IBADAH
DOA PENYEMBAHAN, 15 SEPTEMBER 2020
KITAB
KOLOSE
(Seri:
113)
Subtema:
SALING MELENGKAPI DALAM PELAYANAN
Shalom.
Kita
mengucap syukur kepada TUHAN; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya yang sudah
memungkinkan kita untuk berada di tengah-tengah hadirat TUHAN lewat Ibadah Doa
Penyembahan.
Tidak
lupa saya menyapa anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN, yang sedang mengikuti
pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook di mana pun anda berada; salam persekutuan, salam dalam kasih TUHAN
Yesus Kristus.
Biarlah
kiranya TUHAN melawat kita malam ini untuk memperbaharui segala sesuatu dan
malam ini kita akan menantikan pembukaan firman untuk membawa kehidupan kita
rendah di bawah kaki salib dan tersungkur di hadapan takhta TUHAN, sujud
menyembah Allah yang hidup, sampai nanti penyembahan di bumi ini sederajat
dengan penyembahan dari 4 (empat) makhluk dan 24 (dua puluh empat) tua-tua, di
mana masing-masing mereka memegang satu cawan berisi penuh dengan kemenanyan,
sehingga itulah yang disebut dengan penyembahan yang sederajat dengan
penyembahan di sorga. Sekalipun kita berada di bumi, beribadah di bumi, tetapi
suasana sorga bisa kita alami lewat ibadah-ibadah sebagai sarana untuk
menikmati suasana sorga.
Segera
saja kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari
surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose
3:19
(3:19) Hai suami-suami,
kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hal ini
merupakan pernyataan Allah yang ditujukan langsung kepada suami-suami, supaya
setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Nasihat
firman ini mau tidak mau harus diterima oleh seorang suami dengan segala
kerendahan hatinya, mesikipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin dalam
hubungan nikah dan rumah tangganya; dia harus menerima nasihat firman ini
dengan rendah hati.
Kemudian,
seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita temukan dari surat
yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus 5:25-29.
Efesus
5:25-29
(5:25) Hai suami,
kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia
menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya
dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang
tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan
tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya
sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya
sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri,
tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
Suami-suami
di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan -- atau dibagi -- sebanyak dua
kali, yakni:
1.
Ayat 25-27.
2.
Ayat 28-29.
Hal
yang pertama, yaitu ayat 25-27, telah disampaikan untuk beberapa seri; tentu
saja kita sudah diberkati oleh TUHAN, bukan?
HAL
YANG KEDUA, yaitu ayat 28-29, di situ dikatakan: “Suami harus
mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri” Berarti, siapa yang
mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri. Mengapa demikian?
Efesus
5:31
(5:31) Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Laki-laki,
calon suami, akan meninggalkan ayah dan ibunya. Siapa di sini pemuda-pemuda
yang ingin (rindu) menjadi suami? Jika rindu menjadi suami, maka tinggalkan
segala sesuatu; jangan terikat dengan perkara daging, termasuk daging orang
tua.
Sekali
lagi saya tandaskan; tinggalkan segala sesuatunya, tinggalkan tabiat
orang tua, jangan terikat lagi, supaya ada kesatuan. Kalau belum terpisah dari
tabiat daging, maka kelak tidak akan bisa menyatu dengan kasih mempelai.
Jadi,
mengapa “suami mengasihi isteri = mengasihi dirinya sendiri” ? Sebab antara
suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota;
dipersatukan oleh salib di Golgota. Hal ini sudah disampaikan dalam beberapa
seri.
Praktek
suami di dalam hal mengasihi isterinya.
Efesus
5:29
(5:29) Sebab
tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya,
sama seperti Kristus terhadap jemaat,
“
... Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan
merawatinya ...”
Singkatnya,
praktek mengasihi isterinya ada dua, yaitu:
1.
Mengasuh.
2.
Merawati.
Terkait
dengan MENGASUH dan MERAWATI, kita lihat lebih rinci di dalam 1 Tesalonika 2.
1
Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi
kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan
merawati anaknya.
Rasul
Paulus berkata kepada sidang jemaat di Tesalonika: “Tetapi kami berlaku
ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.”
Di sini kita melihat; Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat di
Tesalonika sama seperti seorang ibu. Seorang ibu harus ramah terhadap anaknya.
Ibu
à Gembala Sidang.
Sementara tugas dari seorang gembala sidang ialah:
1.Mengasuh sidang jemaat
sebagai anak rohaninya.
2.Merawati sidang jemaat
sebagai anak rohaninya.
Saya
ini adalah hamba TUHAN, tetapi sekarang saya sudah menerima jabatan gembala
sidang, pemimpin sidang jemaat -- itulah gambaran seorang ibu -- yang harus
berlaku ramah terhadap sidang jemaat sebagai anak-anak rohani, buktinya; sidang
jemaat harus diasuh dan dirawati, sebab itu adalah tugas gembala sidang, dan
itulah yang dituntut oleh TUHAN dari seorang gembala sidang. Dan saya belajar
dalam hal itu; doakan terus, supaya tetap belajar dan terus belajar sampai
TUHAN datang, dan kita boleh mengalami pemeliharaan dari TUHAN.
1
Tesalonika 2:8
(2:8)
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja
rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri
dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
Demikianlah
Rasul Paulus dalam kasih sayang yang besar, ia rela;
1.Membagi Injil Allah kepada sidang jemaat.
2. Membagi hidupnya sendiri kepada sidang
jemaat.
Berbahagialah
sidang jemaat, sebagai anak-anak rohani, kalau hamba TUHAN atau gembala sidang
(pemimpin sidang jemaat) memiliki karakter sama seperti karakter dari Rasul
Paulus di dalam hal melayani sidang jemaat TUHAN.
1
Tesalonika 2:9
(2:9) Sebab kamu
masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah
kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban
bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada
kamu.
Rasul
Paulus mengingatkan kembali segala jerih payahnya, segala usahanya, supaya
jemaat di Tesalonika jangan lupa dengan segala pengorbanan dari hamba TUHAN,
segala perjuangan dari gembala sidang; maka, harus diingatkan. Rasul Paulus
mengingatkannya dan tentu saja jemaat di Tesalonika tidak boleh lupa dengan
segala jerih payah, jerih lelah dan segala usaha-usaha yang telah dikerjakan
oleh Rasul Paulus terhadap sidang jemaat, dan kita belajar untuk menghargai
korban Kristus.
Intinya:
Sidang jemaat di Tesalonika ingat dengan jelas dan mengetahui segala perkara
itu. Maksudnya; ingat dengan jelas segala pengorbanan Rasul Paulus.
Singkatnya,
dari ayat 8-9, terbuktilah bahwa; Rasul Paulus benar-benar melayani
pekerjaan TUHAN dengan kerelaannya.
Terkait
dengan KERELAAN ini, kita lanjut memperhatikan di dalam 1 Korintus 4.
1
Korintus 4:12-13
(4:12) kami
melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami
memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; (4:13) kalau kami difitnah,
kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah
dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat
ini.
Perikop
ayat ini adalah “Rendahkanlah dirimu”. Apakah kita semua mau merendahkan diri?
Rasul
Paulus melakukan pekerjaan tangan yang begitu berat, yakni di dalam hal membagi
Injil dengan segala kerelaan, dengan bukti:
1.
Ketika dimaki, ia memberkati.
2.
Ketika dianiaya, ia tetap sabar.
3.
Ketika difitnah, ia tetap menjawab
dengan ramah.
Bantu
doa ya, supaya kita memiliki sikap seperti yang dimiliki Rasul Paulus,
teramat lebih saya juga merindu supaya hidup rohani kita tergembala,
terpelihara dengan baik dan terbangun di hadapan TUHAN.
Jadi,
pekerjaan dari seorang hamba TUHAN yang menerima jabatan gembala sidang itu
tidaklah ringan. Di hari-hari ini saya semakin merenungkannya: “TUHAN, badan
(raga) ini terlalu capek, TUHAN, Engkau tahu, tetapi saya harus melakukannya”.
Setiap hari ... -- saya tidak perlu menyebutkannya --, tetapi saya selalu
berkata: “TUHAN, kuatkan saya. Kuatkan saya. Kuatkan saya, supaya
domba-domba yang TUHAN percayakan ini betul-betul berada dalam pemeliharaan
TUHAN, berada dalam perlindungan TUHAN.”
Singkatnya:
Rasul Paulus telah menjadi sama dengan sampah dunia, bahkan sama dengan kotoran
dari segala sesuatu. Inilah kerelaannya di dalam hal membagi Injil kepada
sidang jemaat yang dia layani; dia rela membagi hidupnya sampai akhirnya
menjadi sama dengan sampah yang hina, sampah dunia, menjadi sama dengan kotoran
dari segala sesuatu. Demikianlah perjuangan Rasul Paulus di dalam mengasuh dan
merawati sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN.
1
Korintus 4:14
(4:14) Hal ini
kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai
anak-anakku yang kukasihi.
Ia
memberitahukan semua hal itu di dalam tulisannya kepada sidang jemaat di
Korintus karena Rasul Paulus betul-betul memperhatikan sidang jemaat di
Korintus sebagai anak-anak rohaninya. Kalau saya juga memberitahukan bagaimana
saya menantikan pembukaan firman di kaki salib TUHAN dua, tiga bahkan sampai
empat jam, maka saudara juga harus mengerti.
Tujuannya
adalah supaya sidang jemaat menjadi rendah hati; sesuai dengan judul (perikop)
yang ada, yaitu “Rendahkanlah dirimu”. Jangan kita tidak mau tahu dengan korban
Kristus, dengan segala pengorbanan TUHAN yang sudah mengasuh dan merawati hidup
kita. Jangan setelah kita diberkati lalu lupa dengan segala korban TUHAN.
Kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Pendeknya:
Rasul Paulus berjuang di dalam hal mengasuh dan merawati sidang jemaat di
Korintus. Tujuannya adalah supaya sidang jemaat di Korintus tetap dalam keadaan
merendahkan dirinya masing-masing di hadapan TUHAN.
Jadi,
kalau ia menceritakan jerih lelah perjuangannya, ia rela dihina, bahkan rela
menjadi sampah dan segala kotoran, itu bukanlah untuk mempermalukan sidang
jemaat di Korintus, tidak. Pengalaman itu dia tuliskan, dia ceritakan lewat
tulisan yang dia layangkan kepada jemaat di Korintus, adalah supaya jemaat di
Korintus tahu untuk merendahkan dirinya masing-masing di hadapan TUHAN; itu
saja, tidak ada maksud yang lain. Dan kita belajar dari apa yang sudah kita
terima malam ini tentunya.
Sekarang,
kita akan mundur memperhatikan ayat 6-7.
1
Korintus 4:6-7
(4:6)
Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos,
karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan:
"Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada
di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang
satu dari pada yang lain. (4:7) Sebab siapakah yang menganggap engkau
begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?
Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri,
seolah-olah engkau tidak menerimanya?
“Saudara-saudara
...” Sidang jemaat yang saya kasihi di dalam Kristus Yesus, bapak/ibu yang
saya kasihi, baik juga para pemirsa yang sedang mengikuti pemberitaan Firman
TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook yang saya
kasihi di mana pun anda berada, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,
perhatikanlah pemberitaan Firman TUHAN malam hari ini.
Contoh
kerendahan hati dari teladan Rasul Paulus dan Apolos, maka sidang jemaat di
Korintus ini harus mengerti arti ungkapan: “Jangan melampaui yang ada
tertulis”. Artinya, berpadananlah, sesuaikanlah hidup ini sesuai dengan
Firman TUHAN yang tertulis di dalam Kitab Suci; jangan sampai melebihi Firman
TUHAN. Tujuannya ialah supaya jangan menyombongkan atau meninggikan dirinya
dengan jalan mengutamakan yang satu untuk menyingkirkan atau melawan orang
lain.
Jangan
mencari masa, jangan bersekutu dengan seseorang, tetapi dengan tujuan untuk
memusuhi orang lain; jangan, tidak boleh. Itu sebabnya di sini dikatakan: “ ...
Supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan
mengutamakan yang satu dari pada yang lain -- mengutamakan seseorang tetapi
untuk menyingkirkan (melawan) orang lain --”. Pendeknya; jangan kita mencari
teman untuk melawan dan memusuhi orang lain. Hati-hati, jangan seperti bani
Korah.
1
Korintus 3:3-4
(3:3) Karena
kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan
bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup
secara manusiawi? (3:4) Karena jika yang seorang berkata: "Aku
dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari
golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia
duniawi yang bukan rohani?
Mengutamakan
kelompoknya dengan cara mencari masa sebanyak-banyaknya untuk melawan atau
bersaing dengan kelompok lain, itu merupakan sinyal iri hati, sinyal
perselisihan, yang menunjukkan bahwa ia adalah manusia duniawi yang hidup
secara manusiawi, sama dengan tidak rohani.
Jadi,
kalau masih ada iri hati, diawali dengan mencari masa untuk kelompoknya tetapi
tujuannya untuk menyombongkan diri, untuk melawan musuh (melawan orang lain),
itu adalah sinyal iri hati, sinyal atau tanda bahwa dia penuh dengan
perselisihan, yang menunjukkan bahwa dia adalah manusia duniawi hidup secara
manusiawi, tidak rohani.
Manusia
duniawi hidup secara manusiawi, berarti hidup dengan kedagingan; hidup menurut
pikiran daging, hidup menurut perasaan daging, hidup dengan tabiat daging,
segala sesuatu hanya menurut daging saja; itulah orang yang sombong. Itu
sebabnya, ada teguran-teguran itu di dalam 1 Korintus 4:6-7, supaya
betul-betul “Jangan melampaui yang ada tertulis”.
1
Korintus 3:6
(3:6) Aku menanam,
Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
“Paulus
menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.” Artinya,
antara yang satu dengan yang lain sebenarnya saling membutuhkan. Yang satu
menanam, yang lain menyiram, berarti; sekalipun karunia berbeda-beda, ternyata
saling melengkapi = saling membutuhkan walaupun berbeda-beda.
Jangan
ada di antara kita yang menganggap diri penting. Misalnya seorang pembaca
berkata: “Kalau saya tidak membaca, bagaimana bapa gembala bisa menyampaikan
firman?”, ini berarti menganggap dirinya penting, dan itu adalah dosa
sombong. Sebaliknya, jika imam yang lain berkata: “Kalau saya tidak bertugas
untuk infokus, tidak bertugas untuk mengelola live streaming, maka bapa gembala
tidak bisa apa-apa”, itu adalah dosa kesombongan, karena dia menganggap
dirinya penting.
Oleh
sebab itu, Rasul Paulus harus menceritakan segala jerih lelahnya di dalam
mengasuh dan merawati sidang jemaat dengan segala kerelaan, apa buktinya? Rasul
Paulus rela dihina, bahkan menjadi sampah, bahkan menjadi kotoran dari segala
sesuatu; itu adalah kerelaan. Supaya kita jangan menyombongkan diri, jangan
menganggap diri penting, tetapi sebaliknya kita saling melengkapi; ada yang
menanam, ada yang menyiram, berarti saling melengkapi. Demikian juga anggota
tubuh banyak tetapi satu tubuh; saling melengkapi.
1
Korintus 4:7
(4:7) Sebab siapakah
yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai,
yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah
engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?
Pernyataan
Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, YANG PERTAMA: “Siapakah yang
menganggap engkau begitu penting?”
Rasul
Paulus mengatakan demikian karena telah terjadi perselisihan, bahkan perpecahan
di antara sidang jemaat di Korintus. Kalau ada orang iri hati, ada
perselisihan, itu karena di antara mereka sudah menganggap dirinya penting, dan
itu adalah dosa kesombongan.
Itu
sebabnya, Rasul Paulus berkata: “Siapakah yang menganggap engkau begitu
penting?” Mengapa demikian? Karena ternyata masing-masing menganggap
dirinya lebih penting, lebih benar, lebih suci dari yang lain.
Kemudian,
pernyataan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, YANG KEDUA: “Apakah
yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?”
Jemaat
di Korintus ini sudah diperlengkapi dengan karunia-karunia Roh Kudus, kemudian
diperlengkapi dengan 9 (sembilan) jabatan Roh Kudus yang dirampingkan menjadi 5
(lima) jabatan, itulah rasul, nabi, penginjil, gembala,
dan guru. Itu sebabnya Rasul Paulus berkata: “Dan apakah yang engkau
punyai, yang tidak engkau terima?” Mereka diperlengkapi sekalipun tidak
menerima.
Sudah
diperlengkapi dengan 9 (sembilan) karunia Roh Kudus, sudah diperlengkapi dengan
9 (sembilan) jabatan Roh Kudus yang dirampingkan menjadi 5 (lima) jabatan,
tetapi sidang jemaat di Korintus ini masing-masing memegahkan dirinya,
menganggap diri penting, sehingga terjadilah perpecahan. Padahal TUHAN yang
mengaruniakan 9 (sembilan) karunia, TUHAN yang mengaruniakan 9 (sembilan)
jabatan Roh Kudus, tetapi di antara mereka masing-masing ada yang menganggap
diri penting.
Seharusnya,
karunia berbeda, tetapi harus saling melengkapi, tidak boleh ada yang
menganggap diri penting dari karunia yang lain. Akhirnya, terjadilah seperti
yang tadi kita lihat; mencari masa untuk kelompoknya, tetapi dengan tujuan
untuk melawan kelompok yang lain; bukankah ini merupakan perbuatan yang tidak
benar?
Kalau
kita sudah dikaruniakan 9 (sembilan) karunia Roh Kudus dan 9 (sembilan) jabatan
Roh Kudus, jangan menganggap diri penting, tetaplah rendah hati. Itu sebabnya
Rasul Paulus menceritakan jerih payahnya supaya sidang jemaat ini tetap rendah
hati dan merendahkan diri di hadapan TUHAN, dan sebentar kita akan merendahkan
diri di bawah kaki salib TUHAN, tersungkur di hadapan TUHAN, sujud menyembah
Allah yang hidup, hanya Dialah Allah yang kita sembah, tidak ada yang lain.
Jadi, tidak perlu menganggap diri penting, sebab itu adalah penyembahan
berhala.
Mari
kita lihat, apakah pernyataan Rasul Paulus “Dan apakah yang engkau punyai,
yang tidak engkau terima? -- artinya, sudah diperlengkapi dengan 9
(sembilan) karunia dan 9 (sembilan) jabatan Roh Kudus --” adalah benar?
1
Korintus 12:7-10
(12:7) Tetapi
kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan
bersama. (12:8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia
untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama
memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (12:9) Kepada
yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk menyembuhkan. (12:10) Kepada yang
seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang
lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia
memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang
seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan
kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
TUHAN
mengaruniakan 9 (sembilan) karunia kepada sidang jemaat di Korintus:
1.
Karunia hikmat.
2.
Karunia pengetahuan.
3.
Karunia iman.
4.
Karunia kesembuhan.
5.
Karunia mujizat.
6.
Karunia bernubuat.
7.
Karunia membedakan macam-macam roh.
8.
Karunia berkata-kata dengan bahasa roh
(bahasa lidah).
9.
Karunia menafsirkan bahasa roh.
Semuanya
itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama untuk kepentingan bersama;
sumbernya dari roh yang satu yang sama untuk kepentingan bersama-sama.
Jadi,
jangan ada yang menganggap diri penting. Sudah menerima karunia, sudah
memperoleh (memiliki) tanpa menerima; oleh sebab itu, jangan menganggap diri
penting. Tetapi sebaliknya, orang yang sudah memiliki karunia tanpa menerima,
tetapi masih tetap saja menganggap diri penting, masih tetap saja menyombongkan
diri, tidak rendah hati di dalam melayani pekerjaan TUHAN, berarti seolah-olah
dia tidak mempunyai karunia, tidak memiliki karunia, artinya dia melayani
dengan kemampuannya. Seolah-olah dia tidak mempunyai, dia meniadakan apa yang
sudah TUHAN karuniakan. Oleh sebab itu, rendah hatilah.
Inilah
perjuangan dari pada Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Asia kecil secara
khusus; dia tetap berjuang di dalam hal mengasuh dan merawati sidang jemaat
yang dipercayakan oleh TUHAN di atas pundaknya. Jadi, pekerjaan seorang gembala
sidang itu tidaklah mudah.
Kalau
penggembalaan itu hanya bentuk sentralisasi, lalu di dalam penggembalaan itu
hamba TUHAN ditukar-tukar, berarti belum mengerti sistem penggembalaan yang
dari sorga, dari Allah; itulah yang harus kita pahami sekarang. Kalau hamba
TUHAN digilir terus untuk menggembalakan sidang jemaat, berarti penggembalaan
itu belum mengerti sistem penggembalaan yang baik, yang benar menurut
penggembalaan sorgawi. Hanya satu gembala, itulah Yesus Kristus, sedangkan
penilik-penilik ditempatkan di tiap-tiap posnya untuk bertanggung jawab.
1
Korintus 12:11
(12:11) Tetapi
semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan
karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.
9
(sembilan) karunia sumbernya dari Roh yang satu dan yang sama, dikerjakan dari
Roh yang satu dan yang sama; jadi, saling melengkapi. Kalau sumbernya 2 (dua)
pasti terjadi sikut menyikut, tumpang tindih, merasa diri lebih baik dan lebih
benar, tetapi karena sumbernya dari Roh yang satu, sumbernya satu, maka
otomatis saling melengkapi walaupun karunia itu berbeda-beda. Kalau sumbernya 2
(dua); satu dari Roh Kudus, satu dari kepentingan daging, pasti bentrok, tumpang
tindih, sikut menyikut, merasa diri lebih penting, merasa diri lebih baik dan
lebih suci.
Kemudian,
bukan hanya 9 (sembilan) karunia, tetapi juga ada 9 (sembilan) jabatan.
1
Korintus 12:28
(12:28) Dan Allah
telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul,
kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka
yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan,
untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam
bahasa roh.
Ada
9 (sembilan) jabatan yang dirampingkan menjadi 5 (lima) jabatan Roh Kudus:
1.
Rasul.
2.
Nabi.
3.
Guru.
4.
Penginjil.
5.
Gembala.
Tujuannya
adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus di dalam melayani pekerjaan TUHAN
dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
1
Korintus 12:12
(12:12) Karena
sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan
segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh,
demikian pula Kristus.
Tubuh
itu hanya satu walaupun anggotanya banyak; demikian pula Kristus, Kepala, hanya
satu. Kalau “kepala” ada 2 (dua), maka heranlah kita nanti.
Maka,
kalau seorang hamba TUHAN melayani dengan merasa diri penting, menganggap diri
lebih penting dari yang lain, pasti orang lain heran; sama seperti kalau
Kristus adalah 2 (dua) atau kepala 2, pasti heran. Demikian juga dengan tubuh
harus “satu”, walaupun anggotanya banyak.
Jadi,
kalau ada di antara anggota tubuh yang memegahkan diri, menganggap diri lebih
penting, lalu mengutamakan yang satu untuk melawan yang lain, maka anehlah di
pemandangan manusia, apalagi di pemandangan TUHAN. Jangan kita buat diri ini
aneh-aneh. Inilah tugas dari pada gembala sidang; mengasuh dan merawati sidang
jemaat, jadi tidak boleh bermain-main sebetulnya.
Itulah
yang menjadi doa saya di hari-hari terakhir ini; begitu berat ternyata tanggung
jawab ini, tetapi ya sudah, saya harus menyerah, karena itu cara TUHAN
untuk memimpin rohani saya ke tingkat yang tertinggi. Saya harus menyerah.
Jadi,
menyembah itu tidak sekedar berlutut, tetapi harus sampai kepada penyerahan
diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, dengan lain kata; terjadi
perobekan daging dari atas sampai ke bawah. Semua daging sudah dirobek, supaya
apa? Kalau daging sudah dirobek, sudah lepas dari daging, maka kita dapat taat
kepada seluruh kehendak Allah.
Inilah
doa saya dan kerinduan saya di hari-hari terakhir ini supaya kerohanian kita
betul-betul dibawa pada puncaknya, ibadah kita memuncak, ada dalam penyembahan,
penyerahan diri sepenuh; itulah doa saya dan inilah yang sedang saya
pertanggungjawabkan di hadapan TUHAN di hari-hari terakhir ini. Dan ini bukan
hanya slogan, bukan lip service, bukan supaya enak didengar oleh sidang
jemaat malam ini, dan bukan supaya enak didengar para pemirsa, tidak; tetapi
betul-betul dari lubuk hati yang paling dalam, inilah yang sedang saya kerjakan
di hadapan TUHAN. Kiranya TUHAN memberi pertolongan dan kekuatan kepada saya di
dalam hal mengasuh dan merawati sidang jemaat.
1
Korintus 12:14-17
(12:14) Karena tubuh
juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.
(12:15) Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan,
aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? (12:16)
Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak
termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? (12:17)
Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran?
Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?
“Karena
tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.”
Pernyataan ini diulangi kembali, kita diingatkan supaya kita tidak lupa. Tubuh
satu, anggotanya banyak; diulang-ulang dan kita diingatkan.
1. “Andaikata kaki berkata ...” Kaki
adalah bagian tubuh yang paling rendah, lalu berkata: “Karena aku bukan
tangan, aku tidak termasuk tubuh”, benarkah perkataan kaki itu?
2. “Dan andaikata telinga berkata ...”
Lalu, bagian tubuh yang tempatnya di tempat yang tinggi, itulah telinga
berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”, benarkah
perkataan telinga itu?
3. “Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata ...”
Kalau saja seluruh tubuh adalah mata semua, di manakah pendengaran?
Kalau mata menganggap diri penting, maka tidak dengar-dengaran nanti.
“Andaikata seluruhnya adalah telinga ...”
Sebaliknya, kalau telinga merasa diri sudah lebih dengar-dengaran dari yang
lain, di manakah penciuman -- penyembahan kita kepada TUHAN, penyerahan
diri kita sepenuhnya kepada TUHAN -- ?
Jadi,
di sini kita melihat, bahwa; tubuh itu satu, anggotanya banyak, dan sekalipun
anggotanya banyak merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.
Intinya:
Hal-hal
yang harus dihindarkan untuk mempertahankan kesatuan tubuh ialah:
YANG
PERTAMA: Berjuang untuk melepaskan diri dari dosa minder atau dosa
rendah diri.
Seperti
kaki -- bagian tubuh yang paling rendah -- berkata: “Karena aku bukan
tangan, aku tidak termasuk tubuh”, apakah perkataan kaki ini benar? Salah.
Pernyataan kaki ini menunjuk dosa minder, rendah diri.
Jadi,
melayani dengan minder itu tidak boleh, melayani dengan rendah diri itu tidak
boleh, sebab itu adalah dosa. Mengapa saya katakan itu dosa? Sebetulnya, orang
minder (rendah diri) bukan menunjukkan kerendahan hati seseorang; sesungguhnya
itu karena dia tidak punya apa-apa. Tetapi sebaliknya, seandainya dia punya
harta, punya ini itu, pasti sombong juga. Maka, jika melayani TUHAN dengan
minder (rendah diri), itu tidak diperbolehkan. Perkataan kaki ini tidak
diperbolehkan; jangan diadopsi.
YANG
KEDUA: Berusaha untuk menghindar dari dosa sombong atau
meninggi-ninggikan diri, seperti telinga.
Kedudukan
telinga sudah berada di tempat yang tinggi, tetapi dia masih mau juga
meninggi-ninggikan diri dari mata; ini harus dihindarkan supaya terwujudnya
kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, supaya kita tetap satu.
Posisi
telinga dengan mata hampir sama tinggi, tetapi mata tetap harus lebih tinggi,
namun di sini kita melihat “telinga” masih berusaha ingin meninggikan diri
lebih tinggi dari mata; ini harus dihindari.
Jadi,
dosa minder (rendah diri) tidak boleh melayani TUHAN, dosa kesombongan juga
tidak boleh melayani TUHAN. Ada lagi yang harus diperhatikan dengan baik.
YANG
KETIGA: Pada ayat 17 dikatakan: “Andaikata
tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya
adalah telinga, di manakah penciuman?” Hal yang ketiga yang harus dihindari
adalah egosentris, kepentingan diri.
Kalau
ada kepentingan diri, maka orang lain tidak terlihat, karena ia merasa diri
lebih penting dari yang lain; itulah hal yang harus dihindari.
Singkatnya,
3 (tiga) hal pokok yang harus dihindari di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN
ialah:
1.
Dosa minder atau rendah diri.
2.
Dosa sombong atau meninggi-ninggikan diri.
3.
Roh egosentris atau kepentingan diri.
Ini
harus dihindari dari anggota-anggota tubuh Kristus. Haleluya..
1
Korintus 12:18
(12:18) Tetapi
Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus,
suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.
TUHAN
sudah menempatkan begitu rupa anggota-anggota tubuh pada tubuh, sehingga
semuanya terstruktur, semuanya teratur rapi, sehingga anggota tubuh itu saling
melengkapi, saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Sekarang
kita akan melihat JALAN KELUARNYA supaya kita lepas dari kesombongan, -- atau
sebaliknya -- supaya kita tetap berada di dalam kerendahan hati.
1
Korintus 3:6
(3:6) Aku menanam,
Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
Paulus
menanam, Apolos menyiram. Artinya, sekalipun berbeda-beda karunia,
tetapi ternyata saling melengkapi karena sumbernya dari Roh yang satu dan yang
sama.
Sebetulnya,
peristiwa (kisah) ini nyata, di mana Paulus menanam, Apolos menyiram.
Setelah saya selidiki, ternyata kisah itu nyata. Nanti, saudara bisa baca
dengan lengkap di dalam Kisah Para Rasul 18, yang dibagi menjadi dua
bagian;
-
Ayat 1-12, Paulus
menanam.
-
Ayat 24-28, Apolos
menyiram.
Mari
kita selidiki tentang PAULUS MENANAM. Apakah ia telah mengerjakan karunia itu?
1
Korintus 1:4-7
(1:4) Aku
senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia
Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. (1:5)
Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal:
dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, (1:6)
sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di
antara kamu. (1:7) Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia
pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.
Aku
senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah
yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Kasih
karunia Allah dikaruniakan kepada sidang jemaat di Korintus, tadi kita sudah
melihat; diperlengkapi dengan 9 (sembilan) karunia Roh Kudus, walaupun tidak
menerimanya, memiliki 9 jabatan Roh Kudus walaupun tidak menerimanya, yang
dirampingkan menjadi 5 (lima) jabatan, sehingga jemaat di Korintus ini;
-
Menjadi kaya dalam segala hal.
-
Kemudian kaya dalam perkataannya.
-
Dan kaya dalam segala macam pengetahuan.
Oleh
sebab itu, kalau kita kaya dalam 3 (tiga) perkara ini; jangan sombong, jangan
memegahkan diri. Kita juga sudah diperkaya dalam penggembalaan ini; oleh sebab
itu, jangan sombong, jangan memegahkan diri, bukan hanya secara rohani, bahkan
secara jasmani -- diberkati, diberikan pekerjaan, diberi kesehatan, diberi umur
panjang --.
Kemudian,
Rasul Paulus sudah meneguhkan kesaksian Kristus kepada sidang jemaat di
Korintus ini, sehingga mereka tidak kekurangan karunia-karunia Roh Kudus, tidak
kekurangan 9 (sembilan) jabatan Roh Kudus.
TUHAN
sudah meneguhkan dengan 9 (sembilan) karunia, TUHAN sudah meneguhkan dengan 9
(sembilan) jabatan Roh Kudus, sementara mereka menantikan penyataan Tuhan
kita Yesus Kristus, sambil menantikan TUHAN datang kembali dengan tetap
berada dalam hubungan intim dengan TUHAN -- itulah yang disebut nikah suci --.
1
Korintus 1:8
(1:8) Ia juga
akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak
bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.
Sidang
jemaat di Korintus ini; diteguhkan dengan 9 (sembilan) karunia, diteguhkan 9
(sembilan) jabatan, diteguhkan kembali dengan Pengajaran Mempelai supaya mereka
tidak bercacat cela atau kerut atau serupa itu sampai TUHAN datang pada kali
yang kedua. Singkatnya, diteguhkan dengan Pengajaran Mempelai untuk menjadi
sidang mempelai TUHAN yang tidak bercacat cela. Inilah cara Paulus menanam.
Walaupun
banyak di antara kita yang muda-muda, yang datang dari daerah, tetapi hargailah
pembukaan firman, sebab banyak orang yang tidak mengerti pembukaan firman; oleh
sebab itu, jangan diabaikan. Belajar menghormati pembukaan firman.
Jadi,
dengan demikian, Paulus telah mengadakan penanaman. Inilah cara Paulus menanam.
Jadi, sudah terbukti bahwa perkataan Rasul Paulus bukanlah perkataan kosong,
bukan lip service.
Perkataan
sederhana, dalam dan terbukti, itulah yang terpenting, dari pada perkataan yang
kelihatannya tinggi penggunaan kata dalam pemberitaan firman, tetapi maknanya
tidak dalam, itu tidaklah terlalu penting. Oleh sebab itu, bukan keharuan yang
harus kita bawa kepada TUHAN, melainkan praktek firman menjadi daging. Bisa
saja “cas, cis, cus, cas, cis”, berbahasa tinggi, membuat kagum sidang
jemaat, tetapi maknanya apa? Oleh sebab itu, nikmatilah pelayanan Roh, bukan
pelayanan tubuh.
Jemaat
di Korintus diteguhkan oleh Pengajaran Mempelai supaya mereka tidak bercacat
cela, kudus tidak bercela sampai kedatangan TUHAN. Berarti, Rasul Paulus
merindu supaya jemaat di Korintus ini menjadi mempelai TUHAN. Inilah penanaman
yang terjadi.
Demikianlah
cara Paulus menanam; selanjutnya, kita harus buktikan penanaman itu tadi di
dalam 2 Korintus 11:2-3.
2
Korintus 11:2-3
(11:2) Sebab aku
cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan
kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci
kepada Kristus. (11:3) Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu
disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa
diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
Aku
telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai
perawan suci kepada Kristus; jadi, sudah terbukti. Di dalam 1
Korintus 1:8 tadi sesuai dengan 2 Korintus 11:2, diteguhkan supaya
tidak bercacat cela.
Karena
rupanya, dalam 2 Korintus 11:2 Rasul Paulus dengan tandas berkata: “Aku
telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki” untuk membawa sidang
jemaat di Korintus sebagai perawan suci tanpa cacat atau cela atau kerut atau
yang serupa itu, melainkan kudus, tidak bercela kepada satu Laki-Laki, Kristus,
yang adalah Kepala, Dialah Mempelai Laki-Laki Sorga. Dan TUHAN sudah menanam
kita sekarang. Puji Tuhan...
Itulah
yang harus kita syukuri; sebagaimana dengan Rasul Paulus dipakai oleh Tuhan
dalam hal mengasuh dan merawati sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN.
Jadi, jangan kita lebih tertarik kepada ibadah bumi dan ibadah laut. Kita harus
tertarik dengan ibadah sorga, berita sorga, berita untuk seluruh bangsa-bangsa,
berita keselamatan yang dibungkus dengan Pengajaran Mempelai, dibungkus dengan
lampin; tidak perlu ragu.
Pendeknya,
Rasul Paulus telah menanam dengan Pengajaran Mempelai dalam Terangnya
Tabernakel supaya jemaat di Korintus ini tidak bercacat, tidak bercela atau
kerut, kudus tidak bercela, itulah wujud dari mempelai TUHAN, itulah kerinduan
dari Rasul Paulus.
Sekarang,
tentang APOLOS MENYIRAM.
Kisah
Para Rasul 18:24
(18:24) Sementara
itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari
Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam
soal-soal Kitab Suci. (18:25) Ia telah menerima pengajaran dalam
Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia
mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.
Apolos
ini fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci, kemudian ia
telah menerima pengajaran dalam Jalan TUHAN. Singkatnya, pengajaran dalam Jalan
TUHAN adalah baptisan Yohanes = Apolos menyiram. Apa itu “menyiram”? Itulah
baptisan air.
Kembali
saya sampaikan: Menerima pengajaran dalam Jalan TUHAN, itulah baptisan Yohanes
Pembaptis. Jadi, sudah jelas, bahwa; Apolos menyiram.
Kemudian,
dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus.
Peneliti itu semangat; yang sedang menyiram itu semangat. Sama seperti bibit
yang ditanam, lalu disiram dengan semangat supaya bertumbuh; itu semangat.
Misalnya; cabe tumbuh, maka semangat kita; tomat disiram, semangat kita; mangga
ditanam, disiram, lalu bertumbuh, semangat kita; maka Apolos pun semangat di
dalam hal menyiram, tetapi harus teliti, maksudnya; yang seharusnya disiram
dengan pupuk Urea, jangan disiram dengan pupuk Zeta; harus teliti, tetapi
semangat.
Matius
3:11
(3:11) Aku membaptis
kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari
padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia
akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Syarat
untuk dibaptis, tentu saja terlebih dahulu “bertobat.”
Dalam
susunan Tabernakel, baptisan itu terkena pada 2 (dua) alat di halaman:
1.
Mezbah Korban Bakaran à Pertobatan.
Mengapa demikian? Mezbah Korban Bakaran adalah gambaran dari salib, sedangkan
anak domba jantan yang disembelih lalu dipersembahkan di atas korban, itulah
pribadi Yesus yang disalibkan.
Tanda
pertobatan ialah dua tangan terpaku, dua kaki terpaku, lambung ditusuk,
artinya; berhenti berbuat dosa.
2.
Kolam Pembasuhan à Baptisan air;
baptisan dalam kematian Yesus Kristus, lalu bangkit pada hari yang ketiga,
hidup dalam hidup yang baru.
Inilah
2 (dua) alat di halaman yang terkait dengan baptisan; bertobat dan dibaptis.
Jika
dikaitkan dengan Anatomi manusia ...
-
Mezbah Korban Bakaran,
kedudukannya berada pada tungkai bawah, berarti; tulang kering, antara
mata kaki dan lutut.
-
Kolam Pembasuhan Tembaga,
kedudukannya berada pada tungkai atas, berarti; paha. Artinya, satu
dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kesimpulannya:
Paulus menanam, Apolos menyiram, artinya; Ruangan Suci atau penyucian
itu tanpa cacat cela harus ditopang dengan tungkai bawah (pertobatan) dan
tungkai atas (baptisan air).
Jadi,
sudah jelas; karunia Paulus menanam dan karunia Apolos menyiram,
keduanya saling melengkapi. Penyucian yang sedang kita alami ini harus ditopang
oleh tungkai bawah (pertobatan) dan harus ditopang oleh tungkai atas (baptisan
air). Bertobat dengan sungguh-sungguh dan masuk dalam pengalaman
kematian-kebangkitan Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh, barulah nanti
terjadi pengalaman penyucian sampai tanpa cacat cela, sampai sempurna, menjadi
mempelai TUHAN. Tidak akan mungkin terjadi penyucian kalau tidak ada yang
menopang.
Inilah
hebatnya kerja sama; terjadi hal yang heran/keajaiban-keajaiban oleh karena
kerendahan hati dari pada Rasul Paulus dan kerendahan dari pada Apolos ini.
Paulus tidak merasa diri lebih hebat karena dia sudah meneguhkan jemaat di
Korintus dengan Pengajaran Mempelai supaya jemaat di Korintus menjadi perawan
suci tanpa cacat cela di hadapan TUHAN, tidak. Paulus menyadari betul bahwa
karunia yang lain amat sangat penting, itulah dalam hal menyiram.
Jadi,
harus ditopang dengan pertobatan sungguh-sungguh dan pengalaman
kematian-kebangkitan yang sungguh-sungguh, maka terjadilah penyucian sampai
sempurna, tanpa cacat cela, tanpa kerut atau yang serupa itu, kudus, tidak
bercela.
Haleluya
... Puji TUHAN. Hosana bagi sang Raja. TUHAN sudah menyatakan kasih dan
kemurahan-Nya bagi kita, maka gunakan dua lutut kita malam ini untuk kita terus
mengalami penyucian. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment