, berarti Yesus berada dalam
penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, sehingga hal
pertama yang terjadi: tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Biarlah kita berada dalam
penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, sehingga kita menjadi
pembuka jalan bagi orang lain dimanapun kita berada, oleh sebab penyerahan diri
kita tidak boleh lagi tanggung-tanggung.
2.
Terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit
batu terbelah, artinya: ketika dunia ini mengalami
goncangan-goncangan dalam segala bidang; goncangan dalam pemerintahan,
goncangan dalam politik, dan ekonomi, goncangan dalam kenegaraan, nikah juga
digoncang, maka pada saat itulah anak-anak TUHAN mengalami kelepasan dari dunia
ini. Pendeknya, goncangan-goncangan yang terjadi, adalah tanda kelepasan bagi
anak-anak TUHAN dari dunia ini.
Memang
satu kali nanti bumi ini akan diguncang sehingga batu-batu terbelah (sekeras
apapun batu itu pasti akan pecah), itu berbicara tentang goncangan-goncangan di
semua pihak: politik, ekonomi, pemerintahan, termasuk mengguncang nikah-nikah.
Bagi dunia itu penghukuman tetapi bagi anak TUHAN itu tanda keselamatan,
kelepasan dari bumi. Dunia masuk dalam penghukuman dan anak TUHAN lepas dari dunia
ini.
Ketika
saya pelajari apa yang TUHAN nyatakan ini, saya berterima kasih kepada TUHAN:
“terimakasih TUHAN biarlah hambamu suami isteri dan sidang jemaat-Mu, serta
imam-imam, betul-betul berada di dalam suasana mempelai, diliputi oleh doa
penyembahan, dengan lain kata ada dalam tanda penyerahan diri sepenuh untuk
taat kepada kehendak Allah, tidak taat kepada yang lain-lain”. Apabila berada
dalam tanda penyerahan diri sepenuh, maka mempunyai kuasa dan pengaruh yang
begitu dahsyat dan mempunyai kuasa dan pengaruh yang begitu besar. Supaya terlepas dari goncangan-goncangan yang
akan terjadi tidak ada lagi cara lain selain berada di dalam suasana mempelai.
Saya
baru-baru ini melihat, berapa banyak nikah-nikah yang sedang digoncang karena
pandemi covid 19, di Jawa Barat banyak para isteri-isteri datang ke kantor yang
berkaitan dengan perceraian dan ada juga beberapa suami-suami yang meminta
cerai, inilah goncangan yang terjadi pada nikah. Inilah penghukuman bagi dunia
tetapi tanda kelepasan bagi anak-anak TUHAN. Kalau sudah melihat tanda semacam
ini mari kita bersegera meninggalkan yang lama, dan sekarang marilah kita
berada dalam suasana mempelai yang diliputi dengan doa penyembahan, yang
diliputi dengan tanda penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
tidak ada lagi kehendak-kehendak yang lain apalagi yang tidak suci. Lihatlah
kegerakan ini adalah sesuatu yang luar bisa, oleh sebab itu mari dimulai dari
kita pribadi lepas pribadi.
3.
Kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang
kudus yang telah meninggal bangkit, artinya: maut tidak berkuasa
terhadap orang-orang kudusnya TUHAN. Kuburan-kuburan akan terbuka dan
orang-orang kudus akan bangkit kembali, berarti maut tidak berkuasa kepada
orang-orang kudus TUHAN.
Dengan
pengertian yang kita peroleh dari TUHAN menunjukkan bahwa kita ini mendapat
kemurahan yang besar dari TUHAN, dan kemurahan ini jangan disia-siakan dan
jangan dianggap enteng supaya kita beroleh belas kasihan di hadapan TUHAN,
sehingga tiga perkara ini nyata dalam kehidupan kita masing-masing dan sampai
pada akhirnya maut tidak berkuasa kepada orang-orang kudus-Nya.
Inilah
suasana mempelai, pengaruhnya besar dan yang pasti tiga perkara ini nyata.
Kemudian
yang tidak kalah penting kita memperhatikan pada Matius 27:54.
Matius
27:54
(27:54) Kepala
pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika
mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata:
"Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
Penyembahan
atau penyerahan diri juga berkuasa untuk membenarkan tentara Romawi atau bangsa
kafir, itulah bangsa yang tidak mengenal Allah yang hidup, biarlah hal itu
terjadi. Masih banyak orang-orang yang masih belum mengenal Allah yang hidup di
sekitar kita, biarlah dimulai dari penyerahan diri kita; kesaksian hidup kita.
Jangan
hati kita diliputi oleh suasana kenajisan, tetapi biarlah hati dan pikiran kita
diliputi oleh suasana mempelai, ada dalam penyembahan yang besar bagaikan asap
dupa kemenyan meliputi Ruangan Maha Suci ketika imam besar mengadakan
pendamaian atas dosa.
Jelas
sekali bahwa seorang suami mengasihi isterinya sama seperti mengasihi dirinya
sendiri, dan Yesus Anak Allah telah melakukan hal itu; Kristus kepala dan kita
adalah anggota tubuh-Nya, Dia telah turun ke dunia ini dan menjadi sama dengan
manusia dan dalam keadaan sebagai manusia Dia telah merendahkan diri-Nya untuk
taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib, berarti Dia telah
merasakan apa yang telah kita rasakan, sama dengan: mengasihi isteri-Nya
seperti mengasihi dirinya sendiri.
Praktek
mengasihi isteri seperti mengasihi diri sendiri: mengasuh dan merawatinya.
Demikian pula Rasul Paulus telah membuktikan dirinya sebagai gembala sidang,
pemimpin sidang jemaat; dia berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika,
dia mengasuh dan merawati sidang jemaat di Tesalonika, sehingga dia rela
memberitakan Injil kepada sidang jemaat di Tesalonika, bahkan rela membagi
hidupnya kepada sidang jemaat di Tesalonika. Rasul Paulus berjaga-jaga terhadap
sidang jemaat di Tesalonika siang dan malam dengan segala usaha dan jerih
payah. Memang itu tugas dari gembala sidang, yaitu: siang malam berjaga-jaga
untuk menantikan berita sorgawi itulah pembukaan firman Allah yang rahasianya
dibukakan untuk selanjutnya disampaikan kepada sidang jemaat yang merupakan
kawanan domba Allah, yang juga merupakan anak-anak rohani dari gembala sidang,
pemimpin sidang jemaat. Jangan sampai
kita tidak mau tahu terhadap perkara ini, sampai pada akhirnya kita betul-betul
dibawa sampai kepada suasana mempelai, itulah berita dari sorga.
Berita
kesukaan adalah pengajaran firman Allah dibungkus dengan Pengajaran Mempelai,
inilah yang menyelamatkan kehidupan kita semua. Biarlah kita semua berada dalam
suasana mempelai diliputi oleh penyembahan yang besar, sehingga kita berdampak
dimanapun kita berada. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment