IBADAH KAUM MUDA
REMAJA, 02 MEI 2020
STUDY YUSUF
(Seri: 189)
Subtema: HIDUP SUCI DAN TAKUT AKAN TUHAN MENJADI KEDIAMAN ALLAH
Shalom.
Selamat malam,
salam sejahtera, bahagia kiranya memenuhi setiap perhimpunan ibadah kita, baik;
yang di Pastori, maupun yang di Serang, di Cilegon, di Perumnas, di BCA, di
mana saja kita berada. Juga, saya tidak lupa menyapa anak Tuhan, hamba Tuhan,
teristimewa pemuda remaja yang sedang mengikuti pemberitaan firman lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.
Selanjutnya, kita berdoa dan memohon kepada Tuhan, supaya kiranya Tuhan
membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga kita boleh merasakan lawatan dan
berkat Tuhan atas kehidupan kita di hari-hari terakhir ini.
Segera saja kita
menyambut firman penggembalaan tentang Study Yusuf.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu,
lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak
Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada
anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama
sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52)
Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya:
"Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum datang
tujuh tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki.
-
Anak yang sulung bernama; Manasye.
-
Anak yang kedua bersama; Efraim.
Selanjutnya, kita
akan memperhatikan arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut;
dimulai dari anak yang sulung, yakni: Manasye.
Manasye, artinya:
Yusuf lupa sama sekali kepada dua perkara, yakni:
1.
Yusuf lupa kepada kesukarannya.
2.
Yusuf lupa kepada rumah bapanya.
Kita masih berada
pada; Yusuf lupa pada kesukarannya, yang dibagi pada tiga fase:
-
Fase yang pertama: Yusuf tinggal bersama-sama dengan
saudara-saudaranya (Kejadian 37).
-
Fase yang kedua: Yusuf berada di rumah Potifar (Kejadian
39).
-
Fase yang ketiga: Yusuf berada di dalam penjara (Kejadian
40).
Namun, kita masih
berada pada fase yang kedua, yaitu: Yusuf berada di rumah Potifar.
Kejadian 39:8-9
(39:8) Tetapi Yusuf menolak dan berkata
kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi
mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya
pada kekuasaanku, (39:9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar
kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari
pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan
kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"
Singkatnya, Yusuf
menolak untuk tidur dengan isteri Potifar, menunjukkan bahwa;
1. Yusuf setia memikul tanggung jawab yang dipercayakan
kepada dia, sebab; pada ayat 8, Yusuf berkata: "Dengan bantuanku
tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah
menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku.”
2. Yusuf hidup suci dan takut akan Tuhan, seperti;
pengakuan Yusuf -- pada ayat 9 --: “Bagaimanakah mungkin aku
melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"
Pada minggu yang
lalu, kita telah dilawat dan diberkati oleh Tuhan tentang; Yusuf setia memikul
tanggung jawab yang dipercayakan kepada dia, perkara itu mungkin masih jelas
dalam ingatan kita masing-masing dan kiranya apa yang telah kita terima dari
Tuhan merupakan lawatan dan berkat rohani bagi kita masing-masing.
Sekarang, kita akan
melihat tentang: HIDUP SUCI DAN TAKUT AKAN TUHAN.
Hidup suci dan
takut akan Tuhan, menunjukkan bahwa; Yusuf tidak berani melakukan kejahatan
yang besar. Kalau seseorang hidup suci, berarti tidak berani melakukan
kejahatan yang besar, yakni; kenajisan, perzinahan, percabulan, dan
perselingkuhan adalah suatu kejahatan yang besar, dengan kata lain; berdosa
langsung terhadap Allah. Biarlah kiranya
kehidupan kita semua, secara khusus pemuda remaja hidup dalam kekudusan,
berarti takut akan Tuhan. Dengan takut akan Tuhan kita menjaga kekudusan kita
di hadapan Tuhan.
Kita awali dari 1
Korintus 6.
1 Korintus 6:13
(6:13) Makanan adalah untuk perut
dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan
Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan
untuk tubuh.
Perlu untuk
diketahui;
Yang pertama: “Makanan
adalah untuk perut dan perut untuk makanan.”
Namun pada
akhirnya, keduanya akan dibinasakan Allah. Dibinasakan Allah, artinya: segala
perkara lahiriah atau perkara di bawah (di dunia) ini satu kali nanti akan
berlalu, dengan kata lain; tidak tinggal tetap atau tidak kekal.
Langit yang pertama
dan bumi yang pertama pun akan berlalu dan laut pun tidak akan ada lagi, sesuai
dengan Wahyu 21:1.
Berkaitan dengan
itulah, sejenak kita membaca 1 Petrus 1.
1 Petrus 1:24-25
(1:24) Sebab: "Semua yang hidup adalah
seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput,
rumput menjadi kering, dan bunga gugur, (1:25)
tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah
firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
Semua yang hidup
adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, tetapi pada
akhirnya, rumput menjadi kering, maka bunga gugur, kemuliaannya juga gugur.
Tetapi, firman Tuhan Allah yang maha suci dan maha mulia tetap untuk
selama-lamanya, inilah firman yang disampaikan Injil kepada kita.
Kalau berbicara
Injil jelas itu menunjuk: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
-
Injil Matius, menunjuk: kemuliaan dan keagungan Yesus
sebagai RAJA.
-
Injil Markus, menunjuk: kebangkitan Yesus sebagai
HAMBA.
-
Injil Lukas, menunjuk: sengsara Yesus sebagai MANUSIA.
-
Injil Yohanes, menunjuk: keadilan dan kebenaran Yesus
sebagai ANAK ALLAH.
Tadi, Injil Yohanes
sama dengan Anak Allah, namun pada akhirnya; turun ke bumi menjadi manusia,
sama dengan Injil Lukas, dua hal ini sebenarnya bertolak belakang. Kemudian,
Injil Matius sebagai raja bertolak belakang dengan Injil Markus karena
berkedudukan sebagai hamba. Jadi;
-
Anak Allah (Yohanes) turun ke bumi menjadi manusia, Injil Lukas.
- Kemudian, Injil Matius sebagai Raja bertolak
belakang dengan Injil Markus karena berkedudukan sebagai hamba.
Kesimpulan dari
firman yang disampaikan empat Injil kepada kita ialah salib Kristus,
berarti; untuk memperoleh hidup yang kekal -- dengan kata lain; hidup untuk
selama-lamanya, sama seperti firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya --, maka,
belajarlah untuk menghormati dan menghargai kasih karunia Tuhan yang limpah,
yaitu; salib Kristus. Itulah firman yang disampaikan keempat Injil kepada kita,
supaya kita hidup untuk selama-lamanya, sebab; Tuhan itu adalah: Alfa dan
Omega, tetapi dari Alfa untuk sampai ke Omega di tengah-tengahnya atau
jembatannya adalah salib -- dengan kata lain; dari awal sampai akhir
jembatannya adalah salib --, sesuai dengan Wahyu 1:17-18. Demikian
halnya di dalam, Wahyu 21:6: Yesus adalah Alfa dan Omega, Dialah firman
Allah yang hidup, jadi, terkait dengan salib untuk memperoleh hidup yang kekal.
Kemudian, di dalam Filipi
3.
Filipi 3:17
(3:17) Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan
perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
Filipi 3:17 ini juga bisa ditemukan di dalam 1
Korintus 4:16, di dalam 1 Korintus 11:1; betul-betul Rasul Paulus
melayani di dalam penderitaan yang penuh, banyak menanggung penderitaan, banyak
menanggung sengsara karena salib, aniaya karena firman Tuhan. Inilah yang
disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi.
Perhatikan: “Ikutilah
teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi
teladanmu.”
Rasul Paulus
mengatakan hal itu kepada jemaat di Filipi karena punya maksud yang mulia.
Tadi, jembatan dari
Alfa untuk menuju Omega adalah salib. Mari kita ikuti teladan dari Rasul Paulus
setia memikul salib Kristus, rela menanggung penderitaan, sengsara karena
salib, aniaya karena firman.
Filipi 3:18
(3:18) Karena, seperti yang telah kerap kali
kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak
orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
“Banyak orang
yang hidup sebagai seteru salib Kristus”, oleh karena itulah Rasul Paulus
sering kali menangis melihat keadaan atau situasi pelayanan semacam itu.
Di awal-awal
pelayanan seringkali hati saya hancur disertai dengan kesedihan-kesedihan yang
mendalam di dalam hati ini, manakala saya melihat pelayanan menjadi seteru
salib. Jadi, hati saya hancur disertai dengan kesedihan melihat pelayanan yang
semacam itu, yaitu:
1.
Apabila pelayanan itu sibuk membicarakan hal-hal yang
lahiriah; perkara-perkara di dunia atau perkara di bumi ini, kemudian sibuk
membicarakan uang, harta dan kekayaan, kedudukan, jabatan. Melihat pelayanan
yang semacam ini hati saya hancur, sungguh, bukan saya sok supaya ikut-ikutan
seperti Rasul Paulus. Sebetulnya pelayanan yang semacam itu disebut juga firman
yang ditambahkan.
2.
Apabila pelayanan itu sibuk dengan demonstrasi di dalam
hal mengadakan mujizat kesembuhan, tetapi mengabaikan salib Kristus, dengan
kata lain; mengabaikan kehendak Allah. Pelayanan semacam ini disebut dengan
firman yang dikurangkan.
Dahulu waktu saya
masih menjadi pengerja di suatu gereja di Banyuwangi, satu kali pernah saya
memasuki satu gereja (tidak perlu saya sebut nama gereja itu) dan melihat
pelayanan seperti kedua hal di atas, secara otomatis dan seketika itu juga hati
saya hancur disertai dengan kesedihan yang sangat mendalam sekali, hati saya
hancur dan sedih sambil menahan air mata, saya kaget sekali melihat
perkara-perkara seperti itu, dan itulah yang dimaksud oleh Rasul Paulus.
Filipi 3:19
(3:19) Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan
mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib
mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
Tadi, mereka
menjadi seteru salib atau mengabaikan salib -- dengan kata lain; mengabaikan
kehendak Allah --, akibatnya ialah: kebinasaan, berarti; tidak memperoleh hidup
kekal, dengan kata lain tidak tinggal tetap untuk selama-lamanya. Itu yang
dimaksud dengan kebinasaan; tidak memperoleh hidup yang kekal, dengan kata lain
tidak tinggal tetap selama-lamanya.
Pertanyaannya;
Mengapa mereka menjadi seteru salib atau mengabaikan salib? Jawabannya, ada
tiga:
a.
Tuhan mereka adalah perut mereka.
b.
Kemuliaan mereka ialah aib mereka.
c.
Pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara
duniawi.
Roma 16:17
(16:17) Tetapi aku menasihatkan kamu,
saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan
dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan.
Sebab itu hindarilah mereka!
Jadi, nasihat Rasul
Paulus terhadap sidang jemaat di Roma: supaya waspada terhadap mereka, yang
bertentangan dengan pengajaran yang benar, yaitu: hamba-hamba Tuhan yang
menjadi seteru salib, yang mempertuhankan perut mereka tadi dan kemuliaan
mereka ialah aib mereka. Mengapa demikian? Karena hal itu, menimbulkan
perpecahan di antara tubuh Kristus dan itu juga merupakan godaan atau jerat.
Sementara, dari Alfa untuk sampai ke Omega jembatan pemersatunya adalah salib,
tetapi kalau hamba Tuhan menjadi seteru salib, pelayanan yang semacam itu harus
dihindari, karena hal itu menimbulkan perpecahan di antara tubuh Kristus dan
itu merupakan godaan ataupun jerat. Hal itu harus dihindari.
Roma 16:18
(16:18) Sebab orang-orang demikian tidak
melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan
dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis
mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.
Jadi sebenarnya,
hamba-hamba Tuhan yang menjadi seteru salib tadi, sebetulnya mereka itu tidak
melayani Kristus, tetapi melayani perut mereka yang adalah tuhan mereka.
Ciri pelayanan
mereka (hamba Tuhan yang menjadi seteru salib):
- “Kata-kata mereka muluk-muluk atau berlebihan.” Contohnya: mengatakan atau menyampaikan
bahwa kebangkitan mereka itu sedang berlangsung, sementara mereka sendiri belum
menyatu dengan kematian Yesus Kristus, dengan kata lain: masih menuruti
keinginan-keinginan daging, atau keinginan-keinginan daging belum dimatikan.
- “Bahasa atau ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut
mereka itu manis di dengar telinga.” Mereka tidak sibuk menceritakan tentang salib yang
kasar, sebab hal itu tidak manis didengar telinga. Ada banyak hamba-hamba Tuhan
memilih cara pelayanan yang demikian, sebenarnya mereka itu tidak melayani
Kristus melainkan perut mereka yang adalah tuhan mereka.
Percayalah kepada
firman Tuhan, itulah Firman yang disampaikan oleh injil kepada kita semua.
Jangan kita terkecoh dan jangan tertipu, dengan model pelayanan yang seperti
itu, sekalipun ciri pelayanan mereka; dengan ungkapan yang muluk-muluk ataupun
bahasa yang manis-manis didengar, jangan terkecoh.
Matius 6:25
(6:25) "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah
kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan
janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup
itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari
pada pakaian?
Jangan kuatir akan
hidup kita masing-masing, sebab; hidup ini lebih penting dari makanan. Jadi,
jangan kita melayani Tuhan karena perut, memang makanan untuk perut dan
sebaliknya perut untuk makanan, tetapi keduanya akan dibinasakan.
Oleh sebab itu,
jangan kuatir akan hidup kita masing-masing, sebab hidup kekal lebih berharga
dan lebih penting dari soal makanan.
Belajarlah untuk
mengerti akan hal itu, jangan menjadi seteru salib dengan menipu orang dengan; bahasa
yang muluk-muluk dan jangan menjadi seteru salib dengan ungkapan yang
manis-manis.
Kita kembali
membaca 1 Korintus 6.
1 Korintus 6:13
(6:13) Makanan adalah untuk perut dan perut untuk
makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh
bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk
tubuh.
Jadi, makanan untuk
perut dan perut untuk makanan, memang itu merupakan hal yang sepatutnya dan
tidak bisa kita pungkiri, tetapi kedua-duanya akan dibinasakan oleh Allah.
Maksudnya; segala perkara lahiriah, perkara di bawah di dunia ini, segalanya
nanti akan berlalu; langit bumi akan berlalu dan laut pun nanti tidak akan ada
lagi, tidak tinggal tetap. Tetapi, firman-Nya tinggal tetap, itulah firman yang
disampaikan Injil, belajar menghormati dan menghargai kasih dan kemurahan
itulah salib Kristus.
Kemudian, 1
Korintus 6:13b; “ Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan
untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.”
Tadi yang pertama; “Makanan
adalah untuk perut dan perut untuk makanan.”
Sekarang, yang
kedua: “Tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan
untuk tubuh (untuk kita).”
Jadi, tubuh
bukanlah untuk percabulan, bukanlah untuk perzinahan, bukanlah untuk kenajisan
dan perselingkuhan, melainkan untuk Tuhan, sebaliknya; Tuhan untuk kita. Hal
ini bagaikan tubuh dengan kepala, saling terkait antara satu dengan yang lain.
Memang, Kristus adalah kepala bagi sidang jemaat, sedangkan sidang jemaat
adalah tubuh-Nya.
1 Korintus 6:14-15
(6:14) Allah, yang membangkitkan Tuhan,
akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. (6:15) Tidak tahukah
kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah
anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
Jangan sia-siakan
kuasa kebangkitan Yesus Kristus, sama dengan:
-
Jangan sia-siakan ibadah ini.
-
Jangan sia-siakan pelayanan.
-
Jangan sia-siakan kekudusan Allah.
-
Jangan sia-siakan kegiatan Roh dengan segala sesuatu
yang ada di dalamnya.
Itu persamaan
jangan menyia-nyiakan kuasa kebangkitan Kristus. Mengapa demikian? Sebab Yesus
telah dibangkitkan dari antara orang mati, maka hal yang sama juga akan kita
alami di hadapan Tuhan, sebab itu; Allah tidak rela kita hidup di dalam
percabulan, Allah tidak rela kita hidup dalam kenajisan, sebagaimana di sini
dikatakan: “Tubuhmu adalah anggota Kristus. Akan kuambilkah anggota Kristus
untuk menyerahkannya kepada percabulan?” Jawabnya: “Sekali-kali tidak!” Tanda seru di sini, menunjukkan ketegasan.
Berarti, Yusuf ini
sangat menyadari betul bahwa tubuh Kristus itu begitu mulia dan indah, dengan
kata lain; dia menyadari betul “bahwa tubuh untuk Tuhan dan Tuhan untuk
tubuh.” Apakah kita mau belajar seperti pribadi Yusuf? Menyadari bahwa
hidupnya untuk Tuhan dan Tuhan untuk hidupnya.
Tidak sedikit
kehidupan orang Kristen, teramat lebih pemuda remaja, jatuh dalam pergaulan
bebas, jatuh dalam percabulan, perzinahan dan kenajisan. Tetapi, kita harus
mengerti rencana Allah dalam kehidupan kita, seperti Yusuf betul-betul sangat
mengerti rencana Allah dalam hidupnya, sehingga jika kita perhatikan pada
akhirnya Yusuf akan dipakai Tuhan untuk kelangsungan hidup dunia ini.
Perjalanan rohani
dari gereja Tuhan akan berakhir dalam satu titik itulah pesta nikah Anak Domba,
dan kelak kita akan berada pada perjamuan kawin Anak Domba menjadi tubuh
mempelai, maka untuk menjadi mempelai Tuhan; mau tidak mau gereja Tuhan harus
menerima Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel yang membawa, memimpin,
menggiring kehidupan rohani kita untuk masuk dalam pembangunan tubuh Kristus
yang sempurna -- dengan kata lain; menjadi tubuh mempelai --, kelak berada
dalam perjamuan kawin Anak Domba. Sebab, memang itu sasaran akhir dari
perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Jadi, Yusuf
mengerti rencana Allah dan kita juga harus belajar untuk menjadi Yusuf-Yusuf di
akhir zaman ini; mengerti rencana Allah. Jangan hidup sesuka hati, sebab; tubuh
untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh. Tuhan sekali-kali tidak rela membiarkan
tubuh-Nya dikuasai oleh roh kenajisan, dikuasai oleh percabulan yang sedang
marak melanda seantero dunia ini, tidak hanya melanda yang cakap tapi juga
melanda; orang yang miskin, buruk rupa, tidak pandang bulu. Kiranya dapat
dipahami dengan baik, supaya kita jangan lagi bermain-main dalam mengikuti
Tuhan, karena memang; tubuh untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh.
1 Korintus 6:16-17
(6:16) Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang
mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh
dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu
daging." (6:17) Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan,
menjadi satu roh dengan Dia.
Perlu untuk
diketahui;
- Mengikatkan diri pada perempuan cabul, menjadi satu
tubuh dengan dia.
- Mengikatkan diri pada Tuhan, menjadi satu roh dengan
Tuhan.
Kalau hidup (tubuh) kita ini menjadi
kediaman Allah, dengan kata lain; menjadi bait Allah, berarti; menjadi
tempatnya Roh Allah berdiam di dalam diri kita masing-masing.
1 Korintus 6:18
(6:18) Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa
lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang
yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Oleh sebab itu,
mari kita berjuang untuk menjauhkan diri atau menyingkir dari percabulan.
Bukankah Tuhan sedang mengasingkan kita supaya diutus kepada bangsa kafir dan
bangsa Yahudi? Buktinya apa? Buktinya: kita ada di tengah ibadah ini, itu
merupakan tanda bahwa kita diasingkan dari dunia ini. Menyingkirlah dari
percabulan, menyingkirlah dari roh kenajisan, mengapa demikian?
- Sebab; “Setiap dosa lain yang dilakukan manusia,
terjadi di luar dirinya.”
Contoh: ketika seseorang berada di bawah
hukum Taurat; dia menginginkan sesuatu yang baik tetapi justru dosa yang
berkuasa di dalam dirinya, karena hukum Taurat itu merangsang dosa. Dalam hukum
Taurat, di situ terdapat sembilan kali kata “jangan”, tetapi justru dengan kata
“jangan” ini bangsa Israel berbuat dosa.
- Tetapi orang yang
melakukan percabulan atau hidup dalam kenajisan berdosa terhadap dirinya
sendiri.
Sekarang, pertanyaannya: apakah orang yang
hidup dalam kenajisan tidak ada pengampunan? Jawabannya: Ada. Sekalipun memang,
orang yang hidup dalam dosa kenajisan berdosa terhadap dirinya sendiri, tetap
ada pengampunan; kalau mau bertobat. Kalau mau menghargai darah salib, itu
bukan sesuatu perkara yang sulit bagi darah salib. Hanya satu dosa yang tidak
bisa diampuni oleh Tuhan, yaitu: orang yang tidak mau mengakui dosanya. Jadi,
kalau kita datang kepada Tuhan dan segera mengakui dosa, termasuk kenajisan,
pasti Tuhan ampuni asal kita mau sungguh-sungguh hidup disucikan oleh darah
salib yang suci.
Tetapi orang
yang melakukan percabulan atau dosa kenajisan berdosa terhadap dirinya sendiri, mari kita lihat hal ini, contohnya.
1 Samuel 2:12-13
(2:12) Adapun anak-anak lelaki Eli adalah
orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, (2:13)
ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang
mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah
bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya
Anak-anak lelaki
Eli adalah orang-orang dursila, mengapa? Karena, penyebabnya dua hal:
YANG PERTAMA: “Mereka tidak
mengindahkan batas hak para imam terhadap bangsa itu atau umat Tuhan.”
-- Inilah yang terlebih dahulu kita lihat --.
Mereka tidak
mengindahkan batas hak para imam terhadap bangsa itu atau umat Tuhan, mengapa
demikian?
1 Samuel 2:13-16
(2:13) ataupun batas hak para imam terhadap bangsa
itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging
itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di
tangannya (2:14) dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam
kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan
garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka
memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo. (2:15)
Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada
orang yang mempersembahkan korban itu: "Berikanlah daging kepada imam
untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak,
hanya yang mentah saja." (2:16) Apabila orang itu menjawabnya:
"Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu
sesuka hatimu," maka berkatalah ia kepada orang itu: "Sekarang juga
harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan."
Jadi, setiap kali
seseorang dari umat itu mempersembahkan korban sembelihan atau
potongan-potongan daging dari korban sembelihan, anak-anak Imam Eli segera
mengambil potongan-potongan daging yang mentah itu dengan;
-
Mencucukkan garpu bergigi tiga.
-
Bahkan mengambilnya dengan kekerasan atau dengan cara
paksa.
Jadi, jelas
anak-anak imam Eli ini adalah orang dursila; tidak mengindahkan batas hak para
imam terhadap umat itu, sama dengan; tidak menghargai korban Kristus. Kalau
tidak menghargai korban Kristus, berarti; menjadi seteru dari salib Kristus.
1 Samuel 2:17
(2:17) Dengan demikian sangat besarlah dosa
kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban
untuk TUHAN.
Dengan demikian.
sangat besarlah dosa kedua anak lelaki imam Eli, yaitu: Hofni dan Pinehas,
karena mereka memandang rendah korban untuk Tuhan.
Pemuda remaja,
belajarlah untuk membawa korban persembahan yang terbaik, jangan memandang
rendah korban untuk Tuhan. Saya masih menemukan uang yang menjadi persembahan
dari sidang jemaat, tetapi sudah lusuh, kotor, bahkan sobek disambung-sambung,
masih seringkali saya menjumpai persembahan yang seperti itu. Kalau orang yang
memberikan persembahan semacam ini adalah orang yang tidak mengerti ibadah dan
pelayanan atau orang dunia, hal ini masih masuk akal. Tetapi, sudah menerima
firman Tuhan yang begitu dalam tetapi masih memandang rendah korban Kristus, memandang
rendah korban untuk Tuhan, itu sudah tidak masuk akal.
YANG KEDUA: Anak
lelaki imam Eli tidak mengindahkan Tuhan.
1 Samuel 2:22-23
(2:22) Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya
segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan
bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani
di depan pintu Kemah Pertemuan, (2:23) berkatalah ia kepada
mereka: "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar
dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu?
Anak-anak lelaki
imam Eli tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu kemah
pertemuan. Jadi, antara imam dengan imam mengadakan perzinahan, dikuasai oleh
percabulan, dan mereka melakukan percabulan itu persis di depan pintu kemah
pertemuan.
1 Samuel 2:24
(2:24) Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar
baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran.
Jika, seorang
pelayan Tuhan hidup dalam dosa kenajisan percabulannya, maka; orang lain akan
tersandung. Sebab itu, perhatikan sungguh-sungguh; tubuh adalah untuk Tuhan,
Tuhan untuk tubuh, supaya kita jangan dibinasakan seperti perut dan makanan.
Jangan kita menjadi sandungan terhadap orang lain, dan jangan kita memandang
rendah korban untuk Tuhan.
1 Samuel 2:25
(2:25) Jika seseorang berdosa terhadap seorang
yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa
terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?"
Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak
mematikan mereka.
Perlu untuk
dipahami; jikalau seseorang berdosa terhadap yang lain, maka Allah yang akan
mengadili; tetapi jika seseorang hidup dalam kenajisan, dia berdosa terhadap
Tuhan dan terhadap dirinya. Intinya; darah Yesus tidak berlaku atas dia, kalau
dia tidak mau bertobat dari situ.
Kalau si A
bertengkar dengan si B, Tuhan hakim yang adil, tetapi kalau seseorang sudah
berdosa terhadap Tuhan, berdosa terhadap dirinya karena kenajisan, siapa yang
menjadi pengantara bagi dia? Jadi, betul-betul dosa kenajisan, dosa percabulan,
merupakan dosa yang paling dibenci oleh Tuhan, sesuai dengan Wahyu 18:2.
Jadi, kalau kita jatuh dalam dosa kenajisan dan percabulan, berdosa terhadap
dirinya sendiri dan berdosa terhadap Tuhan, siapa yang menjadi pengantara?
Singkatnya, jika
seseorang tidak mau melepaskan dirinya dari dosa percabulan dan dosa kenajisan,
akhirnya binasa seperti Hofni dan Pinehas. Sekalipun demikian, imam Eli
memberikan pengertian yang jelas kepada dua anaknya; Hofni dan Pinehas, tetapi
kedua anak lelakinya tidak mau bertobat dan akhirnya Tuhan mematikan mereka.
Tuhan memang yang menghidupkan, tetapi Tuhan juga yang mematikan, dalam kitab Kejadian.
Kalau hidup dalam
kenajisan dia berdosa terhadap dirinya dan berdosa terhadap Tuhan, siapa yang
menjadi pengantara? Berarti, darah Yesus tidak berlaku atas dia.
Setiap orang pasti
memiliki latar belakang, teramat lebih dalam dosa kenajisan karena
percabulannya, itu tidak bisa dipungkiri setiap insan barangkali ada, mungkin
tidak bersetubuh tetapi memandang perempuan dan menginginkan dalam hati itu
juga merupakan perzinahan secara rohani, sebaliknya dengan seorang perempuan
hal itu tidak dipungkiri. Ya, betul setiap orang pasti ada yang hidup dalam
kenajisan seperti itu, tetapi mari kita dengan rendah hati menerima firman
Allah malam ini, mari kita menerima firman Tuhan dengan lemah lembut, jangan
dengan keras hati, jangan dengan sombong, jangan dengan arogansi, jangan dengan
merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, supaya kita juga jangan
dimatikan seperti Hofni dan Pinehas. Kalau kita tidak mau mendengar nasihat
yang baik, maka sama seperti Hofni dan Pinehas, akhirnya Tuhan mematikan
mereka. Bukankah itu adalah firman yang disampaikan Injil kepada kita malam
ini? Pikullah salib Kristus, supaya kita dibenarkan oleh iman, bukan lagi hasil
perbuatan, bukan lagi karena melakukan hukum Taurat, tetapi dibenarkan karena
iman. Terimalah nasihat firman, jangan keras hati seperti orang dursila;
-
Tidak mengindahkan batas hak imam terhadap umat Israel
yang pertama.
-
Yang kedua; tidak mengindahkan Tuhan.
Kiranya dapat
dipahami dengan baik; baik yang di Pastori terimalah firman, baik yang di
Serang terima nasihat firman, baik yang sendiri terima nasihat firman, baik
yang di Perumnas terima nasihat firman; jangan keraskan hati seperti kedua anak
imam Eli, baik yang di BCA terima nasihat firman, dan juga dengan kasih kepada
anak Tuhan, baik juga umat Tuhan, hamba Tuhan, teristimewa pemuda remaja,
terima nasihat firman. Jangan bertahan dengan kebodohan, jangan menyukai apa
yang dibenci oleh Tuhan, supaya kita boleh merasakan damai sejahtera Allah
memerintah dalam hati kita masing-masing, dalam hubungan kita dengan Tuhan itu
namanya nikah rohani.
Jangan kita melihat
kekurangan orang, tetapi ternyata kekurangan kita jauh lebih banyak, tetapi
terimalah nasihat firman dengan rendah hati.
Sebab itu, mari
kita lihat jalan keluarnya.
Kejadian 39:9
(39:9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar
kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari
pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan
kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"
Singkatnya, Yusuf
mempertahankan kekudusan Allah.
Sekalipun kita
memiliki suatu kedudukan dan juga dipercayakan oleh Tuhan; jabatan dan
kedudukan yang sangat tinggi, tetapi apa yang bukan hak kita jangan kita
renggut, dengan kata lain; jangan kita perkosa kebenaran, jangan kita perkosa
kesucian Tuhan, sekalipun kita memiliki suatu kepercayaan, suatu kedudukan.
Miliki roh takut akan Tuhan.
1 Petrus 1:14-16
(1:14) Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan
jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, (1:15)
tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama
seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, (1:16) sebab
ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Sebagai anak-anak
Tuhan kuduslah dalam seluruh hidup sama seperti Dia yang kudus, yang telah
memanggil kita dari dunia ini. Sama seperti, tabut yang di atasnya terdapat
tutup pendamaian, sebab; tabut itu yang terbuat dari kayu penaga telah dilapisi
dengan emas, luar maupun dalam (lahir batin), sehingga tutupan pendamaian atau
tutupan grafirat dengan dua kerub di atasnya menjadi naungan dari gereja Tuhan,
sehingga kudus sama seperti Allah kudus adanya. Syaratnya:
1. Taat,
berarti; tidak memberontak, tidak melawan apa yang menjadi kehendak Allah, sama
dengan: patuh pada ajaran yang baik, yang benar, yang suci, yang mulia.
2. Jangan menuruti hawa nafsu yang menguasai kita pada waktu kebodohan.
Seringkali waktu kebodohan itu terjadi, tetapi jangan dituruti, manakala kita
ada pada waktu kebodohan jangan turuti hawa nafsunya, kembali kepada terang
firman Allah, biarlah hal itu terus terngiang-ngiang di dalam hati dan pikiran
kita masing-masing.
“Sebab ada
tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” Jadi, ayat ini dikutip kembali oleh Rasul Petrus dari Imamat
11:44-45, tapi terkait dengan binatang yang boleh dimakan dan binatang yang
tidak boleh dimakan. Binatang yang tidak boleh dimakan itulah binatang yang
haram, contoh binatang yang haram:
- Memamah biak tetapi tidak berkuku belah dua, yaitu;
unta, pelanduk dan kelinci. Binatang ini memang memamah biak tetapi kukunya
tidak berbelah dua dan tidak bersela panjang.
- Sebaliknya, babi; berkuku belah dua dan bersela panjang, tetapi tidak memamah biak, itu haram, dengan kata lain; najis dan
tidak boleh dimakan.
Jadi, kuduslah
dalam seluruh hidup, seperti Dia yang kudus telah memanggil kita dari kegelapan
dosa.
1 Petrus 1:17
(1:17) Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia
yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka
hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Hendaklah kita
masing-masing hidup dalam ketakutan selama kita menumpang di dunia ini.
Hendaklah kita memiliki roh takut akan Tuhan selama kita berada di atas muka
bumi ini. Takut akan Tuhan, berarti; benci dosa kejahatan, dosa kenajisan,
kefasikan, dan yang lain, itu takut akan Tuhan. Kalau masih berani berbuat
dosa, walaupun berada di tengah ibadah dan pelayanan itu bukan orang yang takut
akan Tuhan.
Jadi, selama kita
menumpang di dunia ini biarlah roh takut akan Tuhan itu betul-betul menguasai
kita dalam seluruh sendi-sendi kehidupan rohani kita masing-masing. Karena,
kita tahu di sini: “Jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa
memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya”, camkanlah itu,
sebab itu milikilah roh takut akan Tuhan. Dia tidak memandang muka, Dia tidak
memandang bulu, Dia tidak peduli besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, kaya
miskin, dengan kata lain; Dia tidak peduli, Dia tidak kompromi. Milikilah roh
takut akan Tuhan.
Singkatnya,
anak-anak imam Eli mengawali pelayanan dengan Roh, tetapi diakhiri dengan
daging.
Kita kembali
melihat hal itu sejenak dalam 1 Samuel 2.
1 Samuel 2:25
(2:25) Jika seseorang berdosa terhadap seorang
yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa
terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" Tetapi tidaklah
didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan
mereka.
Anak imam Eli
mengawali pelayanan dengan Roh tetapi diakhiri dengan daging, akhirnya mereka
binasa karena mereka memang orang-orang dursila; tidak mau menghargai nasihat
firman, lebih menyukai dosa kenajisan dan percabulannya. Sebaliknya, Samuel
dalam pelayanannya, diawali dengan daging dan diakhiri dengan Roh.
Kita lihat hal itu.
1 Samuel 2:11
(2:11) Lalu pulanglah Elkana ke Rama tetapi anak
itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan imam Eli.
Samuel diserahkan
menjadi pelayan Tuhan di bawah pengawasan imam Eli.
Kemudian, ayat
26.
1 Samuel 2:26
(2:26) Tetapi Samuel yang muda itu, semakin
besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di
hadapan manusia.
Pelayanan Samuel
diawali dengan daging, diakhiri dengan Roh, sehingga Samuel yang muda semakin
besar dan semakin disukai baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.
Demikian halnya dengan Yusuf; semakin hari semakin berkenan di hadapan Tuhan
dan juga semua orang menyukai Yusuf, sehingga seluruh penduduk bumi datang ke
Mesir untuk mencari makanan dari roti supaya ada kelangsungan hidup. Biarlah
kiranya Pengajaran Mempelai ini membawa kita sampai kepada pesta nikah Anak
Domba, singkatnya; ada kelangsungan hidup.
Jadilah kehidupan
pemuda remaja yang senantiasa memiliki roh takut akan Tuhan, selain bertanggung
jawab, juga berjuang untuk menyingkir dari dosa percabulan, dosa kenajisan.
Sekarang ini Tuhan sudah asingkan kita dari dunia ini, tidak lagi sama dengan
dunia, supaya kita menyatu dengan Tuhan; tubuh untuk Tuhan, Tuhan untuk kita
sekalian.
Efesus 2:21
(2:21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi
tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
Kalau kita
mengasingkan diri dari dunia dan dari percabulan, berarti; berada pada
pendirian yang teguh, kita menjadi bait Allah yang kudus di dalam Tuhan.
Efesus 2:22
(2:22) Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan
menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Dan akhirnya
menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U.
Sitohang
No comments:
Post a Comment