IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 19 SEPTEMBER
2019
KITAB RUT
(Seri: 65)
Subtema: BANGSA KAFIR YANG MENDAPATKAN
BELAS KASIHAN.
Shalom.
Salam
sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, karena Tuhan masih memberi
kesempatan bagi kita untuk mengusahakan dan memelihara Ibadah Pendalaman
Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Tentu itu semua kemurahan yang besar
yang kita terima dari Tuhan, dan kemurahan ini adalah kesempatan yang harus
kita manfaatkan sebaik mungkin, maka imam-imam dan kita semua satu dengan yang
lain dalam melayani pekerjaan Tuhan harus kompetitif, jangan sampai tergelincir
karena perbuatan daging.
Segera saja
kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah
dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah
aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku,
padahal aku ini seorang asing?"
“Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah.” Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik
setelah ia mendapat jaminan dan bekal dari Boas.
Sujud
menyembah dengan mukanya sampai ke tanah adalah tanda ketundukan dan kedewasaan
Rut. Ini adalah sebuah cerminan bahwasanya Rut menempatkan Kristus, sebagai
Kepala, dengan lain kata; Rut adalah gambaran dari gereja Tuhan yang senantiasa
menghormati nikah yang suci.
Menghormati
nikah suci, dengan cara; tetap berada dalam persekutuan yang indah dengan
Tuhan, sehingga tidak membiarkan hal-hal yang tidak baik masuk dalam
hubungannya dengan Tuhan, tidak membiarkan hal-hal yang tak suci merusak
hubungan nikah suci itu dengan Kristus, sebagai Kepala dan Mempelai Pria Sorga.
Pendeknya:
Wujud nyata dari ketundukan dan kedewasaan gereja Tuhan ialah penyembahan
atau penyerahan diri sepenuh, dengan lain kata; taat kepada kehendak
Allah Bapa, bukan lagi menuruti keinginan daging.
Dalam
susunan Tabernakel, doa penyembahan terkena pada MEZBAH DUPA.
Sedangkan
kedudukan dari Mezbah Dupa dekat sekali dengan TIRAI (Tabir Bait Suci).
Oleh
kematian Yesus Kristus di kayu salib, maka tirai atau tabir Bait Suci terbelah
dua (robek) dari atas sampai ke bawah, dengan demikian Ia telah membawa kita
sampai kepada hadirat Allah atau takhta Allah, sebab Dia adalah Imam Besar
Agung yang memimpin penyembahan dari orang-orang kudus untuk selanjutnya dibawa
sampai ke hadirat Allah.
Tirai atau
tabir Bait Suci menunjuk; perobekan daging atau penyaliban daging sepenuh.
Sedangkan
tabir Bait Suci atau tirai dibuat dari kain:
1.
Biru langit, menunjuk; pribadi
Yesus sebagai HAMBA.
2. Ungu, menunjuk;
pribadi Yesus sebagai RAJA.
3. Kirmizi, menunjuk;
pribadi Yesus sebagai ANAK MANUSIA.
4.
Lenan halus, menunjuk; pribadi
Yesus sebagai ANAK ALLAH.
Inilah
kehidupan Tuhan Yesus Kristus yang sepenuhnya tersalib sebagai manusia rohani.
Keluaran 26:
31-33
(26:31) Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu
tua, dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus
yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan ada kerubnya, buatan ahli
tenun. (26:32) Haruslah engkau
menggantungkannya pada empat tiang dari kayu penaga, yang disalut dengan
emas, dengan ada kaitannya dari emas, berdasarkan empat alas perak. (26:33) Haruslah tabir itu
kaugantungkan pada kaitan penyambung tenda itu dan haruslah kaubawa tabut hukum
ke sana, ke belakang tabir itu, sehingga tabir itu menjadi pemisah
bagimu antara tempat kudus dan tempat maha kudus.
Tirai atau
tabir Bait Suci dengan empat warna digantungkan pada empat tiang.
Empat buah
tiang, menunjuk; empat pribadi yang sudah mengalami perobekan daging, serta
terangkat hidup-hidup ke sorga, yakni;
1.
Henokh.
2. Musa.
3. Elia.
4.
Tuhan Yesus Kristus.
Adapun
fungsi (manfaat) dari tabir atau tirai adalah pemisah antara Ruangan Suci dan
Ruangan Maha Suci.
Tadi kita
sudah melihat betapa Rut ini betul-betul gambaran dari gereja Tuhan yang
senantiasa menempatkan Kristus sebagai Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga,
berarti; senantiasa menjaga hubungan nikah yang suci, dia tidak mau merusak
hubungan intimnya dengan Tuhan oleh karena hal-hal yang tak suci, itulah tanda
penyembahan, itulah penyerahan diri dari anak-anak Tuhan.
Tentu lewat
penyembahan Rut ini, kita sebagai gereja Tuhan di hari-hari ini semakin
mengerti, bahwa; Yesus sendiri, Imam Besar, yang akan memimpin penyembahan dari
orang-orang kudus untuk selanjutnya dibawa sampai kepada hadirat Tuhan...Wahyu
8:3-4.
Tabir Bait
Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, itulah perobekan daging sepenuh
yang dialami oleh Yesus di atas kayu salib, dengan demikian terbukalah jalan
untuk berada di tempat kudus.
Kita patut
bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya kekal sampai selama-lamanya.
Kita kembali
membaca Rut 2.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas
kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang
asing?"
Sementara
dalam penyembahan itu, Rut berkata: “Mengapakah
aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku,
padahal aku ini seorang asing?”
Singkatnya: Rut
mendapatkan belas kasihan dari pada Boas, padahal Rut adalah orang asing,
sesuai dengan pengakuannya di hadapan Boas.
Rut itu
bangsa Moab, dan bangsa Moab adalah bangsa kafir, tetapi di sini kita melihat; Rut,
yang adalah bangsa kafir, mendapatkan belas kasihan dari pada Boas.
Di dalam
kitab Rut, nama Rut selalu dikaitkan dengan kata: “Rut, orang Moab”. Hal ini dibuktikan dengan ayat-ayat sebagai
berikut:
1. Rut
1: 22, “Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu.”
2. Rut
2: 2, “Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi.”
3. Rut
2: 6, “Dia adalah seorang perempuan Moab.”
4. Rut
2: 21, “Lalu kata Rut, perempuan Moab itu.”
5. Rut
4: 5, “Engkau memperoleh Rut juga,
perempuan Moab.”
6. Rut
4: 10, “Juga Rut, perempuan Moab itu.”
Nama Rut
selalu dikaitkan dengan kata: “Rut, orang
Moab”, tujuannya ialah agar Rut tetap menyadari, bahwa; bangsa kafir hidup
hanya oleh kemurahan Tuhan saja, hidup hanya karena belas kasihan Tuhan saja.
Kita ini
bangsa kafir. Kalau diberi kesempatan untuk beribadah kepada Tuhan, selanjutnya
dipercayakan jubah yang maha indah, yakni; karunia-karunia dan jabatan-jabatan
Roh-El Kudus kepada imam-imam untuk melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan
di tengah-tengah ibadah itu sendiri, itu hanya karena belas kasihan, itu hanya
karena kemurahan Tuhan saja kepada bangsa kafir. Hal itu harus kita sadari,
sebagaimana Rut menyadarinya, itu sebabnya dia berkata: “Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan
memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?”
Mengapa saya
katakan: “Diberi kesempatan untuk beribadah dan melayani adalah kemurahan?”
Karena ciri
dari kehidupan bangsa kafir adalah:
1.
Hidup dalam penyembahan berhala (menyembah Allah
yang mati).
2.
Hidup dalam dosa kenajisan.
Selanjutnya,
marilah kita menelusuri kehidupan bangsa kafir yang betul-betul ditandai dengan
penyembahan berhala dan dosa kenajisan tersebut.
Bukti bahwa;
BANGSA KAFIR HIDUP DALAM PENYEMBAHAN
BERHALA.
2 Korintus
6: 14-16
(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang
tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah
terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat
bersatu dengan gelap? (6:15)
Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama
orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena
kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan
mereka dan hidup di tengah-tengah
mereka, dan Aku akan menjadi Allah
mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Satu dari
lima noda kekafiran dari bangsa kafir ialah penyembahan berhala.
Jadi, sudah
sangat jelas, bahwa; bangsa kafir atau orang-orang yang tidak mengenal Tuhan
(seorang asing) benar-benar hidup di dalam penyembahan berhala.
Lebih rinci
(lebih jelas/lebih detil) kita akan melihat bahwa; BANGSA KAFIR HIDUP DALAM
PENYEMBAHAN BERHALA.
1 Korintus
12: 1-2
(12:1) Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku
mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya. (12:2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal
Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala
yang bisu.
Bangsa
kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, tanpa berpikir ditarik (diseret)
kepada berhala-berhala yang bisu.
Berhala yang
bisu, berarti; berhala yang mati, tidak bisa berbuat apa-apa, namun sekalipun
demikian; bangsa kafir yang tidak mengenal Allah Israel (Allah yang hidup),
tanpa berpikir (dengan mudah sekali) ditarik kepada penyembahan berhala.
Itu
sebabnya, lebih jauh Rasul Paulus berbicara dengan tandas kepada jemaat di
Korintus.
1 Korintus
12: 3
(12:3) Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak
ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata:
"Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat
mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
Kita harus
mengetahui, yakni:
-
Jika kita memiliki Roh Allah, kita tidak mungkin
berkata: "Terkutuklah Yesus!"
- Jika kita
tidak memiliki Roh Allah, kita tidak mungkin mengakui bahwa: “Yesus adalah Tuhan”, dengan lain
kata menyembah Allah yang hidup.
Tidak
mungkin bangsa Kafir dapat menyembah dan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan
Juruselamat, kalau bangsa kafir tidak memiliki Roh Allah.
Dalam hal
ini betapa halusnya dan lembutnya, Rasul Paulus memberi pengertian terhadap
bangsa kafir, bangsa yang tidak memiliki Roh Allah.
Itu sebabnya
dengan mudah sekali bangsa kafir ditarik dalam penyembahan berhala.
Berhala,
artinya; segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya; kalau seseorang
meninggalkan ibadah, meninggalkan pelayanan, hanya karena uang, karena
pekerjaan, karena kesibukan, karena ikatan-ikatan perkara lahiriah lainnya di
atas muka bumi ini, semua itu adalah berhala.
Kalau anak
Tuhan (gereja Tuhan) memiliki Roh Allah,
ia tidak mungkin hidup dalam penyembahan berhala dan tidak mungkin berkata: “Terkutuklah Yesus.”
Sebaliknya,
bangsa Kafir hidup dalam penyembahan berhala, mengutamakan perkara-perkara di
bumi (di bawah) dari pada perkara di atas (perkara rohani), yakni; ibadah
pelayanan, sehingga tanpa sadar mereka sudah berkata: “Terkutuklah Yesus.”
Kita ini
adalah bangsa Kafir, hidup oleh karena belas kasihan. Diberi kesempatan
untuk beribadah, itu karena belas kasihan. Kepada imam-imam dipercayakan
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus, yang disebut dengan jubah
yang maha indah, itu karena belas kasihan, sehingga imam-imam boleh melayani
Tuhan di tengah-tengah ibadah itu sendiri.
Bukan karena
kita hebat, bukan karena kita pintar, bukan karena kemampuan kita, namun oleh
Roh Tuhan.
Semua karena
kemurahan (belas kasihan Tuhan) sehingga kita juga harus menghargai belas
kasihan. Jangan sampai sudah diberi kesempatan untuk melayani tetapi tidak
menghargai belas kasihan; melayani hanya pada saat ibadah, tetapi di luar
ibadah tidak mau melayani Tuhan, tidak mau memperbaiki kesalahan-kesalahan,
tidak mau memperbaiki kekurangan-kekurangan jasmani rohani, itu adalah orang
yang tidak menghargai kemurahan, yang tanpa sadar dia telah berkata: “Terkutuklah Yesus.”
Sebab
Alkitab mengatakan; Terkutuklah orang
yang digantung pada kayu salib! Jadi kehidupan yang tidak menghargai kasih
karunia (kemurahan), tidak menghargai korban Kristus, tanpa sadar dia sudah
berkata: “Terkutuklah Yesus.”
Jadi, yang
sudah melayani Tuhan, perbaiki diri. Perbaiki diri bukan hanya pada saat di
tengah-tengah kita beribadah dan melayani, tetapi di luar ibadah juga terus
memperbaiki diri, memperbaiki pelayanan kita, kinerja kita di hadapan Tuhan. “Memperhatikan
apa yang masih kurang?”, itu saja
yang tersirat dalam pemikiran ini, bagaikan patam melekat pada serban imam
besar.
Lebih jauh
kita melihat tentang; BERHALA YANG BISU.
Mazmur 115:
1
(115:1) Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada
kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu,
oleh karena setia-Mu!
Pertama-tama
yang harus kita ketahui ialah kemuliaan hanya bagi Allah; sebab kemuliaan itu
tidak datang dari pekerjaan, tidak
datang dari bisnis, tidak datang dari uang, tidak datang dari kedudukan, tidak
datang dari jabatan yang tinggi, tidak datang dari pendidikan yang tinggi.
Kemuliaan
hanya bagi Allah di tempat Yang Maha tinggi karena kasih-Nya dan karena
setia-Nya.
Mazmur 115:
2-3
(115:2) Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di
mana Allah mereka?" (115:3)
Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!
Bangsa
kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah Abraham, Ishak, dan Yakub (Allah yang
hidup), berkata: “Di mana Allah mereka?”
Pendeknya,
bangsa Kafir bertanya tentang keberadaan dari Allah yang hidup.
Sesungguhnya,
Allah kita di sorga dan Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya, karena Dia hidup
dan berkuasa.
Lalu,
mengapa bangsa kafir bertanya: “Di mana
Allah mereka?”
Jawabnya:
Karena mereka tidak memiliki Roh Allah.
Kalau saja
mereka (bangsa kafir) memiliki Roh Allah, mereka tidak mungkin berkata: “Terkutuklah Yesus.”
Kalau kita
sekarang ditarik, dibawa sampai kepada hadirat Tuhan, menyembah Tuhan lewat
Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci malam ini, itu semua karena
Roh Allah yang membawa dan menarik kita sampai kepada hadirat Tuhan, sehingga
tidak ada kesempatan untuk berkata: “Terkutuklah
Yesus.”
Mazmur 115:
4-8
(115:4) Berhala-berhala mereka adalah perak
dan emas, buatan tangan manusia, (115:5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata,
mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, (115:6) mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar,
mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, (115:7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba,
mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi
suara dengan kerongkongannya. (115:8)
Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang
percaya kepadanya.
Berhala dari
bangsa kafir adalah perak dan emas, yang merupakan buatan tangan manusia.
Berbanding
terbalik dengan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah Israel, Allah yang
hidup; Dialah yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya, berarti,
berkuasa.
Kalau kita
mengambil kesimpulan: Bangsa kafir, bangsa yang di luar Tuhan ini terlalu
bodoh, sebab mereka mau menyembah allah buatan tangan manusia sendiri. Jadi,
banyak kebodohan yang terjadi kalau kita hidup di luar Tuhan. Demikianlah
kerohanian dari pada bangsa Kafir / keadaan orang-orang di luar Tuhan.
Berhala buatan tangan manusia:
Yang
Pertama: “mempunyai mulut, tetapi
tidak dapat berkata-kata.”
Kalau tidak
dapat berkata-kata, bagaimana kita mau mendengarkan perkataannya?
Manakala
kita dalam kesusahan, lalu kita menaikkan doa permohonan untuk mendapat dan
mendengar jawaban-jawabannya, tetapi kita tidak bisa mendengarkan jawaban yang
memberi jalan keluar dari masalah yang kita hadapi, karena berhala yang bisu
itu punya mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata.
Lihat saja;
orang kaya, pe-bisnis yang sangat berhasil di muka bumi ini, orang cendekiawan,
yang memiliki pendidikan yang sangat tinggi, dan mereka yang memiliki kedudukan
jabatan yang sangat tinggi, hal-hal yang mereka punya itu tidak akan pernah
memberi solusi, tidak memberi jalan keluar, tidak dapat menjawab dengan
kata-kata atas segala nikah yang sedang hancur.
Berhala buatan tangan manusia:
Yang Kedua:
“mempunyai mata, tetapi tidak
dapat melihat.”
Bukankah
mata itu adalah pelita, sehingga terang bagi jalan kita?
Kalau kita
menyembah allah yang mati, tetapi tidak mampu menerangi kegelapan dunia, lalu
bagaimana hidup (nasib) orang-orang yang menyembah berhala? Sudah jelas, berada
dalam kegelapan dosa.
Tubuh itu
satu, tetapi anggotanya banyak, salah satunya adalah mata, sedangkan letak
(kedudukan) mata jauh lebih tinggi mengatasi anggota tubuh yang lain, bahkan
telinga saja letak posisinya masih lebih rendah dari mata.
Mengapa
letak (kedudukan) mata harus lebih tinggi? Supaya melihat, supaya menjadi
terang untuk semua anggota tubuh yang lain.
Bayangkan,
kalau mata terletak di kaki, bagaimana melihat yang di atas? Yang ada justru
kondisi manusia menjadi carut marut, terjadi perselisihan satu dengan yang
lain, tabrak sana tabrak sini, karena tidak melihat sebab posisi mata ada di
bawah.
Itulah
keadaan orang yang hidup dalam penyembahan berhala, menyembah berhala yang
adalah buatan tangan manusia.
Hal ini
harus kita perhatikan dengan baik, supaya di hari-hari terakhir ini, kita
semakin diberi penerangan, diberi pengertian, bahwasanya kita hidup oleh karena
belas kasihan saja, sebab kita adalah bangsa kafir.
Tuhan sedang
menerangi hati kita. Firman Allah adalah pelita bagi kaki dan terang bagi jalan
kita.
Berhala buatan tangan manusia:
Yang Ketiga:
“mempunyai telinga, tetapi tidak
dapat mendengar.”
Kalau Tuhan
tidak mendengar setiap seruan doa permohonan kita, maka sia-sialah kita
menyembah Tuhan.
Jadi,
orang-orang yang di luar Tuhan, bangsa kafir, kalau masih mempertahankan sifat
manusia duniawinya, hidupnya adalah kehidupan yang sia-sia. Saya tidak ragu
mengatakan akan hal itu.
Berhala buatan tangan manusia:
Yang
Keempat: “mempunyai hidung, tetapi
tidak dapat mencium.”
Tuhan
memberikan hidung dengan dua lubang. Mengapa tidak satu lubang saja? Saya kira,
dengan satu lubang saja itu sudah cukup untuk mencium aroma harum maupun
sebaliknya.
Tetapi Tuhan
memberikan hidung dengan dua lubang, tujuannya; supaya kita betul-betul hidup
dalam doa penyembahan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Berhala buatan tangan manusia:
Yang Kelima:
“mempunyai tangan, tetapi tidak
dapat meraba-raba.”
Bangsa
Israel dilepaskan dari perbudakan dosa, perbudakan Mesir, perbudakan dari Firaun
(Setan), oleh karena anak domba paskah yang tersembelih. Dan setelah bebas
keluar, selama 40 (empat puluh) tahun perjalanan di padang gurun, bangsa Israel
dituntun oleh kedua tangan Tuhan yang kuat, bagaikan kepak sayap burung
rajawali mendukung anak-anaknya di atas kepak sayapnya.
Jadi, kalau
bangsa Israel dibawa sampai tiba di tanah perjanjian, tanah Kanaan, supaya
mereka dapat menyembah Allah, itu hanya karena dua tangan Tuhan yang kuat,
bukan karena berhala.
Lalu untuk
apa kita menyembah berhala, untuk apa kita bergantung kepada berhala, sedangkan
berhala itu sendiri mempunyai tangan tetapi tidak dapat meraba-raba? Apa yang
bisa kita harapkan dari berhala? Mempunyai tangan tetapi tidak bisa memberi
pertolongan.
Segala
sesuatu yang melebihi dari Tuhan itu adalah berhala, tetapi ingat: pekerjaan,
uang, kedudukan, jabatan, harta, kekayaan, ijazah, pendidikan yang tinggi,
tidak bisa memberi pertolongan. Berhala tidak bisa memberi pertolongan manakala
kita jatuh.
Inilah yang
harus kita sadari dengan bijaksana. Kita harus menyikapinya dengan
sungguh-sungguh supaya semakin hari kita semakin dewasa di dalam mengikuti
Tuhan, di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Berhala buatan tangan manusia:
Yang Keenam:
“mempunyai kaki, tetapi tidak
dapat berjalan.”
Berarti;
berhala tidak dapat menghampiri kehidupan kita masing-masing manakala kita jauh
darinya (berhala).
Berbeda
dengan Tuhan: Di manapun kita berada, bahkan manakala kerohanian kita sudah
menjauh, Tuhan dapat berjalan menghampiri kehidupan kita masing-masing.
Saudara
sudah rasakan itu; kita datang dari berbagai pelosok, kita datang dari tempat
yang jauh, lalu bersama-sama kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai,
mengapa itu bisa terjadi? Karena Tuhan yang melangkahkan kaki-Nya menghampiri
kehidupan kita.
Maka, Rut
dalam penyembahannya itu berkata kepada Boas: “Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan
memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing (bangsa kafir, bangsa
Moab, tidak mengenal Allah Israel)?”,
tetapi Tuhan yang menghampiri dia.
Berhala buatan tangan manusia:
Yang
Ketujuh: “tidak dapat memberi suara
dengan kerongkongannya.”
Malam ini
Tuhan berfirman, mengeluarkan suara dari kerongkongan-Nya, bagaikan kita
mendengarkan sangkakala yang ditiup, sehingga dengan demikian kita mengerti apa
yang harus kita kerjakan di hadapan Tuhan.
Sangkakala
yang ditiup yakni; firman Tuhan yang disampaikan adalah perintah, ketetapan,
peraturan sebagai komando yang harus kita kerjakan.
Itulah
bangsa kafir yang hidup dalam penyembahan berhala, tetapi Rut yang adalah
bangsa Moab, bangsa kafir; mendapat belas kasihan dari Boas. Boas rohani itulah
Tuhan Yesus Kristus.
Saya
tambahkan sedikit, kembali saya ingatkan: Kalau seseorang tidak mau memperbaiki
diri di hadapan Tuhan, baik ibadah maupun pelayanannya, tidak mau memperbaiki
dan membangun kerohaniannya di hadapan Tuhan, tanpa sadar ia telah mengatakan:
“Terkutuklah Yesus.”
Mazmur 115:
9
(115:9) Hai Israel, percayalah kepada TUHAN! --
Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.
Sebetulnya
yang benar adalah “percayalah kepada
TUHAN!”, percaya kepada Allah yang hidup, sebab Dialah pertolongan dan
perisai. Bukan hanya menolong manakala dalam kesusahan, tetapi juga menjadi
perisai, menjadi tempat perlindungan terhadap musuh.
Kita
kembali memperhatikan mengenai; BANGSA KAFIR.
Efesus 2:
11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu --
sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang
tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu
sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk
kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan
yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
Bangsa kafir
tidak mengenal sunat, yang mengenal sunat adalah bangsa Yahudi, bangsa pilihan,
umat kepunyaan Allah, sebab kelebihan bangsa Yahudi adalah pertama-tama kepada
merekalah dipercayakan hukum Taurat dan sunat.
Kondisi
bangsa kafir atau mereka yang di luar Tuhan adalah:
1. “Tanpa Kristus.”
Di
dalam Efesus 1: 22, dikatakan: “Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah
diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.” Allah
memberikan Kristus kepada sidang jemaat, sebagai Kepala yang menyelamatkan
tubuh.
Jika
bangsa kafir tanpa Kristus, berarti; tidak mendapatkan keselamatan, sebab jika
tanpa Kepala, sama artinya; tanpa keselamatan.
2. “Tidak termasuk kewargaan Israel.”
Berarti; bukan bangsa pilihan, bukan
milik kepunyaan Allah.
3. “Tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.”
Allah yang hidup, itulah Allah
Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub.
Yakub
berganti nama menjadi Israel. Abraham adalah bapa semua bangsa, bapa orang
beriman. Kemudian, anaknya yang tunggal, itulah Ishak, anak janji, itulah janji
Allah kepada Abraham, bahwa; Abraham akan menjadi bapa bagi banyak bangsa.
Ketika Abraham diminta untuk mempersembahkan anak satu-satunya, tetapi dia
tidak ragu karena dia yakin, bahwa Allah dapat membangkitkan orang mati.
Tetapi bangsa kafir;
tidak mendapat janji.
4. “Tanpa pengharapan.”
Berarti;
tidak mengalami kebangkitan.
Rasul Paulus dengan tandas berkata kepada
jemaat di Korintus: “Jika orang mati
tidak dibangkitkan, maka marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.”
Kalau kita hanya hidup satu kali, marilah kita makan dan minum, kawin dan
mengawinkan, silahkan berbuat dosa. Tetapi yang benar, ialah; hidup ini adalah
hidup yang penuh dengan pengharapan... 1 Petrus 1:3.
5. “Tanpa Allah di dalam dunia.”
Tentang “TANPA ALLAH DI DALAM DUNIA”, mari kita
lihat sejenak dalam Mazmur 10.
Mazmur 10: 4
(10:4) Kata orang fasik itu dengan batang
hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada
Allah!", itulah seluruh pikirannya.
Orang fasik
berkata dengan batang hidupnya ke atas: “Allah
tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!”, itulah seluruh pemikiran bangsa
kafir.
Pendeknya:
Bangsa kafir indentik dengan kesombongan. Fasik, sama dengan; sombong.
Lihat orang
yang di luar Tuhan; pertama-tama yang menguasai kehidupannya adalah dosa
kesombongan, tidak mungkin tidak, karena bangsa kafir hidup dalam penyembahan
berhala, mempertuhankan allah-allah kecil di bumi ini, (itulah pekerjaan,
kedudukan, jabatan, harta, uang, ijazah, pendidikan yang tinggi, dan lain
sebagainya). Dan manakala mereka berhasil oleh berhala-berhala ini, tanpa sadar
dia akan menyombongkan diri.
Tetapi puji
Tuhan; oleh karena kekuatan dua tangan Tuhan, menarik kita datang kepada Tuhan.
Oleh karena belas kasihan Tuhan kepada bangsa kafir, kita diajar untuk
memandang salib, supaya kita semakin rendah hati.
Jadi, kalau
pun kita berhasil, itu karena kemurahan Tuhan. Lulus mengikuti jenjang
pendidikan dan menjadi sarjana, mendapat gelar tinggi, itu karena kemurahan
Tuhan. Mendapat pekerjaan dan dari pekerjaan itu memperoleh upah yang besar,
itu juga karena kemurahan Tuhan. Tidak ada yang harus disombongkan, sebab orang
yang sombong itu tanpa sadar dia sudah berkata: “Allah tidak ada” atau “tanpa
Allah di dalam dunia.”
Efesus 2:
1-3
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2:2)
Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena
kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang
bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3)
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup
di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami
yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama
seperti mereka yang lain.
Lebih jauh
kita melihat keadaan dari bangsa kafir waktu hidup di luar Tuhan:
1. “Mengikuti jalan dunia ini”, artinya; dengan mudah
dihanyutkan oleh arus dunia ini.
Perkembangan
teknologi di akhir-akhir ini sudah semakin canggih dan berkembang dengan luar
biasa pesatnya, tetapi hati-hati, jangan sampai kita hanyut dengan arus dunia.
Kalau
sampai hari ini saya bertahan untuk menggunakan telepon genggam (handphone) biasa, tidak menggunakan gadget (gawai), itu karena kemurahan
Tuhan. Tetapi saya tidak melarang sidang jemaat untuk menggunakan gadget (gawai), silahkan saja, kalau
memang saudara bisa menahan diri.
Hati-hati
dengan arus dunia, tetapi yang pasti; bangsa kafir hidup dan mengikuti jalan
dunia ini, dengan mudah mengikuti arus dunia ini sampai mengalami kematian
rohani. Kalau sudah mati rohani, maka tidak ada lagi hasrat untuk beribadah,
tidak ada lagi keinginan yang kuat untuk melayani pekerjaan Tuhan.
2. “Mentaati penguasa kerajaan angkasa”, tandanya;
mendurhaka atau memberontak kepada Allah.
Dalam
perjalanan bangsa Israel terjadi beberapa kali pemberontakan, antara lain;
- Pemberontakan
Bani Korah, dengan Datan, Abiram, dan On, kepada Musa.
Mengapa
terjadi pemborantakan? Karena bani Korah menuntut pangkat imam. Sebetulnya,
bani Korah ini sudah diberi kesempatan untuk melayani Tuhan, tetapi masih juga
menuntut pangkat imam, karena merasa diri layak, merasa diri lebih benar,
merasa diri lebih suci.
- Miryam dan
Harun juga pernah memberontak kepada Musa, dengan mengata-ngatai Musa, adiknya
itu.
Mengapa
terjadi pemberontakan? Karena Miryam dan Harun juga merasa diri layak dan
dipercaya oleh Tuhan, sehingga mereka mengata-ngatai Musa, sehingga oleh karena
pemberontakan itu, mereka ditimpa oleh sakit kusta.
Sakit
kusta, berarti; seluruh tubuh putih tetapi penyakit, sama halnya dengan
kebenaran diri sendiri itu adalah penyakit, itulah kusta rohani.
3. “Hidup di dalam hawa nafsu daging.”
Berarti; menuruti kehendak daging, bukan
lagi menuruti kehendak Allah.
Perlu untuk diketahui:
- Kalau kita
hidup menuruti daging, memikirkan hal-hal yang dari daging, hanya menuruti
kehendak daging.
- Sebaliknya,
kalau kita hidup menurut Roh, maka memikirkan hal-hal yang dari Roh, memikirkan
perkara-perkara di atas, memikirkan perkara rohani, itulah ibadah pelayanan
yang Tuhan percayakan.
Efesus 2:
4-5
(2:4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat,
oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, (2:5) telah menghidupkan kita
bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan
--
Dahulu
bangsa kafir sudah mati karena dosa yang ditimbulkan tiga musuh abadi, yaitu;
1.
Dunia dengan arusnya yang
menghanyutkan.
2. Setan yang
menyebabkan seseorang mendurhaka, memberontak kepada Tuhan.
3.
Daging dengan segala hawa
nafsunya.
Kita ini
bangsa Indonesia, bukan bangsa Israel. Kita ini bangsa kafir yang dahulu hidup
jauh (tidak mengenal Tuhan), penuh dengan pelanggaran dan dosa, dan sebetulnya
kita sudah mati karena dosa-dosa itu, sebab upah dosa adalah maut.
Tetapi oleh
karena rahmat dan kasih-Nya yang besar, kita dihidupkan kembali oleh karena
belas kasihan, oleh karena kemurahan Tuhan. Jadi, jangan sampai ada di antara
kita menganggap kecil dan hina ibadah ini. Kalau Yesus tidak mati dan bangkit,
maka tidak akan ada ibadah ini. Kalau Yesus tidak mati dan bangkit, maka tidak
akan ada orang yang melayani di tengah-tengah ibadah.
Hanya oleh
karena kematian dan kebangkitan-Nya, Dia memberikan kepada manusia;
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus. Oleh sebab itu, penggembalaan
ini harus dijunjung tinggi, lebih berharga dari berhala apapun di bumi ini,
termasuk pekerjaan, kedudukan, uang yang banyak, pendidikan yang tinggi.
Biarlah mata
rohani kita semakin dicelikkan oleh Tuhan, karena rahmat dan belas kasih-Nya.
Setelah kita
mendapatkan penjelasan bahwa bangsa kafir hidup dalam penyembahan berhala,
sekarang kita akan melihat bukti bahwa bangsa kafir hidup dalam kenajisan.
Bukti bahwa;
BANGSA KAFIR HIDUP DALAM KENAJISAN.
Kejadian 19:
36-37
(19:36) Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari
ayah mereka. (19:37) Yang lebih tua
melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang
Moab yang sekarang.
Moab lahir
karena hasil dari perzinahan antara Lot dengan puterinya yang tertua.
Jadi, anak
yang dilahirkan oleh puteri Lot yang tertua adalah bapa orang Moab yang
sekarang ini.
Berarti,
leluhur dari pada Rut dilahirkan dari hasil perzinahan. Dari hal inilah kita
semakin diberi pengertian, bahwa; bangsa kafir, bangsa Moab (yang dahulu jauh
dari Tuhan/tidak mengenal Tuhan), betul-betul ditandai dengan kenajisan.
Lebih rinci
kita melihat, bahwa; bangsa Moab hidup dalam kenajisannya.
Bilangan 25:
1
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim,
mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.
Bangsa Moab
ini identik dengan dosa kenajisan, sekaligus hidup dalam penyembahan berhala,
sedangkan allah sesembahan dari bangsa Moab adalah Baal-Peor.
Bangsa
Israel akhirnya jatuh dalam perzinahan dengan perempuan-perempuan Moab, itu
terjadi karena pesan yang disampaikan oleh Bileam kepada Balak, raja Moab,
supaya dengan terjadinya perzinahan dengan perempuan Moab, bangsa Israel akan takluk.
Ingat; kalau
kita betul-betul hidup di dalam kesucian, menyingkirkan diri dari perzinahan,
melepaskan diri dari roh kenajisan, maka umat Tuhan, milik kepunyaan Tuhan
tidak akan pernah kalah dalam menghadapi segala musuh.
Tetapi oleh
karena upah, Bileam dengan kelicikannya memberi pesan kepada raja Balak, dan
akhirnya bangsa Israel mengalami kekalahan besar.
Yang mau
saya sampaikan malam ini, bahwa: Bangsa Moab adalah bangsa kafir, identik
dengan dosa kenajisan. Itu sebabnya perempuan-perempuan Moab itu dengan rela
hati berzinah dengan anak laki-laki dari bangsa Israel, tidak sungkan-sungkan
lagi.
Sekarang ini
dosa kenajisan merajalela; di televisi saja mengucapkan hal-hal yang najis yang
seharusnya tabu, sekarang sudah blak-blakan.
Mulai dari cara berpakaiannya, solah tingkahnya, semua melekat tanda kenajisan
di dalam dirinya.
Apa yang
keluar tentu semua itu berasal dari dalam hatinya, di mana hati pikirannya
sudah tersirat hal-hal yang najis.
Sebab itu;
imam-imam perhatikan kedudukan kita berada di antara Allah dengan manusia
berdosa untuk membawa manusia berdosa kepada Allah, jangan sampai kedudukan
kita diseret dalam kenajisan.
Hati-hati,
di manapun kita berada duduk dan berdiri, entah di rumah, entah di tempat
pekerjaan, kedudukan seorang imam adalah antara Allah dengan manusia, jangan
bawa dirimu dalam kedudukan kenajisan itu, supaya kita senantiasa
berkemenangan.
Kalau kita
diberi suatu pengertian, itu karena belas kasihan, sehingga kita bisa mengerti
apa yang menjadi kehendak Tuhan, apa yang menjadi maunya Tuhan, bukan lagi apa
maunya kita (apa kehendak kita / apa keinginan hati kita).
Tetapi Rut,
pada saat dia mendapat belas kasihan, dia menyembah dengan mukanya sampai ke
tanah, inilah penyerahan diri sepenuh, penyerahan diri secara total, tidak lagi
hidup menurut kehendak diri (kehendak manusia), tetapi hidup menurut kehendak
Tuhan yang jadi, sehingga ada seruan: "Eli,
Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?
Yesus datang
ke bumi bukan karena kehendak-Nya, tetapi karena kehendak Allah Bapa, itulah
penyerahan diri, itulah penyembahan.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas
kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini
seorang asing?"
Kembali saya
tandaskan: Rut mendapat belas kasihan dari Boas rohani, yaitu Tuhan Yesus
Kristus.
Kita juga
sudah mendapat kemurahan dari Tuhan, buktinya; kita diberi kesempatan
untuk beribadah, diberi karunia-karunia dan jabatan-jabatan kepada imam-imam
untuk melayani di tengah-tengah ibadah itu di hadapan Tuhan.
Lewat Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci yang kita kerjakan malam hari
ini, itu adalah bukti kemurahan Tuhan. Diberi kesehatan, itu juga
kemurahan. Diberi kemauan, itu juga kemurahan. Biarlah kita semua
memiliki kemauan yang dari Tuhan, supaya kita mengerjakan ibadah pelayanan ini
bukan dasar kehendak kita lagi.
Jadi, “kesehatan,
kesempatan, kemauan”, semuanya karena belas kasihan Tuhan.
Efesus 2: 6
(2:6) dan di dalam Kristus Yesus Ia telah
membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di
sorga,
Ternyata,
belas kasihan itu akan membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Ibadah dan
pelayanan ini akan menghantar kita untuk dibawa masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
itulah kemurahan yang lebih besar dari kemurahan yang kita terima di bumi ini
sekarang.
Efesus 2: 7
(2:7) supaya pada masa yang akan datang Ia
menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah
sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.
“Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih
karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam
Kristus Yesus”, itulah suasana sorga, bahagia kekal sampai selama-lamanya.
Itulah kasih karunia yang lebih besar dari kasih karunia yang kita alami
sekarang ini.
Efesus 2: 9
(2:9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan
ada orang yang memegahkan diri.
Kalau kita
diberi kesempatan untuk mengusahakan dan mengerjakan Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai perjamuan suci, itu karena belas kasihan Tuhan. Dan di
tengah-tengahnya imam-imam melayani Tuhan dengan segala karunia jabatan, itu
karena belas kasihan, bukan karena kekuatan, bukan karena kemampuan kita, sebab
itu; jangan ada orang yang memegahkan diri. Jangan ada yang sombong dan jangan
ada orang yang berkata: “Karena saya.
Karena pengorbanan saya.”
Kalau
perkataan itu pernah terucap dari mulut, atau bahkan tersirat dalam hati dan
pikiran, malam ini minta ampun kepada korban Kristus, dan biarlah firman Tuhan
diteguhkan oleh tubuh dan darah lewat perjamuan suci yang sebentar lagi akan
kita nikmati.
Kalau kita
diberi kesempatan untuk menikmati Pengajaran Mempelai, itu bukan karena saya,
melainkan karena kemurahan Tuhan. Saya sendiri tidak berani mengatakan bahwa
Pengajaran Mempelai yang saya sampaikan adalah “karena saya”, walaupun saya sadar saya sudah dipakai Tuhan untuk
menjadi saluran berkat bagi sidang jemaat. Singkatnya, jangan ada yang
memegahkan diri...Puji Tuhan.
Orang yang
memegahkan diri menganggap segala sesuatu karena dirinya sendiri, karena
kemampuannya sendiri, itu menunjukkan bahwa hukum Taurat itu melekat sekali di
dalam dirinya. Karena begitulah kebenaran dari hukum Taurat; siapa yang
melakukan, itu yang dibenarkan, tetapi kita ini dibenarkan karena iman,
dibenarkan oleh darah salib, itulah kasih karunia.
Efesus 2: 8
(2:8) Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah,
Karena kasih
karunia, kita semua diselamatkan oleh iman; bukan karena hasil usaha, bukan
karena pekerjaan, semua karena belas kasihan.
Kalau Rut
sudah mendapat belas kasihan, kita juga sudah mendapat belas kasihan, itu
adalah tanda perhatian Tuhan, dan kalau Tuhan memperhatikan kita, perhatian-Nya
itu sampai kedalaman hati yang paling terdalam.
Jangan
memegahkan diri dan jangan sombong, seperti bangsa kafir, dan tanpa sadar,
hukum Taurat itu melekat pada dirinya.
Roma 11:
17-18
(11:17) Karena itu apabila beberapa cabang telah
dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya
dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, (11:18) janganlah kamu bermegah
terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu
yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.
Apabila
tunas liar (bangsa kafir) turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang
penuh getah itu; jangan bermegah, jangan menyombongkan diri kalau kita sudah
mendapatkan belas kasihan, mendapat kemurahan.
Kita ini
tunas liar, bangsa kafir, tetapi dicangkokkan pada pokok zaitun yang penuh
getah, dan cabang-cabang itu ditopang oleh akar pohon zaitun. Bukan kita yang
menopang pohon zaitun, tetapi akar pohon zaitun yang penuh getah.
Getah itu
rasanya pahit, itulah sengsara yang dialami oleh Yesus waktu Dia disalibkan.
Dan oleh karena rasa pahit dari getah ini, kita mendapat kemurahan. Bangsa
kafir, tunas liar turut dicangkokkan pada pokok zaitun, itu adalah kemurahan
Tuhan.
Kalau kita
mendapat bagian dari kemurahan Tuhan, getah dari akar pohon zaitun, itu karena
belas kasihan Tuhan.
Kalau kita
bisa menjadi bagian keluarga Allah, sidang jemaat Allah, menjadi tiang penopang
yang dipancangkan Tuhan, itu adalah kemurahan Tuhan. Sesungguhnya kita adalah
tunas liar, bangsa kafir yang dicangkokkan, sehingga kita boleh mendapat
kemurahan dari akar pohon zaitun yang penuh getah.
Roma 11: 20
(11:20) Baiklah! Mereka dipatahkan karena
ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah
kamu sombong, tetapi takutlah!
Kalau kita
sudah mendapat kemurahan, berada di tengah ibadah dan pelayanan, lalu dipercaya
untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan berbagai karunia jabatan; jangan sombong,
jangan bermegah, tetapi takutlah. Sebab takut akan Tuhan membenci kejahatan.
Roma 11: 22
(11:22) Sebab itu perhatikanlah kemurahan
Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang
telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam
kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.
Hati-hati,
yang sudah mendapat kemurahan; bangsa kafir, tunas liar, yang dicangkokkan pada
pohon zaitun, perhatikanlah kemurahan Allah, juga kekerasan-Nya, yaitu
kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kita sekaliannya,
kemurahan-Nya, yaitu jika kita tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kita pun
akan dipotong juga.
Karena
kekerasan hati bangsa Israel, mereka dipotong, lalu tunas liar (bangsa kafir)
dicangkokkan, mendapat bagian dari pohon zaitun, itulah kemurahan bagi bangsa
kafir. Tetapi kalau kita sudah mendapat kemurahan, dua hal yang harus
diperhatikan:
1.
Perhatikan kemurahan Allah, maksudnya;
menghargai kemurahan Tuhan dan semua ini karena kemurahan.
2.
Perhatikan kekerasan-Nya. Lihat,
karena kekerasan-Nya, bangsa Israel yang keras hati dipotong.
Singkat
kata, Tuhanlah yang menentukan segala sesuatunya. Biarlah kiranya kita semua
belajar untuk menghargai kemurahan. Perhatikan kemurahan hati Allah, perhatikan
kekerasan-Nya...Haleluya..
Dia akan
berkemurahan kepada siapa Dia berkemurahan, yaitu kepada dia yang menghargai
kemurahan-Nya. Bagi yang sudah hidup dalam kemurahan, katakan: “Hidupku karena kemurahan”. Kesehatan,
kesempatan, kemauan, karena kemurahan. Diberi pekerjaan, karena kemurahan.
Diberi umur panjang, karena kemurahan. Hargai kemurahan supaya tetap berada
dalam kemurahan.
Kalau tidak,
awas kekerasan-Nya, sebab Dia akan mengeraskan hati kepada orang yang
mengeraskan hati, seperti raja Firaun. Dalam setiap tulah, dia selalu minta
ampun dan mengijinkan bangsa Israel untuk keluar dari Mesir, tetapi setelah
selesai tulah yang satu, dia kembali menghalangi bangsa Israel lagi. Kemudian
turunlah tulah yang kedua, lalu dia menyesal, tetapi akhirnya tetap menghalangi
terus menerus sampai tulah kesembilan. Tetapi pada tulah kesepuluh, akhirnya
Firaun melepaskan bangsa Israel, tetapi itu pun masih keras hati; setelah
dilepaskan, bangsa Israel dia kejar kembali.
Tuhan
mengeraskan hati kepada orang yang keras hati!!!
Perhatikanlah
dua hal ini; kemurahan hati dan kekerasan-Nya.
Kalau diberi
kesempatan beribadah, diberi karunia jabatan untuk melayani, hai imam-imam,
hargailah itu. Sudah mendapat pembukaan firman, hargailah pembukaan. Firman itu
tertutup kepada orang yang akan binasa, tetapi apabila saudara sudah mendapat
pembukaan, hargailah itu.
Sampai nanti
kita dibawa kepada kemurahan yang lebih besar, Yerusalem yang baru, kota
Mempelai. Menjadi mempelai, itu karena kemurahan. Bangsa kafir turut mendapat
bagian dalam kemurahan, menjadi Yerusalem baru (mempelai wanita Tuhan), itu
karena kemurahan Tuhan.
Inti dari
mempelai adalah 144000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, tetapi kalau
kita mendapat bagian dari himpunan besar itu, itu adalah kemurahan. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment