IBADAH RAYA MINGGU, 25 AGUSTUS 2019
KITAB WAHYU PASAL 11
(Seri: 03)
Subtema: BAIT SUCI ALLAH YANG DIUKUR
Shalom.
Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera dan
bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita, memenuhi tempat perhimpunan ibadah
kita ini.
Saya juga tidak lupa menyapa
anak-anak Tuhan, umat Tuhan, dan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet Youtube, Facebook, di manapun anda berada.
Selanjutnya mari kita dengan
rendah hati memohon supaya Tuhan bukakan firman-Nya bagi kita, sehingga ibadah
dan pelayanan yang kita kerjakan ini tidak menjadi sia-sia, air mata
pengorbanan tidak menjadi sia-sia.
Segera saja kita memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Kitab Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian diberikanlah
kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan
kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah
dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Perhatikan kata-kata yang berikut:
“Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah
dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya”
Sedangkan alat yang digunakan
sebagai pengukur ialah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas
ini menunjuk kepada Firman Allah. Berarti, perasaan serta pikiran, hati manusia,
bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai alat
ukur, apalagi untuk hal-hal yang rohani atau perkara Ilahi, selain firman Allah
yang kekal, inilah tongkat atau buluh pengukur yang sejati.
Pada minggu yang lalu, tongkat
atau buluh pengukur tersebut telah diterangkan. Kita sudah menerima pemaparan
tentang sebatang buluh, sebagai tongkat pengukur rupanya, dan semuanya masih
teringat dengan jelas tentang apa yang saya sampaikan minggu lalu.
Sekarang kita akan melihat; Tiga
hal yang diukur oleh firman Allah (buluh pengukur).
1.
Bait Suci Allah.
2.
Mezbah.
3.
Mereka yang beribadah
di dalamnya.
Selanjutnya marilah kita berdoa
dengan segala kerendahan hati untuk dapat melihat tentang tiga hal yang diukur
oleh buluh pengukur tersebut.
I. BAIT SUCI ALLAH.
Di sini kita melihat, Tuhan
terlebih dahulu mengukur Bait Suci Allah.
Pertanyaannya: Siapakah yang dimaksud dengan Bait Suci
Allah tersebut?
Dengan sederhana kita akan
mendapat jawaban dalam 1 Korintus 3: 16.
1 Korintus 3: 16
(3:16) Tidak tahukah kamu,
bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam
kamu?
Yang dimaksud dengan Bait Allah
ialah kehidupan dari setiap pribadi umat Tuhan itu sendiri.
Kegunaan atau fungsi dari Bait
Allah ialah tempat Roh Allah berdiam.
Jelas ini menunjuk suatu kehidupan yang rohani atau manusia rohani, bukan lagi manusia duniawi. Sebab Roh Allah tidak
mungkin berdiam di dalam kehidupan yang masih mempertahankan sifat manusia
duniawi.
Biarlah kita terus berjuang
melawan roh jahat dan roh najis, karena kita adalah Bait Allah, tempat Roh
Allah berdiam. Pertahankan Roh Allah itu, karena Roh Allah adalah sesuatu yang
berharga di dalam Bait Allah. Jangan karena sesuatu yang tidak suci, kita
kehilangan sesuatu yang paling berharga dan mulia.
Saya tambahkan sedikit:
seindah-indahnya Kerajaan Sorga tidak ada artinya kalau suatu takhta tidak
terdiri di dalamnya. Demikian halnya kehidupan manusia sebagai Bait Allah;
sekalipun mempunyai kedudukan yang tinggi, jabatan yang tinggi, pendidikan yang
tinggi, punya harta dan kekayaan yang banyak, tetapi kalau sebuah takhta tidak
terdiri di dalamnya, kehidupan semacam ini tidak ada artinya.
Itu sebabnya saya katakan: Harta
yang berharga di dalam Bait Allah ialah Roh Allah itu sendiri.
Itu harus dipahami dengan baik.
Kalau memang itu benar, berlakulah bijaksana, bersikaplah bijaksana,
berpikirlah bijaksana demi terwujudnya pembangunan tubuh Kristus.
1 Korintus 3: 3-4
(3:3) Karena kamu masih
manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan
bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu
hidup secara manusiawi? (3:4) Karena
jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan
yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal
itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
Manusia duniawi hidup secara
manusiawi atau hidup menurut keinginan-keinginan daging yang jahat, dengan lain
kata, Bait Allah (hidup) dibangun di atas dasar manusia daging.
Akibat yang terjadi kalau Bait
Allah dibangun di atas dasar manusia daging: ada iri hati dan ada
perselisihan.
Di dalam kehidupan manusia rohani
tidak mungkin ada iri hati, tidak mungkin ada perselisihan, jikalau Roh Allah
berdiam di dalam Bait Allah itu.
Iri hati dan perselisihan adalah
sebuah tanda adanya perpecahan, atau belum terwujudnya kesatuan tubuh, dan itu
bisa dilihat dari pengakuan mereka:
-
Ada yang mengaku dari golongan
Paulus.
-
Ada yang mengaku dari golongan
Apolos.
Seolah-olah anggota tubuh itu
terpecah-pecah, terkotak-kotak, karena golongan ini dan golongan itu.
Ketika terjadi perpecahan, ketika
terjadi pengkotak-kotakan karena mengikuti golongan ini atau golongan itu, maka
Rasul Paulus berkata kepada mereka: “bukankah
hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?”
1 Korintus 3: 5-9
(3:5) Jadi, apakah Apolos?
Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya,
masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (3:6) Aku menanam, Apolos
menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (3:7) Karena itu yang penting bukanlah
yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
(3:8) Baik yang menanam maupun yang
menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan
pekerjaannya sendiri. (3:9) Karena
kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Paulus menanam, Apolos menyiram,
tujuannya: supaya gereja Tuhan menjadi percaya. Tetapi yang terpenting adalah
Allah yang memberi pertumbuhan rohani dan yang sehat, sebab baik Apolos maupun
Paulus adalah hamba-hamba Tuhan, mereka bukan Tuhan yang harus disembah.
Jangan kita mengkultuskan hamba
Tuhan, dan berkata: Aku golongan si A, aku golongan si B, sehingga akhirnya
terjadi perpecahan. Itu bukanlah manusia rohani, itu adalah manusia daging,
manusia duniawi yang hidupnya bersifat manusiawi saja; pemikirannya manusiawi,
pengertiannya manusiawi, hatinya juga manusiawi, belum dirubah menjadi manusia
rohani, dan kehidupan semacam ini bukanlah Bait Allah, bukan tempat Roh Allah.
Jadi sekali lagi saya tandaskan:
Fungsi dari Bait Allah adalah tempat Roh Allah berdiam, berarti; menjadi
manusia rohani, tidak ada iri hati, tidak ada perselisihan, tidak ada
perpecahan.
Pada ayat 9 dikatakan: “Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu
adalah ladang Allah, bangunan Allah.”
Paulus dan Apolos adalah kawan
sekerja Alalh, tetapi sidang jemaat (gereja Tuhan) adalah bangunan Allah.
Kemudian, mari kita perhatikan
Efesus 4.
Efesus 4: 15
(4:15) tetapi dengan teguh
berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal
ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Bangunan Allah harus bertumbuh di
dalam segala hal. Bangunan Allah itu harus mengalami pertumbuhan rohani di
dalam segala perkara dan pertumbuhan rohani itu harus mengarah kepada Dia,
yaitu Kristus yang adalah Kepala.
Jangan sampai pertumbuhan itu
mengarah kepada yang lain-lain.
Kalau pertumbuhan itu mengarah
kepada Dia, yaitu Kristus, yang adalah Kepala, mari kita perhatikan ayat 16.
Efesus 4: 16
(4:16) Dari pada-Nyalah
seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh
pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota --
menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
Di sini kita melihat: “Dari pada-Nyalah (yaitu Kristus, yang
adalah Kepala) seluruh tubuh, -- yang
rapi tersusun dan diikat menjadi satu”
Kalau terjadi pertumbuhan rohani
yang sehat, maka bangunan itu rapi tersusun dan terwujudlah kesatuan tubuh,
tidak terjadi perpecahan, tidak ada iri hati, tidak ada perselisihan antara
yang satu dengan yang lain. Tidak ada blok A atau blok B, tidak ada blok-blokan
dalam mengikuti Tuhan, dan tidak mengkultuskan seorang hamba Tuhan.
Efesus 2: 20-21
(2:20) yang dibangun di atas
dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (2:21) Di dalam Dia tumbuh seluruh
bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam
Tuhan.
Di dalam Dia, yaitu Kristus,
tumbuh seluruh bangunan.
Apa tanda terjadinya pertumbuhan
rohani yang sehat? Ada dua tanda:
1. Rapi tersusun.
Bata di atas bata,
semuanya rapi tersusun. Demikian halnya seorang imam di dalam melayani pekerjaan
Tuhan; rapi tersusun, berarti;
-
bertanggung jawab di dalam
pekerjaan-Nya, tidak lalai, tidak lupa, tidak ceroboh, saling mengingatkan satu
dengan yang lain.
-
Kemudian, dalam setiap
ungkapan-ungkapan atau kata-kata yang keluar dari mulut, semua rapi tersusun,
berarti perkataan itu tidak murahan, tidak asal ngomong saja seenaknya, tidak bercanda berlebihan, sebab itu adalah
perbuatan yang mendukakan Roh Kudus.
-
Kemudian solah tingkah, perbuatan,
semuanya rapi tersusun.
-
Bahkan segala sesuatu yang melekat
di dalam dirinya, semuanya rapi tersusun.
Kalau melayani dengan demikian rupa, maka semua pekerjaan itu akan berjalan
dengan baik; tidak ada iri hati, tidak ada lagi perselisihan.
Maka di dalam hal mendengar firman Tuhan, cara duduk juga harus rapi
tersusun, seperti yang tertulis dalam Lukas
8: 18, Karena itu, perhatikanlah cara
kamu mendengar.
2. Menjadi Bait Allah
yang kudus di dalam Tuhan.
Tuhan merindukan
supaya kita semua hidup suci, hidup kudus dalam seluruh hidup ini. Hidup
terdiri dari:
-
Hati, pikiran, perasaan,
seluruhnya harus dalam kesucian.
-
Tubuh, jiwa dan roh, seluruhnya
harus di dalam kesucian.
Dengan melihat dua tanda ini, maka
kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa: Telah terjadi pertumbuhan rohani yang
sehat, pertumbuhan dalam segala hal, dan pertumbuhan itu mengarah kepada Dia,
yaitu Kristus Kepala.
Kehidupan yang semacam ini selalu
memikirkan supaya terwujudnya kesatuan tubuh; tidak ada iri hati, tidak ada
perselisihan, tidak ada perpecahan.
Efesus 2: 22
(2:22) Di dalam Dia kamu
juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Jika kesatuan tubuh Kristus
terwujud, maka Roh Allah berdiam.
Roh Allah tidak akan berdiam jika
ada iri hati dan perselisihan, jika ada sesuatu yang tidak suci. Tetapi kalau
dibangun menjadi tempat kediaman Allah di dalam Roh, dengan kata lain tempat
Roh Allah berdiam, itu karena telah terjadi kesatuan tubuh.
Mari kita memikirkan apa yang
dipikirkan oleh Allah. Jangan kita memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia
supaya kita jangan menjadi batu sandungan di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan, jangan menjadi batu sandungan dan tersandung di dalam rangka
pembangunan tubuh Kristus. Pikirkanlah apa yang dipikirkan oleh Allah.
1 Korintus 12: 12
(12:12) Karena sama seperti tubuh
itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun
banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.
Tubuh itu satu, sekalipun
anggota-anggotanya banyak. Demikian pula Kristus adalah satu.
Kalau Kepala satu, maka tubuh-Nya
pun harus satu, walaupun anggota-anggotanya banyak. Maka laki-laki tidak boleh
menikah dua kali, demikian juga perempuan.
Kalau dalam hukum Taurat, di situ
dikatakan:
1.
“Jangan berzinah”
2.
“Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.”
Tetapi puji Tuhan, Yesus, Anak
Allah telah menggenapi hukum Taurat, dan dalam penggenapan itu dikatakan:
1.
Setiap orang yang memandang
perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Hati-hati, baik yang laki-laki jangan sampai memandang
dan menginginkan seorang perempuan di dalam hati, itu sudah berzinah.
Sebaliknya perempuan juga harus menjaga diri,
jangan mengundang keonaran, jangan sampai menunjukkan sesuatu kelemahan dari dalam
dirinya, supaya jangan sama-sama bersalah, tetapi hukum Taurat ini harus
digenapi.
2.
Setiap orang yang menceraikan
isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa
yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.
Berarti, tidak boleh berzinah = tidak boleh bercerai.
Kalau Kepala satu, maka tubuh juga
satu. Hati kita dengan hati Tuhan sudah menyatu, sebab Kristus adalah Kepala
Gereja.
1 Korintus 12: 13
(12:13) Sebab dalam satu Roh
kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka,
telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari
satu Roh.
“Kita semua telah dibaptis menjadi
satu tubuh”, dengan lain kata terwujudnya kesatuan tubuh Kristus
yang sempurna, selanjutnya “kita semua diberi minum dari satu Roh”, artinya;
rasa dahaga kita dipuaskan oleh karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El
Kudus.
Sekalipun jabatan-jabatan dan
karunia-karunia itu berbeda-beda, tetapi sumbernya dari Roh yang satu dan yang
sama, itulah kelebihan jika ada kesatuan.
Ini harus diperhatikan; antara
sesama pelayan-pelayan Tuhan, harus satu. Keluarga besar GPT “BETANIA” harus
satu, jangan mau dipecahkan oleh roh najis dan roh jahat yang tersirat dalam
hati pikiran, supaya kita diberi minum dari Roh yang satu dan yang sama, supaya
kita boleh menikmati karunia-karunia, menikmati jabatan-jabatan Roh-El Kudus di
tengah ibadah dan pelayanan ini, sampai akhirnya kita dipuaskan, rasa dahaga
itu dipuaskan.
Perempuan Samaria, sebelum diberi
minum dari satu Roh, dia tidak puas dengan satu laki-laki. Dia pernah hidup
dengan lima laki-laki, bahkan yang ada sekarang padanya (pada saat perempuan
Samaria bertemu dengan Yesus), bukanlah suaminya. Tetapi ketika dia diberi
minum, dia meninggalkan tempayannya, meninggalkan kehidupan manusia daging (manusia
duniawi yang hidup seperti manusiawi), dan menjadi kesaksian bagi seluruh
Samaria, dia menceritakan betapa Yesus seorang nabi yang dapat menunjukkan dosa
kejahatan dan kenajisannya, dan dia juga mengakui bahwa Yesus Kristus adalah
Kepala, Dialah Mesias.
Jelas ini adalah pertumbuhan
rohani yang sehat. Bertumbuh dalam segala hal dan mengarah kepada Dia, Kristus,
yang adalah Kepala.
Inilah Bait Allah yang dimaksud,
yang diukur oleh sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya.
Kalau masih ada sesuatu yang jahat
atau hal yang najis tersirat dalam hati dan pikiran, ia belum masuk dalam
ukuran Tuhan, karena dia bukan tempat Roh Allah berdiam.
Terimalah apa yang sudah kita
dengar. Lihat dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh, supaya kita
menjalankan, mengusahakan dan memelihara ibadah ini tidak dengan sembarangan,
tidak dengan sesuka hati, tidak seenak dewek.
Di atas saya sudah sampaikan:
Pengertian manusiawi, pandangan manusiawi, perasaan manusiawi tidak bisa
digunakan sebagai alat ukur bahwa kita sudah masuk dalam ukuran, tidak bisa.
Yang menjadi alat ukur yang sejati ialah firman Allah, dan kita sudah melihat
sebatang buluh itu, betul-betul menjadi saksi bisu dalam sengsara dan aniaya
yang dialami oleh Yesus.
Tidak berhenti sampai di situ ...
1 Korintus 10: 16-17
(10:16) Bukankah cawan
pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan
darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan
dengan tubuh Kristus? (10:17)
Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh,
karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
Roti adalah satu, maka kita
sekalian, sekalipun anggota-anggota tubuh banyak adalah satu tubuh, karena kita
semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran
Tabernakel membawa kita kepada kesatuan tubuh, itulah yang disebut pembangunan
tubuh Kristus yang sempurna. Di luar roti yang satu ini, tidak terwujud
kesatuan tubuh.
Mengapa terwujud kesatuan tubuh?
Karena kita menikmati roti yang satu, Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang
Tabernakel.
Roti yang satu ini tidak bisa
ditawar-tawar. Banyak jenis roti buatan tangan tukang roti, tetapi supaya
terwujudnya kesatuan tubuh, kita hanya harus menikmati roti yang satu itu.
Yesus Kristus adalah roti yang
dipecah-pecahkan. Dia sudah memecah-mecahkan tubuh-Nya, menyerahkan segenap
hidup-Nya di atas kayu salib sampai terwujudnya kesatuan tubuh, sebab ketika
Yesus mati di atas kayu salib, tidak satu pun tulang-tulang-Nya yang dipatah-patahkan,
artinya; tidak ada perpecahan di dalam anggota tubuh Kristus yang sempurna,
jika kita benar-benar memikul salib-Nya.
Tadi malam, dalam kesempatan
pemberitaan firman di tengah-tengah Ibadah Kaum Muda Remaja juga telah
diterangkan bahwa: Mendapat upah yang besar (yang tanpa batas), berarti;
melayani dengan upah tanpa batas di dalam Kerajaan Sorga sampai selama-lamanya,
unlimited.
Kalau kita menikmati Pengajaran
Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, sesuai Ibrani
8: 5, berarti ibadah dan pelayanan kita di muka bumi ini merupakan gambaran
dan bayangan dari apa yang ada di sorga.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan,
kita semua mendapat bagian dari roti yang satu itu. Tolak roti yang lain karena
jenis roti yang lain tidak mengarah atau tidak membawa kita kepada kesatuan
tubuh.
Yesus Barabas, itulah Yesus yang
lain, tidak membawa kepada kesatuan tubuh, itu adalah roti asing. Wujudnya bisa
dilihat dari pelayanan nabi-nabi palsu, itulah si pendusta. Karena mereka
melayani dengan kelicikan, dengan cap mereka.
Dalam 1 Korintus 3: 3 dikatakan, “...
kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi”
Manusia duniawi, berarti bukan
manusia rohani, sama artinya; bangunan itu dibangun di atas dasar manusia
daging, ada iri hati, terjadi perselisihan, dan terjadi perpecahan.
Sekarang kita akan melihat
bangunan yang didirikan di atas dasar yang benar.
1 Korintus 3: 10-12
(3:10) Sesuai dengan kasih
karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli
bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun
terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia
harus membangun di atasnya.
Rasul Paulus berkata: “aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap”
Musa juga ahli bangunan yang
cakap, dia membangun Tabernakel (itulah yang disebut Tabernakel Musa) menurut
contoh yang dia terima dari Allah di atas gunung Sinai. Dia arsiteknya,
kemudian mempercayakan pembangunan itu kepada Bezaleel dan Aholiab,
pribadi-pribadi yang penuh dengan Roh Tuhan, Roh keahlian.
Kita bersyukur, Pengajaran
Mempelai dan Pengajaran Tabernakel akan membawa kita kepada kesatuan tubuh.
Doakan terus supaya Tuhan hadir dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah, tampil
sebagai Imam Besar, melayani dan berdoa untuk membangun hidup rohani kita
masing-masing, Dia ahli bangunan yang luar biasa, tidak ada tandingannya,
melebihi dari semua ahli bangunan.
1 Korintus 3: 11-12
(3:11) Karena tidak ada
seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah
diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (3:12)
Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput
kering atau jerami,
Kita melihat: Dasar bangunan itu
telah diletakkan, sesuai dengan pengakuan dari Rasul Paulus kepada jemaat di
Korintus. Yang menjadi dasar bangunan di sini adalah korban Kristus
Jadi, berbanding terbalik dengan 1 Korintus 3: 3-4, di mana dasar
bangunannya ialah manusia duniawi, daging dengan segala keinginannya.
Dasar bangunan yang telah
diletakkan itulah korban Kristus, sehingga masing-masing (tiap orang) akan
membangun hidupnya di atas dasar yang sudah diletakkan itu. Adapun jenis
bangunan di sini ada dua.
-
Yang pertama: Dibangun dengan emas,
perak, batu permata.
-
Yang kedua: Dibangun dengan kayu,
rumput kering atau jerami.
Dasarnya sudah benar dan tepat,
tetapi jenis bangunannya yang salah kalau bangunan itu dibangun (terbuat) dari kayu,
rumput kering dan jerami.
1 Korintus 3: 13
(3:13) sekali kelak pekerjaan
masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia
akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan
diuji oleh api itu. (3:14) Jika
pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (3:15) Jika pekerjaannya terbakar,
ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi
seperti dari dalam api.
Setiap bangunan yang didirikan di
atas dasar korban Kristus, harus melewati ujian, tidak ada seorang pun yang
luput dari ujian, sebab hari Tuhan akan nampak bagaikan api, dan pekerjaan
masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
Kalau jenis bangunan itu terbuat
dari “kayu, rumput kering dan jerami”, otomatis jenis bangunan ini akan
terbakar hangus dan mendapat kerugian.
-
Kayu menunjuk manusia daging.
-
Rumput kering menunjuk kerohanian yang
kering-kering, sama artinya hidup tanpa persekutuan dengan Kristus, yang adalah
Kepala. Seperti ranting menjadi kering kalau tidak melekat pada pokok anggur
yang benar, dan ranting kering itu sudah dekat dengan api.
-
Jerami, sepertinya tumbuh berdaun hijau, tetapi tidak
menghasilkan buah.
Tuhan menanti-nantikan
buah, sama seperti satu pohon ara berada di tengah ladang anggur. Buah dari
pohon ara ini sangat didambakan oleh Tuhan. Sebetulnya pohon ara ini sudah tiga
tahun tidak berbuah, tetapi para pekerja-pekerja di ladang kebun anggur itu
memohon diberi kesempatan satu tahun lagi. Pekerja-pekerja itu akan
membersihkannya, dicangkul dan diberi pupuk. Artinya Tuhan sangat mendambakan
buah-buah pelayanan kita semua.
Kita ini bagaikan
pohon ara di tengah ladang anggur, selagi Tuhan memberi kesempatan, Tuhan
menantikan buah-buah yang manis untuk dapat dicicipi dan dinikmati, lewat
ibadah dan pelayanan kita kepada Tuhan.
Yang benar adalah: Jenis bangunan
yang terbuat dari emas, perak dan batu permata.
Keluaran 26: 15-30
(26:15) Haruslah engkau
membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu penaga yang berdiri tegak, (26:16) sepuluh hasta panjangnya
satu papan dan satu setengah hasta lebarnya tiap-tiap papan. (26:17) Tiap-tiap papan harus ada dua
pasaknya yang disengkang satu sama lain; demikianlah harus kauperbuat dengan
segala papan Kemah Suci. (26:18)
Haruslah engkau membuat papan-papan untuk Kemah Suci, dua puluh papan pada
sebelah selatan. (26:19) Dan
haruslah kaubuat empat puluh alas perak di bawah kedua puluh papan itu,
dua alas di bawah satu papan untuk kedua pasaknya, dan seterusnya dua alas di
bawah setiap papan untuk kedua pasaknya. (26:20)
Juga untuk sisi yang kedua dari Kemah Suci, pada sebelah utara, kaubuatlah dua
puluh papan (26:21) dengan empat
puluh alas peraknya: dua alas di bawah satu papan dan seterusnya dua
alas di bawah setiap papan. (26:22)
Untuk sisi belakang Kemah Suci, pada sebelah barat, haruslah kaubuat enam
papan. (26:23) Dua papan haruslah
kaubuat untuk sudut Kemah Suci, di sisi belakang. (26:24) Kedua papan itu haruslah kembar pasaknya di sebelah bawah
dan seperti itu juga kembar pasaknya di sebelah atas, di dekat gelang yang satu
itu; demikianlah harus kedua papan itu; haruslah itu merupakan kedua sudutnya. (26:25) Jadi harus ada delapan papan
dengan alas peraknya: enam belas alas; dua alas di bawah satu papan dan
seterusnya dua alas di bawah setiap papan. (26:26)
Juga haruslah kaubuat kayu lintang dari kayu penaga: lima untuk
papan-papan pada sisi yang satu dari Kemah Suci, (26:27) lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi yang
kedua dari Kemah Suci, dan lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi
Kemah Suci yang merupakan sisi belakangnya, pada sebelah barat. (26:28) Dan kayu lintang yang di
tengah, di tengah-tengah papan-papan itu, haruslah melintang terus dari
ujung ke ujung. (26:29)
Papan-papan itu haruslah kausalut dengan emas, gelang-gelang itu haruslah
kaubuat dari emas sebagai tempat memasukkan kayu-kayu lintang itu, dan kayu-kayu
lintang itu haruslah kausalut dengan emas. (26:30) Kemudian haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan
rancangan yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.
Pada saat kemah suci didirikan
dari (Ruangan Suci sampai Ruangan Suci), ada dua hal yang kita perhatikan:
YANG PERTAMA: Papan-papan jenang berdiri tegak dengan alas perak.
Kemah suci terdiri dari
papan-papan jenang;
-
Panjangnya 10 (sepuluh) hasta.
-
Lebarnya 1.5 (satu setengah)
hasta.
Kemudian, papan-papan jenang in
berdiri tegak dengan alas perak, ini menunjuk kepada kehidupan yang sudah
mengalami ketebusan (berdiri tegak di dalam kebenaran), sehingga papan-papan
jenang itu menyatu satu dengan yang lain.
Hal ini harus kita perhatikan
dengan sungguh-sungguh: Pendirian kita tidak boleh goyah, tidak boleh berlaku
timpang dan tidak bercabang hati. Ini yang harus diperhatikan terlebih dahulu
sehingga antara satu papan jenang dengan papan jenang yang lain, semua berdiri
tegak dan menyatu.
Lalu kemudian ada lima kayu
lintangnya, yang satu dari ujung ke ujung, sedangkan kayu lintang yang di
tengah-tengah papan-papan itu melintang terus dari ujung ke ujung, itulah
korban Kristus.
Kesimpulannya; papan-papan jenang ini
diikat oleh kasih Allah, menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Lima kayu lintang pada papan-papan
jenang -> Korban Kristus.
Pada saat kemah suci didirikan
(Ruangan Suci sampai Ruangan Suci), ada dua hal yang kita perhatikan:
YANG KEDUA: Papan-papan jenang disalut dengan emas.
Emas menunjuk kesucian dan
kemurnian Ilahi.
Kayu penaga menunjuk manusia
daging.
Dengan demikian, terlihatlah
keberadaan kemah suci ini, dari Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci.
Biarlah kita semua menjadi Bait Allah,
tempat Roh Allah berdiam, bagaikan papan-papan jenang berdiri di atas
ketebusan, di atas kebenaran firman, yang disalut dengan kesucian dan kemurnian
Ilahi. Dan papan jenang itu diikat oleh lima kayu lintang, yang satu dari ujung
ke ujung, itulah kasih Allah yang mempersatukan, sehingga menjadi tempat Roh
Allah berdiam.
Sasaran akhir dari perjalanan
rohani kita di atas muka bumi ini adalah perjamuan kawin Anak Domba.
Dalam kitab Wahyu, ada dua pesta,
yang pertama; Pesta nikah Anak Domba dan yang kedua; pesta
burung-burung. Tetapi biarlah kita kelak berada dalam pesta nikah Anak
Domba, sebagai bentuk terwujudnya kesatuan tubuh. Inilah Bait Allah yang diukur
oleh buluh pengukur itu.
Kita sudah melihat bahwa yang
diukur oleh buluh pengukur adalah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang
beribadah di dalamnya.
Kita melihat itu begitu tingginya,
karena tiga perkara ini adalah perkara yang sangat tinggi dan berada di tempat
yang tinggi. Barangkali kita berpikir: Apa
mungkin kita bisa menjangkau tempat yang tinggi, sekaligus berada di tempat
yang tinggi? Memang saat ini kita belum sempurna, tetapi tidak boleh putus
asa, karena Firman Allah menjadikan yang tidak ada menjadi ada.
Tidak boleh putus harap dengan
berkata: Apa aku bisa sempurna?,
jawabnya: Bisa.
Yesaya 57: 14-15
(57:14) Ada yang berkata:
"Bukalah, bukalah, persiapkanlah jalan, angkatlah batu sandungan dari
jalan umat-Ku!" (57:15)
Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam
untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat
tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang
remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang
rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.
“angkatlah batu sandungan dari jalan umat-Ku!” Memang seolah-olah
kita tidak sanggup menjangkau tempat yang tinggi yang begitu sempurnanya,
tetapi jangan putus harap, tidak usah putus asa.
Tuhan bersemayam di tempat tinggi
dan di tempat kudus, tetapi Dia merendahkan diri sampai turun ke dunia orang
mati untuk menghampiri dan menjangkau kehidupan kita yang belum sempurna ini,
supaya kelak kita berada di tempat yang tinggi, diukur oleh Tuhan.
Tetapi dengan dua syarat:
1.
Remuk hati, ini jelas berbicara tentang sangkal diri, pikul salib di tengah ibadah
pelayanan dalam mengikuti Tuhan.
2. Rendah hati. Biarlah kita datang menghadap
takhta kasih karunia dengan segala kerendahan hati. Kalau masih terdapat
kesalahan, lalu koreksi dari firman datang menghampiri, terimalah dengan rendah
hati, supaya Tuhan menjangkau kita di tempat yang hina ini.
Itulah syarat mutlak yang harus
kita perhatikan. Memang sangat sukar sepertinya, kalau menggunakan logika,
tetapi jangan putus asa, tidak perlu pesimis, tidak perlu kecil hati, jangan
minder.
Kita berdoa, supaya Tuhan kembali
membukakan firman-Nya. Saya merindu supaya Bait Allah ini juga boleh kita
nikmati lagi pembukaannya di minggu yang akan datang. Doakan, supaya Tuhan
terus bukakan firman Allah.
Yang pertama diukur adalah Bait
Suci Allah. Siapa Bait Suci? Itulah kehidupan umat manusia, gereja Tuhan. Apa
fungsinya? Tempat Roh Allah berdiam, berarti; manusia rohani. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment