KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, May 6, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 03 MEI 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 03 MEI 2020


WAHYU PASAL 12
(Seri: 4)

Subtema: PEREMPUAN MENGANDUNG DAN MENDERITA KESAKITAN

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur dan berterima kasih kepada Tuhan, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang telah memungkinkan kita di hari-hari ini untuk berada di dalam perhimpunan Ibadah (Kebaktian) di malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, marilah kita berdoa bersama-sama memohon kepada kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.

Kita terima firman penggembalaan untuk Ibadah (Kebaktian) Raya Minggu dari WAHYU PASAL 12.
Wahyu 12:2
(12:2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.

Kalimat pertama yang menjadi pusat perhatian kita dari ayat 2 ini ialah: “Ia sedang mengandung”.
Sebenarnya, hal ini telah disampaikan pada minggu yang lalu, namun saya anggap hal itu sebagai seri yang pertama dari “Ia sedang mengandung”.

Mempelai wanita Tuhan ini dinyatakan mengandung. Kalau kita amati dan teliti dengan seksama, kandungan 9 (sembilan) bulan ini dimulai dari Wahyu 8 sampai dengan Wahyu 12. -- Nanti, sidang jemaat maupun para pemirsa yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming bisa membaca dan memperhatikan Wahyu 8 s.d Wahyu 12 dengan baik di rumah masing-masing. --
Sedangkan puncak kandungan sampai dengan lahirnya anak laki-laki, itu jelas dinyatakan dalam Wahyu 12:1-6.

Arti “mengandung” di sini, menunjuk kepada; penyerahan diri dan kesediaan dari mempelai wanita Tuhan untuk menyimpan dan sekaligus melakukan firman Allah, jelas oleh pertolongan kuasa Roh-El Kudus.
Oleh penyerahan diri dan kesediaan hati kita, jelas kita akan dipakai Tuhan dalam setiap kegiatan Roh-El Kudus, sehingga gereja Tuhan bisa mengasihi Tuhan lebih dari apa pun di dunia ini. -- Itu sudah pasti. –

Kita bandingkan dengan MARIA pada masa MENGANDUNG.
Lukas 1:26-28
(1:26) Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, (1:27) kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. (1:28) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."

Ketika malaikat Gabriel masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.
Hal yang senada juga dinyatakan kepada kita lewat firman malaikat yang dinyatakan di tengah perhimpunan Kebaktian Minggu malam ini.

Lukas 1:29
(1:29) Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.

Maria tentu terkejut mendengar perkataan malaikat itu dan bertanya-tanya di dalam hatinya: “Apakah arti salam itu.

Lukas 1:30-33
(1:30) Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (1:31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (1:32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, (1:33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."

Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.” Biarlah kiranya hal itu juga nyata bagi kita, sehingga kita semua beroleh kasih karunia.

Malaikat Gabriel langsung saja memberitahukan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan anak laki-laki, yang tidak lain akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi, Dia Raja di atas segala raja, dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.

Lukas 1:34
(1:34) Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"

Lalu Maria kembali bertanya: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Ini adalah pertanyaan yang lumrah ditanyakan oleh Maria, karena memang dia belum bersuami. Mengandung dan melahirkan anak laki-laki, namun belum bersuami, maka wajar saja jika Maria bertanya kepada malaikat itu.

Lukas 1:35
(1:35) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Malaikat itu berkata: “Roh Kudus akan turun atasmu …” Artinya, Maria mengandung dari Roh Kudus, dan selanjutnya kuasa Allah Yang Mahatinggi menjadi naungan atasnya. Membaca ayat ini, sungguh membuat kita terharu.

Inilah salam dari Gabriel, malaikat Tuhan, kepada Maria; dia seorang yang dikaruniai dan Tuhan menyertai dia.

Lukas 1:38
(1:38) Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Selanjutnya, Maria mengunci dengan kata terakhir: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Singkatnya, Maria menyerahkan diri untuk Tuhan dan hatinya bersedia untuk mengandung anak laki-laki, yaitu Firman Allah dari Roh Kudus.

Kesimpulannya: Firman nubuatan dalam Bilangan 10:1-10 tergenapilah di dalam pribadi Maria.
Sedikit saya tambahkan: Mari kita memberi diri dipimpin oleh suara firman Tuhan, mengingat hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, sampai benar-benar firman itu tergenapi dan kita mengandung firman oleh kuasa Roh Kudus. Ayo, beri diri dipimpin oleh Firman Tuhan, sehingga kita berjalan melangkah sesuai dengan ketetapan firman, bukan menurut daging dan keinginannya lagi.

Bilangan 10:2
(10:2) "Buatlah dua nafiri dari perak. Dari perak tempaan harus kaubuat itu, supaya dipergunakan untuk memanggil umat Israel dan untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat.

Dua nafiri dari perak tempaan dipergunakan untuk:
1.     Memanggil umat Israel.
2.     Menyuruh laskar-laskarnya berangkat.
Berarti, jelas, bunyi dari dua nafiri perak tempaan ini adalah untuk “memanggil” dan “menyuruh”.
-       Kita berada di tengah-tengah ibadah pelayanan, itu adalah tanda bahwa kita “dipanggil”. Oleh sebab itu, biarlah kita berpadanan dengan panggilan itu.
-       Selanjutnya, “menyuruh”, berarti ada perintah yang selanjutnya untuk kita lakukan. Kita berjalan sesuai langkah-langkah yang ditetapkan oleh Firman Allah, sehingga kelak nanti sampai pada tujuan, sasaran akhir perjalanan rohani kita masing-masing.

Bilangan 10:8
(10:8) Nafiri-nafiri itu harus ditiup oleh anak-anak imam Harun; itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun.

Kedua nafiri -- atau disebut juga sangkakala -- harus ditiup oleh seorang imam, bukan oleh sidang jemaat. Jadi, nafiri-nafiri itu tidak boleh ditiup oleh sembarang orang. Dan itu harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya, turun-temurun.
Ketika kita mendengar firman Tuhan, biarlah selanjutnya kita melangkah sesuai ketetapan firman itu turun temurun, selama-lamanya.

“Dua nafiri atau sangkakala yang ditiup”, jelas menunjuk kepada; seruan firman Allah dan Roh Kudus atas umat-Nya, sama dengan; firman yang diurapi harus disampaikan kepada umat Tuhan (gereja Tuhan) di hari-hari terakhir ini.
Jadi, kedua nafiri perak inilah yang memberi komando (perintah) sehingga akhirnya bangsa Israel (umat Tuhan) mengerti kehendak Tuhan, antara lain;
-       Kapan mereka berkumpul untuk mengadakan ibadah.
-       Kapan mereka berhenti dan berjalan.
-       Kapan mereka maju berperang, dan seterusnya.
Semuanya itu ditentukan oleh seruan dari suara kedua nafiri perak tempaan tersebut.

“Perak”, jelas hal ini berbicara tentang; ketebusan oleh korban Kristus.
Kita bersyukur, dengan apa yang telah dikerjakan oleh Allah sebagai karya yang terbesar.

Matius 27: 3
(27:3) Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,

Yudas melihat bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati, lalu ia mengembalikan uang yang 30 (tiga puluh) perak itu.
Pendeknya, Yesus menjadi korban untuk menebus dosa manusia, sebab 30 (tiga puluh) uang perak, itu berbicara tentang; korban untuk menebus dosa manusia.

Sebab itu, setiap kali kita mendengarkan seruan dari firman yang diurapi, itulah gambaran dari dua nafiri perak tempaan, biarlah hal itu segera kita dengar dan perhatikan dengan sungguh-sungguh. Biarlah hal ini kita pahami dengan baik. Jangan kita tunda-tunda untuk mendengar dan memperhatikannya, sebab itu akan mengandung resiko yang sangat besar, mendatangkan kerugian yang besar.
Malam ini, seruan firman Tuhan sudah diperdengarkan, bunyi dua nafiri perak tempaan sudah diperdengarkan, oleh sebab itu, jangan ditunda-tunda untuk melakukan apa yang sudah kita dengar, untuk mendatangkan kebaikan tentunya.

Matius 27:45-46
(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. (27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Kira-kira jam tiga, berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Seruan ini bagaikan seruan dari suara kedua nafiri perak tempaan yang ditiup oleh imam. Bukankah Yesus adalah seorang Imam Besar Agung yang telah mengadakan pendamaian terhadap dosa di atas kayu salib?

Jadi, yang layak untuk meniup dua nafiri perak tempaan adalah seorang imam, bukan sembarang orang, dan sidang jemaat harus mengerti hal ini, khususnya saudara (para pemirsa) yang sedang mengikuti pemberitaan firman ini lewat live streaming Youtube, Facebook di mana pun anda berada, biarlah kiranya Tuhan memberkati saudara.

Selanjutnya kita perhatikan ayat 47-49.
Matius 27:47-49
(27:47) Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." (27:48) Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. (27:49) Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."

Ada tiga tanggapan dari tiga golongan (orang-orang) yang menyalibkan Yesus dan yang mendengarkan seruan itu.
-       Tanggapan dari golongan YANG PERTAMA, berkata: “Ia memanggil Elia.” … ayat 47. Ini adalah golongan yang mana perhatiannya hanya tertuju pada tanda-tanda atau kuasa-kuasa atau pun mujizat-mujizat, tetapi salib diabaikan, kehendak Allah diabaikan.
-       Tanggapan dari golongan YANG KEDUA: “Seorang dari mereka memberi Yesus minum dengan anggur asam”ayat 48. Ini adalah golongan dari anak-anak Tuhan yang senantiasa membuat keonaran dan kelaliman di tengah ibadah dan pelayanan, sesuai dengan nubuatan Yesaya 5:1-7.
-       Tanggapan dari golongan YANG KETIGA, berkata: “Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.” … ayat 49. Ini adalah golongan yang sangat mengecilkan kuasa salib.

Tiga golongan ini mengabaikan seruan firman Allah bagaikan seruan dari dua nafiri perak tempaan tadi.
Jangan kita ada dalam golongan ini, jangan kita menjadi salah satu dari tiga golongan ini. Mujizat memang ada sampai hari ini, tetapi yang utama, yang nomor satu adalah salib harus ditegakkan di tengah ibadah pelayanan ini.

1 Petrus 1:10
(1:10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.

Di sini kita melihat; nabi-nabi bernubuat kepada kita sampai sekarang ini tentang kasih karunia, bukan tentang yang lain-lain, bukan seperti tiga golongan di atas tadi. Tujuannya adalah untuk keselamatan jiwa kita masing-masing -- tidak lain, tidak bukan --, inilah yang benar.

Mujizat memang perlu;
-       Yang sakit sembuh.
-       Yang tidak ada menjadi ada. Umpamanya; dahulu tidak punya rumah, tetapi setelah ikut Tuhan, akhirnya punya rumah, punya uang, punya harta, punya kendaraan, dan lain sebagainya.
Itu tidak salah, tetapi hal itu tidak menyelamatkan. Yang menyelamatkan adalah kasih karunia Tuhan, itulah yang diteliti oleh nabi-nabi. Dan biarlah kita menerima pengertian ini dengan rendah hati.

1 Petrus 1:11
(1:11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.

Seruan dari firman yang diurapi yang disampaikan oleh nabi-nabi, yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan (pemimpin-pemimpin rumah Tuhan), itu jelas menceritakan tentang pribadi Yesus yang disalibkan, tentang penderitaan Kristus Yesus, tidak yang lain-lain.
Oleh sebab itu, jangan mau ditipu daya oleh kelicikan dari nabi-nabi palsu. Kita semua harus rendah hati, jangan bergantung kepada harta, kekayaan, tetapi bergantunglah kepada berita firman yang diurapi, yang isinya penuh dengan penderitaan Kristus yang menyelamatkan, itulah berita kasih karunia.

“ … Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.” Kalau kita mau menerima firman yang diurapi berisi tentang penderitaan Kristus, maka selanjutnya ialah “kemuliaan yang menyusul sesudah itu.”
Yang ada ini -- perkara lahiriah, harta duniawi -- tidak memberi kemuliaan, tidak memberi keselamatan, tidak menjanjikan apa-apa. Oleh sebab itu, saudara jangan sibuk dengan Theologi kemakmuran, tetapi perhatikanlah seruan dari dua nafiri perak tempaan, seperti halnya Yesus telah diserahkan hanya dengan 30 (tiga puluh) keping uang perak.

1 Petrus 1:12
(1:12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.

Hamba-hamba Tuhan yang jujur, tulus dan murni adalah hamba-hamba Tuhan yang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh; dia tidak melayani dirinya, dia tidak melayani perutnya, dia murni melayani Tuhan Yesus Kristus, dengan lain kata; menyampaikan firman yang diurapi dengan bobot tentang pribadi Yesus yang disalibkan.

Malaikat-malaikat merindukan berita semacam ini, tetapi berita salib tidak berlaku bagi malaikat. Apa buktinya? Manakala malaikat jatuh dalam dosa, dia langsung berubah menjadi setan. Tetapi umat Tuhan sangat diperhatikan; manakala kita jatuh dalam dosa, darah salib masih berlaku menyucikan dosa kita.
Malaikat membutuhkan, tetapi tidak diperhitungkan oleh Tuhan, kitalah yang diperhitungkan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, belajarlah untuk menghargai setiap firman yang diserukan. Jangan kita datang hanya untuk menjalankan ibadah rutinitas, itulah yang disebut ibadah Taurat. Malaikat saja butuh berita semacam ini, mengapa kita tidak? Jangan kita sia-siakan kesempatan yang ada. Kita memang harus sadar dalam penyerahan diri sepenuh kepada Tuhan dan hati kita bersedia, sampai kita nanti mengandung firman Allah dan Roh Kudus.

Dampak apabila dua nafiri perak ditiup.
Kita kembali membaca Injil Matius 27 untuk melihat dampak positif dan dampak negatif apabila dua nafiri perak tempaan itu ditiup.
Matius 27:8
(27:8) Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah.

“ … Tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah.” Biarlah ada tanda darah di hati kita masing-masing, sebab Tuhan yang membentuk kehidupan kita dari seonggok tanah liat. Dialah penjunan dan kitalah tanah liat; Dia membentuk kita segambar serupa dengan Dia.

Matius 27:9-10
(27:9) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, (27:10) dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku."

Bila dua nafiri perak ditiup, dampak positifnya bagi umat pilihan Tuhan ialah itu merupakan jaminan dari janji Allah yang memberi kemenangan dan keselamatan, sesuai dengan Zakharia 11:12-13 dan Yeremia 32:6-9.

Tetapi bila dua nafiri perak ditiup, hal itu merupakan dampak negatif bagi mereka yang menolak salib -- itulah dua nafiri perak tempaan yang ditiup oleh seorang imam --, di mana mereka akan mengalami kehancuran dan kebinasaan. Begitu juga dengan penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala dalam Wahyu 8:9; penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala itu berlaku bagi mereka yang menolak seruan dari firman Allah, bagaikan seruan dari dua nafiri perak tempaan.
Jadi, dua nafiri perak itu ditempa, bukan dicetak, melainkan “ditempa”, berarti dibentuk, dipukul. Bukankah hal itu sudah dialami oleh Yesus di atas kayu salib sebagai korban untuk menebus dosa kita masing-masing? Oleh sebab itu, marilah kita menghargainya.

Kembali saya sampaikan: Begitu juga dengan penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala berlaku bagi mereka yang menolak seruan dari firman Allah.
-       Bagi kita, gereja Tuhan atau sidang mempelai Tuhan, bila terjadi penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala, itu adalah suatu tanda positif, karena itu merupakan pembebasan atau perpisahan dari dunia ini. Singkatnya, penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala melepaskan anak-anak Tuhan dari dunia ini.
-       Tetapi bagi dunia, bila terjadi penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala, itu merupakan kehancuran yang menyusahkan setiap orang nantinya, sampai akhirnya binasa. Singkatnya, penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala merupakan kehancuran dan kebinasaan bagi mereka yang menolak firman.
Memang, nanti, langit yang pertama dan bumi yang pertama akan berlalu, diganti dengan langit yang baru dan bumi yang baru, dan laut pun tidak ada lagi.

Mari kita lihat PENGHUKUMAN DARI 7 (TUJUH) SANGKAKALA.
Penghukuman sangkakala YANG PERTAMA.
Wahyu 8:6-7
(8:6) Dan ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk meniup sangkakala. (8:7) Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.

Singkatnya, dunia ini dihantam oleh hujan es, api dan darah, sehingga akibatnya; 1/3 (sepertiga) bumi dan rumput hangus terbakar.

Penghukuman sangkakala YANG KEDUA.
Wahyu 8:8-9
(8:8) Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut. Dan sepertiga dari laut itu menjadi darah, (8:9) dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal.

Laut ditimpa dengan gunung yang besar yang menyala-nyala dengan api, akibatnya;
-       1/3 (sepertiga) laut menjadi darah.
-       1/3 (sepertiga) kapal hancur.
-       Mata pencaharian dari laut akan berhenti, sebab ikan-ikan mati.

Penghukuman sangkakala YANG KETIGA.
Wahyu 8:10-11
(8:10) Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. (8:11) Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit.

Sungai dan mata air ditimpa oleh bintang yang menyala seperti obor, namanya ialah Apsintus.
Akibatnya; segala mata air menjadi pahit dan banyak manusia mati oleh karena malapetaka ini.

Penghukuman sangkakala YANG KEEMPAT.
Wahyu 8:12-13
(8:12) Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari. (8:13) Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya."

1/3 (sepertiga) dari benda penerang di langit dipukul.
-       1/3 (sepertiga) matahari dipukul.
-       1/3 (sepertiga) bulan dipukul.
-       1/3 (sepertiga) bintang dipukul.
Akibatnya; terjadi kegelapan dari 1/3 (sepertiga) siang dan 1/3 (sepertiga) malam.

Penghukuman sangkakala YANG KELIMA.
Wahyu 9:1-12 merupakan “celaka yang pertama”, sehingga dunia dikejutkan dengan munculnya pasukan atau tentara sadis, seperti belalang. Berarti, suatu pasukan yang sudah teratur barisannya, gesit, cekatan, dan tangkas, singkatnya; terlatih. Itulah penghukuman dari sangkakala yang kelima.

Sebetulnya, ini adalah gambaran dari tentara-tentara (pasukan-pasukan) yang dilatih oleh antikris, dan itu merupakan penghukuman bagi dunia, tetapi penghukuman dari sangkakala yang kelima ini merupakan tanda positif bagi sidang mempelai, sebab itu adalah cara supaya akhirnya terjadi perpisahan dari ikatan dunia.

Penghukuman sangkakala YANG KEENAM.
Wahyu 9:13-20, ada suara keluar dari tanduk mezbah emas di hadapan Allah. Ini juga merupakan “celaka yang kedua.”

Penghukuman sangkakala YANG KETUJUH.
Wahyu 11 s.d Wahyu 15:1-4, ini merupakan “celaka yang ketiga.”

Inilah tujuh sangkakala yang ditiup oleh 7 (tujuh) malaikat sebagai penghukuman bagi mereka yang menolak firman Tuhan. Kita belajar dari; bagaimana Tuhan memimpin bangsa Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun, di mana bangsa Israel sebagai umat Tuhan senantiasa menunggu (menanti) komando, itulah suara yang terdengar dari seruan dua nafiri perak tempaan yang ditiup oleh imam.
Pengertian dan pernyataan Allah ini jangan ditolak supaya kita jangan turut dihukum oleh penghukuman dari tujuh malaikat yang meniup tujuh sangkakala tersebut.

Ibrani 12:22,25
(12:22) Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, (12:25) Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?

Sekarang, kita sudah datang dan berada di Bukit Sion, kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi, kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, lewat Kebaktian (Ibadah) Minggu malam hari ini, tetapi jagalah supaya kamu jangan menolak Dia yang berfirman, seperti ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua menolak, sehingga mereka tidak luput dari penghukuman.

Kalau mereka -- itulah imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua -- menolak Dia yang berfirman dari sorga tidak luput dari penghukuman, apalagi kita yang adalah bangsa kafir? Perhatikanlah hal ini dengan sungguh-sungguh.
Kalau kita mendengarkan seruan dua nafiri perak tempaan yang ditiup oleh imam, itu mendatangkan kebaikan kepada kita. Oleh sebab itu, jangan tolak Dia yang berfirman dari sorga, supaya kita luput dari penghukuman dari 7 sangkakala.

Ibrani 12:26-27
(12:26) Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." (12:27) Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan.

Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi …” Waktu Allah berfirman di atas gunung Sinai, Dia menggoncang bumi, Dia menggoncang gunung Sinai, sampai bangsa Israel mengalami ketakutan, tetapi Allah berfirman dari sorga kepada kita sekarang ini dengan tujuan untuk memberikan janji. Apa janji-Nya? Yaitu langit yang baru dan bumi yang baru, sebab di sini Tuhan berkata: “Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan.” Itulah langit yang baru dan bumi yang baru; hidup kekal sampai selama-lamanya, tidak tergoncangkan. Ini adalah janji yang akan kita terima kalau kita menghargai firman dari sorga.

Jadi, sudah sangat jelas; penghukuman dari tujuh sangkakala merupakan tanda positif bagi sidang mempelai Tuhan, tetapi bagi dunia merupakan tanda negatif.
-       Tanda positif bagi sidang mempelai, karena itu merupakan waktu atau saat di mana nanti terjadi perpisahan dengan ikatan-ikatan yang berasal dari dunia ini.
-  Tanda negatif bagi dunia, karena itu merupakan penghukuman yang menyulitkan dan penghancuran yang berujung pada kebinasaan.
Oleh pengertian semacam ini, tentu kita patut bersyukur kepada Tuhan. Janji Tuhan “ya” dan “amin”. Firman Allah yang diserukan, yang disuarakan malam ini sebagai pantulan dari 2000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib, itu merupakan janji keselamatan bagi kita masing-masing. Seruan itu naik di hadirat Tuhan, naik ke langit, lalu dipantulkan malam ini dari langit (dari sorga), itulah jaminan keselamatan bagi sidang mempelai Tuhan.

Jadi, bukanlah suatu kerugian kalau kita dengar-dengaran terhadap suara Pengajaran Firman Allah, apalagi kalau itu bertitik fokus kepada berita salib. Tetapi lihat, mereka yang seharusnya adalah pemilik janji, namun mereka tidak luput dari penghukuman, itulah imam-imam kepala, tua-tua dan ahli-ahli Taurat. Jika ternyata mereka tidak luput dari penghukuman, apalagi bangsa kafir yang menolak firman Allah?

-     Kalau dikaitkan dengan “waktu”, waktu yang ada tinggal sedikit lagi, berarti kita ini sedang berada pada detik-detik terakhir di mana kedatangan Tuhan tidak lama lagi.
-       Kalau dikaitkan dengan “perjalanan rohani”, berarti sudah berada pada mil-mil yang terakhir.
Oleh sebab itu, janganlah kita sibuk berburu daging seperti Esau, sebab kesempatan tinggal sedikit lagi. Jangan sia-siakan.

Ibrani 12:28
(12:28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.

Karena janji firman yang akan kita terima adalah kerajaan yang tak tergoncangkan, maka marilah kita membuktikan dua hal di hadapan Tuhan, yaitu:
Yang Pertama: “Mengucap syukur
-       Dalam susah maupun senang, biarlah senantiasa mengucap syukur.
-       Saat diberkati mengucap syukur.
-       Saat dipercayakan untuk memikul sebuah tanggung jawab, sebuah beban di atas pundak, juga mengucap syukur.

Yang Kedua: “Beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya.
Bagaimana beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan? Berarti, di tengah-tengah ibadah pelayanan itu; salib ditegakkan. Jadi, di situ tidak ada firman yang ditambahkan dan firman yang dikurangkan.
-       Firman yang ditambahkan, berarti; menyampaikan satu dua ayat, lalu ditambahkan cerita-cerita isapan jempol, ditambahkan dongeng nenek-nenek tua, ditambahkan takhayul-takhayul, ditambahkan filsafat-filsafat kosong manusia, dan seterusnya.
-       Firman yang dikurangkan, berarti; Pengajaran Salib diganti dua hal, yaitu:
1.     Theologi kemakmuran, artinya; orang Kristen tidak boleh miskin, harus kaya.
2.     Diganti dengan mujizat-mujizat, tanda-tanda heran semata, tetapi pengajaran salib diabaikan.

Kemudian, di sini dikatakan: Beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya disertai “dengan hormat dan takut”.
Hormat, sama dengan; kemuliaan hanya bagi Tuhan, tidak untuk yang lain.
Takut, sama dengan; tidak berani untuk berbuat dosa, selain hidup menjaga kekudusannya di hadapan Tuhan.

Ibrani 12:29
(12:29) Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.

Perlu untuk diketahui: “Allah kita adalah api yang menghanguskan.” Oleh sebab itu, jangan tolak firman Allah yang disampaikan.

-       Saat ini saya sedang berjuang dan bergumul dalam doa, terkhusus kepada mereka yang masih bermain-main dalam beribadah dan melayani Tuhan. Mungkin, sudah ada di tengah ibadah, tetapi masih bermain-main dengan kejahatan dan kenajisan.
-       Kemudian, saya juga sedang bergumul kepada mereka yang sedang menjalankan ibadah Taurat (ibadah lahiriah), beribadah namun hanya rutinitas saja.
-       Dan sedang bergumul juga kepada sidang jemaat yang masih menyembunyikan dosanya.
Karena Tuhan sudah beritahukan kepada saya, ternyata masih banyak di antara imam-imam, masih banyak di antara sidang jemaat yang masih menyembunyikan dosanya. Perhatikanlah hal itu dengan sungguh-sungguh dan jangan ditolak.

Yohanes 12:45
(12:45) dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.

Hal ini harus kita ketahui dengan pasti, bahwa: “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.” Oleh sebab itu, mari kita perhatikan ayat selanjutnya.

Yohanes 12:46
(12:46) Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.

Firman itu adalah terang dunia, yang menerangi kehidupan kita, sehingga kita tidak tinggal dalam gelap dan tidak ada dosa yang disembunyikan, sebab dosa dibongkar dengan tuntas. Manakala firman ditampilkan di tengah ibadah dan pelayanan, jangan ditolak.

Yohanes 12:47-48
(12:47) Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. (12:48) Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.

Barangsiapa menolak firman Allah yang diserukan (disuarakan) di tengah ibadah dan pelayanan, sudah ada hakimnya. Siapa hakimnya? Yaitu Firman Allah yang disampaikan itu sendiri, itulah yang menjadi hakimnya. Itulah hukuman dari 7 (tujuh) sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat tadi.

Hati-hati, jangan kita menolak Dia yang sedang berfirman dari sorga, sebab Dia sedang menyatakan janji-Nya kepada kita, yaitu; langit yang baru, bumi yang baru, itulah kerajaan yang tak tergoncangkan, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama akan berlalu manakala goncangan terjadi oleh karena penghukuman dari tujuh sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat Allah.
Marilah kita dengar dan kita terima apa yang telah diserukan dari sorga malam ini untuk kita. Belajarlah untuk dewasa, belajar untuk bijaksana, terimalah dengan rendah hati, jangan bersungut-sungut, jangan panas hati, jangan tawar hati.
Memang betul Alkitab mengatakan: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Sebab itu, saudara yang beruang, yang memiliki kedudukan jabatan, jangan tawar hati, tetapi biarlah kita rendah hati menerima apa yang diserukan dari sorga. Oleh sebab itu, berbahagialah yang kecil, yang hina, yang miskin, itulah gambaran dari orang yang senantiasa memperhatikan seruan dari Pengajaran Salib, yang setia memikul salib. Mari kita belajar dari seorang Maria yang masih muda.

SYARAT UNTUK MENGANDUNG FIRMAN ALLAH.
Lukas 1:27
(1:27) kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.

Jadi, syarat untuk mengandung Firman Allah yang diurapi itu adalah “seorang perawan”.
Gambaran “perawan” di sini, kita akan temukan dalam Wahyu 14:4, berarti angka 144 (seratus empat puluh empat), ini adalah bilangan yang sangat diberkati oleh Tuhan, dengan lain kata; bilangan Tuhan Yesus, bilangan dari kota Yerusalem Baru dan temboknya.

Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan.

“Murni sama seperti perawan”, artinya; suci di atas suci. Mengapa bisa terjadi? Karena mereka tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan.
“Perempuan-perempuan” di sini bukanlah perempuan-perempuan sembarangan, tetapi ini adalah perempuan-perempuan dengan segala kelicikan-kelicikannya. “Perempuan-perempuan” itu ialah:
1.     Perempuan Izebel, di mana ajarannya adalah menyebabkan gereja Tuhan menolak Kristus sebagai Kepala, menolak Kristus sebagai penyelamat tubuh.
2.     Perempuan Babel. Ditulis dengan gamblang dalam Wahyu 17-18, di mana pekerjaan dari wanita Babel ini adalah untuk menghambat pembangunan tubuh Kristus yang sempurna di dalam Wahyu 19:6-9. Jadi, Wahyu 17-18 -- yang merupakan keberadaan dari Babel besar, ibu dari semua pelacur -- menghambat Wahyu 19 -- yang adalah pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah pesta nikah Anak Domba --.
Tetapi di sini kita melihat, mereka itu “murni sama seperti perawan”, artinya; tidak mencemarkan dirinya dengan kedua perempuan yang licik ini.

Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi.” Arti rohaninya untuk kita sekarang adalah menyangkal diri, memikul salibnya, mengikut Tuhan.
-       Menyangkal diri, berarti; tidak mengakui segala apa pun yang kita miliki, tidak mengakui segala kelebihan yang dimiliki, sama dengan; tidak bermegah, tidak sombong.

-    Memikul salib, berarti; memikul sebuah tanggung jawab. Sebuah beban yang ditaruh di atas pundak harus dipikul. Setiap orang harus memikul tanggung jawabnya masing-masing, baik sebagai;
1.     Suami yang adalah kepala rumah tangga.

2.     Isteri yang adalah penopang rumah tangga.
3.     Anak yang hormat kepada orang tua.
4.     Hamba yang tunduk kepada tuannya.
5.     Seorang tuan yang memperhatikan hamba-hambanya.

Setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing yang harus dipikul.

-       Mengikut Tuhan. Inilah pengikutan yang benar, yaitu; di mana Tuhan berada, di situ pun pelayan-pelayan Tuhan berada. Berarti, masuk dalam pengalaman kematian, supaya pada hari yang ketiga dibangkitkan bersama-sama dengan Dia, ini adalah pengikutan yang benar. Kalau kita mengikuti Tuhan hanya karena mujizat, maka sama saja dengan kisah yang tertulis dalam Injil Yohanes 6, di mana;
Ø  Pada ayat 2-3, orang-orang Yahudi berbondong-bondong mengikuti Yesus hanya karena mujizat kesembuhan yang diadakan oleh-Nya.

Ø  Lalu pada ayat 10-14, mereka juga berbondong-bondong mengikuti Yesus hanya karena mujizat lima roti dan dua ikan.

Tetapi manakala Yesus menyatakan diri-Nya sebagai roti hidup, roti yang turun dari sorga, di mana “Yesus memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga Tubuh-Nya benar-benar makanan dan Darah-Nya benar-benar minuman”, mereka justru mengundurkan diri.
Jadi, pengikutan yang benar ialah masuk dalam pengalaman kematian dan hari ketiga bangkit bersama-sama dengan Dia, kelak dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Inilah pengikutan yang benar.

Itulah gambaran dari seorang perawan, gambaran dari seorang Maria, gereja yang suci.

Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.

Adapun jumlah perawan suci ini adalah 144000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.

Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya”, jelas ini menunjuk kepada suatu kehidupan yang bisa mengikuti irama di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Irama yang harus kita ikuti di tegah ibadah dan pelayanan ini adalah pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya, bagaikan mengikuti nada tinggi dan naga rendah.

Selanjutnya, dari mulut mereka keluar “nyanyian baru”, nyanyian yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun, kecuali 144000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut. Jelas ini menunjuk; persekutuan yang indah atau persekutuan yang intim dengan Tuhan, bagaikan hubungan suami isteri. Inilah hubungan nikah, bagaikan tubuh dengan kepala menyatu. Kalau hubungan itu intim, maka akan menghasilkan nyanyian baru. Demikian juga, kalau hubungan kita intim dengan Tuhan, maka akan menghasilkan nyanyian baru, penyembahan dengan suara asing (logat ganjil), itulah bahasa lidah (bahasa Roh), berarti;
-       Tidak ada lagi kata-kata yang lama yang keluar dari mulut ini.
-       Tidak ada lagi perbuatan-perbuatan yang lama yang nampak keluar dari sikap dan perbuatan kita masing-masing.
Dua hal ini akan terjadi jikalau terjadi hubungan yang intim dengan Tuhan. Inilah perawan, sebagai syarat untuk mengandung dari benih Firman Allah.  Kita patut berbahagia karena Tuhan sangat memperhatikan kita masing-masing.

Selanjutnya, kita akan memeriksa “perempuan yang sedang mengandung” ini dengan keadaan yang kedua.
Wahyu 12:2
(12:2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.

Selanjutnya, “hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.” Inilah puncak kesesakan yang akan dialami oleh gereja Tuhan menjelang kedatangan Tuhan pada kali yang kedua.

Puncak penderitaan dari seorang wanita yang sedang mengandung ialah saat detik-detik ia hendak melahirkan anak; inilah penderitaan yang sudah sampai di leher. Jika kita mengalami penderitaan semacam ini, jangan sampai berhenti di tengah jalan, tetapi lanjutkan saja, sebab tidak lama lagi akan terjadi kelepasan besar manakala anak yang dikandung itu lahir. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas pada Wahyu 9.

Wahyu 9:13
(9:13) Lalu malaikat yang keenam meniup sangkakalanya, dan aku mendengar suatu suara keluar dari keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah,

Perikop ayat ini adalah “Sangkakala yang keenam”. Di atas tadi sudah saya katakan, bahwa; mempelai wanita Tuhan mengandung, itu dimulai dari Wahyu 8:6 s.d Wahyu 12:1-6.

Malaikat keenam meniup sangkakalanya. Pada saat itu ada “suatu suara keluar dari keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah”.

Apa yang dimaksud dengan “tanduk mezbah emas” ?
Keluaran 30:10
(30:10) Sekali setahun haruslah Harun mengadakan pendamaian di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian haruslah ia sekali setahun mengadakan pendamaian bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun; itulah barang maha kudus bagi TUHAN."

Singkatnya, tanduk dari mezbah dupa emas diolesi dengan darah korban pendamaian setiap sekali setahun. Itulah tanduk emas dari mezbah dupa emas yang di hadapan Allah, di mana sekali setahun diolesi oleh darah korban pendamaian.

Sedangkan, “suara yang keluar” -- dalam Wahyu 9:13 -- adalah seruan atau sesembahan atau keluh kesah jiwa dari sidang mempelai Tuhan yang pada saat itu berada pada puncak kandungan pada detik-detik terakhir menjelang lahirnya anak laki-laki itu, disebut dengan puncak kesesakan yang terjadi di bumi ini. Dia berusaha melepaskan diri dari segala ikatan dosa oleh daging, oleh dunia dengan arusnya, oleh Iblis Setan, dalam keluhan penderitaan, ia berteriak kesakitan.
Inilah puncak kesesakan itu; ada suara (seruan), ada sembah, ada keluh kesah, yang ingin melepaskan dari ikatan, dari dosa dunia, dari dosa daging, dari dosa Iblis atau Setan, karena cintanya kepada Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, sudah tidak bisa dibendung lagi.

Roma 8:26
(8:26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.

Dengan segala keluh kesah, sesembahan dengan keluh kesah, ketika tidak bisa lagi berbuat apa-apa karena kesesakan itu sudah berada pada puncaknya, tetapi Roh Tuhan membantu dalam kelemahan kita, membantu dalam keluh kesah kita.

Roma 8:27-28
(8:27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. (8:28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Kasih Mempelai pada masa kesesakan itu, sungguh luar biasa. Dengan keluh kesah, dengan sesembahan yang keluar dari mulut, tidak bisa lagi terucap, tetapi Roh Tuhan membantu menaikkan doa-doa keluh kesah kita. Tetapi itu merupakan tanda bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Dia, yaitu; Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga lebih dari yang ada di dunia ini.

Roma 8:29-30
(8:29) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (8:30) Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya untuk menjadi milik kepunyaan-Nya. Jadi, mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu akan dipermuliakan.

Jadi, ayat ini sama dengan Keluaran 30:10, juga sama dengan Wahyu 9, di mana dari tanduk itu keluar suara, itulah suara keluh kesah, itulah suara penyembahan.
Memang, kalau kita sudah berada di dalam puncak rohani, walaupun berada di dalam keluhan dan kesesakan, gereja Tuhan mungkin tidak berdaya lagi, tetapi ada aktivitas yang lain; di dalam ketidakberdayaan itu, gereja Tuhan hanya bisa berseru dan menyembah kepada Tuhan.  Tetapi ingat; Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan, Roh Tuhan akan membantu kita dengan segala keluhan-keluhan yang kita alami oleh karena puncak kesesakan yang dialami, bagaikan seorang perempuan mengandung; dia banyak mengeluh karena menderita kesakitan saat hendak melahirkan anak laki-laki.

Kisah Para Rasul 14:21-22
(14:21) Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. (14:22) Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.

Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak sengsara. Sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, tetapi lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan. Maka, yang dibutuhkan di sini adalah ketabahan dan bertekun di dalam iman.

Biarlah kiranya seruan (suara) Firman yang dinyatakan dari sorga tentang Wahyu 12:2 ini tergenapi dalam setiap kehidupan kita masing-masing. Dua hal telah kita perhatikan:
-       “Sedang mengandung”, menunjuk; penyerahan diri sepenuh, serta kesediaan hati kita untuk dipakai oleh Tuhan, untuk mengandung dari Firman dan Roh Kudus.
-       Dalam keluhan, ia “menderita kesakitan karena hendak melahirkan anak laki-laki”. Memang, untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak sengsara. Orang yang mau hidup beribadah, ia banyak menanggung penderitaan, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada Timotius. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment