IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 DESEMBER 2024
KITAB MALEAKHI PASAL 2
Maleakhi 2:11
(Seri 2)
Subtema: MENGHORMATI KEKUDUSAN HARI SABAT
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN oleh karena rahmatNya kita sekaliannya dihimpunkan oleh dua tangan TUHAN di atas gunung TUHAN yang kudus lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN yang turut bergabung dalam penggembalaan GPT BETANIA Serang&Cilegon Banten, Indonesia lewat online, lewat live streaming, Video internet, YouTube, Facebook, dimanapun saudara berada. Selanjutnya kita berdoa, kita mohon kemurahan TUHAN supaya firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Mari kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci dari Maleakhi 22:11.
Maleakhi 2:11
(2:11) Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi TUHAN dan telah menjadi suami anak perempuan allah asing.
Perbuatan keji dilakukan di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda berkhianat.
Berkhianat maksudnya:
Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi TUHAN.
Telah menjadi suami anak perempuan allah asing disebutlah itu dengan kawin campur (pasangan tidak seimbang), itu sebabnya perikopnya: TUHAN memarahi Israel karena kawin campur dan perceraian.
Jadi TUHAN marah sekali setelah terjadi perkawinan campur, akhirnya mereka ceraikanlah istri mereka (perempuan-perempuan yang datang dari allah asing). Itu sebabnya saya selalu tegaskan kepada pemuda pemudi cari pasangan yang seimbang. Pemuda jangan cari perempuan yang tidak mengenal TUHAN Yesus Kristus sebagai Gembala Agung, yang perempuan-perempuan (pemudi) jangan cari laki-laki yang tidak mengenal TUHAN Yesus Kristus yang adalah Gembala Agung. Kalau TUHAN gembala maka kita domba-domba semestinya digembalakan oleh Gembala Agung. Jadi cari kehidupan yang mau tergembala, apapun jabatannya jangan tergiur, jangan kita mau mati di Mesir atau di padang gurun. Untuk apa seseorang mempunyai seisi dunia kalau ia kehilangan nyawa, siapa yang mempertahankan nyawa akan kehilangan nyawa.
Peristiwa Maleakhi 2:11 ditulis oleh nabi-nabi TUHAN dengan jelas dan terang benderang, secara khusus di dalam kitab Ezra dan Nehemia.
Kita akan memeriksa kedua perkara; Yehuda telah menajiskan tempat kudus dan telah menjadi suami anak perempuan allah asing (kawin campur).
YANG PERTAMA: YEHUDA TELAH MENAJISKAN TEMPAT KUDUS YANG DIKASIHI TUHAN
Nehemia 13:15-16
(13:15) Pada masa itu kulihat di Yehuda orang-orang mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang-orang yang membawa berkas-berkas gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan-bahan makanan. (13:16) Juga orang Tirus yang tinggal di situ membawa ikan dan pelbagai barang dagangan dan menjual itu kepada orang-orang Yehuda pada hari Sabat, bahkan di Yerusalem.
Setibanya di Yerusalem, Nehemia melihat keadaan di Yehuda:
Orang-orang sibuk dengan pekerjaan lahiriah = hidup dalam penyembahan berhala. Kekerasan hati juga termasuk penyembahan berhala.
Orang-orang sibuk dengan roh jual beli = sibuk dengan kenajisan percabulan.
Pada minggu lalu sebetulnya hal ini sudah diterangkan, maka ayat 15-16 tidak mungkin lagi saya ulangi. Kita hanya melihat intisarinya saja.
Kita lihat KENAJISAN PERCABULAN…
Wahyu 18:3
(18:3) karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya."
Menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel disebut kenajisan percabulan.
Yang hidup dalam kenajisan percabulan, antara lain:
Semua bangsa.
Raja-raja (pelayan-pelayan) teramat lebih pedagang-pedagang di bumi.
Ibrani 12:16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
Esau menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan, hal ini menunjukkan bahwa Esau dikuasai oleh kenajisan percabulan (roh jual beli/roh antikris); menjadi kaya tetapi oleh kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel.
Tidak salah diberkati, bahkan berkelimpahan dalam berkat apapun tidak salah, tapi jangan karena kelimpahan hawa nafsu dari perempuan Babel seseorang meninggalkan TUHAN (ibadah pelayanan). Kalau kaya karena kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel berarti ia telah dikuasai kenajisan percabulan, ia telah dikuasai roh jual beli (roh antikris) seperti Esau.
Sebenarnya Esau adalah anak sulung, artinya Esau ada di tengah ibadah dan pelayanan, bahkan kepadanya dipercayakan jubah yang maha indah itulah karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El-Kudus, disebutlah itu roh pengasihan. Tapi sayang sekalipun ada di tengah ibadah dan pelayanan ternyata rohnya dicengkram oleh roh jual beli (roh kenajisan percabulan/ roh antikris) jangan kita seperti itu ya. Sekarang kita kembali melihat kisah tersebut dalam Nehemia 13:15-16.
Nehemia 13:15-16
(13:15) Pada masa itu kulihat di Yehuda orang-orang mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang-orang yang membawa berkas-berkas gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan-bahan makanan. (13:16) Juga orang Tirus yang tinggal di situ membawa ikan dan pelbagai barang dagangan dan menjual itu kepada orang-orang Yehuda pada hari Sabat, bahkan di Yerusalem.
Adapun kesibukan-kesibukan yang dilakukan oleh orang-orang Yehuda di Yerusalem justru pada hari sabat, dengan demikian korban sehari-hari itulah korban sembelihan dan korban santapan telah dihentikan.
Kalau tidak menghargai hari sabat, meninggalkan ibadah dan pelayanan = menghentikan/mengabaikan korban sembelihan dan korban santapan dihentikan, mereka tidak perlu lagi dengan korban sembelihan dan korban santapan (korban sehari-hari).
Korban sehari-hari harus ada di atas gunung TUHAN yang kudus, di dalam ketekunan tiga macam ibadah pokok, untuk menggembalakan kita sampai kepada tapal batasnya TUHAN; sampai kesudahan dunia ini.
Korban sembelihan → Ibadah dan pelayanan yang disertai dengan pengorbanan. Ibadah dan pelayanan yang dikerjakan para imam harus ditandai dengan darah atau harus disertai dengan pengorbanan.
Jadi ibadah harus ditandai dengan pengorbanan atau ada dalam tanda darah, kemudian imam-imam di dalam melayani TUHAN harus disertai dengan pengorbanan jangan kita mengeluh, jangan kita mengomel, bersungut-sungut, justru kalau kita sadar sebetulnya itu kasih karunia dalam kehidupan kita masing-masing, kasih karunia bagi nikah dan rumah tangga kita.
Korban santapan → Pengajaran Firman Allah yang murni dan benar yakni; Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan.
Singkat kata, korban sehari-hari yaitu korban sembelihan dan korban santapan adalah pribadi TUHAN Yesus, Dialah Gembala yang akan menggembalakan kita sampai tapal batas TUHAN, artinya sampai kesudahan dunia ini. Tetapi lihatlah orang-orang Yehuda di Yerusalem mereka sibuk dengan pekerjaan lahiriah dan sibuk dengan jual beli pada hari sabat, itu berarti mereka tidak butuh gembala, yakni; korban sehari-hari (korban sembelihan, korban santapan.)
Seharusnya kalau TUHAN adalah gembala maka kita adalah domba-domba. Kalau kita adalah domba-domba maka TUHAN akan terus menggembalakan kita di depan untuk menuntun kawanan domba-domba, dimana firman Allah nanti akan terus menerangi; firman TUHAN adalah pelita dan terang bagi jalan-jalan kita, Tidak ada yang mustahil bagi firman TUHAN Yesus Kristus Gembala Agung.
Korban sehari-hari itulah korban santapan dan sembelihan dihentikan, dengan menghentikan korban sehari-hari maka disebutlah itu perbuatan keji.
Kita pernah tau satu peristiwa di indonesia pada tahun 1965 tujuh jendral disiksa oleh partai komunis dan pada saat itu disebutlah itu perbuatan keji. Meniadakan nyawa manusia dengan aniaya besar disebutlah itu perbuatan keji, meniadakan pribadi Yesus Kristus, nyawanya sebagai korban sembelihan dan korban santapan itu kekejian. (ayat referensi: Daniel 12:11, Daniel 11:31, Daniel 9:27.)
Jadi mengabaikan nyawa TUHAN Yesus itulah korban sembelihan dan korban santapan itu adalah kekejian. Jadi bilamana TUHAN sudah menyatakan satu kemurahan besar, TUHAN sudah mempercayakan ketekunan tiga macam ibadah pokok untuk kita usahakan dan pelihara, jangan abaikan itu, sebab ketika seseorang mengabaikan itu dia adalah orang keji menurut Alkitab.
Jadi ketika orang-orang Yehuda berkhianat maka terjadilah kenajisan percabulan, ( Maleakhi 2:11) dan hal itu itu merupakan perbuatan keji.
Berkhianat kepada TUHAN; menghentikan (mengabaikan) korban sehari-hari; sibuk pada hari sabat maka disebutlah itu perbuatan keji di Israel dan di Yerusalem oleh orang-orang Yehuda. Sebab itu jangan kita berkhianat kepada TUHAN, jangan kita berkhianat satu dengan yang lain, harus menjadi pasangan yang seimbang, itu sudah harga mati.
Untuk apa euforia sesaat, besok engkau menangis, ingat mulut yang diurapi ini benar terjadi, dan kita sudah mengalaminya kan. Berapa kali saya sampaikan jangan diteruskan, dan akibatnya hari ini menangis. Engkau sudah punya pengalaman di situ, engkau tidak lagi dengar nasihat. Saya tidak suka saudara menderita karena kebodohan, sebab itu saya tidak merasa lelah walaupun saya harus mengoyakan pakaian ini di tengah-tengah nubuat disampaikan, tapi kalau toh juga saudara mengambil keputusan ya sudah, saya juga tidak bisa menghalangi karena keputusan ada di tangan saudara.
Maleakhi 2:11
(2:11) Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi TUHAN dan telah menjadi suami anak perempuan allah asing.
Ketika Yehuda berkhianat terjadilah perbuatan keji di hadapan TUHAN. Ketika mereka sibuk dengan aktivitas itulah sibuk dengan pekerjaan lahiriah, juga sibuk dengan roh jual beli disebut perbuatan keji.
Nehemia 13:17
(13:17) Lalu aku menyesali pemuka-pemuka orang Yehuda, kataku kepada mereka: "Kejahatan apa yang kamu lakukan ini dengan melanggar kekudusan hari Sabat?
Ketika orang-orang Yehuda sibuk dengan:
Pekerjaan lahiriah (penyembahan berhala).
Roh jual beli (kenajisan percabulan)
Maka, yang bertanggungjawab di sini adalah pemuka-pemuka orang Yehuda. Itulah sebabnya Nehemia menegur dengan keras para pemuka Yehuda, karena orang-orang Yehuda telah melanggar kekudusan hari Sabat.
Pemuka-pemuka → pemimpin jemaat / gembala sidang.
Muka itu kan di depan, kalau pemuka-pemuka atau pemimpin jemaat (gembala sidang) tidak bertanggung jawab soal menguduskan hari sabat, teguran TUHAN keras kepada seorang pemuka, itu sebabnya saya terus menghimbau sidang jemaat dalam penggembalaan GPT BETANIA untuk tau menguduskan hari sabat, jangan jauh dari ketekunan 3 (tiga) macam ibadah pokok apapun alasannya. Tetap saya harus himbau, kalau saudara mungkin sedikit sakit tahankan saja, pusing dikit tahan saja, kalau ada pergumulan sedikit tahan saja, apalagi bujuk rayu dari angin-angin pengajaran palsu yang menghasut untuk meninggalkan ibadah hanya satu perkara, mungkin ada resepsi, mungkin ada pesta, mungkin ada ulang tahun dan lain sebagianya, tepis itu jauh-jauh.
Kalau saya tidak menyampaikan hal ini maka saya yang akan ditegur TUHAN dengan keras, maka saya yang menderita hebat, sementara tidak ada seorangpun manusia dapat menolong saya, menolong nikah saya, hanya TUHAN. Hanya TUHANlah yang kita andalkan di dunia ini, jangan andalkan saudara dagingmu seperti apapun kekayaannya, apalagi bermegah dengan cerita-cerita diluaran sana jangan, itu berhala.
Nehemia 13:18
(13:18) Bukankah nenek moyangmu telah berbuat demikian, sehingga Allah kita mendatangkan seluruh malapetaka ini atas kita dan atas kota ini? Apakah kamu bermaksud memperbesar murka yang menimpa Israel dengan melanggar kekudusan hari Sabat?"
Dengan melanggar kekudusan hari sabat (tidak menguduskan hari sabat) dengan meninggalkan ibadah dan pelayan; yakni ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, menunjukan bahwa para pemuka maupun orang-orang Yehuda tidak belajar dari pengalaman hidup.
Bukankah nenek moyang bangsa Israel telah ditimpa malapetaka yang besar karena kesalahan yang sama yang mereka perbuat pada saat itu. Berarti orang-orang Yehuda pada masa Nehemia tidak belajar dari pengalaman yang pernah dialami oleh nenek moyang mereka.
Banyak hal yang kita alami di bumi ini dan kita harus belajar dari pengalaman itu semua, supaya jangan menambah malapetaka yang lebih besar lagi.
Banyak persoalan dalam nikah, belajar dari situ, jangan lagi biarkan anak cucu (keturunan kita) bodoh. Siapa yang bisa memperbaiki nikah kalau bukan TUHAN, kenapa tidak belajar dari situ, kita biarkan anak-anak kita mengambil anak perempuan allah asing, kita biarkan anak perempuan kita menikah dengan laki-laki allah asing. Bukankah semestinya kita belajar dari pengalaman nikah yang hancur. Berapa banyak penghianatan terjadi dalam nikah, tidakkah kita semestinya belajar dari situ, tetapi lihatlah Israel pada zaman Nehemia betul-betul tidak mau belajar dari pengalaman hidup nenek moyang mereka sehingga mendatangkan murka yang lebih besar lagi.
Saya kira kita memiliki akal yang sehat bukan? doa dan harapan saya kiranya akal pikiran kita diberkati oleh TUHAN supaya keputusan-keputusan kita sesuai dengan keputusan (selera) maunya TUHAN Yesus, bukan menurut hawa nafsu daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup karena ada embel-embel; itu datang dari dunia bukan datang dari TUHAN sesuai dengan 1 Yohanes 2:6. Keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup bukan berasal dari Bapa itu berasal dari dunia. Keangkuhan hidup karena ada embel-embel supaya pesta dilihat orang banyak.
Doa saya kiranya akal pikiran kita yang sehat ini selalu diberkati oleh TUHAN, tidak dikelirukan, ditikungkan iblis atau setan sedetikpun. Jadi dengan melanggar kekudusan hari sabat, (tidak menguduskan hari sabat) dengan meninggalkan ibadah dan pelayanan menunjukan bahwa baik pemuka maupun orang Yehuda tidak belajar dari pengalaman hidup akibatnya mendatangkan malapetaka.
Rupa-rupanya nabi Yeremia juga menuliskan kisah ini pada masa itu, mari kita lihat Yeremia 17:27.
Yeremia 17:27 — Perikop: Hari sabat harus dikuduskan
(17:27) Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintah-Ku untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan."
Kalau tidak menguduskan hari Sabat, dengan lain kata; jauh dari ibadah dan pelayanan, konsekuensinya; puri-puri Yerusalem akan dimakan (dilalap) habis oleh api yang tidak terpadamkan.
Puri-puri → kota atau benteng pertahanan. Berarti kalau puri-puri Yerusalem akan dilalap api yang tidak terpadamkan = hidup tanpa benteng pertahan (kubu pertahan / perlindungan = hidup tanpa TUHAN) itu sebabnya orang-orang Yehuda yang ada di Yerusalem pada akhirnya dibuang ke Babel. Jadi karena mereka tidak lagi mempunyai kota benteng (kubu pertahanan, tidak lagi hidup di dalam TUHAN) dibuanglah ke Babel.
Babel → antikris.
Perlu untuk diketahui pada saat antikris menjadi raja dan berkuasa atas dunia ini selama 3,5 tahun, pada saat itu akan terjadi siksaan yang dahsyat, sehingga orang-orang yang tidak takut akan TUHAN; orang-orang yang tidak menguduskan hari sabat satu kali akan masuk dalam aniaya yang besar, itulah bagian dari api yang tak terpadamkan.
Aniaya yang besar, siksaan yang dahsyat akan terjadi pada saat antikris menjadi raja, itu adalah bagian dari api yang tak terpadamkan. Jadi kalau sudah jatuh ke tangan antikris mereka semua akan mengalami suatu siksaan yang dahsyat; aniaya yang besar, kelanjutannya bukan sorga tapi api neraka yang tidak terpadamkan.
Jdi selagi hari masih siang, masih ada kesempatan untuk menguduskan hari sabat, hargai karena itu merupakan kemurahan TUHAN dengan korban sehari-hari untuk menggembalakan kita, karena pada saat antikris menjadi raja, gembala dibunuh (dirampas) nanti domba-domba tercerai berai tanda imannya terguncang. Tapi kalau kita digembalakan sampai puncaknya yaitu doa penyembahan maka kita sanggup menghadapi puncak pencobaan, puncak gelap malam. Sedetikpun jangan kiranya pemikiran ini jauh dari korban sehari-hari, tetaplah menguduskan hari sabat supaya puri-puri tidak dimakan (dilalap) api yang tak terpadamkan.
SIKAP PEMUKA DAN ORANG-ORANG YEHUDA TERHADAP TEGURAN KERAS DARI NEHEMIA:
Nehemia 13:18-19
(13:18) Bukankah nenek moyangmu telah berbuat demikian, sehingga Allah kita mendatangkan seluruh malapetaka ini atas kita dan atas kota ini? Apakah kamu bermaksud memperbesar murka yang menimpa Israel dengan melanggar kekudusan hari Sabat?" (13:19) Kalau sudah remang-remang di pintu-pintu gerbang Yerusalem menjelang hari Sabat, kusuruh tutup pintu-pintu dan kuperintahkan supaya jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Dan aku tempatkan beberapa orang dari anak buahku di pintu-pintu gerbang, supaya tidak ada muatan yang masuk pada hari Sabat.
Kalau tidak mau belajar dari pengalaman hidup maka sama dengan luka yang ada semakin mengangak yaitu memperbesar murka TUHAN terhadap Israel.
Untuk menghentikan murka Allah disini kita melihat pintu-pintu gerbang Yerusalem harus ditutup supaya orang yang berjual beli tidak masuk ke dalam Yerusalem, supaya tidak dikuasai roh antikris.
Kita juga harus menutup hati terhadap dagang-dagang semacam itu supaya kita tidak dikuasai roh jual beli.
Bagaimana sikap mereka terhadap teguran itu …
Nehemia 13:20
(13:20) Tetapi orang-orang yang berdagang dan berjualan rupa-rupa barang itu kemudian bermalam juga di luar tembok Yerusalem satu dua kali.
Orang-orang yang berjualan (berdagang) ternyata bermalam di luar tembok Yerusalem, berarti tidak menghiraukan teguran keras, keinginan nya kuat sekali masuk ke Yerusalem, tapi karena pintu gerbang tertutup mereka terpaksa bermalam di luar tembok Yerusalem untuk berdagang berarti tidak mengindahkan teguran, tidak mau menghargai teguran, tidak mau menghargai pemberitaan firman yang sifatnya mengoreksi, menyucikan, intinya tidak mau disucikan, dia tetap berjalan dengan maunya saja, dia tetap menjalankan hidupnya sesuai selerahnya saja, tapi ada di tengah ibadah, itu orang yang tidak menghargai teguran-teguran. Sudah ditegur masih saja pedagang-pedagang bertahan di luar tembok Yerusalem menunggu pintu terbuka dan itu terjadi satu dua kali, berkali-kali begitu, jangan kita seperti itu ya. Tambah umur kita digembalakan seharusnya semakin dewasa, bukannya semakin merosot dan mempengaruhi orang lain sesuai dengan selera kita, jangan bahaya.
Ada teguran keras tetapi pedang-pedang tetap bertahan ingin berdagang di kota Yerusalem, hanya karena pintu-pintu Yerusalem tertutup terpaksa mereka bertahan di luar tembok Yerusalem, bermalam disitu dan itu terjadi satu dua kali, berkali-kali dengan demikian tidak mengindahkan teguran, tidak mau disucikan, tetapi datang beribadah. Tidak mau disucikan, tetapi datang beribadah berarti dia hidup sesuai hatinya, menjalankan hidupnya sesuai selera gaya hidupnya itu saja. Apa arti ibadah semacam ini.
Lalu bagaimana saudara mendengar teguran ini, apakah kita sama seperti orang yang keras hati ini bertahan dengan kebodohan, sampai kapan kita seperti ini?. Baru tadi malam dinasihati begitu kamu selesai kerja kembali ke rumah, tapi sangat disayangkan ia suka mampir. Saya berharap itu jangan terjadi. Kemudian sebelum sampai tujuan ibadah jangan sampai ada orang diantara kita memberi salam ke kiri dan ke kanan, kita kadang-kadang datang beribadah untuk enak-enak mampir beli gorengan, mampir beli molen, mampir di indomaret, mampir di Alfamart, kok rakus sekali, kalau ada yang melihat seperti itu tegur dengan hormat jangan rusak ibadah ini, jangan beri salam sebelum sampai tujuan, jangan pakai perasaan, orang bodoh harus diberi pengertian, orang bodoh harus disucikan. Kalau orang bodoh dibiarkan dalam kebodohannya dia akan masuk neraka seperti orang yang bertahan di luar tembok Yerusalem keinginannya kuat untuk berjualan sehingga ia bertahan, karena pintu masih tertutup, berarti tidak mengindahkan teguran.
Yeremia 17:19-22
(17:19) Beginilah firman TUHAN kepadaku: "Pergilah engkau dan berdirilah di pintu gerbang Anak Rakyat, yang dilalui keluar masuk oleh raja-raja Yehuda, dan di segala pintu gerbang Yerusalem; (17:20) katakanlah kepada mereka: Dengarlah firman TUHAN, hai raja-raja Yehuda, hai segenap Yehuda dan segenap penduduk Yerusalem yang masuk melalui pintu-pintu gerbang ini! (17:21) Beginilah firman TUHAN: Berawas-awaslah demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang-barang pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem! (17:22) Janganlah membawa barang-barang dari rumahmu ke luar pada hari Sabat dan janganlah lakukan sesuatu pekerjaan, tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu. (17:23) Namun mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala, sehingga tidak mau mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran.
Pemuka-pemuka dan orang-orang Yehuda tetap dengan segala aktivitasnya pada hari Sabat, yaitu:
Sibuk dengan pekerjaan lahiriah.
Dikuasai oleh roh jual beli.
Melakukan aktivitas pada hari Sabat = berkeras kepala, padahal adanya teguran Nehemia supaya orang-orang Yehuda dan pemuka supaya berawas-awaslah demi nyawa; supaya kita memperoleh hidup kekal tapi mereka tetap berkeras kepala; melakukan aktivitas pada hari sabat seperti pedagang-pedagang yang bertahan di luar tembok karena pintu masih tertutup = berkeras kepala.
Kita lihat BERKERAS KEPALA
Kisah Para Rasul 7:49-51
(7:49) Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? (7:50) Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat semuanya ini? (7:51) Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.
TUHANlah yang membangun kehidupan kita sebagai rumah TUHAN, dan rumah TUHAN harus jadi takhta Allah, rumah TUHAN harus jadi tumpuan kaki TUHAN, artinya harus menjadi gunung Sion, Yerusalem, mempelai TUHAN itulah takhta Allah dan tumpuan kaki TUHAN itulah doa penyembahan
Sekalipun telah diberkati oleh TUHAN sebagai rumah TUHAN, tapi orang-orang Israel, orang Yehuda tetap keras kepala dan tidak bersunat hati.
Singkat kata: Orang yang keras kepala (orang tidak bersunat hati) selalu saja, menentang teguran (teguran firman), juga menentang Roh Kudus. Padahal Roh kudus itu manis dan lembut, menawan, mempesona hati kita, dia ingin beraktivitas di dalam rumah TUHAN, tetapi orang-orang Yehuda berkeras kepala dan bekeras hati; menentang Roh El-kudus.
Orang yang keras kepala, berkeras hati selalu menentang teguran firman dan selalu saja menentang Roh Kudus persamaanya ada di dalam 1 Samuel 6:6.
1 Samuel 6:6
(6:6) Mengapa kamu berkeras hati, sama seperti orang Mesir dan Firaun berkeras hati? Bukankah mereka membiarkan bangsa itu pergi, ketika Ia mempermain-mainkan mereka?
Orang Mesir dan Firaun berkeras hati sebab mereka tidak membiarkan bangsa Israel beribadah, dengan lain kata mempermain-mainkan ibadah dan pelayanan, mempermain-mainkan hari sabat, hari kudusnya TUHAN, hari perhentian; ibadah dan pelayanan.
Orang berkeras kepala terhadap firman Allah, orang yang berkeras kepala terhadap Roh El-kudus senantiasa mempermain-mainkan hari sabat yaitu ibadah dan pelayanan.
Lihatlah orang yang berkeras kepala, lihatlah dan berkeras hati terus saja mempermain-mainkan hari sabat, terus saja tidak mau masuk pada hari perhentian, tidak mau menguduskan hari sabat.
Perlu untuk diketahui; orang yang berkeras kepala dan keras hati ternyata itu dosa warisan. Kalau orang tua keras hati maka anak keras hati, orang tua keras kepala anak keras kepala sehingga orang Israel bukan saja pada zaman taurat, sampai zaman TUHAN Yesus, sampai zamannya Rasul-rasul tetap berkeras kepala, tetap berkeras hati, sehingga keras kepala dan keras hati adalah dosa turunan (dosa warisan). Kalau orang tua tidak keras hati maka anak tidak keras hati.
Coba kita periksa kenapa anak kita liar atau sebaliknya kenapa dia rendah hati, kan kita bisa koreksi.
Mesir adalah gambaran dari dunia dan orang-orang yang ada di dalamnya.
Firaun gambaran dari iblis setan yang menimbulkan penyesatan.
Perlu untuk diketahui; mempermain-mainkan ibadah pelayanan (hari sabat/hari perhentian) = merusak nikah rumah tangga.
Ibadah itu adalah nikah, ibadah itu adalah hubungan kita dengan TUHAN, jadi ibadah itu adalah nikah. Jadi kalau ibadah dan pelayanan dipermain-mainkan sama artinya merusak nikah dan rumah tangga. Lihat saja orang yang tidak menghargai hari sabat nikahnya rusak.
Di dunia ini banyak nikah yang hancur nampaknya dalam satu atap (satu rumah) tapi tidak ngomong puluhan tahun, atau bertahan dalam satu atap (satu rumah) tapi istrinya kemana, suaminya kemana, ini nikah yang hancur, ini nikah yang rusak. Berapa banyak korban dari nikah-nikah yang hancur di dunia ini, tidak terhitung, itu yang saya pikirkan terhadap buah-buah nikah saudara. Itu sebabnya orang tua belajar dari sini ketika engkau tidak mengerti ibadah dan pelayanan tidak menguduskan hari sabat, bukankah nikahmu sudah hancur disitu walaupun nampak satu rumah, kenapa tidak mau belajar dari situ hanya karena embel-embel calon istri anak, calon suami anak, bukankah itu keangkuhan hidup, itu tidak datang dari TUHAN, itu datang dari keangkuhan hidup.
Siapa yang sanggup mempersatukan nikah yang hancur di dunia ini kecuali TUHAN dan hari sabatNya yang harus diusahakan dan dipelihara. Dari sejak semula setan sudah merusak ibadah pelayanan sampai merusak nikah Adam dan Hawa. Begitu berharganya kita dimata TUHAN, apa buktinya? isi hatiNya ditumpahkan. Kalau saya dan saudara tidak berharga TUHAN tidak peduli, tapi kenapa banyak orang kristen berkeras kepala kepada teguran firman dan kepada kegiatan Roh El-Kudus sampai akhirnya mempermain-mainkan ibadah dan pelayanan.
Mempermain-mainkan ibadah dan pelayanan = merusak nikah seperti di taman Eden..
Kejadian 2:15 TUHAN menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (ibadah dan pelayanan) dan kita juga harus mengusakan ibadah dan pelayanan = menguduskan hari sabat, jangan jauh dari sabat.
Kejadian 3: Setan mempermainkan ibadah dan pelayanan dengan lain kata merusak nikah Adam dan Hawa. Kalau ibadah dan pelayanan dipermainkan nikah pasti rusak.
Tidak menghargai hari sabat menunjuk nikah yang rusak, maka ujungnya binasa. Jadi demikianlah kisah pada Nehemia 13 ujungnya pasti binasa oleh api yang tak terpadamkan.
Supaya kita jangan mengalami hal yang serupa, kemurahan TUHAN dinyatakan jalan keluarnya.
JALAN KELUARNYA:
Keluaran 20:8-10
(20:8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (20:9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (20:10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
Intinya kita semua harus ingat dan menguduskan hari sabat, berarti tekunlah dalam tiga macam ibadah pokok sama seperti Adam dan Hawa ditempatkan di taman Eden, untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (ibadah dan pelayanan) itulah ketekunan tiga macam ibadah pokok.
Hari Sabat adalah hari ke-7 disebut juga hari perhentian, jadi orang tua harus beribadah, anakmu laki-laki harus beribadah, anakmu perempuan harus beribadah, semua pegawaimu harus beribadah dan jangan sibuk mengurusi hewan pada hari sabat, itu berarti kita tidak boleh meninggalkan jam-jam dimana kita harus berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan sebab hari ketujuh yakni ibadah dan pelayanan adalah sarana yang TUHAN berikan untuk melepaskan diri dari dosa secara khusus dosa penyembahan berhala dan dosa kenajisan percabulan. Jadi TUHAN berikan kita hari sabat, hari ketujuh (hari perhentian) supaya tidak ada lagi aktivitas yang menyebabkan dosa berhala dan dosa kenajisan percabulan.
Keluaran 20:11
(20:11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Manakala kita sudah berhenti dari berhala dan kenajisan percabulan, maka secara otomatis kita dapat melihat dan mengikuti teladan TUHAN. TUHAN bekerja 6 hari untuk menciptakan langit dan bumi beserta isinya, termasuk laut, namun pada hari ke 7 Ia berhenti, berarti manakala kita sudah lepas dari berhala dan kenajisan percabulan maka kita dapat melihat dan mengikuti teladan TUHAN.
Mari kita lihat TELADAN TUHAN…
Matius 11:28
(11:28) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
TUHAN akan memberi kelegaan kepada semua yang letih lesu dan berbeban berat.
Letih lesu → kehidupan yang tidak berdaya.
Berbeban berat → kehidupan yang sedang mengalami satu tekanan berat dalam hidupnya.
Kepada yang letih lesu TUHAN memberi kelegaan, kenapa? karena dalam Matius 12:8
Matius 12:8
(12:8) Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Anak Manusia adalah TUHAN atas hari Sabat, itu berarti untuk mendapatkan kelegaan kita harus menguduskan hari Sabat.
TUHAN Yesus itu Tabernakel sejati, TUHAN Yesus itu hari sabat (hari perhentian) sebab itu TUHAN Yesus dapat memberi kelegaan kepada mereka yang letih lesu dan kepada mereka yang berbeban berat. Jadi tidak rugi mengikuti contoh teladan yang ditinggalkan TUHAN untuk memberi kelegaan.
Matius 11:29
(11:29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Lemah lembut dan rendah hati adalah suatu teladan yang dapat kita lihat dan ikuti dari Anak Manusia (TUHAN Yesus Kristus), syaratnya: pikullah kuk (pikul salib) dengan lain kata; rela berkorban di tengah ibadah dan pelayanan, jangan terlalu kikir, jangan pelit, jangan medit ya, orang kikir tidak masuk sorga.
Lebih rinci lagi TELADAN TUHAN …
1 Petrus 2:21
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Kita dipanggil TUHAN supaya mengikuti jejak (teladan) TUHAN yaitu; tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah, sebab Yesus telah menderita sengsara bahkan rela mati di atas kayu salib di Golgota – ini tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah, ini teladan – itu sebabnya teladan Yesus adalah lemah lembut dan rendah hati, dan oleh teladan ini ada kelegaan bagi yang letih lesu dan berbeban berat, tapi syaratnya pikul kuk. TUHAN juga panggil kita, untuk apa? untuk mengikuti teladan jejakNya, tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah itu
1 Petrus 2:22-24
(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. (2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
Teladan TUHAN yang harus diikuti...
Ia tidak berbuat dosa.
Hal ini menunjukkan bahwa Yesus penuh dengan FIRMAN ALLAH yakni; kebenaran Allah dari Sorga. Jadi kalau kebenaran dari Allah dari Sorga Dia akan menunjukan keadilan dan kebenaran di bumi ini.
Tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
Hal ini menunjukkan bahwa Yesus penuh dengan ROH KUDUS.
Orang yang tidak berdusta itu adalah orang yang penuh dengan Roh Kudus.\
Yakobus 3:2-3
(3:2) Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (3:3) Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (3:4) Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.
Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataan: dia adalah orang sempurna. Jadi semakin banyak dusta, semakin banyak tipu daya keluar dari mulut menunjukan semakin jauh dari kesempurnaan. Sebaliknya dusta semakin berkurang dalam ungkapan kata yang keluar dari mulut berarti semakin membawa dia dekat kepada kesempurnaan.
lihat orang kalau berbicara; kalau ada tipu (dusta) pasti jauh sekali dari kesempurnaan, tapi berkurang dusta maka ia semakin mendekat kepada kesempurnaan.
Kemudian orang yang tidak berdusta dapat mengendalikan seluruh tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki itu berarti hidupnya dikendalikan (dipimpin) oleh Roh TUHAN.
Kekang pada mulut kuda adalah gambaran dari Roh Allah yang suci berkuasa untuk mengendalikan seluruh kehidupan kita. Kalau hidup kita dikendalikan oleh Roh El-Kudus maka sama seperti kapal yang berlayar di tengah lautan bebas, dikendalikan oleh kemudi kecil.
Kapal yang berlayar di lautan bebas di dalamnya membawa muatan itulah berkat rohani dari Sorga, itulah Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan dalam terangnya Roh El-Kudus, demikian juga dengan kita semua kalau kehidupan kita dikendalikan oleh Roh Kudus dari ujung kepala sampai ujung kaki persis seperti kapal yang berlayar di lautan bebas membawa Pengajaran Pembangunan Tabernakel; kita dipakai oleh TUHAN untuk membawa berkat dari Sorga karena kita penuh dengan muatan dari Sorga sehingga kita bagaikan kapal yang berlayar di lautan bebas dan kita sudah merasakannya dan kita melihatnya dimana Pengajaran Pembangunan Tabernakel bagaikan kapal yang berlayar di lautan bebas isi (muatannya) adalah berkat rohani dari Sorga dengan perantaraan Pengajaran Pembangunan Tabernakel, kita dipakai untuk pelayanan ini, maka penting kita mengikuti teladan TUHAN termasuk teladan yang kedua ini; tidak ada dusta; tanda penuh dengan Roh Kudus supaya kita dipakai TUHAN sebagai apapun di tengah ibadah dan pelayanan.
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki.
Artinya; kejahatan tidak dibalas dengan kejahatan.
Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam
Itu adalah tanda penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah; menyerahkan segala persoalan kepada Allah Bapa di Sorga.
Jangan sampai ada teguran ngambek, menggerutu, uring-uringan, malas beribadah, turun dari pelayanan = ia tidak mengikuti teladan TUHAN yang ketiga.
Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam hal ini berbicara tentang doa penyembahan (tingkat ibadah tertinggi) = KASIH. Kalau sudah sampai pada puncak ibadah doa penyembahan berarti Yesus penuh dengan kasih.
Jadi teladan TUHAN yang pertama penuh dengan firman tandanya tidak berdosa, yang kedua penuh dengan Roh Allah tandanya tidak berdusta, yang ketiga tidak membalas kejahatan dengan kejahatan; tanda Yesus penuh dengan kasih. Inilah teladan TUHAN Yesus yang ditinggalkan bagi kita semua.
Itulah jalan keluarnya; kuduskan hari sabat. Hari Sabat itu adalah sarana untuk melepaskan kita dari aktivitas yang menimbulkan dosa berhala dan menimbulkan kenajisan percabulan, tetapi manakala kita lepas dari dosa itu saat kita menguduskan hari sabat disitu kita dapat melihat teladan TUHAN.
Ulangan 5:13-14
(5:13) Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (5:14) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang mana pun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga.
Dengan menguduskan hari Sabat maka anak-anak TUHAN juga akan berhenti dari aktivitas dosa yaitu;
Dosa penyembahan berhala.
Dosa kenajisan percabulan
Ulangan 5:15
(5:15) Sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.
Manakala kita sudah bebas dari aktivitas dosa, maka pada saat itu kita akan menyadari diri bahwa TUHAN Allah dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung membebaskan kita dari segala perhambaan dosa.
Jadi kalau kita menguduskan hari sabat tekun tiga macam ibadah pokok, itulah hari perhentian dengan lain kata berhenti dengan segala aktivitas yang menimbulkan dosa berhala dan kenajisan percabulan maka pada saat itu kita menyadari diri bahwasanya TUHAN Allah dengan tangan yang kuat dengan lengan yang teracung telah membebaskan kita dari segala perhambaan dosa. Kalau kita jauh dari ketekunan tiga macam ibadah pokok, tidak menguduskan hari sabat sampai kapanpun kita tidak menyadari kalau TUHAN sudah pernah menolong kita, kalau TUHAN sudah pernah membebaskan kita dari segala perhambaan dosa. Lihat orang dunia sana dia tidak menyadari bahwa TUHAN pernah menolong dia.
Saya banyak mengalami pertolongan dari TUHAN, kita juga banyak mengalami pertolongan TUHAN, dan pertolongan itu karena tangan TUHAN yang kuat dan lengan teracung; pembelaanya kepada kita semua, dan kita harus sadari itu. Jangan sampai kita sadari.
Menyadari diri sebagai orang berdosa = senantiasa berkaca pada Firman Allah dan merenungkan Firman Allah siang dan malam.
Mazmur 1:1-2 Perikop: — Perikop: Jalan orang dan jalan orang fasik
(1:1) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, (1:2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Kehidupan yang berbahagia:
Tidak berjalan menurut nasihat orang fasik.
Nasihat orang tua pasti baik kepada anaknya, tapi tentu sudah mengenal firman TUHAN.
Tidak berdiri di jalan orang berdosa.
Perlu untuk diketahui kalau berdiri di jalan orang berdosa kita kena tabrak, jatuh dan sakit rasanya.
Tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.
Malam ini kita boleh duduk dekat kaki TUHAN seperti Maria tujuannya untuk mendengar firman Allah
Lukas 10:39-42
(10:39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, (10:40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." (10:41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (10:42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Resiko kalau duduk dikumpulan pencemooh; menyalakan TUHAN, menyalakan sesama seperti Marta.
Kalau berada dalam kumpulan pencemooh sibuk dan kutir, sibuk kenapa? karena kuatir, sibuk dengan pekerjaanya, sibuk mengelolah usaha karena kuatir.
Dekat TUHAN itu jauh lebih baik dan tidak akan terpisah lagi dari TUHAN untuk selama-lamanya.
Pertanyaanya: Siapakah orang yang berbahagia ini? jawabnya: Dia adalah orang yang suka Taurat TUHAN, tidak hanya suka tetapi merenungkan Firman itu siang dan malam. Ada orang suka mendengar firman tapi tidak mau merenungkan firman itu siang dan malam, tetapi disini yang berbahagia adalah yang suka dengar firman, selanjutnya merenungkan firman siang dan malam.
Kita tau ada binatang yang haram (najis), dan juga ada binatang yang tidak haram (tidak najis) ini yang boleh dinikmati.
Binatang yang tidak haram (tidak najis) syaratnya adalah berkuku belas dua, bersela panjang, jadi kukunya hanya belah dua, tidak bela tiga seperti ayam bela lima. Kuku belah dua, bersela panjang itulah lembu sapi, itulah kambing domba; pagi siang hari makan rumput, malam hari dikunyah lagi, dikelolah lagi istilah rohani direnungkan lagi di malam hari; tidak dilupakan sampai memperoleh sari-sari dari rumput itu, sampai firman itu mendarah daging.
Tapi sangat disayangkan juga banyak orang Kristen suka dengar firman; ada di antara ketekunan tiga macam ibadah pokok; sudah bagus, tapi lupa firman TUHAN, tidak mau berkaca senantiasa terhadap firman Allah, tidak mau merenungkan firman siang dan malam.
Kuku belah dua → firman Allah; Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Perjanjian lama ditulis oleh Musa dan para Nabi. Tugas Nabi bernubuat.
Dampak positif menikmati nubuat: kedepan hidup kita bahagia bersama dengan TUHAN.
Perjanjian baru ditulis oleh para Rasul menyatakan Wahyu kepada kita semua sehingga kita bisa melihat kerajaan Sorga. Dan kalau Firman TUHAN direnungkan siang dan malam sampai firman mendarah daging maka niscaya bukan saja hidup kita bahagia, tetapi kelak kita berada bersama dengan Dia di dalam kerajaan Sorga selama-lamanya.
Itu jalan keluarnya ; menghargai hari sabat, kalau kita menghargai hari sabat kita bisa melihat teladan TUHAN, kemudian kita sadar diri siapa kita, senantiasa berkaca pada firman, merenungkan firman siang dan malam. Tapi praktek menghargai hari sabat ada.
PRAKTEK MENGHARGAI HARI SABAT
Nehemia 13:19
(13:19) Kalau sudah remang-remang di pintu-pintu gerbang Yerusalem menjelang hari Sabat, kusuruh tutup pintu-pintu dan kuperintahkan supaya jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Dan aku tempatkan beberapa orang dari anak buahku di pintu-pintu gerbang, supaya tidak ada muatan yang masuk pada hari Sabat.
Praktek menghargai hari Sabat: Pintu-pintu gerbang Yerusalem ditutup, berarti hati kita tertutup untuk aktivitas yang menimbulkan dosa secara khusus yang menimbulkan dosa berhala dan kenajisan percabulan.
Kita tahu pintu hati tertutup kepada aktivitas yang menimbulkan dosa dimulai dari remang-remang menjelang hari Sabat (Jumat Sore) sampai lewat Sabat (berarti; Minggu pagi)
Matius 28:1 — Perikop: Kebangkitan Yesus.
Kalau Yesus bangkit berarti Yesus telah mati. Yesus menderita sengsara, mati di atas kayu salib tapi hari ketiga bangkit.
(28:1) Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
Jumat sampai kepada Minggu pagi → pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Itu tolak ukur kalau pintu hati sudah tertutup terhadap segala aktivitas dosa yang menimbulkan penyembahan berhala dan kenajisan percabulan; yaitu; mati dan bangkit.
Kuasa kematian Yesus; mengubur hidup yang lama, sedangkan kuasa kebangkitan Yesus ialah hidup di dalam hidup yang baru, hidup dalam kebenaran, hidup kepada Allah saja.
Dahulu kita hidup di dalam dosa, tapi sudah dikubur, hari ketiga bangkit; hidup dalam kebenaran, hidup bagi Allah. Sudah berada dalam pengalaman kematian dan kebangkitan itu tolak ukur dimana pintu hati sudah tertutup kepada aktivitas yang menimbulkan dosa. Lihatlah pengalaman kematian dan kebangkitan; dosa remang-remang manusia sudah ditanggung oleh TUHAN di atas kayu salib, dosa gelap malam juga sudah ditanggung oleh TUHAN di atas kayu salib, semua dosa sudah ditanggung dari remang-remang sampai bangkit pada hari ketiga.
Setelah saya baca ini, saya periksa, saya teliti oh betapa besar kasihMu kepada jemaat GPT BETANIA.
Roma 6:5
(6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. (6:6) Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. (6:7) Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. (6:8) Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. (6:9) Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. (6:10) Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.
Inilah kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang