IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 13 JUNI 2019
KITAB RUT
(Seri: 52)
Subtema: TANPA PENYATAAN ALLAH
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya.
Dan kiranya bahagia sorga memenuhi ruangan ini dan ruangan hati kita
masing-masing.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak-anak
Tuhan dan juga hamba Tuhan, yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan
lewat live streaming, video internet, Youtube, Facebook di manapun anda
berada.
Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan
untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci,
persekutuan dengan tubuh dan dan darah Yesus Kristus, dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10)
Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah
dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu,
sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"
“Lalu sujudlah
Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah”
Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik,
setelah ia mendapatkan jaminan dan bekal dari Boas.
Sujud menyembah dengan muka sampai ke tanah, menyembah
dalam Roh dan kebenaran, adalah tanda:
1. Ketundukan
Rut.
2. Kedewasaan
Rut.
Tentang ketundukan Rut telah disampaikan dengan jelas,
dan saya berdoa, kiranya Tuhan memberi pertumbuhan rohani yang sehat. Sekarang
kita memeriksa tentang kedewasaan Rut.
TENTANG: KEDEWASAAN
RUT.
Dewasa, artinya; telah meninggalkan sifat kanak-kanak atau
telah akil balig.
Sejenak kita perhatikan sedikit tentang; AKIL BALIG.
Galatia 4: 1-2
(4:1)
Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit
pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan
dari segala sesuatu; (4:2) tetapi ia
berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan
oleh bapanya.
“Selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit
pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba.”
Hamba di sini, menunjuk; budak dosa, tidak terlepas
dari dosa kejahatan dan dosa kenajisannya.
Kehidupan semacam ini masih berada di bawah perwalian
dan di bawah pengawasan, berarti; belum dipercaya untuk menjadi ahli waris
Kerajaan Sorga, sama artinya kepadanya belum dipercayakan untuk melayani pekerjaan
Tuhan.
Sebab di dalam Wahyu 22: 2-5, terdapat 7 (tujuh)
perkara di dalam Kerajaan Sorga, tetapi di antara 7 (tujuh) perkara
tersebut ada 2 (dua) kegiatan, yaitu:
1.
Beribadah kepada-Nya (ayat 3).
2.
Memerintah sebagai raja sampai
selama-lamanya atau melayani sampai selama-lamanya (ayat 5).
Sesuai (Galatia 4: 1-8), Bukti seseorang belum akil balig (hamba dosa).
YANG PERTAMA: Takluk
kepada roh-roh dunia (Galatia 4: 3).
Roh-roh dunia adalah roh antikris, artinya; lebih
mencintai Mamon dari pada Tuhan, tandanya; menyangkal baik Bapa maupun Anak,
sama dengan; menyangkal salib.
Sesuai (Galatia 4: 1-8), Bukti seseorang belum akil balig (hamba dosa).
YANG KEDUA: Takluk
kepada hukum Taurat (Galatia 4: 4-5).
Hukum Taurat, menunjuk; perjanjian yang pertama,
berarti; menjalankan ibadahnya dalam bentuk Taurat atau lahiriah. Misalnya;
mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama dengan;
mempersembahkan tubuh jasmani, tetapi batinnya
(manusia dalamnya) tidak dipersembahkan kepada Tuhan.
Ibrani 10: 8
(10:8)
Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban
penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan
kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
Korban dan persembahan dari binatang, (korban bakaran
dan korban penghapus dosa), tidak Allah kehendaki dan tidak berkenan
kepada-Nya, meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat.
Jadi, ibadah Taurat itu tidak mengandung janji, baik
untuk masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang, sebab tidak
dikehendaki dan tidak dikenan di hadapan Tuhan.
Ibrani 10: 1-2
(10:1)
Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan
datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan
korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat
tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (10:2) Sebab jika hal itu mungkin,
pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan
ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk
selama-lamanya.
Mereka yang melakukan ibadah Taurat tidak sadar lagi
akan dosa.
Maksudnya; mereka yang berada di bawah hukum Taurat,
tidak sadar bahwa mereka telah dikuasai oleh dosa, sekalipun mereka membawa
korban dan persembahan, yakni: korban bakaran dan korban penghapus dosa.
Ibrani 10: 3
(10:3) Tetapi
justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya
dosa.
Singkatnya, hukum Taurat itu merangsang dosa, demikian
juga dengan mereka yang menjalankan ibadah lahiriah, terlalu pandai menimbulkan
dosa terhadap orang lain.
Ibrani 10: 9
(10:9)
Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan
kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang
kedua.
Ibadah yang dijalankan menurut hukum Taurat itu tidak
mengandung janji, oleh sebab itu, Yesus, Anak Allah, datang untuk melakukan
kehendak Allah Bapa.
Dengan tujuan: “Yang
pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.”
- “Yang
pertama dihapuskan” -> hukum Taurat dengan segala
ketentuan-ketentuannya.
- “Menegakkan
yang kedua”
-> kehendak Allah, yaitu sengsara salib.
Itu sebabnya, sengsara salib, aniaya karena firman
memang harus terjadi di tengah ibadah pelayanan ini, sebab ibadah yang yang
pertama tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Kita tidak bisa lari dari sengsara salib. Jangan sampai
kita bersungut-sungut ketika dikoreksi oleh firman.
Ibrani 10: 10
(10:10)
Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk
selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Oleh karena kehendak Allah, yaitu sengsara salib, kita
dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya.
Kita tidak mungkin dikuduskan oleh darah binatang,
tetapi kita kita dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh sengsara salib,
darah salib Kristus.
Sesuai (Galatia 4: 1-8), Bukti seseorang belum akil balig (hamba dosa).
YANG KETIGA: Hidup
dalam penyembahan berhala (Galatia 4: 8)
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari
Tuhan.
Contoh berhala:
1. Meninggalkan
ibadah pelayanan karena usaha, pekerjaan, usaha, bisnis, perkara lahiriah
lainnya.
2. Kebenaran
diri sendiri.
3. Keras hati.
Jadi, dewasa, artinya; telah meninggalkan sifat
kanak-kanak atau telah akil balig.
Tetapi kalau belum akil balig; menjadi hamba dosa,
diperbudak oleh dosa. Apa buktinya?
1. Takluk
kepada roh-roh dunia.
2. Takluk
kepada hukum Taurat.
3. Takluk
kepada penyembahan berhala.
1 Korintus 13: 11
(13:11)
Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa
seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku
menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Rasul Paulus berkata: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak
itu”
Biarlah kiranya betul-betul kita meninggalkan sifat
kanak-kanak. Jangan bertahan dengan sifat manusiawi.
Sifat kanak-kanak yang dimaksud di sini:
1.
Berkata-kata seperti kanak-kanak.
2.
Merasa seperti kanak-kanak.
3.
Berpikir seperti kanak-kanak.
Contoh berkata-kata seperti kanak-kanak:
1 Korintus 13: 1
(13:1)
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa
malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing.
Seorang hamba Tuhan (seorang gembala sidang) “dapat
berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat”, tetapi jika
ia tidak mempunyai kasih, sama dengan; gong yang berkumandang dan canang
yang gemerincing.
Kalau gong dipukul, dia akan mengeluarkan bunyi/suara.
Kalau dipukul sekali lagi, akan tetap mengeluarkan suara yang sama, tidak akan
mengeluarkan bunyi (suara) yang berbeda-beda. Demikian halnya dengan canang
yang gemerincing, karena kedua-duanya adalah alat musik yang tidak berjiwa.
1 Korintus 14: 6-7
(14:6)
Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa
roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan
Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? (14:7) Sama halnya dengan alat-alat
yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi --
bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling
atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda?
Orang lain tidak dapat mengetahui lagu apakah yang
dimainkan seruling atau kecapi, kalau kedua-duanya tidak mengeluarkan bunyi
yang berbeda.
Sama halnya dengan seorang hamba Tuhan di dalam hal
menyampaikan firman Tuhan dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat atau
bahasa yang tinggi-tinggi, bahasa yang intelektual, jika ia tidak mempunyai
kasih, sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Tidak mempunyai kasih, artinya; hamba Tuhan
menyampaikan firman kepada sidang jemaat tanpa
penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran.
Kepada rekan-rekan hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, saya tandaskan: Kalau
seorang hamba Tuhan menyampaikan firman Tuhan dengan bahasa intelektual, bukan
berarti kerohaniannya sudah dewasa. Sekalipun seorang hamba Tuhan menyampaikan
firman Tuhan dengan bahasa yang tinggi-tinggi dan intelektual, tetapi jika
tidak mempunyai kasih, maksudnya; tanpa penyataan Allah, tanpa pengetahuan,
tanpa nubuat, tanpa pengajaran, hamba Tuhan semacam ini sama dengan alat
musik yang tidak berjiwa.
Tidak berjiwa, artinya; tidak peduli dengan jiwa
orang lain, sidang jemaat, teramat lebih orang yang kecil, miskin dan hina,
tidak mampu mengangkat orang yang terjatuh.
Itulah hamba Tuhan yang tidak peduli dengan jiwa-jiwa,
persis seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing, tidak
mengeluarkan bunyi atau suara yang berbeda-beda, sehingga orang tidak tahu lagu
apa yang sedang dimainkannya.
Tentang: TANPA PENYATAAN ALLAH.
Penyataan Allah memang harus disampaikan oleh seorang
hamba Tuhan atau gembala sidang kepada sidang jemaat yang dilayaninya, supaya
sidang jemaat menjadi dewasa rohani.
Jika sidang jemaat dewasa rohani, sebetulnya gembala
sidang sangat diuntungkan sebab sidang jemaat akan mengerti berkorban, baik tenaga, pikiran,
waktu, uang, materi, segala sesuatu. Kalau hamba Tuhan menyadari itu, maka
seorang hamba Tuhan, seorang gembala sidang harus menyampaikan
penyataan-penyataan Allah.
2 Korintus 12: 1-2
(12:1)
Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun
demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan
yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku
tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam
tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari
sorga.
Rasul Paulus memberitahukan kepada jemaat di Korintus
tentang penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang dia terima
dari Tuhan, ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
Dalam pelajaran Tabernakel, tingkat ke tiga dari sorga
terkena pada Ruangan Maha Suci, di dalamnya terdapat satu alat yang terutama
dan yang terpenting dari semua perabot-perabot dalam Tabernakel, yaitu Tabut
Perjanjian.
Tabut Perjanjian terdiri dari:
1.
Peti dari Tabut.
2.
Tutup pendamaian dengan kedua
kerub di atasnya.
Sedangkan arti rohani dari Tabut Perjanjian ialah:
1.
Takhta Allah, menunjuk; ibadah dan
pelayanan.
2.
Hubungan nikah antara Kristus,
sebagai Mempelai Pria Sorga, dengan gereja Tuhan sebagai mempelai wanita-Nya
berdasarkan kasih. Hubungan nikah, sama dengan; hubungan intim antara tubuh
dengan Kepala, gereja dengan Kristus, mempelai wanita dengan Mempelai Laki-Laki
Sorga.
2 Korintus 12: 4
(12:4)
ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak
terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Pada saat Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga,
di situ “ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh
diucapkan manusia”, inilah yang disebut logat ganjil atau bahasa roh atau
bahasa lidah.
Singkatnya: Hubungan intim antara tubuh dengan kepala,
yang disebut dengan nikah suci, akan menghasilkan nyanyian baru, yaitu logat
ganjil atau bahasa roh.
Sekilas kita melihat di sini, yang dihasilkan itu
hanyalah logat ganjil atau bahasa roh, tetapi nanti kalau kita perhatikan, ini
adalah sesuatu yang dahsyat sekali.
Gereja Tuhan harus dengan tegas mempertahankan nikah
sucinya. Kenajisan dan hal-hal yang tidak suci, jangan sampai tersirat di dalam
hati dan pikiran. Ini yang sedang kita perjuangkan, sebab hasil dari nikah suci
adalah nyanyian baru (logat ganjil, bahasa roh), dan ini bukanlah perkara
kecil, bukan perkara biasa.
Dapat kita simpulkan: Penyataan-penyataan Allah adalah
Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel yang membawa kita masuk
dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna atau terwujudnya kesatuan tubuh,
dan kelak kita akan berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, sesuai Wahyu 19:
6-8.
Inilah penyataan Allah yang harus disampaikan kepada
gereja Tuhan (sidang jemaat Tuhan) di hari-hari ini, karena Pengajaran Mempelai
dalam Terangnya Tabernakel dengan sistematis dan sangat efektif membawa gereja
Tuhan masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi suatu
kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, itulah yang disebut tubuh mempelai, kelak
berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan
rohani kita di atas muka bumi ini.
Maka saudara harus bahagia dan bangga kepada Tuhan
Yesus, sebab di tengah ibadah pelayanan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon ada
penyataan-penyataan Allah yang kita peroleh dari Tuhan, sebagaimana yang
diterima oleh Rasul Paulus, diberitakan kepada jemaat di Korintus.
2 Korintus 11: 2
(11:2)
Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah
mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan
suci kepada Kristus.
Rasul Paulus mempertunangkan sidang jemaat di Korintus
kepada satu laki-laki untuk membawa mereka sebagai perawan suci kepada Kristus.
Itulah kuasa dari Pengajaran Mempelai dalam Terangnya
Tabernakel; membawa gereja Tuhan masuk di dalam pembentukan tubuh Kristus yang
sempurna, menjadi tubuh mempelai bagi Kristus, Dialah Kepala, Mempelai
Laki-Laki Sorga.
Jadi, Pengajaran Mempelai sangat efektif dan sistematis
sekali membawa kita sebagai perawan suci kepada Kristus, Kepala Gereja,
Mempelai Laki-Laki Sorga. Inilah satu-satunya ajaran yang membawa gereja Tuhan
untuk masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna. Ajaran lain tidak
membawa kepada pembentukan tubuh Kristus yang sempurna. Apakah Tuhan masih
kurang baik kepada kita semua?
Jangan hitung-hitungan dengan tenagamu, pikiranmu, waktumu,
materimu (segala pengorbanan) sebab itu semua dari pada-Nya.
Lebin rinci tentang: PERAWAN SUCI.
Wahyu 14: 1, 3
(14:1)
Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi
mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan
takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang
dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu
orang yang telah ditebus dari bumi itu.
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut
menyanyikan suatu nyanyian baru, menunjuk; logat ganjil atau bahasa roh, yang
merupakan hasil dari hubungan intim atau hubungan nikah yang suci antara sidang
jemaat dengan Tuhan.
Kalau hubungan intim atau nikah yang suci ini kita
pertahankan dengan cara menyangkal diri dan memikul salibnya, untuk ukuran
dunia; kita disebut orang bodoh, bahkan kita disebut orang gila, dan kita
menjadi manusia asing bagi mereka.
Itu sebabnya tadi saya katakan: Logat ganjil, bahasa
lidah bukanlah suatu perkara ringan, itu adalah sesuatu hal yang sangat dahsyat
sekali.
Lihat manusia daging; sebentar begini, sebentar begitu.
Sebentar hidup benar, sebentar kebenaran dilepaskan demi dosa kejahatan dan
dosa kenajisannya, sehingga tidak menjadi suatu kehidupan yang dahsyat di mata
Tuhan.
Wahyu 12: 1-2
(12:1)
Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari
dua belas bintang di atas kepalanya. (12:2)
Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak
melahirkan ia berteriak kesakitan.
Perempuan itu sedang mengandung, berarti; ada hubungan
intim, yaitu nikah yang suci. Tidak mungkin perempuan ini mengandung kalau
tidak ada hubungan intim, yaitu nikah suci.
Itu sebabnya, di sini dikatakan: “tampaklah suatu tanda besar di langit” Jadi, penampilan dari
mempelai perempuan itu adalah suatu tanda besar di langit, dahsyat dan luar
biasa. Mengapa? Karena perempuan itu sedang mengandung, berarti ada hubungan
intim, menghormati nikah suci.
Setiap individu, harus menghormati nikahnya (hubungan
intim dengan Tuhan). Jangan permainkan perasaan Tuhan. Jangan buat susah hati
Tuhan. Hormatilah nikah suci, sebab lewat hubungan intim inilah, mempelai
perempuan akan mengandung.
Wahyu 12: 4-5
(12:4)
Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan
melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang
hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan
itu melahirkan-Nya. (12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan
semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa
lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Singkatnya; perempuan itu melahirkan Anak laki-laki.
Anak laki-laki, menunjuk; manusia asing yang akan
menggembalakan semua bangsa dengan gada besi.
Manusia asing itu sama seperti logat ganjil, bahasa
roh, tidak sama dengan manusia duniawi. Maka kalau kita
pertahankan hubungan intim dengan Tuhan, mempertahankan nikah suci dengan cara
menyangkal diri dan memikul salibnya, maka di mata manusia duniawi; kita ini
orang bodoh, kita ini adalah orang gila, kita dianggap asing oleh mereka.
Itu sebabnya, Anak yang dilahirkan oleh mempelai
perempuan adalah manusia asing, tidak sama dengan manusia duniawi.
Kalimat berikutnya; “Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu,
untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya”
“Nya” di
sini, itu menunjuk; pribadi dengan tabiat Tuhan, tidak sama dengan manusia
duniawi, itulah yang dilahirkan oleh mempelai perempuan. Mengapa? Karena
kandungan itu adalah hasil dari hubungan intim dengan Tuhan, hasil dari nikah
suci.
Selanjutnya, Anak yang dilahirkan itu akan “menggembalakan semua bangsa dengan gada besi.”
Gada besi, menujuk kepada; pengajaran firman yang
keras.
Inilah yang kita butuhkan di hari-hari terakhir ini,
jangan lari dari kenyataan. Kalau ada tegoran, ada koreksi Firman, jangan
bersungut-sungut. Memang pada akhirnya, Anak yang dilahirkan ini akan
menggembalakan semua bangsa. Pendeknya, Anak yang dilahirkan itu adalah:
Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Bukankah tadi kita sudah melihat, bahwa; Pengajaran
Mempelai akan membawa kita dengan sistematis masuk dalam kesatuan tubuh? Maka
Anak yang dilahirkan ini pun akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi,
itulah Pengajaran Firman yang begitu keras, yang mengoreksi kesalahan.
Tidak berhenti sampai di situ: “tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke
takhta-Nya.”
Berarti; pemerintahan atas bumi, pemerintahan atas
dunia ini telah dipegang oleh Allah. Puji Tuhan...Haleluya, Hosana bagi sang
Raja, diberkati Dia yang datang dalam nama Tuhan.
Wahyu 11: 15
(11:15)
Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah
suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia
dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah
sebagai raja sampai selama-lamanya."
Ketika malaikat yang ketujuh meniup sangkakala yang
ketujuh, maka pada saat itulah pemerintahan atas dunia ini dipegang oleh Tuhan
kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai
selama-lamanya. Puji Tuhan...Haleluya.
Hari-hari ini nikah suci sedang diperhatikan oleh
Tuhan. Jadi, jangan marah ketika nikah kita dikoreksi dan disorot oleh Tuhan,
sebab hasil dari nikah suci itu melahirkan manusia dengan tabiat Tuhan.
Lebih jauh kita akan melihat; NIKAH SUCI, hubungan intim
antara tubuh dengan Kepala.
Wahyu 14: 4
(14:4)
Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan,
karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah
orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus
dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba
itu.
Mereka (144.000 orang) “murni sama seperti perawan”, bukankah ini adalah usaha dari Rasul
Paulus kepada jemaat di Korintus untuk mempertunangkan mereka kepada satu
laki-laki, dengan jalan membawa jemaat di Korintus sebagai perawan suci kepada
Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.
Kemudian, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu)
orang tersebut tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan.
Perempuan-perempuan yang dimaksud di sini adalah
perempuan-perempuan yang terdapat dalam kitab Wahyu, antara lain;
1. Perempuan Izebel.
2. Perempuan Babel.
Sekarang kita akan melihat tentang: Tidak mencemarkan
diri dengan PEREMPUAN IZEBEL.
Artinya; menolak ajaran Izebel, tidak menerima ajaran
Izebel, sekalipun Izebel mengaku dirinya sebagai nabiah.
Jika tidak mencemarkan diri dengan perempuan Izebel:
berarti, senantiasa menempatkan Kristus, sebagai Kepala, dengan demikian;
kedudukan gereja Tuhan ada dalam tanda ketundukannya kepada Kristus.
Tunduk, berarti; pasrah dengan kepatuhan, terhadap
keputusan-keputusan yang dari Tuhan, dengan kata lain; taat, setia,
dengar-dengaran. Itulah kedudukan dari gereja Tuhan (perempuan).
Bandingkan dengan mereka yang mencemarkan diri dengan
ajaran Izebel.
Wahyu 2: 20
(2:20)
Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut
dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya
berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Izebel mengajar sehingga menyesatkan hamba-hamba Tuhan,
tujuannya;
1.
Berbuat zinah.
2.
Makan persembahan-persembahan berhala.
Dengan kata lain; tidak menempatkan Kristus, sebagai
Kepala.
Seringkali kita ingin menyatakan kebenaran diri
sendiri, tetapi tanpa sadar kita sedang mengajari, menggurui suami. Sidang
jemaat juga seringkali ingin memberikan yang terbaik, memberi tahu yang benar,
tetapi tanpa sadar dia sedang mengajar gembalanya, dia tidak menempatkan
Kristus, sebagai Kepala, dan kalau semua sidang jemaat seperti itu, maka
susahlah penggembalaan.
Hati-hati, kita harus semakin terbuka dengan firman,
supaya kita tahu kondisi nikah yang suci di hadapan Tuhan, supaya betul-betul
kita menempatkan Kristus, sebagai Kepala.
Kita akan melihat; SURAT TAHBISAN.
1 Timotius 2: 11
(2:11)
Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh.
“Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima
ajaran dengan patuh”, tetapi Izebel; justru mengajar dan menyesatkan
hamba-hamba Tuhan, karena mengaku dirinya adalah seorang nabiah.
Apa artinya mengaku diri nabiah? Mengaku diri lebih
baik, lebih benar, lebih suci, sehingga ketika melihat sang suami salah, dia
menggunakan kebenaran diri untuk mengajar suami.
Ketika melihat kekurangan gembala sidang, maka jemaat
mengajar gembala sidang, itulah praktek yang terjadi apabila mengaku diri
sebagai nabiah; karena yang dilakukan kepala salah, maka sang istri koreksi,
tetapi sebetulnya tubuh sedang mengajar kepala.
Banyak anak Tuhan yang belum memahami hal semacam ini. Itu
sebabnya, kedudukan dari seorang mempelai perempuan sudah seharusnya berada
dalam tanda ketundukannya, yaitu rambut yang panjang, tidak perlu
dikepang-kepang, yaitu sebentar begini, sebentar begitu. Kemudian,
perhiasan tidak datang dari cincin emas, bukan dari pakaian yang indah-indah,
tetapi perhiasan yang Tuhan mau adalah ketundukan, patuh pada ajaran/taat
kepada firman.
Maka seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima
ajaran dengan patuh sebab Kristus adalah Kepala.
1 Timotius 2: 12
(2:12)
Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah
laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.
Dengan jelas Tuhan berkata:
- tidak mengizinkan perempuan mengajar,
- tidak mengizinkannya memerintah laki-laki,
dan jangan gunakan alasan bahwa dia seorang nabiah,
jangan gunakan alasan bahwa dia tahu yang benar, sehingga ketika sang kepala
(suami) salah, dia langsung mengajar dan mengoreksi dan lain sebagainya.
Tidak sedikit suami, terkhusus hamba-hamba Tuhan
(gembala-gembala), mati stress karena
kelakuan isterinya; di mana suami menghendaki isteri menjadi panutan bagi
sidang jemaat, serta menopang di dalam pelayanan, tetapi suami tidak
mendapatkannya.
Tuhan tidak mengizinkan perempuan mengajar dan
memerintah laki-laki, sebaliknya; “hendaklah
ia berdiam diri”.
Jangan ada roh merasa seorang nabiah. Jangan miliki roh
merasa diri benar, sehingga ketika sang suami salah, dia langsung cepat-cepat
koreksi dengan cara mengajar, hal itu akan menimbulkan huru hara, dan berbagai
polemik.
Perhatikanlah hal ini dengan baik. Ini adalah firman
Tuhan, benar-benar firman Tuhan. Jangan saudara anggap saya memalsukan firman.
1 Korintus 14: 34
(14:34)
Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan
harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak
diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti
yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.
Perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam setiap
pertemuan-pertemuan ibadah.
Perempuan tidak boleh mengajar laki-laki dalam nikah.
- Nikah
terkecil adalah rumah tangga.
- Nikah yang
lebih besar adalah penggembalaan.
Syaratnya: Jangan mengaku diri nabiah, jangan merasa
diri lebih benar dan lebih suci.
Kedudukan seorang perempuan sudah harus berada dalam
tanda ketundukan; “taat, setia, dengar-dengaran”, patuh pada semua
keputusan-keputusan Tuhan. Hal ini bukan saja berlaku dalam hukum Taurat,
tetapi di dalam penggenapan hukum Taurat itu terlebih utama.
Bukalah hati lebar-lebar terhadap pemberitaan ini,
jangan menutup hati untuk pemberitaan firman, jangan membatu, sadari diri,
jangan mengeraskan hati.
Di dalam nikah; perempuan harus berdiam diri seperti Yakub
seorang yang tenang, tinggal diam di dalam kemah (rumah Tuhan), namun bukan
berarti Tuhan tidak mengasihi kita. Walaupun berdiam diri, Tuhan tetap
mengasihi. Justru di situlah timbul kasih itu, kasih yang luar biasa mulai kita
rasakan, maka tidak boleh ada kepalsuan dalam nikah.
Berdiam diri, berarti; menundukkan diri, sama dengan;
menempatkan Kristus, sebagai Kepala, dan sesungguhnya “mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara”, apalagi memiliki
pemikiran seorang nabiah.
1 Korintus 14: 35
(14:35)
Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada
suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara
dalam pertemuan Jemaat.
Perempuan itu tidak mengajar, tetapi menerima ajaran
dengan patuh. “Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam
perkumpulan ibadah.”
Perempuan semacam ini menjadi perempuan yang;
- tidak
mempermalukan Tuhan,
- tidak
mempermalukan Kristus, sebagai Kepala (Suami),
- dan tidak
mempermalukan martabatnya sebagai perempuan (sebagai gereja Tuhan).
1 Korintus 11: 3
(11:3)
Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari
tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki
dan Kepala dari Kristus ialah Allah.
Gereja Tuhan harus mengetahui hal ini, yaitu:
1. Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah
Kristus,
2. kepala
dari perempuan ialah laki-laki,
3. Kepala dari Kristus ialah Allah.
Artinya; kita harus tahu kedudukan kita sebagai gereja
Tuhan, berarti tunduk kepada Kristus sebagai Kepala.
Kalau gereja Tuhan mengetahui kedudukannya, maka dia
tahu siapa yang menjadi kepala. Tetapi banyak orang Kristen, umat Tuhan tidak
mengerti siapa yang menjadi kepala.
1 Korintus 11: 4-5
(11:4)
Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang
bertudung, menghina kepalanya. (11:5)
Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang
tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang
dicukur rambutnya.
Baik laki-laki maupun perempuan harus tahu kepala.
- Laki-laki yang berdoa
atau bernubuat dengan kepala bertudung (berambut panjang), ia menghina kepala,
sama dengan; tidak tunduk. Sebab itu laki-laki tidak boleh berambut panjang,
laki-laki harus tetap tunduk kepada Kristus, sebagai Kepala.
- Perempuan yang berdoa
atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab
itu perempuan tidak boleh pakai kerudung, sama dengan perempuan yang dicukur
rambutnya.
Artinya; harus terlihat ketundukan isteri
kepada suami, bukan serta merta mengaku diri sebagai nabiah, lalu mengoreksi,
memimpin, dan mengajar sang suami.
Baik saat berdoa maupun bernubuat, harus tetap berada dalam tanda
ketundukan.
Dengan berkata: “Kalau
bukan saya yang mengoreksi kamu, siapa lagi yang mengoreksi kamu?”, isteri
semacam ini adalah neraka dalam rumah tangga, tetapi berbahagialah kalau
suami-suami bertahan dengan bahasa seperti ini. Baik juga kepada pemirsa,
hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti live
streaming, bertahanlah dalam kebenaran walaupun mungkin dalam keadaan susah
hati.
- Suami (laki-laki)
dalam hal “berdoa” dan “bernubuat”, tetap berada dalam ketundukan
kepada Kristus, sebagai kepala.
- Isteri (perempuan)
dalam hal “berdoa” dan “bernubuat”, tetap berada dalam ketundukan
kepada suami (kepala).
Apapun tugas kita, baik sebagai suami maupun sebagai
isteri, sudah seharusnya dalam keadaan tunduk, tidak mengaku diri sebagai orang
benar (nabi), lalu hal itu dijadikan sebagai alasan mempersalahkan dan
mengoreksi orang lain.
Itu sebabnya, kita harus mengetahui; siapa yang menjadi
laki-laki, siapa yang menjadi kepala.
Wahyu 2: 20
(2:20)
Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang
menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat
zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Jika gereja Tuhan tidak menempatkan Kristus, sebagai
Kepala, maka kedudukannya tidak berada dalam tanda ketundukan. Pendeknya, akan berzinah
dan makan persembahan berhala.
- Berzinah, sama
dengan; menduakan Tuhan dalam segala perkara, mengutamakan (menomor satukan)
perkara-perkara lahiriah dari pada Tuhan.
- Makan
persembahan berhala, artinya;
1. Hidup menurut kebenaran diri sendiri.
2. Keras hati (tidak mau berubah).
3. Kebenaran yang dihasilkan oleh dusta.
Itulah mengenai ajaran Izebel, seorang perempuan yang
mengaku sebagai seorang nabiah.
Sekarang kita akan melihat tentang: Tidak mencemarkan
diri dengan PEREMPUAN BABEL.
Artinya; tidak mencemarkan dirinya dengan
percabulan-percabulan dari perempuan Babel.
Wahyu 17: 4
(17:4) Dan
perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas,
permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan
segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
Di tangan perempuan Babel itu ada suatu cawan emas berisi
penuh dengan:
- segala kekejian,
- dan kenajisan oleh percabulannya.
Jadi, akan terjadi nanti kekejian dan kenajisan karena
percabulan dari perempuan Babel.
Wahyu 17: 5
(17:5) Dan
pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel
besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi."
“pada dahinya
tertulis suatu nama, suatu rahasia”, berarti; tidak bisa dilihat mata
jasmani (mata telanjang), hanya dapat dilihat oleh mata batin.
Maka kalau saat ini Tuhan melihat di dalam pemikiran
ada sesuatu yang tidak beres, tidak perlu harus berontak, karena itulah
kekuatan dari Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel. Jadi, jangan saudara
pikir saya mengada-ada.
Apa nama itu? Nama itu adalah “Babel besar”,
menunjukkan bahwa dia adalah:
1. ibu dari wanita-wanita
pelacur.
2. ibu dari
kekejian bumi.
Wanita-wanita pelacur, menunjuk;
kehidupan yang betul-betul dikuasai dengan roh kenajisan, baik tubuh, jiwa dan
rohnya. Kemudian, perempuan Babel disebut juga ibu dari kekejian bumi.
Kekejian di bumi ini kelak akan terjadi, akan tergenapi, dan itu tidak lama
lagi.
Kita lihat; KEKEJIAN.
Daniel 12: 11
(12:11)
Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian
yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari.
Pada saat korban sehari-hari dihentikan, lalu
ditegakkanlah dewa-dewa kekejian, tujuannya adalah: untuk membinasakan dan hal
itu berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun, berarti saat antikris
berkuasa.
Daniel 9: 27
(9:27)
Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama
satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban
sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan
datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan
itu."
Pada pertengahan tujuh masa, yaitu 3.5 (tiga setengah)
tahun yang kedua, pembinasa keji menghentikan korban sehari-hari, yaitu korban
santapan dan korban sembelihan.
- “Korban santapan”, menunjuk; firman
Allah, sebagai makanan rohani.
Dan itu akan tergenapi sesuai Amos 8:
11-12, demikianlah firman Tuhan Allah, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan
makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan”.
Dan oleh karenanya; Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah
dari utara ke timur untuk mencari firman Tuhan, tetapi tidak mendapatnya.
Akhirnya, manusia menjadi salah kaprah di
dalam hal mencari firman Tuhan.
Ø mengembara
dari laut ke laut, ujung-ujungnya bertemu dengan antikris.
Ø menjelajah
dari utara ke timur, ujung-ujungnya bertemu dengan nabi palsu dan
guru-guru palsu dengan ajaran palsu.
Inilah
kekejian yang dimaksud. Maksudnya; anak-anak Tuhan akan berbuat cabul dengan
dia (nafsu rendah).
Nafsu
rendah, seperti Esau; hanya demi semangkok kacang merah, dia menjual hak
kesulungan, meninggalkan dan melepaskan ibadah pelayanan hanya demi perut,
hanya demi perkara-perkara lahiriah, terhadap orang seperti inilah kekejian itu
berlaku.
- “Korban sembelihan”, menunjuk; ibadah dan
pelayanan.
Saat kita mengusahakan dan memelihara
ibadah pelayanan ini, tentu kita akan mempersembahkan korban sembelihan kepada
Tuhan, yaitu; “jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk”, itu akan
kita alami untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
Tetapi saat pembinasa keji berdiri di
tempat kudus; ibadah pelayanan yang disertai dengan sangkal diri dan pikul
salib, juga tidak ada lagi. Maka suatu kesempatan bagi kita untuk menyangkal
diri dan memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan pada saat ini, dan itu
merupakan perpanjangan kemurahan hati Tuhan. Jangan sampai kita keliru dalam
melayani Tuhan.
Yang Tuhan mau dari diri kita masing-masing
dalam melayani pekerjaan Tuhan adalah “jiwa yang hancur, hati yang patah dan
remuk.” Berarti jika tanpa korban sembelihan di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan, Tuhan tidak melihat jiwa yang hancur, juga tidak melihat hati
yang patah dan remuk, dengan lain kata, tidak ada yang indah, tidak ada yang
elok yang Tuhan lihat dari diri kita.
Maka jika korban sembelihan ini kelak
dihentikan, dan kita mencarinya, itu sudah tidak ada artinya, sudah habis
kesempatan.
Orang yang mau hidup beribadah; sangkal
diri, pikul salib, jiwa hancur, hati patah dan remuk. Kesempatan yang luas ini
harus kita manfaatkan dengan baik, jangan lari dari kenyataan, itu yang Tuhan
mau, yang Tuhan tuntut dari diri kita masing-masing.
Saya tahu, jika saya menyampaikan hal ini, saya tidak
akan dibela oleh manusia yang dikuasai oleh roh najis, pasti dia menjadi musuh
saya, setan tidak akan menyukainya, tetapi itu tidak mengapa, itu sudah resiko,
sebab saya peduli dengan jiwa saudara.
Kita bersyukur kepada Tuhan, sebab Tuhan Yesus baik.
Tuhan peduli dengan jiwa-jiwa kita masing-masing. Sesungguhnya, tiada yang
pantas untuk kita persembahkan, dan tidak ada yang elok dari diri kita, “selain
mempersembahkan jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk.”
Wahyu 17: 6
(17:6)
Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah
saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran.
“perempuan itu
mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus”,
demikianlah kalau orang-orang itu mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan Babel, sehingga ketika itu terjadi, Rasul Yohanes betul-betul
terheran-heran dalam penglihatan tersebut.
Lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci
ini, kita mendapat suatu pelajaran yang indah, dan sungguh menarik, lewat
seorang pribadi Rut, yang kepadanya diberi jaminan, serta dibekali oleh Boas,
dan oleh karena itulah “dia sujud menyembah dengan muka sampai ke tanah”,
sebagai tanda ketundukan dan tanda kedewasaan Rut di hadapan
Tuhan.
Dewasa, berarti; telah meninggalkan sifat kanak-kanak
dan telah akil balig. Jangan seperti kanak-kanak lagi, segera tinggalkanlah
sifat kanak-kanak.
Salah satu sifat kanak-kanak adalah berkata-kata
seperti kanak-kanak, itulah hamba Tuhan (gembala sidang) di dalam hal
menyampaikan firman dengan menggunakan semua bahasa manusia sampai kepada
bahasa malaikat (bahasa intelektual, bahasa tinggi-tinggi), tetapi tidak
memiliki kasih = “gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing”,
yang adalah alat musik yang tidak berjiwa.
Kalau hanya menggunakan bahasa intelektual, namun tanpa
penyataan Allah (tanpa firman Pengajaran Mempelai), dia adalah hamba Tuhan
yang tidak berjiwa, dia tidak peduli dengan orang yang papah, orang yang susah,
orang yang hina karena dosanya.
Seharusnya kita patut bersyukur kalau penyataan Allah
disampaikan di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, supaya kita semakin mengerti
rencana Tuhan dalam setiap kehidupan kita, dalam ibadah, pelayanan, nikah dan
rumah tangga. Kita tahu siapa yang menjadi kepala dalam kehidupan kita
masing-masing.
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) sangat
menghormati nikan suci, “mereka betul-betul murni sama seperti perawan suci”,
karena mereka “TIDAK MENCEMARKAN DIRI TERHADAP PEREMPUAN-PEREMPUAN”, itulah Izebel
dan Babel.
- Jangan
cemarkan diri dengan perempuan Izebel, supaya Kristus tetap menjadi
Kepala, berarti kedudukan gereja Tuhan harus tetap berada dalam tanda
ketundukannya, berarti; taat, setia, dengar-dengaran. Izebel mengaku
diri sebagai nabiah; merasa diri benar, maka dengan mudah melihat kesalahan dan
mengoreksi orang lain, sehingga nikah itu seperti neraka di bumi.
- Jangan juga
mencemarkan diri dengan perempuan Babel, supaya tidak “berzinah”
dan “tidak makan persembahan berhala.”
Tuhan sangat, bahkan terlalu memperhatikan kehidupan
kita semua. Dia mengerti keadaan kita, Dia tahu seperti apa hidup, nikah, dan
rumah tangga kita. Dia tahu seperti apa ibadah dan pelayanan kita.
Tuhan sedang memperbaiki, Tuhan tidak memandang muka
dan Tuhan tidak melihat masa lalu kita semua. Yang Tuhan mau: supaya kita
melihat hari ini dan hari esok.
Berjanjilah kepada Tuhan untuk tidak mencemarkan diri
dengan perempuan Izebel, maupun perempuan Babel, melainkan mau hidup seperti
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari bumi berdiri
di atas bukit Sion, berarti mereka itulah menjadi inti dari mempelai wanita
Tuhan.
Tidak tertutup kemungkinan kita juga menjadi bagian
dari mempelai wanita, sekalipun kita bukan bangsa Israel, namun kita adalah
Israel rohani, bangsa kafir yang mendapat kemurahan dari getah akar pohon
zaitun. Sebetulnya, kita (bangsa Kafir) adalah tunas liar yang dicangkokkan
pada pohon zaitun. Kita ada dalam Tuhan, hanya oleh karena kemurahan Tuhan
saja.
Hargailah kemurahan Tuhan yang besar ini. Pikullah
salib.
Seperti pernyataan Paulus kepada Filemon: aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan
tanganku sendiri: Aku akan membayarnya -- agar jangan kukatakan:
"Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" -- karena engkau berhutang
padaku, yaitu dirimu sendiri.
Paulus memenangkan jiwa Filemon, dia mengambil dia dari
maut, seperti puntung ditarik api. Siapa yang bisa membayar harga sebuah nyawa?
Oleh sebab itu, Rasul Paulus berkata; Pikul
saja salibmu.
Menerima Pengajaran Mempelai, berarti kita sekarang
diajar untuk pikul salib, tujuannya: untuk mempertahankan nikah yang suci.
Hormatilah nikah untuk menghasilkan nyanyian baru (logat ganjil, bahasa roh),
menunjuk manusia asing, yakni; manusia dengan tabiat Tuhan.
Betapa jelasnya Tuhan menceritakan Anak yang
dilahirkan; pada saat Anak itu dilahirkan, di situlah Tuhan memegang
pemerintahan atas bumi.
Wahyu 14: 4
(14:4)
Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah
orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka
ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi
Anak Domba itu.
Sekali lagi saya katakan: 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang tersebut murni sama seperti perawan, karena “mereka tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan”, (Izebel dan Babel),
sehingga;
-
Selalu menempatkan Kristus sebagai Kepala.
-
Tidak hidup dalam perzinahan, tidak
menduakan hati Tuhan.
-
Senantiasa berkobar-kobar dalam melayani
Tuhan.
Mereka juga adalah “orang-orang
yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi”
Berarti; menyangkal diri, memikul salib, mengikut
Tuhan.
- Menyangkal diri, sama dengan; tidak
mengakui kelebihan-kelebihan, termasuk korban persembahan yang dipersembahkan,
tidak bermegah atas dirinya, selain bermegah dengan salib Kristus.
- Memikul salibnya, berarti; memikul
tanggung jawab di atas bahu. Setiap orang dipercaya untuk memikul sebuah
tanggung jawab. Yesus, Anak Allah, pernah memikul salib di atas bahunya, Dia
melakukan kehendak Allah Bapa, menjadi kehidupan yang taat, setia,
dengar-dengaran.
Ø Seorang suami
memiliki tanggung jawab sebagai suami. Berarti; mengasihi istrinya, seperti
Kristus.
Ø Seorang isteri
memiliki tanggung jawab sebagai isteri, bagaikan sidang jemaat yang
dipancangkan dalam rumah Tuhan menjadi tiang penopang dalam rumah Tuhan.
Ø Seorang anak
memiliki tanggung jawab sebagai anak untuk hormat kepada orang tua.
Ø Seorang hamba
memiliki tanggung jawab sebagai hamba yang hormat kepada tuannya masing-masing.
Yesus Kristus adalah Tuan dari hamba-hamba Tuhan.
Ø Seorang tuan
memiliki tanggung jawab sebagai tuan yang memperhatikan hamba-hambanya.
Jadi, setiap
orang memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus dipikul di atas bahunya.
Jangan bermain-main lagi di dalam hal memikul salibnya.
- Mengikut Tuhan. Hal ini penting
untuk diperhatikan; banyak anak Tuhan sepertinya beribadah dan melayani Tuhan
tetapi dia mengikuti jejak-jejak yang tidak pasti, sebab itu
ada jalan yang disangka lurus, tetapi
ujungnya menuju maut.
Tetapi biarlah kita mengikuti jejak-jejak
yang ditinggalkan oleh Tuhan. Tuhan sudah meninggalkan contoh teladan bagi
kita, dan untuk itulah kita dipanggil; supaya kita mengikuti tapak-tapak kaki
Yesus (yang berdarah) dengan tepat dan benar, maka semua dosa rontok seketika
juga.
Selanjutnya, “mereka ditebus dari antara manusia
sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba.”
Tentang korban sulung, saya teringat dengan Kain dan
Habel. Sesudah besar;
- Habel menjadi
gembala kambing domba,
- Kain menjadi
petani.
Setelah beberapa waktu lamanya, maka;
- Kain
mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Tuhan sebagai
korban persembahan;
- Habel juga
mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya,
yakni lemak-lemaknya.
Tanggapan Tuhan terhadap persembahan yang
dipersembahkan Kain dan Habel?
- Tuhan
mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
- tetapi Kain
dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.
Mengapa Tuhan tidak mengindahkan Kain dan korban
persembahannya? Sebab Kain hanya mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya;
sebagian hatinya kepada Tuhan, sebagian hati lagi kepada yang lain.
Sedangkan Habel; mempersembahkan anak sulung dari
kambing dombanya.
“Yesus adalah roti tanpa ragi, disebut juga roti
sulung”,
itu yang membuat kita menjadi hidup. Ibadah dan pelayanan ini adalah hak
kesulungan, inilah yang menjadi jaminan bagi kita untuk memperoleh hidup kekal.
Yakub bagian Tuhan, tetapi ibadah dan pelayanan ini
adalah bagian kita, itulah hak kesulungan bagi Lewi, itu jaminan hidup atas
kita masing-masing. Puji Tuhan...Haleluya..
Mari, kita belajar dari pribadi Rut; “sujud
menyembah dengan muka sampai ke tanah”, yang merupakan tanda ketundukan
dan tanda kedewasaannya.
Bukankah Tuhan sedang mendewasakan kita saat ini? Untuk
menerima pertumbuhan rohani yang sehat, oleh penyataan-penyataan dari Tuhan,
itulah Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment