KITAB
RUT
(Seri:
109)
Subtema:
KASIH KARUNIA BAGI ORANG MISKIN DAN ORANG ASING
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena rahmat-Nya dan kasih
karunia-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab
yang disertai dengan perjamuan suci. Dua tangan TUHAN yang berkuasa telah
menghimpunkan kita dari berbagai-bagai tempat untuk berada di tengah-tengah
Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci ini.
Saya
tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN yang
sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video
internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada; salam persekutuan, salam di
dalam kasih Kristus. Biarlah damai sejahtera memerintah di hati kita
masing-masing.
Selanjutnya,
kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kemurahan hati TUHAN membukakan
firman-Nya bagi kita, sehingga kita beribadah dengan tidak percuma, tidak
sia-sia kepada TUHAN, baik segala pengorbanan, tenaga, pikiran, waktu yang
sudah kita persembahkan tidak menjadi percuma, tidak menjadi sia-sia, sehingga
nama TUHAN dipermuliakan, ibadah ini menjadi korban dan persembahan, bahkan
dupa yang berbau harum mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang
maupun masa yang akan datang; nama TUHAN dipermuliakan.
Segera
saja kita memperhatikan KITAB RUT, sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah
Pendalaman Alkitab. Kita sudah mengakhiri Rut 2:1-23 pada minggu yang
lalu.
Dalam
susunan Tabernakel;
- Rut 2 terkena pada Pelita
Emas; itu merupakan kegiatan Rut di ladang Boas rohani, itulah TUHAN Yesus
Kristus. Jika kita sekarang berada dalam kegiatan rohani, dalam susunan
Tabernakel terkena pada pelita emas; terang, menjadi kesaksian.
- Rut 1 terkena pada Pintu
Kemah; berarti, kepenuhan Roh-El Kudus. Sebagaimana Naomi dan Rut,
menantunya itu, akhirnya kembali ke Betlehem, Efrata, dan pada saat mereka
kembali ke Betlehem, mereka disambut oleh perempuan-perempuan; hal ini terkena
pada Pintu Kemah; kepenuhan Roh-El Kudus. Sedangkan Orpa kembali ke Moab,
kembali ke negertinya, artinya; kembali menyembah berhala, kembali kepada
kenajisan dari pada bangsa kafir, berarti di luar pintu kemah = tertinggal,
diinjak-injak oleh antikris.
Sekarang,
kita akan memasuki Rut 3. Kesimpulan dari Rut 3 ini menceritakan
tentang Rut dan Boas di tempat pengirikan. Bila dikaitkan dengan Pengajaran
Tabernakel terkena pada Meja Roti Sajian. Artinya, persekutuan yang mendalam
dengan Yesus, Anak Allah, lewat pengajaran Firman Allah dan perjamuan suci.
Singkatnya:
Persekutuan kita (manusia) dengan pengajaran Firman Allah, itu jelas terkait
dengan hati manusia, seperti meja dengan roti sajian -- maka
disebutlah meja dengan roti sajian --.
Marilah
kita ikuti pemberitaan firman ini perlahan-lahan supaya kita memperoleh hikmat
dari sorga, sehingga dengan hikmat itu kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam
setiap kita beribadah, dalam setiap kita melayani pekerjaan TUHAN.
Amsal
3:1
(3:1) Hai
anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu
memelihara perintahku,
Anak-anak
TUHAN jangan melupakan ajaran TUHAN; oleh sebab itu, biarlah Firman TUHAN itu
dipelihara dengan baik di dalam hati kita masing-masing. Pendeknya: Hati
manusia harus menjadi tempatnya Firman TUHAN, supaya firman itu terpelihara
dengan baik.
Lalu,
kita lanjutkan pada Amsal 7:1-3.
Amsal
7:1
(7:1) Hai
anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam
hatimu.
“Hai
anakku, berpeganglah pada perkataanku ...” Berpeganglah pada perkataan
TUHAN, jangan berpegang pada perkataan yang jahat dan perkataan yang tidak
suci. Sekali lagi saya sampaikan: Berpegang teguhlah pada Firman TUHAN.
Selanjutnya
“... simpanlah perintahku dalam hatimu” Jadi, setelah berpegang pada
Firman TUHAN, selanjutnya simpan firman itu di dalam hati kita masing-masing.
Ingatlah akan hal itu.
Amsal
7:2-3
(7:2) Berpeganglah
pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku
seperti biji matamu. (7:3) Tambatkanlah semuanya itu pada
jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu.
Mengapa
harus berpegang pada ajaran TUHAN? Jawabnya adalah supaya kita hidup. Kalau
manusia tanpa firman, itu bukanlah hidup; tetapi kalau manusia hidup, ia harus
berpegang kepada firman, supaya hidup.
Jika
manusia tanpa firman, maka ia seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti
bunga rumput; suatu kali nanti rumput akan gugur, kemuliaannya juga akan
lenyap, tetapi Firman TUHAN kekal sampai selama-lamanya, itulah hidup. Kalau
hidup untuk binasa, itu bukanlah hidup, tetapi hidup sampai kepada Yerusalem
Baru, itulah hidup, karena sifatnya kekal.
Oleh
sebab itu, bersama-sama kita harus memelihara, bersama-sama kita harus
menyimpan firman itu seperti biji mata dipelihara dengan baik. Kemudian,
tambatkanlah semuanya itu, ikatkanlah semuanya itu pada jarimu. Setelah
ditambatkan pada 10 (sepuluh) jari, barulah selanjutnya dituliskan pada loh
hati.
10
(sepuluh) jari ini bagaikan 10 (sepuluh) ucapan bahagia di atas bukit; semuanya
kasih karunia. Biarlah kita menambatkan Firman TUHAN itu di dalam 10 (sepuluh)
jari ini, bagaikan ucapan Yesus di bukit sebagai 10 (sepuluh) ucapan bahagia
kepada murid-murid, supaya kita berbahagia; sesudah itu, biarlah firman itu
ditulis pada loh hati.
2
Korintus 3:3
(3:3) Karena
telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis
oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari
Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging,
yaitu di dalam hati manusia.
Biarlah
kehidupan kita menjadi surat Kristus (surat pujian) yang dapat dibaca dan yang
dapat dikenal oleh setiap orang, disebut juga surat yang terbuka; itu menandakan
bahwa firman itu teleh dimeteraikan oleh Roh Kudus di dalam loh-loh daging
kita, ditukik di dalam hati kita masing-masing.
Kalau
firman itu sudah mendarah daging, dimeteraikan oleh Roh Kudus, ditukik di hati
kita masing-masing, itu artinya kita sudah menjadi surat Kristus, surat pujian
yang dapat dibaca dan dikenal oleh setiap orang. Baik perkataan kita semua
dapat dilihat, dapat dibaca, dapat dikenal oleh semua orang, demikian juga
pergerakan (perbuatan) kita dapat dilihat, dapat dikenal, dapat dibaca oleh
setiap orang. Intinya; kita menjadi surat yang terbuka, menjadi kesaksian,
menjadi contoh teladan, baik perkataan maupun perbuatan; dan itu adalah tanda
bahwa kita senantiasa menikmati pelayanan Roh, bukan pelayanan tubuh. Pelayanan
tubuh itu adalah ibadah yang dijalankan secara lahiriah atau rutinitas, atau
disebut juga ibadah Taurat; firman itu tidak mendarah daging.
Kalau
hanya menangis setelah mendengar firman, tetapi firman yang didengar tidak difollow-up,
tidak ditindak lanjuti, itulah yang disebut dengan pelayanan tubuh. Sementara
pelayanan Roh, berarti firman itu sudah dimeteraikan (dituliskan) oleh Roh
Kudus pada loh-loh daging, ditukik pada hati kita masing-masing; itulah tanda
bahwa kita sudah menjadi surat Kristus (surat pujian) sehingga dapat dibaca,
baik perkataan dapat dibaca, baik perbuatan gerak-gerik sekecil apapun dapat
dibaca manusia apalagi TUHAN.
HAL
YANG HARUS KITA PERHATIKAN:
Amsal
7:2
(7:2)
Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah
ajaranku seperti biji matamu.
Berpeganglah
pada perintah TUHAN, maka jaminannya adalah kita hidup sampai selama-lamanya,
karena firman itu hidup, maka kita hidup.
Kemudian,
yang harus kita perhatikan dari ayat 2 ini adalah: “simpanlah
ajaranku seperti biji matamu” Artinya, sejauh mana kita memperhatikan
Firman Allah di dalam hati kita, sejauh itulah TUHAN memelihara hidup kita;
terpelihara seperti biji mata TUHAN.
Sejauh
mana kita memelihara Firman TUHAN di dalam hati ini, sejauh itulah TUHAN
memelihara kehidupan kita, seperti biji mata yang terpelihara. Tidak ada biji
mata yang dibiarkan dimasuki oleh serbuk sedikitpun, apalagi selumbar; oleh
sebab itulah, TUHAN akan memelihara kehidupan kita sama seperti biji mata
dipelihara dengan baik dan sempurna.
Rut
2:17
(2:17) Maka ia
memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan
ada kira-kira seefa jelai banyaknya.
Rut
mengirik jelai yang dipungutnya dari ladang Boas, ada kira-kira satu efa jelai
banyaknya. Artinya, oleh karena kelimpahan Firman Allah, hidup Rut terpelihara
seperti biji mata TUHAN.
Kalau
kita bandingkan dengan bangsa Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun
selama 40 (empat puluh) tahun; mereka dipelihara oleh TUHAN dengan roti, yang
disebut dengan manna. Setiap orang akan mengumpulkan manna itu satu gomer
tiap-tiap orang, setiap hari, selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun;
TUHAN pelihara dengan satu gomer saja. Adapun segomer ialah sepersepuluh efa,
sesuai dengan Keluaran 16:36.
Kesimpulannya:
Satu berbanding sepuluh (1/10), itu adalah kasih karunia Allah atau kemurahan
hati TUHAN.
Jadi,
kalau Rut mengirik jelai yang dipungutnya dari ladang Boas, dengan hasilnya ada
kira-kira satu efa, jelas itu adalah kemurahan bagi Rut, yang adalah bangsa
Moab, bangsa kafir. Sebagaimana dengan kisah perempuan Siro-Fenesia atau
perempuan Kanaan yang juga merupakan bangsa kafir, dia bukan bangsa Israel,
sehingga ia digambarkan seperti anjing, namun juga akhirnya beroleh kemurahan,
beroleh kasih karunia, karena pada akhirnya anjing itu makan remah-remah yang
jatuh dari meja tuannya; itu adalah kemurahan, satu efa.
Mari
kita lihat CONTOH KEMURAHAN bagi bangsa kafir, yang bukan bangsa Israel --
seperti kita yang adalah bangsa Indonesia, bukan bangsa kafir, bukan bangsa
yang bersunat --.
Imamat
19:9-10
(19:9) Pada
waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis
sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari
penuaianmu. (19:10) Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah
kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu
janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang
miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.
Suatu
peraturan dan ketentuan yang berlaku di Israel pada waktu menuai hasil di
ladang, yakni:
1. Janganlah
kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya.
2. Janganlah
kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu.
3. Juga
sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya.
4. Buah yang
berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut.
Mengapa
TUHAN berikan peraturan ini? Mengapa peraturan ini berlaku bagi bangsa Israel?
Jawabnya ialah karena semuanya itu adalah bagian orang miskin dan
orang asing. TUHAN sangat memperhatikan orang miskin dan orang asing.
Terlebih
dahulu kita memperhatikan: Bukti bahwa TUHAN memperhatikan ORANG MISKIN.
Yesus
rela menjadi miskin supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya atau
salib-Nya. Pendeknya; TUHAN sangat memperhatikan orang yang lemah lembut dan
rendah hati, sebagai gambaran dari orang-orang yang menyangkal dirinya dan
memikul salibnya. Jadi, jangan kita ragu untuk kena mengena dengan salib
Kristus di tengah ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan ini; jangan kita
ragu untuk memikul salib Kristus.
2
Korintus 8:9
(8:9) Karena
kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia,
yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu
menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
“Karena
kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus ...” Kamu telah
mengenal kasih karunia. Kamu telah mengenal kemurahan. Kamu telah mengenal
anugerah. Kamu telah mengenal tentang yang tidak layak menjadi layak. Kamu
telah mengenal kasih karunia TUHAN atau kemurahan TUHAN kita, Yesus Kristus.
Oleh
karena kita, Ia rela menjadi miskin, sekalipun sebenarnya Ia kaya. Tujuannya
ialah sipaya kehidupan manusia yang miskin ini menjadi kaya oleh karena
kemiskinan-Nya, oleh karena sengsara-Nya di atas kayu salib. Jadi, kita
mengenal kasih karunia atau kemurahan hati TUHAN, jelas dari salib, bukan dari
berkat-berkat jasmani, itu hanya bonus saja.
Kita
mengenal kasih karunia, karena kita rela memikul salib, sehingga yang miskin
menjadi kaya. Sama seperti Yesus Kristus; Dia yang kaya rela menjadi miskin,
rela meninggalkan Bapa-Nya, rela meninggalkan rumah-Nya di sorga, rela
meninggalkan segala kekayaan yang ada di dalam Kerajaan Sorga, Dia turun ke
dunia ini dan mati di atas kayu salib, supaya kehidupan kita yang berdosa,
supaya kehidupan yang miskin ini menjadi kaya oleh karena salib.
Jadi,
manusia, setiap orang, tidak akan mengenal kasih karunia kalau dia tidak mau
memikul salib, dia tidak akan mengerti tentang kemurahan.
Saya
memperhatikan di antara sidang jemaat; kalau dia tidak mau memikul salib, dia
tidak akan pernah mengenal kemurahan sekalipun dia sudah ditolong TUHAN,
sekalipun dia sudah diberkati oleh TUHAN. Ada beberapa orang yang saya lihat;
sudah diberkati, tetapi tetap tidak mengenal kasih karunia, mengapa? Karena
tidak mau memikul salibnya.
Sekali
lagi saya sampaikan: Manusia mengenal kasih karunia karena ia mau memikul
salibnya. Tetapi ingat; orang yang memikul salib, orang yang rela miskin akan
menjadi kaya oleh karena salib. Ingatlah; janji firman “ya” dan “amin”, suatu
kali kelak akan tergenapi cepat atau lambat, tergantung sejauh mana seseorang
menyerah pada pembukaan firman, tergantung sejauh mana kita mau memikul salib.
Dengan
demikian, kita telah mengenal kasih karunia TUHAN kita, Yesus Kristus, bukan?
Jangan sampai kita tidak mengenal kasih karunia. Oleh sebab itu, jangan kita
heran dengan sengsara salib. Kita memang harus terhubung langsung dengan salib,
harus kena mengena dengan salib, tidak boleh menyingkir, supaya kita mengenal
kasih karunia.
Kita
awali PELAYANAN KASIH, dari ayat 1-2.
2
Korintus 8:1-2
(8:1)
Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih
karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.
(8:2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan,
sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin,
namun mereka kaya dalam kemurahan.
Saudara-saudaraku
yang terkasih dalam Kristus Yesus, perhatikanlah ini dengan sunguh-sungguh:
Kasih karunia dianugerahkan, dinyatakan, diberikan kepada jemaat-jemaat di
Makedonia. “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita
mereka meluap”, jangan menangis karena penderitaan, tetapi menangislah
karena dosa. Kalau rohani kanak-kanak, ia akan menangis karena tidak punya
uang, tetapi tidak menangis karena dosanya yang banyak itu; itu masih
kanak-kanak, belum mengerti apa-apa.
Jemaat
di Makedonia ini limpah dengan kasih karunia TUHAN, limpah dengan kemurahan
hati TUHAN, kaya dengan kasih karunia TUHAN, sebagai bukti:
YANG
PERTAMA: “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita
mereka meluap.”
Jadi,
dalam tekanan, dalam penderitaan, dalam pergumulan, sukacita mereka tetap
meluap. Tidak ada air mata, tidak cengeng ketika tidak makan, tidak cengeng
ketika tidak punya uang, tidak cengeng kalau pun harus memikul salib dan
menderita oleh salib, tidak cengeng karena aniaya karena firman. Apa itu aniaya
karena firman? Contohnya; karena aturan firman, kita harus mengembalikan
sepersepuluh; karena aturan firman, kita harus mempersembahkan persembahan
khusus; tidak cengeng karena aturan firman.
Tetapi
Yesus berkata kepada ibu Maria: “janganlah kamu menangisi Aku, melainkan
tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu” Jangan tangisi sengsara salib,
jangan tangisi Yesus yang disalib, tetapi tangisi diri kita, tangisi dosa-dosa
yang kita perbuat.
YANG
KEDUA: “Meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.”
Miskin
-- berarti tidak punya apa-apa --, tetapi kaya dalam kemurahan hati.
Itulah
jemaat di Makedonia; mereka limpah kasih karunia. Sungguh, mereka mengenal
kasih karunia.
Ada
satu pujian: “Aku t’lah mengenal kasih karunia-Mu ... Dia kaya rela jadi
miskin, supaya aku jadi kaya. Hosana, Hosana, bagi Yesus, Allahku. Hosana,
Hosana, bagi Yesus, TUHANku. ”
Kita
lanjut memperhatikan ayat 3-5.
2
Korintus 8:3-5
(8:3) Aku
bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan
melampaui kemampuan mereka. (8:4) Dengan kerelaan sendiri
mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga
beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada
orang-orang kudus. (8:5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada
yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada
Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.
Jemaat-jemaat
di Makedonia ini betul-betul telah mengenal kasih karunia Allah, sebab mereka
memberi melampaui kemampuan mereka atau memberi di luar kemampuan, memberi dari
kekurangan, bukan memberi dari kelimpahan. Kalau memberi dari kelimpahan, semua
orang bisa melakukannya, bahkan orang kaya yang tidak tergembala pun bisa
memberi. Kalau memberi dari kelimpahan, orang di luar TUHAN pun bisa
melakukannya, tetapi bukan seperti itu yang TUHAN mau, melainkan betul-betul
supaya kehidupan kita ini, supaya hidup rohani kita ini sama seperti jemaat di
Makedonia yang limpah kasih karunia dan betul-betul sudah mengenal kasih
karunia, yaitu memberi dari kekurangan di dalam pelayanan kasih, bahkan mereka
memberi lebih banyak dari pada yang diharapkan oleh rasul-rasul.
Bayangkan,
sama seperti kisah seorang janda yang miskin di dalam Markus 12. Semua
ahli Taurat, orang Farisi memberi dari segala kelimpahannya, tetapi rupanya
TUHAN melihat dan memperhatikan semua persembahan-persembahan itu. Lalu
datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu
duit. Akhirnya, Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda
miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke
dalam peti persembahan.”
Janda
miskin memberikan dua peser, yaitu satu duit; dia memberikan dari segala
kekurangannya, berbeda dengan orang banyak yang memberi dengan jumlah yang
besar, mereka memberi dari segala kelimpahan. Orang yang hidup di luar TUHAN
pun bisa melakukan hal seperti itu; jadi, jangan heran, kalau kita memberi
karena “ada”, semua orang pun bisa. Tetapi yang TUHAN mau adalah supaya mata
kita tercelik dan betul-betul melihat kasih karunia, mengenal kasih karunia
dengan jelas.
Dengan
pengertian yang kita miliki ini, maka kita dapat menyenangkan hati TUHAN di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan; kalau tidak, maka tidak akan pernah
menyenangkan hati TUHAN selain menyenangkan daging dan di sekitar daging.
Sekali
lagi saya sampaikan: Jemaat di Makedonia ini memberi lebih banyak dari yang
diharapkan oleh rasul-rasul. Kemudian, mereka tidak hanya memberikan harta
mereka, mereka tidak hanya mempersembahkan harta mereka sebagai korban
persembahan, tetapi ternyata juga memberikan diri mereka atau hidup mereka,
dengan kata lain; mengabdikan diri atau menyerahkan diri mereka pertama-tama
kepada Allah, kemudian kepada rasul, hamba-hamba TUHAN.
Jadi,
ternyata, bukan hanya harta saja yang mereka persembahkan kepada TUHAN, tetapi
mereka juga mempersembahkan diri mereka pertama-tama untuk TUHAN, kemudian
mengabdikan diri kepada rasul-rasul (hamba TUHAN). Sekali waktu, kalau saudara
memperhatikan pekerjaan TUHAN di
pastori, itu memang merupakan Firman TUHAN; biarlah kiranya itu diperhatikan
dengan baik.
Segala
sesuatu yang diperbuat oleh jemaat di Makedonia di hadapan TUHAN ini , kalau
dikaitkan dengan TAHBISAN atau penobatan imam-imam atau pengangkatan pelayan
TUHAN, jelas itu terkena pada domba jantan yang pertama.
Keluaran
29:1
(29:1)
"Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan
mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku: Ambillah seekor
lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela,
Untuk
penobatan, untuk tahbisan imam-imam, TUHAN menuntut dan menentukan 3 (tiga)
ekor korban binatang, yaitu: 1 (satu) ekor lembu jantan muda dan 2 (dua) ekor
domba jantan yang tidak bercela (tidak bercacat).
Jadi,
ada 2 (dua) ekor domba jantan, tetapi yang kita lihat adalah domba jantan yang
pertama, karena itu terkait dengan penyerahan dari jemaat di Makedonia.
Kita
akan melihat DOMBA JANTAN YANG PERTAMA.
Keluaran
29:15-18
(29:15) Kemudian
haruslah kauambil domba jantan yang satu, lalu haruslah Harun dan
anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala domba jantan itu. (29:16)
Haruslah kausembelih domba jantan itu dan kauambillah darahnya dan kausiramkan
pada mezbah sekelilingnya. (29:17) Haruslah kaupotong-potong domba
jantan itu menurut bagian-bagian tertentu, kaubasuhlah isi perutnya dan
betis-betisnya dan kautaruh itu di atas potongan-potongannya dan di atas
kepalanya. (29:18) Kemudian haruslah kaubakar seluruh domba jantan
itu di atas mezbah; itulah korban bakaran, suatu persembahan yang harum bagi
TUHAN, yakni suatu korban api-apian bagi TUHAN.
Kemudian
haruslah kauambil domba jantan yang satu, lalu haruslah Harun dan anak-anaknya
meletakkan tangannya ke atas kepala domba jantan itu. Saat
pengangkatan atau tahbisan imam, terlebih dahulu menaruh dua tangan di atas
kepala domba jantan itu, itu merupakan gambaran dari persekutuan kita dengan
Kristus dan korban-Nya.
Jadi,
seorang imam harus bersekutu dengan korban, tidak boleh melayani sesuka hati
tanpa korban. Itu sebabnya, berkali-kali saya sampaikan: “Ayo, periksa dulu
hati masing-masing; mau melayani TUHAN atau tidak? Kalau belum ada persekutuan
dengan korban, terserah, ambil keputusan; mau lanjut melayani atau sebagai
sidang jemaat saja dulu, silahkan”. Seorang imam harus ada persekutuan
dengan Kristus, sebagai Kepala, dan korban-Nya.
Haruslah
kausembelih domba jantan itu dan kauambillah darahnya dan kausiramkan pada
mezbah sekelilingnya. Artinya; untuk melayani, seorang imam
(pelayan Tuhan) harus rela menjadi korban untuk orang lain, untuk sidang jemaat
di tengah ibadah dan pelayanan ini.
Inti
dari pembacaan Keluaran 29:15-18, korban domba jantan yang pertama ialah
penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, sebab
binatang domba jantan pertama itu seluruhnya harus dibakar di atas Mezbah
Korban Bakaran dari kepala sampai ekor, bahkan isi perut dan betisnya
-- sesudah dibersihkan -- pun harus dibakar sampai habis; itulah penyerahan
diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, sebab semua daging dari domba
jantan yang pertama itu -- dari kepala sampai ekornya -- dibakar sampai hangus
di atas Mezbah Korban Bakaran, dan menjadi korban api-apian yang baunya
sampai ke hadirat TUHAN.
Dibakar
sampai hangus, itulah penyerahan diri sepenuhnya dari seorang imam untuk taat
kepada kehendak Allah, bukan lagi taat kepada pemikirannya, bukan lagi taat
kepada kepentingannya, bukan lagi taat kepada kehendak manusia dan kehendak
sidang jemaat, tetap taat kepada kehendak Allah. Jadi, dibakar sampai hangus,
menjadi korban api-apian yang baunya sampai hadirat TUHAN, menembusi takhta
Allah.
Seringkali
kita membawa korban namun hanya untuk menyenangkan hati manusia, tetapi kalau
kita membawa korban domba jantan yang pertama, maka semuanya dibakar sampai
hangus sebagai korban api-apian, dan baunya sampai ke hadirat TUHAN, menembusi
takhta Allah. Tidak ada yang bisa menghalangi, bahkan malaikat pun tidak ada
yang bisa menghalangi, apapun tidak bisa menghalangi, sampai menembusi takhta
Allah; itulah yang terjadi, jikalau berada dalam penyerahan diri sepenuh untuk
taat kepada kehendak Allah, sampai hangus.
Termasuk
perut dan betis, sesudah dibasuh juga harus dibakar di atas Mezbah Korban
Bakaran.
-
Isi perut à Bagian dalam,
bagian yang terbaik, itulah manusia batiniah. Kalau tubuh bisa saja terlihat
baik, tetapi belum tentu manusia dalam (manusia batinnya). Jadi, isi perut,
itulah bagian yang terbaik, manusia batiniah, itu juga dibakar habis.
-
Betis à Perjalanan rohani
kita juga dibakar sampai habis. Setelah kita mengikuti Yesus, setelah kita
menjadi imam, maka perjalanan rohani kita ke depan harus dibakar sampai hangus.
Camkanlah
apa yang sudah TUHAN nyatakan bagi kita, terkhusus bagi yang sudah melayani
TUHAN; sungguh-sungguh.
Itulah
penyerahan diri, pengabdian diri dari jemaat di Makedonia ini, yang kalau
dikaitkan dengan “tahbisan” terkena pada domba jantan yang pertama.
Pengertian
sorgawi yang turun ke bumi, itulah yang mengubah karakter kita, bukan? Jadi,
tidak perlu saya katakan: “Ayo, sungguh-sungguh”, sebab pengertian
sorgawi itu yang akan mengbahkan karakter kita.
Kita
kembali membaca 2 Korintus 8.
2
Korintus 8:4
(8:4) Dengan
kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka
juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada
orang-orang kudus.
Penyerahan
diri sepenuh untuk tata kepada kehendak Allah harus dengan segala kerelaan
hati, bukan dengan paksaan. Seperti jemaat di Makedonia; mereka mendesak
Rasul-rasul supaya mereka mendapat bagian di dalam hal memikul salib, di dalam
hal berkorban, mulai dari berkorban uang, berkorban materi, juga berkorban di
dalam hal; pengabdian diri pertama-tama kepada TUHAN, selanjutnya kepada
rasul-rasul (hamba-hamba TUHAN), baik tenaga, pikiran, waktu, dan lain
sebagainya; semuanya itu dengan segala kerelaan, bukan dengan keterpaksaan.
Kalau melayani, jangan dengan terpaksa. Kalau berkorban, jangan dengan tepaksa.
2
Korintus 8:5
(8:5) Mereka
memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri
mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah
juga kepada kami.
Pengabdian
itu pertama-tama mereka tujukan kepada Allah, barulah kepada hamba-hamba TUHAN.
Hal ini harus kita pahami.
2
Korintus 8:6-8
(8:6) Sebab itu
kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan
pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (8:7) Maka
sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, -- dalam iman, dalam
perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam
kasihmu terhadap kami -- demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan
kasih ini. (8:8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah,
melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau
menguji keikhlasan kasih kamu.
Pengorbanan
di dalam pelayanan kasih, bukanlah sebagai perintah, dan kita mengerjakan hal
itu pun bukan karena aturan-aturan yang ada sehingga seseorang berkorban di
dalam pekerjaan TUHAN, melainkan dengan ketulusan hatinya, dengan segala
keikhlasan hatinya, bukan karena keterpaksaan.
Jadi,
apa yang sudah dinyatakan oleh Rasul Paulus adalah untuk dilaksanakan bukan
dengan keterpaksaan, tetapi dengan segala keikhlasan.
Biarlah
kita fokus memperhatikan Firman TUHAN, tidak ada artinya yang lain-lain. Toh
juga yang lain-lain, itulah yang jahat, yang najis, kalau kita pikirkan di
dalam hati, itu semua tidak ada artinya, dan itu sudah terbukti. Tetapi kalau
kita fokus sampai firman itu mendarah daging, maka itulah yang memelihara
hidup. Jadi, bijaksanalah.
Sekali
lagi saya sampaikan: Pengorbanan di dalam pelayanan kasih bukanlah sebagai
perintah, bukan juga karena aturan-aturan yang ada -- maksudnya; karena ada
aturan, lalu kita ikuti, barulah kita berkorban -- di dalam melayani pekerjaan
TUHAN, melainkan dengan ketulusan hati, keikhlasan hati, bukan dengan
keterpaksaaan.
Biarlah
kita semakin dewasa dan semakin bijaksana dengan pengertian yang sudah kita
terima ini. Oleh sebab itu, lawan pengertian yang tidak sesuai dengan firman.
Berpeganglah pada firman, supaya kita dipelihara oleh TUHAN.
2
Korintus 8:10-11
(8:10) Inilah
pendapatku tentang hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang sudah sejak
tahun yang lalu kamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk
menyelesaikannya juga. (8:11) Maka sekarang, selesaikan jugalah
pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu,
dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu.
Dalam
ayat ini dikatakan; untuk pelayanan kasih itu, bagi yang berkorban sudah
dilaksanakan dari sejak satu tahun yang lalu. Demikian juga tidak lama lagi
kita akan melaksanakan agenda tahunan kita, yakni Kebaktian Natal Persekutuan: Pengajaran
Pembangunan Tabernakel (PPT), yang jika TUHAN izinkan akan
diselenggarakan pada tanggal 28-29 Desember 2020, selama 2 (dua) hari, dengan 3
(tiga) sesi Kebaktian. Kiranya hal itu kita kerjakan, kita laksanakan samapi
dengan selesai.
Namun
di dalam menyelesaikan pelaksanaan itu, perlu diperhatikan dua hal:
1.
Dilaksanakan sepadan dengan kerelaan hati
kita masing-masing.
2.
Melakukannya berdasarkan apa yang ada pada
kita.
TUHAN
tidak memaksa; kita memberikan, kita berkorban sesuai (sepadan) dengan apa yang
kita punya, TUHAN tidak otoriter; oleh sebab itu, harus dengan kerelaan hati.
Itulah
tentang TUHAN mengasihi orang miskin, di mana pada akhirnya jemaat di
Makedonia menjadi kaya oleh karena kemiskinan TUHAN, karena salib. Jemaat
Makedonia mengenal kasih karunia karena Salib; yang miskin menjadi kaya.
Itulah
bertitik tolak dari “satu efa” jelai yang dipungut di ladang Boas. Saat
ini kita sedang berada di ladang Boas rohani, itulah TUHAN Yesus Kristus.
Setelah Rut mengirik yang dipungutnya, hasilnya ialah satu efa. Sementara
bangsa Israel dipelihara dengan manna selama 40 (empat puluh) tahun hanya
dengan satu gomer setiap hari tiap-tiap orang. Ukuran satu gomer ialah
sepersepuluh efa; jadi, satu banding sepuluh (1:10), itu adalah kemurahan bagi
Rut, bagi gereja bangsa kafir -- kita ini adalah bangsa Indonesia, bangsa kafir
--.
Kalau
sampai malam ini kita boleh menikmati kelimpahan pembukaan firman (hikmat
sorgawi), itu adalah kemurahan. Kalau sudah betul-betul dalam kemurahan yang
sempurna, maka nanti bangsa Israel cemburu. Oleh sebab itu, dimulai dari kita,
yang adalah bangsa kafir.
Sekarang
kita akan memperhatikan: Bukti bahwa TUHAN memperhatikan ORANG ASING.
Ulangan
24:17-18
(24:17) Janganlah
engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim; juga janganlah engkau
mengambil pakaian seorang janda menjadi gadai. (24:18) Haruslah
kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus
TUHAN, Allahmu, dari sana; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan
hal ini.
Di
sini kita melihat suatu peraturan yang berlaku di Israel, yaitu: Janganlah
memperkosa atau mengambil dengan paksa hak orang asing.
Mengapa
peraturan ini diberlakukan? Alasannya adalah sebab bangsa Israel pernah menjadi
orang asing atau pendatang di Mesir. Kalau kita pernah merasa sakit ketika
dipukul, maka jangan kita memukul orang lain; rasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain.
Ulangan
24:19
(24:19) Apabila
engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah
engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim
dan janda -- supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala
pekerjaanmu.
Kemudian,
pada saat musim menuai di ladang, lalu terlupa (tertinggal) seberkas di ladang,
aturannya adalah; janganlah kembali ke ladang untuk mengambilnya. Kalau sudah
terlupa, kalau sudah ketinggalan seberkas di ladang, jangan kembali lagi untuk
mengambilnya; itu adalah aturan yang berlaku di Israel. Mengapa demikian? Sebab
itu merupakan bagian dari orang asing atau bagian dari orang pendatang.
Manfaat
bila aturan ini dilakukan (dikerjakan) ialah maka segala pekerjaan kita di muka
bumi ini akan diberkati oleh TUHAN. Apapun jenis pekerjaan kita -- tentunya
pekerjaan yang positif --, maka pekerjaan itu diberkati TUHAN. Jangan lihat “aku
bekerja di perusahaan kecil. dia bekerja di perusahaan besar”, tetapi kalau
kita betul-betul melakukan apa yang menjadi aturan ini, yaitu melupakan
seberkas yang ketinggalan di ladang, jelas TUHAN berkata: “TUHAN, Allahmu,
memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu.”
Apapun
yang dikerjakan oleh tangan ini akan diberkati oleh TUHAN. Jadi, jangan lihat
perusahaan kecil atau perusahaan besar, tetapi ukurannya adalah aturan firman
yang kita dengar dan kita lakukan; diberkati. Lepaskan pengertian yang lama,
ikuti aturan firman, maka pekerjaan diberkati. Aminkan firman malam ini.
Pendeknya:
Melupakan atau tidak menuntut kembali segala sesuatu yang kita berikan,
manfaatnya ialah pekerjaan atau segala sesuatu yang kita kerjakan diberkati
oleh TUHAN. Apa yang kita berikan, biarlah itu kita lupakan begitu saja, tidak
usah dituntut kembali, maka balasannya adalah segala pekerjaan kita diberkati
oleh TUHAN.
Ulangan
24:20
(24:20) Apabila
engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah
engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing,
anak yatim dan janda.
Apabila
engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau
memeriksa cabang yang lain sekali lagi walaupun memang ada hasilnya di situ,
karena itu merupakan bagian dari orang asing.
Dari
pohon zaitun yang dipukul-pukul, hasilnya boleh dipetik, tetapi dari dahan
(cabang) pohon zaitun itu, dilarang untuk memeriksanya kembali. Mengapa aturan
ini ada? Sebab itu adalah bagian dari orang asing.
Biarlah
“yang pokoknya” saja yang menjadi bagian kita; Yesus adalah pokoknya dan kita
adalah rantingnya. Biarlah yang menjadi bagian kita adalah TUHAN Yesus saja.
Ulangan
24:21-22
(24:21) Apabila
engkau mengumpulkan hasil kebun anggurmu, janganlah engkau mengadakan
pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan
janda. (24:22) Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di
tanah Mesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal
ini."
Kemudian,
ketika mengumpulkan hasil kebun anggur di ladang, dilarang mengadakan pemetikan
untuk yang kedua kalinya. Jadi, kalau sudah menuai hasil pertama, jangan lagi
dipetik untuk yang kedua kalinya, karena itu merupakan bagian dari orang asing,
hak bagi orang asing.
Mengapa
TUHAN keluarkan aturan itu? Karena pada ayat 22, TUHAN berkata: “Haruslah
kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir; itulah sebabnya aku
memerintahkan engkau melakukan hal ini”. Karena itu merupakan bagian orang
asing, sebagaimana bangsa Israel juga pernah menjadi orang asing atau pendatang
di tanah Mesir, diperbudak di tanah Mesir.
Terkait
dengan ORANG ASING atau pendatang, hal itu diperlukan kesadaran yang tinggi,
kesadaran yang matang. Kalau kita hidup di luar TUHAN, tidaklah mudah untuk
menyadari diri atau memperhatikan orang asing. Itu sebabnya, setiap kali TUHAN
memberi aturan ini, TUHAN akhiri dengan kalimat: “Haruslah kauingat, bahwa
engkau pun dahulu budak di tanah Mesir”, artinya; harus menyadari diri.
Jadi,
kalau berbicara tentang orang asing, diperlukan kesadaran yang tinggi. Jangan
lupa asal usul kita, jangan lupa bahwa kita ini adalah orang berdosa yang
pernah diperbudak oleh dosa; oleh sebab itu, diperlukan kesadaran yang tinggi.
Berbeda dengan orang tidak sadar; ia selalu merasa diri benar, merasa selalu
berkorban, tetapi tidak ada korbannya. Orang yang sadar; biar sudah berbuat,
tetapi terus merasa kurang kurang dan kurang untuk berkorban.
Soal
KESADARAN YANG TINGGI, kalau dikaitkan dengan orang asing, bisa kita temukan
dalam Keluaran 23:9.
Keluaran
23:9
(23:9) Orang
asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan
jiwa orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing
di tanah Mesir.
Orang
asing janganlah kamu tekan, jangan ditindas, karena kamu sendiri
telah mengenal keadaan jiwa orang asing. Bukankah orang Israel mengenal
jiwa orang asing, jiwa pendatang? Mengapa? Karena mereka pernah diperbudak di
Mesir, di tanah asing, maka mereka pasti mengenal jiwa orang asing.
Jangan
tekan orang asing dan pendatang, sebab orang Israel sendiri mengenal jiwa orang
asing, karena mereka pernah menjadi orang asing di Mesir dan mereka diperbudak
dengan kerja paksa sampai memahitkan hati mereka. Itulah jiwa orang asing
ketika ditekan; sampai memahitkan hati mereka.
Jadi,
kalau kita pernah merasakan mengalami pengalaman yang pahit, maka jangan kita
tekan orang lain supaya mereka juga jangan mengalami kepahitan. Seringkali kita
mau yang enak bagi daging walaupun itu dosa, tetapi ketika melihat kekurangan
orang langsung kita hakimi, tidak terima dengan kekurangan orang.
Itu
sebabnya, saya katakan: kalau berbicara tentang hak orang asing, diperlukan
kesadaran tinggi. Kita harus mengenal orang asing; kalau ditekan akan mengalami
kepahitan sampai memahitkan hati mereka. Dan kita pun sebetulnya pendatang di
bumi ini, kita ini adalah orang asing di bumi ini. Sebab sebetulnya, pada
awalnya, TUHAN menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, kemudian TUHAN
menciptakan manusia dari seonggok tanah liat yang dibentuk oleh dua tangan
TUHAN -- kita adalah tanah liat, dan TUHAN adalah penjunan --. Kita dibentuk
sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Lalu sesudah manusia itu dibentuk, dan
perempuan juga dibentuk dari tulang rusuk Adam, lalu TUHAN menempatkan di taman
Eden, tetapi karena mereka jatuh dalam dosa karena melanggar hukum Allah,
akhirnya mereka menjadi telanjang, terlihatlah banyak kekurangan-kekurangan,
sama artinya; merusak gambar dan rupa Allah. Dan oleh karena itulah, TUHAN
mengusir mereka dari taman Eden, bagaikan kita sekarang terlempar di bumi ini sebagai
pendatang, sebagai orang asing. Maka, kalau berbicara tentang “orang asing”,
diperlukan kesadaran yang tinggi.
Dewasalah,
bijaksanalah. Kalau kita sudah mendapatkan hikmat pembukaan firman, kita harus
semakin dewasa oleh pengertian semacam ini.
Mazmur
103:14
(103:14) Sebab Dia
sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu
Dia
sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu tanah. Hal ini
menunjukkan bahwa TUHAN itu setia.
Ibrani
11:13
(11:13) Dalam
iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa
yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai
kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang
di bumi ini.
Kita
harus menyadari bahwa kita adalah orang asing, bahwa kita adalah pendatang di
bumi ini; kita harus menyadari hal itu.
Kalau
berbicara tentang “orang asing”, berbicara tentang “pendatang”, maka diperlukan
kesadaran yang tinggi. Jangan sampai kita yang adalah orang asing atau
pendatang yang sudah diperbudak oleh dosa, baik itu dosa kejahatan maupun tipu
daya kenajisan, namun tidak menyadari diri sebagai orang asing, tidak menyadari
diri sebagai debu tanah yang hina karena dosa. Oleh sebab itu, diperlukan
kesadaran yang tinggi.
Ibrani
11:14
(11:14) Sebab
mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari
suatu tanah air.
Kalau
seseorang menyadari diri sebagai orang asing atau memiliki kesadaran yang
tinggi, tandanya adalah rindu mencari suatu tanah air. Mengapa ada kerinduan
dari kesadaran yang tinggi sebagai orang asing untuk mencari suatu tanah air?
Karena selama kita tinggal di bumi ini dan mendiami kemah tubuh ini, kita akan
selalu mengalami banyak penderitaan, banyak pergumulan-pergumulan, banyak
tekanan-tekanan karena banyaknya penderitaan yang kita alami, tertekan karena
penderitaan.
Selama
kita tinggal di kemah tubuh ini, selama kita tinggal di rumah bumi ini, kita
akan mengalami banyak tekanan karena banyaknya pergumulan penderitaan, maka
kalau kita betul-betul sadar sebagai orang asing, sebagai pendatang, sebagai
orang yang banyak dosa ini, tentu saja rindu tanah air.
Ibrani
11:15
(11:15) Dan kalau
sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka
tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
Oleh
sebab itu, tidak boleh terlena di atas muka bumi ini, apalagi menikmati dosa.
Kalau kita diberkati, puji TUHAN; kalau kita limpah dengan kemurahan TUHAN,
puji TUHAN; tetapi tidak boleh terlena di bumi ini, harus kembali ke tanah air
sorgaw, itulah tingkat kesadaran yang tinggi. Tetapi kalau tidak sadar, ia
pasti akan berfoya-foya dengan kekayaannya; kalau tidak sadar, ia menikmati
dosa kejahatannya; kalau tidak sadar, ia menikmati kenajisannya.
Sekali
lagi saya sampaikan: Tidak boleh terlena di bumi ini, kita harus kembali ke
tempat asal, di mana Adam dan Hawa ditempatkan.
Ibrani
11:16
(11:16) Tetapi
sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah
air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena
Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Mereka
merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Inilah
tingkat kesadaran yang tinggi, yaitu menyadari diri sebagai orang asing,
merindukan satu tanah air, itulah tanah air sorgawi.
Siapa
yang menyadari dirinya sebagai orang asing, sebagai pendatang yang banyak
dosanya? Saya masih banyak dosanya, saya belum sempurna; itu sebabnya, saya
merindukan satu tanah air, itulah tanah air sorgawi.
Tetapi,
hal yang ajaib, hal yang heran, hal yang luar biasa dinyatakan di sini: “Sebab
itu Allah tidak malu disebut Allah mereka”. Allah tidak malu disebut Allah
bagi orang asing, Allah tidak malu disebut Allah bagi pendatang; ini adalah
sesuatu yang heran, sesuatu yang ajaib, sesuatu yang luar biasa, ini adalah kemurahan
yang dialami oleh orang asing di bumi ini.
Mengapa
Allah tidak malu disebut Allah bagi orang asing, apa buktinya? “Ia telah
mempersiapkan sebuah kota bagi mereka” Allah telah mempersiapkan sebuah
kota tanpa malam -- itulah Yerusalem Baru -- bagi yang menyadari diri sebagai
orang asing, yang memiliki kesadaran tingkat tinggi bahwa dia adalah orang
asing dan pendatang.
Kalau
tidak menyadari diri sebagai orang asing, maka seseorang hanya sibuk di dunia
ini, sibuk berbuat dosa, sibuk menikmati dosa, terlena di bumi, tidak ingat
dengan asal usul, tidak mau kembali kepada tanah air sorgawi.
Untuk
apa seseorang memiliki harta, memiliki seisi dunia ini kalau ia harus
kehilangan nyawanya. Maka, tentu saja, kita harus menyadari bahwa kita adalah
orang asing, apa buktinya? Merindukan satu tanah air, yaitu tanah air sorgawi;
tidak terlena dengan menikmati dosa kejahatan dan dosa kenajisan di bumi ini.
Oleh
sebab itu, penderitaan kita di tengah ibadah dan pelayanan ini tidak sebanding
dengan kebahagiaan yang akan kita terima di sorga.
Kita
bersyukur, sebagaimana jemaat di Makedonia telah mengenal kasih karunia,
betul-betul mengenal kasih karunia.
Efesus
2:13
(2:13) Tetapi
sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh",
sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
Yang
dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
-
Yang dahulu “jauh” Ã Bangsa kafir.
-
Sudah menjadi “dekat”, itulah bangsa Israel.
Kalau
bangsa kafir menyatu dengan bangsa Israel, jelas itu karena darah salib
Kristus, jelas itu oleh karena kasih karunia; menjadi satu kawanan, satu warga
Kerajaan Sorga.
Efesus
2:18-19
(2:18) karena
oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (2:19)
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga
dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
Kalau
kita menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah, itu jelas karena kasih karunia, itulah “satu efa” jelai yang dikumpulkan
oleh Rut ladang Boas, itulah kemurahan.
Tentu
saja kita bersyukur, kalau akhirnya kita bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah, jelas itu karena kasih karunia, darah salib Kristus, kemurahan hati
TUHAN.
Banyak
orang Kristen tidak mengerti tentang “kemurahan”, apa buktinya? Kalau dia
mendapat berkat jasmani (lahiriah), dia bahagia, tetapi kalau dia mendengarkan
pembukaan Firman TUHAN, dia tidak bahagia, dia tidak mengenal kasih karunia.
Bahagia kalau ada motor baru, rumah baru, itu tidak salah, tetapi rasanya jauh
lebih bahagia kalau kita mengenal kasih karunia dengan baik.
Bijaksanalah,
supaya kita bukan Kristen-kristenan, tetapi betul-betul di dalam kasih karunia,
anugerah Allah, itulah “satu efa”.
Jadi,
kita bukan lagi orang asing dan pendatang oleh karena darah Kristus, kasih
karunia TUHAN, sama seperti Rut sebagai orang asing dan pendatang, ia
mengumpulkan jelai di ladang Boas, lalu mengiriknya, dan hasil pengirikan itu
ada kira-kira satu efa.
HAL
YANG HARUS DIKETAHUI.
Rut
3
berbicara tentang Rut berada di pengirikan bersama dengan Boas, dalam susunan
Tabernakel terkena pada Meja Roti Sajian; meja tersaji dengan 12 (dua belas)
ketul roti yang diatur menjadi dua susun.
Imamat
24:6
(24:6) engkau
harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun, di
atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
12
(dua belas) ketul roti diatur di atas meja dari emas murni; dua susun, enam
buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu. Artinya, untuk menjadi
tempatnya Firman Allah, hati kita sudah terlebih dahulu harus suci dan murni.
Emas à Kesucian
dan kemurnian.
Kita
kembali memperhatikan KEMURNIAN RUT.
Rut
2:2-3
(2:2) Maka Rut,
perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke
ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati
kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." (2:3)
Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang
penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal
dari kaum Elimelekh.
Rut
menyampaikan permohonannya untuk pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di
belakang orang yang murah hati, lalu Naomi pun mengizinkan permohonan Rut,
menantunya itu. Dan setibanya di ladang, ia pun memungut jelai di belakang
penyabit-penyabit, tepat (sesuai) dengan perkataannya kepada Naomi.
Namun,
tanpa dia sadari, ternyata Rut itu berada di ladang Boas, yang notabene adalah
kaum Elimelekh. Rut tidak pernah tahu sebelumnya kalau tempat ia menuai jelai
adalah ladangnya Boas, kaum kerabat Elimelekh, suami Naomi yang mati itu; Rut
tidak sadari itu.
- Pada ayat 2, Rut pamitan (permisi)
kepada Naomi untuk bekerja di ladang orang yang murah hati di belakang
penyabit-penyabit.
- Pada ayat 3, Rut melakukannya tepat
seperti yang dia katakan kepada Naomi, mertuanya.
Ada
kalanya ketika seseorang diizinkan melakukan sesuatu, ia justru tidak melakukan
sesuai yang dimohonkannya, tetapi Rut tidak demikian; Rut melakukan tepat
seperti yang dia mohonkan kepada Naomi. Tetapi tanda dia sadari, Rut berada di
ladang Boas, kerabat Elimelekh yang mati itu, suami dari pada Naomi.
Intinya:
TUHAN menuntun langkah-langkah Rut sehingga ia sampai di ladang Boas, sebab
TUHAN melihat dan mengenal betul kesucian dan kemurnian hati Rut. Kalau
akhirnya Rut diberi kesempatan untuk mengumpulkan jelai dan ia mengirik yang
dikumpulkan, yaitu satu efa, itu karena TUHAN melihat kesucian hati Rut, karena
TUHAN melihat kemurnian hati Rut, yang layak menjadi tempatnya roti sajian.
Tidak
ada sesuatu yang kebetulan di atas muka bumi ini. Menurut saya, kata “kebetulan”
di dalam ayat 3 ini, hal itu bersifat hukum Taurat, karena sifatnya
lahiriah, “kebetulan.” Tetapi kalau hukum kasih karunia; jika kita berada di
suatu daerah, berada di suatu tempat, tidak akan kebetulan. Jadi, kata
“kebetulan” ini bukan salah, melainkan ini betul Taurat, lahiriahnya. Tetapi
kalau ada hamba TUHAN yang berbeda dengan pendapat saya, saya tidak paksakan, tetapi
inilah menurut saya.
Jadi,
TUHAN yang menuntun langkah-langkah Rut, dan tidak ada yang kebetulan di dalam
tuntunan TUHAN dalam diri seorang anak TUHAN, karena TUHAN sudah melihat
kesucian hati Rut, TUHAN sudah terlebih dahulu melihat kemurnian hati Rut yang
layak untuk menjadi meja roti sajian -- meja yang dilapisi dengan emas murni
--, layak untuk menjadi 12 (dua belas) ketul roti yang tersaji di atasnya.
Saudara
pun ada di tempat ini, bukan karena kebetulan. TUHAN yang menuntun
langkah-langkah kita, TUHAN mengenal kesucian hati kita, TUHAN mengenal
kemurnian hati kita masing-masing.
Rut
3
ini, dari ayat 1-18, dibagi menjadi dua bagian atau dua kisah:
1.
Rut 3:1-7, Rut berada di
bawah kaki Boas.
2.
Rut 3:8-14, Rut memohon agar
Boas menjadi penebusnya.
Untuk
dua perkara ini, kita akan ikut dalam study di minggu yang akan datang, jika
TUHAN izinkan. Marilah kita terus berdoa supaya TUHAN kembali melawat dan
memberkati hidup rohani kita sama seperti Rut. Perhatikan kesucian di hati.
Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman;
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment