IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 02 JULI 2019
KITAB KOLOSE
(Seri: 56)
Subtema: HIDUP KEKAL
DIMULAI DARI DIRAWATI
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Kita
patut bersyukur oleh karena kemurahan Tuhan, kita masih diijinkan untuk
mengusahakan dan memelihara Ibadah Doa Penyembahan, dan biarlah kiranya firman
Allah sebentar membawa kita rendah di bawah kaki salib, tersungkur di bawah
kaki-Nya, sujud menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham, Ishak, Yakub, Allah
Israel, Allah Yang berkuasa, Tuhan dan Juruselamat yang berdaulat atas seluruh
kehidupan kita masing-masing.
Sebab itu kembali saya tandaskan, kiranya kita tetap
berdoa, mohon kemurahan Tuhan dengan rendah hati supaya Tuhan kiranya
membukakan rahasia firman-Nya bagi kita.
Saya juga tidak lupa menyapa hamba Tuhan, umat Tuhan,
anak-anak Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming Youtube, Facebook, di
manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.
Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan
untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim Rasul Paulus kepada jemaat
di Kolose.
Kolose 3: 4
(3:4)
Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun
akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Bagian dari kalimat ayat 4: “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita”
Singkatnya; Kristus
adalah hidup kita, bukan harta, kekayaan, uang, kedudukan yang tinggi,
serta perkara lahiriah lainnya, melainkan Kristus adalah hidup kita.
Efesus 1: 22-23
(1:22)
Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia
telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. (1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya,
yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Kristus telah diberikan kepada sidang
jemaat sebagai Kepala, sedangkan sidang jemaat
adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Lebih jauh kita melihat KRISTUS adalah KEPALA.
Efesus 5: 22-23
(5:22)
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, (5:23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti
Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Kristus adalah kepala jemaat, Dialah yang menyelamatkan
tubuh, yaitu sidang jemaat.
Dalam hal ini, kita patut bersyukur karena Kristus yang
menjadi Kepala atas tubuh, bukan serigala dan burung yang
menjadi kepala atas tubuh.
- Serigala, menunjuk; roh
jahat, sedangkan pekerjaan dari serigala adalah menerkam dan menceraiberaikan
kawanan domba, sehingga domba-domba menjadi liar tidak tergembala.
- Burung, menunjuk; roh
najis. Pekerjaan dari roh najis ialah menghambat pembangunan tubuh Kristus,
dengan lain kata; merusak nikah suci, sehingga hubungan
Allah dengan manusia terputus.
Akibatnya: manusia
akan menyangkali Tuhan dan terus menerus menyangkali Tuhan. Kalau manusia
menyangkali Tuhan, maka ia pun tidak segan-segan, tidak ragu untuk menyangkali
hati nurani, padahal hati nurani itu adalah alarm terakhir.
Kalau kita tidak mempunyai alarm terakhir, sama seperti rem blong; tabrak sana,
tabrak sini, tidak dapat lagi mengendalikan kehidupannya.
Efesus 5: 24
(5:24)
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah
isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Karena Kristus adalah penyelamat tubuh, maka kedudukan
dari sidang jemaat sebagai tubuh sudah seharusnya berada di dalam tanda
ketundukannya kepada Kristus sebagai Kepala.
Bukti
bahwa Kristus adalah penyelamat tubuh.
Efesus 5: 25-29
(5:25)
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat
dan telah menyerahkan diri-Nya baginya,(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan
memandikannya dengan air dan firman, (5:27)
supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan
cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat
kudus dan tidak bercela. (5:28)
Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya
sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang
membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti
Kristus terhadap jemaat,
Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan
diri-Nya bagi jemaat.
Pendeknya; kasih
Kristus itu ditandai dengan pengorbanan.
Selanjutnya, praktek dari kasih Kristus itu ada dua, yaitu:
YANG PERTAMA: “Sidang jemaat disucikan dengan mandi
oleh air dan firman” (ayat 25-26).
Hal ini telah disampaikan. Tujuannya tidak lain, tidak
bukan untuk menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang, tanpa
cacat atau kerut atau yang serupa itu = kudus, tidak bercela.
YANG KEDUA: “Kristus mengasuh dan merawati sidang
jemaat” (ayat 28-29).
Berkaitan dengan itu, langsung saja kita membaca 1
Tesalonika 2.
1 Tesalonika 2: 7
(2:7)
Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu
mengasuh dan merawati anaknya.
Rasul Paulus berlaku ramah kepada sidang jemaat di
Tesalonika, sama seperti seorang ibu
mengasuh dan merawati anaknya.
Ibu, menunjuk kepada; gembala sidang.
Tugas dari seorang gembala sidang ialah mengasuh dan merawati sidang jemaat
sebagai anak rohaninya.
1 Tesalonika 2: 8
(2:8)
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi
Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu,
karena kamu telah kami kasihi.
Dalam kasih sayang yang besar;
a. Rasul Paulus
membagi injil kepada jemaat di
Tesalonika,
b. Rasul Paulus
membagi hidupnya atau rela mengorbankan
dirinya bagi sidang jemaat di Tesalonika,
persis seperti praktek pribadi Yesus Kristus sebagai
Kepala, Mempelai Pria Sorga, terhadap sidang jemaat sebagai tubuh yang adalah
mempelai wanita-Nya berdasar kasih.
Dalam Perjanjian Baru terdapat 27 kitab; 14 kitab di
antaranya ditulis oleh Rasul Paulus lalu dikirim kepada:
I. 7 sidang
jemaat kecil di Asia kecil dengan 9 surat.
II. 3 orang anak
rohaninya, yaitu:
- Timotius
dengan 2 surat.
- Titus dengan
1 surat.
- Filemon
dengan 1 surat.
III. Kepada orang
Ibrani secara khusus.
Kesimpulannya: 14 kitab yang ditulis oleh Rasul Paulus
dalam Perjanjian Baru sudah cukup untuk dijadikan sebagai bukti bahwa Rasul
Paulus adalah seorang gembala yang bertanggung jawab dalam hal mengasuh dan
merawati sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya.
Jadi, seorang gembala sidang tidak boleh lalai bahkan
tidak boleh lari dari tanggung jawabnya di dalam hal mengasuh dan merawati
sidang jemaat yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.
Jangan sampai hanya karena mencari uang (mencari upah),
seorang gembala sidang meninggalkan dan
mengabaikan tiga macam ibadah pokok, itu sama dengan mengabaikan (melalaikan)
tanggung jawabnya sebagai seorang gembala sidang yang seharusnya mengasuh dan
merawati sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya.
Pendeknya; sidang jemaat berhak untuk mendapatkan hak
untuk diasuh dan hak untuk dirawat, sehingga kerohanian dari sidang jemaat
sebagai kawanan domba Allah terpelihara dengan baik.
Setelah kita memperhatikan tentang DIASUH, sekarang
kita akan memperhatikan tentang MERAWATI kehidupan sidang jemaat sebagai
anak-anak rohani.
Tentang: MERAWATI.
Berarti, gembala sidang memang harus bertanggung jawab
di dalam hal merawati sidang jemaat sebagai kawanan domba Allah, supaya
kehidupan sidang jemaat terpelihara dengan baik (sembuh dari sakit).
Yesaya 61: 1
(61:1)
Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah
mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara,
dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan
dari penjara,
Kehidupan yang diurapi oleh Tuhan diutus untuk;
a. Menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, menunjuk; orang yang menyangkal diri dan memikul salibnya.
b. Merawat orang-orang yang remuk hati.
Pendeknya; perhatian Tuhan sangat besar kepada
orang-orang yang menderita sengsara dan orang-orang yang remuk hati, itulah
sebabnya Tuhan mengutus orang yang diurapi untuk merawati mereka.
Sebagaimana kehidupan kita, berada di dalam
penggembalaan ini, tidak lain tidak bukan supaya kehidupan rohani kita boleh
dirawat oleh Tuhan, dipelihara oleh Tuhan.
Hal yang senada tertulis juga dalam injil Matius 12: 18-20, Yesus Anak Allah
adalah hamba Tuhan, Dia diutus untuk memaklumkan hukum atau menyatakan
kebenaran kepada bangsa-bangsa, sehingga;
-
Buluh yang patah terkulai tidak
akan diputuskannya.
-
Sumbu yang pudar nyalanya tidak
akan dipadamkannya.
Tujuannya adalah sampai akhirnya Ia nanti akan
menjadikan hukum itu menang. Kalau hukum itu menang, orang yang remuk hati,
orang yang menderita akan merasakan bahwa kehidupan rohaninya dirawat oleh
Tuhan.
Contoh merawati.
Lukas 10: 30
(10:30) Jawab Yesus: "Adalah seorang
yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun
yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang
sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
“Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho”, artinya; hanya karena perkara-perkara duniawi, ia turun atau
meninggalkan ibadah dan pelayanan.
- Yerusalem adalah gambaran dari pusat kerajaan damai sejahtera,
itulah ibadah dan pelayanan.
- Yerikho,
menunjuk; dunia ini dengan segala perkara-perkara yang ada di
dalamnya.
Sebetulnya Yerikho ini artinya bau harum. Memang,
dunia ini sangat menggiurkan dan bau harum, segala perkara-perkara yang ada di
dunia ini betul-betul bau harum, tetapi yang menjadi persoalannya di sini
adalah apakah bau harum itu menyenangkan hati Tuhan, atau bau harum itu justru
menyesatkan anak-anak Tuhan?
Itulah sebabnya Yosua mengirim dua orang pengintai
untuk menyelidiki Yerikho, ternyata memang di atas tembok Yerikho ditemukan
persundalan, di situlah Rahab tinggal.
Mengapa ada persundalan? Karena hidup manusia terpikat
dengan bau harum, yaitu segala perkara-perkara yang ada di dalam dunia ini.
Ujung-ujungnya nanti manusia diseret kepada persundalan (hidup dalam
kenajisan).
Akibat (resiko) apabila turun atau meninggalkan ibadah
pelayanan: jatuh ke tangan penyamun-penyamun, sehingga yang
terjadi adalah:
1. Hartanya dirampok habis-habisan.
2. Dipukuli sampai setengah mati.
Kita akan memperhatikan dua perkara tersebut.
KETERANGAN: “Hartanya
dirampok habis-habisan.”
Kalau manusia tidak memiliki harta benda, itu adalah
kehidupan yang sangat memilukan dan sangat menderita sekali, ia tidak bisa
berbuat apa-apa.
2 Timotius 1: 11-14
(1:11) Untuk Injil inilah aku telah
ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. (1:12) Itulah sebabnya aku menderita
semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya
dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah
dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (1:13) Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari
padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih
dalam Kristus Yesus. (1:14) Peliharalah
harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang
diam di dalam kita.
Tuhan berkuasa untuk memeliharakan apa yang
dipercayakan-Nya kepada kita, yaitu karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El
Kudus, dengan kata lain dipercayakan harta yang indah.
Biarlah itu dipertahankan dengan baik, syaratnya: rela
menderita atau sengsara karena salib. Jangan sampai kita menyangkali Tuhan.
Kalau seseorang kehilangan harta yang indah, yang
berharga dan mulia, kehidupan seperti ini rasanya tidak bisa berbuat apa-apa,
menjadi hina, dan menjadi pecundang saja.
Oleh sebab itu, kalau saudara tidak mau mengalami
penderitaan yang hebat, sidang jemaat, terlebih imam-imam yang sudah mengambil
bagian dalam pelayanan, dan yang kepadanya sudah dipercayakan harta yang indah
(karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus): tetaplah bertahan di Yerusalem, jangan turun, jangan meninggalkan
ibadah pelayanan.
Hal inilah yang diajarkan oleh Rasul Paulus kepada
Timotius, anak rohaninya, dan kesempatan malam ini juga saya sampaikan kepada
saudara, sidang jemaat sebagai anak rohani yang saya kasihi. Jangan
bermain-main.
Kesimpulannya; harta dirampok habis-habisan, artinya;
kehilangan harta yang indah, yaitu karunia-karunia dan jabatan Roh-El Kudus sehingga
kerohaniannya menjadi kering-kering.
Ada beberapa di antara kita mengalami hal yang sama;
pernah meninggalkan ibadah pelayanan, dan ketika dia meninggalkannya,
kerohaniannya menjadi kering-kering. Kita harus belajar dari pengalaman diri
sendiri dan juga pengalaman orang lain, dan biarlah pengalaman itu menjadi
guru, supaya kita jangan menderita dan jangan terulang lagi penderitaan yang
sama karena kebodohan, karena kesalahan.
KETERANGAN: “Dipukuli
sampai setengah mati.”
Kalimat ini dibagi atas;
- Dipukuli.
- Setengah mati.
DIPUKULI, menunjuk; suatu kehidupan yang sangat
menderita karena dosa dan kejahatan yang diperbuatnya.
Perlu untuk diketahui; menderita karena pukulan, itu
adalah kerugian, tetapi kalau kita menderita karena sengsara salib, itu merupakan
kasih karunia dan kemurahan dari Tuhan bagi kita, sesuai dengan 1 Petrus 2: 19-20.
Peristiwa ini sama seperti peristiwa dalam Kidung Agung 5: 1-7, mempelai perempuan
mengabaikan mempelai laki-laki, dan akhirnya mempelai laki-laki terhilang,
lenyap, dan pada saat mempelai laki-laki itu pergi dan menghilang, ia pun
mencari mempelai laki-laki tetapi ia tidak menemukannya. Sebaliknya
peronda-peronda kota mendatangi dia, lalu memukulinya serta mengambil
selendangnya.
Kalau hubungan kita putus dari Tuhan karena kita turun
(meninggalkan) dari ibadah dan pelayanan, kita juga akan mengalami hal yang
sama; dipukuli setengah mati, dan selendangnya dirampas.
Selendang ini merupakan
perhiasan dari pengantin perempuan, harta yang indah, yaitu; karunia-karunia
dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus.
Selanjutnya SETENGAH MATI, artinya; tidak hidup tetapi
tidak mati juga, sama artinya tidak sadarkan diri, berarti; pingsan rohani.
Praktek tidak sadarkan diri atau pingsan rohani ialah
tidak mengakui berkat-berkat dan pertolongan oleh karena kemurahan dari Tuhan.
Kalau dia sadar, pasti dia mengakui berkat-berkat dan pertolongan oleh karena
kemurahan Tuhan.
Tetapi banyak orang Kristen, bahkan orang yang sudah
melayani pun, masih mengalami pingsan rohani; seolah-olah dia hidup karena
kebetulan, seolah-olah dia bisa melayani karena kemampuannya.
Ciri-ciri pingsan rohani:
- Merasa diri bisa dan mampu.
- Menjalankan ibadah secara Taurat (ibadah lahiriah).
- Suka bermegah dan menonjolkan diri.
Kita kembali memperhatikan Lukas 10.
Lukas 10: 31-34
(10:31) Kebetulan ada seorang imam
turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya
dari seberang jalan. (10:32)
Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang
itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (10:33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam
perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah
hatinya oleh belas kasihan. (10:34)
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan
minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai
tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Imam dan Lewi melewati orang yang menderita itu,
berarti mereka tidak peduli dengan orang yang menderita, padahal imam dan Lewi ini
adalah kehidupan yang dikhususkan untuk melayani Tuhan.
Pelayanan seperti ini berbahaya, jangan ditiru. Kita
harus peduli dengan sesama, peduli dengan kesusahan orang lain. Jangan hanya
sebutan imam atau Lewi, tetapi tidak peduli dengan pekerjaan Tuhan, tidak mau
memperhatikan orang lain dengan kesusahannya. Tidak ada artinya melayani Tuhan
dengan cara seperti itu.
Tetapi pada akhirnya, seorang Samaria membawa dia ke tempat penginapan dan merawatinya.
Merawat, berarti; membalut
luka-luka, yang sakit disembuhkan.
Lebih jauh kita akan melihat tentang MERAWATI.
Ayub 5: 18
(5:18) Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat;
Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.
“Dialah yang
melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya
menyembuhkan pula.”
Dengan kata lain; dibalut atau dibebat sesudah
dilukai, disembuhkan sesudah dipukuli.
Pekerjaan Tuhan itu unik, tidak masuk akal, tidak bisa
diselami oleh akal pikiran manusia, tetapi bagi Tuhan, itulah cara yang luar
biasa; dilukai tetapi pada akhirnya kita mengalami kesembuhan dan pemulihan
karena sudah terjadi penyucian terhadap dosa.
Dibalut atau dibebat sesudah dilukai, disembuhkan
sesudah dipukuli, sama artinya; seperti firman Tuhan datang menghampiri kita
sebagaimana malam ini untuk mengadakan penyucian terhadap dosa, itu sakit bagi
daging karena kita merasa dilukai, firman itu menusuk untuk mengoreksi
kehidupan kita (dilukai), tetapi pada akhirnya kita mengalami pemulihan dan
kesembuhan karena sudah terjadi penyucian terhadap dosa.
Kalau kita sudah mengalami penyucian terhadap dosa,
pasti luka-luka batin disembuhkan, termasuk akar pahit.
Saat mengalami penyucian dosa, firman Tuhan datang,
dosa dikoreksi, rasanya sakit bagi daging (terlukai), tetapi pada akhirnya kita
mengalami kesembuhan karena sudah mengalami penyucian terhadap dosa, luka batin
sembuh, akar pahit sembuh, Tuhan sudah memulihkan.
Mari kita lihat sebagai GAMBARANNYA.
Yesaya 53: 3-4
(53:3) Ia dihina dan dihindari
orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan
bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. (53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena
tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Ia dihina, dihindari orang, seorang yang penuh
kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan. Pendeknya; Yesus mengalami
pemukulan dan dilukai di atas kayu salib, dengan tujuan; sesungguhnya penyakit
kitalah yang ditanggung-Nya dan kesengsaraan kitalah yang dipikul-Nya.
Namun kita mengira Dia kena tulah, kita mengira Dia
dipukul dan ditindas Allah, sebetulnya tidak. Dia sedang menanggung dosa kita,
Dia rela dipukul dan dilukai, diremukkan di atas kayu salib untuk menanggung
dosa kita, supaya kita boleh mengalami kesembuhan.
Memang unik cara kerja Tuhan, tidak terselami oleh
akal pikiran manusia. Maka mengikuti Tuhan jangan lagi menggunakan logika dan
perasaan kita masing-masing, tetapi ikutilah cara pemikiran Tuhan.
Yesaya 53: 5
(53:5) Tetapi dia tertikam oleh
karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran
yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepada Dia, akhirnya oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh.
Berarti, Tuhan sedang merawati kita masing-masing,
tetapi cara Tuhan merawati kita tidak seperti cara manusia, berbeda. Cara Tuhan
adalah disembuhkan sesudah dipukuli. Aneh, tidak terselami.
Lukas 10: 33
(10:33) Lalu datang seorang Samaria,
yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu,
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh
belas kasihan.
Kalau Tuhan merawati kehidupan kita masing-masing, itu
karena belas kasihan-Nya kepada kita. Kita dirawati oleh Tuhan, luka-luka batin
sembuh, akar pahit disembuhkan, itu karena belas kasihan Tuhan.
Kita lihat BELAS KASIHAN ini dalam Hosea 6.
Hosea 6: 1-2
(6:1) "Mari, kita akan berbalik
kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita,
yang telah memukul dan yang akan membalut kita. (6:2) Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang
ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.
Kalau Tuhan merawati kita, sebetulnya itu lanjut
sampai kepada belas kasihan; mati dan bangkit, dan hidup selama-lamanya di
hadapan-Nya.
Kalau kita memperoleh hidup kekal (sampai
selama-lamanya), itu karena belas kasihan Tuhan. Jadi kita harus bersyukur.
Tuhan telah merawati kita oleh karena belas kasih-Nya, Tuhan merawati kita
untuk hidup yang kekal di hadapan-Nya sampai selama-lamanya, itu belas kasih.
Sebetulnya kita ini adalah manusia yang hina karena
dosa bagai debu tanah. Debu tanah itu hina, ada di telapak kaki, tidak layak
memasuki Kerajaan Sorga, tetapi kalau akhirnya kita memperoleh hidup kekal (sampai selama-lamanya), itu karena Tuhan
telah merawati kita.
Dia rela mati di atas kayu salib, lalu bangkit pada
hari ketiga, itu belas kasih, sampai akhirnya kita hidup selama-lamanya.
Kalau ditinjau dari sudut banyaknya dosa, kita ini
tidak layak dan tidak pantas untuk berada, berkedudukan di dalam Kerajaan
Sorga. Tetapi puji Tuhan, kita dirawati oleh karena belas kasih, dan belas
kasih-Nya itu nyata; kita hidup sampai selama-lamanya.
Yesaya 46: 4
(46:4) Sampai masa tuamu Aku tetap
Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah
melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu
dan menyelamatkan kamu.
“Sampai masa
tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu”
Jangan sampai kita turun, meninggalkan ibadah
pelayanan, akibatnya; jatuh di tangan penyamun-penyamun, tetapi biarlah
kita ada di dalam gendongan dua tangan Tuhan, jatuh di tangan Tuhan,
maka Ia akan:
1. Menanggung
kita terus.
2. Memikul kita.
3. Menyelamatkan
kita.
Maka dengan demikian, kita hidup sampai selama-lamanya di hadapan-Nya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment