IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 19 MEI 2020
KITAB KOLOSE
(Seri: 97)
Subtema: CAKAP MENGAJAR ADALAH TAHBISAN YANG BENAR DAN SUCI
Shalom.
Selamat malam bagi kita sekaliannya. Salam
sejahtera dan bahagia memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak
TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita berdoa memohon
kemurahan dari pada TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita,
melawat setiap kehidupan kita, sehingga lewat Ibadah Doa Penyembahan malam ini,
kita boleh merasakan uluran dua tangan kasih TUHAN untuk menjawab segala
pergumulan, segera memberi pertolongan dalam segala persoalan yang kita hadapi,
dengan lain kata; memberi jalan keluar dari setiap permasalahan-permasalahan
sesulit apapun; yang sakit sembuh, yang susah dihibur, yang lemah dikuatkan,
sehingga di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan, bahkan puncaknya nanti
memimpin kehidupan rohani kita sampai kepada penyembahan, penyerahan diri
sepenuhnya untuk taat kepada TUHAN.
Sebelum kita tersungkur di kaki salib
TUHAN, terlebih dahulu kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE,
dan kita masih memperhatikan Kolose 3:16.
Kolose 3:16
(3:16) Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya
di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur
seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan
nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Hendaklah perkataan Kristus diam dengan
segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar
dan menegur seorang akan yang lain. Artinya, pedang
Roh, itulah Firman Allah yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar sudah
terlebih dahulu mengenai seorang hamba TUHAN, sudah terlebih dahulu mengoreksi,
mengubahkan diri seorang hamba TUHAN, dengan kata lain; Firman sudah mendarah
daging dalam kehidupan seorang hamba TUHAN.
Tujuan firman itu mendarah daging dalam
kehidupan seorang hamba TUHAN ialah supaya seorang hamba TUHAN dengan segala
hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain.
Pendeknya: Seorang hamba TUHAN harus “cakap
mengajar orang lain”, mengajar sidang jemaat TUHAN.
Sebagaimana dalam 1 Timotius 3:2 dituliskan;
salah satu syarat untuk menjadi penilik bagi jemaat ialah “cakap mengajar
orang lain”, cakap mengajar sidang jemaat.
Kita akan langsung memperhatikan 2
Timotius 2.
2 Timotius 2:23-25
(2:23) Hindarilah soal-soal yang dicari-cari,
yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu
menimbulkan pertengkaran, (2:24)
sedangkan seorang hamba TUHAN tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah
terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar (2:25) dan dengan lemah lembut dapat
menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin TUHAN memberikan kesempatan
kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka
mengenal kebenaran,
Perlu untuk diketahui: Seorang hamba TUHAN
tidak boleh bertengkar. Berarti, supaya tidak bertengkar, maka seorang hamba TUHAN
harus menghindarkan diri dari:
- Soal-soal
yang dicari-cari. Memang, seorang
hamba TUHAN tidak perlu mencari soal-soal, supaya jangan terjadi pertengkaran
antara yang satu dengan yang lain. Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas:
Jangan suka mencari soal-soal, jangan suka mencari perkara supaya jangan
terjadi perselisihan, jangan terjadi pertengkaran antara yang satu dengan yang
lain.
- Soal-soal
yang bodoh, berarti; jangan lagi kita
sibuk menceritakan soal kejahatan, soal kenajisan, dan lain sebagainya.
- Soal-soal
yang tidak layak, yaitu hal-hal yang tidak berkenan, yang
tidak terpuji, yang tidak suci di hadapan TUHAN.
Sebaliknya, seorang hamba TUHAN atau seorang
pelayan TUHAN atau seorang imam-imam harus ramah terhadap semua orang, berarti:
- Tidak
pilih kasih.
- Tidak
memandang muka dalam hal mengasihi.
Hal ini harus dicamkan dan harus dipahami
oleh seorang pelayan TUHAN.
Dan yang tidak kalah penting, seorang hamba
TUHAN harus “cakap mengajar”, tandanya:
- Sabar terhadap
semua orang.
- Lemah
lembut
menuntun orang yang suka melawan.
Di dalam hal menuntun, memang seorang hamba
TUHAN (pelayan-pelayan TUHAN) harus lemah lembut, tetapi di dalam hal menegur,
seorang hamba TUHAN harus tegas.
Tegas, artinya:
1. Tidak
kompromi dengan dosa kejahatan.
2. Tidak
menggunakan perasaan manusia daging.
Jadi, seorang hamba TUHAN tidak usah
terlalu terbawa perasaan di dalam hal menanggapi persoalan, apalagi terbawa
perasaan melihat tangisan karena
perasaan dagingnya.
Apabila seorang hamba TUHAN cakap mengajar
orang lain (sidang jemaat), menunjukkan bahwa:
1. TUHAN
memberikan kesempatan kepada mereka -- itulah orang-orang yang suka memberontak
dan melawan -- untuk bertobat.
2. TUHAN
sedang memimpin mereka -- itulah orang-orang yang suka memberontak dan melawan
-- sehingga mereka mengenal kebenaran. Kebenaran yang sejati berasal
dari salib; di luar salib, tidak ada lagi kebenaran.
2 Timotius 2:26
(2:26) dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena
terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.
Singkatnya: Mereka menjadi sadar kembali =
terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka.
Melepaskan diri dari ibadah dan pelayanan
hanya karena kebebasan dunia, itu merupakan jerat Iblis. Oleh sebab itu,
biarlah kiranya kita mengikatkan diri dengan ibadah dan pelayanan dalam
penggembalaan ini, mengikatkan diri dengan Firman, Roh dan kasih Allah. Tetapi
kalau kita lepas dari situ -- lepas dari ikatan ibadah pelayanan -- itu
merupakan jerat Iblis.
Jangan kita terbawa perasaan manusia daging
dari teman, tetangga, saudara laki-laki, saudara perempuan, bahkan orang tua
sekalipun. Jangan terpengaruh dengan perbuatan daging mereka, tetapi kita harus
terikat dengan TUHAN, itulah ibadah pelayanan, menjadi tawanan Roh TUHAN.
Sekilas kita sudah melihat soal “cakap
mengajar” yang harus dimiliki oleh penilik jemaat, hamba TUHAN, pelayan
TUHAN, imam-imam, dan itu tertulis dalam suratan 2 Timotius.
Perlu untuk kita ketahui: Suratan 1 dan
2 Timotius adalah SURATAN TAHBISAN IMAM-IMAM ATAU TAHBISAN
PELAYAN-PELAYAN TUHAN. Sedangkan tahbisan yang benar adalah tahbisan kepada
Allah, bukan untuk kepentingan diri, bukan untuk kepentingan suatu kelompok dan
golongan. Maka, seorang hamba TUHAN tidak boleh pakai perasaan, seorang imam
(pelayan TUHAN) tidak boleh pakai perasaan manusia daging, menunjukkan bahwa ia
berada dalam tahbisan yang benar, sehingga dengan demikian, banyak orang
bertobat, banyak orang mengenal kebenaran; biarlah kiranya hal ini dipahami
dengan baik.
Untuk tahbisan imam-imam, sesuai dengan Keluaran
29:1-3 di situ jelas tertulis, bahwa Allah menentukan dan menuntut:
YANG PERTAMA: “Tiga korban binatang.”
Artinya, seorang hamba TUHAN, pelayan TUHAN, imam-imam menjadi korban untuk
menghapus dosa dan kesalahan sesama atau orang lain, dengan lain kata; menjadi
korban untuk mendamaikan dosa orang lain.
YANG KEDUA: “Tiga korban sajian
(makanan).” Hal ini berbicara mengenai persekutuan dengan Kristus, sama
dengan; berpegang teguh kepada pengajaran yang benar dan murni, tanpa ragi.
Jadi, di tangan seorang hamba TUHAN harus berpegang teguh pada pengajaran Allah
yang benar dan murni, tanpa ragi untuk disampaikan kepada sidang jemaat.
Berarti, seorang hamba TUHAN menyampaikan firman bukan dengan emosi, bukan
dengan kebencian, bukan karena ada kepentingan, itulah pengajaran firman yang
disampaikan dengan benar dan murni.
Biarlah kiranya firman yang kita terima
malam hari ini benar-benar menjadi berkat, supaya kita benar-benar melayani
pekerjaan TUHAN dalam tahbisan yang benar.
CONTOH TAHBISAN YANG BENAR.
Kisah Para Rasul 20:19-21
(20:19) dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam
pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami
pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. (20:20)
Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi
kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka
umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; (20:21) aku
senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani,
supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan
kita, Yesus Kristus.
Rasul Paulus melayani TUHAN dengan segala
kerendahan hati. Baiknya, seorang hamba TUHAN, seorang pelayan TUHAN, seorang
imam melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN di dalam kerendahan hati,
itulah yang benar dan yang baik, bukan dengan kesombongan.
Pada ayat 19, kita dapat melihat;
tanda kerendahan hati Rasul Paulus dalam pelayanan itu ialah:
1. Banyak
mencucurkan air mata.
2. Banyak
mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh dia.
Kemudian pada ayat 20-21, dalam
melayani TUHAN, Rasul Paulus tidak lalai dalam tiga hal:
1. Tidak
lalai dalam hal memberitakan Firman Allah.
2. Tidak
lalai dalam hal mengajarkan Firman Allah.
3. Tidak
lalai dalam bersaksi dari hal Firman Allah.
Singkatnya, Rasul Paulus ini betul-betul
bertanggung jawab di dalam melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN,
tujuannya supaya baik orang Yahudi maupun orang Yunani:
- Bertobat
kepada Allah.
- Percaya
kepada TUHAN kita, Yesus Kristus, tidak menaruh percaya lagi kepada
perkara-perkara lahiriah, termasuk harta, kekayaan, uang. Kalau kita diberkati,
limpah harta dan kekayaan … puji TUHAN, tetapi kita harus tetap menaruh percaya
hanya kepada TUHAN.
Dengan demikian:
- Kisah
Para Rasul 20:19 adalah gambaran dari tiga korban binatang sebagai korban
penghapus dosa, itulah seorang hamba TUHAN yang menjadi korban untuk
memperdamaikan dosa manusia.
- Kisah
Para Rasul 20:20-21 adalah gambaran dari tiga korban sajian atau
tiga ketul roti, itulah seorang hamba TUHAN yang di tangannya berpegang teguh
kepada pengajaran Firman Allah yang benar dan murni.
Singkatnya: Rasul Paulus melayani TUHAN
dalam tahbisan yang benar dan suci, sebab dia sudah mempersembahkan tiga korban
binatang dan tiga ketul roti (korban sajian).
- Rasul
Paulus menjadi korban untuk memperdamaikan dosa manusia = mempersembahkan tiga
korban binatang … ayat 19.
- Rasul
Paulus tidak lalai dalam hal memberitakan Firman Allah, mengajarkan Firman
Allah dan bersaksi dari hal Firman Allah = berpegang teguh pada pengajaran
Firman Allah yang benar dan murni = persekutuan dengan Kristus =
mempersembahkan tiga ketul roti … ayat 20-21.
Sekarang kita akan memperhatikan CONTOH
LAIN mengenai tahbisan yang benar dan suci.
Kisah Para Rasul 4:18
(4:18) Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka diperintahkan, supaya
sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama
Yesus.
Di sini kita melihat: Petrus dan Yohanes
berada di hadapan Mahkamah Agama; mereka dilarang berbicara atau mengajar dalam
nama Yesus, dengan kata lain; dilarang untuk memberitakan Injil sepenuh.
Hormat kepada orang tua itu baik, tetapi
kalau ada yang melarang kita untuk melayani pekerjaan TUHAN, terkhusus
memberitakan Injil sepenuh, saya kira harus berpikir dua kali tentang larangan
itu. Mana yang lebih baik; taat dan dengar-dengaran kepada TUHAN atau kepada
manusia? Tentu lebih baik taat dan dengar-dengaran kepada TUHAN. Itu sebabnya,
tahbisan yang benar itu adalah tahbisan kepada Allah, bukan kepentingan diri
dan golongan, bukan kepentingan manusia.
TUHAN yang memberi nafas, oleh sebab itu,
selagi TUHAN memberi kesempatan bagi kita untuk bernafas, biarlah kita gunakan
dua tangan untuk melayani pekerjaan TUHAN, bukan untuk kepentingan diri, bukan
untuk kepentingan kelompok.
Kisah Para Rasul 4:19-20
(4:19) Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: "Silakan kamu
putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu
atau taat kepada Allah. (4:20) Sebab tidak mungkin bagi kami
untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang
telah kami dengar."
Petrus dan Yohanes, kedua rasul tersebut
tidak takut terhadap larangan manusia dan tidak taat kepada manusia; tidak taat
kepada kelompok, tidak taat kepada golongan.
Sebaliknya, Petrus dan Yohanes, mereka
hanya taat kepada Allah. Berarti, mereka tetap bersikukuh untuk memberitakan
pribadi Yesus yang disalibkan itu, sebab Petrus dan Yohanes adalah murid Yesus
yang betul-betul menjadi saksi hidup terhadap peristiwa di mana Yesus mati di
atas kayu salib, lalu bangkit pada hari ketiga, dan mereka juga merupakan saksi
ketika Yesus naik dipermuliakan. Dan untuk itu, mereka tidak mau diam, karena
mereka tetap taat kepada Allah, tidak taat kepada kepentingan manusia.
Biarlah kiranya kita melayani TUHAN dalam
tahbisan yang benar, sebab dari TUHAN, oleh TUHAN, kembali untuk TUHAN.
Kembali saya sampaikan dengan tandas:
Tahbisan yang benar adalah tahbisan kepada Allah, bukan untuk kepentingan diri,
bukan untuk kepentingan golongan dan kelompok.
Dampak positif melayani TUHAN dalam tahbisan yang benar (cakap mengajar orang
lain).
Kisah Para Rasul 4:9-12
(4:9) jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada
seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan,
(4:10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel,
bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu
salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang
mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang
di depan kamu. (4:11) Yesus
adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu
sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru. (4:12) Dan keselamatan
tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah
kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan."
Rasul Petrus dan Yohanes menceritakan apa
yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar dari Allah, itulah peristiwa
tentang kematian dan kebangkitan Yesus, dan mereka juga adalah saksi ketika
Yesus naik dipermuliakan; sehingga oleh berita itu banyak orang yang sakit
sembuh, orang yang lumpuh berjalan.
Tetapi terhadap berita salib ini, ada
kelompok tertentu yang tersandung. Oleh karena itulah, Rasul Petrus dan Yohanes
dibawa ke pengadilan Mahkamah Agama, di hadapan Imam Besar Hanas dan Kayafas,
dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar..
Kisah Para Rasul 4:13
(4:13) Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan
mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar,
heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.
Intinya: Orang biasa yang tidak memiliki
ijazah tinggi, orang biasa yang tidak terpelajar, dipakai oleh TUHAN
dengan heran. Inilah dampak positif yang terjadi kalau kita melayani TUHAN
dengan benar, melayani TUHAN demi kepentingan TUHAN, bukan kepentingan diri,
yaitu dipakai TUHAN dengan heran, seperti Petrus dan Yohanes, yang mana mereka
bukanlah orang yang terpelajar dan tidak memiliki ijazah tinggi layaknya Rasul
Paulus yang adalah seorang intelektual dan memiliki ijazah tinggi (seorang
doktor), tetapi nyatanya, mereka (Petrus dan Yohanes) bisa dipakai TUHAN dengan
heran.
Kesimpulannya: Tergantung penyerahan diri
seseorang; sejauh mana kita mau menyerah di dalam hal melayani TUHAN, di dalam
hal melayani pekerjaan TUHAN. Adakah kita melayani dalam tahbisan yang benar?
Kalau kita benar-benar melayani dalam tahbisan yang benar, seorang hamba TUHAN
cakap mengajar.
Yang dimaksud “mengajar” di sini,
tidak harus berdiri di mimbar. Tetapi biarlah di mana pun kita berada, di mana
pun kita duduk dan berdiri, kita sudah merupakan surat yang tertulis, surat
Kristus, surat yang terbuka, yang bisa dibaca oleh setiap orang, baik perkataan
maupun perbuatan kita menjadi contoh teladan, sama dengan “cakap mengajar
orang lain”.
Saya kira kita harus mendengar Firman
dengan lemah lembut, dan jangan mendengar suara asing, suara daging, atau suara
manusia daging siapa pun di atas muka bumi ini. Jangan kita terlena dengan
suara daging sampai habis waktu untuk mendengar suara daging itu, tetapi
sebaliknya tidak ada waktu untuk menyembah TUHAN, itu bukanlah tahbisan dari
seorang hamba TUHAN.
Ayo, tahbiskan diri bagi Tuhan untuk
dipakai oleh Tuhan dengan heran, cakap mengajar orang lain; tidak ada yang
mustahil bagi TUHAN, sebab Firman Allah mengadakan yang tidak ada menjadi ada.
Hormatilah Firman Allah setinggi-tingginya melebihi dari rasa hormat kepada apa
yang ada di atas muka bumi ini, termasuk orang tua; ini bukan aliran sesat.
Singkatnya: Kedua rasul tersebut (Petrus
dan Yohanes), dipakai TUHAN dengan heran. Sekalipun mereka adalah orang biasa
yang tidak terpelajar -- maksudnya, tidak memiliki ijazah tinggi, seperti Rasul
Paulus --, tetapi mereka tetap dipakai dengan heran di hadapan:
Kelompok YANG PERTAMA … ayat 1-2.
1. Imam-imam.
2. Kepala
pengawal.
3. Orang-orang
Saduki.
Kelompok yang pertama ini tidak percaya
dengan kuasa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Akibat
tidak percaya dengan adanya kebangkitan; hidup dalam dosa kawin dan
mengawinkan… Matius 22:23-28, juga hidup dalam dosa makan dan
minum… 1 Korintus 15:32.
Kelompok YANG KEDUA … ayat 5-6,11.
1. Imam-imam
kepala.
2. Ahli-ahli
Taurat.
3. Tua-tua.
4. Serta
Imam Besar Hafas dan Kayafas.
Untuk kelompok yang kedua ini, disebutlah
tukang-tukang bangunan, tidak menghargai dan tidak menghormati batu penjuru
yang mahal… Kisah Para Rasul 4:11. Pendeknya, mereka tersandung karena
tidak taat kepada-Nya… 1 Petrus 2:6-7.
Kita tidak perlu menjadi takut di dalam hal
melayani pekerjaan TUHAN. Untuk menjadi suatu kesaksian, untuk menjadi suatu
contoh teladan, untuk menjadi surat pujian -- surat Kristus, surat yang terbuka
yang dapat dibaca dan dikenal orang lain --, kita tidak perlu takut, asal kita
mau menyerah kepada TUHAN. Tidak perlu takut di hadapan manusia, tidak perlu
takut dengan situasi kondisi keadaan, terlebih saat ini di mana situasi menjadi
lebih sulit karena wabah Corona sedang meresahkan warga seantero dunia, dan
kita tidak perlu takut soal makan dan minum, karena TUHAN yang memakai kita
dengan heran. Di mana pun kita duduk dan berdiri, kita tidak perlu takut, asal
kita hidup dalam tahbisan yang baik dan benar.
Kalau pun ditolak, tidak perlu takut, sebab
yang terpenting adalah kita tetap diterima oleh TUHAN. Jangan kita senang bila
diterima dunia, tetapi ditolak oleh TUHAN. Jangan mendua hati untuk berada
dalam tahbisan yang benar; kalau dingin biarlah dingin benar, kalau panas
biarlah panas benar, maksudnya; ikutlah TUHAN dengan sungguh-sungguh, tidak
perlu takut.
Kita kembali membaca Kolose 3.
Kolose 3:16-17
(3:16) Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di
antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang
akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan
nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam
hatimu. (3:17) Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan
atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap
syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
Selain dengan segala hikmat mengajar dan
menegur seorang akan yang lain, seorang hamba TUHAN yang cakap mengajar juga
harus disertai;
-
Sambil menyanyikan
mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani.
-
Sambil mengucap syukur
kepada Allah di dalam hatimu.
Sehingga dengan demikian; baik perkataan
maupun perbuatan, kita menjadi suatu kesaksian yang heran di hadapan semua
kelompok, di hadapan semua golongan -- seperti yang sudah saya uraikan di atas
tadi -- di mana pun kita berada duduk dan berdiri, dalam keadaan situasi
kondisi apapun kita pasti dipakai TUHAN dengan heran.
Nyanyian puji-pujian disertai mengucap
syukur, itu merupakan perintis untuk kita boleh
melihat kemuliaan Allah lewat Firman Allah yang akan disampaikan. Jadi,
didahului dengan puji-pujian, didahului dengan bernyanyi, bermazmur bagi Allah,
itu merupakan perintis atau pembuka jalan untuk kita boleh melihat kemuliaan
Allah lewat pemberitaan Firman TUHAN yang disampaikan di tengah-tengah perhimpunan
ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan di atas muka bumi ini.
“Perintis”, berarti; pembuka jalan, jelas
itu menunjuk kepada pribadi Yohanes Pembaptis, dia merupakan perintis (pembuka
jalan) bagi Dia.
Oleh sebab itu, dalam setiap perhimpunan
ibadah, sebelum berada pada puncak ibadah, itulah pemberitaan Firman Allah,
maka diawali lebih dulu dengan nyanyian syukur, nyanyian rohani, puji-pujian,
sebab itu merupakan jalan pembuka (perintis) untuk kita boleh menerima
pembukaan Firman TUHAN.
Matius 3:16-17
(3:16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu
juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati
turun ke atas-Nya, (3:17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang
mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku
berkenan."
Setelah Yesus dibaptis, “langit terbuka”,
sehingga Allah menyatakan pribadi Yesus di tengah-tengah perhimpunan ibadah,
lewat pembukaan Firman TUHAN, sampai akhirnya kita semua berkenan kepada Allah,
sebab Anak berkenan kepada Allah.
Langit terbuka, berarti kita bisa melihat kemuliaan Allah lewat pembukaan rahasia
Firman. Kita diubahkan, kita dibenarkan, sampai kita dibawa kepada kemuliaan
Allah; kita berkenan karena Yesus, Anak Allah berkenan kepada Allah.
Yesus Kristus adalah Kepala, kepenuhan dari
segala sesuatu, kepenuhan dari sidang jemaat. Kita berkenan karena Anak
berkenan kepada Bapa. Kitalah kepenuhan
dari pada Kristus Yesus, yang telah diberikan kepada sidang jemaat.
Jadi, puji-pujian, nyanyian syukur, itu
merupakan perintis, pembuka jalan, sehingga kita boleh melihat kemuliaan Allah
lewat pembukaan Firman TUHAN.
Juga Mazmur Daud berkata: “Tujuh kali
dalam sehari aku memuji-muji Engkau.” Tujuh kali, artinya; sempurna. Kemudian, “Di hadapan Tuhan satu hari sama
seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.” Satu hari
bagi Allah adalah seribu tahun bagi manusia. Seribu tahun damai, itu adalah
hari perhentian penuh = sempurna. Biarlah kita tujuh kali dalam sehari
memuji-muji Allah, sebagaimana pengakuan dari Raja Daud.
Jangan kita mengecilkan nyanyian syukur,
sebab itu merupakan pembuka jalan untuk kita dapat melihat kemuliaan Allah
lewat pembukaan Firman. Seorang pemimpin pujian juga harus lebih dulu membawa
sidang jemaat untuk masuk dalam hadirat TUHAN, sampai akhirnya terjadi seperti
yang tertulis Matius 3: 16: “ … Dan Ia melihat Roh Allah seperti
burung merpati turun ke atas-Nya …”, di situlah pengurapan Allah turun.
Biarlah kiranya kita dapat memahami hal ini dengan baik. Jangan memberontak
terhadap pemberitaan Firman TUHAN.
Pelayan-pelayan TUHAN harus cakap mengajar
orang lain, asal kita berada dalam tahbisan yang benar dan suci, maka akan
dipakai TUHAN dengan heran. TUHAN tidak melihat orang pandai, orang bodoh, asal
kita mau melayani dengan rendah hati, maka perkataan dan perbuatan kita menjadi
kesaksian, surat yang terbuka, dan surat Kristus yang dapat dibaca dan dikenal
oleh banyak orang di mana pun kita duduk dan berdiri.
“Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristuskepada Allah dan Bapa kita”… Efesus 5:19-20.
Seringkali kita hanya memuaskan hati
manusia, tetapi tidak memuaskan hati TUHAN. Berjam-jam menghabiskan waktu untuk
dunia, berjam-jam menghabiskan waktu untuk daging, tetapi lupa menyembah TUHAN
Yesus yang sudah memberkati kita dan juga memberkati orang-orang terdekat kita.
Oleh sebab itu, marilah kita datang di kaki salib TUHAN, memohon pengampunan
dari TUHAN, sujud menyembah kepada TUHAN. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment