IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 17 SEPTEMBER 2020
KITAB
RUT
(Seri:
110)
Subtema: PESTA
NIKAH ANAK DOMBA DALAM KEBAHAGIAANNYA ATAU PESTA BURUNG-BURUNG?
Shalom.
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah melayakkan kehidupan kita untuk
berada di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan
perjamuan suci.
Dan
saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN
yang terkasih yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN, lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya,
marilah kita bersama-sama mohonkan kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN
membukakan firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga ibadah kita tidak menjadi
percuma, segala pengorbanan tidak menjadi percuma, di atas segalanya nama TUHAN
dipermuliakan.
Kita
segera memperhatikan KITAB RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah
Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Kita
telah melewati atau meninggalkan Rut 2:1-23, dan minggu lalu kita sudah
memperhatikan Rut 3 dengan tema (judul utama) dari Rut 3 ini adalah Rut dan
Boas di tempat pengirikan. Dalam susunan Tabernakel, terkena pada Meja Roti
Sajian. Hal ini telah disampaikan pada minggu yang lalu sebagai pendahuluan
dari Rut 3.
Kemudian,
Rut 3 ini dibagi dalam 2 (dua) bagian:
1.
Ayat 1-7 = Rut berada di
kaki Boas.
2.
Ayat 8-18 = Rut memohon
kepada Boas agar Boas menjadi penebusnya.
Dua
hal tersebut merupakan isi pokok dari Rut 3.
Sekarang,
kita akan memasuki Rut 3:1.
Rut
3:1
(3:1) Lalu
Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: "Anakku, apakah tidak ada baiknya
jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?
Intinya
dari pernyataan Naomi ini adalah Naomi sedang berusaha mencari seorang suami
bagi Rut, menantunya itu, supaya menantunya itu berbahagia. Sikap dari ibu
Naomi ini menunjukkan bahwasanya Naomi memiliki pandangan rohani tentang
kebahagiaan dalam nikah yang rohani, sebab memang ia sendiri mempunyai
pengalaman kebahagiaan dalam nikah sebelum ia meninggalkan Betlehem-Efrata dan
pergi (hijrah) ke Moab oleh karena kehendak mereka sendiri.
Kesimpulannya:
Seorang gembala sidang harus tahu dengan pasti tentang sasaran akhir dari
perjalanan rohani dari gereja TUHAN di atas muka bumi ini, yang tidak lain
tidak bukan ialah pesta nikah Anak Domba.
Mari
kita melihat perkara itu dalam Wahyu 19.
Wahyu
19:6-8
(19:6) Lalu aku
mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan
seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah
kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita
bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan
Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (19:8)
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
Sasaran
akhir dari perjalanan panjang gereja TUHAN di atas muka bumi ini ialah berakhir
(berujung) pada satu titik, yaitu pesta nikah Anak Domba. Dalam pesta nikah
itu;
-
Yesus tampil sebagai Raja dan Mempelai
Pria Sorga.
-
Gereja TUHAN yang sempurna tampil sebagai
pengantin-Nya atau mempelai wanita-Nya.
Wahyu
19:9
(19:9) Lalu ia
berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan
kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar,
perkataan-perkataan dari Allah."
“Berbahagialah
mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” Dari kalimat ini
menunjukkan bahwa sudah sangat jelas, bahwa; kebahagiaan kekal akan dialami
oleh gereja TUHAN yang sempurna atau sidang mempelai TUHAN dalam pesta nikah
Anak Domba.
Inilah
sasaran akhir dari perjalanan panjang gereja TUHAN di atas muka bumi ini, yaitu
pesta nikah Anak Domba; di situlah gereja (sidang mempelai TUHAN) mengalami
kebahagiaan, persis seperti apa yang dinyatakan oleh ibu Naomi kepada Rut,
menantunya itu.
Berarti,
tanpa ragu saya mengatakan, bahwa: Sasaran akhir dari ibadah-ibadah di bumi ini
bukanlah soal berkat-berkat dan bukan soal mujizat-mujizat
semata. Saya yakin mengatakan itu.
Sekali
lagi saya sampaikan: Tanpa ragu saya mengatakan, bahwa: Sasaran akhir dari ibadah-ibadah
di bumi ini bukanlah soal berkat-berkat dan bukan soal mujizat-mujizat semata.
Sedikit
saya tambahkan: BUKTI-BUKTI bahwa sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas
muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba, bukan soal berkat-berkat, bukan soal
mujizat-mujizat.
Berbicara
soal BERKAT-BERKAT à
IBADAH LAUT.
Wahyu
13:1
(13:1) Lalu aku
melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan
berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya
tertulis nama-nama hujat.
Seekor
binatang keluar dari dalam laut à
Antikris.
Adapun
wujud binatang itu ialah:
-
Bertanduk 10 (sepuluh) + 10 (sepuluh)
mahkota di atas tanduk-tanduknya.
-
Berkepala 7 (tujuh).
Demikianlah
wujud dari binatang yang keluar dari dalam laut tersebut.
Kemudian,
terkait dengan binatang keluar dari dalam laut ini, lebih jauh kita akan
melihat dalam ayat 16-18.
Wahyu
13:16-18
(13:16) Dan ia
menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin,
merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, (13:17)
dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari
pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau
bilangan namanya. (13:18) Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa
yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena
bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam
ratus enam puluh enam.
Di
sini kita melihat: Yang mendapat tanda pada tangan kanan atau pada dahinya
diberi hak untuk membeli dan menjual. Dengan demikian, roh antikris adalah roh
jual beli.
Kemudian,
adapun cap meterai dari antikris ialah 666 (enam ratus enam puluh enam),
menunjukkan bahwa;
-
6 à
Tubuh dikuasai oleh daging.
-
6 à
Jiwa dikuasai oleh daging.
-
6 à
Roh dikuasai oleh daging.
Jadi,
tubuh, jiwa, roh sudah dikuasai oleh daging, itulah bilangan binatang itu, yang
merupakan bilangan manusia. Manusia itu terdiri dari tubuh, jiwa dan roh; jadi,
kalau mendapat tanda cap antikris 666 (enam ratus enam puluh enam) pada tangan
kanan atau pada dahinya, berarti tubuh, jiwa dan rohnya dikuasai oleh daging.
Kemudian,
berbicara soal “membeli” dan “menjual”, jelas itu berbicara tentang keuntungan
di tengah-tengah ibadah.
Pendeknya:
Ibadah laut hanya berbicara soal berkat-berkat, hanya berbicara seputar
keuntungan-keuntungan di tengah ibadah dan pelayanan, tidak lebih tidak kurang.
Jadi, ukurannya adalah “berkat”, itulah ibadah laut.
Jadi,
kalau ibadah itu hasilnya adalah soal-soal berkat, maka tentu ada yang berkata:
“Ekonominya sudah diberkati”, ada yang berkata: “Keuangannya sudah
diberkati”, ada yang berkata: “Bisnisnya sudah diberkati”. Hal itu
tidak salah, tetapi itu bukanlah ukuran, sebab sebetulnya itu merupakan ibadah
laut, dan ibadah laut bukanlah ukuran.
Berbicara
soal MUJIZAT-MUJIZAT à
IBADAH BUMI.
Wahyu
13:11
(13:11) Dan aku
melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua
sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
Binatang
yang keluar dari dalam bumi à
Nabi-nabi palsu.
Buktinya;
binatang tersebut bertanduk dua sama seperti anak domba, tetapi kalau ia
berbicara seperti seekor naga.
-
Wujudnya adalah anak domba à hamba-hamba TUHAN
dalam pelayanannya.
-
Tetapi suara perkataannya seperti seekor
naga; penuh dengan perkataan dusta.
Itu
sebabnya, binatang yang keluar dari dalam bumi ini jelas nabi palsu.
Sekarang
kita lihat IBADAH BUMI dari nabi-nabi palsu.
Matius
7:15
(7:15)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Nabi-nabi
palsu menyamar seperti domba. Berarti, sama seperti Wahyu 13:11.
Jadi, Matius 7:15 sama dengan Wahyu 13:11.
Pendeknya:
Nabi-nabi palsu adalah serigala berbulu domba.
Lebih
jelasnya, kita melihat PERBUATAN (TINDAKAN) mereka di tengah-tengah ibadah
pelayanan mereka.
Matius
7:21-23
(7:21) Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22)
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah
kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan
mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu
itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Adapun
tindakan-tindakan dari nabi-nabi palsu ialah:
1.
Bernubuat demi nama TUHAN.
2.
Mengusir Setan demi nama TUHAN.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
Inilah
perkara ajaib, tindakan ajaib di tengah ibadah pelayanan mereka.
Tetapi
pada ayat 23, sekalipun nabi-nabi palsu ini mengadakan tiga tanda ajaib,
namun pada akhirnya TUHAN berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal
kamu!”, selanjutnya TUHAN berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!”
Tentu
TUHAN mempunyai alasan mengatakan hal itu, sebab pada ayat 21 TUHAN berkata:
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga ...” Bukan setiap orang yang berseru kepada TUHAN: “TUHAN,
TUHAN!” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, seperti nabi-nabi palsu tadi,
mereka berseru menyebut nama: “Tuhan, Tuhan!” dengan mengadakan tiga
tanda ajaib -- yaitu; bernubuat, mengusir Setan dan mengadakan
banyak mujizat --, tetapi selanjutnya TUHAN berkata: “ ... melainkan dia
yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”.
Jadi,
bukan setiap orang yang berseru: “Tuhan, Tuhan!” dengan melakukan tiga
tanda ajaib yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan mereka yang
melakukan kehendak Bapa di sorga.
Yesus,
Anak Allah, telah melakukan kehendak Bapa di sorga, Ia telah meminum cawan
Allah, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung di atas kayu salib,
itulah kehendak Allah Bapa. Kalau hanya sebatas melakukan tiga tanda (perkara)
ajaib, itu adalah ibadah bumi.
Kesimpulannya:
Ibadah laut dan ibadah bumi adalah bersifat duniawi, bersifat lahiriah, sama
sekali tidak ada kaitannya dengan perkara di atas (perkara di sorga), kecuali
kepada daging semata. Pendeknya, ibadah di laut dan di bumi hanya terkait
dengan perkara (kebutuhan) daging manusia.
Dengan
demikian, ibadah laut dan ibadah bumi tidak membawa gereja TUHAN masuk dalam
pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, atau tidak mengarah kepada pesta nikah
Anak Domba, menjadi tubuh mempelai (menjadi sidang mempelai TUHAN), melainkan
mengarah kepada pembangunan tubuh Babel, yang disebut dengan pesta
burung-burung.
-
Kalau pembentukan tubuh Kristus yang
sempurna disebut pesta nikah Anak Domba.
-
Sedangkan pembangunan tubuh Babel disebut
pesta burung-burung.
Karena
semuanya -- ibadah bumi dan ibadah laut -- bersifat daging, hanya terkait dengan
kebutuhan daging, maka arah dari ibadahnya mengarah kepada pembentukan tubuh
Babel, bukan tubuh mempelai, itulah yang disebut pesta burung-burung.
Wahyu
19:17-18
(19:17) Lalu aku
melihat seorang malaikat berdiri di dalam matahari dan ia berseru dengan suara
nyaring kepada semua burung yang terbang di tengah langit, katanya:
"Marilah ke sini dan berkumpullah untuk turut dalam perjamuan
Allah, perjamuan yang besar, (19:18) supaya kamu makan daging
semua raja dan daging semua panglima dan daging semua pahlawan
dan daging semua kuda dan daging semua penunggangnya dan daging
semua orang, baik yang merdeka maupun hamba, baik yang kecil maupun yang
besar."
Kalau
kita perhatikan di sini: Tandingan dari pesta nikah Anak Domba adalah pesta
burung-burung. Kemudian, dalam pesta burung-burung itu, mereka semua akan
makan daging semua raja, daging semua panglima, daging semua pahlawan,
daging semua kuda, daging semua penunggangnya, daging semua
orang tanpa terkecuali. Itulah suasana di dalam pesta burung-burung, yang
dinikmati dalam pesta burung-burung adalah daging, semuanya bersifat daging.
PERHATIKAN:
Daging ini tiadalah bisa kita andalkan. Daging ini tidak lebih tidak kurang
hanyalah takhta Setan, takhta dari roh jahat dan roh najis, kalau daging tidak
dihukum. Daging ini harus dihancurkan, daging ini harus mengalami penghukuman
oleh sengsara salib, barulah daging ini menjadi takhta Allah.
Daging
ini hanya sebatas takhtanya Setan, daging ini hanya sebatas takhtanya roh jahat
dan roh najis; oleh sebab itu, daging harus mengalami penghukuman.
Itulah
perbedaan antara pesta burung-burung dan pesta nikah Anak Domba.
- Pesta burung-burung yang dinikmati adalah
semua daging, dan akhirnya mengarah kepada kenajisan, mengarah kepada
pembentukan tubuh Babel.
-
Sementara pesta nikah adalah pembentukan
tubuh Kristus yang sempurna.
Pilih
mana; pesta burung-burung atau pesta nikah Anak Domba? Ada dua pesta nanti yang
akan terjadi sekaligus berjalan bersamaan.
HATI-HATI,
ibadah laut dan ibadah bumi seluruhnya hanya terkait dengan kebutuhan daging.
Kalau menikmati daging, arahnya kepada kenajisan.
Lihat
PERBUATAN DAGING.
Galatia
5:16,18
(5:16) Maksudku
ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan
daging. (5:18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin
oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
Hiduplah
oleh Roh Allah, maka tidak akan menuruti segala keinginan daging. Kalau kita
hidup menurut pimpinan Roh, berada di dalam pengaruh yang besar dari Roh Kudus,
maka kita tidak akan menuruti keinginan daging dan tidak hidup di bawah hukum
Taurat.
Maka,
tentu saja kita bersyukur kepada TUHAN, lewat ibadah-ibadah yang TUHAN
percayakan kepada kita di atas muka bumi ini tentu saja untuk membawa kita
berada dalam pengaruh yang besar dari Roh Kudus, supaya kita tidak lagi hidup
menurut daging dan tidak hidup di bawah hukum Taurat. Jadi, ibadah ini adalah sarana yang luar
biasa untuk membawa kita kepada kesempurnaan; kalau tidak, kita pasti tetap
hidup menurut daging dan berada di bawah hukum Taurat.
Hukum
Taurat itu, berarti; mata ganti mata, artinya; kejahatan dibalas
kejahatan. Kemudian, ibadah Taurat itu adalah ibadah yang dijalankan secara
liturgis, ibadah secara lahiriah saja, umpamanya; mulut memuji TUHAN di tengah
ibadah, tetapi hatinya jauh dari kesucian dan kesempurnaan Ilahi. Itulah Ibadah
Taurat.
Tetapi
kalau kita betul-betul penuh kuasa dalam Roh Kudus, maka kita tidak hidup
menurut daging dan tidak lagi berada di bawah hukum Taurat. Kita bersyukur
dengan ibadah ini, yang merupakan sarana untuk membawa kita dalam kegiatan Roh,
dan biarlah kiranya kita berada di dalam pengaruh yang besar oleh Roh TUHAN,
bukan pengaruh dari daging lagi.
Galatia
5:19-21
(5:19) Perbuatan
daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa
nafsu, (5:20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah, (5:21) kedengkian,
kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah.
Singkatnya:
Ada 15 tabiat daging atau perbuatan daging, antara lain; (1) percabulan, (2)
kecemaran, (3) hawa nafsu, (4) penyembahan berhala, (5) sihir,
(6) perseteruan, (7) perselisihan, (8) iri hati, (9) amarah,
(10) kepentingan diri sendiri, (11) percideraan, (12) roh
pemecah, (13) kedengkian, (14) kemabukan, (15) pesta pora.
Setiap orang yang hidup menurut daging tidak layak untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga.
Itu
sebabnya, TUHAN berkata, bahwa; TUHAN tidak mengenal nabi-nabi palsu sekalipun
melakukan tiga perkara (perbuatan) ajaib. Kalau hanya perbuatan ajaib tetapi
tidak berbicara tentang kehendak Allah, atau mengabaikan sengsara salib, itu
adalah pembuat kejahatan, karena sesungguhnya, tangga dari bumi ke sorga bukan
perbuatan ajaib, tetapi sengsara salib.
Tiadalah
mungkin kita tiba di sorga kalau kita tidak melewati tangga salib (sengsara
salib). Itu sebabnya, setiap orang yang beribadah, kalau dia sadar, pasti
mengalami sengsara dan derita di tengah ibadah dan pelayanan ini, sebab orang
yang mau hidup beribadah, dia banyak menanggung penderitaan, sesuai dengan
suratan Timotius.
Jadi,
kalau di tengah ibadah dan pelayanan seseorang suka bersungut-sungut, suka
ngomel, suka menggerutu, menunjukkan bahwa dia masih menjalankan ibadah bumi
dan ibadah laut, belum lepas dari tabiat-tabiat (kebutuhan-kebutuhan) daging.
Biarlah
hati kita dipuaskan oleh kasih mempelai, supaya ada kebahagiaan dalam hidup,
dalam nikah, dalam rumah tangga di tengah ibadah dan pelayanan. Kalau seseorang
yang najis belum sempat ketemu sasarannya, di situ terjadi kejengkelan dan
sebagainya.
Saya
menonton di Televisi: Karena kenajisannya, semua kebenaran dia lawan. Biarlah
kita mencari kebahagiaan dari kasih Mempelai supaya dalam hidup, nikah, rumah
tangga ada kebahagiaan. Oleh sebab itu, berkali-kali saya menyampaikan:
Bijaksanalah, semakin hari semakin dewasa. Jangan melembut saat ibadah, tetapi
di luar ibadah kembali ke tabiat daging lain.
Kesukaan
orang semacam ini kebutuhannya adalah ibadah bumi dan ibadah laut, tidak bisa
tidak. Tetapi sekarang TUHAN mau membawa kita sampai kepada ibadah sorga;
jangan tertinggal di bumi ini, supaya jangan dilemparkan ke lautan api.
Semakin
dewasa dan semakin bijaksanalah. Sadarilah, bahwa kasih mempelai saja yang
sanggup memuaskan hati kita, tidak ada yang lain. Yang lain itu semu,
kamuflase, semu, tidak nyata, itu hanya dusta. Oleh sebab itu, seorang
laki-laki pun tidak boleh mencari kecantikan, karena kecantikan adalah
sia-sia dan bohong.
Jadi,
daging ini harus mengalami penghukuman supaya tidak menjadi takhtanya Setan,
roh jahat dan roh najis. Sekarang, kita akan melihat AKHIR DARI PESTA
BURUNG-BURUNG.
Wahyu
19:19-20
(19:19) Dan aku
melihat binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka telah
berkumpul untuk melakukan peperangan melawan Penunggang kuda itu dan
tentara-Nya. (19:20) Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama
dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan
dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang
itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke
dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
Akhirnya,
binatang yang keluar dari dalam laut, itulah antikris, dan binatang yang
keluar dari dalam bumi, itulah nabi-nabi palsu yang mengadakan mujizat
untuk menyesatkan penduduk bumi, keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam
lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
Itulah
akhir dari ibadah laut dan ibadah bumi; dilemparkan ke dalam lautan api. Jadi,
ujungnya adalah binasa.
Betapa
bahagianya kita malam ini karena TUHAN memberi pengertian. Betapa bahagianya
kita malam ini sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang
dan Cilegon, tentu saja mereka yang sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN
lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, anak TUHAN, umat
TUHAN maupun hamba TUHAN baik di dalam maupun di luar negeri, sebab lewat
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini kita mendapatkan suatu janji
yang pasti dari sorga, dari TUHAN.
Lewat
pembukaan Firman TUHAN ini, anak TUHAN (jemaat) yang di Bandung bersaksi kepada
saya, ia berkata: Lewat pembukaan firman ini, sorga itu nyata. Lewat pembukaan
firman TUHAN ini, kita bisa melihat Kerajaan Sorga dengan jelas
sejelas-jelasnya; tinggal kita mau melangkah atau tidak.
Itulah
dasar saya mengatakan sebetulnya kita bahagia sekali, karena kita mendapatkan
pembukaan firman, sehingga lewat pembukaan ini kita dapat melihat Kerajaan
Sorga dengan jelas. Lewat pembukaan firman ini, jarak sorga dengan bumi serasa
begitu dekat; hanya persoalannya, kita mau melangkah maju bersama dengan TUHAN
lewat Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, atau tidak; itu saja
pertanyaan yang harus kita jawab.
Pendeknya:
Ibadah laut dan ibadah bumi akan dilemparkan ke dalam lautan api yang
menyala-nyala untuk selama-lamanya = binasa.
Berarti,
seorang ibu -- itulah gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat -- harus
mengerti dan memiliki pandangan rohani tentang kebahagiaan dalam nikah rohani,
seperti ibu Naomi kepada Rut, menantunya itu.
Sama
halnya dengan Rasul Paulus di dalam 1 Tesalonika 2:7, di mana Rasul
Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat sama seperti seorang ibu terhadap
anak-anaknya. Ibu à seorang
gembala, di mana tugasnya adalah mengasuh dan merawati kerohanian sidang jemaat
sebagai anak-anak rohaninya; itulah tugas dari seorang ibu, yang adalah
gambaran dari gembala sidang.
Maka,
seorang ibu, seorang gembala sidang harus memiliki pandangan rohani, mengerti
tentang kebahagiaan dalam nikah rohani, itulah pesta nikah Anak Domba; tidak hanya
sibuk mengadakan ibadah bumi, tidak hanya sibuk mengadakan ibadah laut. Tetapi
sesungguhnya, di hari-hari terakhir ini, di ujung abad ini, seorang gembala
sidang, seorang ibu dituntut untuk mengerti tentang kebahagiaan dalam nikah
rohani, pesta nikah Anak Domba, sama halnya dengan Rasul Paulus; dia memiliki
pandangan rohani, memiliki pandangan yang jauh ke depan.
2
Korintus 4:16-18
(4:16) Sebab itu
kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (4:17)
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami
kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada
penderitaan kami. (4:18) Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan,
melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara,
sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Rasul
Paulus berkata: Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, karena yang
kelihatan adalah bersifat sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah
bersifat kekal sampai selama-lamanya.
Pendeknya:
Rasul Paulus memiliki pandangan nubuatan, pandangan jauh ke depan, tidak
pendek, pandangannya tidak hanya tertuju kepada perkara-perkara lahiriah yang
terkait dengan daging.
CIRI-CIRI
memiliki pandangan nubuatan atau pandangan jauh ke depan:
1.
Tidak tawar hati sekalipun manusia
lahiriah semakin merosot, asal saja manusia batiniah (manusia dalam) semakin
dibaharui dari sehari ke sehari. Yang terpenting adalah manusia batiniah
(manusia dalam).
2.
Rela menanggung sengsara dan derita bersama
dengan Yesus Kristus. Berarti, tidak mengalami kepahitan sekalipun menanggung
banyak penderitaan. Kalau tidak rela dalam penderitaan, pasti mengalami
kepahitan, pasti suka menuntut balas; itu adalah tanda kepahitan, yaitu tidak
rela menderita dan suka menuntut balas. Tetapi Rasul Paulus rela menanggung
sengsara dan derita bersama Yesus Kristus, berarti tidak mengalami kepahitan
(tidak tumbuh akar kepahitan) sekalipun menanggung banyak penderitaan.
Itulah
gambaran dari ibu atau gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat dalam
memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan.
Kita
BANDINGKAN dengan Naomi ketika mengalami kepahitan.
Rut
1:8-13
(1:8)
berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah
masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu,
seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan
kepadaku; (1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat
perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka,
tetapi mereka menangis dengan suara keras (1:10) dan berkata kepadanya:
"Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu." (1:11)
Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut
dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk
dijadikan suamimu nanti? (1:12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab
sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku,
dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan
anak laki-laki, (1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa?
Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah
kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari
pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"
Kesimpulannya:
Sementara dalam perjalanan dari Moab kembali ke Betlehem, Naomi sibuk berbicara
tentang nikah kepada kedua menantunya -- Rut dan Orpa --, baik tentang nikah
kedua menantunya, baik juga tentang nikahnya. Tetapi ketika ia berbicara
tentang nikah, Naomi masih dalam keadaan kepahitan karena didikan TUHAN yang
dia terima, lewat sengsara yang dialaminya, sebab Naomi telah kehilangan harta
dan kehilangan orang-orang yang dia cintai -- yakni Elimelkh, suaminya, dan
kedua anak-anaknya, Mahlon dan Kilyon -- karena ditinggal mati, yang terjadi
atas seizin TUHAN, tetapi itu merupakan cara TUHAN untuk mendidik Naomi supaya
menjadi ibu yang dewasa. Tetapi dalam didikan itu, dia tidak rela, sehingga dia
mengalami kepahitan.
Kalau
seseorang tidak rela dalam penderitaan, pasti dia mengalami kepahitan. Kalau
seseorang tidak rela menderita, pasti dia tuntut penderitaan yang dialaminya
dari siapa dia menderita, dia akan tuntut itu kepada orang itu. Pendeknya,
dalam suasana kepahitan itu, Naomi sibuk berbicara tentang nikah kepada kedua
menantunya, Rut dan Orpa.
CIRI-CIRI
seorang gembala sidang (ibu) dalam kepahitan ialah berusaha melepaskan
diri dari tanggung jawabnya. Seperti Naomi yang berusaha melepaskan
diri dari tanggung jawabnya sebagai ibu mertua, antara lain;
1.
Berusaha untuk mendesak kedua menantunya
masing-masing ke rumah ibunya ... ayat 8.
2.
Berusaha untuk mendesak kedua menantunya
masing-masing untuk mencari tempat perlidungan dari suaminya ...
ayat 9.
Demikian
juga seorang imam-imam, pelayan TUHAN; kalau melayani dengan kepahitan, maka
pasti ia akan berusaha untuk meninggalkan tanggung jawabnya, ia akan undur dari
pelayanan, dan akhirnya salahkan TUHAN, salahkan situasi, salahkan keadaan,
salahkan orang-orang yang ada disekitarnya, tidak berhenti menyalahkan yang
bisa dia salahkan, termasuk TUHAN. Pendeknya; berusaha untuk melepaskan
tanggung jawab, seperti ibu Naomi yang mendesak kedua menantunya masing-masing
pulang ke rumah ibunya, dan mencari
tempat perlidungan dari suaminya; itu namanya melepaskan diri dari tanggung
jawab oleh karena kepahitan.
Lihat,
orang yang undur dari pelayanan, pasti karena kepahitan. Apa tanda kepahitan?
Melepaskan tanggung jawab. Salahkan si A, si B, si C, salahkan TUHAN, salahkan
situasi, kondisi dan keadaan. Termasuk sidang jemaat yang undur dari tengah
ibadah, pasti alasannya banyak, akhirnya
TUHAN yang salah. Kalau berkata “banyak korban”, berarti TUHAN yang salah,
tidak terima dengan salib yang harus dipikul, itu adalah kepahitan, lepas dari
tanggung jawab.
Jadi,
kalau seorang gembala sidang mengalami kepahitan, maka yang rugi adalah sidang
jemaat. Oleh sebab itu, marilah kita saling mendoakan, saling menguatkan antara
satu dengan yang lain; jangan saling melemahkan karena banyaknya kejahatan dan
kenajisan yang masih tersimpan itu, supaya kita bisa terbangun dan bertumbuh
bersama-sama, yang mengarah kepada Kristus, Kepala, tidak boleh egois.
Kepahitan itu adalah egois.
TENTANG:
Melepaskan kedua menantunya masing-masing kembali ke rumah ibunya.
Artinya;
dilepaskan kepada asuhan dan rawatan yang salah.
Ibu
à Seorang gembala
sidang, di mana tugas dari seorang gembala sidang adalah mengasuh dan merawat.
Berarti, melepaskan kedua menantunya masing-masing kembali ke rumah ibunya,
artinya; dilepaskan kepada asuhan dan rawatan yang salah.
TANDA
dilepaskan kepada asuhan dan rawatan
yang salah.
Ibrani
5:11-12
(5:11) Tentang
hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan,
karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (5:12) Sebab sekalipun
kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih
perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih
memerlukan susu, bukan makanan keras.
Salah
asuh dan salah rawat, tandanya adalah masih memerlukan susu, bukan makanan
keras. Kalau ditinjau dari sudut waktu atau lamanya mengikuti TUHAN, sudah
seharusnya menjadi pengajar, tetapi anehnya masih memerlukan susu, bukan
makanan keras. Apa itu maksudnya? Berarti, salah asuh, salah rawat, sehingga
tidak terlihat pertumbuhan rohaninya, tidak dewasa-dewasa, kerdil rohani.
Kalau
masih memerlukan susu, sementara sudah mengikuti TUHAN berpuluh-puluh tahun,
itu namanya kerdil rohani, tanda bahwa salah asuh, salah rawat.
Kalau
sudah dimenangkan, contohnya; dahulu tidak mengenal Yesus, kemudian akhirnya
dia percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, sebagai TUHAN dan Juruselamat, tetapi
dari tahun ke tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun masih memerlukan susu, berarti
masih kanak-kanak. Mengapa kanak-kanak? Karena salah asuh. Mengapa
kanak-kanak dari tahun ke tahun? Karena salah rawat.
Sesuai
dengan Ibrani 6:1-3, susu à
Asas-asas pokok dari penyataan Allah, yaitu percaya, bertobat dan
dibaptis air.
Ibrani
5:13
(5:13) Sebab
barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran
tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
Kalau
masih memerlukan susu, ia tidak memahami tentang ajaran kebenaran, sebab
ia adalah anak kecil. Kalau setiap hari memerlukan susu, bagaimana bisa
menikmati makanan keras, ajaran tentang kebenaran? Tentu tidak bisa.
Ajaran
tentang kebenaran = makanan keras = ajaran sehat. Inilah yang diperlukan
orang-orang dewasa secara rohani, yaitu makanan keras, bukan susu. Susu itu
hanya diperlukan oleh bayi, tetapi makanan keras diperlukan oleh orang dewasa.
Jadi, orang dewasa tidak memerlukan susu, tidak hanya bicara soal percaya,
tidak hanya bicara soal bertobat, tidak hanya bicara soal dibaptis.
Berbicara
soal percaya, bertobat, dibaptis, itulah yang disebut “dibungkus dengan
penginjilan”. Memang, di dalam penginjilan itu banyak terjadi mujizat, tetapi
kalau hanya sebatas berkat-berkat dan mujizat, itulah yang disebut ibadah laut dan
bumi.
Jadi,
sekali lagi saya sampaikan: Ajaran tentang kebenaran = makanan keras = ajaran
sehat.
1
Timotius 4:6-7
(4:6) Dengan
selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan
menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal
pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama
ini. (4:7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek
tua. Latihlah dirimu beribadah.
Timotius
terdidik dalam soal-soal pokok atau asas-asas pokok; percaya, bertobat,
dibaptis air. Kemudian, dia juga terdidik dalam ajaran sehat.
Dua
ajaran ini saling terkait, tetapi tidak boleh berhenti hanya sampai asas-asas
pokok. Kalau sudah percaya, kalau sudah ikut TUHAN dari tahun ke tahun, tidak
boleh lagi hanya memerlukan susu, melainkan harus meningkat sampai ajaran
sehat, ajaran tentang kebenaran, itulah makanan keras.
Sekarang,
TENTANG: Melepaskan kedua menantunya masing-masing supaya mendapat tempat
perlindungan di rumah suaminya.
Artinya,
dilepaskan kepada suami atau kepala yang salah. Kalau dilepaskan, dibiarkan
kembali masing-masing mencari tempat perlindungan dari suami, tetapi suaminya
dari bangsa Moab, berarti menempatkan suami atau kepala yang salah.
Sama
halnya tadi; kalau melepaskan mereka kembali masing-masing ke rumah ibunya,
sementara mereka itu adalah bangsa Moab, bangsa kafir yang tidak mengenal
TUHAN, maka menjadi salah asuh dan salah rawat. Demikian juga, kalau melepaskan
kedua menantunya masing-masing supaya mendapat tempat perlindungan di rumah suaminya,
sama artinya; dilepaskan kepada suami atau kepala yang salah. Kalau toh juga
kembali ke Moab, mengambil suami dari Moab, ya salah menempatkan kepala,
salah menempatkan suaminya menjadi kepala.
Mari
kita melihat SALAH MENEMPATKAN SUAMI sebagai kepala.
Matius
8:20
(8:20) Yesus
berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung
mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala-Nya."
Jika
tubuh atau hidup gereja TUHAN tidak menempatkan Kristus sebagai Suami dan
menjadi Kepala, maka hidup gereja TUHAN menjadi liangnya serigala dan sarangnya
burung. Pendeknya, yang menjadi kepala atas tubuh, atas hidup gereja adalah serigala
dan burung.
Tentang:
Liangnya SERIGALA.
Serigala
à Roh jahat.
Pekerjaan dari roh jahat adalah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba.
Yohanes
10:12
(10:12) sedangkan
seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu
sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu
lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan
domba-domba itu.
Singkatnya:
Pekerjaaan dari serigala adalah menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba,
sehingga kawanan domba Allah itu menjadi liar, tidak tergembala. Kalau sudah
diterkam dan dicerai-beraikan, maka domba-domba menjadi liar, tidak tergembala.
Liar,
tidak tergembala, berarti; beredar-edar tanpa hari perhentian, tidak
terkendali, karena dia melangkah hanya menurut keinginan di hati saja,
melangkah menurut pikirannya saja. Oleh sebab itu, kalau seseorang beribadah
sesuka hati, menunjukkan bahwa ia tidak tergembala; kalau lagi mood, ia
datang beribadah, tetapi kalau tidak mood, tidak beribadah. Itu
menunjukkan bahwa ia tidak tergembala,
kerohaniannya sedang diterkam oleh serigala, diterkam oleh roh jahat,
sehingga liar, tidak tergembala, hanya menuruti keinginannya saja.
Hati-hati
juga, jangan seolah-olah terlihat berada di tengah ibadah, tetapi dia tidak
tergembala, mengambil jalannya sendiri, karena menuruti pemikirannya sendiri,
menuruti keinginan di hati sendiri; itu tidak tergembala, walaupun tidak berada
di dalam penggembalaan, sama artinya sudah diterkam oleh serigala, gambaran
dari roh jahat. Hati-hati, jangan sampai sampai salah menempatkan kepala.
Lihat,
kehidupan domba yang tidak tergembala.
Ayub
39:8-11
(39:8) Siapakah
yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai
jalang? (39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai
tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. (39:10)
Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si
penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya,
dan mencari apa saja yang hijau.
Gambaran
dari sebuah kehidupan rohani (domba) yang liar, tidak tergembala:
YANG
PERTAMA: Menertawakan keramaian kota, artinya; mengecilkan ibadah
dan pelayanan, mengecilkan derajat dari ibadah dan pelayanan itu sendiri. Kalau
sudah liar, tidak tergembala, maka ibadah dan pelayanan itu tidak bernilai
baginya, dia berani mengecilkan derajat ibadah pelayanan itu, dia tertawakan
ibadah dan pelayanan.
YANG
KEDUA: Tidak mendengarkan teriak si penggiring, artinya; tidak
mendengarkan suara gembala, sama artinya; tidak dengar-dengaran. Kalau tidak
dengar-dengaran kepada suara gembala, maka domba semacam ini seringkali
mendahului kehendak TUHAN, suka mendahului kehendak TUHAN. Belum diajar, tetapi
dia sudah terlebih dahulu mengajar; suka mendahului kehendak TUHAN.
Kalau
pun kita mengerti, tetapi tetaplah belajar dengar-dengaran, ikuti saja, supaya
pengertian itu dimantapkan TUHAN dari sorga. Kita ini kawanan domba Allah dalam
satu penggembalaan, kita ini digembalakan oleh firman pengajaran Mempelai dalam
Terangnya Tabernakel, dengar saja suara firman penggembalaan supaya nasib dan
keadaan kita baik. Kalau pun sudah mengerti, tetaplah belajar untuk
dengar-dengaran.
YANG
KETIGA: Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, artinya;
beribadah di sembarang tempat. Alasannya ialah untuk mencari apa saja yang
hijau, sesuka hati mencari firman penggembalaan bagi dia; hari ini beribadah di
tempat yang satu, besok di tempat yang lain, besok ikuti KKR yang lain, di
mana-mana ikuti KKR, tidak menetap di satu kandang penggembalaan, dengan alasan
mencari yang hijau-hijau, mencari firman penggembalaan. Padahal dalam satu
penggembalaan sudah harus tersedia firman penggembalaan.
Kalau
domba-domba tidak tergembala, maka tersedia tempat bagi dia, yaitu:
1.
Tanah dataran.
2.
Padang masin.
Tempat
bagi domba-domba yang tidak tergembala, Yang Pertama: TANAH
DATARAN.
Tanah
dataran, sama saja dengan tanah Mesir, yang tidak bergunung dan berlembah.
Berbeda dengan tanah Kanaan yang bergunung dan berlembah, jelas itu berbicara
tentang pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Bangsa Israel dibawa
ke tanah Kanaan, tanah perjanjian, bergunung dan berlembah, sehingga mereka
bergantung dari kemurahan TUHAN, bergantung sebanyak hujan turun dari langit.
Tiadalah mungkin orang yang berada di atas gunung untuk mengairi ladangnya
harus mengambil air ke bawah, itu sesuatu yang tidak mungkin. Jadi, kalau
tinggal di tanah yang bergunung dan berlembah, berarti hidup di dalam kemurahan
TUHAN, berbeda dengan tanah dataran, tanah Mesir.
Ulangan
11:10
(11:10) Sebab
negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah
Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi
dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur.
Itulah
tanah dataran; harus mengandalkan kekuatan, harus dengan jerih payah untuk
mengairi tanah dataran, yang disebut kebun sayur. Kalau tinggal di tanah
dataran, maka harus mengandalkan kekuatan, seperti kebun sayun yang diairi
dengan kekuatan masing-masing, tetapi kalau kita tinggal di tanah yang
bergunung dan berlembah, berarti hidup dalam kemurahan TUHAN, bergantung
sebanyak hujan turun dari langit. Ulangan 11:11.
Itulah
tempat orang yang tidak tergembala, yaitu tanah dataran, di mana ia bergantung
kepada kekuatannya. Tetapi kalau tinggal di tanah yang bergunung dan berlembah,
maka bergantung kepada kemurahan TUHAN saja.
Oleh
sebab itu, kalau tergembala, belajarlah dengar-dengaran, tergembala
sungguh-sungguh, jangan suka mengambil jalannya masing-masing.
Tempat
bagi domba-domba yang tidak tergembala, Yang Kedua: PADANG
MASIN.
Padang
masin adalah tempat yang tidak berpenduduk, tandus, kering-kering, tidak akan
mengalami datangnya keadaan baik, tidak akan mengalami keubahan dalam hidupnya.
Yeremia
17:5-6
(17:5) Beginilah
firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan
kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (17:6)
Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan
mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang
gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.
Orang
yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang
hatinya menjauh dari pada TUHAN, itulah domba yang tidak tergembala,
liar. Hidupnya tidak akan diubahkan lagi; itulah padang masin, tempat yang disediakan
bagi mereka yang tidak tergembala.
Oleh
sebab itu, biarlah kiranya kita semua betul-betul menempatkan Kristus sebagai
Kepala. Belajar menempatkan Kristus sebagai kepala; jangan sampai kita menjadi
kawanan domba ada dalam penggembalaan, tetapi hidup rohani kita tidak
tergembala, itu sama dengan merugikan diri sendiri.
Tentang:
Sarangnya BURUNG.
Burung
à Roh najis.
Pekerjaan dari roh najis ialah menghambat pembangunan tubuh Kristus, sama
artinya; merusak nikah suci.
Biarlah
hubungan kita dengan TUHAN selalu intim; hubungan kita disebut dengan
persekutuan yang indah dan yang baik dengan TUHAN, itulah hubungan dalam nikah
suci.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan Hagai 2:11-14, dengan judul: “Pembangunan
Bait Suci terancam oleh ikut sertanya orang-orang najis”. Pembangunan
Bait Suci terancam batal, mengapa? Karena ikut sertanya orang-orang najis dalam
pembangunan tubuh itu.
Jadi,
sudah sangat jelas, dari judul ini kita mengetahui; kenajisan itu menghambat
pembangunan tubuh Kristus. Itu tidak bisa dipungkiri dan itu sudah fakta;
berapa banyak orang mengundurkan diri dari tempat ini hanya karena
kenajisannya. Masih jugakah kita bertahan dalam kenajisan? Kalau kita sudah
melihat banyak orang mundur karena kenajisan, lantas mengapa kita bertahan
dalam dosa kenajisan? Belajarlah bijaksana.
Saya
tidak merindukan satu pun dari antara kita keluar dari penggembalaan ini,
tetapi kalau dia tidak berubah dari kenajisannya, maka pasti dia keluar dari
penggembalaan ini oleh karena tuntutan dari penyucian firman -- yang sebenarnya
tuntutan firman ini membawa kerohanian kita kepada penyembahan, kasih yang
sempurna --.
Hagai
2:11-14
(2:11) Pada
tanggal dua puluh empat bulan yang kesembilan, pada tahun yang kedua zaman
Darius, datanglah firman TUHAN kepada nabi Hagai, bunyinya: (2:12)
"Beginilah firman TUHAN semesta alam itu: Tanyakanlah pengajaran kepada
para imam. (2:13) Andaikata
seseorang membawa daging kudus dalam punca bajunya, lalu dengan puncanya itu ia
menyentuh roti atau sesuatu masakan atau anggur atau minyak atau sesuatu yang
dapat dimakan, menjadi kuduskah yang disentuh itu?" Lalu para imam itu
menjawab, katanya: "Tidak!" (2:14)
Berkatalah pula Hagai: "Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh
semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu?" Lalu para imam itu
menjawab, katanya: "Tentu!"
Singkatnya:
Datanglah Firman (perintah) TUHAN kepada nabi Hagai, yang bunyinya: “Tanyakanlah
pengajaran kepada para imam.” Tujuannya adalah untuk menyadarkan
bangsa itu pada waktu mereka membangun Bait Suci.
Imam
mengerti soal pengajaran Firman Allah yang benar dan murni, mengerti soal
pengajaran yang benar dan suci. Kalau seorang imam memahami soal pengajaran
Firman yang benar dan murni, pengajaran firman yang benar dan suci, maka
perintah TUHAN kepada Hagai: “Tanyakanlah pengajaran kepada para imam.”
Pertanyaan
YANG PERTAMA: “Andaikata seseorang membawa daging kudus dalam punca bajunya,
lalu dengan puncanya itu ia menyentuh roti atau sesuatu masakan atau anggur
atau minyak atau sesuatu yang dapat dimakan, menjadi kuduskah yang disentuh
itu?” Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tidak!"
Jadi,
seperti apapun hidup ini dalam kekudusan, namun tiga tabiat Allah tidak mungkin
bisa kita ubah menjadi kudus.
-
Roti à Firman Allah, pribadi Yesus, Anak Allah.
-
Anggur à Kasih Allah yang menjadi kesukaan kita.
-
Minyak à Urapan Roh Kudus.
Tidak
mungkin kita menguduskan tiga tabiat Allah hanya karena kita kudus. Tetapi
TUHAN tuntut kita untuk hidup kudus di dalam rangka pembangunan tubuh Kristus
yang sempurna.
Pertanyaan
YANG KEDUA: “Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh semuanya ini,
menjadi najiskah yang disentuh itu?” Lalu para imam itu menjawab,
katanya: "Tentu!"
Jadi,
kalau seseorang dikuasai roh kenajisan, lalu ikut serta dalam pembangunan tubuh
Kristus, maka pembangunan itu akan berhenti.
Kita
dituntut untuk hidup dalam kekudusan, sama seperti daging kudus, tetapi
pada dasarnya, kita tidak bisa berbuat apa-apa sekalipun hidup dalam kekudusan.
Kita dituntut untuk hidup kudus, itu baik, tetapi sebaliknya, kalau dikuasai
roh kenajisan (hidup dalam kenajisan), kemudian ikut serta dalam pembangunan
tubuh Kristus, maka itulah yang menghentikan (menghambat) pembangunan tubuh
Kristus yang sempurna. Jadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa kalau bukan karena
kemurahan TUHAN.
Pada
ayat 13, walaupun kita digambarkan seperti daging kudus, tetapi kita
tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi kalau hidup dalam kenajisan, sebab itulah
yang menghentikan pembangunan tubuh Kristus. Daging kudus menyentuh roti,
anggur dan minyak, kuduskan tiga perkara itu? Tidak. Kalau tidak hidup dalam
kekudusan, lalu ikut serta dalam pembangunan tubuh, akan najiskah yang
dikerjakannya itu? Iya, najis; dan TUHAN tidak inginkan pembangunan itu
disertai dengan kenajisan.
Oleh
sebab itu, dalam pelajaran yang kita terima malam ini dari TUHAN, maka
belajarlah bijaksana. Pikirkanlah pembangunan tubuh yang luar biasa ini, tetapi
kalau masih tetap dalam kenajisannya, maka tidak boleh ikut serta. Oleh sebab
itu, saya selalu tegur dalam kenajisan ini, sebab kita ini memikul Pengajaran
Mempelai dalam Terang Tabernakel yang membawa kita masuk dalam pembentukan
tubuh Kristus yang sempurna.
Pemuda-pemudi
jangan suka oral seks, tidak boleh seks pada diri sendiri, kalau mau ikut dalam
melayani pekerjaan TUHAN. Jangan suka menonton porno, sebab pembangunan akan
berhenti, tidak ada artinya; sadarlah. Yang punya android, kuasai dirimu.
Oleh
sebab itu, pertanyaan kepada imam: “Jika seseorang yang najis oleh mayat
menyentuh semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu?” Menjadi
najiskah pekerjaan TUHAN, pembangunan tubuh itu? Jawab mereka: “Tentu”.
Mayat
= manusia tanpa roh. Maka, hidupnya itu penuh dan menjadi takhta Setan; roh
jahat dan roh najis.
Dari
tadi saya katakan; daging ini tidak lebih tidak kurang hanya sebatas takhta
Setan, maka daging ini harus mengalami penghukuman lewat sengsara salib, supaya
jangan menjadi najis, layak untuk masuk dalam pembangunan tubuh, layak untuk
menyentuh pekerjaan TUHAN. Jangan kita hidup seperti mayat. Kalau hidup seperti
mayat, pasti penuh dengan kenajisan; itulah yang menajiskan seseorang sehingga
tidak layak untuk menyentuh pekerjaan TUHAN.
Hagai
2:15
(2:15) Maka
berbicaralah Hagai, katanya: "Begitu juga dengan umat ini dan dengan
bangsa ini di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, dan dengan segala yang
dibuat tangan mereka; dan yang dipersembahkan mereka di sana adalah najis."
Semua
tidak ada yang tersembunyi di hadapan TUHAN, semua terlihat dengan jelas.
Mungkin saja kepada orang lain kita bisa menutup-nutupi manusia dalam yang
najis itu, tetapi di hadapan TUHAN tidak bisa. Oleh sebab itu, ketika terjadi
pembangunan Bait Suci, segera saja TUHAN memerintahkan Hagai supaya segera
bertanya soal pengajaran kepada imam. Sekalipun kita kudus, kita tidak
bisa apa-apa, apalagi jika hidup dalam kenajisan, itulah yang menghambat
pembangunan tubuh.
Jadi,
semuanya jelas, terlihat dengan baik. Tidak boleh kita menipu TUHAN. Mata
manusia bisa kita tipu. Saya bisa menipu sidang jemaat, kalau memang saya mau,
tetapi mata TUHAN tidak bisa saya tipu. Kalau saya mau berlaku najis, bisa saja
di luaran sana, tetapi mata TUHAN tidak bisa saya tipu. Tetapi belajar berdiam
diri bukan karena aturan, bukan karena terpaksa, melainkan karena memandang
kemuliaan TUHAN, karena pekerjaan ini sangat besar, suci, dan mulia; jangan
kita kecilkan derajat pembangunan tubuh Kristus yang sempurna ini.
Hagai
2:1-5
(2:1) Pada
tahun yang kedua zaman raja Darius, (2:2) dalam bulan yang ketujuh, pada
tanggal dua puluh satu bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan
nabi Hagai, bunyinya: (2:3) "Katakanlah kepada Zerubabel bin
Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, dan kepada
selebihnya dari bangsa itu, demikian: (2:4)
Masih
adakah di antara kamu yang telah melihat Rumah ini dalam kemegahannya semula?
Dan bagaimanakah kamu lihat keadaannya sekarang? Bukankah keadaannya di matamu
seperti tidak ada artinya? (2:5) Tetapi
sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah
hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai
segala rakyat negeri, demikianlah firman TUHAN; bekerjalah, sebab Aku ini
menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam,
Di
dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, pertama-tama TUHAN menghimbau
supaya baik imam besar Yosua, baik juga Zerubabel, bupati Yehuda, TUHAN katakan
kepada mereka: “Kuatkanlah hatimu”.
Jadi,
untuk bekerja dalam pembangunan tubuh, maka TUHAN berkata: “Kuatkanlah
hatimu”.
Kuatka nlah
hatimu = kuat dan teguh
hati; tidak menyimpang ke kiri dan tidak menyimpang ke kanan, itulah orang yang
bekerja dalam rangka pembangunan tubuh Kristus.
Hagai
2:6
(2:6) sesuai
dengan janji yang telah Kuikat dengan kamu pada waktu kamu keluar dari Mesir.
Dan Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu. Janganlah takut! (2:7)
Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan
menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; (2:8) Aku akan
menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala
bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan,
firman TUHAN semesta alam.
Bekerja
dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, maka jaminannya ialah, Yang
Pertama: TUHAN menyertai kita dan Roh TUHAN tetap tinggal di
tengah-tengah kita.
Maksudnya;
jangan takut, sebagaimana dalam kitab Zakharia 4, di mana Zerubabel pada
akhirnya menyelesaikan pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, tetapi
Zerubabel berkata: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan,
melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.” TUHAN menyertai kita
dan Roh TUHAN akan tinggal dalam kehidupan hidup kita, maka jangan takut.
Bekerja
dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, maka jaminannya ialah, Yang
Kedua: TUHAN akan menggoncangkan langit, bumi, laut dan darat.
Suatu
kali nanti akan terjadi suatu goncangan yang hebat; menggoncang langit, bumi,
laut dan darat, menggoncang seluruh aspek, baik pemerintahan digoncang, ekonomi
digoncang, politik digoncang, kenegaraan digoncang, sampai kepada nikah rumah
tangga digoncang. Pada saat terjadi
goncangan-goncangan itu, itulah cara TUHAN untuk membawa harta benda mereka
untuk dibawa masuk dalam rumah TUHAN, sehingga pembangunan tubuh Kristus ini
lebih indah dari rumah TUHAN yang pertama; tinggal tunggu waktu-Nya.
Sekarang
ini sedang terjadi goncangan; lewat Corona ini, goncangan terjadi, maka kita
tunggu harta-harta yang berharga akan dibawa masuk untuk membangun rumah TUHAN,
lebih indah dari bangunan yang pertama.
Oleh
sebab itu, perhatikan jaminan TUHAN;
1.
Orang yang bekerja untuk TUHAN, ia kuat
dan teguh hati, sebab Roh TUHAN tinggal bersama dengan dia.
2.
TUHAN akan goncang semua aspek-aspek di
muka bumi ini, mulai politik digoncang, ekonomi digoncang, bisnis digoncang,
pemerintahan digoncang, sampai nikah-nikah digoncang, maka pada saat itulah ayat
8 berkata: Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang
yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan
memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam.
Inilah
firman yang saya pegang sampai saat ini, tinggal tunggu waktu-Nya. Kegerakan
besar akan terjadi; kegerakan Roh Kudus hujan akhir akan terjadi seiring
goncangan-goncangan yang akan terjadi.
Lihat,
Imam Besar Yosua bekerja sama dengan bupati Zerubabel atau disebut dengan
pemerintahan kenegaraan atau pemerintahan kerajaan. Jadi, yang bekerja di sini
adalah raja dan imam, singkatnya; imamat rajani.
1
Petrus 2:9
(2:9) Tetapi
kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar
dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Bangsa
yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah,
pekerjaannya
adalah memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia. Karya Allah yang
terbesar adalah salib di Golgota. Inilah dasar dari bangunan Bait Allah yang
dibangun oleh imamat rajani; imam besar Yosua dan Zerubabel di Yerusalem.
Inilah dasar bangunan itu, karya Allah yang terbesar, sebab batu penjuru, batu
yang mahal, batu yang berharga itu ada di tangan Zerubabel, dan ketika orang
melihat batu di tangan Zerubabel, orang berkata: “Bagus! Bagus sekali batu
itu!”, dan itulah dasaar dari bangunan itu, itulah yang diberitakan oleh
imamat rajani; Zerubabel dan imam besar Yosua.
Nanti,
kita tinggal tunggu kegerakan yang besar, goncangan terjadi, di situlah TUHAN
alirkan aliran-aliran kuasa dari sorga dalam rangka pembangunan tubuh. Tetapi
yang pertama-tama, seorang gembala sidang, seorang ibu harus memiliki pandangan
rohani tentang kebahagiaan dalam nikah sebagaimana Naomi mengharapkan supaya
Rut mencari tempat perlindungan, mencari pasangan (suami). Inilah sasaran akhir
dari perjalanan rohani kita. Jadi, tidak hanya sebatas bekerja di ladang Boas
rohani, TUHAN Yesus Kristus, tetapi harus sampai kepada pandangan rohani, yaitu
tentang kebahagiaan dalam nikah rohani, pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment