KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, May 20, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 17 MEI 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 17 MEI 2020


WAHYU PASAL 12
(Seri: 6)

Subtema: TIPU DAYA SEEKOR NAGA MERAH PADAM YANG BESAR

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian pada saat malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN yang terkasih di mana pun anda berada, TUHAN memberkati kita sekaliannya. Selanjutnya, mari kita berdoa memohon kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN memberkati lewat pembukaan firman malam ini.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian dari WAHYU PASAL 12, kita masih berada pada ayat 3.
Wahyu 12:3
(12:3) Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.

Di sini kita melihat: Seekor naga merah padam yang besar. Sebenarnya, naga merah padam yang besar ini merupakan perkembangan dari ular yang ada di taman Eden, dan yang pernah memperdayakan Adam dan Hawa, isterinya itu.

Adapun wujud dari naga merah padam yang besar itu ialah:
-       Berkepala tujuh.
-       Bertanduk sepuluh.
-       Di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Sebenarnya, wujud dari naga merah padam yang besar adalah akal jahat dari Iblis atau Setan.

Kalau kita BANDINGKAN dengan Wahyu 5:6, kita akan melihat suatu penampilan yang sangat berbeda dengan apa yang tertulis dalam Wahyu 12:3.
Wahyu 5:6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.

Anak Domba yang telah disembelih, wujud-Nya ialah:
-       Bertanduk tujuh, menunjuk kepada; kuasa yang sempurna.
-   Bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Itulah hamba-hamba TUHAN yang diutus ke seluruh bumi menjadi terang, menjadi kesaksian, menjadi contoh teladan, baik dalam perkataan maupun perbuatan mereka sekaliannya.
Pada ayat ini tidak disinggung mengenai “kepala” dari Anak Domba yang disembelih itu. Mengapa? Karena “kepala” dari Anak Domba yang disembelih tersebut sudah pasti hanya satu, bukan tujuh seperti seekor naga merah padam yang besar tadi.

Sebagai bukti bahwa “kepala” dari Anak Domba yang disembelih tersebut hanya satu ialah:
1.     Kepada penunggang kuda putih dikaruniakan “sebuah mahkota” sebagai tanda pemenang untuk merebut kemenangan … Wahyu 6:2. Hal ini menunjukkan bahwa Kepala betul-betul hanya satu, sehingga hanya dikaruniakan sebuah mahkota.
2.     Pada saat tuaian di bumi, Anak Manusia dengan “sebuah mahkota emas” di atas kepala-Nya dan sebilah sabit di tangan-Nya … Wahyu 14:14. Hal ini menunjukkan bahwa Kepala betul-betul hanya satu, sebab di atas kepala Anak Manusia itu hanya terdapat sebuah mahkota emas.
3.     Kristus tidak terbagi-bagi, sesuai dengan pernyataan Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 1:13. Hal ini juga menunjukkan bahwa Kepala betul-betul hanya satu, sebab Kristus yang adalah Kepala, Dia tidak terbagi-bagi, tidak lebih dari satu.
Tiga bukti di atas berbanding terbalik dengan wujud (keadaan) dari naga merah padam yang besar, di mana di atas kepalanya ada 7 (tujuh) mahkota, sesuai dengan jumlah kepala dari naga merah padam yang besar tersebut.

Jadi, jelas bahwa: wujud dari naga merah padam yang besar -- yang tertulis dalam Wahyu 12:3 -- SANGAT BERBANDING TERBALIK dengan wujud dari Anak Domba Allah yang tersembelih -- yang tertulis dalam Wahyu 5:6 --.
Maka, dari apa yang sudah kita perhatikan di atas, dapat kita simpulkan, bahwa: “Berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota”, itu hanyalah akal bulus dan tipu daya dari Iblis atau Setan.

Selanjutnya, kita akan kembali melihat kondisi (penampilan) yang bertolak belakang atau berbanding terbalik, dalam Wahyu 17.
Wahyu 17:5-7
(17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi." (17:6) Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran. (17:7) Lalu kata malaikat itu kepadaku: "Mengapa engkau heran? Aku akan mengatakan kepadamu rahasia perempuan itu dan rahasia binatang yang memikulnya, binatang yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh itu.

Di sini kita melihat dengan jelas: Binatang itu berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh; ia memikul Babel besar, yang disebut juga:
1.     “Ibu dari wanita-wanita pelacur”, ini menunjuk kepada; roh najis.
2.     “Kekejian bumi.”
Jelas, wujud dari binatang ini BERTOLAK BELAKANG dengan salib, yaitu kuasa yang sempurna atau “bertanduk tujuh” -- yang tertulis dalam Wahyu 5:6 --.

Perlu untuk kita ketahui, bahwa: Kondisi yang “bertolak belakang” atau saling tolak menolak ini sudah terjadi dari sejak dahulu.

Yohanes 8:44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

Iblis atau Setan adalah:
1.     Pembunuh manusia dari sejak semula.
2.     Tidak hidup dalam kebenaran.
3.     Ia adalah bapa pendusta.

Sebagai buktinya, mari kita perhatikan persamaan dari Yohanes 8:44 ini di dalam Kejadian 3:1.
Kejadian 3:1
(3:1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Sesungguhnya, perkataan ini adalah akal jahat (akal bulus) dari ular untuk memperdayakan Hawa.

Sekarang, kita BANDINGKAN dengan Kejadian 2:16-17 untuk membuktikan bahwa ular itu penuh dengan akal jahat.
Kejadian 2:16-17
(2:16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (2:17) tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

TUHAN Allah memberi suatu perintah dan larangan.
-       Adapun perintah Allah ialah: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas.
-       Adapun larangan Allah ialah: “Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”.
Itulah perintah dan larangan Allah kepada manusia, Adam dan isterinya itu.

Setelah kita membaca Kejadian 2:16-17, maka dapat kita ambil suatu kesimpulan, bahwa; Perkataan ular kepada perempuan itu dalam Kejadian 3:1 TIDAK SESUAI atau BERTOLAK BELAKANG dengan perintah dan larangan TUHAN yang tertulis dalam Kejadian 2:16-17.
Jadi, kembali saya sampaikan, bahwa: Dari sejak semula, ular -- yang adalah gambaran dari Iblis Setan -- bertolak-tolakan dengan TUHAN Allah.

Sekarang, kita akan melihat AKIBAT PERKATAAN ULAR.
Kejadian 3:2-3
(3:2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, (3:3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Oleh karena tipu daya dari si ular, akhirnya perempuan itu menambahkan dan mengurangkan perkataan TUHAN, di mana pada ayat 3, perempuan itu berkata: “Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”. Kalimat ini dibagi dalam dua bagian:
-  Yang pertama: “Jangan kamu makan”, menunjukkan bahwa; perkataan (firman) Allah dikurangkan.
-       Yang kedua: “Raba”, menunjukkan bahwa; perkataan (firman) Allah ditambahkan.

Tentang: PERKATAAN (FIRMAN) ALLAH DIKURANGKAN.
Firman yang dikurangkan, berarti; Pengajaran Salib diganti dengan dua hal, yaitu:
1.     Theologi kemakmuran;
-       Yang berbicara tentang berkat-berkat semata, tetapi mengabaikan salib Kristus.
-       Yang menyatakan bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung, tetapi tidak satu dengan pengalaman kematian Yesus Kristus.
Itulah Theologi kemakmuran yang sedang marak di hari-hari terakhir ini untuk mengumpulkan jiwa-jiwa semakin bertambah banyak di dalam suatu perhimpunan ibadah, tetapi mengabaikan salib.

2.   Tanda-tanda heran atau mujizat-mujizat, tetapi salib diabaikan. Hal itu terlihat dengan jelas di dalam Matius 7:15-23, di mana nabi-nabi palsu mengadakan tiga tanda heran, yaitu:
1)    Bernubuat demi nama TUHAN.
2)    Mengusir setan demi nama TUHAN.
3)    Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
Tiga perkara ajaib di atas semuanya dilakukan demi nama TUHAN, tetapi mengabaikan salib Kristus. Inilah contoh hamba TUHAN yang tidak dikenal oleh TUHAN.
Memang, ketika tanda-tanda heran diadakan “seluruh dunia heran” sesuai dengan Wahyu 13:1-3,12-14, di mana;
-       Antikristus mengadakan mujizat (kesembuhan), yaitu luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh.
-      Nabi palsu mengadakan tanda-tanda, yaitu menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang.
Oleh karena tanda-tanda heran dan mujizat yang mereka adakan, maka seluruh dunia heran oleh perbuatan mereka.

Inilah Firman yang dikurangkan, mereka lebih mengutamakan Theologi kemakmuran dan tanda-tanda heran.

Tentang: PERKATAAN (FIRMAN) ALLAH DITAMBAHKAN.
Akibat dari perkataan ular, Hawa berkata: “Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Sebetulnya, kata “raba” itu tidak ada, kalau kita perhatikan perintah dan larangan Tuhan dalam Kejadian 2:16-17. Berarti, kata “raba” menunjukkan bahwa Hawa menambahkan perkataan (firman) Allah.

Firman yang ditambahkan, berarti; menyampaikan satu dan dua ayat firman, lalu ditambahkan dengan dongeng-dongeng nenek tua, cerita-cerita isapan jempol, takhayul- takhayul, filsafat-filsafat kosong, di mana itu semua digunakan sebagai bumbu penyedap untuk didengar oleh telinga. Dengan demikian, tergenapilah apa yang dituliskan (disampaikan) oleh Rasul Paulus kepada Timotius.

2 Timotius 4:3
(4:3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.

Karena akan datang waktunya”, berarti ada masanya nanti di mana orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru, mengumpulkan hamba-hamba TUHAN, pemberita-pemberita Injil menurut kehendaknya, dengan satu tujuan; untuk memuaskan keinginan telinga mereka.
Hal itu akan terjadi, akan tiba waktunya, ada datang masanya. Tetapi bagi kita, TUHAN Allah sudah mengingatkan hal ini, supaya manakala tiba waktunya, kita tidak perlu kaget. Memang hal itu sekarang sudah mulai terlihat, di mana banyak orang mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Banyak orang berduyun-duyun mencari suatu tempat yang mana tempat itu dapat memuaskan telinga para audiens, yaitu orang-orang yang datang berkumpul di tempat itu.

2 Timotius 4:4
(4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

Kalau seseorang suka dengan bumbu-bumbu penyedap, atau suka mendengar cerita isapan jempol adalah tanda bahwa ia mengabaikan pengajaran salib, mengabaikan ajaran yang benar dan sehat. Kalau seseorang suka dengan firman yang ditambahkan, itulah dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, maka dapat dipastikan bahwa ia akan berpaling dari ajaran sehat dan benar, itulah pengajaran salib, yang murni dan benar.
Tetapi, biarlah kiranya sepasang telinga yang TUHAN berikan ini, kita gunakan untuk pengajaran yang benar dan sehat, itulah pengajaran salib Kristus.

Kita kembali memperhatikan Kejadian 3.
Dalam Kejadian 3:1 di situ terlihat kelicikan dari pada ular itu. Lalu akibatnya bisa kita lihat dalam Kejadian 3:2-3, di mana Firman Allah ditambahkan dan dikurangkan.

Kejadian 3:3
(3:3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Pernyataan terakhir perempuan itu kepada ular adalah: “Nanti kamu -- Hawa dan Adam -- mati”. Berarti, perempuan itu sangat menyadari kalau Firman Allah ditambahkan dan dikurangkan, maka ia akan mati.

Tetapi, setelah mendengar pernyataan perempuan itu, maka ular itu langsung memberi suatu pengertian.
Kejadian 3:4-5
(3:4) Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, (3:5) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Ular itu segera saja menjawab perempuan itu:
-       Pada ayat 4: “Sekali-kali kamu tidak akan mati …”
-       Pada ayat 5: “ … Kamu akan menjadi seperti Allah …”.
Sebetulnya, ular itu memberi suatu harapan kosong kepada perempuan itu. Perkataan ular kepada perempuan itu adalah perkataan dengan harapan kosong.

Kejadian 3:6
(3:6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.

Singkatnya: Hawa diperdaya oleh ular itu, karena ia melanggar hukum Allah, yaitu mengambil buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat.

Kejadian 3:1
(3:1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat.
Cerdik tetapi tidak tulus = licik = akal jahat.

Hal ini akan kita kaitkan dengan Firaun terhadap bangsa Israel di Mesir, di mana Firaun adalah gambaran dari Iblis/Setan yang licik, penuh dengan akal jahat.
Keluaran 5:1-4
(5:1) Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun." (5:2) Tetapi Firaun berkata: "Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi." (5:3) Lalu kata mereka: "Allah orang Ibrani telah menemui kami; izinkanlah kiranya kami pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami, supaya jangan nanti mendatangkan kepada kami penyakit sampar atau pedang." (5:4) Tetapi raja Mesir berkata kepada mereka: "Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!"

Firaun berkata kepada Musa dan Harun: “Mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!” Hal ini menunjukkan, bahwa; Setan dengan akal bulusnya, dengan tipu dayanya berusaha untuk mempertahankan manusia supaya terlena (tetap berada) di dunia ini dengan cara terikat dengan pekerjaan.
-       Firaun adalah gambaran dari Iblis Setan.
-       Mesir adalah gambaran dari dunia.
-       Israel adalah gambaran dari gereja TUHAN.

Memang Setan berharap sekali supaya gereja TUHAN terikat dengan pekerjaan di dunia ini, terlena dengan dunia ini. Itu sebabnya, kalau kita perhatikan tulisan Rasul Paulus kepada jemaat di Ibrani, di situ diterangkan dengan sejelas-jelasnya, bahwa ada suatu kerinduan untuk kembali ke tanah air sorgawi, karena kita berasal dari Allah, maka harus kembali kepada Allah. Tetapi Setan tidak menginginkan hal demikian terjadi, itu sebabnya dia berusaha untuk menahan manusia sampai manusia itu terlena di dunia ini dengan cara terikat dengan pekerjaan; itulah rencana Iblis Setan kepada gereja TUHAN.

Kemudian, kalau kita perhatikan: Monumen dari pada Mesir yaitu: piramida; bangunan yang digunakan sebagai makam raja-raja masa dahulu, di mana mayatnya diawetkan, sehingga disebutlah mumi.
Jadi, jelas bahwa; dunia ini adalah tempat kebinasaan. Itu sebabnya, Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus: “Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini”. Selama mendiami kemah tubuh ini, ia banyak mengeluh karena banyaknya tekanan-tekanan, oleh karena banyaknya pergumulan-pergumulan yang tidak berkesudahan.

Jangan kita diawetkan di dunia ini, karena itu merupakan siasat dari Iblis/Setan; seolah-olah bangsa Israel tidak ada kaitannya dengan ibadah pelayanan. Itu sebabnya pada ayat 4, Firaun berkata: “Mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!” Jadi, Setan berusaha memisahkan bangsa Israel dari ibadah pelayanan supaya tetap terlena di dunia ini lewat pekerjaan. Hati-hati!

Keluaran 5:5-10
(5:5) Lagi kata Firaun: "Lihat, sekarang telah terlalu banyak bangsamu di negeri ini, masakan kamu hendak menghentikan mereka dari kerja paksanya!" (5:6) Pada hari itu juga Firaun memerintahkan kepada pengerah-pengerah bangsa itu dan kepada mandur-mandur mereka sendiri: (5:7) "Tidak boleh lagi kamu memberikan jerami kepada bangsa itu untuk membuat batu bata, seperti sampai sekarang; biarlah mereka sendiri yang pergi mengumpulkan jerami, (5:8) tetapi jumlah batu bata, yang harus dibuat mereka sampai sekarang, bebankanlah itu juga kepada mereka dan jangan menguranginya, karena mereka pemalas. Itulah sebabnya mereka berteriak-teriak: Izinkanlah kami pergi mempersembahkan korban kepada Allah kami. (5:9) Pekerjaan orang-orang ini harus diperberat, sehingga mereka terikat kepada pekerjaannya dan jangan mempedulikan perkataan dusta." (5:10) Maka para pengerah bangsa itu dan para mandurnya pergi dan berkata kepada mereka: "Beginilah kata Firaun: Aku tidak memberi jerami lagi kepadamu.

Pekerjaan dari bangsa Israel semakin diperberat, semakin diperbanyak, dengan satu tujuan; supaya bangsa Israel terikat dengan pekerjaan, tidak terikat dengan TUHAN, tidak terikat dengan ibadah pelayanan.
Padahal kalau kita perhatikan di sini, bangsa Israel hanya mengerjakan tanah liat menjadi batu bata; bukankah ini adalah pekerjaan daging? Kalau kita hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat, itulah yang membuat kita menjadi hina seperti tanah liat. Itu sebabnya, untuk mengerjakan tanah liat menjadi batu bata ini, bangsa Israel harus mengumpulkan jerami. Berbeda dengan kalau kita sibuk mengerjakan pekerjaan TUHAN, senantiasa ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, maka suatu kali kelak, kita akan menjadi gandum yang dikumpulkan di dalam lumbung TUHAN… Matius 3:12.

Kalau seseorang terikat dengan pekerjaan karena sudah terlalu banyak pekerjaan atau kesibukan-kesibukan yang dikerjakannya di dalam dunia ini, sesungguhnya hal itu membuat dia menderita, tidak ada kebahagiaan di sana. Kebahagiaan yang datang dari uang sebagai hasil (upah) dari pekerjaan adalah kebahagiaan yang semu, karena kalau uang habis, maka kebahagiaan juga habis. Sumber dari kebahagiaan yang abadi, sebetulnya adalah dari TUHAN. Biarlah kiranya hal ini kita pahami dengan baik.

Kita kembali memperhatikan Keluaran 5.
Keluaran 5:13-15
(5:13) Dan pengerah-pengerah itu mendesak mereka dengan berkata: "Selesaikan pekerjaanmu, yaitu tugas sehari, seperti pada waktu ada jerami." (5:14) Lalu pengerah-pengerah Firaun memukul mandur-mandur Israel, yang mereka angkat, sambil bertanya: "Mengapakah kamu pada hari ini tidak menyelesaikan jumlah batu bata yang harus kamu buat seperti kemarin?" (5:15) Sesudah itu pergilah para mandur Israel kepada Firaun dan mengadukan halnya kepadanya: "Mengapakah tuanku berlaku seperti itu terhadap hamba-hambamu ini?

Oleh karena begitu beratnya beban yang harus ditanggung bangsa Israel lewat pekerjaan yang semakin banyak, akhirnya mandur-mandur Israel pergi menghadap Firaun dan mengadukan nasib mereka kepadanya. Ini adalah tanda bahwa mereka tidak terima dengan apa yang mereka alami, mereka sangat menderita sekali.

Keluaran 5:20-21
(5:20) Waktu mereka meninggalkan Firaun berjumpalah mereka dengan Musa dan Harun, yang sedang menantikan mereka, (5:21) lalu mereka berkata kepada keduanya: "Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan kamu, karena kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya dan dengan demikian kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh kami."

Akhirnya, para mandur itu berkata kepada Musa dan Harun: “Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan kamu, karena kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya dan dengan demikian kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh kami.
Dari pernyataan ini, kita dapat mengambil kesimpulan:
-       Tadinya bangsa Israel sangat menyambut dengan antusias keberadaan dari Musa dan Harun yang diutus untuk membebaskan bangsa Israel.
-   Tetapi karena kerja paksa yang semakin diperberat dan ditanggungkan kepada bangsa Israel, kesukaan berubah menjadi penolakan.

Di dalam penolakan itu, mereka berkata:
1.     Kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun.
2.     Kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh kami.
Sesungguhnya, ini adalah pernyataan yang tidak tepat, pernyataan ini BERTOLAK BELAKANG dengan kebenaran.

Kalau kita perhatikan dalam Keluaran 16
Keluaran 16:19
(16:19) Musa berkata kepada mereka: "Seorang pun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi." (16:20) Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka.

Yang benar adalah kalau kita menolak firman, itulah yang membuat kita berubah menjadi berbau busuk dan berulat. Tetapi berita pembebasan tidak membuat kita menjadi berbau busuk dan pisau tidak akan pernah membunuh kehidupan anak-anak TUHAN, pedang tidak akan pernah membunuh kehidupan gereja TUHAN.

Inilah akal bulus dari pada Setan;
-       Ular memperdayakan Hawa di taman Eden.
-       Firaun, gambaran dari Iblis/Setan memperdayakan bangsa Israel, suatu bangsa yang besar, dengan kerja paksa.

Kita kembali melihat Keluaran 1.
Keluaran 1:10-11
(1:10) Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan -- jika terjadi peperangan -- jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini." (1:11) Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.

Firaun berkata: “Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka.” Tetapi tindakan bijaksana yang dimaksud di sini adalah supaya bangsa Israel ini semakin tertindas dengan kerja paksa. Jadi, perkataan “bertindak dengan bijaksana”, sebetulnya itu adalah akal jahat dari Iblis/Setan.

Tadi kita sudah melihat dalam Keluaran 5, bangsa Israel terikat dengan kerja paksa hanya karena soal ekonomi dan makanan. Demikian juga di hari-hari terakhir ini, gereja TUHAN akan terikat dengan kerja paksa hanya karena soal ekonomi dan makanan, padahal kalau kita perhatikan dalam Injil Matius 4, di situ sudah sangat jelas dikatakan bahwa: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”, di mana sebelumnya dapat kita lihat bahwa Iblis pun berusaha untuk memperdayakan pribadi Yesus Kristus.

Tetapi malam ini, saya tidak akan tambahkan lagi pemberitaan Firman TUHAN. Namun yang pasti, perkataan “Marilah kita bertindak dengan bijaksana”, itu merupakan akal jahat dari Iblis/Setan, karena justru tindakan bijaksana yang dimaksud adalah menindas bangsa Israel dengan cara kerja paksa.
Demikian juga gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini akan semakin diperberat karena semakin banyak kesibukan-kesibukan, dan itu terkait dengan soal ekonomi, terkait dengan soal makan minum. Itu sebabnya, kalau orang Kristen tidak mengerti rencana TUHAN, mereka pasti mendahulukan kerja paksa, karena itu terkait dengan soal makan dan minum.

Kita berdoa, supaya kiranya wujud dari pada naga merah padam yang besar sebagai akal jahat dari Iblis/Setan tidak memperdaya kehidupan kita masing-masing.

Perlu saya tambahkan sedikit lagi: Setelah mereka terikat dengan kerja paksa, akhirnya para mandur bangsa Israel menolak Musa dan Harun, dan di dalam penolakan itu ada perkataan: “Membusukkan nama” dan “Pisau untuk membunuh”.
Sebetulnya, TUHAN mengutus Musa dan Harun untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan kerja paksa. Korban Paskah, ibadah pelayanan, itulah yang membebaskan kita dari kerja paksa dunia ini supaya kita jangan menjadi mumi; tubuh yang dibalsam (diawetkan) di dunia ini. TUHAN tidak rela kita diawetkan di dunia ini.
Perlu untuk diketahui, ibadah dan pelayanan ini seharga dengan setetes darah Yesus, itulah korban Paskah, yang bertujuan untuk:
-  Membebaskan kita dari kebusukan. Karena yang membuat kita busuk adalah kalau kita mengabaikan Firman.
-       Membebaskan kita dari pemenggalan antikris.
Jadi, jangan diputar balik. Tetapi di hari-hari terakhir ini, Setan memang sedang berusaha untuk memutar balik fakta (kebenaran) Firman Tuhan, itulah akal jahat, akal bulus, tipu daya wujud dari seekor naga merah padam yang besar tadi, supaya manusia terperdaya. Akhirnya, rencana pembebasan tadi berubah menjadi penolakan terhadap Musa dan Harun.
Oleh sebab itu, biarlah kita melihat, memandang kemuliaan Allah, supaya hati kita diterangi, sehingga kita bebas dari tipu daya, akal jahat Iblis Setan. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment