IBADAH RAYA MINGGU, 03 MEI 2020
WAHYU PASAL 12
(Seri: 4)
Subtema: PEREMPUAN MENGANDUNG DAN MENDERITA KESAKITAN
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur
dan berterima kasih kepada Tuhan, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang telah
memungkinkan kita di hari-hari ini untuk berada di dalam perhimpunan Ibadah
(Kebaktian) di malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak
Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, marilah kita berdoa bersama-sama memohon kepada kemurahan Tuhan
supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.
Kita terima firman penggembalaan untuk
Ibadah (Kebaktian) Raya Minggu dari WAHYU PASAL 12.
Wahyu 12:2
(12:2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya
hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.
Kalimat pertama yang menjadi pusat
perhatian kita dari ayat 2 ini ialah: “Ia sedang mengandung”.
Sebenarnya, hal ini telah disampaikan pada
minggu yang lalu, namun saya anggap hal itu sebagai seri yang pertama dari “Ia
sedang mengandung”.
Mempelai wanita Tuhan ini dinyatakan
mengandung. Kalau kita amati dan teliti dengan seksama, kandungan 9 (sembilan)
bulan ini dimulai dari Wahyu 8 sampai dengan Wahyu 12. -- Nanti,
sidang jemaat maupun para pemirsa yang sedang mengikuti pemberitaan firman
Tuhan lewat live streaming bisa membaca dan memperhatikan Wahyu 8 s.d Wahyu
12 dengan baik di rumah masing-masing. --
Sedangkan puncak kandungan sampai dengan
lahirnya anak laki-laki, itu jelas dinyatakan dalam Wahyu 12:1-6.
Arti “mengandung” di sini, menunjuk kepada;
penyerahan diri dan kesediaan dari mempelai wanita Tuhan untuk menyimpan dan
sekaligus melakukan firman Allah, jelas oleh pertolongan kuasa Roh-El Kudus.
Oleh penyerahan diri dan kesediaan hati
kita, jelas kita akan dipakai Tuhan dalam setiap kegiatan Roh-El Kudus,
sehingga gereja Tuhan bisa mengasihi Tuhan lebih dari apa pun di dunia ini. -- Itu
sudah pasti. –
Kita bandingkan dengan MARIA pada masa
MENGANDUNG.
Lukas 1:26-28
(1:26) Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke
sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, (1:27) kepada seorang perawan
yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan
itu Maria. (1:28) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia
berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan
menyertai engkau."
Ketika malaikat Gabriel masuk ke rumah
Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai
engkau.”
Hal yang senada juga dinyatakan kepada kita
lewat firman malaikat yang dinyatakan di tengah perhimpunan Kebaktian Minggu
malam ini.
Lukas 1:29
(1:29) Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam
hatinya, apakah arti salam itu.
Maria tentu terkejut mendengar perkataan
malaikat itu dan bertanya-tanya di dalam hatinya: “Apakah arti salam itu.”
Lukas 1:30-33
(1:30) Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau
beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (1:31) Sesungguhnya engkau
akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau
menamai Dia Yesus. (1:32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta
Daud, bapa leluhur-Nya, (1:33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum
keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan
berkesudahan."
“Kata malaikat itu kepadanya:
"Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan
Allah.” Biarlah kiranya hal itu juga nyata bagi kita, sehingga kita semua
beroleh kasih karunia.
Malaikat Gabriel langsung saja
memberitahukan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan anak laki-laki, yang
tidak lain akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi, Dia Raja di atas
segala raja, dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.
Lukas 1:34
(1:34) Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin
terjadi, karena aku belum bersuami?"
Lalu Maria kembali bertanya: “Bagaimana
hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Ini adalah pertanyaan
yang lumrah ditanyakan oleh Maria, karena memang dia belum bersuami. Mengandung
dan melahirkan anak laki-laki, namun belum bersuami, maka wajar saja jika
Maria bertanya kepada malaikat itu.
Lukas 1:35
(1:35) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun
atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak
yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Malaikat itu berkata: “Roh Kudus akan
turun atasmu …” Artinya, Maria mengandung dari Roh Kudus, dan selanjutnya
kuasa Allah Yang Mahatinggi menjadi naungan atasnya. Membaca ayat ini, sungguh
membuat kita terharu.
Inilah salam dari Gabriel, malaikat Tuhan,
kepada Maria; dia seorang yang dikaruniai dan Tuhan menyertai dia.
Lukas 1:38
(1:38) Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Selanjutnya, Maria mengunci dengan kata
terakhir: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu.” Singkatnya, Maria menyerahkan diri untuk Tuhan dan
hatinya bersedia untuk mengandung anak laki-laki, yaitu Firman Allah dari Roh
Kudus.
Kesimpulannya: Firman nubuatan dalam Bilangan 10:1-10 tergenapilah di
dalam pribadi Maria.
Sedikit saya tambahkan: Mari kita memberi
diri dipimpin oleh suara firman Tuhan, mengingat hari-hari ini adalah hari-hari
terakhir, sampai benar-benar firman itu tergenapi dan kita mengandung firman oleh
kuasa Roh Kudus. Ayo, beri diri dipimpin oleh Firman Tuhan, sehingga kita
berjalan melangkah sesuai dengan ketetapan firman, bukan menurut daging dan
keinginannya lagi.
Bilangan 10:2
(10:2) "Buatlah dua nafiri dari perak. Dari perak tempaan harus kaubuat
itu, supaya dipergunakan untuk memanggil umat Israel dan untuk menyuruh
laskar-laskarnya berangkat.
Dua nafiri dari perak tempaan dipergunakan
untuk:
1.
Memanggil
umat Israel.
2.
Menyuruh
laskar-laskarnya berangkat.
Berarti, jelas, bunyi dari dua nafiri perak
tempaan ini adalah untuk “memanggil” dan “menyuruh”.
-
Kita
berada di tengah-tengah ibadah pelayanan, itu adalah tanda bahwa kita
“dipanggil”. Oleh sebab itu, biarlah kita berpadanan dengan panggilan itu.
-
Selanjutnya,
“menyuruh”, berarti ada perintah yang selanjutnya untuk kita lakukan. Kita
berjalan sesuai langkah-langkah yang ditetapkan oleh Firman Allah, sehingga
kelak nanti sampai pada tujuan, sasaran akhir perjalanan rohani kita
masing-masing.
Bilangan 10:8
(10:8) Nafiri-nafiri itu harus ditiup oleh anak-anak imam
Harun; itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu
turun-temurun.
Kedua nafiri -- atau disebut juga
sangkakala -- harus ditiup oleh seorang imam, bukan oleh sidang jemaat. Jadi,
nafiri-nafiri itu tidak boleh ditiup oleh sembarang orang. Dan itu harus
menjadi ketetapan untuk selama-lamanya, turun-temurun.
Ketika kita mendengar firman Tuhan, biarlah
selanjutnya kita melangkah sesuai ketetapan firman itu turun temurun,
selama-lamanya.
“Dua nafiri atau sangkakala yang ditiup”,
jelas menunjuk kepada; seruan firman Allah dan Roh Kudus atas umat-Nya, sama
dengan; firman yang diurapi harus disampaikan kepada umat Tuhan (gereja Tuhan)
di hari-hari terakhir ini.
Jadi, kedua nafiri perak inilah yang
memberi komando (perintah) sehingga akhirnya bangsa Israel (umat Tuhan)
mengerti kehendak Tuhan, antara lain;
-
Kapan
mereka berkumpul untuk mengadakan ibadah.
-
Kapan
mereka berhenti dan berjalan.
-
Kapan
mereka maju berperang, dan seterusnya.
Semuanya itu ditentukan oleh seruan dari
suara kedua nafiri perak tempaan tersebut.
“Perak”, jelas hal ini berbicara tentang;
ketebusan oleh korban Kristus.
Kita bersyukur, dengan apa yang telah
dikerjakan oleh Allah sebagai karya yang terbesar.
Matius 27: 3
(27:3) Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus
telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang
yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,
Yudas melihat bahwa Yesus dijatuhi hukuman
mati, lalu ia mengembalikan uang yang 30 (tiga puluh) perak itu.
Pendeknya, Yesus menjadi korban untuk
menebus dosa manusia, sebab 30 (tiga puluh) uang perak, itu berbicara tentang;
korban untuk menebus dosa manusia.
Sebab itu, setiap kali kita mendengarkan
seruan dari firman yang diurapi, itulah gambaran dari dua nafiri perak tempaan,
biarlah hal itu segera kita dengar dan perhatikan dengan sungguh-sungguh.
Biarlah hal ini kita pahami dengan baik. Jangan kita tunda-tunda untuk
mendengar dan memperhatikannya, sebab itu akan mengandung resiko yang sangat
besar, mendatangkan kerugian yang besar.
Malam ini, seruan firman Tuhan sudah
diperdengarkan, bunyi dua nafiri perak tempaan sudah diperdengarkan, oleh sebab
itu, jangan ditunda-tunda untuk melakukan apa yang sudah kita dengar, untuk
mendatangkan kebaikan tentunya.
Matius 27:45-46
(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu
sampai jam tiga. (27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan
suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Kira-kira jam tiga, berserulah Yesus dengan
suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Seruan ini bagaikan seruan dari suara kedua
nafiri perak tempaan yang ditiup oleh imam. Bukankah Yesus adalah seorang Imam
Besar Agung yang telah mengadakan pendamaian terhadap dosa di atas kayu salib?
Jadi, yang layak untuk meniup dua nafiri
perak tempaan adalah seorang imam, bukan sembarang orang, dan sidang jemaat
harus mengerti hal ini, khususnya saudara (para pemirsa) yang sedang mengikuti
pemberitaan firman ini lewat live streaming Youtube, Facebook di mana
pun anda berada, biarlah kiranya Tuhan memberkati saudara.
Selanjutnya kita perhatikan ayat 47-49.
Matius 27:47-49
(27:47) Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia
memanggil Elia." (27:48) Dan segeralah datang seorang dari
mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam,
lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. (27:49)
Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah
Elia datang untuk menyelamatkan Dia."
Ada tiga tanggapan dari tiga golongan
(orang-orang) yang menyalibkan Yesus dan yang mendengarkan seruan itu.
-
Tanggapan
dari golongan YANG PERTAMA, berkata: “Ia memanggil Elia.” … ayat 47.
Ini adalah golongan yang mana perhatiannya hanya tertuju pada tanda-tanda atau
kuasa-kuasa atau pun mujizat-mujizat, tetapi salib diabaikan, kehendak Allah
diabaikan.
-
Tanggapan
dari golongan YANG KEDUA: “Seorang dari mereka memberi Yesus minum dengan
anggur asam” … ayat 48. Ini adalah golongan dari anak-anak Tuhan
yang senantiasa membuat keonaran dan kelaliman di tengah ibadah
dan pelayanan, sesuai dengan nubuatan Yesaya 5:1-7.
-
Tanggapan
dari golongan YANG KETIGA, berkata: “Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia
datang untuk menyelamatkan Dia.” … ayat 49. Ini adalah golongan yang
sangat mengecilkan kuasa salib.
Tiga golongan ini mengabaikan seruan firman
Allah bagaikan seruan dari dua nafiri perak tempaan tadi.
Jangan kita ada dalam golongan ini, jangan
kita menjadi salah satu dari tiga golongan ini. Mujizat memang ada sampai hari
ini, tetapi yang utama, yang nomor satu adalah salib harus ditegakkan di tengah
ibadah pelayanan ini.
1 Petrus 1:10
(1:10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh
nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan
bagimu.
Di sini kita melihat; nabi-nabi bernubuat
kepada kita sampai sekarang ini tentang kasih karunia, bukan tentang yang
lain-lain, bukan seperti tiga golongan di atas tadi. Tujuannya adalah untuk
keselamatan jiwa kita masing-masing -- tidak lain, tidak bukan --, inilah yang
benar.
Mujizat memang perlu;
-
Yang sakit
sembuh.
-
Yang tidak
ada menjadi ada. Umpamanya; dahulu tidak punya rumah, tetapi setelah ikut
Tuhan, akhirnya punya rumah, punya uang, punya harta, punya kendaraan, dan lain
sebagainya.
Itu tidak salah, tetapi hal itu tidak
menyelamatkan. Yang menyelamatkan adalah kasih karunia Tuhan, itulah yang
diteliti oleh nabi-nabi. Dan biarlah kita menerima pengertian ini dengan rendah
hati.
1 Petrus 1:11
(1:11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang
dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang
sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa
Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Seruan dari firman yang diurapi yang
disampaikan oleh nabi-nabi, yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan
(pemimpin-pemimpin rumah Tuhan), itu jelas menceritakan tentang pribadi Yesus
yang disalibkan, tentang penderitaan Kristus Yesus, tidak yang lain-lain.
Oleh sebab itu, jangan mau ditipu daya oleh
kelicikan dari nabi-nabi palsu. Kita semua harus rendah hati, jangan bergantung
kepada harta, kekayaan, tetapi bergantunglah kepada berita firman yang diurapi,
yang isinya penuh dengan penderitaan Kristus yang menyelamatkan, itulah berita
kasih karunia.
“ … Roh yang sebelumnya memberi
kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang
segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.” Kalau kita mau menerima firman
yang diurapi berisi tentang penderitaan Kristus, maka selanjutnya ialah “kemuliaan
yang menyusul sesudah itu.”
Yang ada ini -- perkara lahiriah, harta
duniawi -- tidak memberi kemuliaan, tidak memberi keselamatan, tidak
menjanjikan apa-apa. Oleh sebab itu, saudara jangan sibuk dengan Theologi
kemakmuran, tetapi perhatikanlah seruan dari dua nafiri perak tempaan, seperti
halnya Yesus telah diserahkan hanya dengan 30 (tiga puluh) keping uang perak.
1 Petrus 1:12
(1:12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri
mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah
diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh
Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu,
yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Hamba-hamba Tuhan yang jujur, tulus dan
murni adalah hamba-hamba Tuhan yang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh; dia
tidak melayani dirinya, dia tidak melayani perutnya, dia murni melayani Tuhan
Yesus Kristus, dengan lain kata; menyampaikan firman yang diurapi dengan bobot
tentang pribadi Yesus yang disalibkan.
Malaikat-malaikat merindukan berita semacam
ini, tetapi berita salib tidak berlaku bagi malaikat. Apa buktinya? Manakala
malaikat jatuh dalam dosa, dia langsung berubah menjadi setan. Tetapi umat
Tuhan sangat diperhatikan; manakala kita jatuh dalam dosa, darah salib masih
berlaku menyucikan dosa kita.
Malaikat membutuhkan, tetapi tidak
diperhitungkan oleh Tuhan, kitalah yang diperhitungkan oleh Tuhan. Oleh sebab
itu, belajarlah untuk menghargai setiap firman yang diserukan. Jangan kita
datang hanya untuk menjalankan ibadah rutinitas, itulah yang disebut ibadah
Taurat. Malaikat saja butuh berita semacam ini, mengapa kita tidak? Jangan kita
sia-siakan kesempatan yang ada. Kita memang harus sadar dalam penyerahan diri
sepenuh kepada Tuhan dan hati kita bersedia, sampai kita nanti mengandung
firman Allah dan Roh Kudus.
Dampak apabila dua nafiri perak ditiup.
Kita kembali membaca Injil Matius 27
untuk melihat dampak positif dan dampak negatif apabila dua
nafiri perak tempaan itu ditiup.
Matius 27:8
(27:8) Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah
Darah.
“ … Tanah itu sampai pada hari ini
disebut Tanah Darah.” Biarlah ada tanda darah di hati kita masing-masing,
sebab Tuhan yang membentuk kehidupan kita dari seonggok tanah liat. Dialah
penjunan dan kitalah tanah liat; Dia membentuk kita segambar serupa dengan Dia.
Matius 27:9-10
(27:9) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
"Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan
untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, (27:10)
dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang
dipesankan Tuhan kepadaku."
Bila dua nafiri perak ditiup, dampak
positifnya bagi umat pilihan Tuhan ialah itu merupakan jaminan dari janji
Allah yang memberi kemenangan dan keselamatan, sesuai dengan Zakharia
11:12-13 dan Yeremia 32:6-9.
Tetapi bila dua nafiri perak ditiup, hal
itu merupakan dampak negatif bagi mereka yang menolak salib -- itulah
dua nafiri perak tempaan yang ditiup oleh seorang imam --, di mana mereka akan
mengalami kehancuran dan kebinasaan. Begitu juga dengan penghukuman dari 7
(tujuh) sangkakala dalam Wahyu 8:9; penghukuman dari 7 (tujuh)
sangkakala itu berlaku bagi mereka yang menolak seruan dari firman Allah,
bagaikan seruan dari dua nafiri perak tempaan.
Jadi, dua nafiri perak itu ditempa, bukan
dicetak, melainkan “ditempa”, berarti dibentuk, dipukul. Bukankah hal itu sudah
dialami oleh Yesus di atas kayu salib sebagai korban untuk menebus dosa kita
masing-masing? Oleh sebab itu, marilah kita menghargainya.
Kembali saya sampaikan: Begitu juga dengan
penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala berlaku bagi mereka yang menolak seruan
dari firman Allah.
-
Bagi kita,
gereja Tuhan atau sidang mempelai Tuhan, bila terjadi penghukuman dari 7
(tujuh) sangkakala, itu adalah suatu tanda positif, karena itu merupakan
pembebasan atau perpisahan dari dunia ini. Singkatnya, penghukuman dari 7
(tujuh) sangkakala melepaskan anak-anak Tuhan dari dunia ini.
-
Tetapi
bagi dunia, bila terjadi penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala, itu merupakan
kehancuran yang menyusahkan setiap orang nantinya, sampai akhirnya binasa.
Singkatnya, penghukuman dari 7 (tujuh) sangkakala merupakan kehancuran dan
kebinasaan bagi mereka yang menolak firman.
Memang, nanti, langit yang pertama dan bumi
yang pertama akan berlalu, diganti dengan langit yang baru dan bumi yang baru,
dan laut pun tidak ada lagi.
Mari kita lihat PENGHUKUMAN DARI 7 (TUJUH)
SANGKAKALA.
Penghukuman sangkakala YANG PERTAMA.
Wahyu 8:6-7
(8:6) Dan ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala
itu bersiap-siap untuk meniup sangkakala. (8:7) Lalu malaikat
yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api,
bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah
sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh
rumput-rumputan hijau.
Singkatnya, dunia ini dihantam oleh hujan
es, api dan darah, sehingga akibatnya; 1/3 (sepertiga) bumi dan rumput hangus
terbakar.
Penghukuman sangkakala YANG KEDUA.
Wahyu 8:8-9
(8:8) Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada
sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam
laut. Dan sepertiga dari laut itu menjadi darah, (8:9) dan
matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah
sepertiga dari semua kapal.
Laut ditimpa dengan gunung yang besar yang
menyala-nyala dengan api, akibatnya;
-
1/3
(sepertiga) laut menjadi darah.
-
1/3
(sepertiga) kapal hancur.
-
Mata
pencaharian dari laut akan berhenti, sebab ikan-ikan mati.
Penghukuman sangkakala YANG KETIGA.
Wahyu 8:10-11
(8:10) Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan
jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia
menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. (8:11) Nama
bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi
apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit.
Sungai dan mata air ditimpa oleh bintang
yang menyala seperti obor, namanya ialah Apsintus.
Akibatnya; segala mata air menjadi pahit
dan banyak manusia mati oleh karena malapetaka ini.
Penghukuman sangkakala YANG KEEMPAT.
Wahyu 8:12-13
(8:12) Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan
terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan
sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi
gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari. (8:13)
Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit
dan berkata dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah
mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat
lain, yang masih akan meniup sangkakalanya."
1/3 (sepertiga) dari benda penerang di
langit dipukul.
-
1/3
(sepertiga) matahari dipukul.
-
1/3
(sepertiga) bulan dipukul.
-
1/3
(sepertiga) bintang dipukul.
Akibatnya; terjadi kegelapan dari 1/3
(sepertiga) siang dan 1/3 (sepertiga) malam.
Penghukuman sangkakala YANG KELIMA.
Wahyu 9:1-12
merupakan “celaka yang pertama”, sehingga dunia dikejutkan dengan
munculnya pasukan atau tentara sadis, seperti belalang. Berarti, suatu pasukan
yang sudah teratur barisannya, gesit, cekatan, dan tangkas, singkatnya;
terlatih. Itulah penghukuman dari sangkakala yang kelima.
Sebetulnya, ini adalah gambaran dari
tentara-tentara (pasukan-pasukan) yang dilatih oleh antikris, dan itu merupakan
penghukuman bagi dunia, tetapi penghukuman dari sangkakala yang kelima ini
merupakan tanda positif bagi sidang mempelai, sebab itu adalah cara supaya
akhirnya terjadi perpisahan dari ikatan dunia.
Penghukuman sangkakala YANG KEENAM.
Wahyu 9:13-20, ada suara keluar dari tanduk mezbah emas di hadapan Allah.
Ini juga merupakan “celaka yang kedua.”
Penghukuman sangkakala YANG KETUJUH.
Wahyu 11 s.d
Wahyu 15:1-4, ini merupakan “celaka yang ketiga.”
Inilah tujuh sangkakala yang ditiup oleh 7
(tujuh) malaikat sebagai penghukuman bagi mereka yang menolak firman Tuhan.
Kita belajar dari; bagaimana Tuhan memimpin bangsa Israel di padang gurun
selama 40 (empat puluh) tahun, di mana bangsa Israel sebagai umat Tuhan
senantiasa menunggu (menanti) komando, itulah suara yang terdengar dari seruan
dua nafiri perak tempaan yang ditiup oleh imam.
Pengertian dan pernyataan Allah ini jangan
ditolak supaya kita jangan turut dihukum oleh penghukuman dari tujuh malaikat
yang meniup tujuh sangkakala tersebut.
Ibrani 12:22,25
(12:22) Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang
hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang
meriah, (12:25) Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang
berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan
firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling
dari Dia yang berbicara dari sorga?
Sekarang, kita sudah datang dan berada di
Bukit Sion, kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi, kepada beribu-ribu
malaikat, suatu kumpulan yang meriah, lewat Kebaktian (Ibadah) Minggu malam
hari ini, tetapi jagalah supaya kamu jangan menolak Dia yang berfirman,
seperti ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua menolak, sehingga mereka
tidak luput dari penghukuman.
Kalau mereka -- itulah imam-imam kepala,
ahli-ahli Taurat dan tua-tua -- menolak Dia yang berfirman dari sorga tidak
luput dari penghukuman, apalagi kita yang adalah bangsa kafir? Perhatikanlah
hal ini dengan sungguh-sungguh.
Kalau kita mendengarkan seruan dua nafiri
perak tempaan yang ditiup oleh imam, itu mendatangkan kebaikan kepada kita.
Oleh sebab itu, jangan tolak Dia yang berfirman dari sorga, supaya kita luput
dari penghukuman dari 7 sangkakala.
Ibrani 12:26-27
(12:26) Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia
memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya
bumi saja, melainkan langit juga." (12:27) Ungkapan "Satu kali
lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena
ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan.
“Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi
…” Waktu Allah berfirman di atas gunung Sinai, Dia menggoncang bumi, Dia
menggoncang gunung Sinai, sampai bangsa Israel mengalami ketakutan, tetapi
Allah berfirman dari sorga kepada kita sekarang ini dengan tujuan untuk
memberikan janji. Apa janji-Nya? Yaitu langit yang baru dan bumi yang baru,
sebab di sini Tuhan berkata: “Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan
hanya bumi saja, melainkan langit juga.” Ungkapan "Satu kali
lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena
ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan.” Itulah
langit yang baru dan bumi yang baru; hidup kekal sampai selama-lamanya, tidak
tergoncangkan. Ini adalah janji yang akan kita terima kalau kita menghargai
firman dari sorga.
Jadi, sudah sangat jelas; penghukuman dari
tujuh sangkakala merupakan tanda positif bagi sidang mempelai Tuhan, tetapi
bagi dunia merupakan tanda negatif.
-
Tanda
positif bagi sidang mempelai, karena itu merupakan waktu atau saat di mana
nanti terjadi perpisahan dengan ikatan-ikatan yang berasal dari dunia ini.
- Tanda
negatif bagi dunia, karena itu merupakan penghukuman yang menyulitkan dan
penghancuran yang berujung pada kebinasaan.
Oleh pengertian semacam ini, tentu kita
patut bersyukur kepada Tuhan. Janji Tuhan “ya” dan “amin”. Firman Allah yang
diserukan, yang disuarakan malam ini sebagai pantulan dari 2000 (dua ribu)
tahun yang lalu di atas kayu salib, itu merupakan janji keselamatan bagi kita
masing-masing. Seruan itu naik di hadirat Tuhan, naik ke langit, lalu
dipantulkan malam ini dari langit (dari sorga), itulah jaminan keselamatan bagi
sidang mempelai Tuhan.
Jadi, bukanlah suatu kerugian kalau kita dengar-dengaran
terhadap suara Pengajaran Firman Allah, apalagi kalau itu bertitik fokus kepada
berita salib. Tetapi lihat, mereka yang seharusnya adalah pemilik janji, namun
mereka tidak luput dari penghukuman, itulah imam-imam kepala, tua-tua dan ahli-ahli
Taurat. Jika ternyata mereka tidak luput dari penghukuman, apalagi bangsa kafir
yang menolak firman Allah?
- Kalau
dikaitkan dengan “waktu”, waktu yang ada tinggal sedikit lagi, berarti kita ini
sedang berada pada detik-detik terakhir di mana kedatangan Tuhan tidak lama
lagi.
-
Kalau
dikaitkan dengan “perjalanan rohani”, berarti sudah berada pada mil-mil yang
terakhir.
Oleh sebab itu, janganlah kita sibuk
berburu daging seperti Esau, sebab kesempatan tinggal sedikit lagi. Jangan
sia-siakan.
Ibrani 12:28
(12:28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,
marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara
yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
Karena janji firman yang akan kita terima
adalah kerajaan yang tak tergoncangkan, maka marilah kita membuktikan dua hal
di hadapan Tuhan, yaitu:
Yang Pertama: “Mengucap syukur”
-
Dalam
susah maupun senang, biarlah senantiasa mengucap syukur.
-
Saat
diberkati mengucap syukur.
-
Saat
dipercayakan untuk memikul sebuah tanggung jawab, sebuah beban di atas pundak,
juga mengucap syukur.
Yang Kedua: “Beribadah kepada Allah
menurut cara yang berkenan kepada-Nya.”
Bagaimana beribadah kepada Allah menurut
cara yang berkenan? Berarti, di tengah-tengah ibadah pelayanan itu; salib ditegakkan.
Jadi, di situ tidak ada firman yang ditambahkan dan firman yang dikurangkan.
-
Firman
yang ditambahkan, berarti; menyampaikan satu dua ayat, lalu ditambahkan
cerita-cerita isapan jempol, ditambahkan dongeng nenek-nenek tua, ditambahkan
takhayul-takhayul, ditambahkan filsafat-filsafat kosong manusia, dan
seterusnya.
-
Firman
yang dikurangkan, berarti; Pengajaran Salib diganti dua hal, yaitu:
1.
Theologi
kemakmuran, artinya; orang Kristen tidak boleh miskin, harus kaya.
2.
Diganti
dengan mujizat-mujizat, tanda-tanda heran semata, tetapi pengajaran salib
diabaikan.
Kemudian, di sini dikatakan: Beribadah
kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya disertai “dengan
hormat dan takut”.
Hormat, sama dengan; kemuliaan hanya bagi
Tuhan, tidak untuk yang lain.
Takut, sama dengan; tidak berani untuk
berbuat dosa, selain hidup menjaga kekudusannya di hadapan Tuhan.
Ibrani 12:29
(12:29) Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.
Perlu untuk diketahui: “Allah kita
adalah api yang menghanguskan.” Oleh sebab itu, jangan tolak firman Allah
yang disampaikan.
-
Saat ini
saya sedang berjuang dan bergumul dalam doa, terkhusus kepada mereka yang masih
bermain-main dalam beribadah dan melayani Tuhan. Mungkin, sudah ada di tengah
ibadah, tetapi masih bermain-main dengan kejahatan dan kenajisan.
-
Kemudian,
saya juga sedang bergumul kepada mereka yang sedang menjalankan ibadah Taurat
(ibadah lahiriah), beribadah namun hanya rutinitas saja.
-
Dan sedang
bergumul juga kepada sidang jemaat yang masih menyembunyikan dosanya.
Karena Tuhan sudah beritahukan kepada saya,
ternyata masih banyak di antara imam-imam, masih banyak di antara sidang jemaat
yang masih menyembunyikan dosanya. Perhatikanlah hal itu dengan sungguh-sungguh
dan jangan ditolak.
Yohanes 12:45
(12:45) dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang
telah mengutus Aku.
Hal ini harus kita ketahui dengan pasti,
bahwa: “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.”
Oleh sebab itu, mari kita perhatikan ayat selanjutnya.
Yohanes 12:46
(12:46) Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.
Firman itu adalah terang dunia, yang
menerangi kehidupan kita, sehingga kita tidak tinggal dalam gelap dan tidak ada
dosa yang disembunyikan, sebab dosa dibongkar dengan tuntas. Manakala firman
ditampilkan di tengah ibadah dan pelayanan, jangan ditolak.
Yohanes 12:47-48
(12:47) Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak
melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. (12:48) Barangsiapa
menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman
yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir
zaman.
Barangsiapa menolak firman Allah yang
diserukan (disuarakan) di tengah ibadah dan pelayanan, sudah ada hakimnya.
Siapa hakimnya? Yaitu Firman Allah yang disampaikan itu sendiri, itulah yang
menjadi hakimnya. Itulah hukuman dari 7 (tujuh) sangkakala yang ditiup oleh
tujuh malaikat tadi.
Hati-hati, jangan kita menolak Dia yang
sedang berfirman dari sorga, sebab Dia sedang menyatakan janji-Nya kepada kita,
yaitu; langit yang baru, bumi yang baru, itulah kerajaan yang tak
tergoncangkan, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama akan berlalu
manakala goncangan terjadi oleh karena penghukuman dari tujuh sangkakala yang
ditiup oleh tujuh malaikat Allah.
Marilah kita dengar dan kita terima apa
yang telah diserukan dari sorga malam ini untuk kita. Belajarlah untuk dewasa,
belajar untuk bijaksana, terimalah dengan rendah hati, jangan bersungut-sungut,
jangan panas hati, jangan tawar hati.
Memang betul Alkitab mengatakan: “Alangkah
sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Sebab itu,
saudara yang beruang, yang memiliki kedudukan jabatan, jangan tawar hati,
tetapi biarlah kita rendah hati menerima apa yang diserukan dari sorga. Oleh
sebab itu, berbahagialah yang kecil, yang hina, yang miskin, itulah gambaran
dari orang yang senantiasa memperhatikan seruan dari Pengajaran Salib, yang
setia memikul salib. Mari kita belajar dari seorang Maria yang masih muda.
SYARAT UNTUK MENGANDUNG FIRMAN ALLAH.
Lukas 1:27
(1:27) kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang
bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Jadi, syarat untuk mengandung Firman Allah
yang diurapi itu adalah “seorang perawan”.
Gambaran “perawan” di sini, kita akan
temukan dalam Wahyu 14:4, berarti angka 144 (seratus empat puluh empat), ini
adalah bilangan yang sangat diberkati oleh Tuhan, dengan lain kata; bilangan
Tuhan Yesus, bilangan dari kota Yerusalem Baru dan temboknya.
Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya
dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan.
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi.
Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan
bagi Anak Domba itu.
Mereka adalah orang-orang yang tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama
seperti perawan.
“Murni sama seperti perawan”, artinya; suci di atas suci. Mengapa bisa terjadi? Karena mereka
tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan.
“Perempuan-perempuan” di sini bukanlah
perempuan-perempuan sembarangan, tetapi ini adalah perempuan-perempuan dengan
segala kelicikan-kelicikannya. “Perempuan-perempuan” itu ialah:
1.
Perempuan
Izebel, di mana ajarannya adalah menyebabkan gereja
Tuhan menolak Kristus sebagai Kepala, menolak Kristus sebagai penyelamat tubuh.
2.
Perempuan
Babel. Ditulis dengan gamblang dalam Wahyu 17-18,
di mana pekerjaan dari wanita Babel ini adalah untuk menghambat pembangunan
tubuh Kristus yang sempurna di dalam Wahyu 19:6-9. Jadi, Wahyu 17-18 --
yang merupakan keberadaan dari Babel besar, ibu dari semua pelacur --
menghambat Wahyu 19 -- yang adalah pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna, itulah pesta nikah Anak Domba --.
Tetapi di sini kita melihat, mereka itu
“murni sama seperti perawan”, artinya; tidak mencemarkan dirinya dengan kedua
perempuan yang licik ini.
“Mereka adalah orang-orang yang
mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi.” Arti rohaninya untuk kita
sekarang adalah menyangkal diri, memikul salibnya, mengikut Tuhan.
-
Menyangkal
diri, berarti; tidak mengakui segala apa pun yang
kita miliki, tidak mengakui segala kelebihan yang dimiliki, sama dengan; tidak
bermegah, tidak sombong.
- Memikul
salib, berarti; memikul sebuah tanggung jawab.
Sebuah beban yang ditaruh di atas pundak harus dipikul. Setiap orang harus
memikul tanggung jawabnya masing-masing, baik sebagai;
1.
Suami yang
adalah kepala rumah tangga.
2.
Isteri
yang adalah penopang rumah tangga.
3.
Anak yang
hormat kepada orang tua.
4.
Hamba yang
tunduk kepada tuannya.
5.
Seorang
tuan yang memperhatikan hamba-hambanya.
Setiap orang
memiliki tanggung jawabnya masing-masing yang harus dipikul.
-
Mengikut
Tuhan. Inilah pengikutan yang benar, yaitu; di mana
Tuhan berada, di situ pun pelayan-pelayan Tuhan berada. Berarti, masuk dalam
pengalaman kematian, supaya pada hari yang ketiga dibangkitkan bersama-sama
dengan Dia, ini adalah pengikutan yang benar. Kalau kita mengikuti Tuhan hanya
karena mujizat, maka sama saja dengan kisah yang tertulis dalam Injil
Yohanes 6, di mana;
Ø Pada ayat 2-3, orang-orang Yahudi
berbondong-bondong mengikuti Yesus hanya karena mujizat kesembuhan yang
diadakan oleh-Nya.
Ø Lalu pada ayat 10-14, mereka juga
berbondong-bondong mengikuti Yesus hanya karena mujizat lima roti dan dua ikan.
Tetapi manakala
Yesus menyatakan diri-Nya sebagai roti hidup, roti yang turun dari sorga, di
mana “Yesus memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga
Tubuh-Nya benar-benar makanan dan Darah-Nya benar-benar minuman”, mereka
justru mengundurkan diri.
Jadi, pengikutan
yang benar ialah masuk dalam pengalaman kematian dan hari ketiga bangkit
bersama-sama dengan Dia, kelak dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Inilah
pengikutan yang benar.
Itulah gambaran dari seorang perawan,
gambaran dari seorang Maria, gereja yang suci.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi
mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Adapun jumlah perawan suci ini adalah
144000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.
Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah
dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi
pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan
suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan
tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain
dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi
itu.
“Pemain-pemain kecapi yang memetik
kecapinya”, jelas ini menunjuk kepada suatu kehidupan yang bisa mengikuti
irama di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Irama yang harus kita ikuti di
tegah ibadah dan pelayanan ini adalah pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan
kebangkitan-Nya, bagaikan mengikuti nada tinggi dan naga rendah.
Selanjutnya, dari mulut mereka keluar “nyanyian
baru”, nyanyian yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun, kecuali 144000
(seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut. Jelas ini menunjuk;
persekutuan yang indah atau persekutuan yang intim dengan Tuhan, bagaikan
hubungan suami isteri. Inilah hubungan nikah, bagaikan tubuh dengan kepala
menyatu. Kalau hubungan itu intim, maka akan menghasilkan nyanyian baru.
Demikian juga, kalau hubungan kita intim dengan Tuhan, maka akan menghasilkan
nyanyian baru, penyembahan dengan suara asing (logat ganjil), itulah bahasa
lidah (bahasa Roh), berarti;
-
Tidak ada
lagi kata-kata yang lama yang keluar dari mulut ini.
-
Tidak ada
lagi perbuatan-perbuatan yang lama yang nampak keluar dari sikap dan perbuatan
kita masing-masing.
Dua hal ini akan terjadi jikalau terjadi
hubungan yang intim dengan Tuhan. Inilah perawan, sebagai syarat untuk
mengandung dari benih Firman Allah. Kita
patut berbahagia karena Tuhan sangat memperhatikan kita masing-masing.
Selanjutnya, kita akan memeriksa “perempuan
yang sedang mengandung” ini dengan keadaan yang kedua.
Wahyu 12:2
(12:2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak
melahirkan ia berteriak kesakitan.
Selanjutnya, “hendak melahirkan ia
berteriak kesakitan.” Inilah puncak kesesakan yang akan dialami oleh gereja
Tuhan menjelang kedatangan Tuhan pada kali yang kedua.
Puncak penderitaan dari seorang wanita yang
sedang mengandung ialah saat detik-detik ia hendak melahirkan anak; inilah
penderitaan yang sudah sampai di leher. Jika kita mengalami penderitaan semacam
ini, jangan sampai berhenti di tengah jalan, tetapi lanjutkan saja, sebab tidak
lama lagi akan terjadi kelepasan besar manakala anak yang dikandung itu lahir.
Hal ini dapat kita lihat dengan jelas pada Wahyu 9.
Wahyu 9:13
(9:13) Lalu malaikat yang keenam meniup sangkakalanya, dan aku
mendengar suatu suara keluar dari keempat tanduk mezbah emas yang
di hadapan Allah,
Perikop ayat ini adalah “Sangkakala yang
keenam”. Di atas tadi sudah saya katakan, bahwa; mempelai wanita Tuhan
mengandung, itu dimulai dari Wahyu 8:6 s.d Wahyu 12:1-6.
Malaikat keenam meniup sangkakalanya. Pada
saat itu ada “suatu suara keluar dari keempat tanduk mezbah emas yang di
hadapan Allah”.
Apa yang dimaksud dengan “tanduk mezbah
emas” ?
Keluaran 30:10
(30:10) Sekali setahun haruslah Harun mengadakan pendamaian di atas tanduk-tanduknya;
dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian haruslah ia sekali
setahun mengadakan pendamaian bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun;
itulah barang maha kudus bagi TUHAN."
Singkatnya, tanduk dari mezbah dupa emas
diolesi dengan darah korban pendamaian setiap sekali setahun. Itulah tanduk
emas dari mezbah dupa emas yang di hadapan Allah, di mana sekali setahun
diolesi oleh darah korban pendamaian.
Sedangkan, “suara yang keluar” --
dalam Wahyu 9:13 -- adalah seruan atau sesembahan atau keluh
kesah jiwa dari sidang mempelai Tuhan yang pada saat itu berada pada puncak
kandungan pada detik-detik terakhir menjelang lahirnya anak laki-laki
itu, disebut dengan puncak kesesakan yang terjadi di bumi ini. Dia berusaha
melepaskan diri dari segala ikatan dosa oleh daging, oleh dunia dengan arusnya,
oleh Iblis Setan, dalam keluhan penderitaan, ia berteriak kesakitan.
Inilah puncak kesesakan itu; ada suara
(seruan), ada sembah, ada keluh kesah, yang ingin melepaskan dari ikatan, dari
dosa dunia, dari dosa daging, dari dosa Iblis atau Setan, karena cintanya
kepada Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, sudah tidak bisa dibendung lagi.
Roma 8:26
(8:26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita;
sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri
berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Dengan segala keluh kesah, sesembahan
dengan keluh kesah, ketika tidak bisa lagi berbuat apa-apa karena kesesakan itu
sudah berada pada puncaknya, tetapi Roh Tuhan membantu dalam kelemahan kita,
membantu dalam keluh kesah kita.
Roma 8:27-28
(8:27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh
itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk
orang-orang kudus. (8:28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Kasih Mempelai pada masa kesesakan itu,
sungguh luar biasa. Dengan keluh kesah, dengan sesembahan yang keluar dari
mulut, tidak bisa lagi terucap, tetapi Roh Tuhan membantu menaikkan doa-doa
keluh kesah kita. Tetapi itu merupakan tanda bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi
Dia, yaitu; Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga lebih dari yang ada di dunia
ini.
Roma 8:29-30
(8:29) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya
Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (8:30)
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan
mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang
dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Semua orang yang dipilih-Nya dari semula,
mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
Anak-Nya untuk menjadi milik kepunyaan-Nya. Jadi, mereka yang ditentukan-Nya
dari semula, mereka itu akan dipermuliakan.
Jadi, ayat ini sama dengan Keluaran
30:10, juga sama dengan Wahyu 9, di mana dari tanduk itu keluar
suara, itulah suara keluh kesah, itulah suara penyembahan.
Memang, kalau kita sudah berada di dalam
puncak rohani, walaupun berada di dalam keluhan dan kesesakan, gereja Tuhan
mungkin tidak berdaya lagi, tetapi ada aktivitas yang lain; di dalam
ketidakberdayaan itu, gereja Tuhan hanya bisa berseru dan menyembah kepada
Tuhan. Tetapi ingat; Tuhan turut bekerja
untuk mendatangkan kebaikan, Roh Tuhan akan membantu kita dengan segala
keluhan-keluhan yang kita alami oleh karena puncak kesesakan yang dialami,
bagaikan seorang perempuan mengandung; dia banyak mengeluh karena menderita
kesakitan saat hendak melahirkan anak laki-laki.
Kisah Para Rasul 14:21-22
(14:21) Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh
banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. (14:22)
Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati
mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk
masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.
Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita
harus mengalami banyak sengsara. Sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju
kepada kehidupan, tetapi lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada
kebinasaan. Maka, yang dibutuhkan di sini adalah ketabahan dan bertekun di
dalam iman.
Biarlah kiranya seruan (suara) Firman yang
dinyatakan dari sorga tentang Wahyu 12:2 ini tergenapi dalam setiap
kehidupan kita masing-masing. Dua hal telah kita perhatikan:
-
“Sedang
mengandung”, menunjuk; penyerahan diri sepenuh, serta kesediaan hati kita untuk
dipakai oleh Tuhan, untuk mengandung dari Firman dan Roh Kudus.
-
Dalam
keluhan, ia “menderita kesakitan karena hendak melahirkan anak laki-laki”.
Memang, untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak
sengsara. Orang yang mau hidup beribadah, ia banyak menanggung penderitaan,
seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada Timotius. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment