IBADAH RAYA MINGGU, 17 MEI 2020
WAHYU PASAL 12
(Seri: 6)
Subtema: TIPU DAYA SEEKOR NAGA MERAH PADAM YANG BESAR
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur
kepada TUHAN; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita dimungkinkan untuk
mengusahakan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian pada saat malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak
TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN yang terkasih di mana pun anda
berada, TUHAN memberkati kita sekaliannya. Selanjutnya, mari kita berdoa
memohon kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN memberkati lewat pembukaan
firman malam ini.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian dari WAHYU PASAL 12, kita
masih berada pada ayat 3.
Wahyu 12:3
(12:3) Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah,
seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk
sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Di sini kita melihat: Seekor naga merah
padam yang besar. Sebenarnya, naga merah padam yang besar ini merupakan
perkembangan dari ular yang ada di taman Eden, dan yang pernah memperdayakan
Adam dan Hawa, isterinya itu.
Adapun wujud dari naga merah padam yang
besar itu ialah:
-
Berkepala
tujuh.
-
Bertanduk
sepuluh.
-
Di atas
kepalanya ada tujuh mahkota.
Sebenarnya, wujud dari naga merah padam
yang besar adalah akal jahat dari Iblis atau Setan.
Kalau kita BANDINGKAN dengan Wahyu 5:6,
kita akan melihat suatu penampilan yang sangat berbeda dengan apa yang tertulis
dalam Wahyu 12:3.
Wahyu 5:6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu
dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah
disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah
ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Anak Domba yang telah disembelih, wujud-Nya
ialah:
-
Bertanduk
tujuh, menunjuk kepada; kuasa yang sempurna.
- Bermata
tujuh, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke
seluruh bumi. Itulah hamba-hamba TUHAN yang diutus ke seluruh bumi menjadi
terang, menjadi kesaksian, menjadi contoh teladan, baik dalam perkataan maupun
perbuatan mereka sekaliannya.
Pada ayat ini tidak disinggung mengenai
“kepala” dari Anak Domba yang disembelih itu. Mengapa? Karena “kepala” dari
Anak Domba yang disembelih tersebut sudah pasti hanya satu, bukan tujuh seperti
seekor naga merah padam yang besar tadi.
Sebagai bukti bahwa “kepala” dari Anak
Domba yang disembelih tersebut hanya satu ialah:
1.
Kepada
penunggang kuda putih dikaruniakan “sebuah mahkota” sebagai tanda
pemenang untuk merebut kemenangan … Wahyu 6:2. Hal ini menunjukkan bahwa
Kepala betul-betul hanya satu, sehingga hanya dikaruniakan sebuah mahkota.
2.
Pada saat
tuaian di bumi, Anak Manusia dengan “sebuah mahkota emas” di atas
kepala-Nya dan sebilah sabit di tangan-Nya … Wahyu 14:14. Hal ini
menunjukkan bahwa Kepala betul-betul hanya satu, sebab di atas kepala Anak
Manusia itu hanya terdapat sebuah mahkota emas.
3.
Kristus tidak terbagi-bagi, sesuai dengan pernyataan Rasul Paulus di dalam 1
Korintus 1:13. Hal ini juga menunjukkan bahwa Kepala betul-betul hanya
satu, sebab Kristus yang adalah Kepala, Dia tidak terbagi-bagi, tidak lebih
dari satu.
Tiga bukti di atas berbanding terbalik
dengan wujud (keadaan) dari naga merah padam yang besar, di mana di atas
kepalanya ada 7 (tujuh) mahkota, sesuai dengan jumlah kepala dari naga
merah padam yang besar tersebut.
Jadi, jelas bahwa: wujud dari naga merah
padam yang besar -- yang tertulis dalam Wahyu 12:3 -- SANGAT BERBANDING
TERBALIK dengan wujud dari Anak Domba Allah yang tersembelih -- yang tertulis
dalam Wahyu 5:6 --.
Maka, dari apa yang sudah kita perhatikan
di atas, dapat kita simpulkan, bahwa: “Berkepala tujuh dan bertanduk
sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota”, itu hanyalah akal bulus
dan tipu daya dari Iblis atau Setan.
Selanjutnya, kita akan kembali melihat
kondisi (penampilan) yang bertolak belakang atau berbanding terbalik, dalam Wahyu
17.
Wahyu 17:5-7
(17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu
rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan
dari kekejian bumi." (17:6) Dan aku melihat perempuan itu
mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku
melihatnya, aku sangat heran. (17:7) Lalu kata malaikat itu kepadaku:
"Mengapa engkau heran? Aku akan mengatakan kepadamu rahasia perempuan itu
dan rahasia binatang yang memikulnya, binatang yang berkepala tujuh
dan bertanduk sepuluh itu.
Di sini kita melihat dengan jelas: Binatang
itu berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh; ia memikul Babel besar, yang disebut
juga:
1.
“Ibu
dari wanita-wanita pelacur”, ini menunjuk kepada;
roh najis.
2.
“Kekejian
bumi.”
Jelas, wujud dari binatang ini BERTOLAK
BELAKANG dengan salib, yaitu kuasa yang sempurna atau “bertanduk tujuh” -- yang
tertulis dalam Wahyu 5:6 --.
Perlu untuk kita ketahui, bahwa: Kondisi
yang “bertolak belakang” atau saling tolak menolak ini sudah terjadi dari sejak
dahulu.
Yohanes 8:44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan
tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia
adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Iblis atau Setan adalah:
1.
Pembunuh
manusia dari sejak semula.
2.
Tidak
hidup dalam kebenaran.
3.
Ia
adalah bapa pendusta.
Sebagai buktinya, mari kita perhatikan
persamaan dari Yohanes 8:44 ini di dalam Kejadian 3:1.
Kejadian 3:1
(3:1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat
yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan
kamu makan buahnya, bukan?"
Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah
Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya,
bukan?" Sesungguhnya, perkataan ini adalah akal jahat (akal bulus)
dari ular untuk memperdayakan Hawa.
Sekarang, kita BANDINGKAN dengan Kejadian
2:16-17 untuk membuktikan bahwa ular itu penuh dengan akal jahat.
Kejadian 2:16-17
(2:16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia:
"Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (2:17)
tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati."
TUHAN Allah memberi suatu perintah dan
larangan.
-
Adapun perintah
Allah ialah: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas.”
-
Adapun larangan
Allah ialah: “Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati”.
Itulah perintah dan larangan Allah kepada
manusia, Adam dan isterinya itu.
Setelah kita membaca Kejadian 2:16-17,
maka dapat kita ambil suatu kesimpulan, bahwa; Perkataan ular kepada perempuan
itu dalam Kejadian 3:1 TIDAK SESUAI atau BERTOLAK BELAKANG dengan
perintah dan larangan TUHAN yang tertulis dalam Kejadian 2:16-17.
Jadi, kembali saya sampaikan, bahwa: Dari
sejak semula, ular -- yang adalah gambaran dari Iblis Setan -- bertolak-tolakan
dengan TUHAN Allah.
Sekarang, kita akan melihat AKIBAT
PERKATAAN ULAR.
Kejadian 3:2-3
(3:2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan
dalam taman ini boleh kami makan, (3:3) tetapi tentang buah pohon yang
ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan
ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
Oleh karena tipu daya dari si ular,
akhirnya perempuan itu menambahkan dan mengurangkan perkataan TUHAN, di mana
pada ayat 3, perempuan itu berkata: “Jangan kamu makan ataupun
raba buah itu, nanti kamu mati”. Kalimat ini dibagi dalam dua bagian:
- Yang pertama:
“Jangan kamu makan”, menunjukkan bahwa; perkataan (firman) Allah dikurangkan.
-
Yang
kedua: “Raba”, menunjukkan bahwa; perkataan (firman) Allah
ditambahkan.
Tentang: PERKATAAN (FIRMAN) ALLAH
DIKURANGKAN.
Firman yang dikurangkan, berarti;
Pengajaran Salib diganti dengan dua hal, yaitu:
1.
Theologi
kemakmuran;
-
Yang
berbicara tentang berkat-berkat semata, tetapi mengabaikan salib Kristus.
-
Yang
menyatakan bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung, tetapi tidak satu dengan
pengalaman kematian Yesus Kristus.
Itulah Theologi
kemakmuran yang sedang marak di hari-hari terakhir ini untuk mengumpulkan
jiwa-jiwa semakin bertambah banyak di dalam suatu perhimpunan ibadah, tetapi
mengabaikan salib.
2. Tanda-tanda
heran atau mujizat-mujizat, tetapi salib diabaikan. Hal itu terlihat dengan
jelas di dalam Matius 7:15-23, di mana nabi-nabi palsu mengadakan tiga
tanda heran, yaitu:
1)
Bernubuat
demi nama TUHAN.
2)
Mengusir
setan demi nama TUHAN.
3)
Mengadakan
banyak mujizat demi nama TUHAN.
Tiga perkara
ajaib di atas semuanya dilakukan demi nama TUHAN, tetapi mengabaikan salib
Kristus. Inilah contoh hamba TUHAN yang tidak dikenal oleh TUHAN.
Memang, ketika
tanda-tanda heran diadakan “seluruh dunia heran” sesuai dengan Wahyu
13:1-3,12-14, di mana;
-
Antikristus
mengadakan mujizat (kesembuhan), yaitu luka yang membahayakan hidupnya itu
sembuh.
- Nabi palsu
mengadakan tanda-tanda, yaitu menurunkan api dari langit ke bumi di depan
mata semua orang.
Oleh karena
tanda-tanda heran dan mujizat yang mereka adakan, maka seluruh dunia heran oleh
perbuatan mereka.
Inilah Firman yang dikurangkan, mereka
lebih mengutamakan Theologi kemakmuran dan tanda-tanda heran.
Tentang: PERKATAAN (FIRMAN) ALLAH
DITAMBAHKAN.
Akibat dari perkataan ular, Hawa berkata: “Jangan
kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Sebetulnya, kata “raba”
itu tidak ada, kalau kita perhatikan perintah dan larangan Tuhan dalam Kejadian
2:16-17. Berarti, kata “raba” menunjukkan bahwa Hawa menambahkan perkataan
(firman) Allah.
Firman yang ditambahkan, berarti;
menyampaikan satu dan dua ayat firman, lalu ditambahkan dengan dongeng-dongeng
nenek tua, cerita-cerita isapan jempol, takhayul- takhayul, filsafat-filsafat
kosong, di mana itu semua digunakan sebagai bumbu penyedap untuk didengar oleh
telinga. Dengan demikian, tergenapilah apa yang dituliskan (disampaikan) oleh
Rasul Paulus kepada Timotius.
2 Timotius 4:3
(4:3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima
ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut
kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
“Karena akan datang waktunya”,
berarti ada masanya nanti di mana orang tidak dapat lagi menerima ajaran
sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru, mengumpulkan
hamba-hamba TUHAN, pemberita-pemberita Injil menurut kehendaknya, dengan satu
tujuan; untuk memuaskan keinginan telinga mereka.
Hal itu akan terjadi, akan tiba waktunya,
ada datang masanya. Tetapi bagi kita, TUHAN Allah sudah mengingatkan hal ini,
supaya manakala tiba waktunya, kita tidak perlu kaget. Memang hal itu sekarang
sudah mulai terlihat, di mana banyak orang mengumpulkan guru-guru menurut
kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Banyak orang berduyun-duyun
mencari suatu tempat yang mana tempat itu dapat memuaskan telinga para audiens,
yaitu orang-orang yang datang berkumpul di tempat itu.
2 Timotius 4:4
(4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan
membukanya bagi dongeng.
Kalau seseorang suka dengan bumbu-bumbu
penyedap, atau suka mendengar cerita isapan jempol adalah tanda bahwa ia
mengabaikan pengajaran salib, mengabaikan ajaran yang benar dan sehat. Kalau
seseorang suka dengan firman yang ditambahkan, itulah dongeng nenek-nenek tua,
takhayul-takhayul, maka dapat dipastikan bahwa ia akan berpaling dari ajaran
sehat dan benar, itulah pengajaran salib, yang murni dan benar.
Tetapi, biarlah kiranya sepasang telinga
yang TUHAN berikan ini, kita gunakan untuk pengajaran yang benar dan sehat,
itulah pengajaran salib Kristus.
Kita kembali memperhatikan Kejadian 3.
Dalam Kejadian 3:1 di situ terlihat kelicikan
dari pada ular itu. Lalu akibatnya bisa kita lihat dalam Kejadian 3:2-3,
di mana Firman Allah ditambahkan dan dikurangkan.
Kejadian 3:3
(3:3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
Pernyataan terakhir perempuan itu kepada
ular adalah: “Nanti kamu -- Hawa dan Adam -- mati”. Berarti,
perempuan itu sangat menyadari kalau Firman Allah ditambahkan dan dikurangkan,
maka ia akan mati.
Tetapi, setelah mendengar pernyataan
perempuan itu, maka ular itu langsung memberi suatu pengertian.
Kejadian 3:4-5
(3:4) Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali
kamu tidak akan mati, (3:5) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada
waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti
Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
Ular itu segera saja menjawab perempuan
itu:
-
Pada ayat
4: “Sekali-kali kamu tidak akan mati …”
-
Pada ayat
5: “ … Kamu akan menjadi seperti Allah …”.
Sebetulnya, ular itu memberi suatu harapan
kosong kepada perempuan itu. Perkataan ular kepada perempuan itu adalah
perkataan dengan harapan kosong.
Kejadian 3:6
(3:6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya
juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
Singkatnya: Hawa diperdaya oleh ular itu,
karena ia melanggar hukum Allah, yaitu mengambil buah pohon pengetahuan yang
baik dan yang jahat.
Kejadian 3:1
(3:1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di
darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan
buahnya, bukan?"
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari
segala binatang di darat.
Cerdik tetapi tidak tulus = licik = akal
jahat.
Hal ini akan kita kaitkan dengan Firaun
terhadap bangsa Israel di Mesir, di mana Firaun adalah gambaran dari
Iblis/Setan yang licik, penuh dengan akal jahat.
Keluaran 5:1-4
(5:1) Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata
kepadanya: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi
untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun." (5:2) Tetapi
Firaun berkata: "Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya
untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga
aku akan membiarkan orang Israel pergi." (5:3) Lalu kata mereka:
"Allah orang Ibrani telah menemui kami; izinkanlah kiranya kami pergi ke
padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya, untuk mempersembahkan korban kepada
TUHAN, Allah kami, supaya jangan nanti mendatangkan kepada kami penyakit sampar
atau pedang." (5:4) Tetapi raja Mesir berkata kepada mereka:
"Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan
pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!"
Firaun berkata kepada Musa dan Harun: “Mengapakah
kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan
pekerjaanmu!” Hal ini menunjukkan, bahwa; Setan dengan akal bulusnya,
dengan tipu dayanya berusaha untuk mempertahankan manusia supaya terlena (tetap
berada) di dunia ini dengan cara terikat dengan pekerjaan.
-
Firaun adalah gambaran dari Iblis Setan.
-
Mesir adalah gambaran dari dunia.
-
Israel adalah gambaran dari gereja TUHAN.
Memang Setan berharap sekali supaya gereja
TUHAN terikat dengan pekerjaan di dunia ini, terlena dengan dunia ini. Itu
sebabnya, kalau kita perhatikan tulisan Rasul Paulus kepada jemaat di Ibrani,
di situ diterangkan dengan sejelas-jelasnya, bahwa ada suatu kerinduan untuk
kembali ke tanah air sorgawi, karena kita berasal dari Allah, maka harus
kembali kepada Allah. Tetapi Setan tidak menginginkan hal demikian terjadi, itu
sebabnya dia berusaha untuk menahan manusia sampai manusia itu terlena di dunia
ini dengan cara terikat dengan pekerjaan; itulah rencana Iblis Setan kepada
gereja TUHAN.
Kemudian, kalau kita perhatikan: Monumen
dari pada Mesir yaitu: piramida; bangunan yang digunakan sebagai makam
raja-raja masa dahulu, di mana mayatnya diawetkan, sehingga disebutlah mumi.
Jadi, jelas bahwa; dunia ini adalah tempat
kebinasaan. Itu sebabnya, Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus: “Selama
kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat
kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini”. Selama
mendiami kemah tubuh ini, ia banyak mengeluh karena banyaknya tekanan-tekanan,
oleh karena banyaknya pergumulan-pergumulan yang tidak berkesudahan.
Jangan kita diawetkan di dunia ini, karena
itu merupakan siasat dari Iblis/Setan; seolah-olah bangsa Israel tidak ada
kaitannya dengan ibadah pelayanan. Itu sebabnya pada ayat 4, Firaun
berkata: “Mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya?
Pergilah melakukan pekerjaanmu!” Jadi, Setan berusaha memisahkan bangsa
Israel dari ibadah pelayanan supaya tetap terlena di dunia ini lewat pekerjaan.
Hati-hati!
Keluaran 5:5-10
(5:5) Lagi kata Firaun: "Lihat, sekarang telah terlalu banyak bangsamu
di negeri ini, masakan kamu hendak menghentikan mereka dari kerja
paksanya!" (5:6) Pada hari itu juga Firaun memerintahkan kepada
pengerah-pengerah bangsa itu dan kepada mandur-mandur mereka sendiri: (5:7)
"Tidak boleh lagi kamu memberikan jerami kepada bangsa itu
untuk membuat batu bata, seperti sampai sekarang; biarlah mereka sendiri yang
pergi mengumpulkan jerami, (5:8) tetapi jumlah batu bata, yang harus
dibuat mereka sampai sekarang, bebankanlah itu juga kepada mereka dan jangan
menguranginya, karena mereka pemalas. Itulah sebabnya mereka berteriak-teriak:
Izinkanlah kami pergi mempersembahkan korban kepada Allah kami. (5:9)
Pekerjaan orang-orang ini harus diperberat, sehingga mereka terikat
kepada pekerjaannya dan jangan mempedulikan perkataan dusta." (5:10)
Maka para pengerah bangsa itu dan para mandurnya pergi dan berkata kepada
mereka: "Beginilah kata Firaun: Aku tidak memberi jerami lagi kepadamu.
Pekerjaan dari bangsa Israel semakin
diperberat, semakin diperbanyak, dengan satu tujuan; supaya bangsa Israel
terikat dengan pekerjaan, tidak terikat dengan TUHAN, tidak terikat dengan
ibadah pelayanan.
Padahal kalau kita perhatikan di
sini, bangsa Israel hanya mengerjakan tanah liat menjadi batu bata; bukankah
ini adalah pekerjaan daging? Kalau kita hidup menurut hawa nafsu dan
keinginan-keinginan daging yang jahat, itulah yang membuat kita menjadi hina
seperti tanah liat. Itu sebabnya, untuk mengerjakan tanah liat menjadi batu
bata ini, bangsa Israel harus mengumpulkan jerami. Berbeda dengan kalau kita
sibuk mengerjakan pekerjaan TUHAN, senantiasa ada di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan, maka suatu kali kelak, kita akan menjadi gandum yang dikumpulkan di
dalam lumbung TUHAN… Matius 3:12.
Kalau seseorang terikat dengan pekerjaan
karena sudah terlalu banyak pekerjaan atau kesibukan-kesibukan yang
dikerjakannya di dalam dunia ini, sesungguhnya hal itu membuat dia menderita,
tidak ada kebahagiaan di sana. Kebahagiaan yang datang dari uang sebagai hasil
(upah) dari pekerjaan adalah kebahagiaan yang semu, karena kalau uang habis,
maka kebahagiaan juga habis. Sumber dari kebahagiaan yang abadi, sebetulnya
adalah dari TUHAN. Biarlah kiranya hal ini kita pahami dengan baik.
Kita kembali memperhatikan Keluaran 5.
Keluaran 5:13-15
(5:13) Dan pengerah-pengerah itu mendesak mereka dengan berkata:
"Selesaikan pekerjaanmu, yaitu tugas sehari, seperti pada waktu ada
jerami." (5:14) Lalu pengerah-pengerah Firaun memukul mandur-mandur
Israel, yang mereka angkat, sambil bertanya: "Mengapakah kamu pada
hari ini tidak menyelesaikan jumlah batu bata yang harus kamu buat seperti
kemarin?" (5:15) Sesudah itu pergilah para mandur Israel kepada
Firaun dan mengadukan halnya kepadanya: "Mengapakah tuanku berlaku
seperti itu terhadap hamba-hambamu ini?
Oleh karena begitu beratnya beban yang
harus ditanggung bangsa Israel lewat pekerjaan yang semakin banyak, akhirnya
mandur-mandur Israel pergi menghadap Firaun dan mengadukan nasib mereka
kepadanya. Ini adalah tanda bahwa mereka tidak terima dengan apa yang mereka
alami, mereka sangat menderita sekali.
Keluaran 5:20-21
(5:20) Waktu mereka meninggalkan Firaun berjumpalah mereka dengan Musa dan
Harun, yang sedang menantikan mereka, (5:21) lalu mereka berkata kepada
keduanya: "Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan kamu,
karena kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya
dan dengan demikian kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh
kami."
Akhirnya, para mandur itu berkata kepada
Musa dan Harun: “Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan
kamu, karena kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya
dan dengan demikian kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh
kami.”
Dari pernyataan ini, kita dapat mengambil
kesimpulan:
-
Tadinya
bangsa Israel sangat menyambut dengan antusias keberadaan dari Musa dan Harun
yang diutus untuk membebaskan bangsa Israel.
- Tetapi
karena kerja paksa yang semakin diperberat dan ditanggungkan kepada bangsa
Israel, kesukaan berubah menjadi penolakan.
Di dalam penolakan itu, mereka berkata:
1.
Kamu
telah membusukkan nama kami kepada Firaun.
2.
Kamu
telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh kami.
Sesungguhnya, ini adalah pernyataan yang
tidak tepat, pernyataan ini BERTOLAK BELAKANG dengan kebenaran.
Kalau kita perhatikan dalam Keluaran 16
…
Keluaran 16:19
(16:19) Musa berkata kepada mereka: "Seorang pun tidak boleh
meninggalkan dari padanya sampai pagi." (16:20) Tetapi ada yang tidak
mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat
dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka.
Yang benar adalah kalau kita menolak
firman, itulah yang membuat kita berubah menjadi berbau busuk dan berulat.
Tetapi berita pembebasan tidak membuat kita menjadi berbau busuk dan pisau
tidak akan pernah membunuh kehidupan anak-anak TUHAN, pedang tidak akan pernah
membunuh kehidupan gereja TUHAN.
Inilah akal bulus dari pada Setan;
-
Ular
memperdayakan Hawa di taman Eden.
-
Firaun,
gambaran dari Iblis/Setan memperdayakan bangsa Israel, suatu bangsa yang besar,
dengan kerja paksa.
Kita kembali melihat Keluaran 1.
Keluaran 1:10-11
(1:10) Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka,
supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan -- jika terjadi peperangan --
jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari
negeri ini." (1:11) Sebab itu pengawas-pengawas rodi
ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa:
mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.
Firaun berkata: “Marilah kita bertindak
dengan bijaksana terhadap mereka.” Tetapi tindakan bijaksana yang dimaksud
di sini adalah supaya bangsa Israel ini semakin tertindas dengan kerja paksa.
Jadi, perkataan “bertindak dengan bijaksana”, sebetulnya itu adalah akal jahat
dari Iblis/Setan.
Tadi kita sudah melihat dalam Keluaran 5,
bangsa Israel terikat dengan kerja paksa hanya karena soal ekonomi dan makanan.
Demikian juga di hari-hari terakhir ini, gereja TUHAN akan terikat dengan kerja
paksa hanya karena soal ekonomi dan makanan, padahal kalau kita perhatikan
dalam Injil Matius 4, di situ sudah sangat jelas dikatakan bahwa: “Ada
tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah”, di mana sebelumnya dapat kita lihat bahwa Iblis
pun berusaha untuk memperdayakan pribadi Yesus Kristus.
Tetapi malam ini, saya tidak akan tambahkan
lagi pemberitaan Firman TUHAN. Namun yang pasti, perkataan “Marilah kita
bertindak dengan bijaksana”, itu merupakan akal jahat dari Iblis/Setan,
karena justru tindakan bijaksana yang dimaksud adalah menindas bangsa Israel
dengan cara kerja paksa.
Demikian juga gereja TUHAN di hari-hari
terakhir ini akan semakin diperberat karena semakin banyak kesibukan-kesibukan,
dan itu terkait dengan soal ekonomi, terkait dengan soal makan minum. Itu
sebabnya, kalau orang Kristen tidak mengerti rencana TUHAN, mereka pasti
mendahulukan kerja paksa, karena itu terkait dengan soal makan dan minum.
Kita berdoa, supaya kiranya wujud dari pada
naga merah padam yang besar sebagai akal jahat dari Iblis/Setan tidak
memperdaya kehidupan kita masing-masing.
Perlu saya tambahkan sedikit lagi: Setelah
mereka terikat dengan kerja paksa, akhirnya para mandur bangsa Israel menolak
Musa dan Harun, dan di dalam penolakan itu ada perkataan: “Membusukkan nama”
dan “Pisau untuk membunuh”.
Sebetulnya, TUHAN mengutus Musa dan Harun
untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan kerja paksa. Korban Paskah,
ibadah pelayanan, itulah yang membebaskan kita dari kerja paksa dunia ini
supaya kita jangan menjadi mumi; tubuh yang dibalsam (diawetkan) di dunia ini.
TUHAN tidak rela kita diawetkan di dunia ini.
Perlu untuk diketahui, ibadah dan pelayanan
ini seharga dengan setetes darah Yesus, itulah korban Paskah, yang bertujuan
untuk:
- Membebaskan
kita dari kebusukan. Karena yang membuat kita busuk
adalah kalau kita mengabaikan Firman.
-
Membebaskan
kita dari pemenggalan antikris.
Jadi, jangan diputar balik. Tetapi di
hari-hari terakhir ini, Setan memang sedang berusaha untuk memutar balik fakta
(kebenaran) Firman Tuhan, itulah akal jahat, akal bulus, tipu daya wujud dari
seekor naga merah padam yang besar tadi, supaya manusia terperdaya. Akhirnya,
rencana pembebasan tadi berubah menjadi penolakan terhadap Musa dan Harun.
Oleh sebab itu, biarlah kita melihat,
memandang kemuliaan Allah, supaya hati kita diterangi, sehingga kita bebas dari
tipu daya, akal jahat Iblis Setan. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment