IBADAH KAUM
MUDA REMAJA, 09 MEI 2020
STUDY YUSUF
(Seri: 190)
Subtema: MENGHORMATI FIRMAN-NYA & NIKAH SUCI
Shalom.
Salam sejahtera, bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita
sekaliannya.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur dan terima
kasih untuk kemurahan Tuhan, sebab dalam masa sulit ini, oleh karena wabah
Corona, kita masih dimungkinkan untuk mengusahakan dan memelihara Ibadah Kaum
Muda Remaja. Berarti, ini merupakan tanda bahwa Tuhan masih memberi kesempatan
bagi kita untuk memperoleh keselamatan itu... Puji Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak pemuda remaja,
bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan Firman Tuhan, lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, marilah kita berdoa, memohon kemurahan
Tuhan, supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga nyata
lawatan Tuhan dalam kehidupan kita, hati kita diterangi, sehingga kita boleh
mengenal Tuhan dengan benar, dan juga kita mengetahui pengharapan apa yang
terkandung dalam panggilan-Nya; apakah panggilan Tuhan terhadap kita hanya
sebatas mujizat-mujizat, berkat-berkat yang lahiriah? Tetapi saya kira, lebih
dari pada itu, sebab dengan hebat-Nya Tuhan menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya,
serta juga hebat-Nya Tuhan menyatakan kuasa-Nya kepada kita sekaliannya, sesuai
dengan Filipi 1:15-17 dan Filipi 3.
Selanjutnya, mari kita kita sambut firman penggembalaan
untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari STUDY YUSUF.
Kejadian 41:50-52
(41:50)
Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak
laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye
kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa
sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua
diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam
negeri kesengsaraanku."
Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu, lahirlah bagi
Yusuf dua orang anak laki-laki:
-
Yang sulung bernama
Manasye.
-
Yang kedua bernama
Efraim.
Selanjutnya, kita akan memeriksa arti rohani kedua nama
anak laki-laki tersebut, dimulai dari yang sulung, yaitu MANASYE.
Manasye, artinya; Yusuf lupa sama sekali terhadap dua
perkara, yakni:
1. Yusuf
lupa kepada kesukarannya.
2. Yusuf
lupa kepada rumah bapanya.
Sekarang ini, kita masih memperhatikan KESUKARAN YUSUF.
Kesukaran Yusuf dibagi dalam tiga fase:
-
Fase yang pertama: “Yusuf
tinggal bersama-sama saudara-saudaranya” ... Kejadian 37. -- Fase yang pertama ini telah disampaikan beberapa
tahun yang lalu. --
-
Fase yang kedua: “Yusuf
di rumah Potifar” ... Kejadian 39.
-
Fase yang ketiga:
“Yusuf berada di dalam penjara” ... Kejadian
40.
Namun, sekarang ini, kita masih berada pada FASE YANG
KEDUA, yakni YUSUF DI RUMAH POTIFAR.
Kejadian 39:8-9
(39:8)
Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan
bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah
menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, (39:9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari
padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau,
sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar
ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"
Perhatikan kalimat pada ayat 8: “Tetapi Yusuf menolak”,
yaitu menolak untuk tidur dengan isteri Potifar, dengan kata lain; Yusuf
menolak perzinahan dengan isteri Potifar.
Matius 5:27
(5:27)
Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
“Jangan berzinah”,
ini adalah hukum yang keenam. Berarti, menolak perzinahan sama artinya
menghormati hukum Allah, menghormati firman Tuhan Allah.
Yusuf tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh roh
kenajisan, sebab ia menghormati dan sangat menghargai hukum Allah
setinggi-tingginya. Jadi, kalau pemuda remaja menghormati hukum Allah,
menghormati firman Allah yang diterima, berarti ia akan terlepas dari
perzinahan (dosa kenajisan).
Matius 5:28-30
(5:28)
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (5:29) Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu
jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh
dicampakkan ke dalam neraka. (5:30)
Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah
itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada
tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
Perlu untuk diketahui: “Memandang perempuan dan
menginginkannya, sama dengan berzinah dengan dia di dalam hatinya.” Maka;
-
Jika mata kanan
menyesatkan seseorang, itu harus dicungkil.
-
Jika tangan kanannya
menyesatkan seseorang, itu harus dipenggal lalu dibuang.
Arti kedua hal di atas adalah; untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, harus memiliki sikap yang tegas. Demikian halnya seorang pemuda
remaja, seorang pelayan Tuhan, seorang hamba Tuhan, harus memiliki ketegasan di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan, yang merupakan takhta Allah (Kerajaan
Allah) di bumi. Karena apabila seseorang tidak memiliki sikap yang tegas --
maksudnya, masih mempertahankan mata kanan dan tangan kanan yang menyesatkan
tadi --, sama dengan; utuh masuk ke dalam api neraka = binasa.
Jangan sampai pemuda remaja terlihat baik, benar, suci,
bahkan sempurna, tetapi tidak masuk dalam Kerajaan Sorga. Oleh sebab itu, mari
kita belajar dari pribadi Rasul Paulus supaya menjadi suatu kehidupan yang
tegas dan disiplin, layak untuk masuk dalam Kerajaan Sorga, di tengah ibadah
pelayanan yang merupakan takhta Allah (Kerajaan Sorga) di bumi. Kiranya hal ini
dapat dipahami dan disimak dengan baik.
1 Korintus 9:26-27
(9:26)
Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju
yang sembarangan saja memukul. (9:27)
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya
sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Rasul Paulus “melatih dan menguasai seluruh tubuhnya”,
dengan satu tujuan; jangan sampai orang lain selamat oleh berita Injil yang
disampaikannya, tetapi dia sendiri ditolak (binasa dalam api neraka).
Melatih tubuh, artinya; menahan
hawa nafsu atau mengontrol diri supaya jangan sampai kita menyangkal Tuhan dengan
dosa kenajisan.
Tanda seseorang melatih tubuhnya,
digambarkan seperti dua hal:
1. “Pelari”. Seorang pelari akan berlari
pada tujuan, yaitu panggilan sorgawi.
2. “Petinju.” Seorang petinju akan memukul
tepat pada sasarannya.
Mengapa seseorang yang melatih tubuhnya digambarkan
seperti pelari dan petinju? Sebab hari-hari ini adalah hari-hari yang terakhir,
hari-hari yang jahat, maka;
- Seorang pemuda harus
memiliki kecepatan untuk segera meninggalkan kehidupan yang lama,
termasuk dosa kenajisannya.
- Seorang pemuda harus
mempunyai sasaran yang tepat untuk memukul kalah musuh-musuh, untuk
memukul kalah si seteru. Kalau sasaran kita tepat, yaitu Kerajaan Sorga, maka
kita mampu mengalahkan dan merubuhkan si seteru, yaitu;
Ø Daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat.
Ø Dunia
dengan arusnya yang menghanyutkan kerohanian anak-anak Tuhan.
Ø Setan
atau Iblis dengan segala tipu dayanya.
Itu semua
bisa dirubuhkan, kalau tujuan kita tepat sasaran, itulah Kerajaan Sorga. Karena
kalau Tuhan di pihak kita, siapa yang menjadi lawan kita? Tidak ada. Tuhan
menjadi Pembela.
Jadi, karena hari-hari ini adalah hari-hari yang
terakhir, hari-hari yang jahat, berarti kesudahan segala sesuatu sudah
dekat. Kiranya hal ini dipahami dengan
baik. Jangan didengar untuk dilupakan, tetapi betul-betul menjadi berkat,
menjadi Rhema.
Tanda-tanda dua perkara di atas (pelari dan petinju)
terlihat dengan jelas pada pribadi Yusuf.
Kejadian 39:8-9
(39:8) Tetapi
Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan
bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah
menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, (39:9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari
padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau,
sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar
ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"
Ketika Yusuf menolak perzinahan atau dosa kenajisan
dengan isteri Potifar, menunjukkan dua hal dalam diri Yusuf, yaitu:
1. Yusuf
adalah hamba yang baik dan setia, serta dapat dipercaya. Sebab pada ayat 8, Yusuf berkata: “Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi
mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya
pada kekuasaanku ...”
Jadilah hamba Tuhan, pelayan Tuhan, imam-imam
yang dapat dipercaya, supaya segala karunia-karunia maupun jabatan-jabatan di
dalam rumah Tuhan tidaklah menjadi sia-sia.
2. Yusuf
adalah seorang hamba yang benar-benar menghormati dan menjaga kesucian nikah. Sebab
pada ayat 9, Yusuf berkata: “...Di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya
dari padaku...”, berarti sama-sama berkuasa di rumah Potifar. Kemudian,
Yusuf berkata: “...Dan tiada yang
tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya.”
Pendeknya: Yusuf melatih dan menguasai seluruh tubuhnya,
sehingga sama seperti seorang pelari yang baik dan petinju yang baik, melainkan
tahu apa yang harus ia perbuat demi keselamatan jiwanya. Demi keselamatan jiwa
pemuda remaja, biarlah kita tahu apa yang harus kita perbuat di hari-hari
terakhir ini.
2 Timotius 2:21
(2:21)
Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi
perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak
untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Pemuda remaja harus mengetahui dengan pasti, bahwa
kekudusan itu sangat menentukan, sehingga ia dipakai oleh Tuhan untuk setiap
pekerjaan yang mulia.
Itu sebabnya, Tuhan ijinkan Yusuf mendahului
saudara-saudaranya dan Yakub, ayahnya, ke Mesir, sebab Yusuf dipakai untuk
setiap pekerjaan yang mulia. Jadi, kekudusan itu sangat menentukan kehidupan
pemuda remaja untuk dipakai oleh Tuhan, untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Melayani pekerjaan Tuhan dalam setiap pertemuan-pertemuan
ibadah, itu merupakan pekerjaan yang mulia, itu bukan pekerjaan yang hina.
Tetapi kenajisan adalah pekerjaan yang hina.
Harta, kekayaan, uang, kedudukan di bumi, bukan itu yang
menentukan sehingga pemuda remaja menjadi suatu kehidupan yang mulia, melainkan
ditentukan oleh kekudusan dari pemuda remaja itu sendiri.
Mari kita memasuki ayat
22.
2 Timotius 2:22
(2:22)
Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan,
kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada
Tuhan dengan hati yang murni.
Selanjutnya, ada dua hal yang harus kita perhatikan di
sini.
HAL PERTAMA: “Jauhilah
nafsu orang muda.”
Nafsu orang muda, menunjuk kepada; keinginan dari
orang-orang yang belum berpengalaman. Mengapa nafsu orang muda harus dijauhi?
Supaya kehidupan pemuda remaja itu tidak disesatkan oleh keinginan-keinginannya
sendiri.
HAL KEDUA: “Kejarlah”,
antara lain;
1. “Keadilan.”
Contoh;
-
Tidak membeda-bedakan
antara yang satu dengan lain. Kasih itu sama, tidak membeda-bedakan satu dengan
yang lain. Kalau kita mengasihi satu dengan yang lain, maka tidak
membeda-bedakan, tidak memandang bulu. Itulah keadilan di tengah ibadah
pelayanan.
-
Jangan hanya mencari
keinginan-keinginan sendiri, tetapi mengabaikan keinginan dan kerinduan Tuhan.
2. “Kesetiaan.”
Jadilah pemuda remaja yang setia,
berarti; setia beribadah, setia melayani Tuhan, setia mengasihi Tuhan sampai
Tuhan datang pada kali yang kedua. Sebelum langit bumi berlalu, setialah
melayani Tuhan, setia mengiringi Tuhan. Jangan berhenti di tengah jalan, tetapi
belajarlah seperti Rut yang setia mengikuti Tuhan sampai akhirnya tiba di
Betlehem. Jangan seperti Orpa yang berhenti di tengah jalan dalam mengikuti
Tuhan, itu adalah suatu kerugian yang besar.
3. “Kasih.”
Fungsi (manfaat) kasih ialah;
-
Menutupi banyak sekali
dosa.
-
Berguna sebagai
pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
4. “Damai.”
Kejarlah damai bersama-sama dengan mereka
yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
Selanjutnya, kita akan melangkah maju untuk melihat
kemuliaan Allah, sebagai berkat yang akan kita terima bersama-sama dari Kejadian 39:10.
Kejadian 39:10
(39:10)
Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf
tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan
dia.
Kalimat yang harus kita perhatikan terlebih dahulu ialah “Walaupun dari hari ke hari perempuan itu
membujuk Yusuf ...” Jadi, dari hari ke hari, isteri Potifar itu membujuk
Yusuf.
Hari-hari ini adalah hari-hari yang terakhir, bukan?
Artinya, pergumulan dari kehidupan pemuda remaja tentu akan semakin terasa
berat oleh bujuk rayu dari dosa kenajisan itu sendiri. Hal ini tidak bisa
dipungkiri, karena itu adalah suatu fakta yang sedang terjadi di hari-hari
terakhir ini. Roh najis itu tidak berhenti untuk membujuk pemuda remaja. Ini
menunjukkan bahwa kedatangan Tuhan kembali untuk yang kedua kalinya, sudah
tidak lama lagi, sebab dosa kenajisan itu sedang berjuang, sedang berupaya
untuk membujuk kehidupan dari pemuda remaja, sampai akhirnya jatuh dalam dosa
kenajisan, jatuh dalam perzinahan.
Itulah yang sedang terjadi di hari-hari terakhir ini,
menunjukkan hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, di mana kedatangan Tuhan
sudah tidak lama lagi. Jadi, jangan sampai kita tidak mau tahu, jangan sampai
kita bermasa bodoh, jangan sampai kita mengabaikan firman yang kita terima pada
malam hari ini, tetapi biarlah kita belajar untuk menghormati hukum Allah,
terkhusus hukum yang keenam.
Matius 24:37-39
(24:37) "Sebab
sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan
Anak Manusia. (24:38) Sebab
sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin
dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39) dan mereka tidak tahu akan
sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian
pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Hari kedatangan Tuhan itu sama seperti zaman Nuh,
di mana sebelum air bah itu datang, mereka sibuk dengan dosa, antara lain;
1. Makan dan minum, menunjuk;
dosa merokok, narkoba, dan minum-minuman keras atau mabuk-mabukan.
2. Kawin dan mengawinkan, menunjuk;
dosa kenajisan dengan sebebas-bebasnya. Bebas berbuat zinah antara yang satu
dengan yang lain, itulah kawin dan mengawinkan. Kalau sudah berada pada dosa
kenajisan dengan sebebas-bebasnya, berarti tidak merasa tabu lagi dengan dosa
seks bebas, bahkan hal itu dianggap lumrah atau biasa-biasa saja. Jadi, dosa
kenajisan itu tidak lagi dianggap sebagai suatu kejahatan yang besar, itulah
yang disebut “kawin dan mengawinkan”, di mana kenajisan dengan
sebebas-bebasnya tidak lagi dianggap sesuatu yang ganjil.
Demikianlah terjadi di hari-hari ini, persis seperti
zaman Nuh. Kalau dosa kenajisan itu dianggap suatu hal yang biasa saja, bukan
lagi hal yang ganjil, bukan lagi hal yang tabu, menunjukkan bahwa dunia ini
telah tiba pada puncaknya dosa, dengan lain kata; sudah tiba pada puncak
kegelapan malam. Saya akan buktikan hal itu, yang dikaitkan dengan tulah
kesembilan di Mesir.
Keluaran 10:21
(10:21)
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya
datang gelap meliputi tanah Mesir, sehingga orang dapat meraba gelap
itu."
Perhatikan kalimat: “... Sehingga orang dapat meraba gelap itu.” Apa yang dapat diraba dalam
keadaan gelap gulita, selain dosa makan dan minum, serta kawin dan mengawinkan.
Keluaran 10:22-23
(10:22)
Lalu Musa mengulurkan tangannya ke langit dan datanglah gelap gulita di
seluruh tanah Mesir selama tiga hari. (10:23)
Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang
yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada semua orang
Israel ada terang di tempat kediamannya.
Ketika Mesir dikuasai gelap gulita, dengan lain kata
berada pada puncak kegelapan malam, yang terjadi ialah:
1. Tidak ada orang yang
dapat melihat temannya. Artinya, tidak lagi saling memperhatikan
atau tidak lagi peduli dengan sesama, tidak lagi peduli antara yang satu dengan
yang lain. Berarti, kasih sudah semakin dingin. Inilah yang diraba di dalam
gelapnya malam.
Tidak lagi peduli dengan sesama, itu sama
dengan egois. Memang, itulah dosa akhir zaman yang dituliskan oleh Rasul Paulus
dalam 2 Timotius 3:3-6.
2. Tidak ada orang yang
dapat bangun dari tempatnya. Artinya, tidak ada lagi aktivitas atau
kegiatan Roh, sama dengan; tanpa ibadah dan pelayanan. Tidak ada orang yang mau
melayani Tuhan (tidak rindu untuk melayani Tuhan), menunjukkan bahwa kerohanian
tidak mau bangkit dari segala keterpurukan. Kalau seseorang memiliki kerinduan
untuk melayani, menunjukkan bahwa kerohaniannya ingin -- berusaha untuk -- maju
atau bangkit (bangun) dari keterpurukan.
Itulah yang terjadi dan yang diraba dalam gelapnya malam.
Perlu kita ketahui: Gelap gulita adalah tulah yang
kesembilan yang menimpa seluruh Mesir -- yang adalah gambaran dari seantero
dunia ini --. Tulah kesembilan, berarti tinggal satu tulah lagi, itulah
kematian dari anak-anak sulung dari orang Mesir.
Jadi, tinggal satu tulah lagi, maka terjadilah kelepasan
bagi bangsa Israel. Artinya, hari-hari ini adalah hari-hari yang terakhir,
anak-anak Tuhan atau pemuda remaja sedang menghadapi situasi yang sulit, sama
halnya dengan Yusuf; hari demi hari diperhadapkan dengan bujuk rayu dari isteri
Potifar, bujuk rayu dari dosa kenajisan. Saya tidak pungkiri itu, sebab memang
hal itu sedang terjadi, tetapi belajarlah untuk melatih tubuh dan menguasai
seluruh tubuh. Jadilah kehidupan yang disiplin seperti;
-
Pelari yang berlari
pada tujuan, yaitu panggilan sorgawi.
-
Petinju yang memukul
dengan tepat sasaran. Jika sasaran kita adalah Kerajaan Sorga, maka kita
sanggup memukul kalah musuh-musuh, yaitu si seteru.
Miliki sikap yang tegas, yang menunjukkan bahwa ia layak
berada dalam Kerajaan Sorga. Jangan terlihat baik, suci, sempurna, tetapi
seluruh tubuhnya utuh masuk dalam neraka.
Selanjutnya, kita lihat ayat 24.
Keluaran 10:24
(10:24)
Lalu Firaun memanggil Musa serta berkata: "Pergilah, beribadahlah kepada
TUHAN, hanya kambing dombamu dan lembu sapimu harus ditinggalkan,
juga anak-anakmu boleh turut beserta kamu."
Terkait dengan kegelapan yang memuncak tadi, Firaun
berkata kepada Musa: “Pergilah,
beribadahlah kepada TUHAN, hanya kambing dombamu dan lembu sapimu harus
ditinggalkan ...” Artinya, beribadah tanpa membawa korban persembahan
kepada Tuhan.
Hal ini tidak akan mencapai kepada ibadah yang sejati,
sebab ibadah yang sejati ialah “mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah.”
Persembahkanlah tubuh ini kepada Tuhan lewat ibadah
pelayanan;
1. Sebagai
persembahan yang hidup, berarti; tidak mati rohani, tidak hidup menurut
daging dan keinginannya.
2. Sebagai
persembahan yang kudus, berarti; tidak ada lagi cacat dan cela. Kalau
kita beribadah kepada Tuhan, harus mempersembahkan korban dari binatang yang
baik, yang tambun, tidak boleh bercacat, tidak boleh timpang, tidak boleh buta,
kulitnya tidak boleh kurapan (kudisan), dan lain sebagainya.
3. Sebagai
persembahan yang berkenan, berarti; menyukakan hati Tuhan. “Yang
berkenan”, itu sama seperti Anak berkenan pada Bapa, sebab senantiasa
menyukakan hati Bapa.
Itu adalah ibadah yang sejati. Mengapa? Karena di tengah
ibadah dan pelayanan, kita datang dan membawa, serta mempersembahkan tubuh ini
kepada Tuhan. Biarlah kiranya hal itu nyata dalam kehidupan kita sekaliannya.
Beribadah tanpa mempersembahkan korban kepada Tuhan
merupakan ibadah yang sangat disukai oleh dunia, sebab mata mereka hanya
tertuju pada perkara-perkara lahiriah, umpamanya ialah kemewahan, kemegahan,
dan lain sebagainya. Tetapi itu bukanlah ibadah yang sejati, sebab ibadah yang
sejati adalah membawa korban dan mempersembahkannya di tengah-tengah ibadah.
Dan sudah sangat jelas juga dalam suratan Timotius, yaitu; “Setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam
Kristus Yesus akan menderita aniaya”, berarti orang yang mau hidup
beribadah, ia akan menanggung banyak penderitaan.
1 Yohanes 4:1-3
(4:1)
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi
ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi
palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (4:2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang
mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari
Allah, (4:3) dan setiap roh, yang tidak
mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus
dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia
sudah ada di dalam dunia.
Di sini kita bisa melihat perbedaan antara Roh Allah
dengan roh antikristus.
-
Tidak mengakui salib
Kristus, itu adalah roh antikristus.
-
Sedangkan orang yang
beribadah dengan memikul salib, itu adalah Roh kebenaran, Roh yang berasal dari
Allah.
1 Yohanes 4:4-6
(4:4)
Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi
palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada
di dalam dunia. (4:5) Mereka berasal
dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia
mendengarkan mereka. (4:6) Kami
berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami;
barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah
tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.
Jadi, sudah sangat jelas sekali, bahwa; beribadah tanpa
korban Kristus, itu adalah cara ibadah dari orang-orang dunia, dan orang dunia
sangat menyukai ibadah semacam ini. Kalau beribadah tetapi mengabaikan salib
Kristus, mengabaikan korban Kristus, menunjukkan bahwa dia adalah manusia
duniawi, hidup secara manusiawi.
Itulah hal-hal yang terkait dengan kegelapan tadi, di
mana orang-orang Mesir hanya dapat meraba kegelapan itu sendiri, yaitu dosa
makan minum, kawin dan mengawinkan -- dua perkara inilah yang dapat diraba
dalam gelapnya malam -- sehingga antara yang satu dengan yang lain tidak saling
memperhatikan, dan tidak ada aktivitas/tidak dapat bangun = kerohanian
terpuruk.
Kita kembali memperhatikan PRIBADI YUSUF.
Kejadian 39:10
(39:10)
Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak
mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan
dia.
Selanjutnya, di sini kita perhatikan: “Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu
untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.” Yusuf tidak mendengar
bujukan dari isteri Potifar untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia,
ini menunjukkan bahwa Yusuf sangat menghormati nikah suci setinggi-tingginya.
Jadi, selain menghormati firman Tuhan, Yusuf juga menghormati nikah suci.
Perlu untuk diketahui: Hubungan antara manusia dengan
Tuhan sama seperti hubungan antara tubuh dengan kepala.
-
Kristus adalah Kepala,
Dialah suami.
-
Sidang jemaat adalah
tubuh, yaitu isteri.
Singkatnya, hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan
nikah, seperti tubuh dengan kepala harus menyatu. Berarti, kalau gereja Tuhan,
pemuda remaja, anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan tidak menghormati nikah suci,
sama dengan; tubuh dengan kepala terpisah, sama artinya; hubungan manusia
dengan Tuhan terputus. Kalau hubungan manusia (tubuh) dengan Tuhan (Kepala)
terputus, di situ banyak terjadi penyangkalan demi penyangkalan.
Kalau kita renungkan apa yang sudah kita dengar malam ini
dari Tuhan, maka tentu kita harus menyadari, bahwa; betapa banyaknya
penyangkalan-penyangkalan yang sedang terjadi. Sebetulnya, itu menunjukkan
bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhan telah terputus.
Ibrani 13:4
(13:4)
Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu
mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah
akan dihakimi Allah.
Hendaklah penuh hormat terhadap nikah atau perkawinan,
dengan praktek; jangan mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang
sundal dan pezinah akan dihakimi oleh Tuhan.
Hari ini orang yang berlaku cabul, pezinah, orang sundal,
orang yang bebas melakukan kenajisannya, mungkin masih bisa bebas dan bisa
tertawa, tetapi orang semacam itu suatu kali kelak akan dihakimi oleh Tuhan.
Oleh sebab itu, untuk apa sekarang kita bersenang-senang penuh dengan tawa,
tetapi pada akhirnya akan menderita untuk selama-lamanya. Belajarlah untuk
berlaku bijaksana.
Matius 19:5-6
(19:5)
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu
daging. (19:6) Demikianlah
mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Suami (laki-laki) dan isteri (perempuan) telah
dipersatukan oleh Allah, demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Jadi, kalau berbicara soal nikah suci di dalam Tuhan: 1 (satu) + 1 (satu) =
(hasilnya adalah) satu. Singkatnya, salib Kristus telah mempersatukan nikah.
Salib Kristus mempersatukan kedua belah pihak -- antara laki-laki dan perempuan
-- menjadi satu tubuh di hadapan Tuhan.
Kalau seseorang tidak menghormati nikah, tidak
menghormati perkawinan, itu menunjukkan bahwa dia telah menjadi seteru salib,
menjadi musuh Tuhan. Oleh sebab itu, jangan kita mencemarkan tempat tidur,
tetapi biarlah kiranya kita betul-betul menikmati hubungan intim (hubungan
nikah) dengan Tuhan, bagaikan seseorang yang berada dalam penyembahan yang
benar, berarti hidup dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak
Allah.
Penyembahan yang benar = penyerahan diri sepenuh untuk
taat kepada kehendak Allah, di situlah kita bisa menikmati manisnya
hubungan kita dengan Tuhan. Oleh sebab itu, penyembahan atau penyerahan diri
atau tempat tidur tidak boleh dicemarkan, sebab mencemarkan tempat tidur atau
tidak menghormati perkawinan, itu sama artinya hubungan antara tubuh dengan
Kepala terputus.
Saat seseorang berada dalam penyembahan yang benar,
berarti seseorang menundukkan kepalanya di kaki salib Tuhan dengan menggunakan
leher. Leher, menunjuk kepada; penyembahan, sebagai penghubung antara tubuh
dengan kepala. Jadi, jangan mencemarkan diri supaya hubungan kita dengan Tuhan
jangan terputus. Tetaplah dalam penyembahan yang benar, dengan lain kata; hidup
dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Perlu untuk diketahui: Saat kita berada dalam penyerahan
diri sepenuh -- saat kita berada dalam hubungan intim --, maka pada saat itulah
kita bisa melihat kekurangan-kekurangan kita, sebab saat yang hina ini sudah
menyatu dengan yang mulia, barulah terlihat dengan jelas betapa hinanya kita
dahulu, betapa jahatnya, betapa joroknya, betapa najisnya. Itulah penyembahan
yang sudah sampai kepada penyerahan diri, menikmati hubungan intim, di mana
yang hina sudah menyatu dengan yang mulia.
Menyembah, berarti; berlutut. Kalau hanya
berlutut, tetapi tidak sampai pada penyerahan diri dan tidak dapat melihat
kekurangan-kekurangan diri, itu bukanlah penyembahan yang benar di hadapan
Tuhan.
Oleh sebab itu, jangan kita menjadi seteru salib,
janganlah kita mencemarkan tempat tidur, sebab ketika hubungan itu sudah
terputus, di situ terjadi penyangkalan demi penyangkalan.
Untuk memperoleh keselamatan, sekarang kita akan
memperhatikan JALAN KELUARNYA.
1 Korintus 6:12
(6:12)
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu
halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh
suatu apa pun.
Rasul Paulus berkata: “... tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.”
Apa yang dimaksud oleh Rasul Paulus ini? Kita akan
melihat jawabannya pada ayat berikutnya.
1 Korintus 6:13-14
(6:13)
Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan:
tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk
percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. (6:14) Allah, yang membangkitkan Tuhan,
akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
Perlu untuk diketahui: “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan.”
-
Pasangan dari perut
adalah makanan.
-
Pasangan dari makanan
adalah perut.
Tetapi pasangan ini suatu kali kelak akan dibinasakan
Allah. Artinya, segala perkara lahiriah, segala perkara yang ada di bumi ini,
suatu saat nanti akan berlalu. Lalu bagaimana caranya supaya kehidupan kita
memperoleh keselamatan?
Perhatikanlah firman Tuhan: “Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan
Tuhan untuk tubuh.”
-
Pasangan dari tubuh
adalah Tuhan.
-
Pasangan dari Tuhan
adalah tubuh.
Jadi, tubuh tidak berpasangan dengan percabulan, sebab
tubuh bukan untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan. Kalau kehidupan pemuda
remaja berpasangan dengan Tuhan, dengan lain kata; membawa kehidupan ini sampai
kepada hubungan nikah yang suci -- antara tubuh dengan Kepala, atau Tuhan
dengan tubuh --, maka kita akan memperoleh keselamatan.
Marilah kita menjadi pasangan Tuhan, dan hal itu sudah
dinubuatkan oleh Salomo, di mana dia menceritakan soal jalan-jalan Tuhan yang
tidak bisa diselami oleh akal pikiran manusia, dan Salomo pun mengakuinya.
Adapun jalan-jalan Tuhan ialah:
1. Jalan
rajawali di udara.
2. Jalan
kapal di tengah laut.
3. Jalan
ular di atas cadas.
4. Jalan
laki-laki dengan seorang gadis.
Ayo, mari kita mencari pasangan yang benar, yaitu tubuh
untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. Mari kita membawa hubungan kita sampai
kepada hubungan intim, hubungan nikah suci, supaya ada penyatuan antara tubuh
dengan Kepala, Tuhan dengan tubuh, tubuh dengan Tuhan, sebagaimana dinyatakan
di dalam Efesus 1.
Efesus 1:22-23
(1:22) Dan
segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah
diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. (1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya,
yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Perhatikan, betapa perhatian Allah sungguh hebat dan
heran kepada gereja Tuhan, sebab Allah telah memberikan Kristus kepada jemaat,
sebagai Kepala dari segala yang ada.
Apa jadinya jikalau:
-
Tubuh adalah untuk makanan.
-
Serigala (kejahatan) dan burung (kenajisan)
yang menjadi kepala atas tubuh, maka binasalah manusia.
Tetapi puji Tuhan, sungguh heran kasih Allah kepada
manusia, sungguh heran kasih Allah kepada pemuda remaja, sebab Ia telah
memberikan Kristus, Yesus, Anak-Nya yang tunggal kepada jemaat, sebagai Kepala
dari segala yang ada. Jadi, yang benar adalah tubuh untuk Tuhan, dan Tuhan
untuk tubuh; ini adalah pasangan yang benar.
Oleh sebab itu, kita kembali memeriksa 1 Korintus 6.
1 Korintus 6:14-16
(6:14)
Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. (6:15) Tidak tahukah kamu, bahwa
tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk
menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! (6:16) Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan
dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia?
Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging."
Tuhan tidak rela menyerahkan kehidupan kita kepada
perzinahan. Tuhan tidak rela menyerahkan kehidupan kita untuk dikuasai roh
najis. Oleh sebab itu, kalau Tuhan tidak merelakan kehidupan kita untuk
dikuasai dosa kenajisan, maka sebaliknya, dari sisi kita (kehidupan pemuda
remaja), miliki hidup yang tegas, melatih tubuh dan menguasai seluruh anggota
tubuh.
-
Kalau mata kanan
menyesatkan, itu harus dicungkil.
-
Kalau tangan kanan
menyesatkan, itu harus dipenggal.
Singkatnya, untuk memperoleh Kerajaan Sorga, dibutuhkan
sikap yang tegas. Dari pada terlihat baik, terlihat benar, terlihat suci, terlihat
sempurna (utuh) tubuhnya, tetapi binasa, untuk apa?
Ayo, jangan salah mencari pasangan, tetapi pasangan yang
benar adalah:
-
Tubuh untuk Tuhan.
-
Tuhan untuk tubuh.
Jangan berpasangan dengan hal yang najis dan percabulan
serta hal yang jahat. Itu sebabnya dalam Kejadian
39:9, dengan tegas Yusuf berkata: “Bagaimanakah
mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?”
Jika Yusuf bersetubuh dengan isteri Potifar, itu
merupakan dosa kejahatan yang besar di mata Tuhan.
1 Korintus 6:17-18
(6:17)
Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan
Dia.
(6:18) Jauhkanlah dirimu dari percabulan!
Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang
yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Kita akan memiliki Roh Tuhan, kalau kita mengikatkan diri
dengan Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Ayo, biarlah kita mengikatkan diri
dengan Dia, sebab apa yang terikat di bumi akan terikat di sorga, dan apa yang
kita lepaskan di bumi akan lepas di sorga. Biarlah kita segera mengikatkan diri
dengan Tuhan, lewat ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan di atas muka
bumi ini.
Syarat mengikatkan diri di tengah ibadah pelayanan ialah
jauhkan diri dari percabulan, sebab percabulan atau kenajisan adalah dosa
besar, kejahatan yang besar.
“Orang yang
melakukan percabulan, berdosa terhadap dirinya sendiri,” termasuk seks
terhadap diri sendiri, ia berdosa terhadap Tuhan. Kalau seseorang bersalah
kepada sesama, maka Tuhan akan menjadi hakimnya, menghakimi antara seorang
dengan lain. Tetapi kalau seseorang berdosa terhadap Tuhan, karena berlaku
cabul (berzinah), hidup dalam kenajisan, maka siapa yang menjadi hakim, siapa
yang menjadi pengantara bagi dirinya?
1 Korintus 6:19-20
(6:19) Atau
tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan
milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu
telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah
Allah dengan tubuhmu!
Kalau hari-hari ini kita bertahan, tidak mau mendengar
bujuk rayu dari roh najis, itu adalah tanda bahwa kita adalah milik kepunyaan
Tuhan, dan Roh Tuhan diam di dalam kehidupan kita, sehingga dengan demikian,
oleh Roh Tuhan, kita akan memuliakan Tuhan dengan tubuh kita kepada Tuhan
sebagai korban dan persembahan, sehingga mencapai ibadah yang sejati.
Dalam Kejadian
39:10, jelas dituliskan, walaupun dari hari ke hari isteri Potifar membujuk
Yusuf, namun Yusuf tidak mendengar bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan
bersetubuh dengan dia. Walaupun hari-hari ini adalah hari-hari yang jahat,
tetapi kita harus kuat dengan bujuk rayu dari dosa kenajisan itu sendiri.
Memang itulah yang harus kita hadapi di hari-hari terakhir ini, tetapi kita
harus kuat, supaya nama Tuhan dipermuliakan. Lewat tubuh ini, kita
mempermuliakan Tuhan.
Ingat, kita tidak boleh lupa, bahwa tubuh ini adalah
miliknya Tuhan, karena kita sudah dibeli dan harganya sudah dibayar dengan
lunas, maka jangan sesuka hati membawa tubuh kepada kenajisan dan percabulan.
Ayo, mulai sekarang, hati-hati; segala yang engkau
miliki, itu bisa menjadi kudus kalau engkau kudus, tetapi kalau engkau tidak
kudus, maka segala yang engkau punya juga tidak kudus, termasuk telepon genggam
(android); kalau engkau tidak kudus, maka itu juga tidak kudus.
Perempuan jangan menggoda, sebaliknya laki-laki jangan
tergoda. Jadilah Yusuf Yusuf di hari-hari terakhir ini. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment