IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 16 MEI 2020
STUDY YUSUF
(Seri: 191)
Subtema: PENDIRIAN YANG SUCI SESUAI KETETAPAN FIRMAN ALLAH
Shalom.
Selamat malam. Keadaan dunia sudah semakin
gelap malam, tetapi dalam keadaan malam semacam ini, justru kita ada di dalam
terang yang ajaib, lewat ibadah pemuda remaja. Kita patut bersyukur kepada
TUHAN.
Salam sejahtera dan bahagia memenuhi setiap
kehidupan pemuda remaja, baik anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN,
terkhusus pemuda remaja yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat
live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, tentu kita berdoa memohon supaya kiranya TUHAN membukakan
firman-Nya bagi kita.
Segera kita memperhatikan STUDY YUSUF dari
Ibadah Kaum Muda Remaja.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang
anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51)
Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya:
"Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan
kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua
diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak
dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu,
lahirlah bagi Yusuf dua orang anak-anak laki-laki.
-
Yang
sulung bernama Manasye.
-
Anak yang
kedua bernama Efraim.
Selanjutnya, kita akan memeriksa arti
rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari yang sulung.
MANASYE, artinya; Yusuf lupa sama sekali
terhadap dua perkara, yakni:
1.
Yusuf lupa
kepada kesukarannya.
2.
Yusuf lupa
kepada rumah bapanya.
Kita masih memperhatikan KESUKARAN YUSUF
yang dibagi dalam tiga fase.
-
Fase yang
pertama: “Yusuf tinggal bersama saudara-saudaranya” … Kejadian 37.
-
Fase yang
kedua: “Yusuf di rumah Potifar” … Kejadian 39.
-
Fase yang
ketiga: “Yusuf berada di dalam penjara” … Kejadian 40.
Saat ini kita masih berada pada FASE YANG
KEDUA: “YUSUF DI RUMAH POTIFAR.”
Kejadian 39:10
(39:10) Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk
Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.
Walaupun dari hari ke hari isteri Potifar
membujuk Yusuf, namun Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di
sisinya dan bersetubuh dengan dia. Artinya, Yusuf memiliki sikap yang tegas
untuk menolak kenajisan dari isteri Potifar atau menolak untuk berzinah dengan
isteri Potifar.
Hal itu berlangsung dari hari demi hari,
tetapi Yusuf tetap saja tidak mendengarkan bujuk rayu dari pada isteri Potifar,
menunjukkan bahwa; Yusuf penuh dengan Firman Allah, sehingga ia memiliki
pendirian suci oleh Firman Allah itu sendiri.
Jadi, kalau hati kita penuh dengan Firman
Allah, maka sudah barang tentu Firman Allah itu yang akan memberi keteguhan di
hati serta memberi pendirian yang tegas, seperti perkataan Yusuf sendiri kepada
isteri Potifar pada ayat 9: “Bagaimanakah mungkin aku melakukan
kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” Pendeknya, hati
Yusuf tidak menjadi lemah untuk menghadapi kejahatan yang besar, sebab oleh
Firman Allah, bukan saja Yusuf, tetapi juga pemuda remaja, dapat membedakan:
-
Antara
yang baik dengan yang tidak baik.
-
Antara
yang suci dengan yang najis.
-
Antara
yang boleh diperbuat dan yang tidak boleh diperbuat.
Jadi, Firman Allah itu sendiri yang memberi
pengertian kepada kita sehingga dapat membedakan tiga hal di atas.
Dari hari ke hari, isteri Potifar membujuk
Yusuf untuk tidur bersama dengan dia. Jika Yusuf mengandalkan kekuatan manusia
daging untuk menghadapi bujuk rayu isteri Potifar tersebut, mungkin satu hari,
dua hari bisa bertahan, tetapi pada akhirnya, kebenaran, pengertian, bahkan
kekuatan manusia, suatu kali nanti akan rontok juga. Tetapi manakala kehidupan
gereja TUHAN, teramat lebih kehidupan pemuda remaja hatinya penuh dengan
Firman, seperti apapun bujuk rayu dari dosa kenajisan di hari-hari terakhir
ini, maka kita akan memiliki pendirian yang teguh, tidak akan mudah goyah,
karena Firman Allah itu sendiri yang memberi suatu pengertian yang heran, sebab
Firman Allah itu;
-
Sanggup
mengadakan yang tidak ada menjadi ada.
-
Yang mati
dihidupkan kembali.
Singkatnya, bagi manusia mungkin mustahil,
tetapi bagi Firman Allah tidak ada yang mustahil, asal hati kita
sungguh-sungguh penuh dengan Firman Allah.
Orang yang tidak mau mengakui dosanya, itu
sama seperti orang yang mengandalkan kekuatannya sebab ia hidup dengan
mengandalkan kebenaran dirinya sendiri. Tetapi suatu kali nanti, kebenaran diri
sendiri itu bagaikan daun pohon ara; ia akan menjadi kering dan akhirnya rapuh,
rontok, sehingga kekurangan dan ketelanjangan terlihat kembali. Oleh sebab itu,
jangan andalkan kekuatan, jangan sampai kita tidak mau mengakui segala
kekurangan sampai tuntas.
Dari sini kita akan berangkat untuk melihat
Yusuf di dalam Matius 5.
Matius 5:27
(5:27) Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
Hukum Musa, secara khusus hukum yang keenam
adalah: “Jangan berzinah.”
Dari sisi hukum Taurat, perbuatan Yusuf
sudah dibenarkan, karena ia menolak untuk tidur dengan isteri Potifar, dengan
kata lain; Yusuf menolak untuk melakukan perzinahan. Tetapi jauh lebih dari
pada itu, kita akan melihat pribadi Yusuf lebih dalam pada ayat 28-30.
Matius 5:28-30
(5:28) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan
serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (5:29) Maka
jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah
itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada
tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (5:30) Dan jika tanganmu
yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu,
karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa
dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
Untuk menghadapi dosa kenajisan ini, gereja
TUHAN, teristimewa pemuda remaja, sudah harus siap untuk menderita sengsara dan
siap untuk menahan rasa sakit, karena Firman Allah mengatakan: Lebih baik
memberikan atau menyerahkan satu anggota tubuh tetapi masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, dari pada masuk neraka dengan tubuh yang utuh.
Oleh sebab itu, bagi kita sekarang,
sengsara salib (penderitaan sengsara) sudah seharusnya bukan menjadi suatu
perkara yang aneh, bukan suatu hal yang ganjil bagi kita sekaliannya, tetapi
sengsara salib sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita. Teramat lebih bagi
pelayan-pelayan TUHAN, sengsara salib sudah seharusnya menjadi ruang
lingkupnya.
2 Timotius 2:21
(2:21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan
menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan,
dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan
yang mulia.
Biarlah kiranya TUHAN memandang kehidupan
muda remaja menjadi suatu kehidupan yang layak untuk dipakai Tuannya dan
disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Yesus Kristus adalah Tuan dari
semua hamba-hamba TUHAN. Biarlah kiranya kita dipandang layak untuk melayani
pekerjaan TUHAN, pekerjaan yang mulia ini. Maka dengan syaratnya; biarlah
semakin hari kita semakin dipenuhkan oleh Firman, semakin hari kita semakin
dikuduskan oleh Firman Allah itu sendiri, sehingga menjadi perabot yang mulia
dan berharga.
2 Timotius 2:22
(2:22) Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan,
kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang
berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
Dua hal yang harus diperhatikan lebih
dalam, yaitu:
1. Jauhilah
nafsu orang muda. Orang muda, menunjuk; orang yang
belum memiliki pengetahuan yang banyak, dengan lain kata; belum berpengalaman.
Nafsu orang semacam ini harus dihindari. Harus menghindar dari nafsu orang
muda, nafsu orang yang tidak berpengalaman.
2. Kejarlah, antara lain: keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama-sama dengan orang yang berseru kepada TUHAN dengan hati yang murni.
Pertanyaannya: Mengapa harus memperhatikan dua hal di atas?
Jawabnya;
adalah karena kita mempunyai tujuan dan sasaran hidup.
Perkara lahiriah, berkat-berkat jasmani,
itu semua bersifat sementara. Untuk sesuatu yang sifatnya sementara, saya kira,
hal itu tidaklah terlalu penting, sebab itu bukanlah sasaran hidup, bukan
tujuan hidup kita. Berarti, yang menjadi tujuan hidup dan sasaran hidup, sudah
jelas yang tak kelihatan, itulah Kerajaan Sorga, Kerajaan yang tak
tergoncangkan. Itulah tujuan hidup dan sasaran hidup kita, karena yang ada ini
sifatnya sementara (akan berlalu).
1 Korintus 9:26-27
(9:26) Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku
bukan petinju yang sembarangan saja memukul. (9:27) Tetapi aku melatih
tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan
Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
“Melatih tubuhku dan menguasainya
seluruhnya”, ini jelas menunjuk kepada orang yang
disiplin, orang yang memiliki pendirian yang tegas, seperti Yusuf tadi. Hal ini
digambarkan seperti pelari dan petinju yang baik.
- “Pelari” yang baik memiliki kecepatan untuk meninggalkan yang di belakang
atau dosa masa lalu. Tujuannya adalah panggilan sorgawi. Tadi renungan dalam
doa pagi bersama-sama dengan imam, saya sudah sampaikan bahwa Samuel itu
betul-betul menghormati panggilan kudus dari sorga, dari Allah. Oleh sebab itu,
biarlah kita berpadanan dengan panggilan itu. Itulah pelari yang baik; memiliki
kecepatan untuk meninggalkan yang di belakang atau dosa masa lalu, dengan satu
tujuan, yaitu panggilan sorgawi. Hargailah panggilan sorgawi, panggilan kudus
dari Allah, dari sorga untuk kita masing-masing.
- “Petinju” yang baik, ia tidak sembarangan memukul. Berarti, memiliki sasaran
hidup yang tepat, -- tidak lain tidak bukan -- adalah Kerajaan Sorga. Itu
sebabnya di atas tadi saya katakan, bahwa: Tujuan hidup dan sasaran hidup,
jelas tidak lain tidak bukan adalah Kerajaan Sorga, bukan berkat-berkat jasmani
yang ada ini, sebab semua ini sifatnya hanya sementara saja, itu bukan sasaran
hidup, bukan tujuan hidup kita masing-masing.
Seorang petinju yang baik tidak sembarangan memukul,
sebab ia memiliki sasaran yang tepat, yakni Kerajaan Sorga, dengan demikian;
musuh atau si seteru akan terpukul kalah, itulah;
1.
Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat.
2.
Iblis
atau Setan yang sedang menguasai dan bekerja di
antara orang-orang pendurhaka.
3.
Dunia dengan segala arus yang menghanyutkan sampai mematikan kehidupan
rohani anak-anak TUHAN.
Kalau sasaran
hidup kita tepat dan benar, itulah Kerajaan Sorga, maka sudah pasti, musuh atau
si seteru akan terpukul kalah, itu sudah pasti.
Kalau kita mengikuti jejak atau tapak kaki
Yesus yang berdarah itu dengan tepat dan benar, maka dosa akan rontok seketika
itu juga. Puji Tuhan, Haleluya..
Kita kembali memperhatikan Kejadian 39.
Kejadian 39:9
(39:9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari
padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada
engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan
yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"
“Bahkan di rumah ini ia tidak lebih
besar kuasanya dari padaku …” Potifar tidak lebih besar kuasanya dari pada
Yusuf, artinya; kalau Yusuf mau melakukan segala sesuatu dengan sesuka hatinya,
tentu hal itu bisa Yusuf lakukan, karena kuasa Pofitar tidak lebih besar dari
pada kuasa Yusuf di rumah itu.
“ … Dan tiada yang tidak diserahkannya
kepadaku …” Semuanya ada di dalam kuasa Yusuf, dia berhak melakukan segala
sesuatu sesuai kehendaknya.
Tetapi di sini kita melihat, Yusuf berkata:
“ … Tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab
engkau isterinya.” Pernyataan ini menunjukkan di mana Yusuf sangat
mengerti, bahwa; seorang isteri adalah milik suaminya, dengan lain kata; Yusuf
mengerti bahwa yang menjadi Kepala dari isteri adalah suami.
Banyak orang mau mengikuti TUHAN, tetapi
dengan cara yang salah. Itu sebabnya dalam Injil Matius 8:20, TUHAN
berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Bayangkan,
kalau yang menjadi kepala adalah serigala dan burung atas tubuh,
maka betapa hebatnya kehancuran nikah itu. Tetapi Yusuf menyadari betul bahwa
isteri adalah milik dari suami, dengan lain kata; Yusuf mengerti bahwa yang
menjadi Kepala dari isteri adalah suami, bukan serigala dan burung.
-
“Serigala”, menunjuk; roh jahat dengan segala tipu dayanya. Pekerjaan
serigala adalah merusak atau mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga
domba-domba menjadi liar, tidak tergembala, tidak terkendali lagi.
- “Burung”, menunjuk; roh najis. Pekerjaan roh najis adalah menghambat
pembangunan tubuh Kristus, menghambat pesta nikah Anak Domba, persis seperti
wanita Babel, yang adalah ibu dari wanita-wanita pelacur, di mana kedudukannya
ada pada Wahyu 17:18-19, yang tujuannya adalah untuk menghambat
pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, menghambat perjamuan kawin Anak Domba,
pada Wahyu 19:6-9, itulah pekerjaan dari roh najis.
Tetapi Yusuf sangat mengerti, bahwa seorang
isteri adalah milik dari seorang suami, dan Yusuf juga mengerti bahwa yang
menjadi Kepala dari isteri adalah suami, bukan serigala atau burung.
Dalam hal ini, Yusuf tidak mau merusak
hubungan antara tubuh dengan Kepala, tidak mau merusak nikah suci, sekalipun ia
belum menikah. Belum menikah (masih muda), tetapi sudah menjauhkan diri dari
nafsu orang muda. Banyak orang muda diberi nasihat tetapi tidak mau mendengar
nasihat, dia tidak mau menjauhkan diri dari nafsu orang muda, ini harus menjadi
suatu pelajaran penting dan sangat berarti bagi kehidupan muda remaja GPT “BETANIA” Serang & Cilegon, juga harus menjadi suatu pelajaran yang baik
bagi para pemirsa, anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN, teramat
lebih pemuda remaja di mana pun anda berada.
Yang menjadi Kepala atas tubuh adalah
suami, bukan burung, bukan serigala. Jauhkan diri dari nafsu orang muda.
Terimalah pengalaman dari pribadi Yusuf. Biarlah kita semua dengar-dengaran,
terima didikan, terima ajaran pada malam hari ini.
Sebaliknya, isteri Potifar adalah seorang
perempuan yang sama sekali tidak mengindahkan kedudukannya sebagai seorang
perempuan yang memiliki suami, tidak mengindahkan kedudukannya sebagai seorang
isteri, di mana seorang perempuan adalah milik suaminya. Mengapa demikian?
Karena isteri Pofitar lebih menuruti hawa nafsu berahi dari pada mengindahkan
kedudukan sebagai seorang perempuan yang seharusnya tunduk kepada suaminya.
Lihat, Yusuf ini seorang muda, tetapi dia
menjauhkan diri dari nafsu orang muda, berbanding terbalik dengan isteri
Potifar yang tidak mengindahkan kedudukannya sebagai seorang isteri yang
seharusnya tunduk kepada suami, menempatkan Kristus sebagai Kepala, bukan
serigala dan burung, tetapi isteri Potifar hidup dengan hawa nafsu berahi.
Saya sampaikan kepada saudara baik di
tiap-tiap sektor maupun para pemirsa yang mengikuti live streaming di
rumah masing-masing: Saat mendengar Firman, jangan turuti suara daging, supaya
di luar ibadah nanti sudah terbiasa untuk tidak menurut hawa nafsu berahi.
Pendeknya: Yusuf adalah seorang pemuda
sekaligus budak belian -- sebab dia sudah dibeli oleh Potifar dan harganya
sudah dibayar dengan lunas --, tetapi dia sangat mengerti kedudukan dirinya di
hadapan TUHAN.
Jadi, kalau kehidupan muda remaja penuh
dengan Firman, maka firman itu akan mendidik, memberi pengertian, sehingga dia;
-
Tahu mana
yang baik, mana yang tidak baik.
-
Tahu mana
yang suci, mana yang najis.
-
Tahu mana
yang harus dilakukan, mana yang tidak harus dilakukan.
Singkatnya: Sebagai seorang budak belian,
ia tahu memposisikan (menempatkan) dirinya dengan baik di hadapan TUHAN.
Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan sungguh-sungguh.
Yusuf betul-betul memiliki pendirian yang
tegas dan memiliki keteguhan di hati karena dia penuh dengan Firman, dan oleh
Firman itu dia memiliki pendirian yang suci sesuai ketetapan Firman Allah.
Marilah kita semua membuka hati lebar-lebar sampai hati ini penuh dengan Firman
Allah.
Kita sudah melihat kedudukan Yusuf sebagai
seorang pemuda remaja sekaligus budak belian. Dan isteri Potifar juga sangat
memahami betul hal itu, maka kita akan melangkah maju dalam Kejadian 39:11.
Kejadian 39:11
(39:11) Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan
pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorang pun tidak ada di rumah.
Dari hari ke hari isteri Potifar membujuk
Yusuf, namun Yusuf tidak mendengarkan bujuk rayu dari isteri Potifar; tidak mau
tidur di sisinya dan tidak mau bersetubuh dengan dia. Melihat pendirian yang
tegas dan keteguhan hati dari Yusuf, maka isteri Potifar menggunakan siasat
lain, siasat yang lebih jitu untuk merontokkan seorang pemuda remaja apalagi
budak belian, dengan cara mengosongkan rumah, “seisi rumah itu seorang pun
tidak ada di rumah.”
Memang itulah yang akan terus dihadapi oleh
gereja TUHAN, juga pemuda remaja di hari-hari terakhir ini. TUHAN sudah
memberitahukan dan mengatakan hal ini terlebih dahulu kepada kita, supaya
manakala nanti di kemudian hari ada sesuatu yang tidak berkenan di mata TUHAN,
maka TUHAN tidak bisa dipersalahkan. Dan jika oleh sesuatu yang tidak berkenan
itu menyebabkan dia akhirnya terhilang dan binasa, maka TUHAN tidak bisa
dipersalahkan.
“Seorang pun tidak ada di rumah”
atau mengosongkan rumah, menunjukkan bahwa; di akhir zaman ini, dunia kafir
akan memberi kesempatan seluas-luasnya untuk membawa gereja TUHAN, membawa kehidupan
remaja masuk di dalam hawa nafsu dan kejahatan-kejahatan, dengan lain kata;
memberi peluang terhadap hawa nafsu berahi kepada pemuda remaja seluas-luasnya.
Hal itu bisa dilihat sebagai suatu gambaran
yang tepat dan benar di dalam Matius 24.
Matius 24:37-39
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula
halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana
mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan
mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39)
dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan
mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Perikop ayat ini adalah “Nasihat supaya
berjaga-jaga”. Maka TUHAN menunjukkan suatu perlambangan yang baik kepada
kehidupan kita, kepada pemuda remaja, supaya kita berjaga-jaga, dan ini
merupakan nasihat yang baik untuk diperhatikan, bukan untuk dilupakan
(diabaikan) begitu saja, seperti kebiasaan dari kebanyakan orang.
Dosa makan dan minum serta dosa kawin
mengawinkan, itu merupakan dosa di akhir zaman, dosa menjelang kedatangan TUHAN
kembali untuk yang kedua kalinya ke dunia ini. Menjelang kedatangan TUHAN =
hari-hari terakhir.
- Dosa
makan dan minum à dosa merokok, narkoba, minum-minuman keras
atau mabuk-mabukan.
- Kawin
mengawinkan à dosa kenajisan atau seks bebas.
Hal ini -- bujuk rayu isteri Potifar dalam
hal kenajisan -- terjadi sebelum Yusuf dijebloskan (dimasukkan) ke dalam
penjara. Berarti, ini suatu perlambangan sebelum puncak masa kesesakan, itulah
aniaya antikris.
Mari kita lihat perlambangan yang sama
dalam 2 Petrus 2.
2 Petrus 2:5-8
(2:5) dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya
menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia
mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik; (2:6) dan
jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan
dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka
yang hidup fasik di masa-masa kemudian, (2:7) tetapi Ia menyelamatkan
Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup
orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka
saja, -- (2:8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan
setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu,
sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa --
“Dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba”, itulah orang-orang yang
besar, termasuk binatang-binatang besar, “tetapi hanya menyelamatkan Nuh,
pemberita kebenaran itu”, yang memberitakan untuk segera membangun bahtera
nikah di atas gunung Sion, tetapi pada saat itu, orang-orang tidak peduli
dengan berita keselamatan, tidak peduli dengan berita kebenaran.
Sebagai perlambangan di hari-hari terakhir
ini ialah:
- Yang
Pertama: Peristiwa Nuh, di mana TUHAN mendatangkan air bah atas dunia
orang-orang yang fasik, tetapi menyelamatkan Nuh dan tujuh orang lainnya. Ini
merupakan perlambangan di masa sekarang, di mana hari-hari ini adalah hari-hari
terakhir.
- Yang
Kedua: TUHAN membinasakan Sodom dan Gomora dengan api dan belerang, tetapi
menyelamatkan Lot, dan orang-orang yang benar, di mana mereka terus mengalami
penderitaan karena cara hidup orang-orang:
1.
Yang
tidak mengenal hukum.
2.
Yang
hanya mengikuti hawa nafsu saja.
Jadi, peristiwa ini persis seperti apa yang
dialami oleh Yusuf, sebagai orang yang benar, tetapi dia terus mengalami
penderitaan dari hari ke hari oleh hawa nafsu berahi isteri Potifar.
2 Petrus 2:9-11
(2:9) maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh
dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada
hari penghakiman, (2:10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya
karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka
begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat
kemuliaan, (2:11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun
lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat,
kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah.
Kesimpulannya:
-
TUHAN tahu
menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan.
-
Sebaliknya,
TUHAN tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman.
Siapakah orang-orang jahat itu? Mereka
itulah yang hanya menuruti hawa nafsunya, yang hanya menuruti berahinya,
seperti isteri Potifar. Mengapa mereka menurut berahinya? Karena mereka ingin mencemarkan
diri dan menghina pemerintahan Allah.
Perhatikan sungguh-sungguh: TUHAN itu tahu
menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan. Kalau saat ini kita mengalami
cobaan, pergumulan karena banyaknya tekanan selama kita mendiami kemah di bumi
ini, bukan TUHAN tidak tahu, tetapi TUHAN tahu. Manusia seringkali menghindar
dari sengsara salib, tetapi sebetulnya itu menunjukkan bahwa dia bodoh, dia
tidak tahu untuk menyelamatkan dirinya. Tetapi lewat ibadah ini, malam hari ini
kita dipanggil sehingga berada dalam perhimpunan Ibadah Kaum Muda Remaja, di
situ kita harus memikul salib, mengapa? Karena TUHAN tahu untuk menyelamatkan
orang-orang saleh dari pencobaan.
Tetapi sebaliknya, orang-orang yang jahat,
yang hidup menurut hawa nafsu, yang hidup dengan berahinya, seperti isteri
Potifar, mereka ingin mencemarkan diri dan menghina pemerintahan Allah. Biarlah
kiranya hal ini dipahami dengan baik.
Kembali saya sampaikan dengan tandas: Kalau
kita diajar untuk memikul salib, itu bukan karena TUHAN bodoh, tetapi karena
TUHAN tahu bagaimana caranya untuk menyelamatkan orang-orang saleh dari
banyaknya pergumulan, dari banyaknya ujian, cobaan, termasuk menghadapi berahi,
termasuk menghadapi dosa kenajisan sebagai puncak dosa di hari-hari ini.
Oleh sebab itu, hindarilah nafsu orang
muda, berarti; beri diri untuk diajar. Kalau kita menyadari diri sebagai orang
muda yang belum berpengalaman, biarlah kita memberi diri untuk diajar, supaya
saat kita menanggung penderitaan, kita tidak cengeng.
Di atas tadi sudah kita lihat, bahwa; orang
yang hidup dengan hawa nafsu berahi, ia menghina pemerintahan Allah.
Sekarang kita akan melihat PEMERINTAHAN
ALLAH.
Keluaran 25:21-22
(25:21) Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam
tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. (25:22)
Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup
pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan
berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu
untuk disampaikan kepada orang Israel."
Di dalam tabut, penuh dengan tabiat Allah
Trinitas, itulah:
1.
Buli-Buli
Emas berisi Manna = IMAN yang permanen.
2.
Tongkat
Harun yang bertunas = PENGHARAPAN yang permanen.
3.
Dua loh
batu berisikan sepuluh hukum Allah = KASIH ALLAH
yang permanen.
Tabut Allah, artinya:
1.
Takhta
Allah, dari sanalah Allah memerintah atas Israel.
2. Hubungan
nikah antara Kristus sebagai Mempelai Pria Sorga
dengan sidang jemaat sebagai mempelai wanita-Nya berdasarkan kasih.
Itulah pemerintahan Allah; di mana tabut
perjanjian itu adalah hadirat Allah (pemerintahan Allah) supaya ada hubungan
nikah yang baik. Tetapi orang-orang yang jahat, yang hidup menuruti hawa nafsu,
hidup dengan berahi, seperti isteri Potifar; mereka merusak pemerintahan Allah,
menghina pemerintahan Allah, itulah nikah dan rumah tangga.
Oleh sebab itu, perhatikan dengan
sungguh-sungguh. Untuk yang kesekian kali saya sampaikan dengan tandas: Hindari
diri dari nafsu orang muda, nafsu orang-orang yang tidak berpengalaman.
Belajarlah untuk menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran. Seringkali kita
menunjukkan bahwa kita adalah orang yang bertanggung jawab, tetapi ternyata
teledor, itulah gambaran dari menyemat daun pohon ara yang sekali waktu kering,
rapuh, dan kembali terlihat kekurangan-kekurangan.
2 Petrus 2:10B-11
(2:10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin
mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani
dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, (2:11)
padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa
dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat
menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah.
Di sini kita melihat: Orang-orang yang
menghina pemerintahan Allah, orang-orang yang menghina nikah suci, mereka itu
begitu berani dan angkuh, dan tidak segan-segan menghujat kemuliaan Allah.
2 Petrus 2:12
(2:12) Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan
binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan.
Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan
mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar,
Orang yang menghujat kemuliaan Allah, orang
yang menghina pemerintahan Allah -- disebut juga merusak nikah suci --, mereka
itu sama dengan binatang (hewan) yang tidak berakal, sama dengan binatang yang
hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan.
Binatang itu lahir hanya untuk ditangkap
dan dimusnahkan, tetapi sekalipun manusia adalah ciptaan yang tertinggi, kalau
dia merusak nikah suci, menghujat kemuliaan Allah, maka dia hidup sama seperti
binatang yang lahir hanya untuk ditangkap dan dibinasakan. Apakah hidup ini
hanya sebatas di situ saja? Itu sebabnya Rasul Paulus berbicara kepada sidang
jemaat di Korintus: “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "Marilah
kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Kalau hidup hanya satu kali,
tidak ada kebangkitan, Rasul Paulus berkata dengan tegas: “Mari kita makan
dan minum, kawin dan mengawinkan”, itu adalah cara orang yang berpikir
pendek, tidak lagi mengalami kuasa kebangkitan untuk memperoleh hidup kekal.
Jadi, orang yang menghujat kemuliaan Allah,
merusak nikah suci, ia adalah orang yang tidak berakal budi, persis seperti
binatang; lahir hanya untuk disembelih dan dimusnahkan. Tentu saudara, sebagai
manusia punya akal sehat, bukan?
Manusia memiliki kepala, di mana di
dalamnya ada “otak besar” dan “otak kecil.”
-
Otak besar
di depan.
-
Otak kecil
di belakang.
Kalau dikaitkan dengan Tabernakel sorgawi;
-
“Otak
besar” terkena pada tiga macam alat yang ada di
dalam Ruangan Suci.
1.
Meja Roti
Sajian à Persekutuan
dengan Firman Allah = Iman.
2.
Pelita
Emas à Persekutuan
dengan Roh Allah = Pengharapan.
3.
Mezbah
Dupa Emas à Persekutuan
dengan kasih Allah = Doa Penyembahan.
-
“Otak
kecil” yang berada di belakang terkena pada ruangan
yang terletak di belakang tabir, itulah Ruangan Maha Suci berarti berada dalam
kemuliaan Allah lewat hubungan nikah suci dengan TUHAN.
Manusia memiliki akal, tetapi binatang
tidak mempunyai akal, tidak mempunyai otak kecil, itu sebabnya binatang lahir
untuk disembelih (dimusnahkan).
Saya sangat bersyukur, sebab ibadah ini
adalah ibadah yang dituntun oleh Pengajaran Mempelai, namun diterangi oleh
Pengajaran Tabernakel, sehingga kedudukan kita tepat seperti yang dirindukan
TUHAN, yaitu berada dalam kemuliaan (otak kecil yang di belakang), bagaikan
Ruangan Maha Suci yang terletak di belakang tabir.
Jangan kita menghina, jangan kita
menganggap remeh Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, sebaliknya hati
ini harus terbuka selebar-lebarnya terhadap Pengajaran Mempelai dalam terangnya
Tabernakel. Kita tidak perlu merasa bahwa Pengajaran Mempelai dalam terang
Tabernakel adalah ajaran aneh, itu bukanlah ajaran asing. Mulai sekarang, ayo,
perlahan-lahan kita mulai belajar untuk memberi diri digembalakan oleh
Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Saya juga rindu supaya gereja TUHAN, para pemirsa,
teramat lebih pemuda remaja supaya perlahan-lahan dengan lemah lembut segera
membuka hati untuk Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, supaya suatu
kali kelak, kita berada pada suatu kedudukan yang tepat dan benar, sesuai
kerinduan TUHAN, yaitu menjadi mempelai TUHAN. Persis seperti Yusuf; sekalipun
dia adalah seorang pemuda remaja dan budak belian, tetapi Yusuf betul-betul
mengerti kedudukannya, dia sangat menghormati nikah suci.
Kembali kita memperhatikan kisah
(peristiwa) Yusuf …
Namun ternyata, siasat jitu dari pada
isteri Potifar, rupanya tidak mempan terhadap Yusuf, sebab Yusuf tetap dengan
pendirian semula, Yusuf tetap dengan keteguhan hati semula, di mana semuanya
itu diperoleh dari kesucian Firman TUHAN Allah, sehingga hati Yusuf penuh
dengan Firman Allah yang suci dan mulia itu.
TUHAN tahu untuk menyelamatkan gereja
TUHAN, pemuda remaja dari pencobaan di hari-hari terakhir yang sudah memuncak
ini, tetapi TUHAN juga tahu untuk membinasakan orang-orang yang tidak berakal
budi, kehidupan seperti binatang yang tidak menghormati nikah suci.
Tetapi tadi kita sudah melihat, bahwa;
Yusuf teguh dengan pendirian yang suci, dengan lain kata; siasat dari isteri
Potifar ternyata gagal total. Biarlah hal itu juga berlaku bagi kehidupan
pemuda remaja, bukan hanya detik ini, tetapi seterusnya sampai TUHAN datang.
Saya juga mau ingatkan: Hati-hati dengan
seks bebas (seks pada diri sendiri), saudara dan kita semua harus memiliki
keteguhan di hati, supaya wajahmu penuh dengan kemuliaan, supaya engkau
betul-betul berada pada ruang lingkup hamba TUHAN (pelayan TUHAN) yang benar,
dan engkau hanya memikirkan pekerjaan TUHAN, engkau siap sedia saat
memberitakan kebenaran, saat menampilkan pelayananmu di hadapan TUHAN.
Kita akan terus memasuki Study Yusuf ini
lebih dalam lagi.
Kejadian 39:12
(39:12) Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata:
"Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya
di tangan perempuan itu dan lari ke luar.
Setelah siasat di ayat 11 gagal
total, akhirnya isteri Potifar tidak sabar lagi, selanjutnya ia memegang baju
Yusuf sambil berkata: “Marilah tidur dengan aku.” Ini adalah suatu sikap
yang lebih parah, lebih brutal dari siasat di ayat 11 tadi,
“mengosongkan seisi rumah”.
Demikian juga di hari-hari terakhir ini,
kebrutalan itu sudah semakin tampil, kenajisan itu sudah semakin nyata, sudah
semakin vulgar; tidak ada rasa malu, tidak ada rasa ngeri, tidak ada rasa
segan-segan lagi. Itulah dunia kafir.
Kalau saudara perhatikan keadaan dunia ini
sudah semakin vulgar, seperti sifat dari pada isteri Potifar, yang tidak
segan-segan memegang baju Yusuf sambil berkata: “Marilah tidur dengan aku”,
itulah dunia kafir yang semakin vulgar sekali.
Kita lihat, di sisi lain, Yusuf
meninggalkan bajunya di tangan isteri Potifar dan ia segera lari
meninggalkannya. Kalau kita merasa bahwa dunia kafir sudah semakin vulgar;
jangan berdiri di situ, jangan bertahan di posisi yang salah, dan jangan merasa
sudah dewasa rohani, jangan kita merasa memiliki kekuatan, jangan kita merasa
mampu, jangan kita merasa dewasa, jangan kita merasa lebih suci, jangan kita
merasa lebih benar. Kalau sudah melihat dunia kafir yang semakin vulgar,
segeralah lari tinggalkan tempat itu. Jangan bertahan di situ, jangan bertahan dalam
kebodohan.
Ketika Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya
yang tertua, pada saat itu “ia telah kehilangan jubah yang maha indah”
atau disebut pakaian karunia -- sama dengan harta yang indah --, itulah
karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh TUHAN.
Selanjutnya, jubah yang maha indah itu
dicelupkan dalam darah domba yang disembelih. Jadi, darah yang melekat pada
jubah maha indah yang ditunjukkan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yakub, ayah
mereka, itu bukanlah darah Yusuf, melainkan darah domba yang disembelih.
Artinya, karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan yang indah itu datang
dari pengalaman kematian. Hal itu tidak bisa dibeli atau tidak bisa didatangkan
oleh karena pengetahuan yang tinggi, sehingga sekalipun ia adalah profesor dan
doktor, tetapi ia tidak akan memperoleh karunia-karunia Roh Kudus dan
jabatan-jabatan yang indah, karena itu datangnya dari pengalaman sengsara
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Berbahagialah kalau kita masuk di dalam
pengalaman kematian, sekalipun kita mengalami sengsara dan tetap menahan rasa
sakit itu, sebab yang terpenting adalah masuk sorga.
Tadi, waktu Yusuf dijual oleh
saudara-saudaranya, ia harus kehilangan jubah yang maha indah. Namun untuk
menghadapi hawa nafsu berahi dari isteri Potifar, “Yusuf harus kehilangan
pakaian kebenaran.” Demikian juga untuk menghadapi dosa kenajisan di
hari-hari terakhir ini, mungkin saja kita harus kehilangan pakaian
kebenaran.
Pakaian kebenaran itu diserahkan oleh Yusuf
ke tangan isteri Potifar, asal dia bebas dari hawa nafsu, asal dia bebas dari
cengkraman berahi dari pada isteri Potifar. Memang tidak mudah, tetapi itu
adalah suatu keharusan.
Kejadian 39:13-15
(39:13) Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya
dalam tangannya dan telah lari ke luar, (39:14) dipanggilnyalah
seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya
ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini
mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan
suara keras. (39:15) Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak
sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke
luar."
Setelah siasatnya rontok, gagal total, dan
jubah itu ada di tangannya, tetapi Yusuf lari meninggalkannya, maka isteri
Potifar segera berteriak, segera memanggil seisi rumah.
Ketika kebenaran itu diserahkan oleh Yusuf
ke tangan isteri Potifar, maka kebenaran itu diputar balik oleh isteri Potifar,
sehingga kebenaran itu menjadi salah.
-
Yang salah
jadi benar.
-
Yang benar
menjadi salah.
Tetapi ini merupakan jalan TUHAN, jalan
cepat untuk sampai kepada kemuliaan. Bukan jalan pintas, tetapi jalan cepat
untuk sampai kepada kemuliaan kekal.
Itu sebabnya di atas tadi saya menyatakan:
TUHAN tahu untuk menyelamatkan orang saleh dari pencobaan. TUHAN tahu, bukan
TUHAN tidak tahu. Yusuf yang penuh dengan Firman, juga Tuhan tahu cara untuk
menyelamatkan orang saleh, itu sebabnya Yusuf menyerahkan pakaian itu ke tangan
isteri Potifar, dia serahkan kebenarannya itu ke tangan isteri Potifar,
sehingga kebenaran itu diputar balik; yang salah jadi benar, yang benar jadi
salah. Singkatnya, Yusuf rela difitnah.
Banyak orang Kristen manakala menghadapi
peristiwa semacam ini, ia tidak terima. Ketika kebenaran itu menjadi salah,
lalu yang salah itu dianggap menjadi suatu kebenaran, banyak orang yang tidak
terima, bahkan bila perlu ia jungkir balik untuk mempertahankan kebenaran diri
sendiri, tetapi Yusuf tidaklah demikian.
Untuk apa kita berdiri di situ sampai
akhirnya berada dalam cengkraman perempuan berahi, dengan tidur di sisinya dan
bersetubuh dengan isteri Potifar, tetapi kehilangan TUHAN, kehilangan
kemuliaan-Nya, kehilangan harta yang indah, kehilangan jubah yang maha indah,
dan kehilangan kebenaran yang sejati, dengan kata lain; diterima dunia, tetapi
ditolak TUHAN?
Lebih baik kita ditolak dunia asalkan kita
diterima TUHAN, tetapi faktanya nanti kebenaran itu diputar balik; kebenaran
dipersalahkan, dan yang salah menjadi kebenaran. Namun kita harus siap menerima
resiko ini, jangan cengeng, karena itu merupakan jalan cepat untuk menuju
kemuliaan.
Lalu, ada hal yang tidak boleh dilewatkan
begitu saja, ketika kebenaran itu diputar balik. Dalam teriakannya, isteri
Potifar berkata: “Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini
dapat mempermainkan kita.”
Siapa yang dimaksud “dibawanya” di
sini? Jelas tidak lain, tidak bukan, itu adalah Potifar, suaminya sendiri.
Lihat, kalau kebenaran itu salah, yang salah jadi benar, maka sampai Kepala
(suami) pun dipersalahkan. Kristus adalah Kepala gereja, Dialah Mempelai Pria
Sorga.
TUHAN Yesus Kristus tidak pernah salah
datang ke dunia untuk menebus dosa manusia, dan kita sudah ditebus, dan
harganya sudah lunas dibayar, sebab Dia sudah menyerahkan nyawa-Nya, darah-Nya
tercurah di atas kayu salib. Jadi, TUHAN tidak pernah salah. Namun ketika
kebenaran itu diputar balikkan; yang benar menjadi salah, yang salah jadi
benar, akhirnya isteri Potifar, sebagai seorang perempuan, dia mempersalahkan
Potifar, suaminya, tetapi dalam kesempatan ini, saya mau katakan: TUHAN
tidak pernah salah datang ke dunia untuk menebus dosa manusia.
Hati-hati, sekarang ini kebenaran sudah
mulai diputar balik; seorang hamba TUHAN bisa saja berkata: TUHAN tidak
melihat pakaian, tetapi melihat hati. Dia mengatakan itu dengan maksud
licik, maksudnya adalah membiarkan pakaian yang tidak sepantasnya untuk dipakai
melayani TUHAN. Itu sebabnya, tidak sedikit hamba-hamba TUHAN jatuh dalam dosa
kenajisan, tidak sedikit juga para pelayan-pelayan TUHAN jatuh dengan pemimpin
rumah TUHAN. Satu sisi berkata: Haleluya, tetapi sisi lain berkata halelupa
sebab kompromi terhadap kenajisan, karena kebenaran itu sudah menjadi salah,
yang salah menjadi benar.
Seharusnya, sikap yang harus kita tunjukkan
ketika difitnah, ketika kebenaran itu diputar balik, ketika kita dipersalahkan,
di sini kita melihat: Yusuf diam, maka kita juga tinggal diam, mulut
tidak perlu terbuka.
Jangan sampai kita kebingungan dengan
bersikap seperti orang gila untuk membenarkan diri; teriak teriak seperti
isteri Potifar yang tidak tahu diri sampai mempermalukan TUHAN. Dalam kenajisan
untuk membenarkan dirinya, dia teriak teriak supaya seisi rumah tahu bahwa dia
yang benar.
Ingat: Di mana pun kita berada, kita sedang
membawa nama TUHAN, Kristus yang adalah Kepala, Dia suami.
1 Petrus 2:19-20
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan
kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20)
Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat
dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita,
maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Jadi, sudah sangat jelas: “Menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung” itu merupakan kasih karunia bagi
Allah.
Banyak orang mengerti soal kasih karunia
hanya sebatas diberkati dan mengalami mujizat kesembuhan, padahal kasih karunia
yang lebih tertinggi adalah “Menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung.”
- Kalau
menderita karena pukulan, itu bukan pujian, itu adalah kehinaan.
-
Tetapi
kalau kita menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu adalah
kasih karunia, itu kemuliaan.
1 Petrus 2:21-23
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah
menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya. (2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu
tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak
membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi
Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
Kita dipanggil untuk mengikuti jejak,
yaitu; tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah, berarti; menanggung penderitaan
yang tidak harus ia tanggung.
Lihat, keadaan kita saat mengikuti
tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah:
1.
Ia
tidak berbuat dosa.
2.
Tipu
tidak ada dalam mulut-Nya = tidak dusta.
3. Ketika
Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki, ketika Ia menderita, Ia
tidak mengancam.
Sebaliknya, Ia menyerahkan segala persoalan
hidup, segala pergumulan, segala penderitaan yang sedang dialami kepada Dia
satu-satu-Nya yang layak untuk menghakimi antara yang satu dengan yang lain.
Itulah tapak kaki Yesus yang berdarah,
yaitu menyerahkan segala persoalan itu kepada TUHAN.
Ketika isteri Potifar itu memfitnah Yusuf,
itu bukanlah suatu perkara yang ringan, itu adalah perkara yang luar biasa, itu
sangat sakit bagi daging, tetapi Yusuf menyerahkan segala persoalan itu kepada
TUHAN, dia tidak mau keluar dari batas-batas yang ditentukan oleh TUHAN dalam
hidupnya, itu sebabnya dia tidak mau menghakimi isteri Potifar selain
menyerahkan pakaian kebenaran itu ke dalam tangan isteri Potifar, sehingga yang
benar jadi salah dan yang salah jadi benar, dan itu bisa dilihat dari teriakan
dari mulut isteri Potifar, di mana akhirnya dia sampai mempersalahkan suaminya
sendiri.
Tetapi Yusuf tetap berdiam diri saja,
mulut tidak terbuka untuk membela diri, supaya mulut TUHAN menjadi hakim untuk
membenarkan kita semua. Kalau mulut kita terbuka, maka mulut TUHAN tertutup,
tetapi kalau mulut kita tertutup, maka mulut TUHAN terbuka.
Mulai sekarang, serahkan diri kepada TUHAN,
baik segenap hidup, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan, tidak usah
kita teriak-teriak untuk membenarkan diri seperti isteri Potifar, padahal
sebenarnya ia sedang mempersalahkan suaminya.
1 Petrus 2:24-25
(2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu
salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh
bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. (2:25) Sebab dahulu kamu sesat
seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara
jiwamu.
“Ia sendiri telah memikul dosa kita di
dalam tubuh-Nya di kayu salib”, ini adalah penyerahan diri sepenuhnya
kepada TUHAN, di mana prakteknya adalah mulut tidak terbuka, berdiam diri, sama
dengan; menyerahkan segala persoalan kepada TUHAN.
Perlu untuk diperhatikan: Ketika kita
berdiam diri, ada dua hal (fakta) yang terjadi, yaitu:
1. Kita
dibenarkan oleh TUHAN. Saat kita dalam keadaan dibenarkan, bilur-bilur-Nya
memberi kesembuhan, memulihkan baik lahir maupun batin.
2. Kita
kembali kepada gembala yang memelihara jiwa, dengan lain kata; berada dalam
penggembalaan yang benar, tergembala dengan baik, tidak liar, tidak sesat di
tengah perjalanan rohani kita menuju Kerajaan Sorga, kemuliaan kekal. Dalam
keadaan tergembala, kehidupan rohani kita dipelihara oleh Gembala Agung, lahir
batin, jasmani rohani. Daud juga berkata: “TUHAN adalah gembalaku.” Dalam
suasana tergembala, selanjutnya dia berkata: “Takkan kekurangan aku.”
Kembalilah kepada Gembala, Dialah pemelihara jiwa.
Itulah yang terjadi kalau kita berdiam
diri. Jangan bertahan, jangan berdiri di tempat yang salah. Kalau pun pakaian
itu dipegang (dipertahankan) oleh dunia kafir yang semakin vulgar, lepaskan
saja, biarlah kita tetap berdiam diri, biar TUHAN yang mengambil alih segala
persoalan, sehingga dua perkara besar terjadi:
1.
Kita
dibenarkan. Dalam suasana dibenarkan, kita disembuhkan, dipulihkan oleh
bilur-bilur-Nya, baik lahir maupun batin.
2.
Kita
berada dalam penggembalaan yang benar. Dalam suasana tergembala, kita
dipelihara, dibela, dilindungi, terlebih saat ini, kita dibela, dilindungi dari
wabah Corona.
Memang sesaat rasanya kita seperti
dirugikan saat kebenaran itu dipersalahkan, tetapi kalau kita tetap berdiam,
maka untuk selamanya kita dibenarkan, untuk selamanya kita dipelihara oleh
TUHAN, Dialah Gembala Agung. Kita butuh pemeliharaan TUHAN, sebab yang ada ini
akan berlalu. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment