IBADAH
DOA PENYEMBAHAN, 01 SEPTEMBER 2020
KITAB
KOLOSE
(Seri:
111)
Subtema:
TERGEMBALA (DIKUMPULKAN) PUNCAKNYA PENYEMBAHAN
Shalom.
Selamat
malam. Salam sejahtera, bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita semua. Oleh
karena dua tangan TUHAN berkuasa menghimpunkan kita masing-masing, sampai
akhirnya dihimpunkan untuk menjadi satu dan tanda kesatuan itu kita berada pada
penyembahan yang sesungguhnya.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang
sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewati live streaming video
internet Youtube, Facebook dimanapun anda berada.
Selanjutnya,
mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan
firman-Nya, untuk membawa kita masuk dalam kesatuan dengan tanda hidup di dalam
doa penyembahan.
Firman
penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul
Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose
3:19
(3:19) Hai suami-suami,
kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
“Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Ini
adalah suatu pernyataan dari Allah yang ditujukan langsung kepada suami-suami
supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Saya
berdoa dan berharap supaya pemudi-pemudi kelak mempunyai suami sesuai dengan
pilihan TUHAN, sehingga pemudi-pemudi mendapat suami yang dapat mengasihimu.
Demikian juga, pemuda-pemuda mulai dari sejak sekarang berjuanglah hidup dalam
kekudusan, supaya kelak engkau menjadi suami yang baik bagi isterimu.
Pelajaran
yang baik bagi seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita
temukan dan pelajari dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di
Efesus.
Efesus
5:25-29
(5:25) Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan
telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah
Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27)
supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan
cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa (5:28) Demikian juga
suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang
mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah
orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama
seperti Kristus terhadap jemaat,
Suami-suami
di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak dua kali, yakni:
1.
Ayat 25-27.
2.
Ayat 28-29.
Hal
yang pertama, yaitu ayat 25-27, telah disampaikan untuk beberapa seri
dan tentunya kita sudah diberkati. Kemudian, HAL YANG KEDUA, yaitu ayat
28-29.
Efesus
5:28-29
(5:28) Demikian
juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri:
Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29)
Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan
merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
Seorang
suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri, berarti siapa
yang mengasihi isterinya sama dengan mengasihi dirinya sendiri. Mengapa
demikian?
Efesus
5:31
(5:31) Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Sebab
antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging atau satu tubuh.
Pertanyaannya:
Apa alat yang digunakan sebagai sarana yang mempersatukan?
Hal
itu dapat kita pelajari pada Kejadian 2:22-24.
Kejadian
2:22-24
(2:22) Dan dari
rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. (2:23) Lalu
berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging
dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari
laki-laki." (2:24) Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu
daging.
Sarana
yang digunakan sehingga antara suami dengan isterinya menjadi satu ialah salib.
Alasan saya mengatakan demikian ialah sebab perempuan dibentuk dari salah satu
tulang rusuk Adam. Hal ini merupakan gambaran dan bayangan ketika Yesus Kristus
disalibkan di bukit Golgota.
Sesudah
Yesus minum anggur asam (melakukan kehendak Allah Bapa), selanjutnya Ia
berkata: “Sudah selesai.”
Selanjutnya,
Dia menyerahkan nyawa-Nya, Dia mati di kayu salib, sehingga prajurit-prajurit
atau tentara Romawi tidak mematah-matahkan kaki-Nya atau tulang-tulang-Nya,
sehingga setelah perempuan itu sudah selesai dibentuk, berkatalah Adam:
“Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.”
Tulang-tulang
Yesus tidak ada yang dipatah-patahkan karena Dia sudah mati di kayu salib.
Yesus Kristus adalah Adam yang akhir menjadi Roh yang menghidupkan.
Matius
19:5-6
(19:5) Dan
firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (19:6)
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Kemudian,
kita harus mengetahui dengan pasti: “Apa yang telah dipersatukan Allah,
tidak boleh diceraikan manusia”, sebab mereka bukan lagi dua, melainkan
satu tubuh.
Jadi,
jangan sampai nikah itu dirusak oleh sesuatu yang tidak suci, jangan sampai
nikah suci dirusak oleh kejahatan, jangan sampai nikah suci dirusak oleh dosa
kenajisan, sebab apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan
oleh manusia dengan kebodohannya, manusia dengan kejahatannya, manusia dengan
kenajisannya.
Itu
sebabnya dari tadi saya katakan: Orang muda juga harus belajar menghargai nikah
suci, menghargai hubungan intimnya dengan TUHAN sejak dari sekarang, supaya
kalau engkau perempuan muda, maka kelak menjadi isteri yang baik, dan kalau
engkau laki-laki muda, maka kelak engkau akan menjadi suami yang baik. Belajar
menghormati nikah suci, sebab apa yang sudah dipersatukan oleh salib tidak
boleh dirusak. Pekerjaan salib ini adalah pekerjaan yang heran dan luar
biasa. Jangan sampai pekerjaan yang luar biasa ini dirusak oleh manusia
dengan kejahatannya, manusia dengan kenajisannya.
Jangan
ada di antara kita yang berbicara seperti terlihat tulus tetapi sasarannya
kepada kenajisan. Belajar jangan mengulangi kesalahan yang sama; jangan
terlihat baik tetapi sasarannya kenajisan; jangan rusak apa yang sudah
dipersatukan oleh salib Kristus, karena perempuan itu dibentuk dari salah satu
tulang rusuk Adam, itu adalah gambaran dari sengsara salib. Ketika Yesus mati
di kayu salib, tidak ada satu pun dari tulang-tulang-Nya yang dipatahkan, tidak
ada tulang-tulang-Nya yang terpisah-pisah, anggota tubuh-Nya tidak ada yang
terpisah-pisah. Jadi, kalau kita satu, itulah yang disebut perempuan.
Kemudian,
syarat memikul salib atau syarat supaya
bersatu dengan isterinya ialah laki-laki sebagai suami akan meninggalkan ayah
dan ibunya.
Efesus
5:31
(5:31) Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Laki-laki
(sang suami) akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya.
Artinya, laki-laki harus meninggalkan segala milik kepunyaannya, segala yang
paling berharga; sehingga seorang suami dapat mengasihi isterinya seperti
dirinya sendiri.
Jadi,
sebelum seorang laki-laki meninggalkan segala sesuatu yang dia miliki, sebelum
seorang laki-laki dapat meninggalkan keakuannya, harga dirinya, egonya, dia
tidak akan mungkin bisa bersatu dengan isterinya. Maka, laki-laki mutlak
meninggalkan segala milik kepunyaannya, segala yang paling berharga, termasuk
harga diri, keakuan, egonya; dengan demikian, seorang suami dapat mengasihi
isterinya seperti dirinya sendiri.
Mulai
sekarang, masing-masing kita belajar untuk melepaskan harga diri, melepaskan
diri, dari keakuan, ego, dan lain sebagainya, supaya nanti bisa menyatu antara
yang satu dengan yang lain.
Mari
kita lihat peristiwa itu dalam Filipi 2.
Filip
2:5-6
(2:5) Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat
juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan,
Di
sini kita melihat: Yesus, Anak Allah, rela meninggalkan Bapa-Nya, rela meninggalkan
rumah-Nya di sorga. Singkatnya: Rela meninggalkan segala sesuatu yang paling
berharga di dalam diri-Nya.
Inilah
pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus yang harus dimiliki oleh
seorang suami, tetapi juga harus dimiliki oleh anggota-anggota tubuh supaya
bisa menjadi satu, hidup rukun bersama-sama.
Filipi
2:7-8
(2:7) melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Kemudian,
dari sorga turun ke dunia dan menjadi sama dengan manusia, dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib. Singkatnya: Yesus Kristus telah mengalami dan
merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh manusia. Dengan demikian, salib
adalah sarana untuk mempersatukan antara suami dengan isterinya, tidak ada cara
yang lain.
Ayo,
yang laki-laki (pemuda), belajar dari sejak sekarang; tinggalkan segala sesuatu
yang paling berharga. Jangan sampai nanti ketika sudah menikah masih ingat
ibunya, ingat bapanya; kalau masih seperti itu, maka tidak akan bisa bersatu
dengan isterinya.
Yesus
sendiri turun ke dunia ini dan menjadi sama seperti manusia, dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya, dan taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib, berarti merasakan apa yang dirasakan oleh manusia.
Kesimpulannya:
Salib adalah sarana untuk mempersatukan suami dengan isterinya, tidak ada cara
yang lain.
Selanjutnya,
langkah-langkah untuk menuju salib, untuk memikul salibnya.
LANGKAH
YANG PERTAMA: “Mengosongkan diri-Nya sendiri.”
Kosong
= nol, tidak berisi. Arti rohaninya; tidak bermegah terhadap segala sesuatu
yang dia miliki, berarti; mempunyai tetapi seolah-olah tidak mempunyai, supaya
seorang suami bisa memusatkan perhatiannya kepada perkara TUHAN. Kalau seorang
suami dapat memusatkan perhatiannya kepada perkara TUHAN, maka otomatis dia
bisa mengasihi isterinya seperti dirinya sendiri, itulah yang mempunyai
seolah-olah tidak mempunyai, sesuai dengan 1 Korintus 7.
LANGKAH
YANG KEDUA: “Mengambil rupa seorang hamba.”
Mengambil
rupa seorang hamba = menjadi hamba.
Pelajaran
mengenai HAMBA ini, kita akan perhatikan Injil Lukas 17.
Lukas
17:7-10
(17:7)
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau
menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang
dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan
berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan
layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh
makan dan minum. (17:9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu,
karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (17:10)
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang
ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba
yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Singkatnya:
Sekalipun berada dalam keadaan berjerih payah dan berjerih lelah karena
melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadanya, namun seorang hamba
tetaplah berkata:
1.
“Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna.”
Artinya, seorang hamba tidak pernah merasa berjasa walaupun banyak jasa-jasanya
dengan segala jerih payah dan jerih lelahnya.
2.
Kemudian, seorang hamba kembali berkata: “Kami
hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Artinya, seorang hamba bekerja
melakukan tugasnya tanpa pamrih = melayani tanpa pamrih, melayani tanpa
mengharapkan keuntungan, serta tidak mengharapkan ucapan terima kasih dari
tuannya; itulah seorang hamba yang benar di mata TUHAN.
Perlu
untuk diketahui: Seorang pendeta belum tentu hamba TUHAN. Tetapi kalau ia
bertanggung jawab, maka dia adalah hamba kebenaran.
Biarlah
kita berlaku sama seperti apa yang ditulis dalam Injil Lukas 17:7-10, di
mana intinya ialah seorang hamba tidak mempunyai hak atas dirinya sendiri,
selain dari pada tuannya sendiri, dalam bahasa Yunani disebut doulos.
Yesus
Kristus adalah hamba TUHAN, sebab sekalipun Ia adalah Anak, namun Ia taat
kepada kehendak Allah Bapa untuk melakukan tugas dari seorang hamba. sesuai
dengan yang tertulis pada ayat 7. Tugas dari seorang hamba ialah:
1.
Membajak ladang.
2.
Menggembalakan ternak.
Pada
minggu yang lalu, tentang “membajak ladang” telah disampaikan; semoga kita
diberkati lewat pemaparan firman pada minggu yang lalu. Dan kiranya hal itu
juga masih jelas dalam ingatan kita masing-masing.
Sekarang,
kita akan memperhatikan tentang: “MENGGEMBALAKAN TERNAK”.
Soal
menggembalakan ternak ini, kita akan awali dalam Mazmur 23.
Mazmur
23:1
(23:1) Mazmur
Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Dalam
mazmur Daud atau nyanyian Daud, di situ dinyatakan bahwa “TUHAN adalah
gembalaku, takkan kekurangan aku”. Artinya, jikalau domba-domba tergembala
dengan baik, maka domba-domba tidak kekurangan, baik secara jasmani
maupun secara rohani.
-
Secara jasmani; segala
kebutuhan-kebutuhan dicukupkan, yakni sandang dan pangan dicukupkan oleh TUHAN.
-
Secara rohani; dosa-dosa
diampuni, dosa disucikan, sehingga tidak nampak lagi kekurangan.
Oleh
sebab itu, tergembalalah dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai kita berada di
dalam penggembalaan ini, di dalam gunung TUHAN, tempat rumah TUHAN, tetapi
rohani tidak tergembala; ini bahaya sekali.
TUHAN
adalah Gembala, maka domba-domba-Nya adalah umat TUHAN. Berarti, untuk menjadi
suatu kehidupan yang tergembala itu mutlak, tidak boleh tidak, tidak boleh
ditawar-tawar; jadi, harus tergembala.
Banyak
orang tidak mengerti soal penggembalaan; tidak selamanya berada dalam rumah
TUHAN lalu hidup rohaninya tergembala, belum tentu. Tetapi yang TUHAN mau ialah
kehidupan rohani kita betul-betul tergembala, karena Yesus adalah Gembala
Agung, dan kita umat TUHAN adalah kawanan domba-Nya.
Kalau
domba tidak tergembala, maka domba menjadi liar. Oleh sebab itu, domba harus
tergembala, harus dalam tuntunan Gembala Agung. Sementara kita ada di dalam
rumah TUHAN saja masih tetap liar, dengan bukti tidak mengerti soal
sepersepuluh, tidak mengerti soal persembahan khusus, tidak mengerti soal
ucapan syukur dan terima kasih soal pemeliharaan-pemeliharaan TUHAN.
Kalau
dia sudah dituntun oleh Gembala, pasti dia mengerti ucapan syukur; kalau dia
sudah dituntun oleh Gembala, pasti dia mengerti bahwa TUHAN yang memberikan
nafas hidup; kalau dia mengerti soal penggembalaan, maka dia pasti mengerti
soal kewajian-kewajibannya dalam penggembalaan ini. Itulah jikalau kehidupan
kerohanian seseorang tergembala.
Mazmur
23:2
(23:2) Ia membaringkan
aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air
yang tenang;
Dalam
penggembalaan, domba-domba akan terkait dengan dua hal:
1.
Ia membaringkan aku di padang yang
berumput hijau. Hal ini terkait dengan firman penggembalaan.
2.
Ia membimbing aku ke air yang tenang. Hal ini
terkait dengan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya.
Coba
bayangkan, seandainya kalau hidup orang Kristen tidak tergembala, maka ia tidak
mengerti soal firman penggembalaan dan tidak mengerti soal pekerjaan Roh Kudus
dan karunia-karunia-Nya.
Tetapi
kalau domba tergembala, maka pasti dia dibaringkan, daging tidak bersuara lagi,
lepas dari daya tarik bumi. Kemudian, kalau domba tergembala, pasti Roh Kudus
dan karunia-karunia-Nya yang akan memimpin dan menjadi suatu kehidupan yang
tenang.
Jadi,
bersyukurlah kalau saudara tergembala; jangan saudara pikir penggembalaan ini
lebih hina dari manusia daging. Contoh; ayah dan ibu, kakak dan adik, itu
adalah manusia daging. Seorang suami bisa mengasihi isterinya kalau dia
meninggalkan segala sesuatunya, meninggalkan ayah dan ibunya, sehingga dia bisa
mengasihi isterinya seperti dirinya sendiri.
Mengertilah
Firman TUHAN supaya kita semua diberkati lebih dari apa yang ada sekarang ini;
dahulukan TUHAN dari segalanya.
Mazmur
23:3
(23:3) Ia menyegarkan
jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
“Ia
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.”
Coba kalau tidak tergembala, siapa yang akan menyegarkan jiwamu? Kalau tidak
tergembala, maka siapa yang akan menuntunmu? Tidak ada.
Sehebat
apapun manusia, sehebat apapun seorang motivator untuk memberi pengertian dan
penjelasan-penjelasannya, tetapi belum sempurna dalam tuntunan yang benar
sampai menyelamatkan.
Ayat
3
ini dibagi menjadi dua bagian:
Bagian
Pertama:
“Ia menyegarkan jiwaku” Hal ini terkait dengan kasih Allah, sebab kalau
seseorang tidak memiliki kasih Allah, maka ia bisa stress, depresi, sampai
sakit jiwa. Hanya kasih Allah yang dapat mengobati jiwa ini, hanya kasih Allah
yang menyegarkan jiwa ini.
Kalau
seorang istri melihat prilaku suami, suami melihat prilaku isteri dan melihat
prilaku anak, kita melihat prilaku sesama yang kurang berkenan, jiwa kita tidak
segar, tetapi kasih Allah mampu menyegarkan jiwa kita.
Bagian
Kedua:
“Ia menuntun aku di jalan yang benar” Jelas ini menunjuk kepada jalan
salib. Kalau kita hidup di luar salib, tidak menempuh jalan salib, maka pasti
jalannya sesat; menyimpang ke kiri dan ke kanan. Oleh sebab itu, TUHAN menuntun
kita di jalan yang benar oleh karena nama-Nya; karena kalau kita tergembala,
pasti dituntun di jalan yang benar, mengapa? Supaya nama TUHAN tetap
dipermuliakan. Jangan sampai tergembala tetapi tidak dituntun di jalan yang
benar, akhirnya nama TUHAN dipermalukan, tetapi oleh karena nama-Nya,
TUHAN menuntun kita di jalan yang benar.
Dosa
kita diperdamaikan dengan Allah, bukankah itu karena tugas Imam Besar? TUHAN
menuntun kita di jalan yang benar, itu adalah jalan salib, menunjukkan bahwa
dosa kita sudah diperdamaikan di atas kayu salib; oleh sebab itu, belajarlah
untuk bersyukur, belajar memberi diri untuk digembalakan.
Kita
belajar dari Yehezkiel 34:1-10.
Yehezkiel
34:1-10
(34:1) Lalu
datanglah firman TUHAN kepadaku: (34:2) "Hai anak manusia,
bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada
mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah
gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba
yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (34:3) Kamu
menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih,
tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (34:4) Yang
lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka
tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang
hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan
kekerasan dan kekejaman. (34:5) Dengan demikian mereka berserak,
oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala
binatang di hutan. Domba-domba-Ku berserak (34:6) dan tersesat
di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh
tanah itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorang pun yang memperhatikan atau
yang mencarinya. (34:7) Oleh sebab itu, hai gembala-gembala, dengarlah
firman TUHAN: (34:8) Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan
ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-domba-Ku menjadi mangsa dan menjadi
makanan bagi segala binatang di hutan, lantaran yang menggembalakannya
tidak ada, oleh sebab gembala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-domba-Ku,
melainkan mereka itu menggembalakan dirinya sendiri, tetapi
domba-domba-Ku tidak digembalakannya -- (34:9) oleh karena itu, hai
gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN: (34:10) Beginilah firman Tuhan
ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut
kembali domba-domba-Ku dari mereka dan akan memberhentikan mereka
menggembalakan domba-domba-Ku. Gembala-gembala itu tidak akan terus lagi
menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan domba-domba-Ku dari
mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya.
Perikop
ayat ini adalah “TUHAN Gembala Israel yang baik melawan gembala-gembala yang
jahat”. Tadi kita sudah melihat bahwa Gembala Agung menuntun di jalan yang
benar, tetapi ternyata ada gembala yang menuntun di jalan yang tidak benar.
“Hai
anak manusia”, berarti; penjaga, tetapi mau menyangkal diri, pikul salib.
Jangan sampai menjadi seorang hamba TUHAN, pemimpin sidang jemaat, tetapi tidak
mau menyangkal diri, memikul salib, itu bukan gembala namanya. Jadi, Yehezkiel
ini adalah penjaga, gembala sidang, sekaligus menyangkal diri dan memikul
salibnya; itulah anak manusia.
Kesimpulan
dari ayat 1-10 adalah secara khusus kita perhatikan pada ayat 5-6,
“Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka
menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-domba-Ku berserak dan
tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah
itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorang pun yang memperhatikan atau yang
mencarinya.”
Perhatikan
kalimat: “Domba-domba-Ku berserak dan tersesat di semua gunung dan di semua
bukit yang tinggi” Artinya, tidak semua gunung-gunung tempat rumah TUHAN
adalah kandang atau tempat domba-domba tergembala, sehingga sekalipun berada di
satu tempat, yaitu rumah TUHAN, namun kehidupan rohani dari pada anak-anak
TUHAN belum tentu tergembala.
Apa
buktinya? Gembala-gembala atau pemimpin-pemimpin rumah TUHAN tersebut
membiarkan domba-domba dalam keadaan:
Yang
Pertama:
“Yang lemah tidak dikuatkan.”
Pada
dasarnya, orang yang hidup di luar TUHAN bagaikan bangsa kafir adalah kehidupan
yang lemah, tidak kuat. Lemah, berarti mudah digoda terhadap hal-hal yang tidak
suci, yaitu dosa kejahatan dan tipu daya kenajisan; tetapi orang yang demikian
justru tidak dikuatkan. Maka, kalau dalam penggembalaan ini kita dikuatkan oleh
TUHAN supaya tidak lemah, janganlah tersinggung.
Yang
Kedua:
“Yang sakit tidak diobati.”
Berarti,
yang sakit tetap saja sakit; lahir dan batinnya sakit. Ketika sakit hati, namum
tidak diobati; ketika iri hati, namun tidak diobati; ketika dengki, namun tidak
diobati, dibiarkan begitu saja.
Yang
Ketiga:
“Yang luka tidak dibalut.”
Berarti,
pemimpin sidang jemaat semacam ini takut (tidak berani) memberitakan firman
tentang salib.
Perlu
untuk diketahui: TUHAN yang melukai, tetapi Dia juga yang membalut hati kita;
Dia yang memukuli, tetapi Dia juga yang menyembuhkan kita di atas kayu salib.
Dia sudah dipukuli, tetapi oleh bilur-bilur-Nya, kita menjadi sembuh. Jadi,
kalau yang luka tidak dibalut, itu adalah tanda bahwa pemimpin sidang jemaat
(gembala sidang) tersebut tidak berani memberitakan salib, tidak berani
mengoreksi dosa, tidak membawa sidang jemaat kepada suatu penyucian Firman
TUHAN.
Yang
Keempat: “Yang
tersesat tidak dibawa pulang.”
Banyak
kesesatan-kesesatan yang terjadi di atas muka bumi ini. Seharusnya, sidang
jemaat sebagai kawanan domba harus dilepaskan dari kesesatan supaya kembali
menjadi milik TUHAN.
Bayangkan,
saya tahu persis; seorang jemaat yang pekerjaannya adalah membuat minuman keras
ilegal, tetapi bisa dipercaya menjadi imam-imam di dalam rumah TUHAN, itu
adalah kesesatan. Atau, sidang jemaat menjual miras (minuman keras), menjual
rokok, menjual hal-hal yang haram, dengan itu semua jemaat memang menjadi kaya,
tetapi kesesatan seperti itu dibiarkan, bahkan dipercaya menjadi imam, bukankah
ini sudah tidak masuk akal? Merokok, tetapi dipercaya menjadi seorang imam;
menjual miras, tetapi dipercaya menjadi seorang imam; bukankah itu adalah
kesesataan? Tetapi hal itu justru dibiarkan. Dan fenomena semacam ini sering
terjadi di dalam rumah TUHAN. Itu sebabnya tadi saya katakan: Sekalipun
berada di gunung-gunung TUHAN, tempat rumah TUHAN, dan di situ ada gembala
sidang, tetapi belum tentu domba-domba tergembala.
Yang
Kelima:
“Yang hilang tidak dicari.”
Banyak
anak TUHAN yang putus asa, kecewa, patah semangat, dengan lain kata; sudah
tidak hidup dalam iman dan kehilangan pengharapan. Bisa saja di dalam rumah
TUHAN, tetapi tidak beriman kepada TUHAN, tidak berpengharapan kepada TUHAN;
itu sama artinya sudah terhilang. Sebetulnya, kehidupan yang semacam ini harus
dicari.
Kalau
di dalam TUHAN tetapi tidak beriman kepada salib, tidak berpengharpaan kepada
TUHAN, maka sama dengan yang dekat tetapi jauh, sebetulnya dekat tetapi jauh
dari TUHAN; itu namanya hilang. Yang dekat, tetapi justru jauh dari TUHAN
karena tidak memiliki iman kepada salib Kristus, tidak menaruh pengharapan
kepada TUHAN; dekat, tetapi jauh dari TUHAN (hilang).
Jadi,
tidak selamanya gunung-gunung tempat rumah TUHAN itu merupakan tempat
penggembalaan bagi domba-domba, belum tentu. Dan seorang pemimpin sidang jemaat
belum tentu memiliki roh gembala yang mau memperhatikan kawanan domba dalam
segala kesukaran mereka.
Tetapi
Gembala Agung; sesuai dengan pengalaman raja Daud yang diiventarisir dalam
nyanyiannya, pada Mazmur 23:3, “Ia menuntun aku di jalan yang benar”,
itulah jalan salib, jalan yang benar.
Semakin
firman-Nya dibukakan, tentu kita akan semakin mengerti, tetapi pengertian yang
kita peroleh ini harus semakin dihargai supaya kita jangan menjalankan ibadah
liturgis.
Yehezkiel
34:7-8
(34:7) Oleh
sebab itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN: (34:8) Demi Aku
yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-domba-Ku
menjadi mangsa dan menjadi makanan bagi segala binatang di hutan,
lantaran yang menggembalakannya tidak ada, oleh sebab gembala-gembala-Ku
tidak memperhatikan domba-domba-Ku, melainkan mereka itu menggembalakan
dirinya sendiri, tetapi domba-domba-Ku tidak digembalakannya --
Kalau
domba-domba berserak dan tersesat di gunung-gunung yang tinggi dan bukit-bukit
yang tinggi, akibatnya ialah domba-domba tidak tergembala, dan akhirnya
domba-domba menjadi mangsa atau makanan binatang hutan.
Mari
kita lihat BINATANG HUTAN dalam Injil Yohanes 10.
Yohanes
10:12
(10:12) sedangkan
seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu
sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu
lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan
domba-domba itu.
Pekerjaan
dari anjing hutan atau serigala ialah menerkam dan mencerai-beraikan
kawanan domba.
Kalau
tercerai-berai = liar, tidak tergembala, beredar-edar, mengambil jalannya
masing-masing. Jangan sampai ada di dalam penggembalaan ini tetapi rohaninya
diterkam oleh binatang hutan (serigala). Tetapi ada yang saya lihat seperti
itu; berada di dalam kandang penggembalaan tetapi rohaninya diterkam oleh
binatang hutan, sangat sukar untuk diarahkan, ia selalu membawa pengertiannya;
padahal pengertiannya itu terbatas untuk menolong dia ke depan, untuk
memberkati dia ke depan, untuk menyelamatkan dia ke depan. Hari ini pengertian
itu bisa seperti memberi pertolongan, tetapi besok belum tentu.
Sekali
lagi saya sampaikan: Anjing hutan atau binatang hutan, pekerjaannya adalah
menerkam dan mencerai-beraikan, sehingga kawanan domba menjadi liar, tidak
tergembala. Tandanya; tidak mau dengar dan tidak mau mengikuti gembala, liar,
tidak tergembala.
Mari
kita lihat BINATANG HUTAN lebih jauh dalam Injil Matius 7.
Matius
7:15
(7:15)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Nabi-nabi
palsu adalah gambaran dari binatang hutan, anjing hutan, itulah serigala
berbulu domba.
Mari
kita lihat pekerjaan anjing hutan pada ayat 21-23.
Matius
7:21-23
(7:21) Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22)
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu,
dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!"
Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.
Atau sama dengan, bukan berarti orang yang ada di dalam rumah TUHAN, menyebut
nama TUHAN, lantas masuk sorga, belum tentu. Bukan berarti karena dia sudah
berseru nama TUHAN, melayani TUHAN, lantas ia masuk sorga, belum tentu. Kalau
kondisi rohaninya sama seperti anjing hutan tadi; mengaku diri gembala sidang
tetapi tidak memperhatikan kawanan domba, belum tentu masuk sorga.
Jadi,
ukurannya bukan pada saat berseru dan menyebut nama TUHAN lalu masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, bukan itu ukuran masuk sorga. Oleh sebab itu, kita harus
tergembala, rohani kita ini harus tergembala, supaya kita mengerti kondisi
rohani dan mengenal Gembala Agung.
Berseru
dan menyebut nama TUHAN, prakteknya (tandanya) ialah;
1.
Bernubuat demi nama
TUHAN.
2.
Mengusir Setan demi nama TUHAN.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi nama
TUHAN.
Tetapi
pada ayat 23 dikatakan: TUHAN tidak mengenal gembala upahan, TUHAN tidak
mengenal anjing hutan, TUHAN tidak mengenal serigala. Kemudian, TUHAN berkata:
“Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Yang
layak masuk dalam Kerajaan Sorga adalah orang yang melakukan kehendak Allah
Bapa, yakni; kehidupan yang dituntun di jalan salib.
Jadi,
bukan berbicara soal mujizat yang terjadi, bukan soal mengusir Setan, bukan
soal berbicara berkat-berkat jasmani, tetapi dituntun di jalan yang benar,
yakni melakukan kehendak Allah Bapa, sebab kehendak Allah Bapa merupakan tangga
dari bumi sampai ke langit (sorga), tidak ada tangga yang lain.
Biar
berjuta-juta kali hamba TUHAN berseru demi nama TUHAN, artinya; bernubuat,
mengusir Setan, mengadakan banyak mujizat, bicara soal berkat, itu bukan
merupakan tangga dari bumi sampai ke sorga. Tangga dari bumi ke sorga adalah
melakukan kehendak Allah Bapa, memikul salib, menyangkal dirinya, dituntun di
jalan yang benar, itulah jalan salib. Pemikiran kita harus lurus.
Jadi,
kalau kita kapok dengan Salib, berarti tanggamu putus ke sorga, karena pikiran
daging tadi, karena belum meninggalkan tabiat daging ayah dan ibunya, kakak dan
adiknya; sehingga tidak bisa bersatu dengan TUHAN. Dewasalah. Saya berharap,
kita semakin didewasakan.
Mengapa
mereka sibuk dengan kegiatan anjing hutan? Mengapa mereka sibuk berseru nama
TUHAN, berarti bernubuat, mengusir Setan, mengadakan banyak mujizat, mengapa
sibuk di situ? Mari kita lihat jawabannya dalam Yehezkiel 34.
Yehezkiel
34:18-22
(34:18) Apakah
belum cukup bagimu bahwa kamu menghabiskan padang rumput yang terbaik?
Mesti pulakah kamu injak-injak padang rumput yang lain-lain dengan
kakimu? Belum cukup bahwa kamu minum air yang jernih? Mesti pulakah yang
tinggal itu kamu keruhkan dengan kakimu? (34:19) Apakah
domba-domba-Ku seharusnya memakan rumput yang sudah diinjak-injak kakimu
dan meminum air yang sudah dikeruhkan kakimu? (34:20) Oleh sebab
itu, beginilah firman Tuhan ALLAH terhadap mereka. Dengan sesungguhnya Aku
sendiri akan menjadi hakim di antara domba yang gemuk dengan domba yang kurus; (34:21)
oleh karena semua yang lemah kamu desak dengan lambungmu dan bahumu serta kamu
tanduk dengan tandukmu, sehingga kamu menghalau mereka ke luar kandang, (34:22)
maka Aku akan menolong domba-domba-Ku, supaya mereka jangan lagi menjadi mangsa
dan Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba.
Mengapa
domba-domba tidak tergembala? Mengapa gembala-gembala sibuk dengan seruan tadi?
Jawabnya ialah:
Yang
Pertama: Gembala-gembala menginjak rumput hijau.
Artinya;
tidak menghargai Firman Penggembalaan. Kalau saja kita semua di gunung-gunung,
tempat rumah TUHAN menghargai Firman Penggembalaan, maka kehidupan rohani kita
harus digembalakan oleh Firman Penggembalaan, tetapi di sini kita melihat;
binatang hutan itu menginjak-injak rumput hijau, tidak menghargai Firman
Penggembalaan, mereka sibuk hanya berseru, berarti;
1.
Bernubuat demi nama TUHAN.
2.
Mengusir Setan demi nama TUHAN.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
Itu
saja yang mereka lakukan, akhirnya rumput hijau diinjak-injak, dihinakan,
karena hanya sibuk berseru menyebut nama TUHAN. Mereka menginjak-injak Firman
Penggembalaan, sehingga domba-domba tidak mengerti menjadi suatu kehidupan
domba yang tergembala; hanya tahu mujizat, hanya tahu berkat jasmani, hanya
tahu pengusiran Setan.
Setelah
saya teliti, saya sangat bersyukur, kiranya kita semua dikuatkan dan rohani
kita betul-betul tergembala dengan baik. Tinggalkan segala sesuatunya,
tinggalkan keakuan itu supaya kita menyatu, bisa mengasihi yang lain seperti
diri sendiri, dan Dia sudah melakukannya, sebab Dia adalah Suami, Dia Kepala,
Dia sudah buktikan di atas kayu salib.
Yang
Kedua: Air yang jernih dikeruhkan.
Berarti,
menjadi lumpur. Kalau air jernih dikeruhkan, berarti menjadi lumpur, dengan
lain kata; Roh Kudus menjadi lumpur, Roh Kudus dianggap setara dengan lumpur
saja.
Yang
Ketiga: Yang lemah didesak dengan ...
1.
Lambung. Berarti,
melayani karena perut. Anjing hutan melayani karena perut (lambung).
2.
Bahu. Berarti,
melayani karena jabatan, melayani karena pangkat, melayani karena gila hormat.
Di atas bahu ini ada pangkat, sehingga dia mendesak domba-dombanya dengan bahu,
dengan pangkat, jabatan, gila hormat.
Bantu
doa, supaya kita semua sama-sama memiliki sifat rendah hati.
Yang
Keempat: Menanduk.
Berarti,
memberontak = menyangkal salib Kristus.
Tanduk
adalah kekuatan Allah. salib Kristus adalah kekuatan. Berarti, kalau menanduk
dengan tanduknya = memberontak = menyangkal salib Kristus.
Lihat,
tanduk-tanduk antara lain pada; Mezbah Korban Bakaran ada empat tanduk yang
terbuat dari kayu penaga pada ke-4 sudutnya, tetapi sudah dilapisi dengan
tembaga. Kemudian, Mezbah Dupa, tiap-tiap sudutnya ada 4 tanduk. Memang terbuat
dari kayu penaga tetapi sudah dilapisi dengan emas.
Tetapi
rupanya, mereka punya tanduk sendiri; menanduk sehingga domba-domba tidak
tergembala; ini sama artinya menyangkal salib. Harusnya yang benar adalah
memikul salib, tetapi justru menyangkal salib (menanduk).
Jadi,
kalau kita melihat suatu pemberitaan Firman TUHAN, entah itu di Youtube, entah
itu di Facebook, atau media sosial apapun, jangan terkecoh dengan bahasa yang
tinggi-tinggi, cas cis cus, tetapi tidak mempunyai makna yang dalam
(tanpa pembukaan Firman); jangan terharu dengan hal yang semacam ini,
terharulah kalau rahasia hati TUHAN yang dalam itu disingkapkan, diberitakan,
diuraikan begitu rupa, susunan-susunan, rencana-rencana yang akan dinyatakan di
dalam rangka penyelamatan, itu yang harus kita hargai, bukan sekedar cas cis
cus lantas saudara menjadi kagum, bukan karena cerita mujizat lantas
saudara menjadi kagum. Pengertian semacam ini belum cukup menjadi tangga dari
bumi ke sorga, tetapi yang menjadi tangga dari bumi ke sorga adalah berita
salib, itulah ke-4 tanduk pada ke-4 sudutnya. Pendeknya, tanduk keselamatan
harus disampaikan kepada 4 penjuru bumi.
Ayo,
kita diluruskan, dituntun di jalan salib (jalan benar). Puji TUHAN ...
Haleluya.
Yehezkiel
34:23-24
(34:23) Aku akan
mengangkat satu orang gembala atas mereka, yang akan menggembalakannya, yaitu
Daud, hamba-Ku; dia akan menggembalakan mereka, dan menjadi gembalanya. (34:24)
Dan Aku, TUHAN, akan menjadi Allah mereka serta hamba-Ku Daud menjadi
raja di tengah-tengah mereka. Aku, TUHAN, yang mengatakannya.
Kalau
kita tergembala, maka;
1.
Domba-domba mempunyai Allah yang hidup.
2.
Domba-domba mempunyai Raja.
Itulah
yang benar.
Manfaat:
- “Domba-domba mempunyai Allah yang hidup”;
Allah Abraham, Ishak, Yakub, Allah Israel, TUHAN dan Juruselamat, sehingga
terlepas dari berhala-berhala, tidak dibiarkan dalam keadaan lemah, sakit,
sesak, dan berserak.
- “Domba-domba mempunyai Raja”; kita
sudah mendapatkan pelajaran tentang “raja”, di mana pembukaan firman TUHAN ini
akan menetapkan Yusuf sebagai pemerintahan atas Mesir, kekuasaan atas istana
Firaun dipegang oleh Yusuf. Dan sasaran dari ibadah pelayanan kita ini adalah
pesta nikah Anak Domba, Yesus tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Jadi, jelas, kalau hidup rohani kita tergembala, maka sasaran dari
penggembalaan itu jelas sejelas-jelasnya.
§ Kita punya
Allah,
berarti lepas dari berhala.
§ Kita punya
Raja,
berarti arah dari penggembalaan ini adalah pesta nikah Anak Domba... Wahyu
19:6-9.
Jelas arahnya. Tetapi kalau di dalam rumah
Tuhan hanya sibuk berseru, itu tidaklah jelas.
Yehezkiel
34:12-16
(34:12) Seperti
seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan
dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan
mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan
hari kegelapan. (34:13) Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa
dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku
akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya
dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu. (34:14) Di padang
rumput yang baik akan Kugembalakan mereka dan di atas gunung-gunung Israel yang
tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang
baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas
gunung-gunung Israel. (34:15) Aku sendiri akan menggembalakan
domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman
Tuhan ALLAH. (34:16) Yang hilang akan Kucari, yang tersesat
akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan
Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan
menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.
Singkatnya:
TUHAN Yesus tampil sebagai Gembala Agung.
Lihat,
tugas dari gembala yang mulia, gembala yang sesungguhnya.
Yohanes
10:2-4
(10:2) tetapi
siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. (10:3) Untuk
dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia
memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
(10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan
mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal
suaranya.
Tugas
dari gembala adalah berusaha untuk menjadikan domba-domba itu tergembala.
Tanda
kalau domba-domba tergembala ada dua, yaitu:
1.
Mendengar suara gembala.
2.
Mengikuti gembala.
Jadi,
seorang gembala yang baik berusaha untuk menggembalakan kawanan domba itu.
Domba-domba
“mendengar suara gembala”. Belajar untuk mendengar suara gembala, jangan
biasakan lagi mendengar suara daging, pengertian dari manusia daging, jangan
lagi, supaya hidup ini berhasil dan masa depan cukup diberkati oleh TUHAN.
Domba-domba
“mengikuti gembala”. Sejauh ini kita sudah digembalakan oleh Pengajaran
Mempelai, maka ikutilah geraknya ke mana saja kita dibawa, yang pasti TUHAN
tidak akan pernah menyesatkan kita.
1.
Mendengar.
2.
Mengikuti.
Mendengar
dan mengikuti, hasilnya adalah TAAT. Inilah yang TUHAN mau; jangan sampai kita
berada di gunung-gunung yang tinggi, tempat rumah TUHAN, tetapi hidup rohani
kita tidak tergembala, tidak taat; bukankah ini aneh?
Kalau
sudah mempunyai pengertian tentang penggembalaan yang sesungguhnya, aneh
melihat domba yang tidak taat, karena ia lain sendiri, melangkah sesuai
langkah-langkahnya sendiri. Hanya saja domba yang tergembala itu tidak mungkin
menghakimi dia yang tidak taat; tetapi yang pasti, kita yang tergembala pasti
bisa melihat.
Kalau
tergembala, hanya dua kata saja, yaitu mendengar dan mengikuti, maka hasilnya
adalah taat.
Siapa
yang mau tergembala dengan baik? Siapa yang mau dengar-dengaran? Siapa yang mau
ikuti gembala? Maka, taatlah. Taat kepada kehendak Allah, bukan lagi taat kepada
kehendak sendiri; itu namanya tergembala.
Kemudian,
kita kembali ke Yehezkiel 34.
Yehezkiel
34:13
(34:13) Aku akan
membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari
negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka
di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat
kediaman orang di tanah itu.
Kesimpulannya:
Gembala Agung akan mengumpulkan domba-domba yang berserak, yang tercerai-berai,
sehingga kita semua menjadi satu.
Mari
kita bandingkan penggenapannya dalam Yohanes 10.
Yohanes
10:14
(10:14) Akulah
gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku
mengenal Aku
Kalau
sudah tergembala, berarti mendengar dan mengikuti, maka hasilnya adalah taat.
Dengan demikian, Gembala Agung mengenal domba-domba-Nya = nama terdaftar di
sorga, terhitung menjadi bagian (bilangan) TUHAN.
Yohanes
10:15-16
(10:15) sama
seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku
bagi domba-domba-Ku. (10:16) Ada lagi pada-Ku domba-domba lain,
yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan
mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu
kawanan dengan satu gembala.
Tetapi,
ada lagi domba yang lain. Bukan hanya bangsa Israel yang merupakan kawanan
domba Allah, tetapi bangsa kafir juga mendapat kesempatan untuk tergembala.
Kita
ini adalah bangsa kafir; yang dahulu jauh dari TUHAN namun mendapat kesempatan
untuk tergembala supaya pada akhirnya menjadi satu kawanan, sampai akhirnya
Israel dan kafir bersatu, berarti dikumpulkan.
Dalam
Yehezkiel dikatakan, Yesus Gembala yang baik berusaha mencari kawanan domba
yang tercerai-berai, yang terserak, yang tersesat, lalu dikumpulkan menjadi
satu. Demikian juga dalam Yohanes 10:16, TUHAN juga mengumpulkan Israel
dan kafir menjadi satu. Lalu, apa tanda kesatuan? Apa tanda kita dikumpulkan
menjadi satu?
1
Korintus 12:12
(12:12) Karena
sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan
segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.
Kristus,
yang adalah Kepala, dengan satu tubuh, walaupun anggotanya banyak. Kemudian, apa
tanda kesatuan?
1
Korintus 12:13-18
(12:13) Sebab
dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak,
maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi
minum dari satu Roh. (12:14) Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu
anggota, tetapi atas banyak anggota. (12:15) Andaikata kaki berkata:
"Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia
tidak termasuk tubuh? (12:16) Dan andaikata telinga berkata:
"Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia
tidak termasuk tubuh? (12:17) Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di
manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?
(12:18) Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing
secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.
Sesuai
kehendak TUHAN menyusun struktur dari anggota tubuh ini, TUHAN sudah tentukan
dengan baik, rapi; jadi, jangan ada yang menganggap lebih penting, jangan
sampai mata merasa lebih penting, jangan sampai tangan merasa lebih penting
dari kaki. Semua penting dan saling membutuhkan satu dengan yang lain; tidak
boleh egois, tidak boleh mementingkan diri, tidak boleh ada keakuan; tinggalkan
semuanya itu. Itulah kesatuan, dikumpulkan, menjadi satu, tetapi masih ada lagi
puncaknya ...
1
Korintus 12:19
(12:19) Andaikata
semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh?
Andaikata
semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? Kalau hanya ada
tangan saja, di mana anggota tubuh? Itu sebabnya, di atas tadi saya katakan: “Kristus
dengan satu tubuh”.
1
Korintus 12:20-22
(12:20) Memang
ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. (12:21) Jadi mata tidak
dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan
kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan
engkau." (12:22) Malahan justru anggota-anggota tubuh yang
nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan.
Inilah
puncak kesatuan itu, yaitu memperhatikan yang paling lemah,
memperhatikan bagian yang lemah.
Bagian
yang lemah = bagian yang hina, itulah bagian yang terendah, yaitu kaki.
Kita
belajar lagi dari Injil Matius 25, supaya kita tahu arah dari kesatuan itu
memperhatikan yang paling lemah, yang paling rendah, yang paling terbawah,
itulah kaki.
Matius
25:31-34
(25:31)
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat
bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. (25:32)
Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan
mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba
dari kambing, (25:33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah
kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. (25:34) Dan Raja itu
akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang
diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak
dunia dijadikan.
“...
Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang ...” Tahun ini
adalah tahun pemisahan. Wabah Corona ini merupakan pemisahan, tahun penampian.
“
... Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya ...”, itulah
domba yang tergembala. Berbeda dengan kambing yang suka menanduk, tidak
menghargai Firman Penggembalaan, mengeruhkan Roh Kudus; air yang jernih diinjak
menjadi lumpur, dikeruhkan; ia tidak menghargai Roh Kudus dan karunia-Nya.
Tetapi
kepada domba, Ia berkata: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku,
terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”.
Jadilah domba-domba, di mana yang menjadi bagian kita adalah sorga.
Matius
25:35-39
(25:35) Sebab
ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku
minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (25:36)
ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat
Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (25:37) Maka
orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi
Engkau minum? (25:38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang
asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi
Engkau pakaian? (25:39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam
penjara dan kami mengunjungi Engkau? (25:40) Dan Raja itu akan menjawab
mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya
untuk Aku.
Lihat
jawaban dari domba-domba yang tergembala: “Tuhan, bilamanakah kami melihat
Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau
minum?” Domba-domba yang tergembala tidak pernah merasa berjasa. Kalau
sudah tergembala, maka tidak pernah merasa berjasa, tidak pernah merasa
memberi.
Jadi,
kalau ada suatu pekerjaan yang harus kita kerjakan, lalu kita persembahkan
korban baik tenaga, dana, waktu, dan lain sebagainya, kalau ia adalah domba, maka ia tidak akan
pernah merasa berjasa.
Jadi,
kehidupan domba yang tergembala, pada akhirnya akan dikumpulkan dan menjadi
satu. Tanda kehidupan yang sudah dijadikan satu adalah perhatiannya tertuju
kepada yang paling hina dan yang paling lemah. Perhatian tertuju kepada yang
paling hina menunjukkan kehidupan tubuh Kristus yang sempurna, tingkat hidup
rohaninya sudah berada (sampai) kepada tingkat rohani yang tertinggi, yaitu doa penyembahan di kaki salib
TUHAN.
Mari
kita tersungkur di kaki salib. Menghinakan diri di kaki salib TUHAN. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment