KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, May 27, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 24 MEI 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 24 MEI 2020


WAHYU PASAL 12
(Seri: 7)

Subtema: BABEL BESAR MENUNGGANGI IBADAH (7 MAHKOTA PALSU)

IBADAH RAYA MINGGU, 24 MEI 2020

WAHYU PASAL 12
(Seri: 7)

Shalom. 
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia memenuhi kehidupan kita masing-masing. Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur dan terima kasih setinggi-tingginya kepada Dia yang sudah memperhatikan kita sekaliannya sebagai biji mata TUHAN, dan sudah menopang ibadah ini sampai pada saat ini. 
Tidak lupa saya juga menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba TUHAN, yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, di mana pun anda berada. Selanjutnya, bersama-sama kita mohon kemurahan TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya sebagai uluran tangan kasih TUHAN bagi kita sekaliannya, sehingga kita mendapat pertolongan tepat pada waktunya. 

Segera kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Kebaktian atau Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 12, dan sekarang kita sudah berada pada ayat 3.
Wahyu 12:3
(12:3) Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.

Di sini kita melihat; tampil seekor naga merah padam yang besar. Sebenarnya, ini merupakan perkembangan dari ular yang pernah ada di taman Eden dan yang pernah memperdayakan Adam dan Hawa. 

Kemudian, adapun wujud dari naga itu ialah:
Berkepala tujuh. 
Bertanduk sepuluh.
Di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Sebenarnya, wujud dari naga merah padam yang besar ini merupakan akal jahat dari Iblis atau Setan. 

Kalau saja kita bandingkan dengan Wahyu 5:6, di mana wujud dari Anak Domba yang telah disembelih itu “bertanduk tujuh” dan “bermata tujuh.”
“Bertanduk tujuh”, menunjuk; kuasa yang sempurna. 
“Bermata tujuh”, menunjuk; ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi, itulah hamba-hamba TUHAN yang diutus ke seluruh bumi menjadi kaki dian dengan tujuh pelita yang bernyala-nyala di atasnya. Berarti, menjadi terang dunia, menjadi suatu kesaksian yang besar untuk menerangi dunia yang gelap ini.

Wahyu 5:6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.

Dari pembacaan ayat ini, tidak disinggung mengenai Kepala dari Anak Domba yang telah disembelih itu, karena Kepalanya sudah pasti hanya satu, bukan tujuh. Andaikata Anak Domba itu mempunyai tujuh kepala, berarti akan ada tujuh pemikiran dan tujuh pendapat yang berbeda-beda, sehingga pada akhirnya Anak Domba itu belum tentu disembelih atau bahkan tidak disembelih. Kalau Anak Domba itu tidak disembelih, maka rencana Allah yang besar akan gagal total, singkatnya; manusia binasa. 

Bukti bahwa Anak Domba hanya mempunyai satu Kepala.
YANG PERTAMA: Pada saat meterai pertama dibuka
Wahyu 6:2
(6:2) Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan.

Kepada penunggang kuda putih dikaruniakan “sebuah mahkota” sebagai tanda pemenang untuk merebut kemenangan. 

Kemudian, saya tambahkan sedikit: Penunggang kuda putih itu juga memegang sebuah panah. Jika “memegang sebuah panah” maka sudah pasti satu paket antara tabung panah dengan anak panahnya. 
Tabung, berbicara tentang; pengurapan. 
Anak-anak panah, berbicara tentang; ayat-ayat firman TUHAN. Berarti, menjadi surat pujian, surat Kristus, menjadi surat yang terbuka, yang bisa dibaca dan dikenal oleh setiap orang. 

Sekali lagi saya sampaikan: Kepada penunggang kuda putih itu dikaruniakan sebuah mahkota. “Sebuah mahkota” di atas kepala, menunjukkan bahwa hanya ada satu kepala.

Bukti bahwa Anak Domba hanya mempunyai satu Kepala.
YANG KEDUA: Pada saat terjadi tuaian di bumi.
Wahyu 14:14
(14:14) Dan aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya.

Perikop ayat ini adalah “Tuaian di bumi”. Biarlah kiranya pada hari penuaian itu kita menjadi gandum-gandum yang dituai, dan akhirnya disimpan atau dikumpulkan pada lumbungnya TUHAN, sedangkan debu jerami itu akan dibakar di dalam api neraka sampai selama-lamanya.

Anak Manusia duduk di atas awan dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya, dengan sebilah sabit di tangan-Nya. 
“Sebuah mahkota” di atas kepala, menunjukkan bahwa Kepala dari Anak Domba hanya satu.

Bukti bahwa Anak Domba hanya mempunyai satu Kepala.
YANG KETIGA: Pada saat Paulus menjelaskan tentang tubuh Kristus kepada jemaat di Korintus.
1 Korintus 1:12-13
(1:12) Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. (1:13) Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?

Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus: “Adakah Kristus terbagi-bagi?” Menunjukkan bahwa kepala dari Anak Domba hanya satu.
Jikalau Anak Domba mempunyai tujuh kepala, maka tidak mungkin ada penyembelihan. Dengan demikian, terjadilah perpecahan di antara anggota-anggota tubuh menjadi beberapa golongan, singkatnya; gereja TUHAN mengalami kebinasaan. 

Jadi, sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: 
Berkepala tujuh.
Bertanduk sepuluh.
Tujuh mahkota di atas kepala.
Itu semua hanyalah akal bulus dan tipu daya dari Iblis atau Setan, dengan pembuktian yang telah saya sampaikan di atas tadi.

Kaitan dari “Tujuh kepala” dan “Bertanduk sepuluh”, dapat kita temukan lagi pada Wahyu 17.
Wahyu 17:3-5,7
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk. (17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. (17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi." (17:7) Lalu kata malaikat itu kepadaku: "Mengapa engkau heran? Aku akan mengatakan kepadamu rahasia perempuan itu dan rahasia binatang yang memikulnya, binatang yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh itu.

Di sini kita melihat: Seekor binatang yang “Berkepala tujuh” dan “Bertanduk sepuluh”. Namun di sini kita tidak temukan “Tujuh mahkota” di atas kepalanya, selain memikul (ditunggangi) wanita Babel. Wanita Babel besar disebut juga:
 1.  “Ibu dari wanita-wanita pelacur.” Berarti, biangnya atau sumbernya kenajisan. 
 2.  “Ibu dari kekejian bumi.” Berarti, sumber terjadinya kekejian di bumi.

Berarti, wujud dari seekor naga merah padam yang besar tadi hanyalah akal jahat dari Iblis atau Setan, sebab binatang itu ditunggangi oleh wanita Babel, dengan dua perkara besar, yaitu:
Yang pertama: Kenajisan percabulannya. 
Yang kedua: Kekejian.

Selanjutnya, marilah kita memeriksa kedua perkara yang menjadi tabiat dari Babel besar.
Keterangan: KENAJISAN PERCABULANNYA.”
Wanita Babel disebut ibu dari wanita-wanita pelacur, berarti; binatang ditunggangi oleh kenajisan percabulannya.
Pendeknya: Suatu kali nanti gereja TUHAN akan digiring kepada suatu perangkap yang tidak bisa dilihat oleh mata jasmani, di mana ibadah itu akan dikuasai oleh kenajisan, yaitu perzinahan baik secara jasmani maupun secara rohani.

Wahyu 18:3
(18:3) karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya."

Lihat, semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya, berarti wanita Babel ini jelas merupakan pelacur besar. 
Dan oleh karena anggur hawa nafsu cabul dari Babel besar, maka akan menimbulkan:
1.  Raja-raja di bumi telah berbuat cabul.
 2.  Pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya.

Tentang: RAJA-RAJA DI BUMI TELAH BERBUAT CABUL.”
Contoh cabul dapat kita lihat dalam Ibrani 12.
Ibrani 12:16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.

Esau menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan, yaitu semangkok sop kacang merah. Hal ini menunjukkan bahwa, Esau dikuasai oleh nafsu cabul atau nafsu rendah. Dengan demikian, telah terjadi perzinahan secara rohani.

Lebih jauh kita melihat Filipi 3.
Filipi 3:18-19
(3:18) Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. (3:19) Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

Dengan jelas Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Filipi: Banyak orang beribadah tetapi menjadi seteru salib Kristus, sama dengan ibadah yang tidak berkenan di hadapan TUHAN. Rasul Paulus menyampaikan hal itu dengan kesedihan yang amat dalam. Tetapi yang pasti; kesudahan hidup mereka ialah kebinasaan. 

Jangan kita datang dan berada di tengah-tengah ibadah pelayanan, tetapi menjadi seteru salib. Jangan sampai seorang hamba TUHAN melayani pekerjaan TUHAN, tetapi tidak mau memikul salib; inilah ibadah yang menjadi seteru salib Kristus, di mana kesudahan mereka pasti kebinasaan.

Pendeknya: Beribadah tetapi berujung dengan kebinasaan; sangat disayangkan sekali.
Kita berdoa selalu; biarlah ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan ini betul-betul merupakan ibadah yang mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Bahkan, biarlah kiranya ibadah ini menjadi korban persembahan yang menyenangkan bagi TUHAN, bagaikan dupa yang berbau harum naik di hadirat TUHAN. 

Praktek nafsu cabul atau seteru salib.
“TUHAN mereka ialah perut mereka.” Jadi, rupanya, banyak hamba TUHAN, pelayan TUHAN beribadah dan melayani Tuhan hanya karena perut, dengan kata lain karena amplop, di mana “amplop” ini dirubah sebutannya menjadi persembahan kasih. Dengan sebutan “persembahan kasih”, mata jasmani tidak bisa melihat bahwa itu adalah suatu kekeliruan.
“Kemuliaan mereka ialah aib mereka.” Perhatian mereka sudah tertuju kepada dunia dan mereka bermegah atas perkara lahiriah; sesungguhnya itu adalah aib, tetapi itu merupakan kemuliaan bagi mereka.
“Pikiran mereka semata-mata tertuju pada perkara duniawi.” 
Jadi, hal ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose pada Kolose 3:1-3; kalau kita sudah mati dan bangkit bersama dengan Kristus, maka seharusnya kita bertekun atau bersembunyi di dalamnya, supaya kelak kita dipermuliakan bersama-sama dengan Dia, apabila Dia datang dalam kemuliaan yang besar.

Roma 16:17-18
(16:17) Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! (16:18) Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.

Nafsu rendah atau roh cabul, jelas menimbulkan; 
 1.  Perpecahan dari anggota-anggota tubuh Kristus, di mana ibadahnya tidak membawa kepada kesatuan tubuh, justru menimbulkan perpecahan. 
 2.  Godaan, dengan lain kata; merangsang terjadinya dosa di dalam daging. 

Tidak hanya kepada jemaat di Filipi, tetapi Rasul Paulus juga memberi nasihat kepada sidang jemaat yang ada di Roma. Dan sesuai dengan nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma; sebetulnya, gereja TUHAN atau anak-anak TUHAN harus menghindar dari nafsu rendah atau roh cabul, supaya jangan terdapat perzinahan baik secara jasmani maupun secara rohani di hadapan TUHAN. Jangan kita berzinah di hadapan TUHAN. 

Dan di sini juga dikatakan bahwa sesungguhnya mereka tidak melayani Kristus Yesus, TUHAN kita, tetapi melayani perut mereka sendiri, dengan kata lain; hanya mengharapkan amplop, dan Setan memperhalusnya dengan sebutan “persembahan kasih”.
Ciri-ciri melayani perut:
     -  Menggunakan kata-kata yang muluk-muluk (berlebihan).
Contoh: Mereka mengatakan bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung di antara mereka, sementara mereka sendiri belum menyatu dengan kematian Yesus Kristus, karena masih hidup di dalam hawa nafsu dan menuruti keinginan-keinginan daging yang jahat.
Menggunakan bahasa yang manis-manis.
Kalau bahasanya manis, berarti tidak berani menyampaikan berita salib yang sifatnya mengoreksi dan menunjuk-nunjuk dosa yang terselubung. 

Sebaliknya, Rasul Paulus tidak bermulut manis di dalam melayani TUHAN, termasuk melayani jemaat di Tesalonika, juga kepada jemaat di Filipi dan sidang jemaat di Roma. Mengapa? Karena Rasul Paulus melayani TUHAN, bukan melayani perut; dia melayani Kristus, bukan untuk mencari kesukaan manusia, seperti yang ditulis dalam 1 Tesalonika 2
Dalam Amsal 9:17 dikatakan: "Air curian manis, dan roti yang dimakan dengan sembunyi-sembunyi lezat rasanya." Tetapi jangan salah, itu adalah roh penyesat. Sebab pada ayat 18 dikatakan: “Orang itu tidak tahu, bahwa di sana ada arwah-arwah dan bahwa orang-orang yang diundangnya ada di dalam dunia orang mati”, orang itu tidak menyadari di situ ada roh-roh yang bukan datang dari TUHAN, itulah roh penyesat (arwah-arwah) yang membinasakan. 
Jadi, jangan lagi kita bersungut-sungut manakala berita salib ditegakkan di tengah pemberitaan Firman TUHAN, dengan satu tujuan untuk mengadakan penyucian terhadap dosa kejahatan dan dosa kenajisan, serta kefasikan-kefasikan yang masih terselubung.

Itulah contoh di mana “Raja-raja telah berbuat cabul.”
Raja-raja atau imamat rajani, menunjuk kepada; hamba-hamba TUHAN, pelayan-pelayan TUHAN, termasuk di dalamnya gembala-gembala dan pemimpin-pemimpin rumah TUHAN. Dan di atas tadi kita sudah melihat “raja-raja telah berbuat cabul”, itulah perzinahan rohani dari seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN.

Kita kembali membaca Wahyu 18:3.
Wahyu 18:3
(18:3) karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya."

“Karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya.” Jadi, jelas sekali bahwa wanita Babel ini adalah pelacur besar, sehingga akhirnya raja-raja di bumi telah berbuat cabul -- hal ini telah diuraikan di atas tadi secara singkat -- dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya.

Tentang: “PEDAGANG-PEDAGANG DI BUMI TELAH MENJADI KAYA OLEH KELIMPAHAN HAWA NAFSUNYA.”
Jadi, ketika terjadi perzinahan rohani, betul-betul di situ terjadi kekayaan, terjadi kelimpahan-kelimpahan. Sebenarnya tidak salah kalau diberkati secara jasmani, baik itu memiliki harta kekayaan … Puji TUHAN, hal itu tidak salah, tetapi kita harus mengerti dan menyadari sumbernya dari mana? Jangan sampai kita memperoleh semua itu karena berlaku cabul (nafsu rendah). 

Contoh; pelayanan Rasul Paulus di Asia kecil, lebih tepatnya di tengah-tengah sidang jemaat di Filipi.
Kisah Para Rasul 16:16-17
(16:16) Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. (16:17) Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: "Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan."

Yang kita temukan di ayat 16: Di tempat sembahyang atau di tempat peribadatan di Filipi, ternyata di situ ada seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung, roh (arwah-arwah) penyesat. Dan dengan tenungan-tenungannya, tuan-tuannya itu memperoleh penghasilan yang besar.
Berarti; kekayaan belum tentu datangnya dari TUHAN sekalipun ada di tengah-tengah ibadah, maka kita harus berhati-hati. Jadi, tidak semua harta kekayaan secara jasmani datang dari TUHAN, walaupun itu seijin TUHAN. Seijin TUHAN dengan datang dari TUHAN, dua hal yang berbeda. 

Kemudian, kalau kita perhatikan ayat 17, hamba perempuan yang mempunyai roh tenung itu selalu mengikuti Paulus. Tidak hanya mengikuti Paulus, dia juga berseru dan berkata: “Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.”
Diberkati dengan limpah, tetapi berkatnya itu dari roh tenung (arwah-arwah penyesat). Tentu hal ini tidak bisa dibayangkan; betapa liciknya, betapa cerdiknya, betapa dahsyatnya, betapa cekatannya akal bulus dari Iblis Setan. Itu sebabnya dengan tegas saya berkata di atas tadi, bahwa: seekor naga merah padam yang besar dengan wujud berkepala tujuh, bertanduk sepuluh dan tujuh mahkota di atas kepala, jelas itu adalah akal bulus, tipu daya dari Iblis atau Setan. 
Sungguh luar biasa, sehingga pada akhirnya banyak sidang jemaat yang terkecoh, hampir-hampir tidak mengerti; apakah kekayaan itu datang dari TUHAN atau terjadi atas seijin TUHAN, karena pekerjaan Setan (roh penyesat)?

Kisah Para Rasul 16:18
(16:18) Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: "Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga keluarlah roh itu.

Kalau orang Kristen menyadari, sesungguhnya; roh cabul atau nafsu rendah itu sangat mengganggu ketertiban dari ibadah, mengganggu ketertiban dari pelayanan hamba-hamba TUHAN. Jadi, jelas; nafsu rendah atau roh cabul merupakan roh pemecah dan penggoda yang merangsang terjadinya dosa. 

Rasul Paulus tidak salah menyatakan hal itu kepada jemaat di Roma dan jemaat di Filipi, sehingga dengan segala kesabaran, ia memberi nasihat-nasihat, sebab dia melayani bukan untuk mencari kesukaan manusia, melainkan mencari kesukaan TUHAN. Biarlah kita datang dan berada di tengah ibadah pelayanan ini untuk mencari kesukaan TUHAN semata, tidak lebih dan tidak kurang. Jangan terkecoh. 

Demikian hal yang pertama sudah saya sampaikan, yaitu tentang “Kenajisan percabulannya.” Wanita Babel, pelacur besar itu menunggangi ibadah dan pelayanan dengan kenajisan percabulannya. Jadi, ternyata itu bukanlah “tujuh mahkota”, tetapi itu adalah wanita Babel yang sedang menunggangi ibadah dan pelayanan. 

Kembali kita membaca Wahyu 17.
Wahyu 17:3-5,7
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk. (17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. (17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi." (17:7) Lalu kata malaikat itu kepadaku: "Mengapa engkau heran? Aku akan mengatakan kepadamu rahasia perempuan itu dan rahasia binatang yang memikulnya, binatang yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh itu.

Wanita Babel ialah biangnya kenajisan, sehingga tadi kita sudah melihat, akhirnya terjadi perzinahan, dengan lain kata; bangsa-bangsa dikuasai oleh roh perzinahan (nafsu rendah);
Raja-raja dikuasai oleh nafsu rendah.
Pedagang-pedagang menjadi kaya karena nafsu rendah.
Jadi, jelas, wanita Babel adalah biangnya perzinahan, baik secara jasmani maupun secara rohani.

Dan sekarang kita akan melihat hal yang kedua.
Keterangan: “KEKEJIAN.” 
Wanita Babel disebut juga ibu dari kekejian bumi. Berarti, biang keladi terjadinya kekejian besar di atas muka bumi ini. Kalau kekejian terjadi di atas muka bumi ini, maka biangnya (sumber atau penyebabnya) jelas adalah wanita Babel. 

Kita awali dulu soal kekejian ini dari Amsal 28:9.
Amsal 28:9
(28:9) Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.

Berdoa, tetapi tidak mau mendengarkan Firman TUHAN yang benar dan murni, maka doanya adalah kekejian. Tidak sedikit orang Kristen datang beribadah dan melayani, juga dengan doa yang panjang-panjang (doa yang bertele-tele), tetapi memalingkan telinga untuk tidak mendengarkan Firman TUHAN -- apalagi Firman yang disampaikan itu sifatnya mengoreksi dan menunjuk dosa --, maka doanya itu merupakan kekejian.

Banyak orang Kristen mengaku “berdoa dengan iman”, tetapi sesungguhnya dia tidak tahu apa yang sedang dia perbuat, jikalau dia tidak mau dikoreksi oleh pengajaran Firman Allah yang benar dan murni. 
Singkatnya, ibadah tanpa firman sebagai korban sajian yang seharusnya dipersembahkan di tengah-tengah ibadah itu sendiri, itu merupakan kekejian bagi TUHAN. Ibadah tanpa Firman, menyembah tanpa firman, melayani tanpa firman, itu merupakan kekejian bagi TUHAN. Dan itu juga merupakan nubuatan Hosea 8:11, “Sungguh, Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu menjadikan mereka berdosa.” Memperbanyak mezbah tetapi tidak dengar-dengaran kepada pengajaran Firman Allah yang benar dan murni, justru mezbah itu akan menimbulkan dosa. Semakin banyak pelayanan, maka pelayanan yang banyak itu semakin membuat dia berdosa, jikalau seorang hamba Tuhan mengabaikan Firman Tuhan. 

Mari kita lihat nubuatan Daniel. 
Daniel 12:11
(12:11) Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari.

Suatu kali nanti, korban sehari-hari ini akan dihentikan. Setelah korban sehari-hari dihentikan, lalu ditegakkanlah dewa-dewa kekejian. 

Daniel 9:27
(9:27) Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu."

Pada pertengahan tujuh masa -- tepatnya tiga setengah tahun yang kedua -- akan dihentikan korban sehari-hari, itulah “Korban sembelihan” dan “Korban santapan.” 
Korban sembelihan, berarti; menyangkal diri dan memikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. 
Korban santapan, menunjuk; Firman Allah sebagai makanan atau sebagai kebutuhan pokok rohani kita. 
Setelah menghentikan korban sehari-hari, lalu mereka menegakkan dewa-dewa kekejian, itulah sayap kekejian di bumi. Berbicara tentang “sayap”, itu ada kaitannya dengan pelayanan, ada kaitannya dengan kegiatan Roh. Tetapi yang kita lihat di sini adalah “sayap kekejian”;
Ibadah tanpa Firman adalah kekejian. 
Pelayanan (kegiatan Roh) tanpa Firman adalah kekejian. 
Berdoa tanpa Firman, itu juga kekejian. 
Itulah sayap kekejian dari antikris, yang suatu kali nanti akan terjadi. Nubuatan Daniel akan terjadi, tetapi Rasul Paulus sudah memberi nasihat kepada kita. 

Daniel 8:8-11
(8:8) Kambing jantan itu sangat membesarkan dirinya, tetapi ketika ia sampai pada puncak kuasanya, patahlah tanduk yang besar itu, lalu pada tempatnya tumbuh empat tanduk yang aneh, sejajar dengan keempat mata angin yang dari langit. (8:9) Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai. (8:10) Ia menjadi besar, bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya. (8:11) Bahkan terhadap Panglima bala tentara itu pun ia membesarkan dirinya, dan dari pada-Nya diambilnya korban persembahan sehari-hari, dan tempat-Nya yang kudus dirobohkannya.

Kambing jantan itu sangat membesarkan dirinya, lalu patahlah tanduk yang besar itu, lalu pada tempatnya tumbuh empat tanduk yang aneh, sejajar dengan keempat mata angin yang dari langit, itulah empat penjuru bumi; Timur, Barat, Utara, Selatan. Jadi, suatu saat kelak, antikris akan mengembangkan sayapnya atas seantero dunia ini, itulah yang disebut sayap kekejian. 

Lihat, betapa ganasnya sayap kekejian ini; dia akan datang dan sangat besar, lalu menghantam sebelah Selatan, lalu menghantam sebelah Timur, dan menghantam ke arah Tanah Permai, itulah daerah Barat. Tidak berhenti sampai di situ, bahkan ia berusaha menghantam bala tentara langit untuk menjatuhkan bintang-bintang dari langit ke bumi, menjatuhkan hamba-hamba TUHAN (bintang terang) dari langit ke bumi, lalu diinjak-injak. 
Bayangkan, sungguh, sayap kekejian ini luar biasa. Kalau dari sejak sekarang kita tidak memperhatikan nasihat Rasul Paulus sesuai dengan nubuatan dari Daniel ini, maka kita juga tidak luput dari pengaruh sayap kekejian ini.

Dia menghantam sebelah Selatan, Timur dan Barat, berarti ia datang dari Utara. Berarti, jelas, inilah naga merah padam yang besar, sebab di sebelah Utara adalah tempat di mana naga merah padam yang besar itu mendirikan sebuah takhta, tandingan dari takhta Allah dan takhta Anak Domba… Yesaya 14:12-14.
Kelak, banyak hamba-hamba TUHAN sebagai terang dunia (bintang-bintang) berjatuhan ke bumi. Oleh sebab itu, kalau kita tidak sungguh-sungguh dari sejak sekarang, maka kita juga tidak luput dari pengaruh sayap kekejian. 

Banyak gereja memuji TUHAN dengan nyanyian-nyanyian sampai 1.5 (satu setengah) jam, tetapi pemberitaan firman hanya 10 (sepuluh) menit; sesungguhnya mereka sudah keliru. Dan di dalam kekeliruan itu, dia justru berkata-kata: “Banyak orang Kristen tidak mengakui pujian penyembahan, padahal di dalam penyembahan itu ada mujizat”. Tentu, kita mengakui bahwa di dalam penyembahan ada mujizat, tetapi jangan dia berkata bahwa kita tidak menyembah; kita harus menyembah, tetapi jangan sampai di tengah ibadah (di tengah penyembahan) itu tidak ada firman Allah, sebab ibadah, pelayanan dan penyembahan tanpa Firman, itu merupakan sayap kekejian. 

Lihatlah pada ayat 12, secara terang-terangan nabi Daniel ini mengungkapkan segala rahasia yang tersembunyi di akhir zaman ini. Dan ini adalah kemurahan bagi bangsa kafir atau disebut: kekayaan yang tak terduga. 
Daniel 8:12
(8:12) Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, kebenaran dihempaskannya ke bumi, dan apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil.

Kebaktian fasik terselenggara, di mana tidak ada lagi korban sehari-hari -- itulah Firman Allah atau korban sajian -- di tengah-tengah ibadah pelayanan itu.  Kemudian di sini dikatakan: “Kebenaran dihempaskannya ke bumi”, maka wajar saja tadi Rasul Paulus menangis dengan sedih dalam nasihat-nasihatnya kepada jemaat di Filipi dan Roma, sebab dia bersedih melihat ibadah fasik. 

Kemudian, di dalam kebaktian fasik, di situ terjadi keberhasilan dan kekayaan berlimpah. Tetapi lihat, mereka mengadakan kebaktian secara fasik, sebab mereka menggantikan korban sehari-hari dengan kebaktian fasik, artinya; beribadah, tetapi menyombongkan diri dihadapan Tuhan, lalu kebenaran dihempaskan ke bumi. Tidak ada lagi pemberitaan Firman di tengah ibadah dan pelayanan, tidak ada lagi pengajaran salib untuk dipikul, sebab sudah digantikan dengan kebaktian fasik, sehingga kebenaran dihempaskan ke bumi. Memang berhasil, tetapi itu bukanlah suatu ukuran. Harta, kekayaan, gedung mewah, jumlah jiwa yang banyak bukan suatu ukuran, dengan lain kata; keberhasilan secara lahiriah bukan menjadi suatu ukuran. 

Gereja TUHAN harus semakin berhati-hati, harus memperhatikan nasihat-nasihat yang baik. Jangan mengabaikan pengajaran Firman Allah yang benar dan murni. Jangan mengutamakan perkara lahiriah. Belajarlah dari sekarang untuk melatih diri  beribadah, sebab latihan badani itu terbatas, keberhasilan secara jasmani itu terbatas, pemupukan kekayaan secara lahiriah itu terbatas, tetapi ibadah ini mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Sebenarnya, asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Ibadah yang disertai dengan rasa cukup akan memberi keuntungan yang besar. Hati-hati dengan kebaktian fasik. 

Jadi, wujud dari naga merah padam yang besar, yaitu berkepala tujuh, bertanduk sepuluh dan tujuh mahkota di atas kepala, itu hanyalah akal jahat dari Iblis Setan, seperti seekor binatang bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh, namun ibadahnya ditunggangi oleh wanita Babel dengan dua hal, yaitu; kenajisan percabulan dan kekejian bumi, sesuai dengan Wahyu 17:3-5,7. Jelas ibadah ini bertolak belakang dengan pengajaran salib, yaitu kuasa yang sempurna (bertanduk tujuh).

Kondisi ini sebenarnya sudah terjadi dari sejak semula. Ibadah yang benar dengan ibadah yang fasik ini sudah bertolak-tolakan dari sejak semula, sejak ada ibadah di Taman Eden.

Untuk yang benar harus kita terima walaupun sakit dan pahit bagi daging, sebab kita harus mengalami penyucian dalam hidup, dalam nikah, dalam ibadah, dalam pelayanan, supaya semuanya semakin berkenan bagi Tuhan. 

Yohanes 8:44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

Iblis adalah:
 1.  “Pembunuh manusia dari sejak semula”, dari sejak ada ibadah di taman Eden.
 2.  “Tidak hidup dalam kebenaran.” Perlu untuk diketahui; kebenaran yang sejati datangnya dari salib Kristus. Di luar salib tidak ada kebenaran, semuanya hanyalah kebenaran masing-masing.
 3.  “Ia adalah bapa pendusta.” Berarti, kalau seseorang suka berdusta, ia adalah anak pendusta (anak Setan), maka jangan biasakan untuk berdusta sekecil apapun. Tidak ada istilah berbohong demi kebaikan; berbohong ya berbohong, kebaikan sumbernya dari yang baik, bukan dari bohong.

Jadi yang pasti, Iblis atau Setan adalah pembunuh manusia dari sejak semula, dari sejak diadakannya ibadah dan pelayanan di taman Eden. Dari sejak taman Eden, itulah suasana sorga; ada ibadah, ada pelayanan.

Kejadian 3:1
(3:1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

Ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang. Cerdik tetapi tidak tulus = licik, dikuasai akal bulus, akal jahat, tipu daya, itu sebabnya ia disebut pendusta.

Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Ini adalah pernyataan ular kepada perempuan itu. 

Kita bandingkan dengan apa yang sesungguhnya TUHAN nyatakan di tengah-tengah taman Eden kepada manusia dan isterinya.
Kejadian 2:16-17
(2:16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (2:17) tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Di sini kita melihat, TUHAN Allah memberi suatu perintah dan larangan kepada manusia dan isterinya. Demikian juga di tengah ibadah ini, ada suatu perintah yang harus didengar dan diperhatikan, juga ada suatu larangan sebagai kode etik untuk melayani pekerjaan TUHAN. 
Adapun perintah Allah ialah: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas”.
Kemudian, larangan: “Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”.

Kesimpulannya: Perkataan ular kepada perempuan itu pada Kejadian 3:1 tidak sesuai dengan perintah dan larangan TUHAN pada Kejadian 2:16-17. Karena perintah dan larangan ini sudah dikacaubalaukan oleh ular, maka ibadah dan pelayanan itu juga menjadi kacau dan tidak tertib. Inilah yang menimbulkan terjadinya perpecahan dan godaan dari anggota tubuh Kristus. 

Kita ini adalah anggota tubuh Kristus. Anggota tubuh Kristus itu tidak hanya terdiri dari satu penggembalaan di dalam satu denominasi, tetapi juga antar penggembalaan dalam satu denominasi. Kemudian, lebih berkembang lagi; antar denominasi yang lain, dan di situ juga ada penggembalaan-penggembalaan, sampai nanti memuncak; bangsa kafir bersatu dengan Israel.
Jadi, kita bukanlah organisasi, melainkan kita ini adalah organisme, anggota tubuh Kristus. Kiranya itu tertanam, tertancap dalam pikiran kita masing-masing, supaya kita jangan mau dikacaukan oleh wujud dari naga merah padam yang besar tadi. Jangan sampai ibadah dan pelayanan ini ditunggangi oleh wanita Babel, supaya jangan terjadi perpecahan dan godaan. 

Singkatnya: Perkataan ular bertolak belakang dengan perintah dan larangan TUHAN. 

Akibat kelicikan ular ketika mengacaukan ibadah (suasana sorga) di taman Eden.
Kejadian 3:2-3
(3:2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, (3:3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Perempuan itu berkata: “Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati” 

Inilah akibat kelicikan dari ular itu, di mana akhirnya perempuan diperdaya, sebab perempuan itu berkata: “Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”  Kalimat ini dibagi menjadi dua bagian:
Yang Pertama: Jangan kamu makan. Berarti, perempuan itu telah mengurangkan perkataan TUHAN. 
Yang Kedua: Kata “Raba.” Berarti, perempuan itu menambahkan apa yang diperintahkan dan dilarang oleh TUHAN.

“Firman yang dikurangkan”, artinya; Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni, diganti dengan 2 hal:
 1. Theologi kemakmuran, yaitu sibuk berbicara tentang berkat-berkat semata. Kalau hamba-hamba TUHAN sibuk berbicara uang, dan senantiasa mengadakan seminar yang selalu berbicara tentang uang, sebetulnya itu adalah Theologi kemakmuran. Akhirnya, sidang jemaat dari hamba TUHAN ini menjadi sesat, karena selalu mengadakan seminar soal uang, uang, uang, berbicara soal berkat-berkat-berkat. Padahal simple saja, jangan kita tertipu; Cari dahulu Kerajaan Sorga, di dalamnya ada suatu takhta, dan di takhta itu duduk Seorang, itulah Anak Domba yang disembelih, itulah kebenaran yang sejati, maka semuanya nanti ditambahkan.
 2.  Tanda-tanda heran atau pun mujizat-mujizat, tetapi sayangnya, salib diabaikan. Persis seperti binatang yang keluar dari dalam laut, itulah antikris; mengadakan mujizat, di mana satu dari antara tujuh kepala itu luka parah yang menuju kepada kebinasaan, tetapi akhirnya luka parah itu sembuh, sehingga seluruh dunia heran melihatnya dan mengikutinya … Wahyu 13:1-3
Tidak hanya berhenti sampai di situ, selain mujizat kesembuhan, ada lagi tanda-tanda heran; binatang yang keluar dari dalam darat, itulah nabi palsu, mereka itu menurunkan api dari langit ke bumi, sehingga banyak orang Kristen menyembah patung binatang yang berbicara itu, sampai menyembah naga, dan akhirnya mereka juga dikuasai oleh roh najis… Wahyu 13:11-13.

Sedangkan “Firman yang ditambahkan”, artinya; menyampaikan satu atau pun dua ayat, lalu ditambahkan dengan dongeng-dongeng nenek tua, takhayul-takhayul, filsafat-filsafat kosong, yang ironis lagi ditambahkan cerita-cerita isapan jempol. Artinya, menyampaikan satu dua ayat Firman TUHAN lalu ditambahkan cerita si kancil, cerita si kura-kura, cerita si buaya (seisi dunia ini), bahkan sibuk menceritakan sejarah-sejarah yang tidak memberi pertumbuhan iman. Dongeng atau cerita si kancil tidaklah mungkin lebih besar kuasanya dari pada pengajaran Firman Allah yang benar dan murni. 
Maka memang, seorang hamba TUHAN harus jujur, harus tulus. Kalau cerdik, tetapi tidak tulus, nanti ditambahkan cerita-cerita isapan jempol si kura-kura, si kancil, si buaya. Padahal kalau seorang hamba TUHAN dengan rendah hati datang di ujung kaki salib untuk menantikan pembukaan Firman berjam-jam, pasti TUHAN berikan. Jadi, tidak perlu seorang hamba TUHAN harus main akal-akalan. 

Dengan demikian, tergenapilah apa yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada Timotius.
2 Timotius 4:2
(4:2) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Sebenarnya, yang benar di tengah ibadah itu seorang hamba TUHAN adalah “Nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”, baik atau tidak baik waktunya, berarti tidak melihat situasi kondisi. Kalau melihat situasi kondisi, maka nanti kita tidak berani menegor, tidak berani menyatakan kesalahan, karena kondisi dalam gedung ruangan itu dipenuhi oleh orang-orang kaya (punya uang). 

2 Timotius 4:3
(4:3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya

Akan tiba waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, itulah pengajaran Firman Allah yang benar dan murni -- dengan kata lain pengajaran salib --. Selanjutnya, mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.

2 Timotius 4:4
(4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Sebetulnya, ini adalah kebaktian fasik, sayap kekejian telah ditegakkan di bumi.

Seharusnya, seorang hamba TUHAN, termasuk saya, harus meneliti hukum sesuai dengan pimpinan Roh TUHAN. Jadi, bukan sesuai dengan keinginan perasaan manusia daging, persis seperti 1 Petrus 1:9. Kemudian, pada ayat 10, pada saat hamba-hamba TUHAN meneliti hukum sesuai dengan pimpinan Roh Kudus, maka di situ akan ditemukan pengajaran yang sehat, sebab Roh yang sama itu akan memberitakan tentang pribadi Yesus yang disalibkan. Barulah pada ayat 11, sesudah sengsara salib, maka kemuliaan Allah menyusul berikutnya. Itulah yang benar.

Kita kembali membaca, di mana tadi bahwasanya ular naga itu telah menunggangi kebaktian di taman Eden. 
Kejadian 3:3
(3:3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." 

Selanjutnya di sini, perempuan itu berkata: “… Nanti kamu mati”. Betul bahwa ada perkataan “… Nanti kamu mati”, tetapi kalau mereka melanggar hukum Allah, kalau mereka makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat. 
Akhirnya, semakin diputar balik, semakin dikacaukan, ibadah pelayanan sudah semakin tidak tertib, sudah tidak ada lagi kejelasan. Seolah-olah pengharapan kita kepada TUHAN sia-sia, padahal jelas; pengharapan kita itu bagaikan sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, karena pengharapan itu melabuhkan kita sampai ke belakang tabir, Ruangan Maha Suci, membawa gereja TUHAN sampai sempurna, sama mulia, segambar serupa dengan Allah.  Tetapi kalau kita mempertuhankan perut dan kemuliaan mereka adalah aib, maka betul; “… Nanti kamu mati

Kejadian 3:4-5
(3:4) Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, (3:5) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Lalu ular berkata: “Sekali-kali kamu tidak akan mati.” Selanjutnya, ular itu kembali berkata: “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.

Kamu akan menjadi seperti Allah.” Sebenarnya perkataan ular ini adalah pengharapan kosong. Lalu alasan ular mengatakan “Kamu akan menjadi seperti Allah.” adalah  tahu tentang yang baik dan yang jahat. Jelas, Allah Mahatahu, tetapi wujud dari Allah menjadi manusia, itulah pribadi Yesus Kristus; 
Walaupun Ia dicobai, tetapi sebagai Imam Besar, Ia tahan terhadap cobaan. 
Walaupun Ia dicobai, tetapi tidak jatuh dalam dosa, itulah Imam Besar Agung, menurut peraturan Melkisedek.

Ibrani 4:14
(4:14) Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit”, Dia yang turun, Dia juga yang naik jauh lebih tinggi melintasi semua langit. Inilah pribadi Allah dan manusia; Yesus Kristus, dan Dia juga adalah Imam Besar, menurut peraturan Melkisedek.

Ibrani 4:15
(4:15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Dia turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, Dia tahu kelemahan-kelemahan kita, Dia rasakan kelemahan-kelemahan kita. 

“ … Sebaliknya sama dengan kita …” Ia sama dengan kita; Dia Allah menjadi manusia, itulah pribadi Yesus Kristus. Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. 

Jadi, betapa liciknya, Setan (ular) itu memutar balik fakta, di mana dia berkata: “Sekali-kali kamu tidak akan mati”, selanjutnya ular itu berkata: “Kamu akan menjadi seperti Allah”, dan alasan ular mengatakan hal itu adalah: “… Tahu tentang yang baik dan yang jahat”. Memang, Allah Mahatahu. Tetapi pribadi Allah dan manusia adalah; Yesus Kristus, sebagai Imam Besar, Dia sudah dicobai, tetapi tidak jatuh dalam dosa. 

Singkat cerita, pada Kejadian 3:6, akhirnya Hawa mengambil buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, dengan kata lain; melanggar hukum Allah, sama dengan; jatuh dalam dosa karena ia telah diperdaya oleh kelicikan dari pada ular itu. Inilah suasana ibadah, di mana ibadah atau kebaktian itu sudah ditunggangi oleh sayap kekejian, itulah kebaktian fasik. 
Jadi, kebaktian fasik ini sudah dari sejak semula bertolak belakang dengan kebaktian, yaitu kegiatan Roh, itulah pohon kehidupan. 

Kita bersyukur, karena TUHAN menerangi hati kita malam ini. Sekarang kita mengerti dengan jelas, pengharapan apa yang terkandung dalam panggilan TUHAN dalam kehidupan kita masing-masing. Pilih mana; kebaktian fasik yang ditunggangi oleh sayap kekejian, atau ditunggangi oleh TUHAN?
Tetapi kalau kita memperhatikan nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Roma, dan sidang jemaat lain di Asia kecil, sebaiknya kita memberi diri ditunggangi oleh TUHAN, seperti keledai muda yang tertambat; setelah dilepaskan, ia ditunggangi sampai ke Yerusalem Baru. Hosana bagi Anak Daud, hosana bagi sang Raja, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment