IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 26 MEI 2020
KITAB KOLOSE
(Seri: 98)
Subtema: MELAKUKAN SEGALANYA DALAM NAMA TUHAN YESUS
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia
memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing. Saya tidak lupa menyapa anak-anak
TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN, yang sedang mengikuti pemberitaan Firman
TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun
anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohon kemurahan dari
TUHAN, supaya Ia membukakan Firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga membentuk
kehidupan kita, dan selanjutnya membawa hidup kita rendah di ujung kaki salib;
tersungkur dan sujud menyembah Allah yang hidup, bagaikan 24 (dua puluh empat)
tua-tua yang berada di hadapan takhta Anak Domba Allah.
Segera kita menyambut firman penggembalaan
untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada
jemaat di KOLOSE. Sekarang kita akan memperhatikan Kolose 3:17 sebagai
ayat terakhir dari perikop yang pertama dari Kolose pasal 3.
Kolose 3:17
(3:17) Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan,
lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur
oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan
perkataan dan perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus
Kristus. Berarti, jangan kita melakukan segala sesuatu di tengah ibadah dan
pelayanan ini hanya karena yang lain-lain.
1 Korintus 10:29-31
(10:29) Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah
keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati
nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku
harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain? (10:30)
Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang
berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap
syukur?" (10:31) Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau
minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya
itu untuk kemuliaan Allah.
Seumpama; jika kita makan, jika kita minum
atau jika kita melakukan sesuatu yang lain, biarlah semuanya dilakukan hanya
untuk kemuliaan Allah saja. Dengan demikian, tidak ada keberatan-keberatan hati
nurani orang lain, dengan kata lain; orang lain tidak akan tersandung.
Jadi, kalau kita melakukan segala sesuatu,
baik perkataan maupun perbuatan, di tengah ibadah pelayanan, orang lain tidak
akan tersandung, apabila semua dilakukan untuk kemuliaan Allah.
1 Korintus 10:32
(10:32) Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang
Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.
Oleh sebab itu, jangan kita menjadi batu
sandungan, baik;
- Bagi orang
Yahudi à orang-orang
yang hanya mencari mujizat di tengah ibadah dan pelayanan.
- Bagi orang
Yunani à orang yang
hanya mencari hikmat, persis seperti ahli Taurat yang mengerti Firman, tetapi
tidak menjadi pelaku Firman.
- Maupun
Jemaat Allah à kehidupan yang senantiasa menjunjung
tinggi korban Kristus. Sekalipun seseorang senantiasa menjunjung tinggi korban
Kristus -- di mana wujudnya rendah hati dan lemah lembut --, janganlah kita
menjadi batu sandungan bagi dia.
Jangan menjadi batu sandungan, baik dalam
perkataan, maupun perbuatan. Perkataan dan perbuatan yang kelihatan, itu
kaitannya dengan batin (hati) manusia.
Roma 14:13
(14:13) Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi!
Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita
jatuh atau tersandung!
Jangan sampai karena perkataan dan
perbuatan kita, sehingga membuat orang lain jatuh atau tersandung. Oleh sebab
itu, janganlah kita saling menghakimi lagi.
Perlu untuk diketahui: Menghakimi adalah
salah satu tabiat yang paling dibenci oleh TUHAN. Namun sangat disayangkan, hal
itu disukai (digemari) oleh orang-orang yang hidup di luar TUHAN. Mengapa
orang-orang dunia menyukai hal itu? Sebab menghakimi adalah sebuah sarana yang
paling efektif dan efisien untuk dua hal:
1.
Untuk
membenarkan dirinya sendiri.
2.
Untuk
membuat orang jatuh dan tersandung, dengan kata lain; menjadi orang yang
bersalah atau tertuduh.
Itulah hebatnya tabiat menghakimi, yang
penuh dengan kemunafikan.
Alasan untuk “jangan saling menghakimi”:
Karena menghakimi atau menuduh atau mendakwa adalah tabiat dari Iblis atau
Setan. Itu bukan tabiat dari Allah, dari sorga, sehingga oleh tabiat ini,
banyak orang jatuh dan tersandung.
Sebagai pembuktiannya, sejenak kita membaca
1 Petrus 5.
1 Petrus 5:8-9
(5:8) Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan
keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang
dapat ditelannya. (5:9) Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu
tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang
sama.
Iblis adalah “singa yang mengaum-aum”,
menunjukkan bahwa Iblis adalah si pendakwa dengan tabiat menghakimi, sehingga
banyak orang menanggung penderitaan, dengan kata lain; jatuh atau tersandung.
Kemudian, pada ayat ini, Petrus juga
menyinggung, bahwa setiap hari si Iblis “berjalan keliling.” Berarti,
Iblis tidak memiliki hari perhentian atau tanpa hari perhentian. Namun, bagi
kita; TUHAN memberi hari perhentian untuk kita sehingga malam ini kita berada
di tengah-tengah hari perhentian lewat Ibadah Doa Penyembahan.
Kembali saya sampaikan: Si Iblis berjalan
keliling, berarti; Iblis tidak memiliki hari perhentian atau tanpa hari
perhentian.
Ayub 1:6-7
(1:6) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN
dan di antara mereka datanglah juga Iblis. (1:7) Maka bertanyalah
TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada
TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."
Di sini kita melihat: “Anak-anak Allah
menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.”
Kepada anak-anak Allah, TUHAN tidak
bertanya: “Dari mana engkau?”, sebab anak-anak Allah senantiasa ada pada
hari perhentian. Oleh sebab itu, kalau anak-anak TUHAN tidak berada pada hari
perhentian, jauh dari ibadah dan pelayanan, dengan lain kata; menghindar dari
ibadah dan pelayanan, maka kehidupan semacam ini perlu dipertanyakan, bahkan
perlu dicurigai.
Sebaliknya, kepada Iblis, TUHAN berkata: “Dari
mana engkau?” Dan di sini kita melihat, jawab Iblis kepada TUHAN: “Dari
perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.” Dalam ejaan lama ditulis: “…
berjalan keliling dan beridar-idar di atas bumi …”
Berjalan keliling dan beredar-edar di
atas bumi menunjukkan bahwa Iblis tidak memiliki
hari perhentian atau tanpa hari perhentian.
Jadi, kalau orang-orang Kristen tidak
tergembala dengan benar dalam suatu penggembalaan, maka rohnya pasti
beredar-edar, tanpa hari perhentian. Dan orang yang semacam ini suka berdalih,
maksudnya; mencari alasan-alasan yang tepat dan benar dan masuk akal untuk
meninggalkan atau menghindari ibadah dan pelayanan, untuk meninggalkan tanggung
jawabnya di hadapan TUHAN.
Ayub 1:8-10
(1:8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau
memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang
demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan." (1:9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah
dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (1:10)
Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya
serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati
dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
Kepada Iblis, TUHAN mengakui, bahwa Ayub
adalah seorang yang;
1.
Saleh.
2.
Jujur.
3.
Takut akan
Allah, berarti menjauhi kejahatan.
Sekarang kita lihat pernyataan sebagai
jawaban Iblis kepada TUHAN.
Yang Pertama: Pada ayat 9, Iblis
berkata: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?”
Artinya, Ayub tidak akan takut akan Allah jika ia kehilangan segala miliknya.
Yang Kedua: Pada ayat 10, Iblis
berkata:
- “Engkau
yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya?”,
maksudnya; Allah yang memagari hidupnya, rumahnya dan segala milik Ayub.
- “Apa
yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di
negeri itu”, maksudnya; Allah memberkati pekerjaan Ayub dan miliknya
semakin bertambah banyak.
Ayub 1:11
(1:11) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang
dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."
Kesimpulannya: Pekerjaan dari pada Iblis
adalah mendakwa, menghakimi, sehingga manusia itu jatuh atau tersandung. Inilah
pekerjaan Iblis atau Setan. Demikian juga orang yang menghindari ibadah dan
pelayanan, tanpa hari perhentian; ia suka cari pekerjaan (mencari soal-soal)
menghakimi dan menuduh.
Kalau kita ada pada hari perhentian, maka
kita tahu apa yang kita kerjakan di tengah hari perhentian itu, tetapi kalau
tidak berada pada hari perhentian, pasti ia mencari kesibukan; menghakimi,
menuduh, mendakwa, sehingga banyak orang jatuh dan tersandung.
Itu sebabnya kepada sidang jemaat di
Korintus, Rasul Paulus dengan tegas berkata: kalau melakukan segala sesuatu,
baik itu perkataan maupun perbuatan, lakukanlah dalam nama TUHAN Yesus Kristus.
Hal ini juga sudah dinyatakan kepada jemaat di Kolose, namun oleh karena
kemurahan TUHAN, pernyataan yang sama juga kita terima dari Allah, dari sorga.
Betapa mulia perhatian TUHAN kepada kita masing-masing, supaya kita jangan
mudah jatuh dalam dosa dan tersandung; tidak mudah sakit hati, tidak mudah
putus asa dan kecewa. Sekalipun ada yang mengecewakan, namun tidak tersandung.
Kembali saya sampaikan, bahwa; pekerjaan
dari pada Iblis adalah mendakwa, menghakimi, sehingga manusia itu jatuh atau
tersandung. Akhirnya, dimulai dari Ayub 1:12 sampai dengan Ayub
2:1-13, atas seijin TUHAN, Ayub dihakimi atau dicobai oleh Iblis atau
Setan. Itulah pekerjaan Iblis atau Setan, yaitu menghakimi. Dan tentu, tabiat
ini dilakukan bukan “dalam nama TUHAN Yesus Kristus”.
Sekarang kita akan BANDINGKAN dengan sebuah
kisah dalam Perjanjian Baru.
Matius 12:43
(12:43) "Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara
ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak
mendapatnya. (12:44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang
telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong,
bersih tersapu dan rapi teratur. (12:45) Lalu ia keluar
dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan
berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada
keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat
ini."
Pekerjaan dari pada Iblis atau Setan ialah
mengembara atau beredar-edar, dengan kata lain; tanpa hari perhentian. Kalau
tanpa hari perhentian (ibadah dan pelayanan), pasti ada kesibukan lain, tetapi
pastinya bukan “dalam nama TUHAN Yesus Kristus”, sama seperti yang tertulis
dalam ayat ini, di mana sasaran dari penghakiman Iblis ialah rumah dalam
keadaan kosong, sekalipun bersih tersapu dan rapi teratur.
Kosong, artinya; tidak diisi oleh satu
pribadi yang sangat berharga, agung dan mulia, yaitu Allah Yang Maha Esa.
1 Timotius 1:15-17
(1:15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus
Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan
di antara mereka akulah yang paling berdosa. (1:16) Tetapi justru
karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling
berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku
menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup
yang kekal. (1:17) Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja
segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.
1 Timotius 2:5-6
(2:5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (2:6)
yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu
kesaksian pada waktu yang ditentukan.
Wujud yang kelihatan dan yang nampak dari
Allah yang esa, yang tak kelihatan itu ialah kasih-Nya. Walaupun Dia tidak
kelihatan, tetapi “wujud yang kelihatan dari yang tak kelihatan adalah
kasih-Nya”, sebab manusia Kristus Yesus telah menyerahkan diri-Nya
sebagai tebusan bagi semua manusia.
Sebagai ayat-ayat pendukung ialah:
1. Ulangan
6:4, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu
Allah kita, TUHAN itu esa!”
2. Maleakhi
2:15, “Bukankah Allah yang Esa menjadikan
mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan
ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri
dari masa mudanya.”
3. Markus
12:29, “Jawab Yesus: "Hukum yang terutama
ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.”
4. Markus
12:32, “Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus:
"Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa
tidak ada yang lain kecuali Dia.”
5. Yohanes
5:44, “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu
yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang
datang dari Allah yang Esa?”
6. 1 Korintus
8:4, “Tentang hal makan daging persembahan
berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain
dari pada Allah yang esa.”
7. Yudas
1:25, “Allah yang esa, Juruselamat kita
oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan
dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.”
Kembali saya sampaikan dengan tandas: Wujud
yang kelihatan dan yang nampak dari Allah yang esa, yang tidak kelihatan, ialah
kasih-Nya.
Jika dikaitkan dengan Pengajaran
Tabernakel, “KASIH” terkena pada salah satu dari tiga alat yang ada di dalam
Ruangan Suci, yaitu Mezbah Dupa. Mezbah Dupa à doa penyembahan.
Saya merasakan bahwa TUHAN sedang memimpin
kehidupan rohani kita, memimpin ibadah kita ini sampai kepada doa penyembahan,
itulah puncak ibadah, puncak rohani. Dan itulah yang sedang dituntut oleh TUHAN
dari kehidupan kita masing-masing, dari gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini,
supaya kita boleh memperoleh keselamatan yang dari Allah. Tetapi kalau hanya menggemukkan
diri seperti imam Eli, maka yang terjadi nanti adalah batang lehernya patah.
Wahyu 5:8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah
keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu,
masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan:
itulah doa orang-orang kudus.
Satu cawan emas penuh dengan kemenyan,
itulah doa orang-orang kudus, yang bisa kita lihat di dalam pribadi 24 (dua
puluh empat), di mana mereka segera tersungkur di hadapan Anak Domba itu.
Terkait dengan hal itu, kita perhatikan Wahyu
8:3-4.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri
dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan
banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua
orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah
asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari
tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Sebagai Imam Besar, Yesus tampil untuk
memimpin doa penyembahan dari orang-orang kudus di bumi, dan dibawa sampai
kepada Allah, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik membumbung tinggi sampai
kepada hadirat Allah.
Terkait dengan doa penyembahan, kita harus
mengerti lebih jauh di dalam Injil Matius 27.
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan
nyawa-Nya.
“Yesus berseru pula dengan suara nyaring
lalu menyerahkan nyawa-Nya”, ini merupakan doa penyahutan, penyembahan dari
Imam Besar Agung, di mana Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk taat kepada
kehendak Allah Bapa. Singkatnya, penyembahan yang benar adalah penyerahan diri
sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah Bapa.
Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa: Kasih
adalah wujud yang nampak dan yang kelihatan dari Allah yang esa, yang tidak
kelihatan.
Karena kita sudah memperoleh kesimpulan
dengan pasti mengenai rumah yang “kosong” tadi, maka kita kembali membaca Matius
12.
Matius 12:44
(12:44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan
itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu
dan rapi teratur.
Setelah kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa wujud yang kelihatan dari yang tak kelihatan (Allah yang esa) adalah
kasih, yang menunjuk kepada doa penyembahan, berarti …
- “Kosong”, artinya; hidup tanpa penyembahan. Penyembahan à Kasih dari
Allah yang esa.
- “Bersih
tersapu” à pekerjaan dari Firman Allah = iman.
- “Rapi
teratur” à pekerjaan dari Roh Kudus = pengharapan.
Memiliki “Firman”, memiliki “Roh Kudus”,
tetapi “kosong”, dengan lain kata; tidak diisi dengan wujud dari Allah, itulah
kasih Allah, lewat doa penyembahan, maka itu semua tidak ada artinya. Sekalipun
bersih tersapu (penuh dengan firman), sekalipun rapi teratur (penuh dengan Roh
Kudus), tetapi tidak ada artinya kalau rumah itu kosong, kalau rumah itu tidak
diisi oleh Satu Pribadi yang berharga dan mulia, itulah Allah yang esa, dengan
wujud-Nya yaitu KASIH -- menunjuk kepada doa penyembahan --. Jelas, penyembahan
adalah kasih kepada Allah.
Matius 12:45
(12:45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat
dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya
keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga
akan berlaku atas angkatan yang jahat ini."
Karena rumah itu “kosong”, maka roh itu
mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat untuk masuk dan berdiam di
situ. Akhirnya, keadaan orang itu lebih buruk dari keadaannya semula, dengan
kata lain; jatuh dan tersandung.
-
Jatuh, berarti; berada dalam kubangan yang dalam dan begitu hebat.
-
Tersandung, sama artinya; putus asa, kecewa dan patah semangat.
Oleh sebab itu, sangat masuk akal, kalau
tadi di dalam surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose,
terkhusus Kolose 3:17 adalah melakukan segala sesuatu, baik perkataan
maupun perbuatan, lakukanlah itu dalam nama TUHAN Yesus Kristus, supaya orang
lain jangan tersandung. Tetapi kalau kita datang di tengah ibadah dan
pelayanan, dan kita lakukan itu semua karena ada sebuah kepentingan, ada
ambisi, ada kepentingan untuk golongan atau kelompoknya, maka pasti orang lain
tersandung, dan kalau orang lain tersandung, di dalam surat Rasul Paulus kepada
jemaat di Korintus, dengan jelas dia berkata: Mengapa kebebasanku ditentukan
oleh orang lain?
Tetapi kita harus mengerti; jangan kita
melakukan segala sesuatu -- umpama dalam hal makan, umpama dalam hal minum,
umpama dalam segala sesuatu hal yang lain -- karena ada sebuah kepentingan dan
ambisi, supaya orang lain jangan tersandung.
Oleh sebab itu, TUHAN ajar kita malam ini
untuk lebih intropeksi diri, TUHAN ajar kita untuk lebih mawas diri, TUHAN ajar
kita malam ini untuk lebih bijaksana di dalam melayani TUHAN dan melayani
pekerjaan TUHAN, TUHAN ajar kita untuk lebih dewasa, supaya kita melakukan
segala sesuatu “dalam nama TUHAN Yesus Kristus”, tanpa kepentingan, tanpa
motivasi untuk golongan atau kelompoknya.
JALAN KELUARNYA.
Kolose 3:17
(3:17) Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau
perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil
mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
Segala sesuatu yang kita lakukan, baik
perkataan maupun perbuatan, hendaklah dilakukan “dalam nama TUHAN Yesus
Kristus”. Jangan ada kepentingan pribadi, jangan ada kepentingan golongan dan
kelompok, dan jangan ada motivasi-motivasi lain.
CONTOH dari pribadi Rasul Paulus.
1 Korintus 10:32-33
(10:32) Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang,
baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. (10:33) Sama
seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala
hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang
banyak, supaya mereka beroleh selamat.
“Janganlah kamu menimbulkan syak dalam
hati orang”, berarti; jangan menghakimi, jangan menjadi batu sandungan,
supaya orang lain jangan syak di dalam hatinya. Seperti halnya Rasul Paulus
berusaha untuk menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, berarti; baik
perkataan maupun perbuatan dilakukan “dalam nama TUHAN Yesus Kristus”. Rasul
Paulus melakukan hal itu bukan untuk kepentingan dirinya, bukan untuk
kepentingan golongan dan kelompoknya, tetapi untuk kepentingan orang banyak,
dengan satu tujuan yaitu supaya orang banyak beroleh selamat.
Oleh sebab itu, kita harus berusaha untuk
melepaskan diri dari roh egosentris (kepentingan diri). Jangan kita hanya
tidur, tidak memikirkan pekerjaan TUHAN, jangan kita menggemukkan diri, supaya
batang leher jangan patah (terputus), seperti imam Eli. Tetapi biarlah kita
gunakan batang leher untuk menundukkan kepala di ujung kaki salib TUHAN;
tersungkur dan sujud menyembah Allah yang hidup, bagaikan 4 (empat) makhluk dan
24 (dua puluh empat) tua-tua. Kalau titik nol, itulah penyembahan, menjadi
ruang lingkup kita, maka kita tidak akan lupa apa yang terkait dengan ruang
lingkup kita, pasti kita selalu ingat pekerjaan TUHAN, tidak lupa pekerjaan
TUHAN.
Berbanding terbalik dengan orang-orang di
luaran sana; mengapa mereka memiliki tabiat Setan, yaitu suka menghakimi,
menuduh dan mendakwa? Itu karena mereka tidak berada pada hari perhentian,
mereka beredar-edar tanpa hari perhentian, sehingga mencari kesibukan-kesibukan
tetapi tidak dalam nama TUHAN Yesus Kristus, sehingga baik perkataan maupun
perbuatannya menjadi sandungan saja. Orang yang beredar-edar tidak tergembala,
ia suka berdalih, suka mencari alasan yang begitu tepat dan benar, dengan satu
tujuan supaya ia bisa menghindari ibadah, supaya bisa lepas dari pelayanan,
lepas dari salib.
1 Korintus 9:18
(9:18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku
boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan
hakku sebagai pemberita Injil.
Biarlah sebaiknya kita juga mengadopsi apa
yang dikatakan oleh Rasul Paulus, di mana ia berkata: “Upahku ialah ini:
bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah” Artinya, melakukan segala
sesuatu dalam nama TUHAN Yesus Kristus, dan ia melakukan itu tanpa kepentingan
diri, tanpa upah. Sebab selanjutnya, Rasul Paulus berkata: “aku tidak
mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil”, artinya; tanpa kepentingan
diri.
Puji TUHAN … Kita bersyukur dengan pribadi
Rasul Paulus, sebab dia layak menjadi contoh, menjadi teladan, menjadi kesaksian
yang besar. Dari yang tidak ada apa-apa menjadi pahlawan rohani bagi sidang
jemaat, bagi anak-anak rohani, baik bagi bangsa kafir, maupun bagi bangsa
Yahudi sendiri. Jadilah pahlawan-pahlawan rohani karena kita menjadi teladan,
menjadi contoh, baik dalam perkataan maupun perbuatan, dan melakukan segala
sesuatu yang lainnya di dalam nama TUHAN Yesus Kristus.
1 Korintus 9:19
(9:19) Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku
hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
Rasul Paulus menjadikan dirinya hamba untuk
semua orang. Sama seperti Yesus Kristus, di dalam Matius 20:28, “Anak
Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” Yesus datang ke
dunia ini bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Melayani, berarti
menyerahkan nyawa-Nya untuk menjadi tebusan, dengan lain kata; untuk menjadi
pendamaian dosa. Kalau kita datang melayani di hadapan takhta Allah, maka
jadilah pendamaian dosa, menjadi korban untuk memperdamaikan orang lain kepada
Allah.
Tujuan Rasul Paulus menjadikan dirinya
hamba untuk semua orang adalah “supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang”, memenangkan sebanyak mungkin orang.
1 Korintus 9:20-22
(9:20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang
Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang
hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di
bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat,
supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
(9:21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat
aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku
tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus,
supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum
Taurat. (9:22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi
seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang
lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku
sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
Rasul Paulus berusaha menjadi
segala-galanya, berusaha untuk menyelami hati orang-orang lain, antara lain:
1. Orang-orang
Yahudi, menunjuk kepada; orang-orang yang mencari
tanda-tanda heran atau pun mujizat-mujizat di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan; hanya sekedar mencari mujizat, mencari berkat-berkat jasmani di
dalam mengikuti TUHAN di tengah ibadah dan pelayanannya.
Untuk itu pun, Rasul Paulus berusaha untuk menyelami
hati mereka, itulah orang-orang Yahudi.
2. Orang-orang
yang hidup di bawah hukum Taurat, menunjuk kepada
dua hal;
- Orang yang
merasa diri benar.
- Orang yang
menjalankan ibadah rutinitas (ibadah lahiriah). Misalnya, mulut memuliakan
TUHAN, tetapi sebenarnya, hatinya jauh dari TUHAN, sama dengan; mempersembahkan
tubuh jasmaninya di tengah ibadah, tetapi manusia batiniahnya tidak
dipersembahkan kepada TUHAN.
Untuk orang
semacam ini pun, Rasul Paulus juga berusaha untuk menyelami mereka, menyelami
hati orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat.
3. Orang-orang
yang tidak hidup di bawah hukum Taurat atau tidak
mengenal hukum Taurat, menunjuk kepada; bangsa kafir, orang-orang di luar
Yahudi. Orang-orang yang tidak mengenal hukum Taurat, biasanya seringkali
menggunakan hukum sendiri atau juga menggunakan hukum rimba -- yang kuat adalah
yang menang --.
Dan untuk orang-orang semacam ini, Rasul Paulus juga
berusaha untuk menyelami hati mereka yang tidak mengenal hukum Taurat.
4. Orang-orang
yang lemah, menunjuk kepada; orang-orang yang tidak
kuat, yaitu mereka yang mudah untuk tersinggung, mudah kecewa, mudah putus asa,
juga mereka yang segera murtad, tidak memiliki pendirian yang kuat.
Untuk orang-orang yang lemah semacam ini juga, Rasul Paulus berusaha
untuk menyelami hati mereka.
Tujuan Rasul Paulus melakukan itu semua
hanya satu, yaitu supaya memenangkan beberapa orang dari antara mereka semua.
Itu sebabnya Rasul Paulus berkata: “Bagi semua orang aku telah menjadi
segala-galanya” Artinya, Rasul Paulus menjadi hamba bagi semua orang.
Saya tidak mengatakan bahwa apa yang
dilakukan oleh Rasul Paulus adalah sesuatu perkara yang mudah untuk dilakukan,
tetapi apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus ini merupakan contoh yang baik,
contoh yang benar, contoh yang suci dan mulia untuk kita ikuti dan kita sedang
berjuang untuk melakukannya/mengikutinya.
Perjalanan bangsa Israel selama 40 (empat
puluh) tahun di padang gurun, itu adalah perjalanan salib, demikian jugalah
perjalanan rohani kita di hari-hari terakhir ini. Tetapi kita tidak perlu
takut, kita tidak perlu menggunakan logika kita, dengan berpikir dan
bertanya-tanya; bagaimana caranya supaya kita tiba pada satu titik, itulah hari
perhentian, yang merupakan ujung perjalanan rohani kita? Kita tidak perlu takut
dan tidak perlu ragu, sebab kita tahu bahwa kepak sayap Allah yang mendukung
perjalanan bangsa Israel di padang gurun; dua tangan TUHAN yang kuat yang akan
membawa kita dekat dengan Dia.
1 Korintus 9:23
(9:23) Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat
bagian dalamnya.
Segala sesuatu dilakukan oleh Rasul Paulus
adalah karena Injil, bukan karena kepentingan dirinya. Jadi, dia melakukan
segala sesuatu, baik dalam perkataan maupun perbuatannya dalam nama TUHAN Yesus
Kristus, sehingga orang lain tidak tersandung.
Betul-betul Rasul Paulus ini adalah seorang
hamba TUHAN yang dapat menyelami hati orang lain, dapat menyelami hati semua
orang, dia tidak mau menghakimi orang lain, dia tidak mau menjadi batu
sandungan bagi orang lain, karena dia tidak mau menuduh dan menghakimi,
mendakwa orang lain, karena dia sadar bahwa itu merupakan tabiat dari Iblis
Setan, tabiat dari orang-orang yang suka mencari soal-soal (pekerjaan), itulah
orang-orang yang tidak ada pada hari perhentian.
Kalau seseorang suka ngerumpi, suka bergosip,
itu adalah orang yang rohnya beredar-edar, tidak ada hari perhentian.
Filipi 2:4
(2:4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya
sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Setiap orang, janganlah ia hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, jangan hanya memperhatikan kepentingan
kelompoknya, jangan hanya memperhatikan golongannya, tetapi biarlah kita
masing-masing memperhatikan kepentingan orang banyak.
Maka, apa yang kita kerjakan, biarlah itu
kita kerjakan dalam nama TUHAN Yesus Kristus; hanya kepentingan Injil saja,
bukan kepentingan pribadi. Oleh sebab itu, mari kita melayani TUHAN dalam
tahbisan yang benar dan suci, supaya tanda-tanda yang lain tidak ada di dalam diri
kita, yaitu tanda kenajisan dan juga tanda kepentingan diri tidak terlihat di
dalam diri kita masing-masing.
1 Timotius 1:15-16
(1:15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus
Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara
mereka akulah yang paling berdosa. (1:16) Tetapi justru karena
itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling
berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan
demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya
kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.
TUHAN mengasihi orang yang paling berdosa,
bahkan menunjukkan kesabaran-Nya kepada orang yang paling berdosa -- seperti
pengakuan Rasul Paulus --, sehingga Rasul Paulus menjadi contoh bagi orang yang
percaya kepada-Nya dan yang mendapat hidup yang kekal. Oleh karena kesabaran
TUHAN kepada kita yang paling berdosa ini, oleh karena kesabaran TUHAN kepada
kita yang paling hina ini, kiranya kita menjadi contoh, menjadi teladan,
menjadi kesaksian yang besar, supaya orang percaya kepada Allah dan mendapat
hidup yang kekal.
Sekali lagi saya tandaskan: Hindarkan diri
dari roh egosentris. Jangan menggemukkan diri. Kalau memang selama ini di dalam
hal beribadah dan melayani hanya menggemukkan diri sehingga batang leher putus
(patah), maka biarlah kita menyesali diri, dengan membawa diri di kaki salib
dengan hati yang hancur (menangis sejadi-jadinya). Kita gunakan batang leher
ini untuk menundukkan kepala di ujung kaki salib, tersungkur, sujud menyembah,
berada di titik nol, berada di ruang lingkup sehingga kita boleh ingat ruang
lingkup, berarti ingat ibadah, ingat pelayanan, ingat pekerjaan TUHAN, ingat
kesucian dan kemuliaan TUHAN.
1 Timotius 2:6-7
(2:6) yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia:
itu kesaksian pada waktu yang ditentukan. (2:7) Untuk kesaksian itulah
aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -- yang
kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar
orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.
Untuk menyaksikan kasih dan kemurahan hati
Allah, untuk menyaksikan kesabaran Allah, Paulus ditetapkan atau diberikan
jabatan (1) penginjil, (2) rasul, bahkan ia ditetapkan jabatan (3) guru atau
pengajar orang-orang bukan Yahudi (bangsa kafir). Dan apa yang dikatakan oleh
Rasul Paulus ini benar, tidak dusta, bahkan sebenarnya, ia dikaruniakan
memiliki lima jabatan -- yang bisa ditemukan dalam kitab Kisah Para Rasul --.
Intinya, Rasul Paulus melakukan segala
sesuatu, baik perkataan maupun perbuatan dilakukan dalam nama TUHAN Yesus
Kristus tanpa kepentingan diri, supaya memenangkan sebanyak-banyaknya orang.
Secara pribadi, saya sampaikan dengan
tandas: Hindarkan diri untuk kepentingan diri, hindarkan diri untuk kepentingan
kelompoknya atau golongannya, supaya kita menyatu (kesatuan tubuh Kristus
terwujud), berarti di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan.
TUHAN tetapkan kita sebagai apapun, itu
semua karena kemurahan-Nya, karena kesabaran-Nya, untuk menjadi contoh teladan.
Jangan kita salah gunakan karunia-karunia Roh Kudus, jangan kita salah gunakan
jabatan-jabatan dan apa saja yang telah dipercayakan oleh TUHAN, tetapi
gunakanlah itu dalam nama TUHAN Yesus Kristus. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment