IBADAH
RAYA MINGGU, 30 AGUSTUS 2020
WAHYU
PASAL 12
(Seri:
20)
Subtema:
IBLIS MENAMPI SEPERTI GANDUM
Shalom.
Selamat
sore (petang), salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita
masing-masing.
Saya
tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti
pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan
hati TUHAN supaya TUHAN membukakan firman-Nya kembali di sore ini untuk
melawat, memberkati, memulihkan kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Segera
kita menyambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah (Kebaktian) Minggu dari KITAB
WAHYU 12, dan kita masih berada pada ayat 10. Namun sebelum kita membaca
ayat 10, saya akan tetap menjelaskan tentang Wahyu 12:7-9 secara
singkat.
Naga
besar itu dan malaikat-malaikatnya telah dilemparkan ke bumi, selanjutnya
dialah yang menyesatkan seluruh dunia ini. Kemudian, oleh karena kekalahan yang
dialami oleh naga beserta malaikat-malaikatnya, terdengarlah nyanyian
kemenangan di sorga.
Wahyu
12:10
(12:10) Dan aku
mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:
"Sekarang telah tiba
keselamatan dan kuasa dan
pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan
Dia yang diurapi-Nya, karena telah
dilemparkan ke bawah pendakwa
saudara-saudara kita, yang mendakwa
mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.
Adapun
penggalan syair dari nyanyian kemenangan itu ialah “karena telah dilemparkan
ke bawah pendakwa saudara-saudara
kita, yang mendakwa mereka siang dan
malam di hadapan Allah kita”. Singkatnya: Naga besar yang disebut juga
Iblis atau Setan, selain menyesatkan, ia juga mendakwa.
Mendakwa, sama
artinya; menuduh, serta menuntut dan menghakimi.
Kita
sudah melihat CONTOH YANG PERTAMA yang dikaitkan dengan Ayub pada dua minggu
yang lalu. Kemudian, kita juga sudah melihat CONTOH YANG KEDUA yang dikaitkan
dengan imam besar Yosua pada minggu yang lalu, di mana Iblis berdiri di sebelah
kanannya untuk mendakwa imam besar Yosua, karena dia memakai pakaian yang
kotor, bukan pakaian pesta. Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, oleh karena
TUHAN yang memilih imam besar Yosua, TUHAN yang memilih Yerusalem, maka TUHAN
harus memperhatikan Yerusalem.
Demikian
juga kehidupan kita yang dipilih, pasti diperhatikan oleh TUHAN asal
sungguh-sungguh beribadah dan melayani, menyerahkan segenap hidup kita kepada
TUHAN, maka pasti diperhatikan oleh TUHAN.
Dan
sore hari ini, kita akan melihat CONTOH YANG KETIGA, yang dikaitkan dengan
Simon Petrus.
Lukas
22:28,31-32
(22:28) Kamulah
yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku
alami. (22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk
menampi kamu seperti gandum, (22:32) tetapi Aku telah berdoa
untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau
sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Di
sela-sela dalam percakapan waktu perjamuan malam, Yesus berkata kepada Simon
Petrus: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu
seperti gandum”. Yesus mengatakan hal itu kepada Simon Petrus terkait
dengan pencobaan yang akan dialami oleh Yesus Kristus, itulah salib di Golgota.
Singkatnya:
Iblis atau Satan hendak mendakwa Simon Petrus, tepatnya menampi Simon Petrus
seperti gandum. Sore petang hari ini kita telah menikmati gandum yang turun
dari sorga, itulah Firman Allah, supaya manakala kita menghadapi ujian
(cobaan), maka kita kuat.
Yesus
memberitahukan soal ujian di mana Iblis atau Satan menuntut (mendakwa) untuk
menampi Simon Petrus seperti gandum, namun sekalipun demikian, Yesus kembali
berkata: “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur”.
Siapapun
yang mendengar pernyataan semacam ini, tentu saja ia akan mengucap syukur dan
berterima kasih setinggi-tingginya kepada TUHAN.
Namun,
mari kita baca ayat 33.
Lukas
22:33
(22:33) Jawab
Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama
dengan Engkau!"
Namun,
di sini kita melihat jawab Petrus: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan
mati bersama-sama dengan Engkau!”
Sebetulnya,
jawaban ini menunjukkan bahwa Simon Petrus masih bergantung kepada manusia
daging, serta mengandalkan kekuatannya. Simon Petrus tidak bergantung kepada
kemurahan hati TUHAN yang senantiasa berdoa untuk dia supaya imannya jangan
gugur.
Pendeknya:
Simon Petrus belum mengalami keubahan sekalipun ia telah mengikuti TUHAN dan
bertahun-tahun bersama dengan Yesus.
Jadi,
jawaban Simon Petrus itu sebetulnya adalah jawaban yang mengagetkan, menurut
saya, itu bukan jawaban yang diharapkan oleh Yesus. Di atas tadi saya sudah
katakan; kalau ada yang berdoa mendukung kehidupan kita, mendukung ibadah dan
pelayanan, nikah dan rumah tangga kita, tentu kita akan segera saja berkata:
“terima kasih” kepada orang itu. Dan saya kira, jawaban itu juga yang harusnya
keluar (terlontar) dari mulut Simon Petrus, tetapi kenyataannya, jawab Simon
Petrus ialah: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama
dengan Engkau!” Jawaban ini jelas saja menunjukkan bahwa Simon Petrus masih
bergantung kepada manusia daging, masih mengandalkan kekuatannya, Simon Petrus
belum bergantung kepada kemurahan hati TUHAN yang senantiasa berdoa untuk dia supaya
imannya jangan gugur.
Pendeknya:
Simon Petrus belum mengalami keubahan sekalipun Simon Petrus mengikuti TUHAN
dan sekalipun ia telah bertahun-tahun bersama dengan Yesus. Simon Petrus belum
bergantung kepada kemurahan hati TUHAN, ia masih mengandalkan kekuatannya,
bergantung kepada manusia.
Sebenarnya,
ketika Yesus berkata: “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu
jangan gugur”, menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang pribadi Imam Besar
Agung yang telah berdoa dan sekaligus mengadakan pendamaian terhadap dosa
manusia.
Kita
bersyukur, karena sore hari ini kita boleh mengalami atau merasakan pelayanan
dari Imam Besar. Dan biarlah lewat pemberitaan firman ini, kehadiran dari Sang
Imam Besar kita alami dan kita rasakan.
Sejenak
kita lihat Keluaran 29.
Keluaran
28:33-34
(28:33)
Pada
ujung gamis itu haruslah kaubuat buah delima dari kain ungu tua,
kain ungu muda dan kain kirmizi, pada sekeliling ujung gamis itu, dan di
antaranya berselang-seling giring-giring emas, (28:34) sehingga satu
giring-giring emas dan satu buah delima selalu berselang-seling,
pada ujung gamis itu.
Pada
ujung gamis baju efod, digantungkan “buah delima” dan “giring-giring
emas” berselang-seling. Jadi, satu buah delima diselingi dengan satu
giring-giring emas, kemudian satu buah delima, lalu satu giring-giring emas,
satu buah delima, satu giring-giring emas, terus berselang-seling.
“Gamis
baju efod”
merupakan gambaran dan bayangan dari pengalaman Yesus dalam tanda
kebangkitan-Nya. Sesudah mengalami kematian, lalu pada hari ketiga, Yesus
bangkit; itulah pengalaman Yesus dalam tanda kebangkitan-Nya.
“Buah
delima”
à Sidang jemaat
atau hidup gereja TUHAN.
Pendeknya:
Hidup gereja TUHAN bergantung kepada pengalaman Yesus dalam tanda
kebangkitan-Nya, sama artinya; hanya bergantung kepada kemurahan hati TUHAN
saja, tidak bergantung kepada manusia dan kekuatannya selain hanya kepada
kemurahan hati TUHAN saja. Kalau Yesus mati dan bangkit untuk kita, itu
merupakan kemurahan hati TUHAN.
“Giring-giring
emas”
à Hadirnya Imam
Besar. Sedangkan kehadiran Imam Besar dalam setiap kebaktian-kebaktian yang
diselenggarakan -- seperti sore hari ini -- dibuktikan dengan adanya
penyembahan dan adanya bahasa lidah atau bahasa asing. Hal ini merupakan sebuah
tanda bahwa hidup gereja TUHAN sudah mengalami keubahan, sedangkan Simon Petrus
belum mengalami keubahan sekalipun ia selalu mengikuti TUHAN dan bersama-sama
dengan TUHAN selama 3.5 (tiga setengah) tahun sampai sebelum Yesus disalibkan.
Kalau
berbicara tentang “bahasa asing”, berarti tidak sama dengan bahasa dunia
ini, berarti mengalami (terjadi) keubahan; itulah hadirnya Imam Besar di
tengah-tengah sidang jemaat dalam setiap kebaktian-kebaktian diselenggarakan.
Selain
ada bahasa asing, juga ada “penyembahan”, yang merupakan tanda
penyerahan diri kepada TUHAN. Dengan demikian, Imam Besar ada di tengah-tengah
kebaktian itu.
Jangan
kita datang beribadah tanpa keubahan, sama seperti Simon Petrus yang bersama
dengan TUHAN tetapi belum mengalami keubahan; Simon Petrus bersama dengan TUHAN
tetapi masih tetap bergantung kepada kekuatannya, bergantung kepada manusia
daging.
Padahal,
Yesus sendiri berkata: “Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu
jangan gugur”. Seharusnya, setelah mendengarkan ungkapan yang penuh kasih,
ungkapan yang penuh dengan perhatian, menurut saya, seharusnya dia mengucap
syukur dan berterima kasih. Sedangkan kalau ada orang lain saja berdoa kepada kita,
pasti kita ungkapkan: “terima kasih”, tetapi sebaliknya, Simon Petrus justru
berkata: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan
Engkau!”
Bukan
jawaban semacam ini yang diharapkan oleh TUHAN, tetapi biarlah rasa syukur
kita bagaikan asap dupa kemenyan yang naik di hadirat TUHAN. Kita belajar
mulai dari sekarang ini sampai selama-lamanya.
Kita
kembali memperhatikan Lukas 22:33-34.
Lukas
22:33
(22:33) Jawab
Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan
Engkau!"
"Tuhan,
aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" Sesungguhnya,
bukan jawaban ini yang TUHAN harapkan. Kalau menurut saya, setelah mendengarkan
pernyataan Yesus, seharusnya Simon Petrus mengucap syukur dan berterima kasih
dan setinggi-tingginya, tetapi ia justru berkata yang tidak-tidak.
Pendeknya:
Simon Petrus seakan-akan tidak membutuhkan pelayanan sekaligus doa dari Imam
Besar.
Biasanya,
memang banyak orang demikian; orang yang suka bergantung kepada manusia daging,
orang yang suka mengandalkan kekuatannya, seakan-akan tidak butuh pelayanan
Imam Besar. Hati-hati dengan kesombongan yang terselubung semacam ini; jangan
ada di tengah-tengah kehidupan kita masing-masing, sebab itu tidaklah baik. Dan
kalau kita pernah mengalami dosa semacam ini, minta ampunlah kepada TUHAN dan
berdamailah.
Saya
sebagai kepala rumah tangga, sebagai seorang suami butuh pelayanan seorang Imam
Besar. Isteri juga butuh pelayanan dari seorang Kepala (suami), apalagi anak.
Jangan kita sama seperti Simon Petrus ini; seakan-akan tidak butuh pelayanan
Imam Besar, seakan-akan tidak butuh doa dari Imam Besar.
Kita
butuh pelayanan dan doa dari Imam Besar, tetapi orang yang mengandalkan manusia
daging dan kekuatannya tidak butuh TUHAN Yesus.
Namun,
sekalipun demikian ...
Lukas
22:33-34
(22:34) Tetapi
Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan
berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku."
Sekalipun
Simon Petrus menunjukkan keberadaannya yang seolah-olah setia kepada TUHAN,
dengan berkata: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama
dengan Engkau!”, tetapi Yesus menampik perkataan Simon Petrus itu, dan
Yesus tetap berkata: “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan
berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.”
Saya
kira, yang benar adalah perkataan TUHAN, sebab banyak perkataan manusia yang
ditentukan oleh situasi kondisi keadaan yang ada. Kalau susah, maka ia
menangis. Kalau ia diberkati, maka ia tertawa dan sombong, bahkan tidak peduli
dengan pekerjaan TUHAN.
Tetapi
perkataan TUHAN tidaklah demikian, sebab Ia adalah Allah yang adil; perkataan
TUHAN tidak berubah-ubah, karena kehidupan-Nya pun tidak berubah-ubah. Dahulu,
sekarang, sampai selamanya, Dia tidak pernah berubah. Sekali Dia mengasihi
manusia, tetap untuk selamanya Dia mengasihi. Tetapi manusia tidaklah demikian,
termasuk perkataan (pengakuan) dari Simon Petrus.
Mari
kita buktikan, PERKATAAN SIAPA YANG BENAR? Apakah perkataan Simon Petrus --
pada ayat 33 -- atau perkataan Yesus -- pada ayat 34 --?
Lukas
22:56-60
(22:56) Seorang
hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu
berkata: "Juga orang ini bersama-sama dengan Dia." (22:57)
Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia!"
(22:58) Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu
berkata: "Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus
berkata: "Bukan, aku tidak!" (22:59) Dan kira-kira
sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga
bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea." (22:60)
Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan."
Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.
Singkatnya:
Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Jadi, yang benar adalah
perkataan Yesus.
Sekalipun
dalam Injil Lukas 22:33 dengan pengakuan Simon Petrus yang luar biasa
itu, namun Yesus tetap berkata dalam Injil Lukas 22:34, “hari ini
ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau
mengenal Aku.” Berarti, perkataan Yesus yang benar, perkataan Simon Petrus
tidak benar, karena ternyata Simon Petrus menyangkali Yesus sebanyak tiga kali.
Jadi,
benar, manusia itu hanya ditentukan oleh situasi, kondisi, keadaan yang ada,
sehingga perkataannya pun seperti itu, ditentukan oleh situasi, kondisi,
keadaan yang ada. Saat dia bersama-sama dengan Yesus, dia berkata: “aku
bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau”. Tetapi saat
mengalami pencobaan yang dialami oleh Yesus, perkataannya juga berubah, hati
dan pikirannya juga berubah. Tidak sedikit orang Kristen sama seperti
kekristenan dari pada Simon Petrus; berubah-ubah.
Sekali
lagi saya sampaikan dengan tandas, singkatnya: Simon Petrus tiga kali
menyangkal Yesus.
Penyangkalan
YANG PERTAMA, Simon Petrus berkata: "Bukan, aku tidak kenal
Dia!"
Mengapa
penyangkalan yang pertama ini terjadi? Sebab seorang hamba perempuan berkata
kepada Dia: “Juga orang ini bersama-sama dengan Dia”.
Pendeknya,
penyangkalan yang pertama ialah tidak mengakui kebersamaannya dengan Yesus
selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Simon Petrus meniadakan kebersamaannya dengan
Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Tidak sedikit orang Kristen meniadakan
segala kebaikan dan kemurahan TUHAN, tidak sedikit orang Kristen menolak (tidak
mengakui) bahwa TUHAN yang memelihara, bahwa TUHAN yang menyertai, bahwa TUHAN
yang bersama-sama dengan dia di dalam pekerjaannya.
Tidak
sedikit orang Kristen seperti Simon Petrus ini yang meniadakan kebersamaannya
dengan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Banyak juga orang Kristen yang
seperti ini; meniadakan kebersamaan Yesus, penyertaan Yesus dalam setiap
aktivitasnya, kebersamaan Yesus dalam setiap pekerjaannya, kebersamaan Yesus
dengan dia dalam perkuliahannya, dalam segala perkara dalam hidupnya; semua
ditiadakan.
Andaikata
saudara berbuat sesuatu kepada seseorang, dan saudara senantiasa bersama-sama
dengan dia dalam segala perkara untuk menyertai dia, lalu pada akhirnya orang
itu meniadakan kebersamaan kita kepada dia, tentu betapa sakitnya. Tetapi
justru seringkali kita mempraktekkan kehidupan semacam itu di hadapan TUHAN.
TUHAN selalu bersama-sama di mana pun kita berada, baik dalam perkuliahan,
dalam pekerjaan, dalam aktivitas, dalam kesibukan, dalam segala perkara, tetapi
itu yang ditiadakan oleh Simon Petrus.
Bukankah
terlalu parah kehidupan semacam inis? Oleh sebab itu, hati-hati, jangan suka
mengandalkan kekuatan, tetapi bergantunglah kepada kemurahan hati TUHAN, supaya
tidak terjadi penyangkalan yang pertama semacam ini, yaitu meniadakan
kebersamaannya dengan Yesus dengan dia.
Penyangkalan
YANG KEDUA, Simon Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!"
Mengapa
penyangkalan yang kedua ini terjadi? Sebab ada seorang lain melihat dia dan
berkata: “Engkau juga seorang dari mereka!”
Pendeknya,
penyangkalan yang kedua ini ialah tidak mengakui dirinya bahwasanya dirinya
adalah bagian dari bilangan (hitungan) TUHAN.
Jangan
sampai kita keluar dari bilangan TUHAN. Biarlah kita masuk dalam hitungan
TUHAN. Dihitung oleh TUHAN, berarti; nama kita terdaftar di sorga, sama seperti
domba yang tergembala, maka dia dihitung, namanya terdaftar di sorga.
Penyengkalan
YANG KETIGA: Simon Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau
katakan”
Mengapa
penyangkalan yang ketiga ini terjadi? Sebab orang lain berkata dengan tegas: “Sungguh,
orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.”
Pendeknya,
penyangkalan yang ketiga ini ialah sudah tahu, tetapi pura-pura tidak tahu,
dengan lain kata; sudah tahu, tetapi tidak berubah, sama dengan; bodoh, dungu,
dan bebal. Setiap hari dinasehati, setiap hari diberi pengertian, tetapi tidak
mau juga berubah; sudah tahu yang baik, yang benar, yang suci, yang sempurna,
yang berkenan untuk TUHAN untuk segera dilakukan, tetapi pura-pura tidak tahu,
bukankah ini adalah kebodohan?
Inilah
penyangkalan Simon Petrus yang ketiga, lebih parah lagi dari penyangkalan
pertama dan kedua.
Jadi,
kita menarik suatu kesimpulan ...
Akibat
menyangkal Yesus dan menyangkal salib-Nya ialah:
1.
Tidak merasakan dan tidak mengalami
kebersamaan dengan TUHAN sekalipun sudah diberkati dan dipelihara oleh TUHAN.
Hati-hati, TUHAN itu selalu bersama dengan kita di tempat perkuliahan, di
tempat bekerja, di tempat bisnis, di mana pun kita berada, maka jangan sampai
kita tiadakan kebersamaan dengan TUHAN itu. Hati-hati. TUHAN mau datang, jangan
tiadakan kebersamaan dengan TUHAN itu. Dalam segala waktu dan segala perkara,
TUHAN bersama-sama dengan kita; jangan sampai itu diabaikan. Terlalu konyol
sekali manusia semacam ini yang mengabaikan kebersamaannya dengan TUHAN.
2.
Tidak masuk dalam bilangan TUHAN = nama
tidak terdaftar di Sorga.
3.
Menjadi bodoh, menjadi dungu dan bebal.
Mengapa demikian? Karena sudah tahu yang baik, tahu yang benar, tahu yang suci,
bahkan berkenan untuk dilakukan kepada TUHAN, namun ia tidak lakukan; maka sama
dengan dungu, bodoh dan bebal.
Berlakulah
bijaksana, jangan seperti orang yang bodoh, dungu dan bebal. Saya tambahkan
sedikit, ada kisah mengenai sepasang suami isteri, yaitu Nabal dan Abigail.
Nabal namanya, bebal orangnya, susah sekali diberikan pengertian. Sekali waktu
pada hari pengguntingan bulu domba, para pasukan tentara dari Daud
diperintahkan untuk mendatangi Nabal, lalu memberitahukan segala
kebaikan-kebaikan, memberitahukan segala kemurahan-kemurahan dari TUHAN yang
sudah dialami dan dirasakan oleh Nabal itu sendiri. Dan juga diakui oleh para
gembala-gembala Nabal itu sendiri, bahwa selama Daud berada di gunung Karmel,
semua kawanan domba itu dipelihara oleh TUHAN, semua kawanan domba itu
diberkati oleh TUHAN, bahkan semua perusahaan dari pada Nabal dipelihara oleh
TUHAN. Namun pada saat pasukan tentara dari pada Daud mengunjungi Nabal, Nabal
begitu marah sekali dan dengan tidak ada rasa takut berkata: “Siapakah Daud?
Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang
lari dari tuannya.” Nabal kecilkan Daud yang adalah raja Israel; dia
kecilkan Daud yang adalah kehidupan yang diurapi TUHAN. Jangan usik orang yang
diurapi.
Begitu
pasukan itu kembali kepada Daud lalu memberitahukan apa yang menjadi jawaban
dari pada Nabal, seketika itu juga Daud mengambil keputusan untuk mengambil
pedang lalu akan membunuh semua orang yang ada di Karmel, secara khusus di
perusahaan yang dikelola oleh Nabal, sampai fajar tidak akan dibiarkan satu
orang laki-laki saja pun hidup.
Namun,
dalam perjalanan itu, seorang isteri yang bijaksana, itulah Abigail. Begitu
mendengarkan berita bahwa Daud hendak membunuh Nabal, suaminya itu, dia
langsung membawa korban dan persembahan, membawa dua ratus roti, dua buyung
anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah
kue kismis dan dua ratus kue ara. Begitu bertemu di tengah jalan, Abigail
segera turun dari keretanya, lalu tersungkur di hadapan raja Daud, lalu
berkata: “Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Janganlah
kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti
namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya.” Itulah kehidupan
yang bijaksana.
Kemudian,
masih ada lagi perkataan Abigail yang sangat mengagumkan kita sore hari ini: “ Apabila
TUHAN melakukan kepada tuanku sesuai dengan segala kebaikan yang
difirmankan-Nya kepadamu dan menunjuk engkau menjadi raja atas Israel ... apabila
TUHAN berbuat baik kepada tuanku, ingatlah kepada hambamu ini.” Jelas saja,
setelah Saul mati, tentu posisi raja akan diduduki oleh Daud; pada saat Daud
dalam kedudukannya sebagai raja, Daud teringat perkataan Abigail, Daud teringat
perkataan orang yang bijaksana, Daud teringat segala kerendahan hati dari pada
Abigail.
Karena
pada akhirnya, Nabal itu mati, dan setelah Nabal mati, Daud ingat Abigail, Daud
mengambil Abigail menjadi isterinya di antara isteri-isteri yang lain, tetapi
tentu saja isteri Daud yang pertama adalah Mikhal, anak Saul.
Jadilah
bijaksana, jangan bebal seperti Nabal; sudah diberkati oleh TUHAN,
perusahaannya diberkati oleh TUHAN, penggembalaannya diberkati oleh TUHAN,
namun semuanya itu ditiadakan, bahkan mengecilkan raja besar, bahkan mengusik
yang diurapi oleh TUHAN; ini adalah sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan.
Kembali
saya sampaikan, akibat menyangkal Yesus dan salib-Nya ialah:
1.
Meniadakan kebersamaan yang dialami dengan
TUHAN.
2.
Tidak masuk dalam bilangan TUHAN. Ini
adalah hal yang merugikan, sebab kalau tidak masuk dalam bilangan TUHAN, maka
menjadi bilangan antikris suatu saat nanti.
3.
Menjadi bodoh, dungu dan bebal, seperti
Nabal namanya.
Pertanyaannya:
Mengapa Simon Petrus tidak mengalami keubahan; mengapa Simon Petrus masih
bergantung kepada manusia dan kekuatannya, walaupun ia telah mengikuti TUHAN
Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun?
Jawabannya
akan kita temukan dalam Injil Lukas 22:24.
Lukas
22:24
(22:24)
Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah
yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
Murid-murid,
termasuk Simon Petrus sendiri, berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar.
Berarti, menganggap dirinya masing-masing lebih besar, orang lain lebih kecil.
Banyak
anak TUHAN semacam ini; bukan saja anak TUHAN, tetapi juga banyak hamba TUHAN
semacam ini. Oleh sebab itu, bantu doa supaya kita masing-masing berlomba-lomba
saling merendahkan diri satu dengan yang lain, karena pada dasarnya manusia
memang seperti itu; menganggap dirinya lebih besar dan orang lain lebih kecil;
itulah penyebabnya. Mari kita berlomba-lomba untuk saling merendahkan diri.
Lukas
22:25-26
(22:25) Yesus
berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat
mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut
pelindung-pelindung. (22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang
terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda
dan pemimpin sebagai pelayan.
Melihat
situasi kondisi yang ada, melihat murid-murid saling membesarkan dirinya
masing-masing, menganggap dirinya lebih besar dan yang lain lebih kecil, maka
mau tidak mau TUHAN angkat bicara dan berkata tentang dua jenis kepemimpinan:
YANG
PERTAMA: Pemimpin menurut ukuran dunia.
1.
Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat
mereka.
2.
Orang-orang yang menjalankan kuasa atas
mereka disebut pelindung-pelindung.
Tetapi
belum tentu pejabat tinggi melindungi rakyatnya, tetapi itulah kepemimpinan
menurut pandangan duniawi. Tetapi di dalam TUHAN tidaklah demikian, oleh sebab
itu, TUHAN ajarkan lagi kepada murid-murid soal kepemimpinan jenis yang kedua
di dalam TUHAN.
YANG
KEDUA: Pemimpin di dalam TUHAN.
1.
Yang terbesar hendaklah menjadi yang
paling muda.
Muda, artinya; minim pengalaman. Biasanya, kalau seseorang menyadari dirinya
minim pengalaman, pasti ia banyak belajar. Berbeda dengan orang yang merasa
senior dan banyak pengalaman, ia tidak butuh diajar.
Maka,
pemimpin di dalam TUHAN ialah yang terbesar hendaklah menjadi yang paling muda.
Muda, artinya; minin pengalaman, berarti; senantiasa rindu untuk diajar dan mau
belajar.
2.
Pemimpin sebagai pelayan. Pelayan,
berarti; melayani, bukan dilayani. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk
dilayani, tetapi untuk melayani, puncaknya adalah menyerahkan nyawa-Nya sebagai
tebusan kepada orang yang terjual kepada maut -- yang terjual kepada maut itu
ditebus kembali, dibeli lagi --.
Setelah
TUHAN memberi pengertian semacam ini, dan menjelaskan soal kepemimpinan ini,
mana yang harus kita pilih? Sebagaimana murid-murid juga harus memilih. TUHAN
itu bukan TUHAN yang otoriter; TUHAN menjelaskan dan menyatakan kemurahan-Nya,
tergantung kita ikut atau tidak. Kalau kita sudah tahu yang baik, maka ikuti
yang baik; jangan keraskan hati.
Lukas
22:27
(22:27) Sebab
siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani?
Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai
pelayan.
Yesus
memberi contoh: siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani?
Kalau menurut ukuran dunia, tentu saja dia yang duduk makan, tetapi kalau
di dalam TUHAN yang lebih besar adalah seperti contoh yang diberikan oleh
Yesus, yaitu Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Dengan
demikian, kita dapat mengambil kesimpulan: Yesus adalah pemimpin yang terbesar
dalam sepanjang sejarah, sebab Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dunia.
Inilah
pemimpin yang sejati, yaitu pemimpin sebagai pelayan. Pelayan, berarti;
melayani, bukan untuk dilayani.
Sejenak
kita melihat Matius 20.
Matius
20:25
(20:25) Tetapi
Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Ini
adalah jenis kepemimpinan pertama menurut ukuran dunia, justru cenderung
otoriter dan kekerasan. Di dalam kepemimpinan dalam dunia itu terlihat keakuan
yang tinggi sekali, ego yang tinggi sekali; memimpin tetapi tidak memperhatikan
orang yang dipimpin. Seharusnya, pemimpin yang sejati adalah pemimpin sebagai
pelayan, tetapi di dalam dunia tidaklah demikian.
Kemudian,
mari kita lihat kepemimpinan yang kedua pada ayat 26.
Matius
20:26
(20:26) Tidaklah
demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu,
Tetapi
kepemimpinan di dalam TUHAN: Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Siapa
yang rindu untuk menjadi kehidupan (pribadi) yang besar? Layani TUHAN dengan
sungguh-sungguh, maka TUHAN yang membuat kita menjadi besar. Tidak usah ragu
dalam hal melayani TUHAN, tidak usah ragu dalam hal berkorban, sebab TUHAN
nanti yang akan membuat kita besar, termasuk segala sesuatu yang terkait di
dalam diri kita, entah itu pendidikan kita, entah itu perusahaan yang kita
punya, entah itu kesibukan yang kita punya, semua menjadi besar.
Matius
20:26
(20:27) dan
barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi
hambamu;
Kemudian,
di sini juga dikatakan: “barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hambamu.”
Siapa
yang ingin menjadi terkemuka, terkenal, cendekiawan? Maka, hendaklah
menjadi hamba.
Soal
HAMBA, kita akan mempelajari dalam Injil Lukas 17.
Lukas
17:7-10
(17:7)
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau
menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang
dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan
berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan
layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh
makan dan minum. (17:9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba
itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (17:10)
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu
yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba
yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Seorang
hamba di dalam hal melakukan tugasnya di hadapan TUHAN, dalam ucapannya di
hadapan TUHAN adalah:
YANG
PERTAMA: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna”
Seorang
hamba tidak boleh bermegah sekalipun memiliki kelebihan di dalam hal-hal yang
rohani seperti Rasul Paulus; ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari
sorga, disebut juga Firdaus, di situ dia mendapat dan menerima dua perkara,
yaitu;
1.
Menerima penglihatan-penglihatan.
2.
Mendapatkan penyataan-penyataan
dari TUHAN yang heran.
Namun,
seorang hamba tetap berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna”
YANG
KEDUA: “kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan”
Berarti,
tidak mengharapkan pamrih, tidak mengharapkan ucapan terima kasih dari tuannya,
sebab seorang hamba melakukan apa yang harus dia lakukan. Jadi, tidak menunggu
ucapan “terima kasih.”
Mengapa
harus menghambakan diri di hadapan TUHAN? Supaya pribadi kita lepas pribadi
menjadi kehidupan yang cendekiawan, supaya pribadi lepas pribadi menjadi suatu
kehidupan yang terkemuka, bukan yang terbelakang.
Berbeda
dengan orang cacat mental; biar dia kaya, tetapi kalau tidak bermoral, maka ia
terbelakang. Oleh sebab itu, jadilah pribadi yang terkemuka, supaya kita semua
menjadi pribadi-pribadi yang terkemuka dan cendekiawan. Belajar dari firman,
jangan belajar dari pengertian manusia, sebab pengertian manusia tidak sempurna
untuk mendapatkan keselamatan dari sorga, pengertian manusia belum cukup untuk
menyenangkan hati TUHAN ketika kita datang di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan.
Tetapi
biarlah kita menerima pengertian dari sorga supaya kita dapat menyenangkan hati
TUHAN ketika kita datang di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kepada TUHAN.
Matius
20:26-28
(20:26) Tidaklah
demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, (20:27) dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (20:28) sama
seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang."
“Anak
Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Maka, dapatlah
kita mengambil kesimpulan: Yesus adalah pemimpin yang terbesar dalam sepanjang
sejarah; Dialah pemimpin yang sejati.
Barangkali
saudara bukan pengusaha, barangkali saudara bukan pemimpin di suatu perusahaan,
tetapi jadilah kepala, bukan ekor, lebih lagi kalau saudara seorang pemimpin di
dalam sebuah perusahaan; belajar dari Firman TUHAN.
Untuk
menjadi yang terbesar, perhatikanlah firman yang sudah kita terima; untuk
menjadi yang terkemuka, juga perhatikan pengertian yang sudah kita terima dari
TUHAN malam ini. Saya rindu supaya kita semua menjadi pribadi-pribadi yang
terbesar, walaupun kita tidak mempunyai apa-apa, dan jadilah pribadi-pribadi
yang terkemuka.
Berbeda;
biar kaya, tetapi kalau cacat mental (tidak bermoral), maka terbelakang. Yang
TUHAN mau adalah supaya kita semua terkemuka.
Oleh
sebab itu, supaya kita keluar dari pada kegagalan Simon Petrus ini, maka tentu
saja kita belajar untuk melihat JALAN KELUARNYA.
Lukas
22:31
(22:31) Simon,
Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum,
Di
sini kita melihat: Iblis menuntut untuk menampi Simon Petrus seperti gandum.
“Menampi”,
berarti; pemisahan. Sewaktu saya tinggal di kampung, ada tampi, dalam bahasa
batak anduri.
Sekali
lagi saya sampaikan: “Menampi”, artinya; pemisahan atau penyucian dari
tabiat-tabiat lama, sehingga menjadi seperti gandum. Jadilah gandum, namun
terlebih dahulu ditampi, mengalami pemisahan, penyucian dari tabiat lama.
Tabiat lama dari pada Simon Petrus adalah mengandalkan manusia daging,
bergantung kepada kekuatannya, dan ternyata resikonya banyak sekali, bahkan ia
menyangkal Yesus sebanyak tiga kali;
1.
Meniadakan kebersamaan (penyertaan) Yesus.
2.
Nama tidak terdaftar dalam Kerajaan Sorga.
3.
Bebal, dungu, bodoh.
Jadi,
banyak kerugian di dalam penyangkalan terhadap salib Kristus.
Mengapa
bisa terjadi begitu? Karena Simon Petrus mengandalkan kekuatannya dan
bergantung kepada manusia daging, tidak bergantung pada kemurahan hati TUHAN.
Oleh sebab itu, biarlah kita mengalami penampian, berarti; dipisahkan,
disucikan dari tabiat-tabiat lama, terkhusus mengandalkan manusia daging dan
kekuatannya untuk dijadikan seperti gandum.
Yohanes
12:24
(12:24) Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam
tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan banyak buah.
Biarlah
kita semua menjadi benih gandum. Tetapi untuk menjadi benih gandum yang tumbuh
dan berbuah, terlebih dahulu benih itu jatuh ke dalam tanah dan selanjutnya
mati.
Jadi,
YANG PERTAMA-TAMA adalah “jatuh ke dalam tanah”, ini berbicara
tentang kerendahan hati; itu lebih dulu. Jadilah kehidupan yang rendah hati,
dan biasanya selalu diikuti dengan kelemahlembutan. Jadilah pribadi yang rendah
hati; jadilah pribadi yang lemah lembut. Semakin hari semakin rendah hati;
semakin hari semakin lemah lembut, bukan semakin keras hati dan sombong.
Matius
11:29
(11:29) Pikullah kuk
yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah
hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Tanda
orang yang lemah lembut dan rendah hati ialah mau bertanggung jawab memikul
tanggung jawab (tugas-tugas) yang dipercayakan oleh TUHAN di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan. Walaupun sakit, tetapi tetap bertanggung jawab, itulah
orang yang rendah hati dan lemah lembut.
Yesus
adalah pribadi yang lemah lembut dan rendah hati; Dia mau bertanggung jawab
untuk dosa kita semua, dan Dia sudah memikulnya di atas kayu salib.
Dimulai
dengan bertanggung jawab atas keselamatan jiwa sendiri, bertanggung jawab
dengan berkat-berkat yang TUHAN berikan. Tidak semua orang bisa bertanggung
jawab ketika dia diberkati, mengapa saya katakan seperti itu? Ketika seseorang
miskin, ia bisa menangis, tetapi ketika seseorang sudah diberkati dengan uang
(berkat) yang limpah, maka ia bisa sombong; oleh sebab itu, jadilah orang yang
bertanggung jawab. Tanggung jawab terhadap berkat TUHAN, jangan semberono
mengeluarkan uang, jangan semberono mengeluarkan berkat-berkat TUHAN, jangan
semberono memakai berkat-berkat TUHAN; gunakan pada tempatnya.
Itulah
orang yang rendah hati dan lemah lembut; ia bertanggung jawab, dimulai dengan
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terkait dengan jiwa masing-masing,
sesudah itu tanggung jawabnya akan semakin besar; misalnya jika ia seorang
suami, maka ia akan bertanggung jawab terhadap isterinya, bertanggung jawab
terhadap keluarganya, dan sebaliknya isteri terhadap suami.
Dan
saya juga bertanggung jawab terhadap keselamatan jiwa sidang jemaat. Saya harus
tetap memikul salib, tidak boleh enak-enak saja menerima persembahan
persepuluhan, menerima ini dan itu; tidak boleh, tetapi harus juga memikul
salibnya.
Untuk
yang kesekian kali saya sampaikan: untuk mendapatkan pembukaan Firman TUHAN,
saya harus berlutut di kaki salib berjam-jam, tidak cukup satu dua jam,
melainkan berjam-jam, barulah membaca sampai larut malam, bahkan sampai pagi.
Ini adalah tanggung jawab saya. Jadi, saya harus bertanggung jawab kepada dirinya
saya, sekiranya sudah mampu, lalu bertanggung jawab kepada seluruh sidang
jemaat.
Kalau
saya liar dan salah dalam menggunakan berkat yang ada, itu bukan orang yang
bertanggung jawab; biarlah kita semua ditanamkan di dalam Bait Allah. Jangan
liar.
Selain
rendah hati, selanjutnya YANG KEDUA adalah “mati.”
Mati,
berarti; daging tidak bersuara, atau istilah lain; tidak lagi hidup menurut
hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. Jika sudah mati terhadap
dosa, maka nanti hidup dalam kebenaran bagi Allah.
Soal
“mati” ini, kita belajar dari apa yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya.
Yesaya
53:7
(53:7) Dia dianiaya,
tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di
depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
“Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya.” Di dalam
menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, mulut tetap tertutup;
tidak bersungut-sungut, tidak menggerutu, tidak ngomel walaupun menderita.
Walaupun sakit namun tidak bersungut-sungut; walaupun menderita karena salib
namun tidak bersungut-sungut, tidak ngomel, tidak menggerutu.
Ada
lagi di antara kita yang saya tidak habis pikir, di mana dia mempersalahkan
soal sepersepuluh. Padahal dia sudah bertahun-tahun digembalakan di tempat ini,
tetapi masih tidak mengerti soal sepersepuluh, ngomel, bersungut-sungut soal
sepersepuluh, dan anehnya lagi dia berkata: “Di mana uang Natal? Di mana
uang itu semua?” Dia tidak pernah berkorban, tetapi dia tanyakan soal uang;
dia tidak sepersepuluh, tetapi dia tanyakan uang; bukankah lucu orang yang
seperti itu?
Kalau
menanggung penderitaan, mulut harus tertutup; itu artinya mati. Tidak ada orang
mati, ketika ditendang, dia ngamuk dan berdiri, lalu berkata: “Ayo, pukul
saya, maka saya balas dengan pencak silat”. Tidak ada orang mati yang
seperti itu. Tetapi yang benar adalah biar dimaki, tetapi mulut tetap berdiam;
itu mati.
Soal
pengalaman kematian Yesus ini digambarkan dengan dua hal:
1.
Seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian.
Yesus adalah Anak Domba Allah, Dia telah dibantai di atas kayu salib; tetapi
dengan pembantaian ini, kita boleh menikmati potongan-potongan roti itu. Itu
sebabnya Yesus berkata: “Aku adalah roti hidup”.
2.
Seperti induk domba yang kelu di depan
orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Ingat; sekalipun dosa itu merah seperti kain kirmizi akan menjadi putih seperti
bulu domba, itulah kasih Allah yang sempurna, yang mampu menutupi dosa-dosa
manusia. Tetapi kalau sesorang ngomel, tidak mungkin dosa tertutupi; kalau dia
ngomel, tidak mungkin dosa diampuni.
Jadi,
kalau Simon Petrus didakwa oleh Iblis atau Setan, dituduh dan dituntut untuk
dihakimi, itu adalah seizin TUHAN, supaya Simon Petrus menjadi benih gandum.
Kalau benih itu tidak jatuh dalam tanah, kalau benih itu tidak mati, maka tidak
tumbuh dan tidak berbuah-buah. Maka, saya tidak habis pikir dengan pribadi yang
tidak suka memberi persembahan, tetapi ngomel. Bagaimana kehidupan yang
semacam ini bisa melayani TUHAN?
Seharusnya,
kalau pun mengalami ujian, kalau pun mengalami cobaan, didakwa oleh Iblis atau
Satan atas seizin TUHAN, hal itu diizinkan terjadi, dialami oleh Simon Petrus,
supaya dia menjadi benih gandum. Jadilah benih-benih gandum. Kalau tidak, maka
tidak akan bisa tumbuh, apalagi berbuah, itu tidak akan mungkin.
Ingat:
Simon Petrus diizinkan TUHAN untuk mengalami penampian lewat ujian yang begitu
berat, tetapi itu terjadi supaya ada pemisahan, supaya ada penyucian terhadap
dosa, teramat lebih manusia daging, manusia lamanya.
Jangan
lagi daging bersuara, supaya benih gandum itu apabila jatuh ke tanah
(rendah hati), kemudian mati (daging tidak bersuara, tidak hidup menurut
hawa nafsu daging), maka ia akan bertumbuh, tinggal nantikan buah-buah yang
manis, nantikan buah-bauh yang begitu nikmatnya dari TUHAN. Terlebih dulu alami
perkara-perkara kerendahan hati dan alami dulu perkara pengalaman kematian,
maka dia akan tumbuh, dan tinggal tunggu waktu untuk menikmati buah-buah yang
manis dari TUHAN; berkat-berkat jasmani dan rohani akan TUHAN nyatakan.
Saya
tahu di antara kita banyak mengalami ujian. Dan kalau kita sadari, sebetulnya
itu merupakan penampian. Jangan kita bersungut-sungut lagi, jangan ngomel
dan jangan menggerutu, padahal ia tidak tahu apa yang ia perbuat. Orang ngomel
itu tidak tahu apa-apa, tetapi berdiam diri manakala menghadapi penampian
adalah orang yang bijaksana, karena dia tahu akan hari depan, di mana TUHAN akan
limpahkan dengan buah-buah akan yang dinikmati.
Sekarang
kita akan melihat; CIRI-CIRI benih gandum yang sudah mati.
1
Korintus 15:37
(15:37) Dan yang
engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang
tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.
Ciri-ciri
menjadi benih gandum yang akan tumbuh dan berbuah adalah biji yang tidak
berkulit.
Kalau
masih segar, kulit-kulitnya masih di situ, itu bukanlah benih. Tetapi benih
yang akan tumbuh dan berbuah adalah biji yang tidak lagi berkulit. Itulah
ciri-ciri benih gandum; tidak berkulit.
Biarlah
kita semua dengan rela hati dikuliti. Dan ketika dikuliti, daging rasanya
terlihat sakit, dan ia akan mengeluarkan darah dan air. Tidak ada sesuatu yang
dikuliti tanpa mengeluarkan darah dan air. Darah dan air, itu merupakan tanda
kelahiran baru. Biarlah kita semua dikuliti. Arti rohani “dikuliti” adalah dia
yang benar dijadikan dosa.
Kiranya
kita semua mengerti akan Firman TUHAN yang disampaikan malam hari ini; jangan
sampai kita mendengar, tetapi tidak mengerti. Apa buktinya tidak mengerti?
Kembali ke tabiat lama, kembali lagi bersungut-sungut, daging kembali bersuara.
Hati-hati, jangan sampai mendengar tetapi tidak mengerti; mendengar harus
sampai mengerti.
2
Korintus 5:21
(5:21) Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya
dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Singkatnya:
Yesus rela dikuliti, itulah kasih Allah yang menutupi dosa kita.
Dari
sejak semula, pertama kali Yesus dikuliti adalah ketika Adam dan Hawa jatuh
dalam dosa karena pelanggarannya terhadap hukum Allah, maka TUHAN menyembelih
anak domba, lalu mengambil kulitnya untuk dijadikan pakaian bagi Adam dan Hawa.
Ketika
pakaian yang pertama untuk menutupi dosa tidaklah layak, karena mereka
mengambil daun pohon ara, lalu menutupi dosa dan dijadikan cawat. Tetapi sampai
berapa lama daun pohon ara dapat bertahan? Cepat lambat akan rapuh, maka
kelihatan kembali dosa dan ketelanjangan itu.
Oleh
sebab itu, mau tidak mau, untuk pertama kali peristiwa dikuliti terjadi di
taman Eden; anak domba disembelih, dikuliti untuk dijadikan pakaian untuk
menutupi dosa ketelanjangan Adam dan Hawa. Dikuliti berarti; yang benar
dijadikan dosa supaya dosa orang lain ditutupi. Itulah ciri-ciri benih.
Saya
berharap, setiap pribadi menjadi benih, sebab kalau setiap pribadi menjadi
benih, maka berapa banyak buah yang dapat dihasilkan? Berapa buah yang akan
dihasilkan kalau kita semua menjadi benih? Tetapi persoalannya, pikiran masih
cetek, pikiran masih dangkal, pikiran masih ngawur, pikiran masih keliru, tidak
mau menerima pengertian dan perasaan yang terdapat dalam pikiran Yesus,
akhirnya dalam pengikutannya tidak mendapat apa-apa selain hanya menggerutu, ngomel,
menggerutu, ngomel.
Camkan
itu; kalau semua menjadi benih, maka berapa banyak buah yang akan dihasilkan?
Tetapi ingat; mati dulu. Jatuh dulu ke tanah, baru mati, dan ciri-cirinya
adalah rela dikuliti.
Memang
benih tidak berkulit. Umpamanya mangga; kalau berkulit masih manis, itu belum
bisa disebut benih. Benih itu tidak berkulit.
2
Korintus 5:17
(5:17) Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Inilah
pengalaman kematian Yesus tadi, di mana akhirnya tiga hari kemudian Dia
bangkit. Mati, tumbuh dan berbuah; menjadi ciptaan baru.
Namun
tidak berhenti sampai ciptaan baru, lihat ayat 18-20.
2
Korintus 5:18-20
(5:18) Dan
semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita
dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada
kami. (5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus
dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita
pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan
Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam
nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
Selain
menjadi ciptaan baru, juga menjadi alat pendamaian. Utusan-utusan TUHAN,
pelayan-pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN, teramat lebih pemimpin sidang jemaat
harus menjadi alat TUHAN, yaitu alat pendamaian. Di mana pun kita diutus harus
menjadi alat pendamaian; memperdamaikan dosa orang lain; inilah buah itu.
Bukan
saja hanya sekedar ciptaan baru, tetapi menjadi hamba TUHAN, mejadi alat
kemuliaan TUHAN dalam mendamaikan dosa orang lain; inilah buah itu. Kita
damaikan yang satu, di mana pun kita berada. Kita damaikan lagi, di mana pun
komunitas kita. Maka, berapa banyak buah yang akan dihasilkan nanti? Tetapi jangan
lewati pengalaman rendah hati dan pengalaman kematian, dengan ciri-cirinya rela
dikuliti. Dan kalau kita ditelanjangi (dikuliti) -- itu sama dengan difitnah
--, terima saja, karena itu adalah ciri-cirinya.
Nanti
lihat, selain menjadi ciptaan baru, selanjutnya adalah menjadi alat TUHAN,
yaitu alat pendamaian. Di mana pun kita diutus, kita memperdamaikan dosa orang
lain; di mana pun kita berada, kita memperdamaikan dosa orang lain; di mana pun
kita berada, kita memperdamaikan orang lain, maka berapa banyak buah yang akan
dihasilkan itu?
Camkanlah
hal ini dengan baik; dewasalah. Jangan ngomel-ngomel tidak tahu apa yang
kita omeli. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment