IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 03 SEPTEMBER 2020
KITAB
RUT
(Seri:
108)
Subtema:
PERSEKUTUAN YANG INDAH DENGAN TUHAN
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucap syukur terima kasih kepada TUHAN, karena TUHAN Yesus masih
memberi kesempatan kepada kita untuk berada di tengah Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci.
Selanjutnya,
saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN
yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming
video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada; salam persekutuan di
antara kita, salam dalam kasih Kristus, kasih Mempelai.
Selanjutnya,
mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan
firman-Nya bagi kita sekaliannya, sehingga kehadiran kita tidak menjadi percuma
di malam ini. Betul-betul kita diubahkan oleh Firman TUHAN; pikiran kita
diubahkan karena kita sudah memperoleh pengertian dari sorga, supaya dengan
pengertian ini kita bisa menyenangkan hati TUHAN manakala kita datang di tengah
ibadah dan pelayanan ini. Ibadah tidak lagi dijalankan secara liturgis karena
kita ada untuk memuji TUHAN, bukan untuk menyenangkan daging lagi; segalanya
harus ditanggalkan supaya kita bisa menyatu dengan TUHAN.
Kita
segera memperhatikan KITAB RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah
Pendalaman Alkitab. Sekarang kita akan memperhatikan Rut 2 dan kita sudah
berada pada ayat yang terakhir. Saya berpikir sebelumnya, bahwa minggu ini kita
akan memasuki pasal ketiga dan ayat yang baru, tetapi ternyata, TUHAN masih
membawa kita pada ayat yang terakhir, yaitu ayat 23. Namun, biarlah kiranya
benar-benar ini menjadi rencana-Nya TUHAN bagi kita semua, sehingga maksud hati
TUHAN betul-betul menyatu dengan hati kita masing-masing.
Rut
2:23
(2:23)
Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut,
sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama
itu ia tinggal pada mertuanya.
Kita
terlebih dahulu memperhatikan kalimat: “Demikianlah Rut tetap dekat pada
pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut.” Hal ini berbicara tentang
persekutuan yang indah antara yang satu dengan yang lain.
Kita
semua harus berada di dalam suatu persekutuan yang baik, suatu persekutuan yang
indah antara seorang dengan yang lain.
Persekutuan
semacam ini memang harus tercipta dengan satu tujuan supaya kita dapat melayani
pekerjaan TUHAN sampai dengan selesai, seperti Rut bersama dengan
pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut sampai musim menuai jelai dan
musim menuai gandum berakhir. Sebab, tiadalah mungkin kita dapat melayani
pekerjaan TUHAN sampai dengan selesai tanpa persekutuan yang baik antara yang satu
dengan yang lain.
Namun,
terciptanya persekutuan yang baik dengan sesama -- antara yang satu dengan yang
lain -- tentu saja diawali dengan adanya suatu persekutuan yang baik dan yang
indah dengan TUHAN. Kalau hati kita tidak menyatu dengan hati TUHAN, tidak
mungkin kita ada persekutuan yang baik antara seorang dengan yang lain; itu
harus dimengerti dengan sungguh-sungguh.
Sekalipun
banyak di antara kita yang berusia muda, sekalipun kita tidak mempunyai
pendidikan, berasal dari daerah-daerah, tetapi kalau kita membuka hati untuk
TUHAN, maka kita akan mengerti Firman TUHAN.
Mari
kita lihat Rut 2:8.
Rut
2:8
(2:8) Sesudah
itu berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah
engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi
dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.
Perhatikan
bagian terakhir dari ayat ini, di mana Boas berkata kepada Rut: “Tetapi
tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.”
Pendeknya:
Boas rohani, yaitu TUHAN Yesus Kristus, mendambakan supaya adanya suatu
persekutuan yang indah antara seorang dengan yang lain.
Rut
2:9
(2:9) Lihat
saja ke ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah
perempuan-perempuan itu dari belakang. Sebab aku telah memesankan kepada
pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau. Jika engkau haus,
pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh
pengerja-pengerja itu."
Selanjutnya,
pada ayat 9 ini, Boas memberi arahan dan jaminan kepada
Rut.
Arahan Boas
untuk Rut, yaitu, bagian A: “Lihat saja ke ladang yang sedang
disabit orang itu.”
Artinya;
bekerja di ladang TUHAN atau berada di tengah ibadah dan pelayanan harus dengan
mata yang terbuka.
Manfaatnya
adalah dapat memahami dan mengetahui apa yang harus kita perbuat untuk
menyenangkan hati TUHAN.
Jadi,
sekali lagi saya sampaikan: Kalau ada di tengah ibadah pelayanan dan melayani
pekerjaan TUHAN, harus dengan mata yang terbuka, supaya dapat memahami dan
mengetahui apa yang harus kita perbuat untuk menyenangkan hati TUHAN. Kalau
kita sudah berada di tengah ibadah pelayanan, berada di ladang TUHAN, tujuan
kita hanyalah untuk menyenangkan hati TUHAN.
Arahan
Boas untuk Rut, yaitu, bagian B: “Ikutilah perempuan-perempuan
itu dari belakang.”
Artinya;
melayani TUHAN tanpa penonjolan diri. Imam-imam yang melayani pekerjaan TUHAN,
layanilah TUHAN dengan segala kerendahan hati, layani TUHAN tanpa penonjolan
diri, sehingga antara pelayan yang satu dengan pelayan yang lain saling
melengkapi tidak saling sikut menyikut, sehingga dengan demikian nama TUHAN
dipermuliakan.
Itulah
arahan dari pada Boas kepada Rut, supaya jelas arah ibadahnya, jelas arah pelayanannya
di hadapan TUHAN. Demikian juga dengan kita; ibadah kita di bumi ini, juga
pelayanan imam-imam di hadapan TUHAN harus jelas arah pelayanannya, harus jelas
ibadahnya kepada TUHAN; tidak boleh serampangan, harus jelas.
TUHAN
harus melihat perbedaan antara orang yang beribadah dengan yang tidak
beribadah; itu adalah akhir dari pernyataan TUHAN di dalam kitab yang terakhir
pada Perjanjian Lama, itulah nubuatan terakhir dari kitab Maleakhi.
Sekarang,
kita akan melihat JAMINAN Boas untuk Rut.
Jaminan
Boas untuk Rut, bagian A: “Sebab aku telah memesankan kepada
pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau” = Jaminan perlindungan
yang nyata dari TUHAN untuk gereja TUHAN.
Selama
kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, selama kita berada di ladang
TUHAN, maka ada jaminan, ada perlindungan dari TUHAN.
Orang
yang bekerja di suatu perusahaan, banyak jaminannya, bahkan ada
tunjangan-tunjangannya, apalagi kalau bekerja di ladang TUHAN, melebihi
jaminan-jaminan yang ada di perusahaan-perusahaan di atas muka bumi ini.
Jaminan
Boas untuk Rut, bagian B: “Jika engkau haus, pergilah ke
tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu”
= Jaminan kepuasan yang diberikan dari Allah Roh-El Kudus kepada kita semua.
Kalau
kita bekerja di ladang TUHAN, maka ada jaminan kepuasan dari Allah Roh-El Kudus
kepada kita semua. Yesus sendiri memandang perempuan Samaria sebagai ladang
tuaian, sampai akhirnya TUHAN memberi kepuasan kepada perempuan Samaria sehingga
perempuan Samaria tidak lagi mencari kepuasan-kepuasan dari dunia ini.
Kalau
anak TUHAN, apalagi seorang imam, pelayan TUHAN, mencari kepuasan dari perkara
lahiriah, mencari kepuasan dari perkara-perkara yang ada di dunia ini, bukan
lagi dari Allah Roh-El Kudus, ini perlu dipertanyakan pelayanannya. Kalau dia
masih mencari kepuasan dari dunia ini, ini perlu dipertanyakan apa tujuannya
beribadah, apa tujuannya melayani.
Saya
pun kalau masih mencari kepuasan dari dunia ini, maka status saya sebagai hamba
TUHAN, status sebagai pemimpin sidang jemaat, perlu dipertanyakan.
Rut
2:10
(2:10) Lalu sujudlah
Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya:
"Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan
memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"
Setelah
Boas memberi arahan dan jaminan kepada Rut -- pada ayat 9 --, lalu
dengan spontan, sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah.
Sikap
yang ditunjukkan oleh Rut ini menunjukkan bahwa Rut berada dalam tiga hal:
1.
Kerendahan hati Rut.
2.
Penyembahan atau penyerahan diri Rut
sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
3.
Adanya hubungan intim atau adanya suatu
persekutuan yang indah dengan TUHAN.
Jadi,
sudah sangat jelas bahwa: Adanya suatu persekutuan yang baik dengan
sesama diawali dengan adanya suatu hubungan yang intim dengan TUHAN atau
persekutuan yang indah dengan TUHAN.
Itu
sebabnya, di atas tadi saya katakan, bahwa; kita tidak mungkin ada suatu
persekutuan yang baik antara yang satu dengan yang lain kalau hubungan kita
dengan TUHAN tidak baik.
Perhatikanlah
dengan baik: Persekutuan antara seorang dengan yang lain tentu saja terlebih
dahulu diawali dengan hubungan kita intim dengan TUHAN.
Sekarang,
kita lihat HUBUNGAN INTIM dari pada Rut ini, yang kita pelajari dari pribadi
seorang RASUL PAULUS di dalam 2 Korintus 12.
2
Korintus 12:1
(12:1) Aku harus
bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku
hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan
yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat
belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di
luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat
ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang
orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah
yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia
mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Rasul
Paulus menerima atau mendapat dua hal dari TUHAN:
1.
Menerima penglihatan-penglihatan.
2.
Menerima penyataan-penyataan.
Peristiwa
yang langka dan menakjubkan ini diterima oleh Rasul Paulus ketika ia diangkat
ke tingkat yang ketiga dari sorga yang disebut juga Firdaus. Dalam pengajaran
Tabernakel, tingkat yang ketiga terkena pada RUANGAN MAHA SUCI, dengan satu
alat yang ada di dalamnya, yakni Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian
merupakan alat yang terutama dari semua peralatan yang ada di dalam Tabernakel.
Pengertian
TUHAN harus menjadi pengertian kita di dalam hal beribadah dan melayani TUHAN.
Kalau kita beribadah dengan membawa pengertian sendiri, maka kita tidak akan
bisa menyenangkan hati TUHAN. Maka, kita harus bersyukur kalau kita mendapat
pengertian dari TUHAN.
Kemudian,
peristiwa yang mengagumkan yang dialami Rasul Paulus diceritakan kepada sidang
jemaat di Korintus sesudah 14 (empat belas) tahun ia melayani TUHAN.
Tetapi
malam ini, lewat peristiwa yang menakjubkan ini, akhirnya kita juga diberkati
oleh TUHAN. Bukan saja sidang jemaat di Korintus, tetapi kita juga diberkati
oleh TUHAN malam ini. Oleh sebab itu, dengan peristiwa yang menakjubkan dan
mengagumkan ini, kita harus terima dengan hati yang terbuka.
Sekarang
kita akan melihat (membahas) kedua perkara yang diterima oleh Rasul Paulus
ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga atau yang disebut juga
Firdaus, dalam Pengajaran Tabernakel terkena pada Ruangan Maha Suci dengan satu
alat yaitu Tabut Perjanjian.
Tentang:
PENGLIHATAN-PENGLIHATAN.
Ibrani
9:1-4
(9:1) Memang
perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah
dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. (9:2) Sebab ada
dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di
situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian.
Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai
yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha
kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas,
dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas;
di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat
Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan
perjanjian,
Ketika
Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, ia melihat suatu
peraturan-peraturan ibadah. Demikian juga selama kita hidup di muka bumi ini
dan beribadah di muka bumi ini harus mengikuti aturan-aturan ibadah.
Adapun
peraturan-peraturan ibadah itu, antara lain:
Bagian
A:
Kemah yang paling depan (kemah yang pertama), disebut juga dengan RUANGAN SUCI,
dengan dua alat di dalamnya, yaitu:
1.
Kaki dian à Kesaksian Roh.
Hamba TUHAN, pelayan TUHAN melayani TUHAN sesuai dengan karunia-karunia Roh
Kudus dan jabatan-jabatan Roh-EL Kudus, itu merupakan kesaksian Roh, sehingga
saling melengkapi satu dengan yang lain.
Wadah
dari kesaksian Roh adalah Kebaktian (Ibadah Raya) Minggu, di situlah
karunia-karunia Roh Kudus itu dipertajam.
2.
Meja Roti Sajian à Persekutuan yang
mendalam dengan Yesus, Anak Allah, lewat Firman Allah dan perjamuan suci.
Wadahnya
adalah Ibadah Pendalaman Alkitab, seperti malam ini kita datang kepada
TUHAN lewat Ibadah Pendalaman Alkitab malam ini yang disertai dengan perjamuan
suci.
Bagian
B:
Kemah yang kedua, disebut juga RUANGAN MAHA SUCI, di situ terdapat dua perkara,
yakni:
1.
Mezbah Pembakaran Ukupan dari emas.
2.
Tabut Perjanjian.
Adapun
arti rohani dari kedua perkara tersebut ialah ...
“Mezbah
pembakaran ukupan dari emas” jelas menunjuk kepada; doa penyembahan,
bagaikan asap dupa kemenyan yang membumbung tinggi naik sampai ke hadirat
Allah, menembusi takhta Allah.
Kita
akan melihat hal itu dalam Wahyu 8.
Wahyu
8:3-4
(8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah
dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan
untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di
atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah
asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari
tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Asap
dupa kemenyan naik ke hadirat Allah menembusi takhta Allah, itu merupakan doa
penyembahan dari orang-orang kudus di bumi ini.
Kemudian,
penyembahan tersebut dipimpin langsung oleh seorang malaikat lain; itu
menunjuk pribadi Yesus Kristus, sebab Dia adalah Imam Besar Agung yang memimpin
hidup gereja TUHAN dalam penyembahan yang tertinggi.
Wahyu
5:8
(5:8) Ketika Ia
mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua
puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu
kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan:
itulah doa orang-orang kudus.
Tersungkurlah
keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan takhta Anak Domba, itu
berbicara tentang doa penyembahan. Kemudian, masing-masing mereka memegang satu
kecapi dan satu cawan emas penuh dengan kemenyan.
Pendeknya:
Dengan gulungan kitab atau pembukaan Firman Allah, maka gereja TUHAN atau
sidang mempelai TUHAN dibawa sampai kepada ibadah yang tertinggi, dengan kata
lain; dibawa sampai kepada puncak ibadah, yakni doa penyembahan, sehingga doa
penyembahan dari orang-orang kudus di bumi -- yang naik ke takhta Allah --
sederajat dengan doa penyembahan dari keempat makhluk dan kedua puluh empat
tua-tua yang ada di dalam Kerajaan Sorga.
Adapun
arti rohani dari kedua perkara tersebut ialah ...
“Tabut
Perjanjian” terdiri dari dua bagian:
1.
Peti dari tabut à Gereja TUHAN yang sempurna atau sidang
mempelai TUHAN.
2.
Tutup pendamaian atau tutupan grafirat
dengan kedua kerub à Allah
Trinitas, yakni TUHAN Yesus Kristus, sebagai Mempelai Pria Sorgawi.
Setelah
kita melihat bagian-bagian dari Tabut Perjanjian itu, sekarang kita akan
memasuki arti rohani dari Tabut Perjanjian.
1.
Takhta Allah à Ibadah dan
Pelayanan, sebab di tengah ibadah dan pelayanan inilah Allah bertakhta.
2.
Hubungan nikah antara Kristus,
sebagai Mempelai Pria Sorga, dengan sidang jemaat, sebagai mempelai wanita-Nya,
berdasarkan kasih, tidak berdasarkan yang lain-lain. Biarlah kiranya kita semua
ada dalam naungan kasih Allah yang sempurna.
Pendeknya:
Hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan dalam nikah yang suci. Dan hubungan
dalam nikah yang suci ini tidak boleh dicemari oleh apapun, tidak boleh
dicemari oleh hal-hal yang tidak suci, yakni tidak boleh dicemari oleh dosa
kejahatan dan tidak boleh dicemari oleh tipu daya kenajisan, termasuk
kecemaran-kecemaran yang lain.
Inilah
yang disebut hubungan intim atau persekutuan yang indah dengan TUHAN.
Jadi,
persis seperti apa yang dialami oleh Rasul Paulus juga dialami oleh Rut,
menantu Naomi tersebut. Rut adalah bangsa kafir, bangsa Moab, tetapi lihatlah,
persekutuannya dengan TUHAN adalah hubungan yang intim, berarti dalam nikah
yang suci secara rohani. Walaupun ia belum masuk dalam nikah yang suci dengan
Boas rohani, tetapi rohaninya sudah dibawa sampai kepada hubungan intim dengan
TUHAN.
Jadi,
saat ini kita sedang dipersiapkan oleh TUHAN, dimulai dari hubungan intim,
hubungan nikah yang suci dengan TUHAN jangan dicemari oleh hal-hal yang tidak
suci, baik pikiran, perkataan, sikap, tingkah laku, gerak-gerik, dalam keadaan
situasi kondisi apapun; hubungan kita dengan TUHAN jangan dirusak. Sekali lagi
saya sampaikan; hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan intim, hubungan dalam
nikah yang suci, melebihi dari hubungan kita dengan hubungan apapun di atas
muka bumi ini, jangan diganggu gugat oleh perkara-perkara apapun di atas muka
bumi ini, apalagi dosa kejahatan dan tipu daya kenajisan, termasuk
kecemaran-kecemaran yang lain.
Ayo,
masing-masing kita belajar mempertahankan hubungan intim, hubungan dalam nikah
yang suci, mulai dari sejak sekarang; mendengar firman duduk diam tenang,
buktikan dalam pimpinan Roh Kudus, baik gerak-gerik, bahkan tangan pun,
semuanya, gunakan 10 (sepuluh) jari ini dalam kesucian dan kesempurnaan, karena
kita membuktikannya kepada TUHAN.
Tetapi,
kita boleh belajar LEBIH DALAM LAGI soal HUBUNGAN INTIM ini dengan TUHAN.
Keluaran
25:10-11
(25:10)
"Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta
panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. (25:11)
Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan
dari luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas
sekelilingnya.
Ada
suatu perintah untuk membuat tabut perjanjian dari kayu penaga, adapun
ukurannya;
-
Dua setengah hasta panjangnya.
-
Satu setengah hasta lebarnya.
-
Satu setengah hasta tingginya.
Tetapi
saya tidak menguraikan tentang panjang, lebar dan tinggi; yang mau saya sampaikan
malam ini adalah TUHAN memberikan suatu perintah untuk segera dilaksanakan oleh
Musa dan Israel, yaitu membuat tabut perjanjian dari kayu penaga.
Selanjutnya
tabut perjanjian yang terbuat dari kayu penaga itu harus disalut dengan emas
murni dari dalam dan dari luar.
Jadi,
yang dilapisi bukan hanya bagian luar saja; terlihat bagian luarnya suci,
tampilan luarnya sepertinya benar, bukan bagian luar saja, tetapi dimulai dari
bagian dalam dilapisi dengan emas murni, barulah bagian luarnya dilapisi dengan
emas murni.
Bukan
hanya bagian luarnya saja tampak terlihat baik dan benar tetapi di dalamnya
tidak; itu bukanlah pekerjaan TUHAN. Yang benar adalah dimulai dari melapisi
bagian dalam, barulah melapisi bagian luarnya.
-
Kayu penaga à Manusia daging.
-
Emas murni à Kemuliaan, kemurnian dan kesucian Roh-El
Kudus, itulah tabiat Ilahi, yang tidak berubah-ubah.
Pendeknya:
Tabiat daging telah dilapisi atau disalut dengan tabiat Ilahi.
Kalau
tabiat daging dilapisi dengan tabiat Ilahi, maka tabiat daging tidak terlihat
lagi, dimulai dari bagian dalam maupun nanti bagian luarnya. Tabiat daging
tidak lagi terlihat, karena tabiat Ilahi yang suci dan murni itu telah menutupi
tabiat daging, baik manusia dalam (batinnya) dan juga lahiriah (bagian
luarnya), semuanya sudah disalut (dilapisi) dengan emas murni (tabiat Ilahi).
Biarlah
kiranya nyata bahwa kelak kita berada pada suatu kedudukan yang semacam ini.
Oleh sebab itu, sungguh-sungguh beribadah, jangan pura-pura beribadah. Jangan
beribadah hanya karena tuntutan, tetapi betul-betul kita harus sungguh-sungguh
beribadah selama ada waktu (kesempatan) sebagai panjang sabar yang TUHAN
berikan bagi kita.
Kita tidak tahu umur kita sampai kapan. Sekali waktu bisa saja terjadi perkara di tengah
jalan; oleh sebab itu, sungguh-sungguh beribadah. Apalagi dalam suasana virus
Corona ini; dokter, para medis yang pandai menghindari (melindungi) diri dari
penyakit bisa juga terkena penyakit, apalagi kita, siapa kita ini yang tidak
mempunyai pendidikan? Oleh sebab itu, benar-benar, kita harus bergantung kepada
kasih dan kemurahan TUHAN saja. Maka, dewasalah dalam berpikir supaya kita
berlaku bijaksana, sebagai tanda bahwa manusia daging sudah dilapisi dengan
tabiat Ilahi bagian dalam dan bagian luar.
Kesimpulannya:
Hidup gereja TUHAN sudah mencapai kesempurnaan dan kemuliaannya, sederajat
dengan Mempelai Pria Sorga, baik lahir maupun batinnya. Jadi, hidup rohani dari
gereja TUHAN sudah sederajat, kualitas rohaninya sudah sederajat dengan
kualitas rohani dari pada Mempelai Pria Sorga, baik lahir maupun batin.
Mungkin
ada di antara kita yang pernah bertanya: “Mungkinkah saya bisa sempurna? Apa
mungkinkah saya bisa sama seperti TUHAN?” Jawabnya: Bagi TUHAN tidak ada
yang mustahil, dengan catatan; menyerah.
Lihat
GAMBARAN kualitas yang sederajat dengan Mempelai Pria Sorga.
Wahyu
21:9
(21:9) Maka
datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan,
yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata
kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba."
Malaikat
yang ketujuh ialah malaikat yang akan menumpahkan cawan murka yang ketujuh
(yang terakhir). Kalau cawan murka yang ketujuh itu sudah ditumpahkan, berarti
genaplah seruan yang nyaring di kayu salib, “Sudah selesai.” Demikian
juga setelah cawan murka yang ketujuh ditumpahkan ke angkasa, maka terjadilah
gempa bumi, terjadilah ledakan-ledakan di atas muka bumi ini, baik itu ledakan
terhadap ekonomi, ledakan terhadap pemerintahan, ledakan terhadap politik, semua
meledak, berada dalam kehancuran; tetapi itu merupakan tanda keselamatan bagi
mempelai TUHAN yang hubungannya intim dengan TUHAN seperti pribadi Rut.
Percayalah;
nanti akan ada ledakan-ledakan, baik di bidang ekonomi, di bidang pemerintahan,
di bidang politik, di dalam segala bidang, sampai akhirnya kota yang besar,
kota Babel, terpecah menjadi tiga bagian;
-
Satu kota, itulah bagian dari naga.
-
Satu kota, itulah bagian dari antikris.
-
Satu kota, itulah bagian dari nabi-nabi
palsu.
Sehingga,
gunung-gunung dan pulau-pulau tidak terlihat lagi. Artinya, kekuasaan dari pada
Iblis atau Satan Trinitas sudah tidak lagi nampak, sudah hancur kekuasaannya.
Sebetulnya,
segala sesuatu yang dinyatakan oleh TUHAN kepada kita ini begitu indah, membuat
hati kita begitu tenang, damai, penuh pengharapan, dan tidak ada rasa takut.
Kalau kita betul-betul mengerti rencana TUHAN sesuai dengan pembukaan firman
sehingga kita memperoleh pengertian, dan pengertian Allah menyatu dengan
pengertian kita, pasti tidak ada rasa takut dan kuatir; itu sudah pasti, dan
saya sudah alami sendiri. Oleh sebab itu, berkali-kali saya sampaikan; biarpun
usia muda, tetapi berlakulah dewasa dan bijaksana.
Di
sini kita melihat: Malaikat yang ketujuh yang memegang cawan yang ketujuh
bercerita (memberitahukan). Apa yang diberitahukan? Katanya: "Marilah
ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak
Domba."
Suatu
kali nanti cawan murka yang ketujuh ini ditumpahkan ke angkasa oleh malaikat
yang ketujuh, lihatlah baiknya malaikat yang ketujuh ini, di mana ia
memberitahukan kedudukan rohani dari gereja TUHAN supaya kedudukan kita
betul-betul berada dalam kedudukan rohani mempelai TUHAN, supaya kita lepas
dari penghukuman cawan murka Allah yang ketujuh.
Bukankah
TUHAN itu baik? Sebelum yang ada ini dihancurkan, malaikat yang ketujuh itu
memberitahukan kedudukan dari gereja TUHAN sudah berada pada suatu kedudukan
yang sangat tinggi, yakni menjadi mempelai TUHAN, yakni pengantin perempuan
mempelai Anak Domba.
Jadi,
malaikat sidang jemaat, itulah pemimpin sidang jemaat, itulah gembala sidang,
sudah terlebih dahulu memberitahukan rencana Allah yang begitu rupa ini. Jangan
sampai kita bermasa bodoh.
Sesudah
diberitahukan posisi kedudukan dari pada pengantin perempuan, mempelai Anak
Domba, lalu ...
Wahyu
21:10-11
(21:10) Lalu, di
dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia
menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun
dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan
Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan
permata yaspis, jernih seperti kristal.
“Kota
itu penuh dengan kemuliaan Allah ...” Penuh itu berarti bukan separuh,
bukan setengah, melainkan penuh itu sederajat, sekualitas.
Jadi,
pengantin perempuan, mempelai Anak Domba, tingkat rohaninya sudah sederajat,
penuh dengan kemuliaan Allah; kualitas rohaninya sederajat dengan Mempelai Pria
Sorga. Itulah yang ditunjukkan oleh malaikat yang ketujuh yang memegang cawan
murka Allah yang ketujuh.
Kalau
gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) mengarahkan pandangan kita kepada suatu
kerohanian yang tertinggi, yaitu mempelai wanita TUHAN, maka marilah kita
terima pengertian semacam ini, supaya kita lepas dari penghukuman yang
terakhir, lepas dari cawan murka Allah yang ketujuh.
Kita
kembali membaca Keluaran 25:11.
Keluaran
25:11
(25:11) Haruslah
engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus
menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya.
Ayat ini
selanjutnya meneguhkan hati kita, karena setelah menyalut Tabut Perjanjian itu
dengan emas murni bagian dalam maupun bagian luar, selanjutnya di sini ada
suatu perintah: “ ... dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas (mahkota
emas) sekelilingnya.”
Di
sini kita melihat ada suatu perintah untuk membuat bingkai emas atau mahkota
emas di sekeliling pada peti Tabut Perjanjian itu. Bingkai emas di atas
pada sekeliling tabut perjanjian adalah mahkota emas dari mempelai perempuan,
karena peti dari tabut perjanjian adalah gereja yang sempurna (mempelai wanita
TUHAN).
Apakah
pengertian ini berarti bagi kita? Maka, perhatikanlah baik-baik. Tadi sudah
saya sampaikan di atas; malaikat yang ketujuh menunjukkan pengantin perempuan
mempelai Anak Domba. Kalau hamba TUHAN membawa kita sampai kepada kedudukan
yang tertinggi, bukankah kita seharusnya bersyukur? Pengertian ini harus
berarti bagi kita.
Kembali
saya sampaikan: Di sini kita melihat ada suatu perintah untuk membuat bingkai
emas atau mahkota emas di sekeliling pada peti Tabut Perjanjian, jelas ini
menunjuk kepada; suatu persekutuan yang indah atau hubungan intim dengan
Mempelai Laki-Laki Sorgawi, sebagai tanda ketundukan dari mempelai wanita TUHAN
kepada Mempelai Laki-Laki Sorga.
Mahkota
emas di atas kepala merupakan tanda ketundukan. Ketundukan ini membawa gereja
TUHAN di dalam suatu hubungan yang intim dengan TUHAN. Tanpa ketundukan dari
gereja TUHAN, tidak mungkin ada suatu hubungan yang intim dengan TUHAN.
Perhatikanlah
ini dengan baik: Hubungan intim diawali dari ketundukan, itulah mahkota emas di
atas kepala.
Kemarin
saya memegang HP anak saya, Isai, tanpa sengaja saya membuka konten, tiba-tiba
ada seorang perempuan berbicara dan menyampaikan, bahwa; perempuan yang kuat
bukan dilihat dari perkataannya yang besar untuk menundukkan laki-laki, tetapi
perempuan yang kuat ialah manakala mulutnya berdiam diri; itu adalah tanda
ketundukan supaya hubungan intim ini bisa berlangsung. Itulah mahkota, itulah
perhiasan kita, yaitu ketundukan.
Itulah
tentang penglihatan-penglihatan; sekarang kita akan melihat tentang penyataan-penyataan.
Tentang:
PENYATAAN-PENYATAAN.
2
Korintus 12:4
(12:4) ia
tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan,
yang tidak boleh diucapkan manusia.
Ketika
Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, ia mendengar kata-kata yang
tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. Jelas hal ini menunjuk
adanya hubungan intim atau hubungan dalam nikah yang suci.
Kita
kaitkan dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang berdiri di
bukit Sion bersama dengan Anak Domba.
Wahyu
14:1,3
(14:1) Dan aku
melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi
mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:3) Mereka menyanyikan
suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan
tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu
selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus
dari bumi itu.
“Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru ... dan tidak seorang pun yang dapat
mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang
yang telah ditebus dari bumi itu.” Jelas hal ini berbicara tentang hubungan
dalam nikah yang suci.
Kalau
kita berada dalam hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci, tidak ada
orang yang tahu, kecuali orang itu dengan TUHAN. Kita adalah mempelai
perempuan-Nya TUHAN, Dialah Mempelai Laki-Laki Sorga, Dialah suami. Jika
hubungan itu intim atau disebut juga hubungan dalam nikah yang suci, tidak ada
yang tahu, kecuali orang itu dengan TUHAN.
Oleh
sebab itu, jangan tunjukkan kenajisan kita kepada sesama, sebab hubungan nikah
suci itu harus tetap terbangun, tidak ada yang tahu, kecuali kita dengan TUHAN.
Jangan perlihatkan sesuatu yang tidak suci kepada orang lain, sebab kita
sekarang berada dalam hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci antara
peti dari tabut perjanjian dengan tutup pendamaian, begitu erat sekali; itulah
hubungan dalam nikah yang suci. Sehingga, di dalam Tabut Perjanjian terdapat
tiga perkara, yaitu:
1.
Buli-Buli Emas berisi manna, itu
berbicara tentang; Firman Allah (iman) yang permanen.
2.
Dua loh batu yang berisi 10 (sepuluh)
hukum,
itu berbicara tentang; kasih yang permanen.
3.
Tongkat Harun yang bertunas, itu berbicara
tentang; Roh Allah yang permanen.
Jadi,
kalau hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci itu terjalin, itulah yang
disebut nyanyian baru, dan yang mengetahuinya adalah orang itu dengan TUHAN.
Nyanyian baru; yang tidak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan oleh siapapun,
kecuali orang itu dengan TUHAN.
Inilah
merupakan gambaran dari tingkat rohani yang ditunjukkan oleh Rut di hadapan
Boas ketika ia tersungkur dengan mukanya sampai ke tanah, sehingga ia boleh
berada dalam persekutuan yang baik antara yang seorang dengan yang lain.
Selanjutnya,
kita akan membaca Rut 2.
Rut
2:10-11
(2:10) Lalu
sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya:
"Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan
aku, padahal aku ini seorang asing?" (2:11) Boas menjawab: "Telah
dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan
kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu
bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak
engkau kenal.
Dengan
sikap yang ditunjukkan oleh Rut kepada Boas, maka sebaliknya Boas menunjukkan
dua hal kepada Rut:
YANG
PERTAMA: Boas memperhatikan Rut.
Biarlah
kiranya kita semua mendapat perhatian dari TUHAN. Dan perhatian TUHAN kepada
kita merupakan belas kasihan TUHAN kepada kita semua. Kalau kita diperhatikan,
tentu karena belas kasihan, karena kita ini merupakan bangsa kafir, bukan
bangsa Israel.
Kita
ini bangsa Indonesia; jadi, kalau kita diperhatikan, itu karena belas kasihan.
Soal makan, minum, pakaian diperhatikan, hidup rohani diperhatikan, kebutuhan
sekecil apapun diperhatikan; sandang, pangan, tempat tinggal, semua
diperhatikan; itu belas kasihan, bukan karena kita pandai, bukan karena kita
orang yang sudah berjasa di hadapan TUHAN, tetapi karena belas kasihan. Kalau
sampai hari ini dihimpunkan, lalu kita mendapat perhatian dalam banyak perkara,
itu karena belas kasihan TUHAN.
Mari
kita lihat BELAS KASIHAN itu dalam ayat 13.
Rut
2:13
(2:13) Kemudian
berkatalah Rut: "Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya
tuanku, sebab tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan hati
hambamu ini, walaupun aku tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu
perempuan."
Belas
kasihan TUHAN juga merupakan penghiburan bagi kita.
Belas
kasihan = kemurahan = yang tidak layak menjadi layak. Tetapi kalau akhirnya
kita memperoleh belas kasihan, itu merupakan penghiburan bagi kita semua, sebab
kita ini bukanlah bangsa Israel, seperti Rut berkata: “walaupun aku tidak
sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan”.
Kita
bukan bangsa Israel, kita adalah bangsa kafir yang mendapat belas kasihan, itu
adalah penghiburan, itu adalah perhatian TUHAN. Penghiburan dan perhatian TUHAN
adalah belas kasihan TUHAN.
TUHAN
memperhatikan kita dalam banyak perkara, baik secara jasmani maupun secara
rohani, semua diperhatikan. TUHAN menghibur kita supaya kita bisa terhibur
sekalipun dalam keadaan sangkal diri, pikul salib, sekalipun dalam lembah
kekelaman, sekalipun dalam banyak pergumulan; TUHAN menghibur. Penghiburan dari
dunia itu tidak kekal, hanya sementara, sifatnya kamuflase dan semua, tetapi
penghiburan dari TUHAN sifatnya permanen.
Ketika
seseorang semakin lama semakin hanyut dan tenggelam dalam kasih TUHAN, maka
betul-betul kasih itu, penghiburan semakin terasa; dan itu sudah kita alami
bersama. Sekalipun dalam keadaan menyangkal diri dan memikul salib, namun
penghiburan itu terasa.
Namun
itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal, tidak masuk logika, tidak sesuai
dengan pemikiran dunia. Bagi orang dunia; ketika dia mencari penghiburan, maka
dia terhibur, tetapi sesudah itu menyusul kesusahan.
Tetapi
di dalam TUHAN tidak demikian; biar sangkal diri, pikul salib, tetapi yang
menyusul adalah kemuliaan; dan hal ini tidak bisa dihitung oleh matematika,
itulah yang tidak bisa ditemukan oleh orang dunia. Kiranya, tingkat rohani kita
sudah sampai pada tahapan semacam ini; saya berdoa, saya berharap kita semua
mengalami hal yang seperti itu.
Jadi,
perhatian dan penghiburan merupakan belas kasihan Boas kepada Rut.
Dengan
sikap yang ditunjukkan oleh Rut kepada Boas, maka sebaliknya Boas menunjukkan
dua hal kepada Rut:
YANG
KEDUA: Boas mengenal pribadi Rut secara pribadi.
Sebab,
Boas mengetahui bahwa;
1.
Rut mengikuti Naomi, serta tunduk kepada
ibu Naomi.
Ibu adalah gambaran dari seorang gembala sidang, di mana tugasnya adalah
mengasuh dan merawati. Kalau kita sudah merasakan bahwa hidup jasmani dan
rohani kita sudah diasuh dan dirawat oleh TUHAN dalam penggembalaan ini, maka
buktikanlah ketundukan kita masing-masing di hadapan TUHAN. Dan ketundukan Rut
kepada Naomi diketahui dengan jelas oleh Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus; hal
ini menunjukkan bahwa TUHAN tahu, TUHAN mengenal secara pribadi.
2.
Rut telah meninggalkan ayah dan ibunya
serta tanah kelahirannya, sama artinya; Rut telah meninggalkan
segala sesuatu yang berharga di dalam dirinya. Persis seperti yang dikerjakan
oleh Yesus, Anak Allah; dari sorga turun ke dunia, Dia meninggalkan Bapa-Nya
dan rumah-Nya di sorga, bahkan segala sesuatu yang Dia miliki, bahkan keakuannya,
semuanya ditinggalkan, sehingga kita bisa menyatu dengan TUHAN. Demikian juga
dengan Rut; dia meninggalkan segala yang berharga supaya kelak ia bisa menyatu
dengan Boas rohani, yaitu TUHAN Yesus Kristus.
Jadi,
Boas betul-betul mengenal pribadi Rut secara pribadi.
Namun,
saya tambahkan satu ayat lagi ...
Rut
2:23
(2:23)
Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut,
sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir.
Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya.
“Rut
tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas.” Itu berbicara tentang
persekutuan antara yang satu dengan yang lain, yang diawali dengan hubungan
intimnya dengan TUHAN, yang dikaitkan dengan pribadi Rasul Paulus ketika ia
diangkat ke tingkat yang ketiga, lalu menerima penglihatan-penglihatan dan
menerima penyataan-penyataan; seperti itulah tingkat rohani dari pada Rut.
“
... Untuk memungut, sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah
berakhir. Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya.” Jadi,
persekutuan itu tercipta sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum
berakhir di ladang Boas.
Kita
akan melihat Wahyu 6:6. Wahyu pasal 6 ini berbicara tentang keenam
meterai pertama dibuka, ini berbicara tentang kegerakan Roh Kudus hujan akhir.
Dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir ini, kita akan melihat soal GANDUM dan
JELAI.
Wahyu
6:5-6
(6:5) Dan
ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku mendengar makhluk yang
ketiga berkata: "Mari!" Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor
kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di
tangannya. (6:6) Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah
keempat makhluk itu berkata: "Secupak gandum sedinar, dan tiga
cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur
itu."
Dalam
kegerakan Roh Kudus hujan akhir, yang harus diperhatikan adalah: “Tetapi
janganlah rusakkan minyak dan anggur itu.”
Saat
ini kita bagaikan berada di Taman Getsemani sebagai tempat pemerasan anggur dan
minyak.
-
“Jangan rusakkan anggur.”
Anggur à Kasih Allah.
Tandanya; kita senantiasa menyangkal diri dan memikul salib di tengah ibadah
dan pelayanan ini, kita banyak berkorban tenaga, pikiran, waktu, uang, materi,
bahkan apapun. Mengapa harus kita lakukan itu? Karena dalam kegerakan Roh Kudus
hujan akhir; jangan rusakkan anggur.
-
“Jangan rusakkan minyak.”
Yesus
telah mengalami penumbukan di atas kayu salib, bagaikan pohon zaitun tumbuk untuk
selanjutnya diperas dan menghasilkan minyak zaitun yang murni.
Kita
bersyukur, saat ini kita berada di tengah ibadah, bagaikan berada di tengah
taman Getsemani, supaya terjadi pemerasan air anggur dan pemerasan minyak.
Mengapa harus di tengah ibadah dan pelayanan? Sebab dalam kegerakan Roh Kudus
hujan akhir, suatu perintah yang tegas dikatakan: “Janganlah rusakkan minyak
dan anggur.”
Apalagi
dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir ini, di abad yang terakhir, Yobel yang
terakhir ini, harga dari pada Firman Allah itu sudah semakin mahal dan langka
ditemukan, sebab di sini dikatakan: “Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak
jelai sedinar.” Namun yang pasti, kita harus tetap berada dalam
persekutuan, berada di dalam ladang Boas, sampai selesai memungut yakni; menuai
jelai dan menuai gandum.
Hari
ini kita bisa dengan limpah menikmati pembukaan firman, tetapi suatu kali
nanti, kita akan setengah mati untuk mencari pembukaan firman, dan tanda-tanda
itu sudah mulai terlihat. Dengan adanya Corona saja, gereja yang jemaatnya 500
(lima ratus) ke atas sudah tidak bisa lagi menjalankan ibadahnya, sama artinya;
anggur dan minyak sudah hampir rusak, sementara hari ini merupakan hari-hari
terakhir. Jangan bermain-main.
Mungkin
saja saudara ada yang kurang menghargai, tetapi nanti saudara akan tahu hasil
dari perbuatan saudara itu. Masing-masing kita akan menuai dari sikap kita
dalam hal menghargai pembukaan firman. Saya tahu ada yang dikoreksi soal tidak
adanya perhatian dalam perkerjaan TUHAN sehingga ia menolak pembukaan firman,
tetapi nanti banyak orang akan tahu nasibnya di kemudian hari.
Jangan
rusak minyak dan anggur, sebab dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir di abad
terakhir, Yobel terakhir ini, harga dari Firman TUHAN begitu mahal dan langka
ditemukan. Dan Corona ini sudah menceritakan itu kepada kita semua. Jadi,
jangan sampai kita anggap enteng pemberitahuan sebagai sinyal yang kuat ini.
Bijaksanalah
selama kebijaksanaan itu berfungsi. Dewasalah dalam bersikap selagi kedewasaan
itu bisa kita gunakan dengan baik. Sebab dalam Injil Matius 24:20
dikatakan: “Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh
pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.” Ketika
pembinasa keji berdiri di tempat kudus, janganlah kita melarikan diri saat
musim dingin, jangan kita melarikan diri pada hari Sabat; kebijaksanaan dan
kedewasaan tidak ada artinya pada masa itu. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment