KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, January 4, 2025

IBADAH RAYA MINGGU, 29 DESEMBER 2024


IBADAH RAYA MINGGU, 29 DESEMBER 2024

WAHYU PASAL 18

Wahyu 18:6-7

(Seri 4)


Subtema: AKU BUKAN JANDA


Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmat-Nya kita dimungkinkan untuk berada di tengah Ibadah Raya Minggu, dua tangan TUHAN menghimpunkan kita di atas gunung TUHAN yang kudus. Salam sejahtera dan bahagia di saat kita duduk diam dengar Firman TUHAN.


Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN yang turut bergabung dengan penggembalaan GPT “Betania” Serang & CIlegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming/online/video internet baik Youtube, Facebook dan media sosial lainnya. Kiranya TUHAN dengan damai sejahtera-Nya turun di tengah-tengah kita, sehingga memberi satu sukacita, kebahagiaan dan kenikmatan saat kita duduk diam mendengarkan Firman Allah. 

Namun jangan lupa, tetap berdoa dalam Roh, mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.


Selanjutnya kita akan menyambut KITAB WAHYU sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu…

Wahyu 18:6-7A --- Perikop: "Jatuhnya Babel"

(18:6) Balaskanlah kepadanya, sama seperti dia juga membalaskan, dan berikanlah kepadanya dua kali lipat menurut pekerjaannya, campurkanlah baginya dua kali lipat di dalam cawan pencampurannya; (18:7) berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, sebanyak kemuliaan dan kemewahan, yang telah ia nikmati. Sebab ia berkata di dalam hatinya: Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung.


Satu kali dunia ini akan dihakimi oleh TUHAN.

Itu berarti, TUHAN akan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya, seperti perempuan Babel; dihakimi menurut pekerjaannya, sebagaimana dalam Wahyu 18:7A --- berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, sebanyak kemuliaan dan kemewahan, yang telah ia nikmati. 

Ini harus kita perhatikan saudara. Jangan hari ini kita enak-enak tetapi besok (hari penghakiman), kita kaget setengah mati. Biarlah kiranya dari hari ke hari, di tengah pengikutan kita kepada TUHAN, betul-betul nampak menyangkal diri, memikul salib dan terus mengikut TUHAN kemanapun Ia pimpin kehidupan kita masing-masing.


Saudara, Babel bicara tentang dunia ini dengan segala kemuliaan, kemegahan dan kemewahan nya. Mari kita lihat hal itu dalam Matius 4:8-10.


Matius 4:8-10 --- Perikop: “Pencobaan di padang gurun.”

(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"


Singkat kata, Babel adalah pasar dunia:

  • Memiliki sistem tipuan yang sempurna

  • Memiliki konsep dan keinginan-keinginan yang sangat licik, sebab di dalamnya ada cawan emas yang isinya; kekejian dan kenajisan percabulan


Saya harap apa yang saya sampaikan ini dapat dipahami. Karena, untuk memahami ucapan, walaupun sederhana, harus “tekun” mengikuti pemberitaan Firman TUHAN dalam penggembalaan ini. Kalau saya menggunakan bahasa Inggris, yang mengerti bahasa Inggris pasti cepat mengerti, tetapi untuk mengerti “bahasa rohani” harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok, kalau tidak, susah kita memahaminya. 


Jadi, cawan emas itu berisi kegelapan yang mengandung hukuman dan kebinasaan yang tidak dapat diubahkan (tidak ada ampun lagi bagi Babel). Itulah sebabnya TUHAN memberikan hukuman atas Babel setimpal dengan perbuatannya


Kembali kita membaca…

Wahyu 18:7

(18:7) berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, sebanyak kemuliaan dan kemewahan, yang telah ia nikmati. Sebab ia berkata di dalam hatinya: Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung.


Perempuan Babel berkata dalam hatinya:

  • Aku bertakhta seperti ratu

  • Aku bukan janda

  • Aku tidak akan pernah berkabung

Sebetulnya pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh perempuan Babel ini, semua itu hanya ada di dalam kerajaan Sorga. Berarti, omongan / ucapan dari perempuan Babel di dalam hatinya hanya kamuflase / tidak nyata / akal-akalan.


Ayat referensi…

Wahyu 21:4

(21:4) Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."


Selama kita ada dan menjadi penumpang di dunia ini, pergumulan demi pergumulan silih berganti kita hadapi, itu Firman TUHAN yang berkata. Dan selama kita mendiami kemah (tubuh) ini, kita tidak lepas dari banyaknya penderitaan sebagaimana dalam 2 Korintus 5:2 --- Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, karena pelayanan (tanggungjawab), rasul Paulus terus berjuang; dia tidak mau tertipu dengan akal-akalan perempuan Babel; dunia dengan pasarnya, dunia dengan dagangnya yang memang betul memberi keuntungan.


Jadi, apa yang dinyatakan oleh perempuan Babel itu hanya akal-akalan saja. Itu berarti; dengan perkataan perempuan Babel ini, dunia disulap menjadi pasar dunia, menjadi Sorga dunia. 


Biarlah kita menikmati kerajaan Sorga di tempat dimana kita imani, sesuai dengan Firman yang kita terima. Kalau kita hanya mencari euforia di tengah ibadah, itu akal-akalan dari perempuan Babel; dunia dengan pasarnya, dunia dengan dagangnya yang disodorkan oleh perempuan Babel. Jangan lawan hati nurani.


Pendeknya, dengan perkataan perempuan Babel ini, akhirnya dunia disulap oleh pasar dunia (dagang dunia) dengan keuntungannya menjadi sorga dunia. Kalau dunia menjadi Sorga oleh kemuliaan, kemewahan serta kemegahan-kemegahan yang disodorkan oleh perempuan Babel serta oleh dagang yang menguntungkan itu, maka, orang - orang (penduduk) di bumi ini tidak lagi mencari kerajaan Sorga, yaitu; kebahagiaan kekal bersama dengan TUHAN di dalam kerajaan Sorga.


Saudara cari apa di bumi ini? Mencari tempat ibadah seperti apa di bumi ini? Saudara yang tahu. 

Kalau saudara berkata; mencari kerajaan Sorga, berarti saudara tahu dimana tempat seharusnya saudara beribadah.

Kenapa orang tidak mau lagi mencari kerajaan Sorga? Karena perempuan Babel telah menyulap dunia menjadi Surga di bumi oleh dagangnya yang besar, keuntungannya yang besar, pasar dunia yang begitu luar biasa. Akhirnya, banyak orang Kristen terlena dan tidak lagi mau mencari kerajaan Sorga.


Satu pelajaran yang kita dapat dalam Bilangan 14:2, bagian yang terbesar dari bangsa Israel itulah generasi pertama yang keluar dari Mesir, menginginkan untuk mati di Mesir (di padang gurun dunia ini). Kalau mati di Mesir atau di padang gurun, berarti; perjalanan mereka tidak sampai kepada tujuan. Maka TUHAN Yesus berkata kepada murid-murid; Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:25-26)

Mempertahankan nyawa, mempertahankan seluruh kekayaan di dunia, tetapi mati bersama dengan dunia, untuk apa? 


Itulah kebodohan dari bangsa Israel yang sudah diselamatkan dari tanah Mesir (gambaran dari dunia ini) dan orang yang sudah diselamatkan tidak perlu mencari lagi keselamatan. Yang diperlukan oleh orang yang sudah diselamatkan adalah mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar sampai dibawa masuk ke dalam kerajaan Sorga. Jangan kita tertipu dari akal-akalan perempuan Babel. 

Jadi sekali lagi saya sampaikan, dunia telah disulap oleh perempuan Babel menjadi Sorga di dunia sehingga banyak orang Kristen tidak lagi ada gairah untuk mencari kerajaan Sorga (menolak berita penyucian), dia hanya mencari tempat-tempat dimana daging ini terhibur. Dia sudah menolak penyucian, dia tidak mau lagi mengerjakan keselamatan itu, dia hanya berhenti di dunia saja, ingin mati dengan dunia bersama dengan harta yang ia miliki = mempertahankan nyawa.


Selanjutnya, kita akan membahas satu persatu isi hati dari perempuan Babel.

YANG PERTAMA; Aku bertakhta seperti ratu

Pada minggu yang lalu hal ini sudah kita bahas bersama-sama dan masih jelas dalam ingatan.

Saya berharap kita semua diberkati oleh TUHAN. Kita semua harus mengerti rencana TUHAN saudara.

Doa saya, kiranya menjadi berkat bagi kita semua.


YANG KEDUA: Aku bukan janda

Dari isi hati yang kedua ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa perempuan Babel bersandar (mengandalkan) kekuatan dan kemampuannya sendiri. Biarpun perempuan Babel sudah ditinggalkan TUHAN, ia tetap berkata; Aku bukan janda.


Bersandar pada kekuatan sendiri dan mengandalkan kemampuannya sendiri, hal ini tentu saja "bertentangan" dengan konsep dalam hubungan nikah, baik dalam nikah jasmani ataupun nikah rohani yang sudah ditetapkan oleh TUHAN.

Kita buktikan hal tersebut….

Efesus 1:2-23

(1:22) Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. (1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.


  • Kristus Yesus telah ditetapkan sebagai Kepala

  • Sidang jemaat adalah tubuh dari Kepala

Apa maksudnya?


Efesus 5:32-33

(5:32) Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. (5:33) Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.


Hubungan Kristus dengan jemaat sama seperti dalam hubungan nikah yang suci, berarti;

  • Kristus mengasihi jemaat (tubuh-Nya).

  • Sedangkan isteri (sidang jemaat) tunduk kepada suami.

Kalau isteri sudah tunduk kepada suami tidak mungkin tubuh terpisah dari kepala. Maka, tubuh tidak bisa mengandalkan kekuatan dan kemampuan-kemampuan yang dia miliki. Jadi, perempuan Babel ini salah kaprah.


Saudara, kalau rahasia Firman tidak dibukakan, gereja TUHAN pasti tertipu dengan pernyataan perempuan Babel ini. Tetapi kita tidak tertipu lagi dengan tipu muslihat dan kelicikan dari si pembuat kejahatan itulah Iblis setan, karena kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Kabar Mempelai adalah hubungan nikah dengan Kristus, terangnya; Tabernakel. Oleh sebab itu, ibadah dan pelayanan harus menggunakan pola Tabernakel. 

Kalau kita sudah melihat konsep nikah rumah tangga di dalam TUHAN, tidak mungkin seorang isteri berkata; aku kuat, tidak perlu suami, aku punya kemampuan sendiri tidak perlu suami = aku bukan janda. 


Sekali lagi saya sampaikan, Kristus adalah kepala (suami), sidang jemaat adalah tubuh (isteri), siapa kita siapa TUHAN? Kenapa harus mengandalkan kekuatan sendiri dan berkata; aku bukan janda dan itu tercermin, tandanya; jauh dari tengah ibadah dan pelayanan, jauh dari persekutuan dengan Kristus, dengan lain kata; mengabaikan ibadah dan pelayanan di bumi ini, mengabaikan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.


Kita berkata; Kristus Kepala, Dia suami, kita adalah tubuh, tetapi dalam praktek kehidupan sehari-hari kita berkata; aku bukan janda, tanpa ibadah di situ aku tetap diberkati kok. 

Tetapi untung ada pedang tajam untuk menyucikan kehidupan kita, siapa lagi yang menyucikan kita kalau bukan pedang tajam? Darah saliblah yang menyucikan kita semua. Setelah ditusuk oleh pedang itu memang kita berdarah-darah, tetapi kita disucikan. Kalau hanya cerita ngalor ngidul, mengandalkan cerita, mengandalkan kedudukan atau jabatannya sebagai doktor, profesor, tidak ada kaitannya dengan Sorga, itu bagian dari pasar dunia, dagang dunia yang seolah-olah memberi keuntungan, sehingga gereja TUHAN terlena dibuatnya. Dunia disulap menjadi Sorga dunia oleh dagangnya, akhirnya banyak orang Kristen tidak mau lagi mencari kerajaan Sorga, tidak sungguh-sungguh dalam beribadah. 


Oleh karena kemurahan TUHAN, kita telah digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel sehingga kita tidak tertipu lagi dengan perkataan dalam hati perempuan Babel yang kedua yaitu; “aku bukan janda.”


Untuk melihat pengertian dari perkataan perempuan Babel; “aku bukan janda”. Saya tidak bisa menerangkan ini hanya dengan cerita tanpa membaca Alkitab. Tetapi, supaya menerangi hati dan pikiran kita, harus dengan membaca Firman, kita membahas ayat demi ayat, sebab Firman-Mu adalah pelita bagi kaki ku dan terang bagi jalan ku (Mazmur 119:105). 

Jadi, kalau kita hanya melihat dengan kata “aku bukan janda” lalu saya terangkan begitu saja, kurang tepat. 

Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat. (Wahyu 1:3)

Jadi, Firman TUHAN harus dibaca, lalu diterangkan dan kita semua mendengarnya. Setelah kita dengar kita turuti saja saudara. Jadi, tidak cukup hanya penjelasan dari mulut tanpa pembacaan dari Firman TUHAN, tidak ada kebahagiaan di situ.


Terkait dengan “aku bukan janda” mari kita lihat satu kisah yaitu; 

PERSAMAAN PEREMPUAN BABEL ADA PADA RATU WASTI

Ester 1:3-4

(1:3) pada tahun yang ketiga dalam pemerintahannya, diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya; tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan pembesar daerah hadir di hadapan baginda. (1:4) Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak, berhari-hari lamanya, sampai seratus delapan puluh hari.


Pada tahun ketiga pemerintahan raja Ahasyweros, ia mengadakan perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya yaitu; tentara Persia dan Media kaum bangsawan dan pembesar. Perjamuan itu diadakan selama 180 hari = 6 bulan / satu semester.


Ester 1:5

(1:5) Setelah genap hari-hari itu, maka raja mengadakan perjamuan lagi tujuh hari lamanya bagi seluruh rakyatnya yang terdapat di dalam benteng Susan, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman istana kerajaan.


Selanjutnya, Ahasyweros mengadakan perjamuan lagi tujuh hari lamanya dan jamuan ini untuk seluruh rakyat dari semua lapisan (golongan); kaya atau miskin, tua atau muda, hamba atau orang merdeka. 


Ester 1:9

(1:9) Juga Wasti, sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja Ahasyweros.


Namun di sini kita melihat, pada saat Ahasyweros mengadakan tujuh hari jamuan untuk rakyatnya, ratu Wasti juga mengadakan jamuan bagi semua perempuan-perempuan dan isteri-isteri dari pembesar-pembesar di istana raja Ahasyweros.

Dari sini kita bisa melihat, ratu Wasti berkata dalam hatinya; “aku bukan janda”, memang mulut tidak berkata demikian tetapi dari apa yang diperbuat, kita bisa melihat bahwasanya ratu Wasti berkata dalam hatinya; “aku bukan janda.”


Ahasyweros sebagai suami mengadakan jamuan selama tujuh hari, ratu Wasti mengadakan jamuan bagi semua isteri-isteri pembesar di istana raja Ahasyweros selama tujuh hari juga (waktu yang sama), istilah sekarang adalah; “kamu bisa, saya juga bisa.” Hati-hati dengan hal seperti ini di dalam nikah. Jangan kita berkata kepada suami (Kristus adalah suami); “kamu bisa, saya bisa” --- bagaimana isteri bisa seperti itu? Tidak masuk akal, itu sesuatu yang mustahil.

Itu sebabnya dari dalam hatinya terpancar kehidupan karena dia berkata dalam hatinya; “aku bukan janda --- kamu bisa aku bisa.” Masakan gereja TUHAN bisa berkata seperti itu kepada TUHAN. Betapa konyolnya ratu Wasti ini, gambaran dari perempuan Babel yang sangat bodoh ini. Tidakkah saudara melihat kebodohan ini di dalam diri sendiri? Berjuang dengan kekuatan sendiri padahal TUHAN sudah menyediakan berkat-Nya, dimana Tuhan berkata; “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33).
Kenapa kita harus berkata dihadapan TUHAN Yesus; kamu bisa saya juga bisa. Kenapa harus begitu?


Pendeknya, dari dalam hati ratu Wasti ia berkata; aku bukan janda. Dengan demikian ratu Wasti telah mengandalkan kekuatan dan kemampuannya sendiri; dengan lain kata ia telah merusak konsep hubungan nikah dan rumah tangga di seluruh kerajaan Media-Persia daerah teritorial dari raja Ahasyweros; dari India sampai Afrika; ada 120 lebih kerajaan.


Saya adalah pemimpin jemaat GPT Betania Serang Cilegon, Banten, Indonesia, buktinya; saya gembala, meterainya; dua dan tiga domba dalam kandang penggembalaan ini. Maka isteri saya adalah ibu rohani. Kalau ibu rohani berkata; “aku bukan janda”, dengan lain kata; “kamu bisa, aku bisa,” berarti mengandalkan kekuatannya dan kemampuannya sendiri. Jika demikian, bukankah isteri saya sudah merusak konsep dalam hubungan nikah rumah tangga yang telah ditentukan oleh TUHAN? Tetapi puji TUHAN, sampai hari ini isteri saya masih menghargai konsep dalam hubungan nikah rumah tangga, bantu doa terus.


Ratu Wasti adalah contoh bagi semua isteri pembesar-pembesar, dia contoh bagi semua isteri Media-Persia, dia contoh bagi semua rakyat dari semua lapisan dan pengaruhnya sangat besar sekali karena dia mengundang seluruh perempuan-perempuan untuk mengadakan jamuan selama tujuh hari di istana raja Ahasyweros.


Ester 1:10-11

(1:10) Pada hari yang ketujuh, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah baginda kepada Mehuman, Bizta, Harbona, Bigta, Abagta, Zetar dan Karkas, yakni ketujuh sida-sida yang bertugas di hadapan raja Ahasyweros, (1:11) supaya mereka membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya.


Pada hari ketujuh, sida-sida yang bertugas kepada Ahasyweros diperintahkan supaya membawa Wasti sang ratu menghadap Ahasyweros tetapi harus lengkap dengan "mahkota" di kepala. Tujuannya; untuk memperlihatkan kecantikannya kepada semua rakyat dan pembesar pada waktu itu, karena memang ratu Wasti itu sangat elok secara jasmaniah.


Kita lihat persamaan ayat ini dalam….

Amsal 12:4

(12:4) Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.


Isteri yang cantik adalah mahkota suaminya. 

Itu berarti; ketundukan dari seorang isteri adalah kemuliaan (mahkota) bagi suaminya.

Jadi, kalau suami mau dipermuliakan di tengah kedudukannya sebagai seorang pemimpin, maka, seorang ratu (isteri) harus datang menghadap lengkap dengan mahkota (ketundukan), pasti ibadah dan pelayanan ini akan terus berjalan dengan baik seturut dengan pimpinan TUHAN dan ditolong oleh TUHAN.


Kalau kita datang menghadap TUHAN harus dengan ketundukan, dengan demikian TUHAN dipermuliakan. Kalau tidak ada ketundukan, berarti; TUHAN tidak mulia, padahal Dia sangat mulia. 


Ester 1:12

(1:12) Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya.


Ratu Wasti menolak untuk menghadap raja Ahasyweros = menolak titah raja yang disampaikan oleh sida-sida = menolak untuk tunduk kepada suami (Ahasyweros).


Kita akan melihat titah atau hukum dalam hubungan nikah yang datang dari kerajaan Sorga (dari Allah)…

Efesus 5:22-24 --- Perikop: “Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri.”

(5:22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, (5:23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. (5:24) Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.


Titah (perintah) yang datang dari Sorga: Jemaat harus tunduk kepada Kristus. Demikian juga seorang isteri tunduk kepada suami dalam segala sesuatu dan ketundukan ini persis seperti ketundukkan jemaat kepada Kristus dalam segala hal.

Kemudian, ketundukan ini ada kaitannya dengan "keselamatan", karena Kristus yang menyelamatkan tubuh.


Jangan kita berkata kepada TUHAN; “kamu bisa, saya bisa” dan jangan berkata di dalam hati; “aku bukan janda.” Lihat titah yang datang dari Sorga, isteri harus tunduk kepada suami seperti jemaat tunduk kepada Kristus. Dan hal ketundukan ini terkait dengan keselamatan.


Soal ketundukan ini jangan diolah dengan kepala lagi. Jangan ada syarat untuk tunduk kepada TUHAN. “Kalau TUHAN begini, baru saya ke gereja atau kalau jemaat di gereja itu seribu, barulah saya ke gereja. Kalau di situ ada tamborin atau hiburan-hiburan datang dari pembesar, artis, barulah saya datang ke gereja,” tidak boleh seperti itu, itu tunduk dengan memakai syarat. 


Misalnya, kalau suaminya sumbing atau tubuhnya agak pendek, ditambah rambut keriting, bagaimana? Padahal itu yang terbaik dari TUHAN. Menurut kita, sulit untuk tunduk kalau seperti ini, tetapi itu kan menurut logika. Sebab itu, kalau tunduk tidak boleh menggunakan syarat. 


Pendeknya, jika seorang isteri dikuasai oleh roh ketundukan maka ia tidak akan pernah berkata dalam hatinya: “aku bukan janda.  dan hal ini akan nampak (terpancar) dari perbuatan hidupnya. 


Akibat menolak untuk tunduk:

Ester 1:12

(1:12) Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya.


Akibat menolak titah raja: sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya.

Geram dan api neraka itulah hukuman bagi:

  • Perempuan Babel.

  • Ratu Wasti.

  • Yang berkata: “aku bukan janda.”

  • Yang tidak mau tunduk kepada TUHAN.

  • Yang mengandalkan kekuatannya sendiri.


Amsal 12:4

(12:4) Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.


Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya.

Ketundukkan isteri adalah kemuliaan suami. Ketundukkan gereja menandakan TUHAN mulia,

Sedangkan isteri (gereja) yang tidak tunduk kepada TUHAN, seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.

Pendeknya, isteri yang tidak tunduk adalah penyakit "kanker tulang" bagi suaminya.


Saudara, kanker tulang itu biarpun sudah membusukkan tulang, tetapi ia bisa datang menghadap TUHAN. Jadi kehidupan yang tidak tunduk seperti itu sudah menjadi penyakit kanker yang membusukkan tulang suaminya.

Kita tidak mungkin mendapat berita semacam ini dari seorang pemimpin yang hidupnya terikat dengan perkara-perkara lahiriah. Hanya karena ketulusan TUHAN maka kita bisa mengerti bagaimana tulusnya TUHAN mengajar kita supaya kita tunduk kepada TUHAN. Pemimpin rohani yang masih terikat dengan hal-hal yang lahiriah (euforia dunia), yang dipupuk adalah kegiatan jasmani (latihan badani).


Saudara, latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Timotius 4:7-8).

Fitness itu bagus tetapi terbatas gunanya, karena kalaupun akhirnya badan seseorang tegap, itu bukan tolak ukur untuk membawa dia masuk ke dalam kerajaan Sorga. Sebab itu latihlah diri untuk beribadah sesuai dengan titah TUHAN; kita tunduk kepada TUHAN, karena itu merupakan mahkota (kemuliaan) dari TUHAN, karena TUHAN itu mulia. Dari mana kita tahu TUHAN mulia? Kita tunduk. Bila tidak ada ketundukan maka akan menjadi kanker tulang; membusukkan tulang.


Jadi sekali lagi saya sampaikan, isteri yang tidak tunduk disebutlah itu penyakit "kanker tulang." Padahal seorang isteri datang dari Kristus, isteri dibangun dari tulang rusuk suaminya.


Perlu untuk diketahui:

Adam dibentuk dari tanah liat, tetapi Hawa tidak datang dari tanah liat; ia datang dari dalam seorang suami / datang dari Firman Allah itulah TUHAN Yesus Kristus. Dari sini saja kita sudah harus bisa memaknainya, kita tidak mungkin tunduk kepada tanah, tetapi kita harus tunduk kepada dari mana kita datang. Kita datang dari dalam Kristus, kita tidak dibentuk dari tanah.


Pendeknya, seorang isteri dibangun dari tulang rusuk suami, itu sebabnya kalau kita tidak tunduk dihadapan TUHAN, menjadi penyakit kanker tulang; membusukkan tulang suaminya. Kita harus sadar diri dari mana kita dipanggil, dari mana kita datang.


Kita kembali membaca…

Ester 1:13-14

(1:13) Maka bertanyalah raja kepada orang-orang arif bijaksana, orang-orang yang mengetahui kebiasaan zaman -- karena demikianlah biasanya masalah-masalah raja dikemukakan kepada para ahli undang-undang dan hukum; (1:14) adapun yang terdekat kepada baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena dan Memukan, ketujuh pembesar Persia dan Media, yang boleh memandang wajah raja dan yang mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan --, tanya raja:


Karena ratu Wasti menolak titah raja (menolak tunduk kepada raja) maka Ahasyweros bertanya kepada orang-orang bijaksana. Orang-orang bijaksana mengetahui kebiasaan zaman dan itu benar sebagaimana dalam Daniel 12:3 --- Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.

Saudaraku, dari zaman "Adam pertama" sampai "Adam kedua" (Yesus Kristus), isteri dijadikan sebagai penolong berarti; isteri harus tunduk kepada kepala (suami). 


Malam ini saya sangat terharu kepada Roh TUHAN, kita datang menghadap TUHAN, kepada akal budi dan kebijaksanaan yang berasal dari Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, yang mengetahui kebiasaan zaman, dari zaman Adam sampai ke zaman Yesus Kristus, bahkan sampai kedatangan Yesus kembali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga yang tertulis di dalam Alkitab bahwa; isteri dijadikan sebagai penolong, artinya; isteri harus tunduk kepada kepala.

Untuk pemimpin harus ada penolong yang sepadan dalam ketundukannya dari zaman ke zaman, itulah zaman Adam yang pertama, supaya layak masuk dalam pesta nikah Anak Domba (Kejadian 2:18). Yang pasti tugas isteri adalah penolong, bukan pemimpin.


Saudara di atas tadi kita melihat ada tujuh sida-sida dari raja Ahasyweros (Ester 1:14). Lalu, orang-orang bijaksana yang mengetahui kebiasaan zaman ada tujuh juga. Ini berbicara tentang hari perhentian dan juga tentang KESEMPURNAAN.

Kalau soal nikah ini ditanya kepada seorang yang tidak mengerti soal nikah, buyarlah nikah itu. Tetapi Yesus Kristus adalah TUHAN, Dia juga Guru Agung, Dia adalah Tabernakel yang sejati, kasih-Nya adalah Kabar mempelai, dasar nikah, dengan terang benderang memberitahukan kepada kita kebiasaan zaman dan kita bersyukur kepada TUHAN Yesus, Dia Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga, Dia yang terus mengasuh dan merawat kehidupan kita sampai sekarang. 

Hanya Pengajaran Mempelai yang tahu soal nikah. Kenapa kita datang kepada yang tidak tahu soal nikah, tanpa sadar nikah hancur selama-lamanya, bukankah itu persamaannya? Kalau kita datang kepada seseorang yang tidak tahu nikah = membiarkan nikah itu hancur. Tetapi lihat, kita datang kepada TUHAN, Dia adalah pribadi yang bijaksana menuntun kita, Dia tahu kebiasaan zaman, tahu soal nikah. Yang pasti isteri harus menjadi penolong berarti tidak lepas dari ketundukan.


Beri diri dipimpin oleh Roh TUHAN supaya nampak ketundukan, bukan hanya satu hari saja, tetapi setiap hari kita harus tunduk, itu titah (aturan) dari raja Sorgawi.


Ester 1:16-17

(1:16) Maka sembah Memukan di hadapan raja dan para pembesar itu: "Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros. (1:17) Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang: Raja Ahasyweros menitahkan, supaya Wasti, sang ratu, dibawa menghadap kepadanya, tetapi ia tidak mau datang.


Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan,

Inilah hebatnya perempuan Babel ini; dagangnya yang besar, dunia disulap menjadi Sorga dengan kemewahan dan kemegahan tadi dan pengaruhnya sampai ke semua bangsa. Jadi saudara jangan ragu-ragu lagi dengan Pengajaran Mempelai; tidak usah cari-cari ibadah daging-daging, sungguh-sungguh saja. TUHAN sudah kirim kepada kita yang mengerti segala zaman, soal nikah. Intinya, perempuan harus tunduk, Kenapa masih cari sana-sini hanya karena kepuasan daging? Justru setan nanti ada di situ, sebab kenajisan percabulan membiarkan nikah hancur. 


Sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya = tidak tunduk kepada suami (kepala), Dia pembela tubuh, hanya karena perempuan Babel dengan dagangnya yang besar; dunia disulap menjadi Sorga.


Ratu Wasti dan perempuan Babel menjadi contoh yang tidak baik bagi semua isteri-isteri / gereja TUHAN / jemaat di dunia ini sehingga merusak nikah dan rumah tangga karena dagangnya yang besar, kemegahan, kemuliaan dan kemewahan yang disuguhkan. 


Setelah saya selidiki hal ini, namanya memang ratu Wasti tetapi rohnya perempuan Babel; dia hanya cantik secara jasmani, tetapi manusia dalam / manusia batin / manusia rohaninya nol (anjlok). Jangan kita datang hanya bersifat lahiriah, sebab saya tahu diantara kita masih ada yang manis dan lembut sekali pada bagian luar, tetapi bagian dalamnya tidak. Jangan kita seperti ratu Wasti, di luar menarik, tetapi di dalam tidak; TUHAN tidak suka.


Pendeknya, perempuan Babel telah merusak seluruh nikah-nikah di dunia.

Dari dulu saya selalu berkata; Indonesia adalah ibarat, karena Pengajaran Tabernakel ditemukan di negara Indonesia yang kita cintai ini saudara. 


Jadi, ratu Wasti bukan saja bersalah kepada raja Ahasyweros, tetapi sudah mempengaruhi segala bangsa di bumi. 


Wahyu 17:1

(17:1) Lalu datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: "Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya.


Air yang banyak 🡪 lautan dunia yang datang dari berbagai suku, kaum, bahasa, dan bangsa dengan kenajisan percabulannya (dagangnya yang besar); dunia disulap oleh kemegahan, kemewahan, dan kemuliaannya.


Wahyu 17:2

(17:2) Dengan dia raja-raja di bumi telah berbuat cabul, dan penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya."


Bayangkan saudara, raja-raja yakni; pemimpin jemaat juga berbuat cabul dengan perempuan Babel.

Perempuan Babel merusak bangsa-bangsa di bumi bahkan merusak pemimpin jemaat / raja-raja.


Kalau kita tidak diluruskan oleh orang arif (bijaksana) yang mengetahui segala zaman itulah Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, kita tidak tahu, mana pemimpin yang sudah dirusak, mana pemimpin yang tidak dirusak, sehingga, kita tidak salah langkah. Saya tidak sedang menghakimi.


Kita kembali membaca…

Ester 1:18

(1:18) Pada hari ini juga isteri para pembesar raja di Persia dan Media yang mendengar tentang kelakuan sang ratu akan berbicara tentang hal itu kepada suaminya, sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran.


Oleh karena ratu Wasti; akhirnya, isteri-isteri dari para pembesar dan isteri-isteri seluruh bangsa menjadi tidak tunduk, karena contoh teladan dan hal ini yang dibicarakan. Kalau ratu Wasti tidak tunduk kepada raja Ahasyweros, maka sayapun bisa tidak tunduk kepadamu suamiku. Itulah yang jadi bahan pembicaraan setiap hari.

Itulah bahayanya kalau kita tidak digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel; isteri bisa ngatur, karena sudah ada contoh dari perempuan Babel.


Kalau barometernya adalah dagang besar / pasar dunia yang menguntungkan; ini saja yang diperbincangkan kepada suaminya --- kamu nganggur saya bekerja --- saya bisa, kamu tidak bisa apa-apa (letoy) — kamu pakai rok saja, saya pakai celana jins, saban hari itu saja yang dibicarakan. Itukan penghinaan kepada Kristus Kepala dan menimbulkan kegusaran. 


Saudara, betapa sedihnya hati seorang suami kalau itu saja yang dibicarakan sabanhari oleh seorang isteri; saya bekerja, kamu tidur di rumah, jaga anak tetapi tidak becus, ingusnya tidak dibersihkan, celanya sudah bau amis, tidur aja  tahuny dan hal itu berlarut-larut, menimbulkan kegusaran dalam hati ini. Hati TUHAN sedih, tetapi sampai hari ini TUHAN bertahan sampai sekarang kepada kita semua, Dia sabar kepada kelakuanku dan kelakuan kita semua. Setiap hari yang kita bicarakan itu-itu saja; “aku bisa, kamu tidak bisa apa-apa”, “aku kerja kamu tidur terus”, sombong sekali, lupa diri.

Sekali lagi saya sampaikan, kalau hal itu terus berlarut-larut, itu menimbulkan kegusaran bahkan penghinaan bagi TUHAN.


1 Korintus 11:5

(11:5) Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.


Mengandalkan kekuatan dan kemampuannya sendiri = tidak tunduk kepada kepala = menghina Kepala.

Jadi, perempuan yang tidak bertudung = menghina Kristus Kepala.


Saudara, jangan kita datang kepada TUHAN (berdoa, dan melayani TUHAN), tanpa ketundukkan sebab itu = menghina kepala. Melayani dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri (tanpa ketundukkan ) = menghina kepala.

Oleh sebab itu sering kali saya sampaikan, kalau melayani tulus-tulus saja, tidak usah pakai trik-trik, jangan cemburu-cemburu melihat yang maju rohaninya. Jangan curi kesempatan untuk menunjukkan jati diri.

Jadi, tidak usah malu dan berkata; “gembalaku lebih muda atau aku kan sarjana”, hati-hati, tidak usah berpikir seperti itu, otoritas itu datang dari Sorga (dari atas). Terkait dengan hubungan nikah sudah dikonsep sesuai dengan titah / aturan / perintah raja di Sorga. 


1 Korintus 11:6

(11:6) Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.


Supaya jangan terjadi penghinaan di tengah ibadah dan pelayanan, maka; mau tidak mau harus tunduk kepada TUHAN, tunduk kepada otoritasnya TUHAN, jangan andalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, sebab itu sama dengan menghina kepala. Jangan malu dengar-dengaran, jangan gusar hati bila harus dengar-dengaran, jangan sedih hati kalau harus dengar-dengaran, itu yang saya maksud jangan iri-iri. Karena, kalau kita datang dengan kemampuan dan kekuatan sendiri = menghina kepala (Kristus). Hal ini harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh supaya kegusaran dan kesedihan ini jangan berlarut-larut.


Ester 1:18

(1:18) Pada hari ini juga isteri para pembesar raja di Persia dan Media yang mendengar tentang kelakuan sang ratu akan berbicara tentang hal itu kepada suaminya, sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran.


Sekali lagi saya sampaikan, kalau hal ini dibiarkan berlarut-larut, akan menimbulkan kegusaran, tidak ada ketenangan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Tentu kita sadar dan tahu kapan membuat orang gusar dan tidak tenang, jadi hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.


Ayo, bawa diri dengan ketulusan, tidak perlu lagi mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, itu nanti yang membuat kegusaran di tengah nikah rumah tangga dan ibadah pelayanan. 


Kita akan sounding dengan…

1 Timotius 2:8 --- Perikop: “Mengenai sikap orang laki-laki dan perempuan dalam ibadah jemaat.”

(2:8) Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.


Sikap laki-laki; tangan suci, tanpa marah, bersungut-sungut, ngomel dan tanpa perselisihan antara satu dengan yang lain.


1 Timotius 2:9

(2:9) Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal,


Sikap perempuan di tengah ibadah dan pelayanan: mengenakan perhiasan rohani berarti; hormat dan tunduk kepada suami.

Menghadap TUHAN harus tunduk, itu tanda kita beribadah.


1 Timotius 2:11

(2:11) Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh.


Seorang isteri harus berdiam diri, jangan sibuk bicara seperti isteri-isteri yang ada di kerajaan Ahasyweros, mereka sudah terkontaminasi dengan roh ratu Wasti datang menghadap raja tidak dengan mahkota (ketundukan).

Oleh sebab itu, ketika kita datang kepada TUHAN, jangan lagi sibuk soal dagang besar yang memberi keuntungan besar dan jangan lagi berbicara soal pasar dunia yang memberi keuntungan. 

Pasar dunia ada konsep-konsep yang di dalamnya kegelapan itulah cawan emas yang isinya kekejian dan kenajisan percabulan; kemudian menggunakan system dengan tipuan yang sempurna.


Dengan berdiam diri, dengan lain kata; tidak sibuk membicarakan keuntungan-keuntungan, dagang-dagang yang memberi keuntungan dari perempuan cabul, maka kita akan menerima ajaran dengan patuh.

Mengapa sampai hari ini kita menolak ajaran dengan lain kata; tidak tekun dalam tiga macam ibadah pokok? Karena pada dasarnya perempuan-perempuan masih sibuk membicarakan keadaan dari ratu Wasti yang tidak tunduk kepada suaminya, datang menghadap raja tidak dengan mahkota – sibuk hanya dengan uang, jabatan, pangkat yang tinggi, akhirnya tidak patuh pada ajaran yang benar =  menghina kepala (suami). 


Mulai dari sekarang, biarlah dari mulut ini keluar Pengajaran dan kesaksian, tidak ada lagi yang lain-lain, bukan lagi soal kemegahan, kemuliaan, kemewahan yang disuguhkan oleh pasar dunia (dagang dunia).


1 Timotius 2:12

(2:12) Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.


Jadi, di tengah ibadah dan pelayanan bukan soal dagang dan keuntungan, tetapi soal kepatuhan kepada Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, menempatkan Kristus sebagai Kepala.


1 Timotius 2:13

(2:13) Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa.


Jadi sudah sangat jelas, apa yang disampaikan oleh orang arif yang mengetahui segala zaman, bahwasanya dari zaman Adam pertama sampai zaman Adam yang kedua (TUHAN Yesus Kristus Kepala Mempelai Laki-Laki Sorga); isteri dijadikan sebagai penolong dengan lain kata; isteri harus tunduk kepada suami dalam segala perkara.


JALAN KELUAR

Ester 1:19-20

(1:19) Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari hadapan baginda dan dituliskan di dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya. (1:20) Bila keputusan yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaannya -- alangkah besarnya kerajaan itu! --, maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil."


Menerima Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel untuk memperlebar kerajaan Sorga di bumi ini. Dan kita harus memiliki perhiasan rohani itulah ketundukkan sehingga kita layak untuk dibawa masuk dalam perjamuan malam pesta kawin Anak Domba. Tunduk berarti; patuh pada ajaran yang benar, bukan patuh kepada soal kerajaan dunia, kemuliaan dunia, kemegahan dunia dan kemewahan-kemewahan di dalamnya, itu namanya berdiam diri.


Kita sudah melihat perkataan dalam hati perempuan Babel yang kedua; “aku bukan janda.” Saya bisa saja terangkan dengan mulut ini tanpa membaca Alkitab, tetapi, tidak ada kebahagiaan di situ. Ada kebahagiaan bila kalimat ini disampaikan dengan dasar membaca, sesudah membaca diterangkan, lalu kita turuti dan lakukan sehingga berbahagia (Wahyu 1:3). Amin. 


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment