IBADAH RAYA
MINGGU, 10 MEI 2020
WAHYU PASAL
12
(Seri: 5)
Subtema: NAGA MERAH PADAM BESAR MENYESATKAN
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan;
oleh karena kasih setia-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya
Minggu pada saat kesempatan ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan,
bahkan hamba-hamba Tuhan yang terkasih di mana pun anda berada, kiranya Tuhan
memberkati anda dan sidang jemaat GPT “BETANIA”.
Selanjutnya, mari kita berdoa, memohon kemurahan Tuhan
supaya kiranya Ia membukakan firman-Nya bagi kita, itulah tangisan dalam doa
dari Rasul Yohanes di pulau Patmos, supaya kiranya Tuhan membukakan firman
Tuhan di hari-hari terakhir ini. Jikalau terjadi pembukaan rahasia firman, maka
segala pintu-pintu yang tertutup akan terbuka. Tuhan memberkati kita dengan
berkat yang melimpah dari sorga.
Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya
Minggu dari WAHYU PASAL 12.
Wahyu 12:3
(12:3)
Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor
naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di
atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Tampaklah suatu tanda yang lain di langit, yaitu “Seekor
naga merah padam yang besar”.
Namun tanda ini tidaklah lebih besar seperti pada ayat 1, “Suatu tanda
besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di
bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.”
Sebenarnya, seekor naga merah padam yang besar itu adalah
ular yang ada di taman Eden, yang pernah memperdayakan Adam dan isterinya.
Sejenak kita memperhatikan peristiwa itu di dalam Kejadian 3.
Kejadian 3:1,6
(3:1)
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang
dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu
makan buahnya, bukan?" (3:6)
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu
ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga
kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
Akhirnya, Adam dan isterinya makan buah pohon pengetahuan
yang baik dan yang jahat, dengan kata lain; mereka melanggar hukum Allah,
karena mereka telah diperdayakan oleh ular itu. Singkatnya, Adam dan isterinya
jatuh dalam dosa, karena pelanggaran atas hukum Allah adalah dosa.
Kejadian 3:7
(3:7)
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang;
lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, akhirnya,
menyadari bahwa mereka telanjang. Oleh sebab itu, mereka berusaha untuk
menutupi ketelanjangan mereka dengan cara menyemat daun pohon ara dan membuat
cawat. Artinya, Adam dan isterinya berusaha untuk menutupi dosa dengan
kebenarannya sendiri (kebenaran diri sendiri). Daun pohon ara, menunjuk;
kebenaran diri sendiri.
Tetapi perlu untuk diketahui: Kebenaran diri sendiri
tidak akan bertahan lama, sama seperti daun pohon ara, cepat atau lambat akan
rapuh dan hancur, sehingga ketelanjangan (kekurangan) itu akan terlihat
kembali. Pendeknya, belum terjadi pengampunan dosa atas mereka (Adam dan
isterinya).
Sekarang, kita akan melihat AKIBAT DOSA.
Kejadian 3:8-10
(3:8)
Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam
taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya
itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. (3:9) Tetapi TUHAN Allah memanggil
manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" (3:10) Ia menjawab: "Ketika aku
mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena
aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
Akibat dosa; Adam dan isterinya penuh dengan ketakutan,
penuh dengan kekuatiran, penuh dengan rasa cemas.
Jadi, orang yang takut, orang yang kuatir akan masa
depan, juga selalu dalam kecemasan, jelas itu menunjukkan bahwa manusia itu
sudah jatuh dalam dosa.
Tanda bila seseorang penuh dengan ketakutan ialah suka
bersembunyi, termasuk suka menyembunyikan dosanya di antara pohon-pohonan.
Seharusnya, yang benar adalah bersembunyi di balik salib,
supaya dosa itu tertutupi. Tetapi kalau bersembunyi di antara pohon-pohonan,
bukan dosa dari manusia itu yang tertutupi, sebaliknya, manusia itu akan
menutupi dosanya dengan kebenaran diri sendiri.
Kejadian 3:11-13
(3:11)
Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau
telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan
itu?" (3:12) Manusia itu
menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari
buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." (3:13) Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu:
"Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular
itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
Akibat dosa berikutnya ialah Adam dan isterinya saling
mempersalahkan. Berarti, saling menuduh dan saling membela diri, berarti sama
dengan berada di bawah hukum Taurat. Kalau berada di bawah hukum Taurat, maka
orang akan saling menuduh dan saling membela diri… Roma 2:15.
Di sini kita melihat:
-
Adam mempersalahkan
isterinya, Hawa. Ini adalah perbuatan bodoh.
-
Sedangkan Hawa
mempersalahkan ular. Ini adalah perbuatan yang lebih bodoh lagi.
Kalau kita mempersalahkan pribadi yang senantiasa
menimbulkan dosa, itu adalah perbuatan yang sangat bodoh.
Ular adalah gambaran dari Setan, dan kalau manusia
mempersalahkan Setan, itu menunjukkan bahwa manusia itu sudah kelewat bodoh.
Jadi, Hawa itu lebih bodoh lagi.
Dari peristiwa ini, kita dapat mengambil kesimpulan,
bahwa manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Tandanya; mereka tidak lagi
hidup dalam kesucian firman yang telah ditetapkan oleh Tuhan bagi Adam dan
isterinya itu. Sebagaimana dalam Kejadian
2, setelah Tuhan membentuk manusia dan isterinya itu, selanjutnya Tuhan
Allah menempatkan mereka di taman Eden, dengan satu tujuan untuk mengusahakan
dan memelihara taman di Eden, tetapi untuk itu, ada peraturan, ada perintah,
ada larangan dari Tuhan yang harus mereka turuti.
Jadi, untuk mengusahakan dan memelihara ibadah pelayanan
ini, ada aturan, ada perintah, ada larangan yang harus kita turuti.
Kejadian 3:14
(3:14)
Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau
berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di
antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu
tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
Akhirnya, Tuhan mengutuk ular itu karena telah
memperdayakan Adam dan isterinya. Singkatnya, “terkutuklah ular di antara
segala ternak dan di antara segala binatang hutan.” Artinya, untuk
selamanya, tidak akan diampuni dan tidak akan diselamatkan.
Ketika Adam dan Hawa melanggar hukum Allah, akhirnya
mereka jatuh dalam dosa, dan mereka menyadari bahwa mereka telanjang. Tetapi,
dalam keadaan telanjang, Tuhan menghampiri mereka dan Tuhan berada di
tengah-tengah taman Eden, dan langkah-langkah itu jelas terdengar di telinga
Adam dan Hawa, sehingga mereka penuh dengan ketakutan, penuh dengan kecemasan,
dan penuh dengan kekuatiran. Tetapi, pada saat Tuhan menghampiri mereka, Tuhan
tidak menemukan mereka, sebab itu Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah
engkau?" Tuhan tidak segera berkata: “terkutuklah engkau”, sekalipun
memang Tuhan sudah tahu bahwa Adam dan isterinya melanggar hukum Allah.
Tetapi untuk ular, Tuhan segera berkata: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah
engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan”,
artinya; untuk selamanya tidak akan diampuni dan diselamatkan.
Mari kita lihat kelengkapan ayat ini ditulis kembali oleh
Rasul Petrus.
2 Petrus 2:4
(2:4)
Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa
tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian
menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari
penghakiman;
Tuhan tidak menyayangkan malaikat-malaikat manakala
malaikat-malaikat itu jatuh dalam dosa, tetapi akan melemparkan mereka ke dalam
neraka. Berarti, malaikat yang jatuh dalam dosa tidak mendapat pengampunan,
melainkan akan berubah menjadi Iblis atau Setan. Dan untuk sementara waktu,
Iblis atau Setan ini akan disimpan dalam gua-gua yang gelap sampai tiba hari
penghakiman, mereka akan dilemparkan ke dalam api neraka.
Lebih jelas kita perhatikan Yudas.
Yudas 1:6
(1:6)
Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas
kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu
abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,
Malaikat-malaikat yang tidak taat berubah menjadi Setan.
Mereka dibelenggu di dalam dunia kekelaman sampai hari penghakiman. Inilah
suatu alamat yang jelas bagi hamba-hamba Tuhan, bagi pelayan-pelayan Tuhan yang
suka mencuri kemuliaan Allah atau tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka.
1 Petrus 1:12
(1:12)
Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka
sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan
sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang
diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang
ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Perhatikan kalimat: “ ... Menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu
hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.” Artinya,
malaikat-malaikat sangat mendambakan berita Injil, yaitu berita tentang pribadi
Yesus dengan lengkap. Mendambakan berita Injil, sama dengan; mengharapkan
pengampunan oleh darah salib.
Tetapi bagi malaikat-malaikat yang berbuat dosa, hal itu
tidak akan terjadi, karena sudah sejak semula, Allah mengutuk ular yang telah
memperdayakan Adam dan isterinya.
Oleh sebab itu, kalau malaikat-malaikat meninggalkan
batas atau kedudukan mereka, dengan lain kata mencuri kemuliaan, sehingga oleh
karena itu mereka jatuh dalam dosa, maka Tuhan tidak menyayangkan mereka,
sehingga mereka disimpan untuk sementara di gua-gua sampai tiba pada hari
penghakiman, untuk selanjutnya dilemparkan ke dalam api neraka.
Singkatnya: Ular yang memperdayakan Adam dan isterinya di
taman Eden, sekarang usianya sudah mencapai 6000 (enam ribu) tahun lebih,
berarti sudah sangat tua, sehingga predikatnya (julukannya) pun berubah menjadi
“seekor naga merah padam yang besar”. Begitulah ceritanya secara
singkat, di mana predikat atau julukannya berubah; dari hanya sekedar ular,
berubah menjadi “seekor naga merah padam yang besar”.
Demikian juga dengan anak-anak Tuhan; dari lahir baru,
kemudian kanak-kanak rohani, dan setelah akil balig, disebutlah dewasa rohani.
Jadi, semakin tua, julukan atau predikat pun akan berubah.
Tentang SEEKOR NAGA MERAH PADAM YANG BESAR.
-
Tentang “seekor
naga”. Seekor naga, jelas menunjukkan bahwa kuasanya melebihi dari seekor
ular yang telah memperdayakan Adam dan isterinya di taman Eden.
-
Tentang “merah
padam”. Merah padam menunjukkan suatu amarah yang membara, yang tidak bisa
sekedar ditiup.
Sekali waktu, seseorang (anak Tuhan yang
hidup dalam kasih) bisa saja marah, tetapi dalam suatu nas, firman Tuhan
berkata: “Apabila kamu menjadi marah,
janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam
amarahmu” Kalau anak Tuhan yang penuh kasih, amarahnya tidak boleh sampai
matahari terbenam, bagaikan api kecil ditiup akan padam.
Tetapi di sini kita melihat, amarah dari naga
ini menunjukkan suatu amarah yang membara, yang tidak bisa segera ditiup begitu
saja lalu masalah selesai, tidak, itu sebabnya, julukan (predikat) dari naga
ini adalah “merah padam”.
Oleh sebab itu, jangan bermain-main di dalam hal
mengikuti Tuhan, karena hari-hari ini adalah hari-hari yang jahat oleh pengaruh
naga merah padam, berarti kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Wabah Corona
adalah suatu sinyal, tanda positif bagi kita sekaliannya. Suatu saat nanti,
wabah Corona ini akan selesai (berlalu), tetapi penyakit sampar yang lebih
parah dan besar, suatu kali nanti akan terjadi untuk membinasakan, sesuai Wahyu 6:6.
Dengan demikian, ular yang terkutuk tanpa pengampunan
akan berubah menjadi seekor naga merah padam yang besar.
Kembali kita membaca Wahyu
12.
Wahyu 12:3
(12:3)
Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah
padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di
atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Seekor naga merah padam yang besar ditunjang dengan:
-
Berkepala tujuh.
-
Bertanduk sepuluh.
-
Tujuh mahkota di atas
kepalanya.
Jadi, kalau kita jumlahkan: 7 (tujuh) + 10 (sepuluh) + 7
(tujuh) = 24 (dua puluh empat). Sepertinya, naga merah padam yang besar ini
menampilkan keberadaannya sebagai 24 (dua puluh empat) tua-tua yang di
sekeliling takhta itu -- sesuai dengan Wahyu
4:4 -- yang memang sama-sama memakai mahkota di atas kepalanya.
Jadi, “naga merah
padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya
ada tujuh mahkota”, sebetulnya itu adalah akal jahatnya, yang menampilkan
pribadinya seolah-olah sebagai 24 (dua puluh empat) tua-tua yang ada di hadapan
takhta dan di sekeliling takhta itu, yang sama-sama memakai mahkota di atas
kepala. Sebenarnya, ini adalah akal jahat dari seekor naga merah padam yang
besar.
Namun yang sebenarnya, seekor naga merah padam yang besar
ini sedang berusaha untuk menyesatkan gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini.
Mereka itu seolah-olah menjadi bintang-bintang di langit, seolah-olah menjadi
petunjuk untuk memimpin banyak orang kepada kebenaran, seolah-olah mereka
adalah 24 (dua puluh empat) tua-tua yang di sekeliling takhta itu.
Kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, 24 (dua
puluh empat) tua-tua terkena pada 12 (dua belas) ketul roti di atas meja
pertunjukkan, jelas ini berbicara tentang 12 (dua belas) rasul hujan awal dan
12 (dua belas) rasul hujan akhir yang akan memimpin gereja Tuhan di hari-hari
terakhir ini. Jadi, seolah-olah keberadaan dari seekor naga merah padam
yang besar ini persis seperti 12 (dua belas) rasul hujan akhir yang akan
memimpin gereja Tuhan keluar dari kesesakan yang besar. Namun itu
merupakan akal jahat dari pada naga merah padam yang besar.
Tetapi, kembali saya sampaikan, bahwa; sebenarnya, “naga
merah padam yang besar ini sedang berusaha untuk menyesatkan gereja Tuhan di
hari-hari terakhir ini.”
Mari kita lihat tentang PENYESATAN di dalam Markus 9.
Markus 9:43-48
(9:43)
Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik
engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua
tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (9:44) [di tempat itu ulatnya tidak
akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (9:45)
Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik
engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu
dicampakkan ke dalam neraka; (9:46)
[di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (9:47) Dan jika matamu menyesatkan
engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah
dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (9:48) di mana ulat-ulat bangkai tidak
mati dan api tidak padam.
Ada tiga sasaran penyesatan terhadap anggota tubuh.
1. “Tangan”, supaya
terjadi penyesatan oleh tangan.
2. “Kaki”, supaya
terjadi penyesatan oleh kaki.
3. “Mata”, supaya
terjadi penyesatan oleh mata.
Sekarang, mari kita lihat satu per satu dari tiga anggota
tubuh yang menjadi sasaran dari penyesatan itu.
Tentang: “TANGAN
YANG MENYESATKAN”
Artinya, perbuatan hidup yang menyesatkan. Tangan,
artinya; perbuatan hidup.
Matius 22:23-29
(22:23)
Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat,
bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: (22:24) "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan
tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan
membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. (22:25) Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang
pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai
keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. (22:26) Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang
ketujuh. (22:27) Dan akhirnya,
sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. (22:28) Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami
perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan
dia." (22:29) Yesus menjawab
mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun
kuasa Allah!
Kepada orang-orang Saduki Yesus berkata: “Kamu
sesat...”
Adapun kesesatan dari orang-orang Saduki adalah karena
dosa “kawin dan mengawinkan”, yang merupakan dosa kenajisan. Inilah
tangan atau perbuatan hidup yang menyesatkan, yaitu hidup di dalam dosa
kenajisan.
Kawin dan mengawinkan, menunjuk kepada; dosa kenajisan
dengan kenajisan yang sebebas-bebasnya. Sementara kebebasan dalam kenajisan
ini, merupakan dosa akhir zaman.
Matius 24:37-39
(24:37)
"Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada
kedatangan Anak Manusia. (24:38)
Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum,
kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39) dan mereka tidak tahu akan
sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian
pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Dosa akhir zaman, antara lain:
1. “Makan
dan minum”,
menunjuk; dosa merokok, narkoba, minum-minuman keras, mabuk-mabukan.
2. “Kawin
dan mengawinkan”, menunjuk; dosa kenajisan dengan sebebas-bebasnya.
Singkatnya, dosa kenajisan adalah perbuatan hidup yang
menyesatkan atau tangan yang menyesatkan.
Lihat, Hofni dan Pinehas, dua anak imam Eli, mereka
bagaikan tangan kanan yang menyesatkan, sebab mereka itu tidur dengan
perempuan-perempuan di depan pintu kemah pertemuan… 1 Samuel 2:12,22.
DI TANGAN KANAN ITU ADA LIMA JARI, JELAS ITU
BERBICARA LIMA JABATAN YANG DIPERCAYAKAN KEPADA HAMBA-HAMBA TUHAN. JADI, KALAU
HAMBA TUHAN PENUH DENGAN KENAJISAN, ITU MERUPAKAN PERBUATAN HIDUP YANG
MENYESATKAN, ITU ADALAH TANGAN YANG MENYESATKAN.
Itu sebabnya, dengan mudah sekali Setan membawa kenajisan
itu berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Maka, berkali-kali saya
sampaikan: kalau saudara melihat seorang
hamba Tuhan yang sudah berada pada derajat yang sangat tinggi, indah dan mulia,
cukup kita menaruh hormat, jangan keluar dari batas-batas yang sudah Tuhan
tentukan.
Sama halnya kalau ingat peristiwa Yusuf di rumah Potifar;
di mana dari hari ke hari isteri Potifar itu membujuk Yusuf untuk tidur di
sisinya dan bersetubuh dengan dia, tetapi Yusuf tidak mendengarkan bujukannya
itu dan menolaknya. Yusuf adalah gambaran dari mempelai Tuhan, di mana
kedudukannya sangat tinggi dan istimewa, berada pada derajat yang sangat
tinggi, indah dan mulia, tetapi ingat, pada saat gereja Tuhan berada pada suatu
kedudukan yang sangat tinggi, di sisi yang lain, musuh atau lawan akan tampil
untuk menjatuhkan gereja Tuhan.
Jadi, cukup menaruh hormat saja, jangan keluar dari batas
yang sudah Tuhan tentukan. Tetapi hamba Tuhan juga, harus taat dengan
batas-batas yang ditentukan oleh Tuhan kepadanya.
Dalam Injil Matius
22:29, setelah Yesus berkata “kamu sesat” kepada orang-orang Saduki,
selanjutnya Yesus berkata: “kamu tidak
mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”
Tentang: “Tidak mengerti Kitab Suci.”
Kitab suci berisikan firman Tuhan, yang terdiri dari
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dengan 66 (enam puluh enam) kitab, diawali
kitab Kejadian diakhiri dengan kitab Wahyu.
-
Diawali dengan nikah
(jasmani) Adam dalam kitab Kejadian.
-
Diakhiri nikah rohani,
secara khusus Wahyu 19:6-9.
Jadi, isi dari kitab suci ialah berbicara soal nikah.
Nikah suci (hubungan intim) dengan Tuhan. Kalau kita menghormati nikah suci
dengan Tuhan, pasti hubungan itu begitu intim dengan Tuhan, sehingga
menghasilkan logat ganjil, penyembahan dengan bahasa lidah, maka bahasa-bahasa
yang lama tidak lagi terdengar di situ.
Tetapi oleh karena tangan atau perbuatan hidup yang
menyesatkan orang-orang Saduki ini, Yesus berkata: “kamu tidak mengerti Kitab Suci” yang terdiri dari Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru, yang diawali dengan nikah Adam dalam kitab Kejadian dan
diakhiri dengan nikah rohani dalam Wahyu, dengan lain kata; oleh karena
kesesatan dari orang-orang Saduki, mereka tidak mengerti soal nikah suci,
itulah hubungan intim antara gereja Tuhan (tubuh) dengan Kristus sebagai Kepala
dan suami.
Tentang: “Tidak mengerti kuasa Allah.”
Kuasa Allah, jelas itu menunjuk; salib Kristus. Selain
berbicara tentang nikah suci (awal sampai akhir), dari Kejadian sampai Wahyu
atau sama dengan dari Alfa sampai dengan Omega, yang menjadi jembatannya adalah
salib Kristus.
Jadi, kalau perbuatan hidup menyesatkan karena kenajisan,
maka terang saja Tuhan berkata: “kamu
tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”, sebab kuasa Allah menunjuk
kepada salib, yang merupakan penghubung dari Kejadian sampai Wahyu,
atau jembatan dari Alfa sampai Omega, awal sampai akhir.
Laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu
dengan ibunya, itulah nikah. Kalau kita berbicara nikah: 1 (satu) + 1 (satu),
hasilnya tetap satu, itulah nikah suci, di mana penghubungnya adalah salib,
supaya hasilnya tetap satu. Tetapi karena perbuatan hidup dari orang-orang
Saduki sesat, Tuhan berkata: “kamu tidak
mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”
Sebenarnya, kalau kita perhatikan Matius 22:30.
Matius 22:30
(22:30)
Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan
melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
Jadi, suasana kebangkitan itu sama seperti “malaikat
di sorga”, di mana tidak ada lagi daging dan tulangnya, artinya; tidak lagi
hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging yang jahat = hidup rohani. Itulah
suasana kebangkitan, yaitu rohani.
Kalau masih menginginkan kenajisan, itu bukanlah suasana
kebangkitan. Hidup rohani sama seperti malaikat di sorga, yang tidak lagi
memikirkan hawa nafsu dan keinginan daging yang jahat atau perkara-perkara di
bawah.
Saya berharap, kiranya kita dapat memahami apa yang
dimaksud dengan “tangan yang menyesatkan”, supaya kita juga jangan menjadi
“tangan yang menyesatkan”, karena itu sangat mempengaruhi iklim dari ibadah
pelayanan itu sendiri, mempengaruhi situasi kondisi yang ada di tengah ibadah
dan pelayanan itu sendiri. Kalau saudara renungkan, setelah kenajisan-kenajisan
yang ada selama ini, berapa banyak orang yang mundur, imannya menjadi lemah,
sehingga tidak lagi sungguh-sungguh, tidak lagi berkobar-kobar dalam melayani
Tuhan.
Saya berharap, kita semua memahami tentang “tangan yang
menyesatkan”, supaya;
-
baik hidup, ibadah,
pelayanan kita ini menjadi korban persembahan yang berkenan dan menyenangkan
hati Tuhan;
-
dan ibadah ini pun
mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang
akan datang;
-
dan apa yang kita
kerjakan, apa yang kita korbankan tidak menjadi sia-sia, sehingga nama Tuhan
dipermuliakan.
Tentang: “KAKI YANG
MENYESATKAN”
Artinya, langkah-langkah pengikutan atau pengiringan yang
salah di hadapan Tuhan. Kaki, menunjuk; perjalanan hidup.
Perjalanan hidup yang salah dan menyesatkan, kita bisa
temukan dalam Amsal 5.
Amsal 5:5-6
(5:5) Kakinya turun menuju maut, langkahnya
menuju dunia orang mati. (5:6) Ia
tidak menempuh jalan kehidupan, jalannya sesat, tanpa diketahuinya.
“Kakinya turun
menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati” Singkatnya, jalannya
sesat, tanpa diketahuinya. Ini adalah langkah-langkah yang salah.
Perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini akan
berakhir kepada satu titik, itulah pesta nikah Anak Domba, dan kelak kita akan
berada pada perjamuan malam pesta nikah Anak Domba, menjadi tubuh mempelai.
Tetapi justru di sini kita melihat “kakinya
turun menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati”, ini adalah jalan
yang sesat, yang berakhir pada kebinasaan.
Amsal 30:15-16
(30:15) Si
lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan
"Untukku!" Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal
yang tak pernah berkata: "Cukup!" (30:16) Dunia orang mati, dan rahim yang mandul, dan
bumi yang tidak pernah puas dengan air, dan api yang tidak pernah
berkata: "Cukup!"
“Si lintah
mempunyai dua anak perempuan.”
-
Anak yang pertama
bernama: "Untukku!"
-
Anak yang kedua
bernama: "Untukku!"
Kedua-duanya bernama "Untukku!"
dan "Untukku!". Jelas,
inilah langkah-langkah yang turun ke dunia orang mati. Gambarannya ialah “ada tiga hal yang tak akan kenyang”,
salah satunya ialah “dunia orang mati”.
Jangan sampai langkah ini menuju dunia orang mati.
Untuk kita ada bagiannya, tetapi untuk Tuhan juga ada
bagiannya. Kalau semuanya adalah "Untukku!",
inilah langkah-langkah yang menuju ke dunia orang mati.
Contoh.
Bilangan 16:31-33
(16:31)
Baru saja ia selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah
yang di bawah mereka, (16:32) dan
bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua
orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka. (16:33) Demikianlah mereka dengan semua
orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan
bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu.
Singkatnya, Korah dan kolega (kroni-kroninya) serta
keluarganya turun hidup-hidup ke dunia
orang mati. Tentu, ada sebabnya, sehingga langkah-langkah itu turun ke
dunia orang mati.
Mari kita selidiki lebih jauh dan seksama dalam Bilangan 16:1-3.
Bilangan 16:1-3
(16:1)
Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, beserta Datan dan Abiram,
anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak
orang-orang (16:2) untuk memberontak
melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin
umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang
kenamaan. (16:3) Maka mereka
berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada keduanya:
"Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan
TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di
atas jemaah TUHAN?"
Korah -- yang adalah suku Lewi --, beserta Datan, Abiram
dan On -- yang adalah suku Ruben --, beserta 250 (dua ratus lima puluh) orang
kenamaan, mereka itu memberontak kepada Musa.
Bilangan 16:8-10
(16:8)
Lalu berkatalah Musa kepada Korah: "Cobalah dengar, hai orang-orang Lewi! (16:9) Belum cukupkah bagimu, bahwa
kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat
kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas
bagi umat itu untuk melayani mereka, (16:10)
dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu
bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?
Sebetulnya, Tuhan sudah mengangkat bani Lewi untuk
mendekat kepada Tuhan dengan satu tujuan, yaitu;
-
Melayani dan berada di
Ruangan Suci, secara khusus memperhatikan tiga macam alat di dalam Ruangan
Suci.
-
Melayani umat Tuhan.
Pendeknya, sudah diasingkan dari dunia ini. Seharusnya,
itu lebih dari pada cukup.
Tetapi rupanya, Korah memberontak, dia mengajak Datan,
Abiram dan On, serta 250 (dua ratus lima puluh) orang-orang kenamaan yang
dipilih dari antara umat itu hanya karena “menuntut
pangkat imam lagi”. Inilah langkah-langkah yang turun ke dunia orang mati;
memberontak karena menuntut pangkat imam lebih dari yang dipercayakan oleh
Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka “tidak ada rasa puas, tidak ada
rasa cukup, tidak ada rasa kenyang” dengan apa yang sudah dipercayakan
oleh Tuhan, terkhusus soal jabatan.
Sebenarnya, ibadah yang disertai rasa cukup akan memberi
keuntungan yang besar. Bagi kita; “asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”
Kalau seseorang tidak ada lagi rasa puas, tidak ada lagi rasa kenyang, tidak
ada lagi rasa cukup, maka orang yang semacam ini suka memberontak, suka
bersungut-sungut, suka mendurhaka kepada Tuhan.
Pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan sudah diasingkan
oleh Tuhan dari dunia yang fana ini; sesungguhnya, itu sudah lebih dari cukup.
Persamaannya ialah asal ada makanan, asal ada pakaian, cukuplah. Ibadah
pelayanan yang disertai dengan rasa cukup memberi keuntungan yang besar, sesuai
1 Timotius 6:8-10.
Kalau tidak ada rasa puas, dia sama seperti orang yang
ingin kaya, cinta akan uang, tetapi justru karena memburu uanglah; banyak orang
binasa, banyak orang meninggalkan Tuhan, menyimpang dari iman, terpuruk lahir
batin.
Inilah langkah-langkah yang turun menuju ke dunia orang
mati, sama seperti Korah dan keluarganya, beserta kroni-kroninya yang
hidup-hidup turun ke dunia orang mati. Janganlah kita sama seperti lintah yang
mempunyai dua anak perempuan; yang pertama bernama "Untukku!" dan yang kedua bernama "Untukku!". Tetapi dasar lintah, maka keturunannya pun
tetap bernama "Untukku!" dan
"Untukku!", artinya; kutuk
nenek moyang belum putus.
Hati-hati dengan rentenir. Para pemirsa, anak-anak Tuhan,
umat Tuhan yang suka mencari riba di pasar-pasar, di keramaian kota, di mana
saja. Hati-hati, kutuk nenek moyang itu akan tetap turun, sama halnya dengan
kenajisan akan turun.
Mulai sekarang, belajar untuk menyerahkan diri kepada
Tuhan. Jangan selalu "Untukku!"
dan "Untukku!", sebab
ada bagian untuk Tuhan dan juga ada bagian untuk manusia. Biarlah kita belajar
untuk mencukupkan diri; asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Ibadah yang
disertai rasa cukup memberi keuntungan yang besar.
Kita juga bisa temukan gambarannya dalam 1 Korintus 12.
1 Korintus 12:14-15
(12:14)
Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. (12:15) Andaikata kaki berkata:
"Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi
benarkah ia tidak termasuk tubuh?
Ini adalah gambaran dari salah satu anggota tubuh yang
masih memiliki rasa iri dan roh cemburu, yang menginginkan satu kedudukan yang
lebih tinggi lagi, yang sama seperti Korah dan kroni-kroninya. Jelas, hal ini
merusak kesatuan tubuh Kristus.
Inilah langkah-langkah yang menuju ke dunia orang mati.
Lihat, Korah yang berbuat salah, tetapi isteri dan
anaknya, serta orang-orang yang terdekat dengan dia, juga turut menanggung
akibatnya. Kalau hamba Tuhan melayani Tuhan dengan langkah-langkah yang
menyesatkan, maka tidak tertutup kemungkinan, orang-orang yang terdekat dengan
dia, yaitu sidang jemaat, imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan, juga akan mengalami
nasib yang sama.
Jadi, sidang jemaat, maupun para pemirsa (anak Tuhan,
umat Tuhan, hamba Tuhan), doakan para pemimpin-pemimpin di dalam rumah Tuhan,
supaya langkah-langkahnya jangan sampai menuju dunia orang mati, sebab
anak-anak rohaninya juga akan menanggung akibatnya, seperti anak-anak Korah
yang tidak tahu apa-apa, tetapi juga turut menanggung akibatnya.
Kesimpulannya: Langkah-langkah yang menuju dunia orang
mati merusak kesatuan tubuh Kristus. Oleh sebab itu, jangan menginginkan
sesuatu lebih dari apa yang sudah Tuhan tentukan. Bersyukurlah dengan kedudukan
yang dipercayakan oleh Tuhan sebagai kaki, tidak perlu iri dengan tangan yang
lebih tinggi kedudukannya, sebab Tuhan jauh lebih tahu menempatkan
anggota-anggota tubuh Kristus. Tidak perlu bersungut-sungut, tetapi milikilah
rasa cukup. Jangan seperti si lintah, mempunyai dua anak perempuan; "Untukku!" dan "Untukku!".
Tentang: “MATA YANG
MENYESATKAN”
Artinya, terang yang menyesatkan. Sebab, mata = pelita =
terang dunia, itu sebabnya kedudukan mata jauh lebih tinggi dari seluruh
anggota-anggota tubuh yang lain, yang berguna untuk menerangi anggota-anggota tubuh.
2 Korintus 11:12-15
(11:12)
Tetapi apa yang kulakukan, akan tetap kulakukan untuk mencegah mereka yang
mencari kesempatan guna menyatakan, bahwa mereka sama dengan kami dalam hal
yang dapat dimegahkan. (11:13) Sebab
orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar
sebagai rasul-rasul Kristus. (11:14)
Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat
Terang. (11:15) Jadi bukanlah
suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan
kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.
Dengan singkat, kita bisa melihat apa yang dinyatakan
oleh Rasul Paulus: “Iblis menyamar sebagai malaikat Terang.” Jelas ini
menunjuk rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang atau hamba-hamba Tuhan
palsu.
Rasul Paulus mengatakan demikian karena pada ayat 12 mereka mengaku bahwa “mereka sama dengan kami dalam hal yang dapat
dimegahkan”, maksudnya ialah mereka mengaku bahwa mereka itu bermegah
terhadap salib, tetapi sebetulnya tidaklah demikian, sebab kalau kita
perhatikan pada ayat 18: “Karena banyak orang yang bermegah secara
duniawi, aku mau bermegah juga.” Jadi, sebetulnya, mereka itu bukan
bermegah terhadap salib, tetapi mereka bermegah secara duniawi, bermegah
terhadap hal-hal yang lahiriah.
Kalau hanya bermegah dengan hal-hal yang duniawi, di mana
di dalamnya hanya terdapat perkara-perkara lahiriah (perkara di bawah), berarti
dia adalah hamba-hamba Tuhan palsu, pekerja-pekerja palsu, pelayan-pelayan
palsu.
Sebagai contoh.
Matius 23:16-19
(23:16)
Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi
Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah
itu mengikat. (23:17) Hai kamu
orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau
Bait Suci yang menguduskan emas itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi
bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (23:19) Hai kamu orang-orang buta,
apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan
persembahan itu?
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah terang
yang menyesatkan, sebab mereka disebut pemimpim-pemimpin buta. Mengapa mereka
disebut terang yang menyesatkan? Karena ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
melayani Tuhan, berada dalam Ruangan Suci, serta dipercayakan untuk membawa
korban dan dipersembahkannya di atas mezbah, tetapi mereka terikat dengan
perkara lahiriah, perkara-perkara yang ada di dalam dunia ini. Inilah
pemimpin-pemimpin buta, sama artinya; terang yang menyesatkan.
Kalau pemimpin buta, maka orang yang dipimpinnya juga
akan jatuh dalam lobang yang sama. “Orang buta memimpin orang buta, mereka
akan jatuh ke dalam lobang yang sama”, camkanlah itu. Jangan kita keras
hati lagi terhadap pengajaran Firman Allah yang kita terima di malam ini,
demikian juga dengan para pemirsa di mana pun anda berada.
Kesimpulannya: Terang yang menyesatkan, berarti
mengabaikan kesucian dan mengabaikan korban Kristus karena terikat dengan
perkara lahiriah.
Lebih jauh tentang TERANG YANG MENYESATKAN.
Matius 7:15, 21-23
(7:15)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan
menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku
yang di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir
setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!"
Di sini kita melihat: Serigala berbulu domba, itulah
nabi-nabi palsu, yang menyamar seperti domba.
Di mana praktek penyamaran mereka? Di ayat 22, mereka sibuk melakukan tiga
perkara, yaitu:
1. Bernubuat
demi nama Tuhan.
2. Mengusir
Setan demi nama Tuhan.
3. Mengadakan
banyak mujizat demi nama Tuhan.
Tetapi sayangnya, mereka mengabaikan ayat 21, yaitu tidak melakukan kehendak Bapa di sorga, sama
dengan; mengabaikan salib Kristus.
Untuk yang kesekian kali saya sampaikan: Sekalipun sejuta
kali mujizat terjadi di depan mata, jikalau salib diabaikan, maka mujizat itu
tidak ada artinya. Baik itu mujizat kesembuhan, maupun tanda-tanda heran, itu
semua tidak ada artinya. Bernubuat (menyampaikan firman), tetapi mengecilkan
salib, dengan kata lain; kehendak Allah diabaikan, itu semua tidak ada artinya.
Itu sebabnya, nabi-nabi palsu itu disebut serigala
berbulu domba, yang menyamar seperti malaikat Terang, tetapi sebetulnya, mereka
adalah pekerja-pekerja palsu.
Lanjut kita melihat lebih terang dalam Filipi 3.
Filipi 3:1B-3
(3:1)
Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian
kepadamu. (3:2) Hati-hatilah
terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang
jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, (3:3) karena kitalah orang-orang
bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam
Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
Pekerja-pekerja palsu, itulah Iblis yang menyamar sebagai
malaikat Terang = anjing-anjing = pekerja-pekerja yang jahat = penyunat-penyunat yang palsu. Karena
sesungguhnya, orang-orang yang bersunat, orang-orang yang beribadah oleh Roh
Allah dan yang bermegah dalam Kristus Yesus, mereka tidak menaruh percaya
pada hal-hal yang lahiriah.
Jadi, pemimpin-pemimpin buta adalah terang yang
menyesatkan, sebab mereka melayani tetapi terikat dengan perkara lahiriah.
Kita sudah melihat bagaimana naga merah padam yang besar
sedang berusaha menyesatkan anggota tubuh Kristus, memanfaatkan anggota-anggota
tubuh yang terdapat di dalamnya, dengan menyesatkan kaki, menyesatkan tangan, menyesatkan mata.
Ini merupakan anggota tubuh yang begitu fatal, cukup mempengaruhi kesatuan
tubuh Kristus. Itu sebabnya, kalau kita melihat di sini, tampilan dari seekor
naga merah padam yang besar ini seolah-olah sama seperti 24 (dua puluh empat)
tua-tua yang duduk di hadapan dan di sekeliling takhta Anak Domba… Wahyu 4:4.
24 (dua puluh empat) tua-tua, menunjuk; 12 (dua belas)
rasul hujan awal dan 12 (dua belas) rasul hujan akhir. 12 (dua belas) rasul
hujan akhir akan menuntun dan membawa gereja Tuhan keluar dari kesesakan yang
besar. Seolah-olah seperti itulah penampilan dari seekor naga merah padam yang
besar ini, tetapi yang sebenarnya ia berusaha untuk menyesatkan gereja Tuhan.
-
Yang pertama
disesatkan adalah tangan, itulah perbuatan yang menyesatkan,
yaitu dosa kenajisan.
-
Kemudian, kaki
yang menyesatkan, itulah langkah yang menuju ke dunia orang mati, yang
tidak ada rasa puas, tidak ada rasa cukup. Sesungguhnya, ibadah yang disertai
rasa cukup akan memberi keuntungan yang besar, oleh sebab itu, asal ada makanan
dan pakaian, cukuplah.
-
Kemudian, mata
yang menyesatkan (terang yang menyesatkan). Ini juga merupakan anggota tubuh
yang sangat vital sekali, itulah pemimpin-pemimpin buta yang terikat dengan
perkara lahiriah.
Itu sebabnya kalau kita simak dengan jelas dalam Filipi 3:1, Rasul Paulus berkata: “Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah
berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.” Jadi, sekalipun tulisan
pertama sudah dikirim, namun masih ada tulisan yang sama dilayangkan kembali
kepada jemaat di Filipi, bagi dia, itu tidaklah berat, tidak ada rasa bosan
untuk mengulangi nasihat yang sama, yaitu supaya sidang jemaat ini mengerti,
bahwa “kitalah orang-orang bersunat, yang
beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus”, yaitu
orang-orang yang melayani Tuhan tetapi tidak terikat dengan perkara lahiriah,
perkara di bawah, perkara di dunia ini.
Sekarang kita kembali melihat soal TERKUTUK.
Kembali saya sampaikan dengan tandas; sebetulnya, seekor
naga merah padam yang besar merupakan ular yang dikutuk oleh Tuhan. Setelah
usianya semakin tua, maka predikatnya pun berubah menjadi “seekor naga merah
padam yang besar”, namun sebetulnya dia adalah seekor ular yang terkutuk, yang
tidak mendapat pengampunan.
Kejadian 3:14
(3:14)
Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat
demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala
binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan
kaumakan seumur hidupmu.
“Karena engkau
berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara
segala binatang hutan”, berarti; tidak ada pengampunan.
Setelah ular itu dikutuk, selanjutnya Tuhan berkata: “DENGAN PERUTMULAH ENGKAU AKAN MENJALAR.”
Artinya, menjalankan ibadah dan pelayanan karena perut saja. Jadi, roda dari
perjalanan ibadah pelayanan itu hanya karena perut. Motor yang menjalankan
ibadah, menjalankan pelayanan adalah karena perut, bukan karena Tuhan. Dengan
kata lain, mereka itu adalah hamba Tuhan yang mempertuhankan perut.
Kalau kita menjalankan ibadah pelayanan ini karena Tuhan,
berarti bukan karena yang lain-lain, bukan karena motivasi-motivasi lain, bukan
karena kepentingan-kepentingan lain, tetapi jelas karena Tuhan.
Hati-hati, kita harus tahu; mana hamba Tuhan yang
terkutuk, mana hamba Tuhan yang bukan terkutuk. Simak dan perhatikan dengan
seksama, dengan sungguh-sungguh. Jangan mengabaikan apa yang Tuhan sampaikan
malam ini. Mari belajar seperti Yusuf yang menghormati hukum Allah
setinggi-tingginya dan menghormati nikah suci setinggi-tingginya, sehingga Tuhan,
oleh kekudusan-Nya, memakai Dia dalam pekerjaan yang mulia.
Filipi 3:19
(3:19)
Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut
mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata
tertuju kepada perkara duniawi.
Lihat, hamba Tuhan yang terkutuk:
-
Kesudahan mereka ialah
kebinasaan.
-
Tuhan mereka ialah
perut mereka.
-
Kemuliaan mereka ialah
aib mereka.
-
Pikiran mereka
semata-mata tertuju pada perkara duniawi.
Filipi 3:17-18
(3:17)
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama
seperti kami yang menjadi teladanmu. (3:18)
Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan
pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib
Kristus.
Banyak hamba-hamba Tuhan yang menjadi seteru salib,
buktinya apa?
-
Tuhan mereka ialah
perut mereka.
-
Kemuliaan mereka ialah
aib mereka.
Banyak hamba Tuhan, para imam, pelayan-pelayan Tuhan,
bahkan sampai seluruh sidang jemaat juga terkontaminasi, sebab mereka bangga
dan bermegah terhadap perkara lahiriah yang mereka miliki. Tetapi sesungguhnya,
kemuliaan mereka adalah aib mereka.
Di dalam Ayub 1:7,
Iblis menjelajah dunia ini untuk menghakimi dan menyesatkan dunia ini. Atas seijin
Tuhan, akhirnya Ayub didakwa dan dihakimi oleh Iblis, sehingga;
-
Ayub harus kehilangan
harta kekayaannya.
-
Ayub harus kehilangan
anak-anaknya.
-
Ayub juga mengalami
penderitaan yang hebat oleh barah yang busuk dari batu kepala sampai ujung
kaki.
Iblis sedang berusaha untuk menyesatkan
sebanyak-banyaknya orang, karena dia tidak mau sendirian berada di dalam api
neraka untuk selama-lamanya.
1 Petrus 5:8
(5:8)
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling
sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang
dapat ditelannya.
Ayub 1:7 sama
dengan 1 Petrus 5:8, yang
mengatakan: “Sadarlah dan
berjaga-jagalah!” Mengapa Petrus menuliskan hal itu dengan tegas? Alasannya
adalah karena si seteru (lawan atau musuh), itulah Iblis, berjalan keliling
sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
Tetapi ingat, Rasul Paulus menuliskan hal yang sama untuk
yang kedua kali, untuk memberi suatu kepastian, bahwa “kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan
bermegah dalam Kristus Yesus”, kitalah orang yang melayani Tuhan karena
tidak terikat dengan perkara lahiriah.
Jangan sampai kita berada dalam kelemahan, antara lain;
1. Dosa
kenajisan.
2. Tidak
ada rasa cukup.
3. Menjadi
mata yang menyesatkan.
Karena di sini Rasul Petrus berkata: Setan berjalan keliling, sama seperti singa yang mengaum-aum dan
mencari orang yang dapat ditelannya.
Yesus juga adalah singa, tetapi dari suku Yehuda… Amsal
3:8. Manakala Ia mengaum dari Sion, terjadilah perubahan, yaitu manusia nafsani berubah menjadi manusia rohani. Tetapi di sini kita melihat; Setan akan
“mengaum-aum”, artinya; membawa suatu ajaran yang sesat untuk menelan
orang yang dapat ditelan, yaitu orang yang lemah, itulah;
-
Orang yang masih
berada dalam kenajisannya.
-
Orang yang
langkah-langkahnya menuju dunia orang mati.
-
Pemimpin-pemimpin buta
yang menyesatkan, yang terikat dengan perkara lahiriah.
Di atas tadi saya sudah sampaikan: Iblis juga menghadap
takhta Allah. Setelah dia mengelilingi dunia ini, dia datang kepada Tuhan, lalu
dia berbincang-bincang soal Ayub. Lalu Tuhan berkata: “ ... ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.”
Jadi, oleh karena Iblis, oleh karena si penyesat ini,
banyak anak-anak Tuhan mengalami penderitaan yang hebat. Hati-hati, dia akan
mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Hati-hati dengan segala
jenis kelemahan, termasuk;
-
Tangan yang
menyesatkan.
-
Kaki yang menyesatkan.
-
Mata yang menyesatkan.
1 Petrus 5:9
(5:9)
Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua
saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
Lawanlah
dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh
dunia menanggung penderitaan yang sama, seperti yang dialami
oleh Ayub. Tetapi kalau kita tidak kuat, maka kita akan sama seperti isteri
Ayub; manakala semua itu hilang dari genggaman tangan, mulai dari harta benda
kekayaan, termasuk anak-anaknya, sampai akhirnya penderitaan yang begitu hebat yang
dialami Ayub, yaitu barah yang berbau busuk, pada saat itulah, isteri Ayub
tidak dapat menahan hatinya, dan berkata: “Masih
bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Dan
oleh karena perkataan isterinya itu, sehingga Ayub menjawab: “Engkau berbicara seperti perempuan gila!
Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang
buruk?” Ayub mengatakan bahwa isterinya seperti perempuan gila, sebab ia
(isteri Ayub) tidak tahu mengucap syukur kepada Tuhan.
Banyak orang saat diberkati, saat limpah harta kekayaan,
mereka bisa datang beribadah dan melayani kepada Tuhan, dengan lain kata;
mengucap syukur. Tetapi saat mengalami ujian yang hebat, mengalami penderitaan
yang hebat seperti anak-anak Tuhan di seluruh dunia ini, seperti “semua saudaramu di seluruh dunia menanggung
penderitaan yang sama”, justru banyak orang yang bersungut-sungut seperti
isteri Ayub.
Hati-hati,
ular yang di taman Eden hanya menyesatkan satu nikah, tetapi di hari-hari
terakhir ini, seekor naga merah padam yang besar menyesatkan seantero dunia
ini.
Oleh sebab itu, lawanlah dia dengan iman yang teguh. Biarlah yang menjadi motor
penggerak dari ibadah dan pelayanan ini adalah iman yang teguh, iman kepada
salib, bukan lagi kepada harta lahiriah.
Lawanlah
dia dengan iman yang teguh, karena pada ayat 10 dikatakan ...
1 Petrus 5:10
(5:10)
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam
Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan,
menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika
lamanya.
Allah sumber segala kasih karunia memanggil kita dalam
Kristus kepada kemuliaan yang kekal, sesudah menderita seketika lamanya.
Tetapi pada saat kita mengalami penderitaan yang hebat, Allah juga memperlengkapi
kita, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita semua.
Terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment