KITAB WAHYU
PASAL 11
(Seri: 02)
Subtema: SEBATANG BULUH
SEBAGAI TONGKAT PENGUKUR
Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita
sekaliannya. Oleh karena kemurahan Tuhan, kita diperkenankan untuk mengusakan Ibadah
Raya Minggu.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak
Tuhan, umat Tuhan bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan
firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun
anda berada. Kita berdoa, kita memohon dengan segala kerendahan hati, kiranya
Tuhan membukakan rahasia firman-Nya kepada kita sore hari ini.
Segera saja kita memperhatikan firman
penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian diberikanlah
kepadaku sebatang buluh,
seperti tongkat pengukur
rupanya, dengan kata-kata
yang berikut:
"Bangunlah
dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Perhatikan kalimat: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang
beribadah di dalamnya”.
Berarti, yang diukur oleh Tuhan ada tiga,
yaitu:
1. Bait Suci Allah.
2. Mezbah.
3. Mereka yang beribadah di dalamnya.
Tetapi sebelum kita melihat tiga perkara
yang diukur oleh Tuhan ini, terlebih dahulu kita melihat dan memperhatikan alat
yang yang digunakan sebagai pengukur, itulah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas ini
menunjuk kepada firman Allah.
Berarti, perasaan serta pikiran hati
manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai
pengukur tiga hal di atas tadi, karena semuanya itu hanyalah bersifat
sementara, dengan lain kata berubah-ubah, sehingga tidak bisa menjadi jaminan,
sama artinya alat ukur yang tidak akurat.
Tongkat pengukur yang benar ialah firman
Allah, yaitu sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya.
Kita lihat TONGKAT PENGUKUR di sini, dari
SEBATANG BULUH.
Matius 27: 27-31
(27:27) Kemudian
serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil
seluruh pasukan berkumpul sekeliling
Yesus. (27:28) Mereka menanggalkan
pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. (27:29) Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas
kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya.
Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya:
"Salam, hai raja orang Yahudi!" (27:30)
Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. (27:31) Sesudah mengolok-olokkan Dia
mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya
kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.
Sebatang buluh di tangan kanan-Nya yang
diberikan oleh serdadu-serdadu itu menjadi saksi bisu terhadap sengsara salib
atau penderitaan yang hebat yang dialami oleh Yesus Kristus.
Hal-hal
yang terjadi setelah sebatang buluh ada di tangan kanan Yesus.
-
Yang Pertama: Prajurit-prajurit berlutut di hadapan Dia dan
mengolok-olok Dia dengan berkata: “Salam,
hai raja orang Yahudi!”
-
Yang Kedua: Serdadu-serdadu itu meludahi muka Yesus.
-
Yang Ketiga: Serdadu-serdadu itu mengambil buluh itu lalu digunakan
untuk memukul kepala Yesus.
Inilah yang terjadi setelah
serdadu-serdadu itu memberikan sebatang buluh di tangan kanan-Nya, sehingga
jelas di sini, bahwa yang menjadi saksi bisu atas sengsara salib atau penderitaan
hebat yang dialami Yesus adalah sebatang buluh.
Tetapi sebelum sebatang buluh itu ada di
tangan kanan-Nya, serdadu-sedadu itu menganyam
sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.
Artinya; sebelum mengalami sengsara
salib, sebelum mengalami penderitaan yang hebat, terlebih dahulu (diawali)
dengan pemikiran salib, dengan lain kata; seluruh
alam pemikiran ini dikuasai oleh kasih Allah, sebab Yesus adalah hamba
Tuhan, Dia harus memaklumkan hukum-hukum atau menyatakan kebenaran itu kepada
bangsa-bangsa.
Matius 12: 18-20
(12:18) "Lihatlah,
itu Hamba-Ku yang Kupilih,
yang Kukasihi, yang
kepada-Nya jiwa-Ku berkenan;
Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan
hukum kepada bangsa-bangsa. (12:19)
Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar
suara-Nya di jalan-jalan. (12:20) Buluh
yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu
menang.
Yesus, Anak Allah, adalah hamba Tuhan,
sebab tanda-tandanya jelas terlihat:
1. Yang dipilih oleh Allah.
2. Yang dikasihi oleh Allah.
3. Kepada-Nya Allah berkenan.
4. Roh Tuhan ada pada-Nya.
Tanda-tanda ini harus dimiliki oleh
seorang hamba Tuhan, seorang imam, seorang pelayan Tuhan.
Kalau dia adalah seorang hamba Tuhan,
maka tanda-tanda hamba Tuhan harus terlihat dalam dirinya. Kalau dia adalah
seorang imam, maka tanda-tanda seorang imam juga harus terlihat di dalam
dirinya. Kalau dia adalah seorang pelayan Tuhan, maka tanda-tanda seorang pelayan
harus terlihat di dalam dirinya.
Tugas Yesus sebagai hamba Tuhan (hamba
kebenaran) ialah untuk memaklumkan
atau menyatakan kebenaran itu kepada
bangsa-bangsa, sehingga ketika kebenaran itu dinyatakan kepada bangsa-bangsa,
maka dua hal terjadi:
1. “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya.” Tuhan
memberi jalan keluar bagi mereka yang menghadapi jalan buntu, bagi mereka yang putus asa.
2. “Sumbu
yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.” Tuhan memberi pengharapan baru
kepada mereka yang sudah habis
pengharapan.
Dengan demikian, Ia menjadikan hukum
(kebenaran) itu menang.
Syarat
bagi hamba Tuhan saat memaklumkan hukum itu sampai menang.
1. Ia tidak akan berbantah.
2. Ia tidak akan berteriak.
Keterangan: IA TIDAK AKAN BERBANTAH.
Menunjukkan bahwa; Yesus tidak membalas
kejahatan kepada orang yang berbuat kejahatan, tidak berbantah-bantah,
sebaliknya Yesus harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung,
sama artinya menggenapi hukum Taurat itu di dalam diri-Nya.
Matius 5: 17
(5:17) "Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya.
Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya.
Pada minggu yang lalu: Oleh karena korban
Kristus dan darah Kristus, dosa kita disucikan, dosa kita diampuni, maka
tergenapilah hal naungan, yaitu tutupan grafirat itu diletakkan di atas peti
dari tabut perjanjian, sehingga dua saksi yang besar, itulah dua kerubium di
atas tutupan grafirat itu, tidak lagi melihat Taurat dan hukum, tidak lagi
melihat kekurangan-kekurangan, tidak lagi melihat segala kelemahan-kelemahan
dan cacat cela dari gereja Tuhan, melainkan hanya melihat tujuh kali percikan
di atas tutupan grafirat itu, sebab darah Yesus dan korban Kristus telah
terjadi, telah menyucikan kehidupan gereja Tuhan.
Kita bersyukur, berterima kasih kepada
Yesus Kristus, Dialah Imam Besar Agung yang sudah mengadakan pendamaian
terhadap dosa kita masing-masing. Hal naungan itu telah tergenapi.
Kita tidak bisa bergantung kepada hukum
Taurat. Hukum Taurat tidak bisa dijadikan sebagai naungan untuk menutupi dosa
kita,
maka Dia datang untuk menggenapi hukum
Taurat.
Kelemahan dari hukum Taurat adalah:
1. Menunjuk-nunjuk dosa.
2. Tidak mengampuni dosa.
Kalau kita menjalankan ibadah yang
pertama (ibadah Taurat), maka ibadah yang kita jalankan bersifat lahiriah,
yaitu: mulut memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan = mempersembahkan
tubuh jasmani di tengah ibadah dan pelayanan tetapi manusia batiniahnya tidak
dipersembahkan kepada Tuhan.
Maka segala kelemahan-kelemahan dari
hukum Taurat dan ibadahnya bukan untuk dihapuskan, tetapi harus digenapi.
Segala kekurangan-kekurangan kita harus ditanggung-Nya di atas kayu salib;
tidak membalas kejahatan kepada orang yang jahat, tidak berbantah-bantah,
tetapi harus digenapi di atas kayu salib.
Bukti
penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG PERTAMA.
Matius 5: 21-22
(5:21) Kamu telah
mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. (5:22) Tetapi Aku
berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan
ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke
dalam neraka yang menyala-nyala.
Menurut HUKUM TAURAT: “Jangan membunuh.”
Barangsiapa membunuh harus dihukum.
PENGGENAPANNYA:
-
Setiap orang yang “marah”
kepada sesamanya harus dihukum.
-
Berkata “kafir” kepada
sesamanya diperhadapkan kepada Mahkamah Agama.
-
Berkata “jahil” kepada
sesamanya, dilemparkan ke dalam api neraka.
Itulah penggenapan dari “Jangan
membunuh”.
Matius 5: 23-24
(5:23) Sebab itu, jika
engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu
yang ada dalam hati saudaramu
terhadap engkau, (5:24)
tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu
dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
Oleh sebab itu, jika seorang pelayan
Tuhan mempersembahkan persembahannya di atas mezbah, dan apabila ia teringat
sesuatu yang ada di dalam hati saudaranya terhadap dia, maka ia harus
meninggalkan persembahannya di depan mezbah itu, lalu pergi berdamai dengan
saudaranya itu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahannya itu.
Artinya, “sebelum melayani Tuhan terlebih dahulu berdamai dengan sesama”,
supaya jangan sampai ada ganjalan-ganjalan di hati sesama kita, jangan kita
menjadi sandungan-sandungan di hati sesama, sementara kita melayani Tuhan Yang
Mulia di tempat kudus.
Matius 5: 25
(5:25) Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia
di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim
dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan
ke dalam penjara.
Mengapa harus berdamai terlebih dahulu?
Supaya jangan terlebih dahulu kita diserahkan kepada hakim, artinya; jangan
sampai terjadi peradilan yang bukan berasal dari Allah. Karena kalau hal itu
terjadi, maka hakim itu akan menyerahkan kepada pembantunya dan akan
dilemparkan ke dalam penjara. Ini adalah suatu kerugian.
Dipenjara, berarti; terikat terus dengan
suatu masalah. Melayani dalam keadaan terpenjara, melayani dalam keadaan
terkurung, melayani dalam keadaan terikat (terbelenggu) dosa kejahatan dan
kenajisan, ini adalah masalah besar, yang menjadi ganjalan-ganjalan, yang
menjadi batu sandungan di hati sesama.
Jadi sudah benar, kalau merasa diri belum
layak, turun dulu dari pelayanan. Saya tidak menurunkan, tetapi kalau merasa
tidak layak, kalau masih terikat (terkurung) dosa kejajatan dan kenajisan
sehingga menjadi sandungan di hati sesama, boleh turun dulu.
Matius 5: 26
(5:26) Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum
engkau membayar hutangmu sampai lunas.
Seseorang tidak akan keluar dari
masalahnya sebelum ia membayar hutangnya sampai lunas. Sebelum ia berdamai
dengan sesamanya, ia tetap menjadi ganjalan dan sandungan. Oleh sebab itu,
berilah diri untuk diperdamaikan.
Bukti
penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KEDUA.
Matius 5: 27-28
(5:27) Kamu telah
mendengar firman: Jangan berzinah. (5:28) Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Menurut HUKUM TAURAT: “Jangan
berzinah”. Pernyataan ini seolah-olah boleh berzinah sekalipun salah.
Tetapi PENGGENAPANNYA di sini adalah: “Memandang
perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”
Hati-hati, baik yang laki-laki jangan
sampai memandang dan menginginkan seorang perempuan di dalam hati, itu sudah
berzinah. Sebaliknya perempuan juga jangan sampai menunjukkan sesuatu kelemahan
dari dalam dirinya, supaya jangan sama-sama bersalah, tetapi hukum Taurat ini
harus digenapi.
Matius 5: 29-30
(5:29) Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan
buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan
ke dalam neraka. (5:30) Dan jika tanganmu
yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh
masuk neraka.
Jika mata kanan menyesatkan, cungkillah
dan buanglah itu, kemudian jika tangan kanan menyesatkan, penggallah dan
buanglah itu, karena lebih baik jika satu dari anggota tubuh itu binasa dari
pada seluruh tubuh utuh masuk ke dalam neraka.
Berarti, apapun itu yang menimbulkan
kenajisan dalam hati, jangan disayang-sayang, dalam bahasa Jawa: jangan dieman-eman.
Lebih baik itu dilemparkan, dibuang dari
pada seluruh tubuh ini utuh masuk dalam neraka.
Bukti
penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KETIGA.
Matius 5: 31-32
(5:31) Telah difirmankan
juga: Siapa yang menceraikan
isterinya harus memberi surat
cerai kepadanya. (5:32) Tetapi Aku
berkata kepadamu: Setiap orang yang
menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah;
dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.
Menurut HUKUM TAURAT: “Siapa yang
menceraikan isterinya, ia harus memberi surat cerai kepada isterinya.”
Berarti cerai itu diperbolehkan.
Sekarang PENGGENAPANNYA: “Barangsiapa
menceraikan isterinya, ia menjadikan isterinya berzinah, dan siapa yang kawin
dengan
perempuan yang diceraikan, ia berbuat
zinah.”
Berarti, tidak boleh berzinah = tidak
boleh bercerai.
Bukti
penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KEEMPAT.
Matius 5: 33-36
(5:33) Kamu telah
mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. (5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu:
Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta
Allah, (5:35) maupun demi bumi,
karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem
adalah kota Raja Besar; (5:36)
janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Menurut HUKUM TAURAT: “Jangan
bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.” Berarti, boleh
bersumpah, seolah-oleh dengan cara itu dia bisa meyakinkan orang lain di
hadapan Tuhan.
PENGGENAPANNYA: “Jangan sekali-kali
bersumpah”, baik demi:
1. Langit, karena langit adalah takhta
Allah.
2. Bumi, karena bumi adalah tumpuan
kaki-Nya.
3. Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota
Raja Besar.
4. Kepala, karena kita tidak berkuasa untuk
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Matius 5: 37
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan:
ya, jika tidak, hendaklah
kamu katakan: tidak. Apa yang
lebih dari pada itu berasal dari
si jahat.
Kesimpulan dari penggenapan hukum Taurat
di sini ialah jika ya, hendaklah katakan: ya, jika tidak, hendaklah katakan: tidak, sama artinya; ya di atas ya, tidak
di atas tidak.
Tidak usah bersumpah-sumpah demi apapun
untuk meyakinkan orang lain, ya di atas ya, tidak di atas tidak, supaya Tuhan
pakai kita semua, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat (Setan).
Tuhan tidak mungkin pakai Setan untuk melayani pekerjaan Tuhan, Tuhan tidak
pakai pendusta untuk mempersatukan anggota tubuh yang berbeda-beda. Bagaimana
mungkin Setan (si jahat) bisa membuat seseorang menjadi sempurna, sedangkan
dirinya saja jahat. Perbaiki dulu diri, maka kita layak dipakai Tuhan untuk
memperbaiki orang lain.
Bukti
penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KELIMA.
Matius 5: 38-42
(5:38) Kamu telah
mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
(5:39) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun
yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (5:40) Dan kepada orang yang hendak
mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. (5:41) Dan siapa pun yang memaksa
engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (5:42) Berilah kepada orang yang
meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
Menurut HUKUM TAURAT: “Mata ganti
mata, gigi ganti gigi”, artinya; kejahatan dibalas dengan kejahatan,
kerugian diganti dengan kerugian, keuntungan diganti dengan keuntungan.
PENGGENAPANNYA: “Jangan membalas
kejahatan dengan kejahatan”, melainkan;
1. “Siapa yang menampar pipi kanan, berikanlah juga kepadanya pipi kiri”, artinya; merasakan seutuhnya apa yang dirasakan oleh Tuhan. Kalau ikut Tuhan
jangan hanya separuh-separuh dalam merasakan apa yang diderita oleh Yesus di
atas kayu salib.
2. “Diadukan
karena mengingini baju, serahkan juga jubah.”
-
Baju, menunjuk kepada; perbuatan baik.
-
Jubah, menunjuk kepada; pelayanan.
Oleh karena
sengsara salib, aniaya karena firman lalu kita dituntut banyak perkara,
serahkan jubah, layani dia. Jangan sampai menyumpahi dan mengutuki, apalagi
mengucapkan kata-kata kotor, kata-kata kutuk. Tidak pantas kata-kata kutuk
keluar dari mulut seorang hamba Tuhan.
Ada orang
mengadukan kita karena mengingini baju, serahkan jubah. Ada orang yang tidak
suka karena kita melayani Tuhan (sangkal diri pikul salib), serahkan jubah,
layani sekaligus. Hanya karena berbuat baik kita dinista, hanya karena berbuat
baik kita difitnah, hanya karena berbuat baik kita diolok-olok, dijelek-jelekkan,
serahkan jubah, artinya; layani dia.
3. “Dipaksa berjalan satu mil, berjalanlah bersama dengan dia dua mil”. Selagi masih ada kesempatan untuk
berbuat baik, lakukanlah hal yang
baik itu dua kali lipat, lebih dari pada apa yang dia pikirkan.
4. “Murah
hati, suka memberi”. Tetapi bukan berarti karena kita punya uang, lalu kita
berdiri di pinggir jalan dan memberikan uang
kepada setiap orang yang lewat, tidak seperti itu. Murah hati, berarti;
sekiranya kita melihat seseorang dalam kekurangan, melihat orang yang layak
ditolong, ya tolong saja, berilah. Ini bukan soal mengenai sepersepuluh,
persembahan khusus, atau sukarela, karena itu semua bersifat kewajiban, tetapi
yang dimaksud di sini adalah soal kemurahan hati, sukarela.
Saya tidak untuk
memuji-muji diri; tanpa diduga-duga, tiba-tiba telepon genggam berbunyi, ada
saja nanti pengeluaran-pengeluaran, walaupun saya pemberian saya tidak
seberapa.
Bukti
penggenapan terhadap hukum Taurat.
YANG KEENAM.
Matius 5: 43-44
(5:43) Kamu telah
mendengar firman: Kasihilah
sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (5:44) Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu
dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Menurut HUKUM TAURAT: “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah
musuhmu”.
PENGGENAPANNYA: “Mengasihi musuh dan
berdoa kepada mereka yang menganiaya.” Menganiaya bukan hanya bentuk fisik,
tetapi batin juga, doakanlah mereka, jangan dikutuki, jangan disumpahi, sebab
tidak layak dari mulut seorang hamba Tuhan keluar kata-kata sumpah dan kutuk.
Dahulu waktu dua anak (Timotius dan
Yosua) semakin sungguh-sungguh dalam penggembalaan ini, orangtuanya (laki-laki)
mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, yaitu anjing dan babi. Saya terima
kata-kata itu, saya doakan, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi
sayang, hidupnya susah sekarang.
Mengapa ada kata-kata babi dan anjing?
Karena apa yang keluar berasal dari hati. Kalau seseorang tidak hidup seperti
anjing, kalau seseorang hidupnya tidak seperti babi, pasti dia tidak akan
mengeluarkan kata-kata babi dan anjing. Tetapi karena hidupnya seperti anjing,
hidupnya seperti babi, dia mengucapkan hal yang sama, yang serupa dengan itu.
Di sini tadi dikatakan: “Kasihilah sesamamu manusia, tetapi bencilah
musuh”. Berarti mengasihi orang yang mengasihi dan memberi kepada orang
yang memberi, tidak memberi kepada orang yang tidak memberi, atau kejahatan
dibalas dengan kejahatan, itu hukum Taurat. Tahu yang baik tetapi tahu juga
berbuat kejahatan, itulah hukum taurat. Tetapi dalam penggenapannya tadi;
mengasihi musuh dan doakan mereka yang menyakiti, jangan dibalas.
Matius 5: 45
(5:45) Karena dengan
demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang
yang benar dan orang yang tidak benar.
Tujuan dari penggenapan hukum Taurat
adalah:
1. Bapa yang di sorga akan menerbitkan matahari bagi orang yang
jahat dan orang yang baik. Matahari menunjuk kepada tabiat dari Allah Bapa,
yaitu KASIH.
Jadi, dengan
mendoakan orang yang menganiaya, nanti orang yang jahat dan orang yang baik
akan sama-sama saling mengasihi.
2. Bapa yang di sorga akan menurunkan hujan bagi orang yang benar
dan orang yang tidak benar. Kalau kita doakan orang yang menyakiti, sama-sama
saling mengasihi, maka sama-sama diberkati.
Memang mengikuti Tuhan tidak boleh dengan
menggunakan akal pikiran manusia, serta tidak boleh menggunakan pertimbangan
dan pengertian manusia itu sendiri, itu bukan ukuran. Tetapi di sini tadi, kita
sudah melihat bahwa ukuran yang benar, ialah; hukum Taurat itu digenapi oleh
kasih dari sorga.
Matius 5: 46-47
(5:46) Apabila kamu
mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah
upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (5:47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja,
apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?
Bukankah orang
yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
Kalau hanya mengasihi orang yang
mengasihi, tidak ada upah. Orang dunia saja, yaitu pemungut cukai, bisa
melakukan hal itu. Rentenir saja bisa melakukan hal itu; kalau bunganya banyak,
dia akan berikan terus uang untuk dipinjamkan. Berbuat baik kepada orang yang
berbuat baik, tidak ada gunanya, sama saja seperti orang dunia. Orang dunia
bisa melakukan itu, tidak perlu dia mendengarkan firman, tidak perlu beribadah
dan melayani Tuhan, dia sudah tahu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik.
Matius 5: 48
(5:48) Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama
seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna."
Biarlah kita menggenapi hukum Taurat
karena salib kasih saja yang bisa membawa kita sampai kepada kesempurnaan.
Pengertian dan pandangan manusia tidak bisa membawa manusia sampai kepada
kesempurnaan. Jangan gunakan pertimbangan hati dan pikiran sebagai tolak ukur
di dalam melayani Tuhan.
Perhatikanlah firman ini dengan baik,
sebab itu adalah modal kita di dalam hal melayani Tuhan dan itu modal kita
untuk menjalankan roda kehidupan ini. Tidak ada yang abadi di atas muka bumi
ini; sebentar di atas, sebentar turun. Oleh sebab itu, modal semacam ini sangat
baik sekali kita gunakan selama kita menjalankan kehidupan kita sampai
kedatangan Tuhan pada kali kedua.
Keterangan: IA TIDAK AKAN BERTERIAK.
Menunjukkan
bahwa; sebagai hamba Tuhan, Yesus tidak hidup menurut hawa nafsu, yaitu keinginan-keinginan
daging yang jahat.
Yesaya 53: 6
(53:6) Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah
menimpakan kepadanya
kejahatan kita sekalian.
Lihat, domba yang sesat; “masing-masing kita mengambil jalannya
sendiri” dan hanya menuruti keinginan di hati saja. Kalau imam-imam
melayani hanya menuruti keinginan di hati, mengambil jalannya sendiri, berarti
sesat, sama artinya tidak dengar-dengaran kepada gembala, tidak mengikuti
gembala.
Tetapi puji Tuhan, Yesus adalah hamba
Tuhan, Dia juga Gembala Agung yang menggembalakan kehidupan kita, yang telah
menanggung segala kejahatan, segala kekurangan, kebodohan, segala
kekeliruan-kekeliruan kita, menanggung kesesatan kita di dalam hidup-Nya.
Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya,
tetapi dia membiarkan diri
ditindas dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia
tidak membuka mulutnya.
“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri
ditindas dan tidak membuka mulutnya”, artinya; tidak hidup menurut hawa nafsu, yaitu
keinginan-keinginan daging yang jahat.
Ia tidak akan berteriak, daging tidak
bersuara, walaupun menderita, walaupun mengalami sengsara, padahal sengsara
yang dialami bukan karena kesalahan-Nya tetapi karena kesesatan dari
domba-domba tadi.
Kita berterima kasih kepada Yesus, Anak
Allah, Dia hamba Tuhan, juga Gembala Agung yang sudah menggembalakan kita
sampai detik ini, supaya apa? Supaya tidak ada kekeliruan, supaya kita tidak
sesat di dalam penantian kita atas kedatangan-Nya untuk yang kedua kali sebagai
Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Dia menanggung penderitaan, Dia menerima
sengsara, bukan karena kesalahan-Nya tetapi karena kesesatan kita, itu
digambarkan dengan:
YANG PERTAMA: “Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.”
Anak domba dibawa ke pembantaian, berarti
potongan-potongan daging itu dipersembahkan untuk selanjutnya dinikmati. Yesus,
Anak Allah, telah mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib, Dia sudah
mempersembahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga tubuh-Nya itu
menjadi korban santapan bagi kita. Dan sore ini, firman Allah sudah
disampaikan, itulah tubuh-Nya sebagai santapan yang kita nikmati sore ini.
Dia menanggung penderitaan, Dia menerima
sengsara, bukan karena kesalahan-Nya tetapi karena kesesatan kita, itu
digambarkan dengan:
YANG KEDUA: “Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting
bulunya.”
Yesaya 1: 17
(1:17) belajarlah
berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak
anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara
janda-janda!
Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam
hal melayani pekerjaan Tuhan:
1) “Belajarlah
berbuat baik”, berarti jangan pernah merasa mengerti, jangan merasa sudah
mengerti dalam hal berbuat baik.
2) “Usahakanlah
keadilan”. Keadilan ini tidak boleh dimatikan, melainkan harus diusahakan.
Ada kalanya kita tidak mau rugi sedikit dalam hal mewujudkan keadilan.
3) “Kendalikanlah
orang kejam”. Membiarkan orang kejam supaya dia tidak terusik, ini adalah
perbuatan yang salah. Oleh sebab itu, orang kejam harus dikendalikan dengan
cara mengasihi dan berdoa untuk dia, supaya orang kejam tidak kejam. Kalau
mengendalikan orang kejam dengan kekejaman, berarti kejahatan dibalas dengan
kejahatan.
4) “Belalah
hak anak-anak yatim”. Yatim, berarti; tidak mempunyai bapak, artinya; orang
yang tidak tergembala. Orang-orang yang di sekitar kita yang belum tergembala,
harus didoakan, belalah hak mereka.
5) “Perjuangkanlah
perkara janda-janda”. Janda, berarti; tidak mempunyai suami, tidak
menempatkan Kristus sebagai Kepala. Kristus adalah Kepala Gereja, Mempelai Pria
Sorga, dan gereja Tuhan adalah tubuh-Nya, mempelai wanita-Nya berdasar kasih.
Maka mereka yang belum menempatkan Kristus sebagai Kepala (suami), harus kita
perhatikan dengan sungguh-sungguh, sebab kalau tidak menempatkan Kristus
sebagai Kepala, maka tubuh menjadi “liangnya
serigala” dan tubuh menjadi “sarangnya
burung”.
-
Serigala, menunjuk; roh jahat dengan tipu dayanya. Pekerjaan serigala:
Menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga domba menjadi liar,
tidak tergembala.
-
Burung, menunjuk; roh najis. Pekejaan roh najis: Menghambat
pembangunan tubuh Kristus.
Bukan berarti
kalau sudah menjadi orang Kristen, dia menempatkan Kristus sebagai kepala,
belum tentu. Banyak orang Kristen tetapi menjadi liangnya serigala, banyak
orang Kristen tetapi menjadi sarangnya burung, itu yang membuat orang Kristen
(gereja Tuhan) mengalami banyak penderitaan, karena tidak menempatkan Kristus
sebagai Kepala.
Yesaya 1: 18
(1:18) Marilah, baiklah
kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti
salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih
seperti bulu domba.
Tadi dikatakan: “seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting
bulunya”, ini berkaitan dengan kasih Allah Bapa.
Kegunaan kasih Allah Bapa: menutupi
banyak sekali dosa, sehingga sekalipun berwarna merak seperti kain kesumba,
akan menjadi putih seperti bulu domba. Itulah yang terjadi ketika Yesus sebagai
hamba Tuhan tidak hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-Nya yang jahat, dengan
kata lain daging tidak bersuara.
Sekali lagi saya tandaskan; kita patut
bersyukur kepada Tuhan, sehingga akhirnya yang digunakan sebagai tongkat
pengukur adalah sebatang buluh.
Sebetulnya saya hendak langsung saja
menyampaikan tiga perkara yang diukur oleh sebatang buluh, seperti tongkat
pengukur rupanya, tetapi oleh karena hikmat yang saya dapat dari Tuhan, hati
saya merasa terdorong untuk menyampaikan sebatang buluh ini.
Matius 11: 7-9
(11:7) Setelah
murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu
tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu
pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari?
(11:8) Atau untuk apakah kamu pergi?
Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya
di istana raja. (11:9) Jadi untuk
apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih
dari pada nabi.
Yesus bertanya kepada orang banyak: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun?”
Nanti pada akhirnya, kepada gereja Tuhan
yang sempurna akan diberikan sayap burung nasar yang besar dan dia akan
diterbangkan ke padang gurun untuk dipelihara selama tiga setengah tahun.
Lalu pertanyaannya, untuk apa? Melihat
buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Tetapi Yesus berkata: “Orang yang berpakaian halus
itu tempatnya di istana raja.”
Pertanyaan ini harus kita jawab. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi?
Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi.
Jadi, dalam hal ini, Yohanes Pembaptis
digambarkan seperti buluh yang digoyangkan angin kian kemari. Jelas, nabi
Yohanes betul-betul hidup di dalam kuasa dan pimpinan Roh-El Kudus. Angin
bertiup ke mana ia kehendaki, kita tidak tahu dan tidak bisa melihat Roh Tuhan,
tetapi kita bisa merasakan kuasa Tuhan (Roh Tuhan).
Matius 11: 10
(11:10) Karena tentang
dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.
Yohanes Pembaptis diutus untuk mendahului
Tuhan, dengan tujuan untuk mempersiapkan jalan yang lurus bagi Tuhan.
Yohanes 1: 19-23
(1:19) Dan inilah kesaksian
Yohanes ketika orang
Yahudi dari Yerusalem
mengutus beberapa imam
dan orang-orang Lewi
kepadanya untuk
menanyakan dia: "Siapakah engkau?" (1:20) Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias."
(1:21) Lalu mereka
bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!"
"Engkaukah nabi yang
akan
datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" (1:22) Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab
kami harus memberi
jawab kepada
mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" (1:23) Jawabnya: "Akulah suara
orang yang
berseru-seru di
padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi
Yesaya."
Nabi Yohanes adalah nabi yang terakhir,
dia adalah seorang hamba Tuhan yang rendah hati, tidak ada penonjolan di dalam
dirinya.
Apa tanda seorang hamba Tuhan yang rendah
hati? Tugasnya adalah hanya untuk menyampaikan firman Tuhan, menyerukan firman
Tuhan di padang gurun. Itu tugas seorang
hamba Tuhan, tidak perlu untuk membesarkan diri.
Maka pada saat ia ditanya: Apakah engkau
Mesias? Apakah engkau Elia? Apakah engkau nabi yang akan datang? Dia selalu
menjawab: Bukan, bukan dan bukan.
Pada saat Yesus datang pada kali yang
kedua, terlebih dahulu Elia dan Musa diutus untuk mempersiapkan (merintis)
jalan bagi Tuhan. Sebetulnya dialah Elia yang akan datang itu, tetapi bagi dia,
jabatan dan kedudukan bukanlah yang terutama.
Bagi seorang hamba Tuhan yang rendah
hati, menyerukan firman Tuhan, memaklumkan hukum, menyatakan kebenaran bagi
bangsa-bangsa, itu yang lebih utama, sampai hukum itu menang, sampai kebenaran
itu menang, sehingga orang-orang terlepas dari
kecewa, putus asa, putus pengharapan,
itulah buluh yang patah terkulai tidak diputuskan-Nya, sumbu yang pudar
nyalanya tidak dipadamkan-Nya.
Jika hukum menang, maka layaklah sebatang
buluh di tangan kanan-Nya menjadi tongkat pengukur rupanya.
Matius 12: 21
(12:21) Dan pada-Nyalah
bangsa-bangsa akan berharap."
Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan
berharap. Kepada-Nya diberikanlah sebatang buluh seperti tongkat pengukur
rupanya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA
MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment