Salam sejahtera di dalam kasih Yesus Kristus. Sebagai tanda rasa syukur kepada Tuhan, lewat media ini kami membagi - bagikan Firman Tuhan yaitu Firman Pengajaran yang benar yang rahasianya dibukakan.
Semoga menjadi berkat untuk kita semua. Tuhan Yesus Kristus memberkati.
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia. Dia layak untuk ditinggikan, diagungkan;
Dialah Allah sesembahan kita, Allah Abraham, Ishak, Yakub.
Salam
sejahtera dan bahagia bagi kita sekaliannya. Saya juga tidak lupa menyapa
anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN,
terkhusus pemuda remaja di mana pun anda berada, baik di dalam maupun di luar
negeri.
Kita
mohonkan kemurahan TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita
malam ini, sehingga ibadah ini tidak menjadi percuma.
Segera
kita menyambut STUDY YUSUF untuk Firman Penggembalaan Ibadah Kaum Muda Remaja
dari Kejadian 41:34.
Kejadian
41:34
(41:34) Baiklah
juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik
atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut
seperlima dari hasil tanah Mesir.
Firaun
mengangat penilik-penilik dan menempatkan penilik-penilik tersebut di tiap-tiap
posnya atas seluruh negeri Mesir. Adapun tugas penilik ialah dalam tujuh
kelimpahan itu akan memungut 1/5 (seperlima) dari hasil tanah Mesir.
Penilik-penilik
à Gembala sidang
atau seorang pemimpin sidang jemaat yang bertanggung jawab di dalam hal menggembalakan
sidang jemaat. Mengapa penilik (gembala sidang) harus bertanggung jawab?
Jawabnya adalah karena sidang jemaat telah ditebus oleh darah Anak Domba,
sesuai dengan Kisah Para Rasul 20:28.
Pendeknya:
Penilik harus memungut 1/5 (seperlima) dari hasil tanah di Mesir.
1/5
(seperlima), sama dengan;
-2/10 (dua persepuluh) dalam bentuk pecahan
-0.2 (nol koma dua) dalam bentuk desimal
(persepuluhan).
Berbicara
tentang dua persepuluh, tentu saja mengingatkan kita dengan Meja Roti Sajian.
Berkaitan
dengan hal itu kita segera membaca Imamat 24:5-6.
Imamat
24:5-6
(24:5)
"Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti
bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa;
(24:6) engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah
sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
Dua
belas ketul roti bundar diatur menjadi dua tumpuk atau dua susun. Masing-masing
terdiri dari enam ketul roti bundar tiap-tiap tumpuknya. Kemudian, setiap satu
ketul roti budar harus dibuat dari dua persepuluh efa; semuanya itu harus
diatur di atas meja dari emas murni di hadapan TUHAN.
Kiranya
hal itu nyata dalam kehidupan kita masing-masing.
Segala
puji dan segala hormat hanya bagi Dia yang telah memberikan Pengajaran
Tabernakel bagi kita sekaliannya, sehingga lewat pengajaran Tabernakel ini,
dengan mudah bagi kita untuk mengerti tentang segala sesuatu, dengan mudah bagi
kita untuk mengerti tentang rahasia dari Kerajaan Sorga.
Singkatnya,
Meja Roti Sajian terdiri dari dua bagian, Yang Pertama: DUA TUMPUK
ROTI, masing-masing terdiri dari enam ketul roti bundar.
Dua
tumpuk roti à Firman
Allah yang ditulis dalam Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam
Perjanjian Baru, yang seluruhnya berjumlah 66 (enam puluh enam) kitab, dimulai
dari kitab Kejadian, diakhiri dengan kitab Wahyu.
“Perjanjian
Lama” disebut juga kitab para nabi.
Adapun
tugas nabi adalah bernubuat atau menyingkapkan segala yang terhubung,
pendeknya; terhubung langsung dengan batin manusia. Berarti, kalau nabi
bernubuat, dia akan menyingkapkan segala rahasia yang terkandung di dalam hati
manusia = dosa dibongkar dengan tuntas, tidak ada yang tersembunyi di hadapan
TUHAN. Begitu TUHAN menyingkapkan segala kenajisan dari perempuan Samaria, maka
perempuan Samaria segera saja berkata: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa
Engkau seorang nabi.”
“Perjanjian
Baru” diwakili oleh para rasul.
Pendeknya,
rasul-rasul terhubung langsung dengan wahyu. Berarti, ungkapan TUHAN tentang
rahasia Kerajaan Sorga dinyatakan kepada kita lewat rasul-rasul.
-Sebagaimana Rasul Paulus; TUHAN
telah memperlihatkan suasana Kerajaan Sorga yang diliputi penyembahan, sesuai
dengan 2 Korintus 12.
-Sebagaimana Rasul Yohanes di pulau
Patmos; TUHAN memperlihatkan pintu sorga terbuka bagi Rasul Yohanes dan melihat
keindahan suasana sorga, di mana suatu takhta terdiri di dalamnya dan Seorang
duduk di atasnya.
Jadi,
ungkapan TUHAN tentang rahasia Kerajaan Sorga dinyatakan kepada kita lewat
rasul-rasul.
Betapa
dahsyatnya kalau dua pengajaran ini disatukan, itulah pengajaran dari
para nabi dan pengajaran dari para rasul.
Itulah
sebabnya saya katakan di atas tadi, bahwa; kita tentu saja patut bersyukur
kepada TUHAN, karena lewat Pengajaran Tabernakel, semuanya menjadi indah. Kita
dengan mudah mengerti tentang segala perkara, dengan mudah kita mengerti
suasana di bumi dan di sorga, sekalipun saat ini kita belum melihat seperti apa
sorga secara kasat mata.
Meja
Roti Sajian terdiri dari dua bagian, Yang Kedua: MEJA.
Jelas
itu menunjuk; hati manusia, yang menjadi tempatnya Firman Allah, sesuai dengan Amsal
3:3, Amsal 7:1-3, 2 Korintus 3:3.
Singkatnya:
Hati manusia menjadi tempatnya Firman TUHAN. Selain tempatnya Firman TUHAN,
kita juga berpegang kepada Firman TUHAN, dan itu juga merupakan kewajiban bagi
manusia.
Sesuai
dengan kerinduan dari Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 6.
2
Korintus 6:11-13
(6:11) Hai orang
Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka
lebar-lebar bagi kamu. (6:12) Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam
hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati
kamu. (6:13) Maka sekarang, supaya timbal balik -- aku berkata
seperti kepada anak-anakku --: Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!
Jikalau
TUHAN telah membuka hati-Nya dan menyatakan firman-Nya bagi kita, maka
sebaliknya kita harus membuka hati lebar-lebar kepada hati TUHAN, dan juga
membuka hati kita lebar-lebar kepada Firman TUHAN yang dinyatakan kepada kita.
Pendeknya:
Sudah seharusnya ada hubungan timbal balik, disebut juga dengan gayung
tersambut.
Mazmur
145:8-9
(145:8) TUHAN itu
pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih
setia-Nya. (145:9) TUHAN itu baik kepada semua orang, dan
penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
TUHAN
itu pengasih dan penyayang; TUHAN itu panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.
Kemudian, TUHAN itu baik kepada semua orang, tanpa terkecuali; besar kecil, tua
muda, laki-laki perempuan, hamba merdeka, tanpa terkecuali. Kita bersyukur
untuk itu.
Namun
sekalipun demikian, jangan kita salah mengartikan panjang sabarnya TUHAN, serta
kasih setia TUHAN yang besar dan kebaikan hati TUHAN bagi kita, dengan jalan
mengeraskan hati kita masing-masing. TUHAN memang baik, kasih setia-Nya
dinyatakan bagi kita, Dia memang panjang sabar, tetapi jangan salah mengartikan
dengan jalan mengeraskan hati kita masing-masing, supaya firman itu betul-betul
mendapat tempat di hati kita, dengan lain kata; kita benar-benar menjadi roti
sajian di hadapan TUHAN, sesuai dengan harapan TUHAN bagi kita semua.
TUHAN
menuntut dan mendambakan supaya kehidupan kita semua, kehidupan pemuda remaja,
menjadi roti sajian di hadapan TUHAN; oleh sebab itu, jangan kita mengeraskan
hati, jangan kita menyalahgunakan kebaikan hati TUHAN, jangan kita
menyalahgunakan panjang sabarnya TUHAN. Sekali waktu nanti, panjang sabarnya
TUHAN akan berhenti; oleh sebab itu, jangan kita salah artikan.
Mazmur
95:6
(95:6)Masuklah,
marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang
menjadikan kita.
Masuklah, berarti;
sudah ada di dalam, dengan kata lain; sujud menyembah, berlutut di hadapan
TUHAN yang menjadikan kita.
Pendeknya:
Kehidupan rohani kita, kehidupan rohani pemuda remaja sudah berada di dalam
penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada
kehendak Allah. Sudah seharusnya seperti itu.
Lalu,
ayat 8-11 ...
Mazmur
95:8-11
(95:8) Janganlah keraskan hatimu
seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (95:9)
pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat
perbuatan-Ku. (95:10)Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan
itu, maka kata-Ku: "Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu
tidak mengenal jalan-Ku." (95:11) Sebab itu Aku bersumpah dalam
murka-Ku: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku."
Sudah
sangat jelas sekali, bahwa; panjang sabarnya TUHAN dan kasih setia TUHAN yang besar,
suatu kali akan berhenti dengan satu tujuan, yakni; untuk mengajar dan mendidik
kehidupan setiap orang, termasuk kehidupan muda remaja.
Ingat:
Umat Israel tidak dapat masuk ke tanah perjanjian sebab mereka mengeraskan
hati. Oleh sebab itu, jangan kita mengeraskan hati.
TUHAN
jemu dengan sikap mereka, sementara mereka dituntun dalam perjalanan bangsa
Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun, tetapi TUHAN jemu dengan
perjalanan itu, sebab mereka mengeraskan hati di hadapan TUHAN.
Akhirnya,
terhadap umat Israel TUHAN berkata: “Mereka takkan masuk ke tempat
perhentian-Ku”, TUHAN berjanji bahwa umat Israel tidak dapat masuk ke tanah
perjanjian, sebab mereka mengeraskan hati. Jangan kita permainkan panjang
sabarnya TUHAN, kemurahan TUHAN dan kebaikan TUHAN, dengan jalan mengeraskan
hati.
Sebagaimana
TUHAN mengatakan kepada bangsa Israel: “Mereka takkan masuk ke tempat
perhentian-Ku.” Apa artinya kita menjalankan ibadah ini, mengusahakan
ibadah ini dengan segala jerih payah, dengan segala usaha, dengan segala
pengorbanan, tetapi pada akhirnya tidak akan masuk ke dalam hari perhentian;
ini adalah suatu usaha dan kegiatan yang sia-sia.
Tentu
kita rindu untuk masuk ke tempat perhentian yang dijanjikan TUHAN, bukan? Oleh
sebab itu, sekali lagi saya sampaikan: Jangan kita permainkan panjang sabarnya
TUHAN, kemurahan TUHAN dan kebaikan TUHAN, dengan jalan mengeraskan hati.
Hal
itu juga disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.
1
Korintus 10:6,11
(10:6) Semuanya
ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan
kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:11)
Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi
peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah
tiba.
Rasul
Paulus menuturkan secara rinci betapa kekerasan hati dari bangsa Israel, dan
itu juga merupakan sebagai contoh, sebagai teladan untuk memperingatkan kita
yang hidup di akhir zaman ini. Jadi, kekerasan hati dari bangsa Israel
merupakan contoh, merupakan teladan untuk memperingatkan kita yang hidup di
zaman akhir ini.
Sekali
lagi saya sampaikan dengan tandas: Supaya kita semua menjadi roti sajian,
maka jangan kita keras hati.
Kembali
kita memperhatikan Mazmur 95.
Mazmur
95:10
(95:10) Empat
puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: "Mereka suatu
bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku."
Singkatnya:
Orang yang keras hati disebut juga dengan sesat hati, dengan lain kata;
tidak mengenal jalan TUHAN.
Kalau
mengenal TUHAN, tidak mungkin sesat, tidak mungkin keras hati. Kalau seseorang
mengenal TUHAN, pasti tidak sesat dalam langkah-langkah perjalanan yang dia
tempuh.
PRAKTEK
KERAS HATI.
1
Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya
ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya
jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7)
dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti
beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa
itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8)
Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa
orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu
orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan
oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10)
Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Rasul
Paulus dengan jelas menuturkan secara rinci kekerasan hati dari bangsa Israel
selama 40 (empat puluh) tahun perjalanan mereka di Padang gurun.
Praktek
kekerasan hati bangsa Israel, YANG PERTAMA:
1
Korintus 10:6
(10:6) Semuanya
ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya
jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka
perbuat,
Selama
perjalanan 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, bangsa Israel menginginkan
hal-hal yang jahat
Di
sini tidak ditemukan secara rinci apakah yang disebut tentang hal-hal yang
jahat itu; namun, kita bisa temukan itu dalam Bilangan 11.
Bilangan
11:4-6
(11:4)
Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang
Israel pun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan
memberi kita makan daging? (11:5) Kita teringat kepada ikan
yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan
semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. (11:6)
Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini
saja yang kita lihat."
Ayat
4 mengatakan:
Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan
orang Israel pun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan
memberi kita makan daging? Lihat, bangsa Israel menangis hanya untuk
daging, sambil berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging?”
Dengan
membaca ayat ini, saya sudah bisa menggambarkan betapa luar biasanya kebodohan
ini terjadi menimpa bangsa Israel.
Bangsa
Israel menginginkan hal-hal yang jahat, antara lain, YANG PERTAMA:
Bangsa Israel mengharapkan daging serta keinginan-keinginannya yang jahat
untuk dinikmati dan untuk dimakan. Dan untuk hal ini, bangsa Israel menangislah
pula, serta berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging?”
Jadi,
hanya karena hawa nafsu dan keinginan daging yang tidak terwujud, bangsa Israel
menangis. Bukankah ini adalah sesuatu yang bodoh? Bukankah ini adalah pemikiran
yang sudah sangat keliru sekali? Hanya untuk hawa nafsu daging mereka harus
menangis begitu rupa; ini adalah kekeliruan yang luar biasa, kebodohan yang
luar biasa.
Kalau
seandainya kita menangis karena masih ada dosa, di mana kita sudah berjuang
namun selalu gagal dan gagal, itu masuk akal, tetapi menangis karena hawa nafsu
dan keinginan daging yang tidak terwujud, bukankah ini adalah suatu perbuatan bodoh?
Tetapi
kalau menangis karena kerinduannya untuk hidup suci selalu saja ada yang
menghalangi, itu akal sehat, itulah yang benar.
Perlu
untuk saya tambahkan: Jika TUHAN telah memimpin dan menuntun perjalanan rohani
kita untuk dibawa masuk ke tanah perjanjian -- itulah hari perhentian, hari
yang ketujuh --, maka sudah seharusnya kita melangkah sesuai ketetapan
Firman Allah, serta memberi diri dipimpin oleh Roh TUHAN, bukan lagi
hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Perjalanan
bangsa Israel di padang gurun itu gambaran dari perjalanan rohani dari gereja
TUHAN di masa sekarang untuk dituntun dan dibawa masuk ke tanah perjanjian --
itulah hari ketujuh, hari perhentian, Yerusalem yang Baru --. Maka, sudah
seharusnya kita melangkah sesuai ketetapan firman dalam tuntunan TUHAN, dan
sudah seharusnya kita memberi diri dipimpin oleh Roh TUHAN, bukan lagi dipimpin
oleh daging.
Bangsa
Israel menginginkan hal-hal yang jahat, antara lain, YANG KEDUA: Bangsa
Israel teringat dengan ikan yang dimakan di Mesir dengan gratis,
tidak bayar apa-apa.
Arti
rohaninya adalah menginginkan untuk dipenuhkan oleh Roh Kudus, tetapi tidak mau
bayar harga; ini adalah sesuatu yang keliru. Sama seperti orang-orang di Mesir
hanya menginginkan yang gratis, tidak mau bayar harga, dengan kata lain; tidak
mau menyangkal dirinya, tidak mau memikul salibnya, tetapi ingin dipenuhkan Roh
Kudus. -- Ikan itu gambaran dari Roh Kudus. -- Bukankah itu adalah sesuatu yang
mustahil?
Memang,
seorang hamba TUHAN, seorang imam, seorang pelayan TUHAN harus penuh dengan Roh
Kudus di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN, karena Roh TUHAN itu yang memberi
kemampuan kepada dia, sebagaimana pernyataan Zerubabel, bupati Yehuda, di dalam
hal membangun Tabernakel, di mana dia berkata: “Bukan dengan keperkasaan dan
bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh TUHAN.”
Jadi,
kata tidak boleh mengharapkan untuk dipenuhkan Roh Kudus, tetapi tidak mau
bayar harga, tidak mau menyangkal diri, tidak mau pikul salib, tidak mau
berkorban; itu adalah sesuatu yang keliru, itu adalah keinginan orang Mesir --
gambaran dari dunia ini --. Setiap orang yang mau hidup beribadah harus banyak
menanggung penderitaan.
Bangsa
Israel menginginkan hal-hal yang jahat, antara lain, YANG KETIGA: Bangsa
Israel teringat dengan mentimun dan semangka.
Artinya;
ingin dipenuhkan dengan firman, dipenuhkan dengan kasih, tetapi dengan cara
yang murahan; sebagaimana seorang petani yang dapat memetik mentimun dan
semangka di ladangnya.
-Kita ingin dipenuhkan dengan kasih
Allah, seperti lingkaran dari pada semangka, tetapi dengan harga murahan,
seperti murahnya seorang petani memetik semangka.
-Kita ingin dipenuhkan dengan Firman
TUHAN, tetapi dengan gaya yang murahan, seperti seorang petani yang memetik
mentimun di ladangnya.
Itu
adalah tanda bahwa bangsa Israel tidak memiliki akal sehat; mereka sudah
keliru. Ini adalah bagian dari perbuatan yang jahat yang dimaksud oleh Rasul
Paulus, yang dituliskan kepada jemaat di Korintus.
Bangsa
Israel menginginkan hal-hal yang jahat, antara lain, YANG KEEMPAT: Bangsa
Israel teringat dengan bawang prei, bawang merah dan bawang
putih.
Artinya;
ingin memiliki tabiat Allah Trinitas dengan mudah, seperti seorang petani
dengan mudah sekali memetik bawang prei, memetik bawang merah,
memetik bawang putih di ladangnya.
-Bawang prei, itu gambaran
dari kehidupan yang dipenuhkan Roh Kudus tetapi dengan cara sesuka hati.
-Bawang merah, itu gambaran
orang yang ingin dipenuhkan kasih Allah tetapi dengan cara murahan.
-Bawang putih, itu gambaran
seseorang yang ingin dipenuhkan dengan Firman TUHAN tetapi dengan cara yang
murahan, tidak mau bayar harga.
Jadi;
-Tiadalah mungkin kita penuh dengan Roh
Kudus, kalau kita tidak mau bayar harga. Jangan buat diri ini seperti
bawang prei.
-Tiadalah mungkin kita penuh dengan Kasih
Allah, kalau kita tidak menyangkal diri, memikul salib, seperti bawang
merah yang mudah dipetik di ladang.
-Tiadalah mungkin kita penuh dengan Firman
TUHAN, kalau kita tidak mau menyangkal diri memikul salib, seperti bawang
putih.
Pendeknya:
Orang yang tidak mau menyangkal diri dan memikul salib, tidak mau bayar
harga, hidup dengan gratisan, itu merupakan perbuatan jahat.
Praktek
kekerasan hati bangsa Israel, YANG KEDUA:
1
Korintus 10:7
(10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah
berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis:
"Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian
bangunlah mereka dan bersukaria."
Bangsa
Israel menyembah patung anak lembu emas tuangan = Bangsa Israel jatuh
dalam penyembahan berhala. Ini adalah kekerasan di hati.
Sementara
dalam perjalanan rohani untuk dituntun sampai ke Yerusalem yang baru, tetapi di
tengah perjalanan jatuh dalam dosa penyembahan berhala, itu merupakan tanda
kekerasan di hati.
Berhala,
artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN. Umpama; kalau kita
meninggalkan TUHAN atau ibadah dan pelayanan karena sesuatu perkara, misalnya;
karena pekerjaan, karena bisnis, karena usaha, karena kuliah, karena apa saja
perkara-perkara lahiriah di dunia ini, itulah yang disebut berhala, tuhan-tuhan
kecil.
Kalau
TUHAN menjadi Allah yang lebih besar dari semua ini, maka perkara di dunia ini
tidak lebih berharga dari TUHAN, tidak lebih berharga dari ibadah dan
pelayanan.
Akibat
penyembahan berhala, di sini dikatakan: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan
dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria” Bangsa
Israel dikuasai oleh dosa makan minum dan kawin mengawinkan, itu adalah dosa
kenajisan. Dosa kenajisan merupakan puncak dosa. Tidak ada seseorang yang hidup
di dalam penyembahan berhala namun tidak dikuasai dosa kenajisan.
Praktek
kekerasan hati bangsa Israel, YANG KETIGA:
1
Korintus 10:8
(10:8)Janganlah
kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang
dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.
bangsa
Israel adalah melakukan percabulan.
Lebih
rinci bisa kita temukan di dalam Bilangan 25.
Bilangan
25:1
(25:1) Sementara
Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan
perempuan-perempuan Moab.
Mulailah
bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab, akibatnya;
mereka ditewaskan, jumlah mereka yang ditewaskan adalah 23.000 (dua puluh tiga
ribu) orang. Jadi, akibat percabulan itu, mereka ditewaskan.
Singkatnya:
Penyembahan berhala, itu juga merupakan kekerasan di hati.
Mari
kita menjunjung tinggi korban Kristus, mengutamakan TUHAN dari segala perkara,
dari segala yang ada di atas muka bumi ini, supaya kita jangan jatuh dalam
perzinahan.
Praktek
kekerasan hati bangsa Israel, YANG KEEMPAT:
1
Korintus 10:9
(10:9) Dan
janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa
orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.
Bangsa
Israel mencobai TUHAN, dan dalam mencobai TUHAN, mereka
mengharapkan roti dan air, akibatnya; mereka mati dipagut ular.
Bilangan
21:4
(21:4) Setelah
mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk
mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di
tengah jalan.
“
... Bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.” Banyak orang
Kristen ikut TUHAN, dalam perjalanan rohani mereka sabar-sabar, karena mungkin
ada sesuatu yang diharapkannya. Tetapi manakala perkara itu tidak bisa
diharapkan, maka meledaklah hatinya itu, tidak bisa lagi ditahan-tahan,
sehingga banyak di antara kita yang mengundurkan diri dari tengah-tengah ibadah
dan pelayanan karena tidak mendapatkan apa yang diharapkannya. Akhirnya, bangsa
itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan; hati-hati.
Kalau
ikut TUHAN, harus dengan ketulusan kemurnian di hati, supaya jangan terjadi hal
yang semacam ini.
Apa
yang membuat bangsa Israel tidak dapat lagi menahan hati mereka? Mari kita
perhatikan jawabnya di ayat 5.
Bilangan
21:5
(21:5) Lalu
mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin
kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak
ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami
telah muak."
Bangsa
Israel mencobai TUHAN, mengapa? Karena mereka mengharapkan roti dan air.
Mengapa
mereka mengharapkan roti dan air? Karena mereka sudah muak dengan manna. Mereka
menganggap bahwa manna itu adalah makanan hambar, sehingga mereka muak.
Hambar
itu, berarti; rasanya sudah tawar. Kalau kita sudah tidak lagi menikmati
pembukaan Firman TUHAN, itulah yang disebut hambar; maka, ujung-ujungnya ialah
muak terhadap Firman TUHAN.
Padahal,
manusia hidup bukan dari roti, melainkan dari setiap perkataan- perkataan yang
keluar dari mulut Allah. Oleh sebab itu, jangan kita mencobai TUHAN. TUHAN
sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada, yang mati saja bisa dihidupkan
dengan kuasa Firman Allah; oleh sebab itu, manusia tidak hidup dari roti saja,
melainkan akan setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah. Maka, janganlah
kita mencobai TUHAN.
Mengapa
mereka mencobai TUHAN? Karena rupanya mereka muak dan menganggap manna itu
sebagai makanan yang hambar, tidak ada lagi rasanya, tidak berfaedah, tidak
bermanfaat bagi mereka. Inilah orang yang suka mencobai TUHAN; muak terhadap
Firman TUHAN, bagi mereka rasanya hambar. Sekalipun berita firman disampaikan
begitu rupa, tetapi tetap saja bagi mereka hambar, karena mereka sudah muak
terhadap Firman TUHAN; seolah-olah manusia hidup dari roti semata.
Jangan
kita mencobai TUHAN, sebab TUHAN sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada.
Praktek
kekerasan hati bangsa Israel, YANG KELIMA:
1
Korintus 10:10
(10:10) Dan
janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang
dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Bangsa
Israel bersungut-sungut; Ini merupakan praktek kekerasan hati
bangsa Israel yang kelima.
Peristiwa
ini terjadi pada saat bani Korah dan kroni-kroninya menuntut pangkat imam
kepada Musa. Sebenarnya, suku Lewi telah diberi kesempatan untuk melayani TUHAN
dan mengatur segala perkara yang ada di dalam Ruangan Suci bersama dengan imam
TUHAN; namun, masih saja bani Korah dan kroni-kroninya menuntut pangkat imam
kepada Musa. Ini namanya gila hormat di dalam melayani pekerjaan TUHAN. Inilah
kekerasan hati bangsa Israel yang kelima.
Jangan
kita bersungut-sungut, jangan kita menuntut pangkat imam. Sesungguhnya,
jangankan melayani TUHAN, diberi kesempatan bagi kita untuk berdiri di hadapan
takhta kasih karunia, dengan lain kata; berada di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan, itu adalah kemurahan dari hati TUHAN, sementara kemurahan dari hati
TUHAN adalah lebih dari hidup.
Hati-hati;
jangan kita suka menuntut pangkat imam. Ingat: diberi kesempatan melayani
adalah kemurahan hati TUHAN.
1
Korintus 10:11
(10:11) Semuanya
ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan
bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
Rasul
Paulus menuliskan perkara ini, menyampaikan dan menuturkannya secara rinci,
merupakan peringatakan bagi kita yang hidup di akhir zaman ini. Artinya, supaya
kita jangan turut mengeraskan hati dalam perjalanan rohani kita menuju
Yerusalem Baru, hari ketujuh, hari perhentian yang dijanjikan TUHAN Allah
kepada kita.
Singkatnya:
Manusia telah terpisah jauh dari TUHAN akibat dosa dan kekerasan hati manusia.
Tadi
kita sudah melihat; orang yang keras hati disebut juga sesat di jalan. Kalau
kita sesat di jalan, perhatikan: dari titik nol, salah sedikit saja, tetapi
kalau tidak segera bertobat, tidak segera kembali ke titik nol untuk
merendahkan diri di hadapan TUHAN, maka kesalahan yang sedikit ini, kalau dia
teruskan, maka kesesatan itu makin jauh dari TUHAN. Satu langkah saja keras
hati, tetapi kalau itu dilanjutkan, maka akan semakin terpisah jauh dari TUHAN.
Jangan
kita sesat di jalan; jangan kita keras hati, supaya jangan kita terpisah jauh
dari TUHAN. Singkatnya; Manusia telah terpisah jauh dari TUHAN akibat dosa,
akibat kekerasan di hati.
Sebenarnya,
TUHAN sedang menuntun perjalanan rohani kita untuk dibawa ke tanah perjanjian
(hari ketujuh, hari perhentian), seperti TUHAN menuntut perjalanan bangsa
Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun. Tetapi kenyataannya,
TUHAN jemu dengan tingkah laku mereka, karena mereka ternyata keras hati.
Akhirnya, TUHAN berjanji dan tidak membiarkan mereka untuk masuk ke tanah
perjanjian.
Itu
sebabnya, jauh di atas tadi saya sudah katakan; jangan kita mengeraskan
hati. Keras hati = sesat di jalan. Satu langkah (satu kali) saja
terjadi kesesatan, dan kalau kesesatan yang satu ini diteruskan, itu yang
membuat kita terpisah jauh dari TUHAN. Kalau kita menyadari kita telah sesat
satu kali, maka kembalilah ke titik nol, kembali merendahkan diri, bertobat.
Selanjutnya,
kita akan melihat Kitab Pengkotbah. Pengkotbah ini seluruhnya hanya ada 12
pasal, dan kita akan melihat pasal yang terakhir, yaitu Pengkotbah 12:13-14,
dengan perikop “Akhir kata.”
Pengkotbah
12:13
(12:13)Akhir
kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah
pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap
orang.
Pesan
terakhir dari kitab Pengkhotbah ialah:
1.Takutlah akan Allah, artinya;
jangan keras hati.
2.Berpeganglah pada perintah TUHAN, jangan
dilepaskan.
Mengapa
demikian? Karena hal tersebut merupakan kewajiban setiap orang. Itu sama
seperti 12 (dua belas) ketul roti di atas meja.
Jadi,
sudah seharusnya kita menjadi meja roti sajian, sebab di sini dikatakan: “Karena
ini adalah kewajiban setiap orang.” Setiap anak TUHAN wajib untuk menjadi
meja roti sajian; oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN, jangan keras hati.
Pengkotbah
12:14
(12:14) Karena
Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala
sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.
Pada
akhirnya, setiap orang akan diadili sesuai dengan perbuatannya di hadapan
takhta TUHAN dalam kemuliaan-Nya, sesuai dengan perbuatannya. Maka, tidak ada
yang tersembunyi di hadapan TUHAN; entah itu baik, entah itu jahat, tidak ada yang
tersembunyi di mata TUHAN.
Mazmur
128:1
(128:1)
Nyanyian
ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup
menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
Takut
akan TUHAN, berarti; hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN. Tetapi orang
yang tidak takut akan TUHAN, orang yang keras hati, sama dengan; sesat hati,
dengan lain kata; sesat di jalan.
Kalau
kita melangkah dalam kesesatan, makin lama makin jauh terpisah dari TUHAN; oleh
sebab itu, kalau memang kita menyadari diri sudah semakin jauh terpisah dari
TUHAN, maka kita harus kembali lagi untuk melihat tentang roti sajian.
JALAN
KELUARNYA.
Imamat
24:5
(24:5)
"Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua
belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua
persepuluh efa;
12
(dua belas) ketul roti bundar dibuat dengan takaran 2/10 (dua persepuluh) efa,
yang diolah dari tepung yang terbaik.
Berarti,
tepung yang berasal dari gandum tersebut terlebih dahulu dihancurkan atau
terlebih dahulu digiling menjadi halus; itulah tepung yang terbaik. Kalau
digiling sampai halus, berarti tidak berbentuk dan hancur; tidak nampak lagi
bentuk gandum.
Kalau
kita menyadari diri sudah semakin jauh terpisah dari TUHAN, perhatikanlah apa
yang menjadi perintah TUHAN, yaitu membuat roti bundar dari tepung yang
terbaik. Berarti, dihancurkan terlebih dahulu, digiling menjadi halus; tidak
berbentuk, hancur sudah.
Yesaya
53:2-3
(53:2) Sebagai
taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak
tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan
rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. (53:3) Ia dihina
dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa
menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya
terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
Ia
tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada; ia dihina, dihindari orang, seorang
yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan, ia sangat dihina,
sehingga orang menutup mukanya terhadap dia, dan bagi kita pun dia tidak masuk
hitungan. Berarti,
sudah digiling menjadi halus, karena sudah tidak berbentuk dan hancur.
Pendeknya:
Dalam penyerahan dirinya sampai melebur, bahkan sampai lumat menjadi tepung
yang terbaik. Itulah yang disebut tepung yang terbaik; digiling sampai halus,
sampai tidak berbentuk, hancur sudah. Kemudian, tepung yang terbaik dari gandum
yang dihancurkan tadi, selain halus, digiling menjadi lembut.
Matius
11:29
(11:29) Pikullah kuk
yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah
hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Digiling
sampai halus, digiling sampai lembut, menggambarkan Yesus Kristus adalah
pirbadi yang lemah lembut dan rendah hati; suatu sifat atau karakter yang suci
dan sempurna. Itulah sebabnya, Yesus Kristus rela turun ke dunia ini untuk
menyelamatkan manusia yang sudah terpisah jauh dari TUHAN akibat dosa, bahkan
Yesus rela menjadi korban pendamaian karena dosa manusia.
Jadi
digiling sampai halus, bahkan lumat menjadi tepung yang terbaik, itulah suatu
sifat atau karakter yang suci dan sempurna dari pribadi Yesus Kristus sebagai
tepung yang terbaik.
Marilah
kita memiliki tabiat, sifat atau karakter yang suci dan sempurna; mau melebur,
bahkan menjadi lumat untuk menjadi tepung yang terbaik. Ini adalah karakter
yang suci dan sempurna.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan 1 Yohanes 2:1-2.
1
Yohanes 2:1
(2:1)
Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat
dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara
pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
Ayat
1
ini memberi suatu jaminan, memberi suatu kepastian bagi kita semua untuk tetap
mengikuti TUHAN. Kalau pun kita diajar untuk memiliki karakter yang suci dan
sempurna, yaitu dengan segala kerelaan menyerahkan dirinya untuk menjadi tepung
yang terbaik, berarti rela dihancurkan, digiling sampai halus, lumat menjadi
tepung yang terbaik, itu merupakan jaminan dan kepastian dari TUHAN bagi
anak-anak TUHAN.
1
Yohanes 2:2
(2:2) Dan Ia
adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa
kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Dia
rela menjadi tepung yang terbaik untuk dosa manusia, untuk dosa saya, untuk
dosa saudara, untuk dosa kita semua, karena ternyata manusia itu keras hati,
dengan lain kata; sesat hati, sesat di jalan.
Kalau
satu kali sesat, lalu sekalipun kesesatan itu satu, kalau dilanjutkan terus
tidak berhenti, akan terpisah jauh dari TUHAN. Tetapi Yesus rela menjadi tepung
yang terbaik; ini adalah sifat (karakter) yang suci dan sempurna. Miliki
karakter ini kalau memang kita menyadari diri sebagai manusia berdosa.
Mari
kita beri diri untuk diperdamaikan, karena tepung yang terbaik telah diberikan
kepada kita malam ini, karena menurut kerelaan dan penyerahan diri-Nya
dinyatakan kepada kita. Dialah tepung yang terbaik; halus, berarti hancur,
tidak berbentuk lagi. Dia dihina; orang tutup mata, tidak ada yang menyukai,
tidak berbentuk. Kemudian juga digiling sampai lembut; ini juga merupakan
karakter yang suci dari Yesus Kristus oleh karena penyerahan diri-Nya.
Saatnya
kita berdamai dengan TUHAN. Bawa dirimu berdamai dengan TUHAN, karena hari-hari
ini adalah hari-hari terakhir. Biarlah kiranya firman ini mendarah daging dalam
kehidupan kita. Sementara kita dalam perjalanan rohani menuju hari perhentian,
tanah yang dijanjikan oleh TUHAN, Yerusalem yang baru; jangan mengeraskan hati
kita masing-masing.
Sebagaimana
sifat dan keadaan dari tepung yang terbaik, demikian juga tabiat Yesus Kristus.
Mari kita ikuti teladan seperti ini, bukan teladan dalam kekerasan hati bangsa
Israel. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
No comments:
Post a Comment