KITAB WAHYU
(Seri: 04)
Subtema: BAIT ALLAH YANG MATI & BAIT ALLAH YANG
HIDUP.
Shalom.
Salam sejahtera
kiranya memenuhi kehidupan kita.
Saya juga tidak lupa
menyapa anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.
Segera saja kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian
diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya,
dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah
dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Perhatikanlah
kata-kata berikut: “Bangunlah dan ukurlah
Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya”
Adapun alat pengukur
yang digunakan ialah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya,
jelas ini menunjuk kepada firman Allah. Berarti, perasaan serta pikiran hati
manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai
alat ukur untuk hal-hal yang rohani atau perkara Ilahi, selain firman Allah
yang kekal, sebagai buluh pengukur yang sejati.
Ada 3 (tiga) hal yang
diukur oleh buluh pengukur (firman Allah), yaitu:
1.
Bait Suci
Allah.
2.
Mezbah.
3.
Mereka
yang beribadah di dalamnya.
Mari kita berdoa
dengan segala kerendahan hati, memohon kepada Tuhan supaya kita dapat melihat
tentang tiga hal yang diukur oleh tongkat atau buluh pengukur tersebut, dimulai
dari Bait Suci Allah.
I. BAIT SUCI ALLAH (Seri 2)
Dalam hal ini, Tuhan
terlebih dahulu mengukur Bait Suci Allah.
Pertanyaannya:
Siapakah yang disebut dengan Bait Allah?
Segera kita
memperhatikan jawabannya dalam 1 Korintus 3: 16-17.
1 Korintus 3: 16-17
(3:16) Tidak
tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah
diam di dalam kamu? (3:17) Jika
ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab
bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.
Yang dimaksud dengan
Bait Allah ialah kehidupan dari setiap umat Tuhan itu sendiri, kehidupan kita
masing-masing, pribadi lepas pribadi. Fungsi Bait Allah adalah sebagai tempat
Roh Allah berdiam.
Maka supaya Roh Allah
itu berdiam di dalam kehidupan kita sebagai Bait Allah, syaratnya; Bait Allah
itu harus kudus, hidup kita harus kudus, menguduskan diri di hadapan Tuhan.
Sebab tidak mungkin Roh Allah itu berdiam di tempat yang tidak kudus.
Itu sebabnya kalau
kita perhatikan Efesus 5: 26-27,
Rasul Paulus menceritakan bagaimana Kristus, sebagai Kepala, menguduskan
tubuh-Nya, sidang jemaat-Nya dengan air dan firman, dengan tujuan untuk
membangun Bait Suci di hadapan-Nya yang tanpa cacat cela, atau kerut atau yang
serupa dengan itu.
Roma 8: 6
(8:6) Karena keinginan
daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup
dan damai sejahtera.
Daging itu mati,
tetapi Roh adalah hidup.
Roma 8: 9
(8:9) Tetapi
kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh
Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia
bukan milik Kristus.
Kita tidak hidup di
dalam daging, melainkan dalam Roh, jika Roh Allah itu diam di dalam kita.
Maka kita harus
merawat, kita harus menjaga Roh Allah yang tinggal di dalam kehidupan kita,
sebagai Bait Allah, sebab Roh Allah itu begitu peka. Jangan sampai Roh Allah
itu dipadamkan, jangan sampai Roh Allah itu berduka oleh karena perbuatan
daging.
Roma 8: 13
(8:13) Sebab,
jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh
Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
-
Hidup menurut daging,
sama artinya; Bait Allah yang mati.
-
Hidup menurut Roh
disebut Bait Allah yang hidup.
Daging itu mati, Roh
yang menghidupkan.
Oleh sebab itu, mari
kita lebih rinci memperhatikan Roma 8: 4-5
Roma 8: 4-5
(8:4) supaya
tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging,
tetapi menurut Roh. (8:5) Sebab
mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;
mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
-
Hidup menurut daging;
memikirkan hal-hal yang dari daging, ini menunjukkan; Bait Allah yang mati, tanpa aktivitas di hadapan Tuhan, tanpa aksi
dan akselerasi di tengah-tengah kegiatan Roh, sama saja dengan hidup menurut
hukum Taurat.
-
Hidup menurut Roh;
memikirkan hal-hal yang dari Roh, yaitu perkara-perkara di atas atau
perkara-perkara rohani, ini menunjukkan; Bait
Allah yang hidup, dengan lain kata terlepas dari tuntutan hukum Taurat.
Sejenak kita melihat
IBADAH MENURUT HUKUM TAURAT.
Ibadah menurut hukum
Taurat adalah ibadah yang dijalankan secara lahiriah, misalnya; mulut
memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama artinya; mempersembahkan
tubuh jasmani di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi manusia batiniahnya tidak
dipersembahkan kepada Tuhan.
Kelemahan dari hukum
Taurat:
1.
Menunjuk-nunjuk dosa
atau menghakimi orang yang berdosa.
2.
Tidak mengampuni orang
yang berdosa.
Inilah bagian dari
tuntutan-tuntutan hukum Taurat itu sendiri.
Praktek hukum Taurat:
Mengasihi sesama atau mengasihi orang yang mengasihi, tetapi membenci musuh
(orang yang berbuat salah).
Pendeknya;
-
Hidup menurut daging
adalah Bait Allah yang mati.
-
Hidup menurut Roh
menjadi Bait Allah yang hidup.
1 Korintus 6: 19-20
(6:19) Atau
tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam
di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan
milik kamu sendiri? (6:20) Sebab
kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah
Allah dengan tubuhmu!
Hidup kita ini adalah
Bait Roh Allah yang hidup, berarti tubuh kita ini digunakan untuk memuliakan Allah.
Bait Allah yang hidup
senantiasa memuliakan Allah dengan tubuhnya, dengan hidupnya, sedangkan daging
itu mati; tidak ada aktivitas, tidak ada kegiatan-kegiatan di dalamnya, dan
berada di bawah tuntutan-tuntutan hukum Taurat.
2 Korintus 6: 14-17
(6:14) Janganlah
kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak
percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?
Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (6:15) Persamaan apakah yang terdapat
antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya
dengan orang-orang tak percaya? (6:16)
Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari
Allah yang hidup menurut firman Allah ini:
"Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. (6:17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman
Tuhan, dan janganlah menjamah apa
yang najis, maka Aku akan menerima
kamu.
Dengan tegas Rasul
Paulus berkata kepada sidang jemaat di Korintus, bahwa; hidup kita ini adalah
Bait Allah yang hidup, berarti; senantiasa memuliakan Tuhan dengan tubuh
(dengan hidup kita ini), sebab Roh Allah yang menjadi motor penggeraknya.
Kalau tidak ada Roh
Allah, berarti hidup menurut daging, sama dengan Bait Allah yang mati.
Syarat memuliakan Tuhan dengan tubuh: Keluar dan memisahkan diri dari noda kekafiran, dengan
lain kata jangan menjamah apa yang najis, antara lain;
1.
Kedurhakaan.
2.
Gelap.
3.
Belial.
4.
Orang-orang
yang tidak percaya.
5.
Berhala.
Pisahkan diri dari
noda kekafiran, keluarlah dari 5 (lima) perkara di atas, jangan menjamahnya
supaya jangan menjadi najis.
Persamaan dari 5
(lima) perkara di atas.
1.
Kedurhakaan,
menunjuk; orang yang dikuasai oleh roh pemberontakan. Seseorang mendurhaka di
hadapan Tuhan karena orang itu dikuasai oleh roh pemberontakan, sama seperti
bani Korah memberontak karena dikuasai roh pendurhakaan.
Orang yang
suka memberontak adalah orang yang tidak puas dengan kedudukan jabatan yang
dipercayakan oleh Tuhan kepadanya, seperti bani Korah merasa diri layak di
hadapan Tuhan.
Mengapa
seseorang suka memberontak di hadapan Tuhan? Karena merasa dirinya lebih layak
dari pada orang lain, dan orang semacam ini dengan mudah sekali dikuasai oleh
roh pendurhakaan, sampai akhirnya suka memberontak.
2.
Gelap, sama
dengan malam, fungsinya; untuk menyembunyikan dosa dengan segala
perbuatan-perbuatannya.
Orang-orang
yang melayani Tuhan disebut anak-anak siang atau anak-anak terang, sedangkan anak-anak
malam disebut orang-orang kegelapan dengan perbuatan-perbuatannya, antara lain;
-
Mabuk
waktu malam, itulah hidup menurut hawa nafsu daging.
-
Tidur
waktu malam, itulah malas.
3. Belial, menunjuk; Setan yang senantiasa menyangkal salib
Kristus, tidak suka mendengar korban Kristus di tengah ibadah pelayanan, tetapi
suka mendengar cerita-cerita dunia ini, padahal yang menyelamatkan bukanlah
harta, bukan kedudukan, bukan jabatan, bukan pendidikan yang tinggi, bukan apa
yang kita punya ini. Sebtulnya, yang menjembatani untuk kita boleh mendapat
keselamatan yang kekal di dalam kerajaan tak tergoncangkan adalah salib.
4.
Orang-orang yang tidak percaya, menunjuk; orang-orang yang hidup menurut kebenaran diri
sendiri.
Prakteknya;
bergantung kepada manusia dan kekuatannya, tidak bergantung kepada Tuhan.
-
Persis seperti orang
Mesir; untuk menyirami kebun sayur, mereka harus mengandalkan kekuatan,
mengambil air dan menyirami kebun sayurnya.
-
Berbeda dengan tanah
Kanaan; bergunung dan berlembah, bergantung sebanyak hujan turun dari langit,
artinya; bergantung kepada kemurahan Tuhan.
5.
Berhala, artinya;
segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya; meninggalkan ibadah dan
pelayanan karena pekerjaan, karena kesibukan, karena perkara lahiriah, karena
ini dan itu, itulah yang disebut berhala. Pekerjaan bisa jadi berhala, uang
bisa jadi berhala. Kemudian, kekerasan hati juga disebut dengan berhala.
Hal-hal inilah yang
menyebabkan sehingga kehidupan manusia menjadi Bait Allah yang mati, Bait Allah
yang tidak diukur oleh Tuhan; hidup menurut daging, senantiasa berada dalam
tuntutan-tuntutan hukum Taurat itu sendiri.
Sejenak kita melihat
Yehezkiel.
Yehezkiel 11: 19-20
(11:19) Aku akan
memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga
Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati
yang taat, (11:20) supaya mereka
hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku
dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi
Allah mereka.
Sudah jelas, ini
adalah Bait Allah yang hidup.
Tetapi kita melihat
dulu ayat 21-22.
Yehezkiel 11: 21-22
(11:21) Mengenai
mereka, yang hatinya berpaut pada dewa-dewanya yang menjijikkan dan pada
perbuatan-perbuatannya yang keji, Aku akan menimpakan kelakuan mereka
atas kepalanya sendiri, demikianlah firman Tuhan ALLAH." (11:22) Maka kerub-kerub itu
mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya bergerak bersama-sama dengan
mereka, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka.
“Kerub-kerub itu
mengangkat sayap mereka”, maka
naiklah kemuliaan Allah dari tengah-tengah negeri itu, sama artinya; Tuhan
mengangkat kemuliaan-Nya dan dijauhkan dari tengah-tengah negeri itu.
Penyebabnya ada dua:
1.
Mereka
berpaut pada dewa-dewanya.
2.
karena
perbuatan mereka keji.
Oleh karena dua
perkara inilah, Bait Allah kehilangan
kemuliaan Allah, sama dengan Bait
Allah yang mati.
Penyebab Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya.
YANG PERTAMA: Berpaut pada dewa-dewanya.
Bangsa Israel pernah berpasangan
dengan Baal-Peor.
Bilangan 25: 1-3
(25:1) Sementara
Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan
perempuan-perempuan Moab. (25:2)
Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi
allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah
allah orang-orang itu. (25:3) Ketika
Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN
terhadap Israel;
Yang terjadi ketika
bangsa Israel berpasangan dengan Baal-Peor:
1.
Bangsa Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab, sama artinya; satu tubuh dengan perempuan cabul.
2.
Mempersembahkan korban sembelihan kepada Baal-Peor. Mengenai hal ini, seringkali anak-anak Tuhan berkorban
sampai jiwa hancur, hati patah dan remuk, namun pengorbanannya bukan untuk
Tuhan, melainkan hanya karena hal-hal lahiriah, bahkan hanya karena dosa, itu
merupakan kesia-siaan, korban sembelihan yang tidak berarti dan tidak berguna
di hadapan Tuhan.
Korban
sembelihan yang benar adalah sesuai Mazmur 51: 19, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah
dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.”
Tetapi
kalau jiwa hancur, hati patah dan remuk karena Baal-Peor itu adalah
kesia-siaan, karena berhala itu adalah kesia-siaan, karena perkara lahiriah itu
adalah kesia-siaan, tidak ada artinya.
Dahulu saya hidup di
dalamnya, sebelum mengerti, sebelum mengenal dengan benar Pengajaran Mempelai
dan Pengajaran Tabernakel; suka berkorban untuk sesuatu hal yang tidak penting,
bahkan komproni dengan dosa sampai jiwa hancur, hati patah dan remuk, ini
adalah kesia-siaan.
Inilah yang terjadi
ketika bangsa Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bahkan satu lagi; mereka turut makan dari korban itu. Ini
adalah perkara yang lebih parah lagi.
Turut makan, berarti;
menikmati dosa kejahatan dan menikmati dosa kenajisannya.
Kalau Roh Tuhan ada di
dalam Bait Allah, maka Bait Allah itu disebut dengan Bait Allah yang hidup,
tidak mati, tidak vakum, tetapi kalau Bait Allah itu menjadi Bait Allah yang
mati, di situ banyak kegiatan-kegiatan yang disebut dengan noda kekafiran tadi,
itulah dosa kejahatan dan dosa kenajisan.
Inilah keberadaan dari
bangsa Israel ketika berpaut dengan dewa-dewa, salah satunya adalah Baal-Peor.
Kemudian, bangsa
Israel juga pernah menyembah berhala Baal pada masa raja Ahab.
1 Raja-Raja 18: 20-22
(18:20) Ahab
mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung
Karmel. (18:21) Lalu Elia mendekati
seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang
dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal,
ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada rakyat
itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal
nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.
Bangsa Israel berlaku
timpang dan bercabang hati, mereka berpaut dengan berhala Baal disertai dengan
450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal. Itu terjadi pada zaman raja Ahab
menjadi raja atas Israel.
Mari kita lihat lebih
dalam tentang berhala Baal ini.
1 Raja-Raja 18: 26-27
(18:26) Mereka
mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama
Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!"
Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka
berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (18:27) Pada waktu tengah hari Elia
mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia
allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian;
barangkali ia tidur, dan belum terjaga."
Berhala Baal untuk
masa sekarang:
1.
Merenung.
2.
Sibuk
dengan urusannya.
3.
Suka
bepergian.
4.
Suka
tidur.
Mari kita lihat
pengertian rohani dari 4 (empat) perkara ini.
1.
Merenung,
menunjuk; orang yang tidak mau bertindak, sama dengan iman tanpa perbuatan
adalah nol.
2.
Sibuk dengan urusannya, sama dengan; sibuk dengan perkara-perkara lahiriah,
tetapi tidak sibuk dengan perkara rohani, perkara di atas, itulah ibadah dan pelayanan
dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
3.
Suka bepergian,
berarti; tidak berdiam di dalam rumah Tuhan, persis seperti Esau; kesukaannya
adalah tinggal di padang, dia adalah seorang yang pandai berburu daging.
Sebaliknya dengan Yakub; seorang yang tenang, ia suka tinggal di kemah,
senantiasa memperhatikan pekerjaan di dalam rumah Tuhan.
4.
Suka tidur, menunjuk
kepada; si pemalas. Kalau kita perhatikan ladang si pemalas, dalam Amsal,
semuanya ditumbuhi onak dan duri, dan ini menyakiti, juga menyusahkan diri
sendiri. Orang yang malas seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si
pemalas di tempat tidurnya. Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi,
melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring, itulah si pemalas hanya
di seputar tempat tidur saja, sehingga ia tidak sadar datanglah kemiskinan
seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Inilah berhala Baal di
zaman akhir ini, supaya kita mengerti dengan sungguh-sungguh.
Penyebab Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya.
YANG KEDUA: Perbuatan mereka keji.
Suatu kali nanti,
pembinasa keji, itulah antikris, akan berdiri di Bait Allah selama 3.5 (tiga
setengah) tahun. Dan pada saat pembinasa keji berdiri di dalam rumah Tuhan,
maka korban sehari-hari akan dilenyapkan, antara lain;
1.
Korban
santapan, itulah firman Allah. Suatu kali nanti
terjadi kelaparan atas negeri ini, bukan kelaparan akan makanan, bukan kehausan
akan minuman, melainkan akan firman Allah.
2.
Korban
sembelihan, itulah ibadah dan pelayanan.
Kalau korban
sehari-hari ini dilenyapkan, itu merupakan perbuatan keji.
Kalau seseorang tidak
menghargai ibadah dan pelayanan, tidak menghargai pembukaan firman, itu
merupakan perbuatan keji, itulah yang disebut Bait Allah yang mati, sehingga
kemuliaan Allah terangkat dari kota itu, kemuliaan Allah dijauhkan dari kota
itu.
Tadi kita sudah
melihat Bait Allah yang mati sehingga; sayap-sayap dari kerub-kerub itu
terangkat, berarti kehilangan kemuliaan Allah (kemuliaan Allah terangkat,
dijauhkan dari negeri itu).
Sekarang mari kita
melihat; BAIT ALLAH YANG HIDUP.
Yehezkiel 11: 22-23
(11:22) Maka
kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya bergerak bersama-sama
dengan mereka, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka. (11:23) Lalu kemuliaan TUHAN
naik ke atas dari tengah-tengah kota dan hinggap di atas gunung yang di
sebelah timur kota.
Kemuliaan Allah
terangkat dari tengah-tengah kota (dijauhkan dari Bait Allah), lalu kemuliaan
Allah itu hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota.
Gunung yang di sebelah
timur, menunjuk; pribadi Yesus, yang adalah batu penjuru sejati.
1 Korintus 3: 10
(3:10) Sesuai
dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang
ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun
terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana
ia harus membangun di atasnya.
Rasul Paulus adalah
ahli bangunan yang cakap, dia sudah meletakkan dasar bangunan itu, itulah Yesus
Kristus, yang adalah batu penjuru yang di sebelah timur tadi. Maka tiap-tiap
orang harus memperhatikan bagaiamana ia harus membangun di atas batu penjuru.
Demikian halnya dengan
kita; tidak boleh asal datang beribadah, kita tidak boleh asal datang melayani
di dalam rumah Tuhan, masing-masing hidup kita harus memperhatikan bagaimana ia
harus membangun di atas batu penjuru itu dengan baik, supaya akhirnya ia
menjadi Bait Allah yang hidup, bukan Bait Allah yang mati (vakum) karena perbuatan dagingnya dan tidak terlepas dari tuntutan
hukum Taurat.
Yang beribadah tidak
boleh asal beribadah kepada Tuhan dan yang melayani tidak boleh asal melayani
Tuhan, sebab sungguh, itu adalah perbuatan keji, sama saja dengan melenyapkan
korban sehari-hari; tidak menghargai ibadah dan tidak menghargai firman.
Yohanes 2: 18-22
(2:18)
Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau
tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (2:19) Jawab Yesus kepada mereka:
"Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali." (2:20)
Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang
mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" (2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya
dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (2:22)
Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah
teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun
percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Orang-orang Yahudi dan
orang Farisi bangga dengan Bait Allah yang ada di Yerusalem itu, tetapi
akhirnya Yesus berkata: “Rombak Bait
Allah ini”, artinya; segala kebanggaan-kebanggaan daging harus dirombak.
Selanjutnya Yesus berkata: “dalam tiga
hari Aku akan mendirikannya kembali”
Bangsa Israel bangga,
orang Yahudi bangga, orang Farisi bangga dengan Bait Allah yang di Yerusalem,
sebab mereka membangunnya selama 46 (empat puluh enam) tahun.
46 (empat puluh enam)
tahun, menunjuk kepada; hukum Taurat, sebab dua loh batu berisikan sepuluh
hukum Allah, di mana;
-
4 (empat) hukum
ditulis pada loh batu pertama.
-
6 (enam) hukum ditulis
pada loh batu kedua.
Jadi, Bait Allah yang
di Yerusalem itu harus dirombak kembali menjadi Bait Allah yang baru karena
dibangun di atas batu penjuru.
Angka 3 (tiga),
menunjuk; pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, itulah korban
Kristus, itulah batu penjuru.
Jangan kita asal-asal
menjalankan ibadah ini menurut daging, apalagi menurut tuntutan hukum Taurat,
itu salah. Kalau lagi senang, datang beribadah. Kalau lagi tidak senang, tidak
datang beribadah, itu adalah kesalahan.
Rombak Bait Allah
semacam ini, supaya dibangun di atas batu penjuru, korban Kristus. Lenyapkan
segala kebanggaan daging.
Itu sebabnya kalau
kita perhatikan pada ayat 17, "Cinta
untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Dalam hal membangun rumah ini, juga
ternyata disertai dengan mempersembahkan korban bakaran.
Korban bakaran itu
berarti mempersembahkan potongan-potongan daging dari kepala sampai ekor di
atas Mezbah Korban Bakaran sampai pagi, sampai hangus.
Apa yang sudah kita
persembahkan kepada Tuhan, jangan dihitung-hitung lagi, harus sampai hangus.
Kita bekerja melayani pekerjaan Tuhan, sampai hangus, sampai raga ini habis.
Hati ini habis hanya
untuk melayani pekerjaan Tuhan, itulah tanda ketika Bait Allah sudah dirombak
dan didirikan di atas batu penjuru, korban Kristus, tidak ada lagi kebanggaan
daging.
Efesus 2: 19-22
(2:19) Demikianlah
kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan
Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (2:21)
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait
Allah yang kudus, di dalam Tuhan. (2:22)
Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di
dalam Roh.
Yang dibangun di atas
para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus, sebagai batu penjuru, maka di
dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, dengan tanda;
1.
Rapi
tersusun.
Untuk yang
kesekian kali saya berkata tentang rapi tersusun ini, berarti; tutur katanya
rapi tersusun, perbuatannya, solah tingkahnya, tindakannya, gerak-geriknya rapi
tersusun, teramat lebih saat beribadah mendengar firman Tuhan rapi tersusun,
imam-imam melayani pekerjaan Tuhan juga rapi tersusun.
2.
Akhirnya menjadi Bait
Allah yang kudus di dalam Tuhan.
Itulah tanda bahwa di
dalam Dia, di atas batu penjuru itu, tumbuh seluruh bangunan, sehingga menjadi
Bait Allah yang hidup, menjadi keluarga Allah.
Selanjutnya, mari kita
lihat lebih jauh tentang BAIT ALLAH YANG HIDUP.
1 Petrus 2: 4-5
(2:4) Dan
datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia,
tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan
suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
Datanglah kepada batu
yang hidup, berarti mendirikan rumah di
atas dasar batu penjuru, supaya selanjutnya dijadikan sebagai Bait Allah yang hidup.
Tanda Bait Allah yang
hidup:
1. Untuk pembangunan suatu rumah rohani bagi suatu imamat
kudus.
2.
Untuk mempersembahkan
persembahan rohani karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
1 Petrus 2: 6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih,
sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak
akan dipermalukan."
Kalau rumah dibangun
di atas dasar batu penjuru yang mahal, batu yang terpilih, maka tidak akan dipermalukan oleh Tuhan,
berarti; Tuhan memelihara, Tuhan melindungi, Tuhan membela, Tuhan merawat.
Berbeda dengan orang
yang tidak mendapat pembelaan dari Tuhan; kalah dan kalah terhadap dosa membuat
malu saja, kekurangan, kekurangan, dan kekurangan, membuat malu saja,
kesusahan, kesusahan, dan kesusahan hanya membuat malu saja.
Batu penjuru yang
mahal, itulah batu yang terpilih, diletakkan di atas gunung Sion. Sekarang ini
kita sedang berada di atas gunung Sion. Biarlah kehidupan kita dibangun di atas
batu penjuru, berdiri di atas korban Kristus; tidak dipermalukan oleh Tuhan,
tidak kekurangan, tidak kuatir. Sekalipun menghadapi keadaan susah, namun dapat
kita lewati begitu saja, tidak akan dipermalukan, tidak akan pernah
minta-minta.
Mulai sekarang, jika
dalam keadaan susah, jangan persalahkan orang yang bersalah, kitalah yang
intropeksi diri; apakah hidup kita sudah dibangun di atas batu penjuru atau
hanya melihat kekurangan-kekurangan orang lain saja?
Datanglah kepada Bait
Allah (batu) yang hidup supaya kita menjadi Bait Allah (batu) yang hidup untuk
membawa korban dan persembahan (itulah pekerjaan imamat kudus), serta
mempersembahkan persembahan rohani karena Kristus Yesus berkenan kepada Allah.
1 Petrus 2: 7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal,
tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu
sentuhan dan suatu batu sandungan."
Yesus, Dia adalah batu
penjuru. Kalau rumah dibangun di atas batu penjuru, maka kita boleh merasakan
dua hal:
1. Batu
sentuhan.
2. Batu
sandungan.
Tergantung dari sudut
mana kita memandang korban Kristus, tergantung dari sudut mana kita memandang
batu penjuru yang adalah dasar dari tiap-tiap bangunan.
-
Kalau kita memandang
salib Kristus, mau menghargai korban Kristus, menjunjung tinggi korban Kristus,
maka korban Kristus itu akan menjadi batu
sentuhan. Dia menyentuh setiap perasaan kita, dia menyentuh setiap bagian
hidup kita, Dia menyentuh hati kita, Dia menyentuh pikiran kita, Dia sangat
mengerti keberadaan kita.
-
Tetapi kalau kita
datang dengan mengecilkan korban Kristus, maka korban Kristus menjadi batu sandungan, tersandung dengan
korban-korban, itulah ahli-ahli bangunan tadi, yaitu ahli Taurat, imam-imam
kepala dan tua-tua orang Yahudi, mereka tersandung.
Banyak di antara kita
awal datang, kaget-kaget setengah mati melihat model pelayanan di sini;
salibnya terlalu ditegakkan sekali. Tetapi setelah semakin lama, semakin
menyelami hal tentang korban Kristus itu, mulailah ia merasakan bahwa korban
Kristus itu sanggup menyentuh hatinya, sanggup menyentuh perasaannya, sanggup
menyentuh segala kesusahan-kesusahan di dalam dirinya, Dia tahu apa yang kita
alami dan hadapi. Jangan langsung menyerah.
Biarlah kita junjung
tinggi korban Kristus karena korban itu sanggup menyentuh kehidupan kita.
1 Petrus 2: 8-9
(2:8) Mereka
tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu
mereka juga telah disediakan. (2:9) Tetapi
kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Bait Allah yang mati
tersandung kepada salib Kristus, sedangkan Bait Allah yang hidup, itu menunjuk
kepada bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri.
Tugas dari Bait Allah
yang hidup: Supaya memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia,
yang telah memanggil kita keluarr dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Perbuatan-perbuatan
yang besar dari Dia, karya Allah yang terbesar, adalah salib di Golgota. Di
manapun kita berada, yang kita beritakan adalah salib yang kita pikul di atas
pundak kita, bukan memberitakan harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, uang yang
banyak yang kita punya.
Jadi, 1 Petrus 2: 4 sama dengan 1 Petrus 2: 9.
Inilah Bait Allah yang
hidup; membawa salib dan memberitakannya, itulah imam-imam, raja-raja,
orang-orang yang melayani Tuhan.
Ibrani 3: 3-6
(3:3) Sebab Ia
dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti
ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. (3:4) Sebab setiap rumah dibangun oleh
seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. (3:5) Dan Musa memang setia
dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa
yang akan diberitakan kemudian, (3:6)
tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya
ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada
kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.
Bait Allah dibangun
oleh Allah. Oleh sebab itu, biarlah kita semua setia kepada Dia, setia
beribadah kepada Tuhan, setia melayani pekerjaan Tuhan, dan memelihara
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus, dengan syarat; mempertahankan
iman dan mempertahankan harap kepada Dia.
Dalam Perjanjian Lama;
- Yehezkiel
40: 3 -> Bait Allah diukur oleh
Tuhan.
- Zakharia
2: 1-2 -> Yerusalem diukur oleh
Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru;
- Wahyu
11: 1 -> Bait Allah diukur oleh Tuhan.
- Wahyu
21:15 -> Yerusalem baru diukur
oleh Tuhan.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment