KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, January 31, 2025

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 JANUARI 2025



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 JANUARI 2025

SURAT YUDAS

YUDAS 1:5

(Seri 10)


Subtema: JANGAN MENGINGINKAN HAL-HAL YANG JAHAT


Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmat-Nya kita dimungkinkan untuk berada di tengah ibadah doa penyembahan, itu berarti sebentar kita akan tersungkur di ujung kaki salib TUHAN, sujud menyembah kepada Dia – sebab hanya kepada Dia saja kita berbakti – tentu saja nanti setelah kita diteguhkan oleh firman Allah yang dibukakan.

Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN Bapak ibu saudara yang terkasih yang turut bergabung dengan penggembalaan GPT “BETANIA” Serang, Cilegon Banten Indonesia lewat online, lewat live streaming atau lewat video internet baik itu dari Facebook  maupun dari Youtube atau dari media sosial lainnya yang dapat diakses. 

Kiranya alat-alat elektronik yang anda pergunakan TUHAN berkati, TUHAN urapi termasuk juga sinyalnya, karena sekarang ini hujan sedang turun, namun saya percaya kalau TUHAN menyatakan rahmatNya maka kita juga akan mendapat rahmat dan pertolongan dari TUHAN. 


Selanjutnya mari kita sambut SURAT YUDAS sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan.

Yudas 1:5

(1:5) Tetapi, sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu dan tidak meragukannya lagi, aku ingin mengingatkan kamu bahwa memang Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya.


TUHAN menyelamatkan umat Israel dari tanah Mesir, namun  membinasakan mereka di padang guun, yakni; orang-orang yang tidak percaya di padang gurun.

Mesir adalah gambaran dunia ini disebut juga sebagai tanah perbudakan. 


Kisah ini sengaja diangkat ke permukaan (diceritakan kembali) oleh hambaNya Yehuda, tujuannya untuk mengingatkan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini supaya tidak mengalami nasib yang sama seperti yang dialami oleh bangsa Israel. Rasul Paulus juga mengingatkan jemaat di korintus dengan kisah yang sama dalam 1 Korintus 10.

Ayat 1-4 intinya Israel diselamatkan dari tanah Mesir. 


1 Korintus 10:5

(10:5) Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.


Umat Israel telah diselamatkan dari tanah Mesir (tanah perbudakan), namun ditewaskan di padang gurun, yakni; "bagian yang terbesar" dari antara mereka. 

Bagian yang terbesar 🡪 generasi pertama dari bangsa Israel yang lahir di Mesir, TUHAN tidak berkenan kepada mereka.

Pendeknya, TUHAN tidak berkenan kepada orang-orang yang tidak percaya.


1 Korintus 10:6-10

(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.


Kisah yang terjadi atas bangsa Israel di Padang gurun diangkat ke permukaan (diceritakan kembali) baik hambaNya Yehuda terhadap kita gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, maupun Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Korintus.


Apa yang dialami bangsa Israel di padang gurun, itu merupakan contoh untuk memperingatkan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, antara lain:

  1. Jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat … (ayat 6).

  2. Jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala … (ayat 7).

  3. Janganlah kita melakukan percabulan … (ayat 8).

  4. Janganlah kita mencobai TUHAN … (ayat 9).

  5. Janganlah bersungut-sungut … (ayat 10).


Kita akan membahas lima hal di atas satu persatu. Sekarang kita akan membahas yang pertama:  Jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat.


Keterangan:

JANGAN KITA MENGINGINKAN HAL-HAL YANG JAHAT (bagian 3).

Bilangan 11:4, 13, 18 --- Perikop: Tuhan berjanji memberi daging

(11:4) Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging

(11:13) Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan.

(11:18) Tetapi kepada bangsa itu haruslah kaukatakan: Kuduskanlah dirimu untuk besok, maka kamu akan makan daging; sebab kamu telah menangis di hadapan TUHAN dengan berkata: Siapakah yang akan memberi kami makan daging? Begitu baik keadaan kita di Mesir, bukan? -- TUHAN akan memberi kamu daging untuk dimakan.


Intinya; angsa Israel mengharapkan daging untuk dimakan.

Perlu untuk diketahui: Ada 15 tabiat (perbuatan-perbuatan) daging, semuanya ditulis dengan jelas dalam Galatia 5:19-21a. 


Galatia 5:21b.

(5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.


Inti Bilangan 11:4, 13, 18; bangsa Israel mengharapkan daging untuk dimakan.

Barangsiapa melakukan hal-hal demikian; maksudnya mengharapkan daging untuk dimakan/menikmati hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging, maka ia tidak layak (berhak) mendapat bagian dalam kerajaan Sorga

Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. 


Kita kembali membaca 

Bilangan 11:10

(11:10) Ketika Musa mendengar bangsa itu, yaitu orang-orang dari setiap kaum, menangis di depan pintu kemahnya, bangkitlah murka TUHAN dengan sangat, dan hal itu dipandang jahat oleh Musa.


Mengharapkan daging untuk dimakan = menginginkan hal-hal yang jahat; inilah salah satu yang diperbuat bangsa Israel di padang gurun, dan ini merupakan contoh bagi kita semua supaya kita tidak mengalami nasib yang sama, yaitu ditewaskan di padang gurun. 


Kita melihat; untuk hal-hal yang jahat bangsa Israel menangis sejadi-jadinya di depan pintu kemah, itu berarti; bangsa Israel belum memiliki panca indera yang terlatih. Hal itu dapat kita  lihat di dalam Ibrani 5:13-14.


Ibrani 5:13-14 --- Perikop: Peringatan supaya jangan murtad.

(5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.


Pancaindera yang terlatih adalah panca indera yang dewasa = dapat membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Panca Indera atau 5 indera adalah:

  1.  Mata         = penglihatan.

  2.  Telinga     = pendengaran.

  3.  Hidung     = penciuman.

  4.  Mulut       = alat untuk berkata-kata.

  5.  Kulit pipi = perasaan.


Panca Indera merupakan PINTU untuk menuju hati manusia.

Seandainya Bangsa Israel memiliki panca indera yang terlatih (didewasakan oleh makanan keras) tentu saja mereka dapat membedakan yang baik dari yang jahat, tetapi bangsa Israel tidak memiliki panca indera yang terlatih, itu sebabnya mereka menangis sejadi-jadinya di depan pintu kemah karena mereka sungguh-sungguh mengharapkan daging untuk dimakan. 


Sebagai tambahan saja,  kalau kita perhatikan Ibrani pasal 5; barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, mengapa? sebab ia adalah anak kecil

Sumber kebenaran yang sejati adalah salib di golgota, oleh sebab itu supaya kita memiliki panca indera yang terlatih; yang diberkati oleh TUHAN mari kita menghargai makanan keras (pengajaran salib). 

Makanan keras untuk orang dewasa yang mempunyai panca indera yang terlatih. Lihat kanak-kanak rohani ia tidak mempunyai panca indera yang terlatih persis seperti bangsa Israel menangis sejadi-jadinya hanya untuk mengharapkan daging untuk dimakan.

Untuk daging mereka menangis sejadi-jadinya, tapi untuk perkara yang rohani mereka tidak perduli, tidak mau tau, ini masih belum dewasa dengan lain kata belum memiliki panca indera yang terlatih.  


Kembali kita baca…

Bilangan 11:4-6

(11:4) Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? (11:5) Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. (11:6) Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat."


Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat, karena ternyata mereka telah bosan (jemu) bahkan muak terhadap manna yang mereka makan dan mereka temui sehari-harinya.

Sebenarnya Firman Allah bukan hanya untuk memuaskan kehidupan ini, tetapi sebetulnya juga mengandung nubuat, sangat berguna untuk hidup yang kekal, sangat berguna untuk masa depan kita, tetapi kenyataannya bangsa Israel telah jenuh (bosan) terhadap firman Allah (manna), itu sebabnya mereka menginginkan hal-hal yang jahat; mengharapkan daging untuk dimakan. 

Itu sebabnya kita semua tidak boleh jemu-jemu berdoa memohon kemurahan TUHAN supaya dalam setiap pertemuan ibadah kita senantiasa menikmati manna (firman Allah), bukan hanya memuaskan kehidupan kita sekarang saat dengar firman, sampai hati hancur, air mata tidak terbendung tetapi juga mengandung nubuat, sangat berguna untuk hidup yang kekal, berguna untuk masa depan kita masing-masing. 

Jadi firman Allah yang kita terima malam ini bukan hanya memelihara kehidupan kita masa sekarang, tetapi juga memelihara kehidupan kita sampai kehidupan yang kekal


Bilangan 11:8

(11:8) Bangsa itu berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti rasa panganan yang digoreng.


Bangsa Israel harus berlari kian kemari untuk memungut manna.

Kata "berlari" = berlomba, berarti tidak berlambat-lambat saat memungut manna.


Di dalam hal mengumpulkan manna (firman Allah) kita semua harus berlomba-lomba, seperti bangsa Israel pada awalnya mereka makan dari manna, untuk memungut manna ini maka semua harus berlari, berarti berlomba, tidak berlambat-lambat. Kita juga harus berlomba-lomba di dalam hal menikmati firman Allah yang disampaikan dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah. 


Di hari-hari terakhir ini TUHAN mengajarkan kita untuk mengumpulkan Firman Allah sebanyak-banyaknya:

  • Baik dalam ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok,

  • baik dalam setiap kebaktian persekutuan-persekutuan yang TUHAN percayakan, baik kebaktian Natal PPT, maupun persekutuan Paskah yang kita adakan sebagai agenda tahunan dalam penggembalaan ini. Kita juga mengadakan persekutuan di luar kandang penggembalaan ini disebutlah itu kian kemari. Namun hal itu tidak nampak lagi sebab bangsa Israel telah jemu terhadap manna (firman Allah) sebab mereka lebih mengharapkan daging untuk dimakan = menginginkan hal-hal yang jahat.



Bilangan 11:20

(11:20) tetapi genap sebulan lamanya, sampai keluar dari dalam hidungmu dan sampai kamu muak -- karena kamu telah menolak TUHAN yang ada di tengah-tengah kamu dan menangis di hadapan-Nya dengan berkata: Untuk apakah kita keluar dari Mesir?"


Menginginkan hal-hal yang jahat karena jemu, bosan bahkan muak terhadap Firman Allah = menolak TUHAN yang ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, arti rohaninya; menolak kehadiran Allah untuk mengadakan penyucian dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah yang TUHAN percayakan


Ibrani 4:12

(4:12) Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.


Pedang tajam bermata dua menunjuk 2 hal, yaitu:

  1. Firman Pengajaran Mempelai,

  2. Pengajaran Tabernakel,

yang berkuasa untuk mengadakan penyucian terhadap "perasaan manusia  yang terdalam" yang tidak dapat diselidiki dan ditembusi mata manusia.

Tadi kita sudah melihat:

  • di dalam Bilangan 11:20 mereka menolak TUHAN, 

  • sementara di dalam Bilangan 11:8 mereka menolak firman Allah,  mereka tidak lagi berlomba mencari firman Allah; muak terhadap firman Allah = menolak TUHAN – TUHAN itu adalah Tabernakel sejati – 

berarti ketika mereka muak terhadap firman Allah mereka juga menolak TUHAN; menolak Firman Pengajaran Mempelai dan menolak Pengajaran Tabernakel, padahal Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel sangat berkuasa untuk mengadakan penyucian terhadap dosa, terhadap perasaan manusia yang terdalam yang tidak dapat diselidiki, yang tidak dapat ditembusi oleh mata manusia. 


Seseorang bisa berlaku baik pada bagian luarnya, tapi siapa yang tau perasaan manusia yang terdalam, tidak ada yang tau. Seseorang bisa nampak baik, lemah lembut, rendah hati tapi perasaan manusia yang terdalam siapa yang tau. 

Jadi dengan menolak (muak) terhadap firman Allah = menolak hadirnya TUHAN di tengah-tengah Ibadah dan pelayanan, istilah lain yang lebih rinci; menolak penyucian yang diadakan  firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel itulah yang dimaksud dengan pedang tajam bermata dua:

  • Sisi pertama; itulah Firman Pengajaran Mempelai.

  • Sisi yang kedua; Pengajaran Tabernakel dapat menembusi isi hati manusia yang terdalam, menyucikan perasaan manusia yang terdalam. 


Ibrani 4:13

(4:13) Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.


Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel berkuasa penuh untuk mengadakan penyucian terhadap perasaan manusia yang terdalam, sebab tidak ada yang tersembunyi bagi TUHAN, segala sesuatu terlihat / telanjang / terbuka di mata TUHAN.

Mata manusia hanya bisa melihat yang ada di depan matanya, tetapi mata TUHAN melihat isi hati manusia yang  terdalam. Kenapa TUHAN memilih Daud dan mengurapi dia untuk menjadi raja? karena TUHAN melihat hati manusia. 


1 Samuel 16:7

(16:7) Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."


"Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi.

Jangan dilihat karena bagian luarnya tampak baik; perawakannya katakan itu etika yang sangat tinggi pada bagian luarnya, parasnya katakan itu perbuatannya bagian luar yang sangat baik, itu yang dapat dilihat mata manusia. Tapi lihat; Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." bukan soal etika dan tatakrama yang tinggi yang terlihat bagian luar yang TUHAN lihat. 


Siapa yang dapat menyucikan perasaan manusia yang terdalam selain Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Parasnya atau perawakannya yang tinggi  katakan itu etika dan tatakrama yang sangat tinggi bisa begitu terlihat baik, tapi perasaan manusia yang terdalam siapa yang bisa melihat, tetapi mata TUHAN dapat menembusi kedalaman hati manusia, itu sebabnya pada Ibrani 4:13: tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia. Ingat satu kali; kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas mari kita berlari, mari kita berlomba di dalam hal mengumpulkan manna firman Allah kian kemari, dengan lain kata menikmati Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, sehingga kita boleh mengalami penyucian terhadap perasaan manusia yang terdalam, bukan hanya pada bagian luarnya saja tetapi terhadap perasaan manusia yang terdalam sekalipun. 


CIRI-CIRI MENGINGINKAN HAL-HAL YANG JAHAT

Kita tentu saja kembali membaca…

Bilangan 11:4-5

(11:4) Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging?

(11:5) Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.


Intinya Bangsa Israel selalu ingat Mesir, artinya: bangsa Israel selalu ingin kembali kepada masa lalu dengan lain kata; ingin kembali mengulangi dosa masa lalu. Padahal kalau kita simak Keluaran 1:12-14


Keluaran 1:12-14 

(1:12) Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. (1:13) Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, (1:14) dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.


Ketika bangsa Israel masih berada di tanah Mesir, berada dalam perhambaan dosa sebenarnya hal itu memahitkan hati umat Israel, tapi anehnya banyak orang ingin kembali kepada masa lalu, ingin kembali mengulangi dosa masa lalu, (menjadi hamba dosa).

Yang memahitkan hidup orang, dosa tidak pernah membuat seseorang semakin dekat dengan TUHAN, justru dosa itu semakin menekan dan semakin membuat seseorang tertindas sampai memahitkan hati bangsa Israel, tapi sekalipun demikian mereka ingin selalu kembali ke Mesir; aneh.

Ini ciri-ciri mengingini hal-hal yang jahat; ingin kembali ke Mesir, kembali mengulangi dosa masa lalu. 


Perlu untuk diketahui: Di Mesir ada ikan, mentimun, semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih, semuanya itu sebetulnya adalah perkara "murahan"; untuk memperoleh semua itu murah.

Hal-hal itulah yang selalu diingat bangsa Israel di Mesir, karena sifatnya "tidak bayar apa-apa"

Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. (Bilangan 11:5)

 

Tidak bayar apa-apa = GRATISAN, dengan lain kata; tidak mau bayar harga.

Perlu untuk diketahui:

  • Datang beribadah tetapi tidak mau bayar harga atau tidak mau berkorban baik tenaga, pikiran, perasaan, uang atau materi adalah; hal yang tidak masuk akal.

  • Para imam ada di tengah ibadah dan pelayanan untuk melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN tetapi tidak bayar harga (gratisan) itu juga merupakan hal yang tidak masuk akal.

Paling tidak datang dari rumah ke tempat ini kita beribadah perlu korban, setidak-tidaknya tenaga, pikiran dan perasaan. 


Waktu berangkat dari Cilegon kami tadi terjebak dengan hujan lebat, jalan sudah digenangi air, sehingga kendaraan tiba-tiba terhambat lajunya karena saya tidak menyadari itu ada banjir. Jadi untuk sampai tiba di untuk tekun dalam ibadah doa penyembahan perlu untuk bayar harga. 

Jadi Ibadah dengan gratisan tidak masuk akal, apalagi seorang imam melayani TUHAN di tengah-tengah ibadah tersebut tidak bayar harga, tidak masuk akal, tetapi itulah kenyataannya yang terjadi atau yang dialami bangsa Israel; ingat Mesir, kenapa? karena di Mesir ada ikan, ada mentimun, ada semangka, ada bawang prei, bawang merah, bawang putih, dan semuanya itu dimakan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, maunya gratisan, tidak mau bayar harga, padahal kita menjalankan ibadah dan pelayanan harus dengan bayar harga. Jangan baru pilek sedikit kita gunakan sebagai alasan tidak beribadah, untuk tidak datang melayani TUHAN, nanti pileknya semakin menjadi-jadi itu yang jadi resiko.  Ketika saya mau berangkat ibadah untuk melayani ibadah-ibadah kadang pusing, kadang pilek, kadang batuk, tetapi kenyataannya dengan iman sembuh sendiri.


Inilah yang terjadi bila menginginkan hal-hal yang jahat; tidak mau bayar harga, tetapi yang benar; ibadah dan pelayanan ini harus disertai dengan pengorbanan, dengan lain kata bayar harga, baik tenaga, pikiran dan perasaan harus kita korbankan termasuk uang dan materi sekalipun.

Hal-hal lahiriah seperti ikan, mentimun, semangka, bawang prei, bawang merah, bawang putih harganya tidaklah sebanding dengan ibadah dan pelayanan yang memang diperoleh dengan pengorbanan. Hal-hal lahiriyah tidak sebanding dengan ibadah dan pelayanan yang sudah kita terima dari TUHAN, percayalah.


Ibrani 10:25,9

(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

(10:29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?


Jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dengan lain kata; jangan jauh dari ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.

Jauh dari pertemuan-pertemuan ibadah atau jauh dari ketekunan 3 macam ibadah pokok = 

  • menginjak-injak Anak Allah,

  • menganggap najis darah perjanjian,  

  • menghina Roh kasih karunia,

Pendeknya, ibadah dan pelayanan ternyata seharga dengan setetes darah salib Kristus.

Jadi untuk ibadah pelayanan sudah seharusnya kita bayar harga; baik korban tenaga, korban pikiran, korban perasaan.


Pernah juga saya lihat seseorang, setelah ia berkorban lalu cara memandang saya sudah tidak baik. Oh saya tanya dalam hati saya ada apa, saya kembali ke rumah saya renungkan, oh ternyata karena korban, memandang sayapun sudah tidak selera. Saya renungkan saya salah apa ya; kemarin saya salah omong apa ya, perbuatan saya salah apa ya, setelah saya renangkan oh pengorbanan berupa uang, ada seperti itu, tapi jangan kita seperti itu lagi. 

Mestinya setelah dengar firman Allah kita harus berubah dari cara ibadah pelayanan yang lama, jangan kita ikuti cara ibadah bangsa Israel yang selalu ingin kembali ke Mesir, karena mereka selalu  ingat ikan, mentimun, semangka, bawang prei, bawang merah, bawang putih mereka bayar tidak bayar apa-apa, itu perkara murahan, tidak sebanding dengan ibadah dan pelayanan yang diperoleh dengan harga yang mahal, itu sebabnya ibadah dan pelayanan ini seharga dengan setetes darah salib yang tercurah dari atas kalvari. Itu juga kita temukan di dalam Efesus 4:9-11


Efesus 4:9-11

(4:9) Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? (4:10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,


5 jabatan yang diterima oleh orang-orang kudus (hamba-hamba TUHAN), ternyata seharga dengan setetes darah salib  karena semuanya itu diperoleh lewat pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus

  • Turunpengalaman kematian Yesus.

  • Naikpengalaman kebangkitan.

Jadi lewat pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus maka orang-orang kudus (hamba-hamba) TUHAN menerima 5 jabatan itulah:

  1. Jabatan Rasul

  2. Jabatan Nabi

  3. Jabatan Penginjil 

  4. Jabatan Gembala

  5. Jabatan guru-guru 


Filipi 2:17

(2:17) Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.


Rasul Paulus bayar harga di tengah ibadah dan pelayanan. 


Sesungguhnya ibadah dan pelayanan seharga dengan darah salib, jadi sekalipun kita bayar harga di tengah ibadah dan pelayanan tetaplah  bersukacita.

Kata "bersukacita" dalam ayat ini ada 2 kali, berarti; sukacita itu tidak berhenti.


Malam ini kita sudah mendapat sebagian pengertian terkait dengan bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat. Apa yang saya sampaikan kiranya itu sudah mencakup keseluruhan, maksudnya; kiranya itu juga menjadi bagian jalan keluar. Jadi kita semua harus bayar harga di tengah ibadah dan pelayan ini, dan ketika kita bayar harga tetaplah dalam keadaan sukacita, dan sukacita itu tidak boleh berhenti sampai satu kali, tetapi tetap bersuakcita.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang