IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 30 APRIL 2020
KITAB RUT
(Seri: 90)
Subtema: KASIH SETIA TUHAN
Shalom.
Pertama-tama saya
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kemurahan-Nya, kita diijinkan
untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Saya juga tidak
lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita
mohon kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita
malam ini.
Segera kita sambut
firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada
menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela
mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang
mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita,
dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
Terlebih dahulu
kita memperhatikan kalimat: “Sesudah itu …”
“Sesudah itu”,
artinya; sesudah Naomi menerima hasil tuaian yang dibawa oleh Rut dari ladang.
Selanjutnya,
berkatalah Naomi kepada Rut, menantunya itu, yang dibagi dalam dua bagian.
YANG PERTAMA: "Diberkatilah
kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada
orang-orang yang hidup dan yang mati."
Singkatnya, dalam
ucapannya itu, Naomi memberkati Boas, orang yang telah memberkati Rut,
menantunya itu, sebab Rut menerima hasil tuaian di ladang dari Boas. Boas
rohani itu jelas menunjuk pribadi dari Tuhan Yesus Kristus.
Jadi, dalam hal
ini, Naomi yakin dengan ucapannya -- yaitu memberkati orang yang memberkati
menantunya itu --, karena Naomi tahu bahwa Tuhan rela mengaruniakan kasih
setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati, itulah keyakinan dari
ucapan Naomi.
Berkaitan dengan
hal itu, segera kita perhatikan perkara yang sama, juga dinyatakan dalam
Perjanjian Baru, tepatnya dalam Injil Yohanes 3:16.
Yohanes 3:16
(3:16) Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.
Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal.
Pendeknya, Tuhan
rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang
mati. Jadi, bukan hanya sekedar sebutan
“kasih”, tetapi dengan jelas, dunia ini sangat bergantung kepada kasih setia
Tuhan.
Lebih rinci kita
melihat KASIH SETIA TUHAN.
Ibrani 1:1
(1:1) Setelah pada zaman dahulu Allah berulang
kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan
nabi-nabi,
Zaman dahulu Allah
berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang bangsa
Israel dengan perantaraan nabi-nabi.
Ayat ini dengan
jelas menunjukkan, bahwa; nenek moyang bangsa Israel berulang kali melakukan
kesalahan, sehingga Allah pun berulang kali dan dalam berbagai cara berbicara
kepada nenek moyang bangsa Israel dengan perantaraan nabi-nabi. Kalau Allah
dengan kesabaran-Nya berulang kali berbicara (berfirman) dengan perantaraan
nabi-nabi-Nya, itu menunjukkan bahwa kasih Allah sangatlah besar kepada nenek
moyang bangsa Israel, tetapi dunia ini sangatlah bergantung kepada kasih setia
Tuhan.
Singkatnya, begitu
besar kasih Allah dinyatakan kepada nenek moyang bangsa Israel. Tetapi, tidak
berhenti sampai di situ, selanjutnya kita perhatikan ayat 2.
Ibrani 1:2
(1:2) maka pada zaman akhir ini Ia telah
berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia
tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah
menjadikan alam semesta.
Namun pada zaman
akhir ini, Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yaitu Boas
rohani, itulah pribadi Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian, Allah telah
mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan orang-orang
yang mati.
Tadi kita sudah
melihat pada ayat 1; Allah menunjukkan kasih yang besar, tetapi pada ayat
2; Tuhan Allah menunjukkan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang
hidup dan orang-orang yang mati. Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik.
Jadi, Allah telah
mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan orang-orang
yang mati.
- Orang-orang yang hidup, menunjuk; bangsa Israel,
umat pilihan Allah, yang diwakilkan oleh NAOMI.
- Orang-orang yang mati, menunjuk; bangsa kafir,
yaitu di luar bangsa Israel, yang diwakilkan oleh pribadi RUT.
Kalimat pada ayat
2: “Oleh Dia -- yaitu Anak-Nya yang tunggal --, Allah telah
menjadikan alam semesta.” Berarti, dunia ini sangat membutuhkan kasih setia
Tuhan. “Dunia ini”, itulah orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.
Lebih jauh
dijelaskan dalam Efesus 2.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu --
sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak
bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat
lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu
kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian
dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di
dalam dunia.
Keadaan dari
orang-orang yang bukan Yahudi -- yakni bangsa kafir, disebut juga orang-orang
yang mati -- ialah:
KEADAAN YANG
PERTAMA: “Disebut orang yang tidak bersunat”, artinya; hidup di dalam
hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
KEADAAN YANG KEDUA:
-
“Tanpa Kristus" = Tubuh tanpa Kepala.
-
“Tidak termasuk kewargaan Israel.”
-
“Tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang
dijanjikan.”
-
“Tanpa pengharapan.”
-
“Tanpa Allah di dalam dunia.”
Kesimpulannya dari
keadaan yang pertama dan yang kedua, bangsa Kafir (orang-orang yang mati)
berujung pada kebinasaan, sama seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus: “Mereka
itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya
dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan.” Demikianlah keadaan (nasib)
manusia, terkhusus bangsa kafir atau orang-orang yang bukan Yahudi, berujung
pada kematian (kebinasaan).
Efesus 2:13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus
kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat"
oleh darah Kristus.
Tetapi sekarang di
dalam Kristus Yesus, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat”
oleh darah Kristus. Tepatnya, oleh karena kasih setia Tuhan, yang “jauh”
sudah menjadi “dekat”.
-
Yang “jauh”, menunjuk; orang-orang di luar
Yahudi = bangsa kafir = orang-orang yang mati.
-
Yang “dekat”, menunjuk; orang-orang Yahudi =
bangsa Israel = orang-orang yang hidup.
Jadi, darah salib
Kristus atau korban Kristus merupakan wujud dari kasih setia Tuhan yang
dinyatakan kepada orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.
Pendeknya, tanpa
penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa, sesuai dengan Ibrani 9:22.
Saya akan tambahkan
sedikit khusus tentang “orang-orang yang mati” (orang-orang bukan
Yahudi).
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran
dan dosa-dosamu.
Dengan jelas di
sini dikatakan, bahwa; bangsa kafir atau orang-orang yang bukan Yahudi binasa
karena pelanggaran-pelanggaran atau karena dosa-dosanya. Itulah nasib
orang-orang yang bukan Yahudi, yaitu mati binasa.
Namun, kita lanjut
memperhatikan ayat 2-3.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan
angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang
durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara
mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak
daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang
yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Ada 3 (tiga) hal
penyebab timbulnya dosa sehingga orang-orang bukan Yahudi mati (binasa), antara
lain:
1. “Dunia” dengan arusnya yang menghanyutkan dan menenggelamkan manusia, sehingga
anak-anak Tuhan mengalami kematian rohani.
2.
Mentaati “penguasa kerajaan angkasa”, itulah
Iblis Setan dengan segala tipu dayanya.
3.
Hidup di dalam “hawa nafsu daging” dan menuruti
“kehendak daging”.
Efesus 2:4-7
(2:4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh
karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, (2:5) telah
menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati
oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan --
(2:6) dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga
dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, (2:7) supaya
pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih
karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita
dalam Kristus Yesus.
Singkatnya, oleh
karena kasih setia Tuhan, orang-orang yang mati (bangsa kafir) dihidupkan
kembali, dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus, dan akhirnya dipermuliakan
bersama dengan Dia di dalam Kerajaan Sorga. Dengan demikian, pada masa yang
akan datang, Ia akan menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang
melimpah-limpah yang merupakan perwujudan dari kasih setia Tuhan.
Efesus 2:8-9
(2:8) Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
(2:9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri.
Singkatnya, oleh
karena kasih karunia, kita diselamatkan oleh iman. Jadi, bukan karena hasil
usaha, juga bukan karena hasil pekerjaan seseorang, tetapi itu merupakan
pemberian Allah. Oleh sebab itu, jangan ada orang yang memegahkan diri.
-
Sekalipun kita ada di tengah-tengah ibadah pelayanan
ini, jangan ada orang yang memegahkan diri.
-
Sekalipun kita diberkati lahir batin, jangan ada orang
yang memegahkan diri.
-
Sekalipun dipercayakan karunia-karunia dan
jabatan-jabatan oleh Tuhan, jangan ada orang yang memegahkan diri. Dan
seterusnya.
Mengapa? Karena itu
semua adalah kasih karunia. Kasih karunia-Nya dinyatakan kepada kita di dalam
Kristus Yesus. Jadi, kasih karunia yang limpah merupakan perwujudan dari kasih
setia Tuhan.
Efesus 2:10
(2:10) Karena kita ini buatan Allah, diciptakan
dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan
Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Allah membentuk
manusia untuk melakukan pekerjaan baik. Oleh sebab itu, Ia mau supaya kita
hidup di dalam kasih setia Tuhan. Biarlah kiranya hal ini kita pahami dengan
baik.
Tetapi yang pasti, “Allah
telah menunjukkan kekayaan kasih karunia-Nya yang berlimpah-limpah kepada
orang-orang yang mati”, itulah bangsa kafir, sebagaimana Rut sendiri di
dalam Rut 2:17.
Rut 2:17
(2:17) Maka ia memungut di ladang sampai petang;
lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai
banyaknya.
Rut mengirik yang
dipungutnya itu kira-kira satu efa jelai.
Kita lihat
PERBANDINGANNYA dalam Keluaran 16.
Keluaran 16:16,36
(16:16) Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu,
tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk
seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa." (16:36) Adapun
segomer ialah sepersepuluh efa.
Tuhan memelihara
bangsa Israel di padang gurun dengan makan manna, dan mereka memungut manna
satu gomer untuk tiap-tiap orang. Adapun satu gomer sama dengan sepersepuluh
efa.
Pendeknya, Allah
menunjukkan kekayaan kasih karunia-Nya yang berlimpah-limpah kepada bangsa
kafir (orang-orang yang mati).
-
Kepada bangsa Israel diberikan sepersepuluh efa (satu
dari sepuluh).
-
Tetapi khusus untuk Rut, setelah dia mengirik yang
dipungutnya itu, semuanya ada satu efa jelai = 10 Gomer.
Dengan demikian,
Allah menunjukkan kasih karunia-Nya yang berlimpah-limpah kepada bangsa kafir,
kepada orang-orang yang mati.
Oleh sebab itu,
sebagai bangsa kafir, kita patut bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah
menunjukkan kasih karunia-Nya yang berlimpah-limpah kepada kita yang adalah
bangsa kafir.
Kita kembali
memeriksa Injil Yohanes 3 dengan teliti, secara khusus tentang kasih
setia-Nya yang telah dinyatakan dalam Kristus Yesus, Anak-Nya yang tunggal itu.
Yohanes 3:16
(3:16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.
Tujuan dari kasih
setia Allah kepada orang-orang yang hidup dan yang mati ialah supaya setiap
orang yang percaya kepada kasih setia Allah tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.
Yohanes 3:17
(3:17) Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke
dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya
oleh Dia.
Allah mengutus
Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia ini bukan untuk menghakimi dunia, bukan
untuk menghakimi orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati, melainkan untuk
menyelamatkannya = memperoleh hidup kekal.
Yohanes 3:18
(3:18) Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak
akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman,
sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Barangsiapa percaya
kepada kasih setia Tuhan, ia tidak akan dihukum. Sebaliknya, barangsiapa
tidak percaya kepada kasih setia Tuhan, ia telah berada di bawah hukuman,
sebab tidak percaya kepada Yesus Kristus, Anak Tunggal Bapa, sebagai perwujudan
dari kasih setia Tuhan, seperti dalam Ibrani 1:1-2.
Jadi, Yohanes
3:16-18, hal ini dinyatakan secara khusus oleh Yesus Kristus, Anak Tunggal
Bapa kepada Nikodemus.
Yohanes 3:1-2
(3:1) Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus,
seorang pemimpin agama Yahudi. (3:2) Ia datang pada waktu
malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau
datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat
mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak
menyertainya."
Perikop atau judul
dari ayat ini adalah “Percakapan -- antara Tuhan Yesus Kristus -- dengan
Nikodemus”, jelas ini merupakan panggilan bagi setiap pribadi, sebagaimana
Nikodemus datang kepada Tuhan secara pribadi.
Jadi, kembali saya
sampaikan; percakapan ini merupakan panggilan bagi setiap pribadi. Secara
khusus para imam, pelayan Tuhan harus menghargai panggilannya, belajar
berpadanan dengan panggilannya, belajar memikul tanggung jawab yang
dipercayakan oleh Tuhan di atas pundak.
Nikodemus adalah
orang Farisi, orang yang terhormat, ia seorang guru agama Yahudi. Namun, ia
datang pada waktu malam kepada Yesus dengan suatu dialog.
“Waktu malam” merupakan waktu di mana manusia mencari apa
yang menjadi kekurangannya, bahkan seorang guru agama pun merasa kekurangan.
Oleh sebab itu, memang, dalam hubungan timbal baliknya pun; Tuhan tidak
terlelap dan tidak tertidur -- sesuai dengan Mazmur 121:4 --,
menunjukkan bahwa ada persiapan firman untuk memberi jawaban yang tepat dan
yang pasti yang dapat mengisi kekurangan Nikodemus itu sendiri.
Dan hamba Tuhan
harus belajar dalam hal persiapan, demikian juga dengan saya harus belajar
dalam hal persiapan untuk mengisi kekurangan dari pada sidang jemaat. Terlalu
banyak kekurangan kita di atas muka bumi ini yang tidak terurai, oleh sebab
itu, hamba Tuhan harus dapat memberi jawaban dalam setiap persoalan untuk mengisi
kekosongan-kekosongan, kekurangan-kekurangan yang begitu banyak.
Dan firman Tuhan
itu sendiri adalah terang dunia, sesuai dengan Yohanes 1:1-5. Jadi,
pembukaan rahasia firman itulah terang dunia, yang menerangi segala dosa yang
masih disembunyikan di dalam gelap.
Sebenarnya, dalam
sisi persiapan, Nikodemus sudah melakukan hal yang benar, yaitu datang di waktu
malam untuk berdialog secara pribadi dengan pribadi Yesus Kristus, yang adalah
kasih setia Tuhan. Tetapi sayangnya, Nikodemus
belum mengenal kasih setia Tuhan dengan benar, sehingga ia sibuk
membicarakan tanda-tanda heran atau pun mujizat-mujizat yang diadakan oleh
Yesus, Anak Tunggal Bapa, sebagaimana tadi dikatakan pada ayat 2,
Nikodemus berkata: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang
diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda
yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.”
Perlu untuk
diketahui: Yesus datang bukan hanya semata-mata untuk mengadakan mujizat. Itu
sebabnya, sekalipun sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, tetapi jikalau
salib diabaikan atau tidak ditegakkan di tengah-tengah ibadah pelayanan, maka
semuanya tidak ada artinya, sia-sia. Sebab Yesus Kristus sendiri yang
mengatakannya di dalam Injil Matius 7:15,21-23, di mana nabi-nabi palsu
sibuk mengadakan tiga perkara ajaib (tanda-tanda heran), tetapi mereka sendiri
mengabaikan salib Kristus, mereka tidak melakukan apa yang menjadi kehendak
Allah (ayat 21), sehingga pada waktu itulah Tuhan berterus terang kepada
mereka dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!”, selanjutnya Tuhan
kembali berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Mengapa Tuhan mengatakan nabi-nabi palsu ini
“pembuat kejahatan” ? Karena mereka sibuk mengadakan tiga perkara ajaib, tetapi
mereka mengabaikan kehendak Allah, itulah sengsara salib.
Itu sebabnya saya
mengatakan di atas tadi: Dalam sisi persiapan, Nikodemus sudah melakukan hal
yang benar, sebab dia datang kepada Yesus pada waktu malam, tetapi sayang
sekali, sebagai guru agama Yahudi, Nikodemus tidak mengenal kasih setia Tuhan.
Banyak orang
Kristen tidak mengenal kasih setia Tuhan. Tahu Tuhan, tetapi tidak mengenal
kasih setia Tuhan. Bahkan;
-
Berjuta-juta kali berseru menyebut nama “Tuhan,
Tuhan!”;
-
Dan hamba-hamba Tuhan sibuk dengan mujizat-mujizatnya;
Tetapi ternyata,
mereka mengabaikan salib, mengabaikan kehendak Allah Bapa… Matius 7:21.
Tidak sedikit hamba
Tuhan menjadi Nikodemus Nikodemus di hari-hari terakhir ini, dan jangan juga
sidang jemaat memiliki roh Nikodemus; secara lahiriah terlihat luar biasa,
tetapi secara rohani tidak ada apa-apanya, sebab tidak mengenal kasih setia
Tuhan.
Sebenarnya, dunia
ini sangatlah membutuhkan kasih setia Tuhan, baik orang-orang yang hidup --
bangsa Israel, yang diwakilkan oleh Naomi --, baik orang-orang yang mati --
bangsa kafir, yang diwakilkan oleh Rut --.
Jangan kita
mengagungkan hal-hal yang lahiriah, jangan kita mengagungkan kemewahan. Oleh
sebab itu, tidak boleh ada orang yang bermegah, apalagi bermegah dalam
kemewahan, perkara-perkara yang lahiriah.
Selanjutnya, kita
kembali memperhatikan Injil Yohanes 3.
Yohanes 3:3
(3:3) Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak
dapat melihat Kerajaan Allah."
Setelah Yesus
mendengarkan pernyataan Nikodemus, selanjutnya Yesus menjawab: “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat
melihat Kerajaan Allah.”
Kalau tadi
Nikodemus sibuk berbicara tanda-tanda atau pun mujizat-mujizat, sebaliknya
Yesus sibuk berbicara tentang kelahiran kembali. Yesus tidak meresponi soal
mujizat atau tanda-tanda heran yang disampaikan Nikodemus kepada Yesus Kristus.
Tujuannya: Supaya
Nikodemus dapat melihat Kerajaan Allah, seperti apa yang dinyatakan Yesus pada ayat
3: “… Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat
melihat Kerajaan Allah.” Sekalipun sejuta kali mujizat terjadi di depan
mata;
-
Yang sakit sembuh;
-
Yang lumpuh berjalan;
-
Yang buta melihat;
Tetapi jika ia
tidak dilahirkan kembali, dia tidak akan pernah melihat Kerajaan Sorga. Sebab,
kesembuhan yang terjadi karena mujizat, bukan berarti itu adalah suatu tanda
kelahiran kembali, tetapi itu merupakan kuasa dari karunia-karunia yang
diterima oleh seorang hamba Tuhan. Yang Tuhan mau ialah supaya Nikodemus,
supaya gereja Tuhan boleh mengalami kelahiran kembali, dengan satu tujuan;
supaya kita dapat melihat Kerajaan Sorga, karena Tuhan menyatakan kasih
setia-Nya. Yang dibutuhkan oleh dunia ini adalah kasih setia, bukan
perkara-perkara yang tidak memberi jaminan hidup yang menyelamatkan.
Hari ini, mungkin,
kesembuhan terjadi, itu boleh saja terjadi, tetapi belum tentu orang yang
sembuh itu setia.
-
Sama seperti 10 (sepuluh) orang yang kena penyakit
kusta, setelah sembuh, mereka pergi, tetapi yang kembali hanya satu.
-
Demikian juga orang yang sembuh dari kebutaan, yang
kembali hanya satu.
Sebab itu, yang
dibutuhkan ialah kasih setia Tuhan, dunia ini membutuhkan kasih setia Tuhan.
Gereja Tuhan tidak
boleh terkecoh, tidak boleh disesatkan oleh ajaran setan. Kita harus jujur.
Jangan pandang “manusianya”, seperti perempuan Samaria sebelum mengenal
Yesus (kasih setia Tuhan), dia sibuk berbicara soal; “timba”. Sehingga
ketika Yesus menampilkan diri-Nya sebagai air hidup di tengah-tengah dunia yang
penuh kenajisan ini, justru perempuan Samaria berkata: “Tuhan, Engkau tidak
punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup
itu?” Perempuan Samaria keliru dalam perkataannya, dia belum mengenal kasih
setia Tuhan.
Tidak sedikit orang
Kristen yang sibuk berbicara soal “timba”, sibuk berbicara soal hamba
Tuhan; maksudnya, hamba Tuhan tersebut apakah sudah terkenal, apakah sudah
masuk Televisi, apakah gerejanya mewah? Tetapi sebaliknya tidak sibuk mencari
kedalaman hati Tuhan lewat pembukaan rahasia firman, sebab Yesus sendiri adalah
air kehidupan, firman Allah yang hidup. Jangan kita terkecoh dengan ajaran
Setan. Jangan saudara menggandrungi seorang hamba Tuhan, tetapi gandrungilah
manakala dia memiliki pembukaan rahasia firman Allah.
HARI-HARI INI
ADALAH MASA SULIT. TUHAN SUDAH MENYATAKAN TANDA KESUDAHAN DARI DUNIA INI SUDAH
DEKAT. WABAH CORONA (COVID-19) SUDAH DINYATAKAN SEBAGAI SEBUAH SINYAL YANG
POSITIF BAGI ANAK-ANAK TUHAN, TETAPI BAGI DUNIA, HAL INI ADALAH SINYAL NEGATIF
YANG MENYULITKAN KEHIDUPAN MEREKA, MENYULITKAN PEREKONOMIAN BAGI MEREKA. TETAPI
SEKALI LAGI SAYA KATAKAN; BAGI ANAK TUHAN, INI ADALAH SEBUAH SINYAL YANG
POSITIF, INI ADALAH SEBUAH TANDA BAHWA KEDATANGAN TUHAN SUDAH TIDAK LAMA LAGI.
SEBAB ITU, JANGAN KITA SIBUK BERBICARA SOAL YANG LAHIRIAH, JANGAN SIBUK MENGGANDRUNGI
SEORANG HAMBA TUHAN, TETAPI SIBUKLAH MENGGANDRUNGI PEMBUKAAN RAHASIA FIRMAN
ALLAH, SEBAB KASIH ALLAH LEBIH DALAM DARI SUMUR YAKUB.
OLEH PEMBUKAAN
RAHASIA FIRMAN DAPAT MENJANGKAU SEGALA RAHASIA YANG TERKANDUNG DI DALAM HATI,
SEHINGGA DOSA DIBONGKAR DENGAN TUNTAS. JELAS, KASIH ALLAH LEBIH DALAM DARI
SUMUR YAKUB.
Kalau tadi kita
sudah melihat, bahwa Nikodemus sibuk berbicara tentang tanda-tanda (mujizat),
sebaliknya Yesus sibuk berbicara tentang kelahiran kembali, dengan tujuan
supaya Nikodemus dapat melihat Kerajaan Allah. Itulah sebabnya, Yesus tidak
meresponi pernyataan Nikodemus, tentang tanda-tanda (mujizat) yang dilakukan
oleh Yesus sendiri.
Yohanes 3:4
(3:4) Kata Nikodemus kepada-Nya:
"Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?
Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
Kata Nikodemus
kepada Yesus, Anak Allah: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia
sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?”
Jelas, perkataan ini menunjukkan bahwa Nikodemus adalah manusia lahiriah, dengan
lain kata; belum dilahirkan kembali, sehingga dia tetap manusia daging, bukan
manusia rohani, sehingga Nikodemus sibuk berbicara soal-soal yang lahiriah.
Berbeda jika
seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan, imam-imam, atau gereja Tuhan, anak-anak
Tuhan adalah manusia rohani, dengan kata lain; sudah dilahirkan kembali, maka
ia pasti sibuk berbicara soal-soal yang rohani, bukan lagi soal-soal yang
lahiriah, seperti Nikodemus. Itu jelas dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada
jemaat di Kolose, dengan gamblang ia berkata dalam Kolose 3:1-3.
Kolose 3:1-3
(3:1) Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama
dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk
di sebelah kanan Allah. (3:2) Pikirkanlah perkara yang di atas,
bukan yang di bumi. (3:3) Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi
bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Ciri-ciri jikalau
seseorang sudah mati dan bangkit bersama dengan Kristus -- satu dalam kematian
dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus -- ialah:
1. “Ia mencari perkara yang di atas, di mana Kristus duduk
di sebelah kanan Allah”,
sama dengan; mencari pembelaan dari Tuhan. Tandanya; berdiri teguh di atas
pendirian yang benar, sama dengan; berdiri di atas korban Kristus, itulah yang
disebut mencari pembelaan dari Tuhan.
Kalau kita mencari pembelaan
dari manusia daging, maka tidak ada kekuatan, sama seperti rumah yang dibangun
di atas pasir; manakala datang ujian, yaitu; “Turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu angin melanda rumah itu”, sehingga rubuhlah rumah itu dan
hebatlah kerusakannya. Tetapi kalau rumah itu dibangun di atas dasar yang
benar, datang dengan mencari pembelaan kepada Tuhan, ia tetap kuat, sebab Tuhan
yang membela, Tuhan yang memelihara kehidupan gereja Tuhan di hari-hari
terakhir ini.
Mari kita datang mencari perkara
di atas, di mana Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa, sama dengan mencari
pembelaan dari Tuhan, dengan tanda berdiri di atas korban Kristus, maka kita
kuat. Kalau kita kuat, tidak mudah dipengaruhi ujian, itu merupakan pembelaan
dari Tuhan lewat korban-Nya, seperti rumah yang dibangun di atas batu (korban
Kristus)… Matius 7:24-25.
2. “Memikirkan perkara yang di atas, bukan perkara di
bumi”, bukan perkara di bawah, itulah perkara-perkara lahiriah, sama
dengan; rela mengorbankan yang jasmani demi yang rohani.
Berbeda dengan manusia jasmani -- manusia
lahiriah, manusia daging --, ia justru mengorbankan ibadah dan pelayanan demi
uang, demi harta, demi kekayaan, demi kedudukan, demi reputasi, demi
popularitas untuk diri sendiri, dan lain sebagainya. Tetapi orang yang
memikirkan perkara di atas, ia tidak sibuk memikirkan perkara yang di bumi
(perkara di bawah), sama dengan; rela mengorbankan yang jasmani demi yang
rohani.
Jadi, yang
dipikirkan hanyalah perkara yang di atas dan yang dicari juga hanyalah perkara
yang di atas. Mulut ini sibuk membicarakan perkara yang di atas, kehidupan ini
sibuk mencari perkara di atas, bukan lagi perkara di bawah, melainkan sibuk
mengerjakan pekerjaan Tuhan.
Tetapi Nikodemus
adalah manusia lahiriah, manusia daging, sebab tadi di dalam Injil Yohanes
3:4, Nikodemus berkata kepada Yesus: “Bagaimanakah mungkin seorang
dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya
dan dilahirkan lagi?” Hal ini menunjukkan bahwa manusia daging (manusia lahiriah)
belum mengenal kasih setia Tuhan, walaupun;
-
Berjuta-juta kali berseru menyebut nama “Tuhan,
Tuhan!”
-
Berjuta-juta kali mengadakan mujizat (tanda-tanda) di
tengah ibadah pelayanan.
Ayo, kita belajar
untuk mengenal kasih setia Tuhan, jangan sibuk dengan perkara yang lahiriah.
Kalau seseorang sibuk memikirkan perkara lahiriah (sibuk mencari perkara yang
di bawah), menunjukkan bahwa dia adalah manusia daging (manusia lahiriah), ia
belum dilahirkan kembali, dengan lain kata; belum satu dalam kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus.
Yohanes 3:5-7
(3:5) Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat
masuk ke dalam Kerajaan Allah. (3:6) Apa yang dilahirkan dari daging,
adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
(3:7) Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan
kembali.
Dengan tegas Yesus
berkata kepada Nikodemus: “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata
kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.”
Jangan heran kalau
kita harus dilahirkan kembali, sebab;
- Apa yang dilahirkan oleh daging adalah daging. Itu adalah kehidupan yang pertama, tetapi
kehidupan yang pertama belum tentu memperoleh kehidupan yang kekal (hidup yang
kedua).
- Apa yang dilahirkan oleh Roh adalah roh (menjadi manusia rohani).
Dengan mengatakan
hal ini kepada Nikodemus, menunjukkan bahwa sebenarnya Tuhan tidak puas melihat
hidup rohani Nikodemus. Mengapa demikian?
-
Sekalipun Nikodemus menyebut Yesus sebagai Guru (Rabi)
dan sekaligus mengadakan dialog;
-
Sekalipun Nikodemus mengakui mujizat atau tanda-tanda
yang dilakukan oleh Yesus;
Tetapi Yesus belum
puas melihat Nikodemus sebagai guru agama Yahudi, sebab Nikodemus belum
dilahirkan kembali, belum menjadi manusia rohani.
Jangan kita puas
dengan berkali-kali berseru menyebut: “Tuhan, Tuhan!” dan jangan kita
puas dengan sejuta kali mengadakan tanda-tanda heran (mujizat) yang terjadi di
depan mata, sebelum terjadi kelahiran kembali.
Nikodemus
betul-betul mengagungkan Tuhan karena tanda-tanda heran, bahkan menyebut Yesus
adalah Guru (Rabi), tetapi sesungguhnya Yesus tidak puas sebelum Nikodemus
dilahirkan kembali, sebab dengan jelas tadi kita sudah memperhatikan;
-
Apa yang dilahirkan oleh daging adalah daging.
-
Apa yang dilahirkan oleh Roh adalah roh.
Sebab itu, gereja
Tuhan, anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan, di mana pun saudara berada
sedang menyaksikan pemberitaan firman lewat live streaming, camkanlah
hal ini dengan baik. Jangan saudara sibuk menggandrungi manusia, tetapi
sibuklah menggandrungi kedalaman kasih Allah, itulah kasih setia-Nya, lewat
pembukaan rahasia firman Tuhan, Dia akan mengoperasi kedalaman hati kita
masing-masing.
Sebab tujuan Yesus,
Anak Allah, diutus ke dalam dunia ini, bukan saja hanya untuk mengadakan
tanda-tanda heran atau pun mujizat, tetapi tujuan yang utama (pokok) adalah
untuk menyelamatkan orang berdosa dengan jalan kelahiran kembali oleh air dan
Roh. Itulah tujuan utama Yesus diutus oleh Allah Bapa ke dunia ini; supaya kita
diselamatkan lewat kelahiran kembali oleh air dan Roh.
Sekalipun seseorang
mengalami kesembuhan, belum tentu mengalami kelahiran kembali, tetapi seseorang
dapat dilahirkan kembali hanya oleh air dan Roh. Hal itu jelas
dinyatakan dalam suratan 1 Yohanes 5.
1 Yohanes 5:7-8
(5:7) Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di
dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya
adalah satu. (5:8) Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh
dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
Ada tiga yang
memberi kesaksian di sorga:
1.
Bapa.
2.
Firman.
3.
Roh Kudus.
Ketiganya merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Juga ada tiga yang memberi
kesaksian di bumi:
1.
Roh.
2.
Air.
3.
Darah.
Dan ketiganya juga
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
1 Yohanes 5:6
(5:6) Inilah Dia yang telah datang dengan air dan
darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan
darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.
Perhatikan: Yesus
datang dengan air dan darah, dan Roh Kudus yang memberi kesaksian
karena Roh adalah kebenaran.
Perlu untuk
diketahui: “air” atau baptisan air selalu didahului dengan darah atau
baptisan darah.
Mari kita lihat
KESAKSIAN DI BUMI.
Ada tiga kesaksian
di bumi, yaitu; Roh, Air dan Darah.
Tentang: “Darah”
Jelas itu menunjuk;
baptisan darah = pertobatan.
Jika dikaitkan
dengan pola Tabernakel, baptisan darah (bertobat), terkena pada; MEZBAH KORBAN
BAKARAN.
Baptisan darah
terjadi ketika Anak Domba paskah telah disembelih, sehingga darah-Nya tercurah,
itulah yang disebut baptisan darah. Dan hal ini terkait dengan pengampunan
dosa, sebab tanpa penumpahan darah, tidak terjadi pengampunan dosa. Jadi,
manakala kita harus memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan, itu merupakan
meterai dari pengampunan dosa.
Ketika Yesus
disembelih, darah-Nya tercurah. Ketika kita menanggung banyak sengsara karena
salib, aniaya karena firman, itu merupakan meterai dari sebuah pengampunan
dosa.
Sekali waktu, ada
hamba Tuhan meminta kepada saya supaya saya dengan segera menyampaikan
pengertian yang jelas tentang salib. Beliau bermaksud supaya gereja Tuhan (umat
Tuhan) mengerti dan tidak anti dengan sengsara salib.
“Sengsara salib”, berarti; memikul sebuah tanggung jawab di
atas pundak. Setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing;
-
Tanggung jawab seorang suami adalah mengepalai rumah
tangganya.
-
Tanggung jawab seorang isteri adalah tunduk kepada
suaminya.
-
Tanggung jawab seorang anak adalah hormat kepada orang
tuanya.
-
Tanggung jawab seorang hamba adalah tunduk kepada
tuannya.
-
Tanggung jawab seorang tuan adalah memperhatikan
hamba-hambanya.
Jadi, setiap orang
harus memikul tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kepercayaan Tuhan.
Kemudian, “aniaya
karena firman”, maksudnya ialah; benar tetapi teraniaya, benar tetapi
menderita. Sebagai contoh;
- Untuk datang beribadah, itu adalah aniaya.
- Duduk dengar firman Tuhan tanpa gelisah dan pikiran
tidak bercabang-cabang, itu juga aniaya karena firman.
Kesimpulannya:
Orang yang memikul salib dan mengalami aniaya karena firman, bukan berarti ia
tidak boleh kaya, bukan berarti ia tidak boleh menikmati kemurahan-kemurahan
Tuhan, bukan berarti ia tidak diberkati, bukan, boleh saja ia memiliki rumah,
memiliki jabatan yang tinggi, memiliki harta, boleh saja, tetapi ingat;
- Ia harus bertanggung jawab atas apa yang Tuhan
percayakan untuk dipikul di atas pundak,
- Juga ia harus rela menderita aniaya oleh karena
kebenaran firman -- bukan menderita aniaya karena pukulan (kebodohan) --.
Itulah terkait
dengan “darah”, itu menunjuk; anak domba Paskah telah disembelih. Ketika Yesus
tersalib, darah-Nya tercurah atas kehidupan kita, dan hal itu terkait dengan
pengampunan dosa. Jadi, meterai dari pengampunan dosa adalah banyak memikul
salib, aniaya karena firman.
1 Korintus 5:7
(5:7) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu
menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba
Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.
Dari ayat ini,
jelas bahwa; darah menunjuk anak domba Paskah yang telah disembelih. Darah-Nya
tercurah untuk mengampuni dosa kita, baik dosa kejahatan, baik dosa kenajisan,
baik ragi yang lama, baik ragi keburukan, dan lain sebagainya.
Tentang: “Air”
Jelas itu menunjuk;
baptisan air = lahir baru.
Jika dikaitkan
dengan pola Tabernakel, baptisan air, terkena pada; KOLAM PEMBASUHAN.
Roma 6:3-5
(6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua
yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? (6:4)
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan
dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang
baru. (6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama
dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama
dengan kebangkitan-Nya.
Baptisan air,
artinya; satu dengan pengalaman Yesus, dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
-
Kuasa kematian Yesus; tabiat-tabiat lama sudah dikubur.
-
Kuasa kebangkitan Yesus; hidup dalam hidup yang baru,
sebab yang lama sudah berlalu.
Tetapi perlu untuk
kita ketahui: Baptisan air ini tidak berhenti hanya sebatas di Kolam Pembasuhan
saja, tetapi sampai hari ini, kita harus memberi diri disucikan oleh air dan
Firman yang limpah, sesuai dengan Efesus 5:26-27, “Supaya dengan
demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat
atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.”
Kalau kita kaitkan
dengan pengalaman pelayanan dari rasul-rasul, terkhusus Petrus; sesudah terjadi
baptisan air, maka selanjutnya adalah masuk dalam baptisan Roh. Hal itu dapat
kita perhatikan dalam Kisah Para Rasul 2.
Kisah Para Rasul
2:38
(2:38) Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh
Kudus.
“Bertobatlah dan
hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus
untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
-
“Bertobat”, menunjuk; baptisan darah.
-
“Dibaptis”, itulah baptisan air, berarti; mati dan
bangkit bersama dengan Kristus.
-
Sesudah itu, kita akan memasuki “baptisan Roh.”
Tiga hal ini mutlak
menjadi suatu kesaksian di dunia ini.
Tentang: “Roh”
Setelah mengalami
baptisan air, maka selanjutnya adalah masuk dalam baptisan Roh.
Wujud dari baptisan
Roh adalah berada dalam kegiatan Roh. Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel,
berada dalam kegiatan Roh, terkena pada; RUANGAN SUCI.
Kisah Para Rasul
2:41-42
(2:41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah
kira-kira tiga ribu jiwa. (2:42) Mereka bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan
roti dan berdoa.
Baptisan Roh atau
berada dalam kegiatan Roh, berarti:
1.
Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam
persekutuan.
2.
Bertekun dalam memecahkan roti atau perjamuan suci.
3.
Bertekun dalam berdoa, itulah doa penyembahan.
Jika dikaitkan
dengan pola Tabernakel, tepatnya dikaitkan dengan tiga perabotan yang ada di
dalam Ruangan Suci, maka:
1. Pengajaran rasul-rasul dan persekutuan, terkena pada;
Pelita Emas. Arti rohaninya ialah ketekunan dalam Ibadah (Kebaktian) Raya
Minggu.
2. Pemecahan roti atau perjamuan suci, terkena pada; Meja
Roti Sajian. Arti rohaninya ialah ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab,
disertai perjamuan suci.
3. Berdoa atau doa penyembahan, terkena pada; Mezbah
Pembakaran Ukupan. Arti rohaninya ialah ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Kesimpulannya:
Tanda darah, air dan Roh adalah hal yang sangat penting
sebagai tiga saksi di bumi di hadapan Tuhan, supaya kita “sah”, sehingga boleh
mengalami kelahiran kembali.
Sebagai bukti;
1.
Bangsa Israel harus mengalami Paskah, jelas itu
menunjuk; darah atau baptisan darah.
2.
Bangsa Israel melewati laut Kolsom (Laut
Teberau), jelas itu menunjuk; baptisan air.
3.
Bangsa Israel mengalami tiang api atau asap,
jelas itu menunjuk; baptisan Roh Kudus.
Akhirnya, dengan
tiga perkara di atas, bangsa Israel sampai (tiba) di tanah Kanaan.
Jadi, dengan tiga
bukti inilah menunjukkan bahwa tiga perkara tersebut -- darah, air, Roh --
sudah harus menjadi saksi kita di dunia ini di hadapan Tuhan, sebagai saksi
tanda kelahiran baru, dengan lain kata; kita mengalami kelahiran kembali,
dengan demikian; manusia nafsani menjadi manusia rohani.
Kita kembali
memperhatikan Injil Yohanes 3.
Yohanes 3:8
(3:8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya,
tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi.
Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
“Angin bertiup
ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari
mana ia datang atau ke mana ia pergi.” Pekerjaan Roh itu tidak bisa
diselami oleh akal pikiran manusia daging, sama seperti angin bertiup ke mana
ia mau, dan Nikodemus mendengar bunyinya, tetapi Nikodemus tidak tahu dari mana
ia datang atau ke mana ia pergi.
“Demikianlah
halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Demikianlah keadaan
dari manusia rohani yang sudah dilahirkan kembali; penuh dengan keheranan,
penuh dengan kemustahilan, ia penuh dengan keajaiban-keajaiban yang dari Tuhan
di dalam hidupnya. Mujizat Allah akan terjadi dan dialami oleh manusia rohani,
tetapi bukan seperti mujizat yang dimaksud oleh Nikodemus -- yaitu mujizat
kesembuhan semata --, melainkan sesuatu yang tidak mungkin akan dialami oleh
kehidupan gereja Tuhan (anak-anak Tuhan) yang sudah dilahirkan kembali.
Itulah akhirnya
yang dialami oleh Nikodemus, dialah salah seorang yang menurunkan mayat Yesus;
kehidupan yang sudah dilahirkan kembali (kehidupan manusia rohani) penuh dengan
keajaiban -- yang sesungguhnya tidak mungkin terjadi --.
Sama halnya dengan;
LAWAN DARI COVID-19 ADALAH KEAJAIBAN (MUJIZAT) MAZMUR 91.
Sekarang ini wabah Corona (Covid-19) melanda seantero dunia, membuat
resah penduduk bumi, tetapi yang menjadi lawan dari Covid-19 adalah
firman Tuhan, yaitu Mazmur 91. Covid-19 boleh terjadi, tetapi Mazmur
91 akan menghadapinya; Tuhan melindungi, asal kita mengalami kelahiran
kembali, itulah manusia rohani yang penuh dengan keajaiban. Saudara nanti bisa
membaca Mazmur 91 yang menjadi lawan atau kebalikan dari Covid-19.
“Walau seribu
orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak
akan menimpamu. Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri …” Itulah
keajaiban yang akan kita alami kalau kita mengalami kelahiran kembali, menjadi
manusia rohani. LAWAN DARI COVID-19 ADALAH KEAJAIBAN (MUJIZAT) MAZMUR 91.
Oleh sebab itu,
tiga tanda -- darah, air dan Roh -- harus betul-betul terjadi, karena tiga hal
itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, itulah kasih setia Tuhan
yang dinyatakan oleh Allah kepada manusia, secara khusus Yesus menyatakan kasih
setia itu kepada Nikodemus.
Untuk mengisi
kekurangan-kekurangan dari sidang jemaat, hamba Tuhan harus ada persiapan, di
mana firman Allah harus dinyatakan lewat pembukaan rahasia firman untuk mengisi
kekurangan-kekurangan dan dapat mengurai segala persoalan dari seluruh sidang
jemaat di hari-hari terakhir ini.
Jadi, kita patut
bersyukur kalau Tuhan senantiasa membukakan rahasia firman-Nya dalam setiap
pertemuan-pertemuan ibadah, sebab itulah kasih setia Tuhan kepada orang-orang
yang hidup dan kepada orang-orang yang mati.
Biarlah kita semua,
sidang jemaat, umat Tuhan, anak Tuhan, para pemirsa live streaming dapat
memahami hal ini; ukurannya bukanlah mujizat secara lahiriah, sebab orang yang
mengalami mujizat – misalnya; kesembuhan dari penyakit --, belum tentu ia
mengalami kelahiran baru. Tetapi kelahiran baru, harus dilahirkan oleh Roh;
baptisan darah, baptisan air, baptisan Roh, sampai kita dilahirkan kembali oleh
Roh dan menjadi manusia rohani. Dengan demikian, layak untuk melihat Kerajaan
Sorga.
Yohanes 3:19-21
(3:19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah
datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada
terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. (3:20) Sebab barangsiapa
berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya
perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; (3:21) tetapi
barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya
menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Nikodemus sudah datang
kepada terang itu, sehingga kita pun tidak lagi hidup dengan segala
perbuatan-perbuatan yang sembarangan. Kalau kita ada di dalam terang, terkhusus
seorang imam, seorang pelayan Tuhan, hamba Tuhan di tengah ibadah pelayanan,
maka tidak lagi hidup dengan sembarangan, tidak lagi hidup dengan sembrono,
tidak lagi hidup dengan sesuka hati, karena dia sudah diterangi oleh firman
pengajaran yang rahasianya dibukakan dalam terangnya Roh-El Kudus.
Itulah Nikodemus.
Bagaimana dengan kita, sudahkah kita merasakan kasih setia Tuhan? Sebab dunia
ini sangat membutuhkan kasih setia Tuhan. Orang-orang yang hidup sangat
membutuhkan kasih setia Tuhan. Orang-orang yang mati juga membutuhkan kasih
setia Tuhan.
Itu sebabnya, Naomi
sangat optimis dalam ucapannya yang memberkati Boas rohani, karena Rut,
menantunya itu, telah menerima hasil tuaian dari ladang yang diterima dari
Boas. Naomi dengan yakin memberkati Boas dalam ucapannya, karena Naomi tahu,
bahwa Tuhan dengan rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang
yang hidup dan orang-orang yang mati. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment