KITAB RUT
(Seri: 59)
Subtema: KEMBALI KEPADA KASIH YANG SEMULA.
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, bahagia memenuhi kehidupan kita
sekaliannya.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba Tuhan yang
sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda
berada, kiranya Tuhan memberkati kita, melawat kehidupan kita, memulihkan
hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga. Sebab itu mari kita berdoa
memohon dengan rendah hati kepada Tuhan, supaya Tuhan membukakan firman-Nya
kepada kita malam ini.
Kita segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab
yang disertai dengan perjamuan suci dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan
mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat
belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini
seorang asing?"
“Lalu sujudlah Rut menyembah dengan
mukanya sampai ke tanah”
Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapatkan
jaminan dan bekal dari Boas.
Boas, menunjuk; pribadi Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus.
Sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah adalah tanda:
1.
Ketundukan
Rut.
2.
Kedewasaan
Rut.
Kita masih menyimak Rut di dalam hal kedewasaannya.
Tentang: KEDEWASAAN RUT.
Dewasa, arti rohaninya; telah meninggalkan sifat kanak-kanak atau telah
akil balig.
1 Korintus 13: 10-11
(13:10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak
sempurna itu akan lenyap. (13:11) Ketika
aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa
seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah
aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap, dan
itu sudah pasti.
Seperti pengakuan dari Rasul Paulus, yaitu: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak
itu”
Adapun sifat kanak-kanak yang dimaksud di sini ialah;
1.
Berkata-kata
seperti kanak-kanak.
2.
Merasa seperti kanak-kanak.
3.
Berpikir
seperti kanak-kanak.
Contoh MERASA
SEPERTI KANAK-KANAK.
1 Korintus 13: 2
(13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk
bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh
pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk
memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama
sekali tidak berguna.
Mempunyai kelebihan yang luar biasa dan dahsyat di dalam melayani Tuhan,
antara lain;
1.
Mempunyai
karunia untuk bernubuat.
2.
Mengetahui
segala rahasia.
3.
Memiliki
seluruh pengetahuan.
4.
Memiliki
iman yang sempurna untuk memindahkan gunung.
Tetapi jika seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan, imam-imam tidak mempunyai
kasih di dalam melayani Tuhan; ia sama sekali tidak berguna. Jadi, ukuran
berkenan atau tidaknya seorang hamba Tuhan di hadapan Tuhan, bukan diukur dari
pekerjaan yang banyak itu.
Matius 7: 15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu
yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka
adalah serigala yang buas.
Nabi-nabi palsu menyamar seperti domba, maka mereka disebut serigala
berbulu domba.
Tetapi sesungguhnya, mereka itu adalah serigala yang buas, binatang yang
buas.
Tentu Tuhan punya alasan mengatakan demikian.
Lebih jauh kita melihat; SERIGALA BERBULU DOMBA ata NABI-NABI PALSU.
Matius 7: 21-23
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan,
Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan
kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22)
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu,
dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku,
kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Di hari-hari terakhir ini, nabi-nabi palsu atau serigala berbulu domba
berseru kepada Tuhan, maksudnya:
1.
Mereka
bernubuat demi nama Tuhan.
2.
Mereka
mengusir setan demi nama Tuhan.
3.
Mereka
mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan.
Tetapi pada waktu itu, Tuhan akan berterus terang dan berkata kepada
mereka: “Aku tidak pernah mengenal kamu!”,
selanjutnya Tuhan akan berkata: “Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Berarti, melayani pekerjaan Tuhan tanpa kasih, walaupun disertai dengan
perbuatan-perbuatan ajaib dan dahsyat, sama sekali ia tidak berguna.
Itu sebabnya di atas tadi saya katakan: Ukuran berkenan atau tidak
berkenannya sebuah pelayanan di hadapan Tuhan, bukan dilihat dari pekerjaan
yang banyak disertai jerih lelah, bukan diukur dengan perbuatan-perbuatan ajaib
-- tanda heran dan mujizat -- yang
dikerjakan hamba Tuhan itu. Sekalipun ia melakukan pekerjaan yang banyak,
sekalipun disertai dengan tanda heran, tanda ajaib, dan mujizat yang luar biasa
dan dahsyat, tetapi jika ia melakukan tanpa kasih; sama sekali tidak berguna.
Tuhan akan berterus terang kepada mereka dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!”
Sebab itu; jangan kita terkecoh dengan segala perbuatan ajaib, tanda-tanda
heran yang terjadi, tidak perlu kita terkecoh dengan hal-hal yang lahiriah,
yang dahsyat dalam suatu penggembalaan, bukan itu yang menjadi suatu ukuran
berkenan atau tidaknya di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Banyak hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan atau imam-imam, merasa benar,
merasa layak di hadapan Tuhan hanya karena pekerjaan yang banyak, sebetulnya
itu adalah perasaan kanak-kanak. Ketika hamba Tuhan melayani pekerjaan
Tuhan disertai dengan tanda-tanda heran, mengusir setan demi nama Tuhan, mereka
merasa bahwa mereka berkenan dan layak di hadapan Tuhan, sebetulnya itu adalah
perasaan kanak-kanak, itu bukan perasaan dari kehidupan yang dewasa rohani. Karena melayani Tuhan tanpa
kasih, walaupun disertai dengan perbuatan ajaib; sama sekali tidak berguna.
Sekarang mari kita memeriksa; SIDANG JEMAAT DI EFESUS.
Wahyu 2: 1-3
(2:1) "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di
Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan
kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. (2:2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik
jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar
terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut
dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah
mendapati mereka pendusta. (2:3) Dan
engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal
lelah.
Tuhan memeriksa dan mengoreksi tujuh sidang jemaat, dimulai dari jemaat di
Efesus.
Secara keseluruhan, bagian luar dari jemaat di Efesus tampak istimewa,
sebab di dalam melayani pekerjaan Tuhan;
1.
Disertai
dengan jerih payah.
2.
Disertai
dengan ketekunan.
3.
Sabar
terhadap orang jahat dan sabar terhadap pendusta-pendusta.
4.
Rela
menderita karena nama Tuhan.
5.
Tidak
mengenal lelah.
Lanjut kita periksa lebih dalam.
Wahyu 2: 4
(2:4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena
engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Tetapi sayangnya di sini kita perhatikan: Tuhan mencela sidang jemaat di
Efesus, karena jemaat di Efesus telah meninggalkan kasih yang semula.
Sekali lagi saya tandaskan: Melayani pekerjaan Tuhan disertai dengan
perbuatan yang ajaib, disertai dengan jerih payah, ketekunan, kesabaran, bahkan
rela menderita karena nama Tuhan dan tidak mengenal lelah, tetapi jika tanpa
kasih; sama sekali tidak berguna, sama dengan; nol, dengan kata lain; tidak ada
hasilnya di pemandangan Tuhan.
Sidang jemaat di Efesus melakukan pekerjaan yang banyak dengan luar biasa,
tetapi pada akhirnya Tuhan mencela mereka.
Pertanyaannya: Mengapa Tuhan mencela sidang jemaat di Efesus?
Jawabnya: Sebab ternyata mereka telah meninggalkan kasih yang semula.
Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah
jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika
tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu
dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Melayani pekerjaan Tuhan tanpa kasih adalah kejatuhan yang sangat dalam
sekali.
Ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Saudara juga beribadah dan melayani Tuhan tanpa kasih Agape, itu kejatuhan
yang sangat dalam.
-
Sekalipun
saudara berjerih lelah dalam mendengar firman.
-
Sekalipun
saudara berjerih lelah di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Jika semua itu dilakukan tanpa kasih, sama sekali tidak berguna, tidak ada
hasilnya = nol.
Kita memang merasa bahwa itu luar biasa, tetapi sebetulnya kalau itu
dikerjakan tanpa kasih, hasilnya nol, sama sekali tidak berguna, berarti;
perasaan kanak-kanak, belum dewasa.
Kesimpulannya: Merasa seperti kanak-kanak itu merupakan kejatuhan yang
sangat dalam, itu bukan kejatuhan biasa.
Perjalanan bangsa Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan dibagi menjadi dua
bagian.
Perjalanan Yang Pertama: Dari Mesir sampai ke padang gurun, dituntun atau
dipimpin oleh tongkat Musa, disertai dengan banyaknya mujizat;
-
Di
mana tongkat Musa pernah berubah menjadi ular.
-
Kemudian
tongkat yang sama pernah membelah Laut Teberau, sehingga bangsa Israel berjalan
di tanah kering.
Tetapi pada akhirnya, mayat mereka bergelimpangan di padang gurun.
Pendeknya, generasi pertama tidak ada yang sampai ke tanah Kanaan / tanah
perjanjian kecuali Yosua dan Kaleb.
Pendeknya: Perjalanan yang disertai dengan mujizat, tanpa kasih, hasilnya
nol, tidak berguna.
Perjalanan Yang Kedua: Dari padang gurun sampai ke Kanaan, dituntun
oleh Tabut Perjanjian, dan akhirnya mereka tiba dengan selamat di tanah Kanaan
(tanah perjanjian), walaupun perjalanan itu ditandai dengan sengsara salib
selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun. 40 (empat puluh) tahun mereka
harus berjalan di padang gurun, berliku-liku, itu adalah perjalanan salib.
Kesimpulannya: Merasa seperti kanak-kanak sama sekali tidak berguna. Apa
buktinya? Mayat mereka bergelimpangan.
Untuk apa kita melakukan perkara yang ajaib tanpa kasih? Sama sekali tidak
berguna. Mayat-mayat bergelimpangan, tidak masuk pada perjanjian Tuhan.
Pada injil Matius 7: 15-23,
nabi-nabi palsu yang disebut serigala berbulu domba banyak mengadakan mujizat,
mereka mengusir setan, dan bernubuat demi nama Tuhan, tetapi kenyataannya:
Tuhan tidak mengenal mereka dan Tuhan mengusir mereka dari hadapan-Nya, dengan
lain kata; sama sekali tidak berguna, sama artinya; hasilnya nol.
Tetapi setelah itu, memasuki Matius
8: 1-4, di situ kita bisa melihat: Tuhan mentahirkan seorang yang sakit
kusta.
Matius 8: 4
(8:4) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan
engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah
dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa,
sebagai bukti bagi mereka."
Setelah seorang penyakit kusta ditahirkan dari kustanya, selanjutnya Yesus
berkata kepada dia: “Ingatlah, jangan
engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah
dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa,
sebagai bukti bagi mereka”
Artinya: Melayani pekerjaan Tuhan disertai dengan mujizat-mujizat dan
tanda-tanda heran, bukanlah hal yang terpenting, tetapi yang terpenting ialah
pergi dan memperlihatkan diri kepada imam untuk selanjutnya mempersembahkan
persembahan kepada Tuhan. Mempersembahkan diri kepada Tuhan, itu jauh lebih
penting.
Untuk apa kita mengadakan hal-hal yang lahiriah, tanda-tanda heran dan
mujizat, tetapi kita tidak mempersembahkan diri kita kepada Tuhan sebagai
persembahan yang hidup, kudus dan berkenan, itu semua tidak ada artinya.
Melayani tanpa kasih sama sekali tidak berguna, itu hanyalah perasaan kanak-kanak.
Yang terpenting bukan soal mujizat yang terjadi, bukan. Tetapi yang
terpenting adalah sampai akhirnya kita akan mempersembahkan tubuh kita kepada
Tuhan, itu yang terbaik, itu yang terpenting, itu yang berkenan kepada Tuhan.
-
Jangan
sampai kita capek-capek melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tanpa kasih, itu tidak
ada artinya.
-
Duduk
dengar firman berjam-jam, tetapi tanpa kasih, itu tidak ada artinya.
Bukan itu yang terpenting, tetapi yang terpenting, ialah; Tuhan berkata; “Pergilah,
perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan kepada Tuhan”
, itulah yang terpenting.
Roma 12: 1
(12:1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah
aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Mempersembahkan tubuh kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan, itu adalah ibadah yang sejati.
Lebih jauh kita melihat tetang IBADAH YANG SEJATI.
Ibrani 12: 18-24
(12:18) Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat
disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin
badai, (12:19) kepada bunyi
sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon,
supaya jangan lagi berbicara kepada mereka, (12:20) sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini:
"Bahkan jika binatang pun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan
batu." (12:21) Dan sangat
mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan
dan sangat gemetar." (12:22)
Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem
sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, (12:23) dan kepada jemaat anak-anak
sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi
semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, (12:24) dan kepada Yesus, Pengantara
perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari
pada darah Habel.
Di sini terdapat dua jenis ibadah.
1. Ayat
18-21 adalah ibadah yang
bersifat lahiriah atau ibadah Taurat, disebut dengan; gunung yang dapat
disentuh, sifatnya berubah-ubah, tidak kekal, menuju kepada kebinasaan.
2. Ayat
22-24 adalah ibadah yang
bersifat rohani, disebut dengan; bukit Sion, kota Allah yang hidup, Yerusalem
sorgawi.
Kesimpulannya: Tanda ibadah yang sejati (ibadah yang bersifat rohani) ialah
kita datang kepada:
1.
Beribu-ribu
malaikat, suatu kumpulan yang meriah.
2.
Anak-anak
sulung, berarti; namanya terdaftar di sorga.
3.
Kepada
Allah, yang menghakimi semua orang.
4.
Kepada
roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.
5.
Kepada
Yesus, Dialah Pengantara perjanjian baru.
6.
Kepada
darah pemercikan, yang lebih kuat dari darah Habel.
Enam perkara ini semuanya bersifat rohani, tidak dapat disentuh, tidak
berubah-ubah, sifatnya kekal, inilah ibadah yang sejati itu.
Diakhiri dengan ayat 24, yaitu: “dan
kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel”
Mari kita kaitkan pemercikan ini yang terjadi dalam Tabernakel, tepatnya
pada Tabut Perjanjian, yaitu; terjadi tujuh kali percikan darah di atas tutup
pendamaian dan tujuh kali percikan darah di depan (di muka) peti perjanjian.
- Tujuh
kali percikan darah di atas tutup pendamaian ialah sengsara yang dialami
Mempelai Pria Sorga bagi sidang mempelai-Nya.
- Tujuh
kali percikan darah di muka peti, itu berbicara tentang; sengsara sebagai
penyucian yang dialami oleh gereja untuk mencapai kesempurnaannya sebagai
mempelai wanita Tuhan.
Kesimpulannya; percikan darah, sengsara tanpa dosa, sebagai penyucian yang
terakhir, untuk menyempurnakan gereja Tuhan.
Jadi, semua enam perkara di atas bersifat rohani, dan yang terakhir adalah
terjadi pemercikan darah. Itulah ibadah yang sejati.
Ibrani 12: 25-26
(12:25) Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang
berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman
Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang
berbicara dari sorga? (12:26) Waktu
itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji:
"Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan
langit juga."
Beribadah di bukit Sion, itulah yang disebut ibadah yang sejati, bersifat
rohani; memberikan janji.
Ibrani 12: 28
(12:28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak
tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut
cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
Janji yang dimaksudkan di sini ialah kerajaan yang tidak tergoncangkan.
Oleh sebab itu, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut
cara yang berkenan kepada-Nya.
Janganlah kita lagi beribadah dan melayani dengan cara yang lama, yaitu
kita merasa bahwa ketika kita beribadah disertai dengan tanda-tanda heran atau
pun mujizat, beribadah dengan segala pengorbanan yang banyak, tetapi jika tanpa
kasih; sama sekali tidak berguna. Ini adalah ibadah yang pertama (ibadah
menurut hukum taurat).
Tetapi sekarang kita sudah berada di bukit Sion, di gunung Tuhan, ibadah
yang bersifat rohani; memberikan janji.
Janji yang dimaksud itulah kerajaan yang tak tergoncangkan. Oleh sebab itu,
jangan kita merasa seperti kanak-kanak, sebab bukan itu ukuran ibadah yang
berkenan, itu bukan ibadah yang sejati, tetapi mari kita mengucap syukur dan
beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya.
Praktek ibadah yang
berkenan.
Wahyu 2: 4-5
(2:4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau
telah meninggalkan kasihmu yang semula. (2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah
dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku
akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau
engkau tidak bertobat.
Prakteknya ialah kembali kepada kasih yang semula, berarti; bertobat.
Wujud nyata dari kasih yang semula ialah korban Kristus, itulah kasih yang
mula-mula, kasih Allah yang pertama kali ditunjukkan kepada manusia berdosa,
yaitu kasih yang menyangkut pengampunan dosa lewat korban Anak-Nya yang tunggal,
Yesus Kristus, yang rela tersalib menebus dosa manusia.
Tanda yang sangat terlihat di dalam diri seseorang yang mau kembali kepada
kasih yang semula adalah mau bertobat. Sebab pertama kali kasih itu dinyatakan
kepada manusia berdosa adalah ketika Yesus Kristus disalibkan, ini menyangkut
pengampunan terhadap dosa.
Mau bertobat, berarti mau bertobat dengan sungguh-sunguh, bukan bertobat
sambal. Kalau bertobat sambal; hari ini menangis, tetapi firman yang dia dengar
tidak ditindaklanjuti, tidak dilakukan.
Bertobat dengan sungguh-sungguh, berarti; betul-betul berhenti berbuat
dosa, berhenti berbuat kejahatan, berhenti berbuat sesatu yang tidak
menyenangkan hati Tuhan, tetapi biarlah kita melayani pekerjaan Tuhan disertai
dengan kasih.
Kalau melayani pekerjaan Tuhan walaupun banyak, tetapi tanpa disertai
dengan kasih; sama sekali tidak berguna, inilah perasaan kanak-kanak. Kita
merasa itu hebat, tetapi sebetulnya sama sekali tidak berguna, itulah perasaan
kanak-kanak.
Kalau seorang hamba Tuhan melayani pekerjaan Tuhan dengan segala
pengorbanan yang banyak, jangan sampai bermegah, tidak ada artinya.
Melayani pekerjaan yang banyak walaupun disertai mujizat, tanda heran,
tetapi jika tanpa kasih, itu sama sekali tidak berguna. Maka Tuhan akan
berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”, sama sekali tidak
berguna.
Kurang apa sidang jemaat di Efesus, kalau di lihat dari luarnya tampak
istimewa, tetapi kenyatannya;
- Pada
ayat 4, Tuhan mencela sidang di Efesus karena ternyata mereka meninggalkan
kasih yang semula.
- Dan
ayat 5, kejatuhan mereka sangat dalam sekali.
Jadi, melayani tanpa kasih bukanlah kejatuhan biasa, ini adalah kejatuhan
yang sangat dalam sekali.
Maka saya melihat; orang yang sudah berjerih lelah, lalu dia merasa bahwa
dia sudah berkenan, tidak, bukan itu yang menjadi ukurannya.
Mari kita berperkara kepada firman, kita bercermin kepada firman, jangan
bercermin kepada perbuatan ajaib atau perbuatan yang banyak disertai dengan
tanda heran. Bercerminlah kepada firman.
Ukuran berkenan atau tidaknya sebuah ibadah dan pelayanan adalah firman
yang sudah kita terima malam ini, bukan pengertian kita.
Maka prakteknya; bertobatlah, berarti; kembali kepada kasih semula. Mula
pertama kasih itu ditampilkan Allah kepada manusia berdosa adalah ketika
Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus menderita di atas kayu salib.
Jadi, orang yang kembali kepada kasih yang semula, wujudnya adalah
bertobat; berhenti berbuat dosa, tidak lagi mengulangi secara lahir batin.
Pendeknya: Orang yang menerima pengampunan dosa adalah orang yang bertobat.
Kesimpulannya: Bertobat adalah praktek kasih mula-mula yang paling
gampang dilihat oleh mata.
Kita sejenak melihat injil Lukas 7.
Lukas 7: 47
(7:47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya
yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat
kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat
kasih."
Dosa yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih.
Mari kita melihat ayat 37-39.
Lukas 7: 37-39
(7:37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal
sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang
makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam
berisi minyak wangi. (7:38) Sambil
menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi
kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia
mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. (7:39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu,
ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan
orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan
itu adalah seorang berdosa."
Di sini kita melihat ada dua pribadi.
Pribadi yang pertama ialah perempuan
yang terkenal sebagai seorang berdosa.
Dia datang di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu melakukan tiga tindakan:
1.
Membasahi
kaki-Nya dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya.
2.
Mencium
kaki-Nya.
3.
Meminyaki
kaki Yesus dengan minyak wangi.
Tetapi di sisi lain, yaitu pribadi
Simon si kusta, berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan
yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang
berdosa”
Memang Simon si kusta telah menjamu Yesus, Anak Allah, bersama-sama dengan
murid-murid, di dalam rumahnya, dia memberi makan dan minum, tetapi dia punya
perasaan seperti kanak-kanak. Dia tidak melihat bahwa perempuan yang terkenal
berbuat dosa ini telah bertobat, dia kembali kepada kasih yang semula. Pada
saat dia kembali pada kasih yang semula, dia banyak berbuat kasih, karena dosa
yang banyak itu telah diampuni, sehingga ia banyak berbuat kasih. Tetapi di
sisi lain, Simon si kusta merasa seperti kanak-kanak, karena dia berpikir
dengan perbuatan yang banyak itu dia berkenan kepada Tuhan.
Tuhan tegur perasaan kanak-kanak, Tuhan mau ubahkan kehidupan kita supaya
kita meninggalkan sifat kanak-kanak dan tidak lagi merasa seperti kanak-kanak.
Kedewasaan Rut telah dipaparkan dengan demikian rupa, dan biarlah kiranya
kita saat ini lewat pemaparan ini, kehidupan kita betul-betul dibawa kepada tingkat kedewasaan.
Biarlah kita datang kepada Tuhan, ke gunung Sion, ke kota yang kudus, dengan
mengucap syukur dan disertai dengan ibadah yang berkenan.
Ibadah yang berkenan, ibadah yang bersifat rohani, di dalamnya semua
perkara-perkara rohani, sampai yang terakhir tadi; terjadi tujuh kali percikan
darah. Datanglah kita beribadah ke bukit Sion dengan ucapan syukur, dengan
ibadah yang berkenan kepada Tuhan, bukan lagi ibadah dengan cara-cara
manusiawi, merasa seperti kanak-kanak, sebab ibadah yang pertama tidak
berkenan.
Sebab kalau kita perhatikan Ibrani 12, ibadah yang pertama itu
apabila binatang datang menyentuh gunung itu, akan dilempari dengan batu.
Sangat mengerikan pemandangan pada waktu itu.
Tetapi sekarang kita datang beribadah ke bukit Sion, ibadah yang bersifat
rohani, semua bersifat rohani, itulah ibadah yang sejati, maka kita akan
menerima janji, itulah kerajaan yang tak tergoncangkan itu, karena kita sudah
meninggalkan sifat kanak-kanak, tidak lagi merasa seperti kanak-kanak.
Simon si kusta merasa seperti kanak-kanak, dia merasa lebih baik, lebih
berkenan dari pada perempuan yang terkenal berbuat dosa, tetapi kenyataannya:
Tuhan mengukur kehidupan kita lewat firman Allah yang sudah kita dengar malam
ini.
Lukas 7: 40-46
(7:40) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada
yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah,
Guru." (7:41) "Ada dua
orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima
ratus dinar, yang lain lima puluh. (7:42)
Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang
itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" (7:43) Jawab Simon: "Aku kira dia
yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya:
"Betul pendapatmu itu." (7:44)
Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon:
"Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan
Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata
dan menyekanya dengan rambutnya. (7:45)
Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya
mencium kaki-Ku. (7:46) Engkau tidak
meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak
wangi.
Perempuan yang terkenal berbuat dosa, banyak berbuat kasih karena dosanya
yang banyak itu telah diampuni oleh Tuhan.
Mari kita kembali kepada kasih yang semula. Mula pertama Allah menampilkan
kasih-Nya di atas kayu salib, dan Yesus, Anak Allah, rela memberikan
pengampunan terhadap dosa itu.
Tuhan mau lihat kerelaan hati kita sekarang, seperti Yesus rela di dalam
hal menampilkan kasih yang semula. Mari kita kembali kepada kasih yang semula
dengan segala kerelaan hati. Jangan tanggung-tanggung dalam mengikuti Tuhan,
jangan setengah hati dalam melakukan pekerjaan Tuhan, harus dengan segenap
hati. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel
U. Sitohang
No comments:
Post a Comment