IBADAH RAYA MINGGU, 11 AGUSTUS 2019
KITAB WAHYU PASAL 11
(Seri: 01)
Subtema: HAL NAUNGAN TERGENAPI OLEH KARENA KORBAN KRISTUS.
Shalom.
Selamat
sore, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi hati kita pribadi lepas
pribadi.
Saya juga
tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang
mungkin sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun kita
berada, kiranya Tuhan memberkati kita, dan damai sejahtera-Nya turun memenuhi
setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Segera saja
kita menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 11.
Oleh karena
kemurahan Tuhan, kita sudah mengakhiri Wahyu 10: 1-11, dan oleh karena
kemurahan Tuhan, kita akan memasuki Wahyu 11.
Kitab Wahyu
dalam Terang Tabernakel terkena pada TABUT PERJANJIAN.
Sedangkan Wahyu 11, dalam susunannya terkena pada
DUA KERUB yang ada di atas tutup pendamaian atau tutupan grafirat.
Mari kita
lihat TUTUP PENDAMAIAN dengan DUA KERUB DI ATASNYA.
Keluaran 25:
17-19
(25:17) Juga engkau harus membuat tutup pendamaian
dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta
lebarnya. (25:18) Dan haruslah
kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada
kedua ujung tutup pendamaian itu. (25:19)
Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah
sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas
kedua ujungnya.
Dua kerub
yang di atas tutup pendamaian terbuat dari emas murni. Dan kedua kerub tersebut
harus seiras dengan tutupan grafirat (tutup pendamaian), emas itu bukan
ditempel-tempel, tidak tersambung-sambung, berarti; menjadi satu kesatuan yang
utuh.
Kesimpulannya:
Tutupan grafirat (tutup pendamaian) dengan dua kerub di atasnya, menunjuk;
pribadi Allah Tri Tunggal, yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi tutup atau
naungan dari gereja Tuhan.
Dengan
demikian, gereja Tuhan akan menerima sifat yang sama dari tutup pendamaian itu,
sehingga gereja Tuhan akan ditampilkan sebagai gereja yang sempurna atau
mempelai wanita Tuhan dalam kemuliaan dari Allah Trinitas itu sendiri, dan
penampilan-Nya bisa kita lihat dalam Wahyu 12: 1.
Wahyu 12: 1
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di
langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di
bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas
kepalanya.
Gereja Tuhan
yang sempurna (mempelai Tuhan) berada dalam keadaan tiga tanda:
1.
Berselubungkan
matahari,
menunjuk; Allah Bapa, dengan tabiat-Nya; KASIH. Kasih mempelai adalah
kasih yang mempersekutukan antara tubuh dengan Kepala.
2. Berdiri di atas bulan, menunjuk; Allah
Anak, dengan sifat atau tabiat yang dinyatakan dalam KORBAN-NYA.
3.
Bermahkotakan
dua belas bintang, menunjuk; Allah Roh Kudus, dengan sifat atau
tabiat yang dinyatakan dalam pimpinan dan KUASA-NYA.
Kemudian, Wahyu
11 ini secara khusus menerangkan tentang “dua saksi yang besar”.
Bayangan
kecil dari dua saksi terbesar di dalam hal pekerjaan pendamaian yang digenapkan
oleh pribadi Yesus atau pribadi yang kedua dari Allah Tri Tunggal. Jadi, yang
menjadi saksi dari pekerjaan pendamaian yang digenapi oleh Yesus, Anak Tunggal
Bapa, adalah dua saksi yang besar tadi.
Bayangan
kecil itu ialah;
1.
Tutupan grafirat atau tutupan pendamaian dengan dua
kerub di atasnya, menunjuk; Tuhan Yesus Kristus.
2.
Tabut atau peti perjanjian, menunjuk; gereja Tuhan yang
sempurna, itulah mempelai wanita Tuhan.
Kasih Allah
adalah kasih Mempelai, kasih yang mempersatukan, itulah korban pendamaian.
Pekerjaan pendamaian
itu telah digenapkan oleh Yesus Kristus, Pribadi yang kedua dari Allah Tri
Tunggal, dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib, maka tampaklah tujuh
percikan darah di atas tutupan grafirat.
Sedangkan
pekerjaan pendamaian itu disaksikan oleh dua saksi besar, yaitu Allah Bapa dan
Allah Roh Kudus, itulah dua kerub yang ada di atas tutup pendamaian (Tutupan
Grafirat).
Maka, kalau
darah Kristus dan korban Kristus terjadi untuk gereja Tuhan, berarti; hal
naungan terjadi dan tergenapkan.
Mengapa
demikian? Sebab kalau tutupan grafirat tidak menutupi peti, maka Allah Bapa -- yang menjadi saksi besar-- di sorga
akan melihat segala kekurangan, akan melihat segala cacat cela dari gereja
Tuhan, karena hukum Taurat tidak dapat dijadikan sebagai naungan untuk menutupi
kekurangan gereja Tuhan.
Jadi setelah
tutupan grafirat itu diletakkan di atas peti, maka dua saksi besar itu tidak
melihat kekurangan dari gereja Tuhan.
Tuhan sedang
menyaksikan pelayanan yang sedang kita kerjakan di atas muka bumi ini.
Kedudukan dari seorang imam ada di antara Allah dengan manusia untuk
memperdamaikan dosa manusia kepada Allah.
Imam itu
antara lain; zangkoor, pemain musik,
pemimpin pujian, pembaca firman, dan semua yang bertugas dalam pelayanan. Jadi,
imam itu tidak hanya sekedar berdiri di altar, tetapi kedudukan imam adalah ada
di antara Allah dengan manusia berdosa untuk membawa manusia berdosa kepada
Allah. Dan pelayanan pendamaian yang dikerjakan di atas muka bumi ini, semuanya
disoroti dan disaksikan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Setelah
tutupan grafirat diletakkan di atas peti, maka dua saksi besar itu tidak bisa
melihat kekurangan dari gereja Tuhan, selain hanya melihat tujuh kali percikan
darah di atas tutupan grafirat.
Agung dan
mulialah korban Kristus. Setelah darah Kristus dan korban Kristus tergenapi,
maka tergenapilah hal naungan itu.
Hukum Taurat
tidak dapat dijadikan naungan, sebab hukum Taurat itu mempunyai kelemahan,
tidak sempurna.
Kelemahan
dari hukum Taurat:
1.
Menunjuk-nunjuk dosa (mengungkit-ungkit dosa masa
lalu).
2.
Tidak dapat mengampuni dosa.
Tetapi
setelah darah Kristus dan korban Kristus telah terjadi untuk gereja Tuhan, maka
dua saksi besar tidak memandang kekurangan, selain hanya memandang tujuh kali
percikan darah di atas tutupan grafirat.
Tadi saya
sudah nyatakan, bahwa Wahyu 11 menerangkan dua saksi yang besar.
Adapun
bayangan dari dua saksi besar itu ialah Musa dan Elia. Kisah dari dua saksi ini
ditulis lebih rinci di dalam kitab Zakharia.
Zakharia 4:
1-3
(4:1) Datanglah kembali malaikat yang berbicara
dengan aku itu, lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan
dari tidurnya. (4:2) Maka berkatalah
ia kepadaku: "Apa yang engkau lihat?" Jawabku: "Aku melihat:
tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian
atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot
pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu. (4:3) Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di
sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah kirinya."
Di sini kita
melihat: Kandil atau kaki dian emas dengan tujuh pelita menyala di atasnya.
Kemudian, di
sini dikatakan: Dua pohon zaitun terukir di sebelah kanan dan di sebelah kiri
tempat minyak itu.
Zakharia 4:
11-14
(4:11) Lalu berbicaralah aku kepadanya:
"Apakah arti kedua pohon zaitun yang di sebelah kanan dan di
sebelah kiri kandil ini?" (4:12)
Untuk kedua kalinya berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua dahan
pohon zaitun yang di samping kedua pipa emas yang menyalurkan cairan emas dari
atasnya itu?" (4:13) Ia
menjawab aku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku:
"Tidak, tuanku!" (4:14)
Lalu ia berkata: "Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di
dekat Tuhan seluruh bumi!"
Dua pohon
zaitun yang terukir di sebelah kanan dan di sebelah kiri tempat minyak kandil
itu, itulah dua saksi Allah yang besar, yakni: Musa dan Elia.
Kehidupan
yang diurapi akan menjadi terang, akan menjadi saksi di manapun kita diutus di
atas muka bumi ini.
Tidak
mungkin pelita menyala menjadi terang kalau tidak ada minyak. Jadi, yang
menjadi saksi, yang menjadi terang di muka bumi ini adalah orang-orang yang
diurapi, itulah dua pohon zaitun, dua saksi Allah, bayangan dari dua saksi yang
besar, itulah Musa dan Elia.
Kedua pohon
zaitun yang terukir di sebelah kanan dan sebelah kiri tempat minyak, menunjuk;
Musa dan Elia, kehidupan yang diurapi Tuhan, yang berdiri di dekat Tuhan
seluruh bumi. Berarti yang menjadi terang dan kesaksian di muka bumi ini adalah
kehidupan yang diurapi oleh Tuhan.
Yesus, Anak
Allah, Pribadi Yang Kedua dari Allah Tri Tunggal, disebut Mesias, artinya; Yang
Diurapi, diutus ke dunia ini untuk menjadi terang, untuk menjadi kesaksian yang
besar, sehingga menimbulkan sorak-sorai dan sukacita besar, sesuai yang
tertulis dalam Yesaya 9: 1-2.
Sebelum kita
lanjutkan tentang Zakharia ini, kita perhatikan sedikit catatan tentang TERANG.
Yohanes 1: 9
(1:9) Terang yang sesungguhnya, yang
menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
“Yang menerangi setiap orang, sedang datang ke
dalam dunia.”
Hal ini
sudah terjadi dua ribu tahun yang lalu, sehingga kita melihat karya Allah yang
begitu luar biasa terjadi. Ketika darah Kristus dan korban Kristus mengenai
gereja Tuhan, maka tergenapilah hal naungan itu, sebab hukum Taurat (perjanjian
yang pertama) tidak cukup untuk dijadikan sebagai naungan/menutupi dosa.
Yohanes 1:
4-5
(1:4) Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang
manusia. (1:5) Terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Pekerjaan
pendamaian ini bukan pekerjaan biasa sampai nanti menerangi setiap kehidupan
kita pribadi lepas pribadi, tidak ada yang tersembunyi, tidak ada sesuatu yang
jahat dan najis tersirat di dalam hati dan pikiran, semuanya jelas dan terang.
Kita
bersyukur, agunglah korban Kristus, dengan demikian; tergenapilah hal naungan,
maka dua saksi yang besar -- Allah Bapa
dan Allah Roh Kudus -- hanya melihat tujuh kali percikan di atas tutup
pendamaian, tidak terlihat lagi kekurangan dari gereja Tuhan, sebab semuanya
terang, tidak ada lagi yang tersembunyi.
Kita kembali
membaca Zakharia 4.
Zakharia 4:
6-7
(4:6) Maka berbicaralah ia, katanya:
"Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan
dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta
alam. (4:7) Siapakah engkau, gunung
yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat
batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!"
Korban
Kristus di tangan Zerubabel: Bagus.
Kalau kita
melayani dengan tanda darah, semua bagus. Pemimpin pujian, pembaca firman, singer, kolektan, yang mengelola live streaming, pengetikan kotbah,
infokus, kalau melayani dengan tanda darah disertai pengorbanan, semua bagus,
sebab batu di tangan Zerubabel, itu adalah pribadi Yesus dengan korban
pendamaian. Yesus adalah batu penjuru.
Zakharia 4:
8-9
(4:8) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku,
demikian: (4:9) "Tangan
Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya.
Maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.
Tangan
Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangan Zerubabel juga akan
menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan.
Bait Allah
yang sudah runtuh di Yerusalem itu, kembali diperbaiki oleh Zerubabel, dibangun
sampai selesai. Tetapi untuk menyelesaikan pembangunan gereja Tuhan (hidup
kita/rumah Tuhan rohani), bukan dengan kemampuan, bukan dengan gagah kuat,
bukan dengan keperkasaan, melainkan oleh Roh Tuhan, sampai akhirnya gunung yang
besar dan tinggi menjadi rata.
Kalau kita
melayani Tuhan dengan roh yang menyala-nyala, melayani Tuhan dengan roh yang
berkobar-kobar, maka pekerjaan yang berat menjadi ringan. Tetapi sebaliknya,
jikalau kita melayani dengan kemampuan daging, pekerjaan ringan pun akan
menjadi berat sekali.
Betapa Tuhan
menyertai imam-imam di dalam hal menyelesaikan pekerjaan Tuhan, kita tidak
sendirian.
Zerubabel
menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan dengan baik, menunjukkan bahwa; Tuhan
yang mengutus Zerubabel sebagai saksi terhadap umat Tuhan. Menjadi saksi bukan
karena gagah hebat, menjadi saksi bukan karena kekuatan, bukan karena kemampuan
manusia daging, tetapi menjadi saksi oleh karena Roh Tuhan.
Berbicara
tentang pembangunan rumah Tuhan; Yesus, Anak Allah, telah diutus ke dunia untuk
menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa, itulah pekerjaan pendamaian.
Yohanes 19:
30
(19:30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu,
berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya
dan menyerahkan nyawa-Nya.
Sesudah
minum anggur asam itu, berkatalah Yesus, Anak Allah: “Sudah selesai.”
Pembangunan
rumah Tuhan sudah selesai karena Yesus, Anak Allah, telah mengadakan pendamaian
terhadap dosa.
Mari kita
lihat; PEMBUKTIANNYA.
Yohanes 19:
31-33
(19:31) Karena hari itu hari persiapan dan supaya
pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib --
sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi
kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan
mayat-mayatnya diturunkan. (19:32)
Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan
kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; (19:33) tetapi ketika mereka sampai
kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan
kaki-Nya,
Prajurit-prajurit
mematahkan kaki kedua orang penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus,
tetapi ketika mereka melihat bahwa Yesus telah mati, mereka tidak mematahkan
kaki-Nya. Anggota-anggota tubuh-Nya tidak ada yang terputus, anggota-anggota
tubuh-Nya tidak ada yang terpisah. Kita semua adalah anggota tubuh. Tubuh itu
satu walaupun anggotanya banyak.
Jadi, sudah
tergenapi dengan apa yang dinyatakan oleh Yesus pada ayat 30 tadi,
yaitu: “Sudah selesai.”
Apa
buktinya? Yesus telah mati di atas kayu salib. Mati, berarti; urusan-Nya dengan
segala sesuatu yang ada di dunia sudah selesai, termasuk urusan-Nya dengan
manusia berdosa di dunia ini sudah selesai.
Itu sebabnya
prajurit-prajurit tidak mematahkan kaki-kaki-Nya, tidak ada tulang-tulang-Nya
yang terputus, tetap utuh menjadi satu kesatuan yang utuh.
Inilah
kerinduan Tuhan supaya kita menjadi satu, sama seperti Anak dan Bapa adalah
satu. Wujudkan kerinduan ini, jangan lagi menjalankan ibadah Taurat.
Tadi malam
firman-Nya luar biasa dalam Ibadah Kaum Muda Remaja (10 Agustus 2019), “Ia boleh melayani dia”, singkatnya:
dipercaya untuk melayani Tuhan.
Tuhan sudah
percayakan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), dan itu adalah kemurahan
Tuhan bagi kita, sebab itu jangan lagi menjalankan ibadah Taurat, sebab Taurat
tidak bisa dijadikan naungan. Tetapi setelah darah Kristus, korban Kristus
mengenai gereja Tuhan, maka tergenapilah hal naungan, tidak terlihat lagi
kekurangan. Dua saksi tidak lagi melihat kekurangan, selain tujuh kali percikan
darah, sebab Yesus telah mati di atas kayu salib, sehingga tidak ada
tulang-tulang-Nya yang dipatah-patahkan, tidak ada yang terputus.
Dalam kitab Kejadian
2, Adam berkata kepada isterinya: “Inilah
dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”, dan mereka telah
dipersatukan. Kristus adalah Kepala gereja, Mempelai Pria Sorga, dan gereja
Tuhan adalah tubuh-Nya, sebagai mempelai wanita-Nya berdasarkan kasih, itulah
kerinduan Tuhan, yaitu menjadi satu kesatuan.
Yohanes 19:
34
(19:34) tetapi seorang dari antara prajurit itu
menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Karena Yesus
sudah mati, satu dari prajurit itu menombak lambung Yesus, segera mengalir
keluar darah dan air, itu adalah tanda kelahiran baru, melahirkan gereja Tuhan,
itulah bangsa kafir.
Sebetulnya,
dengan empat luka saja -- dua di tangan
dan dua di kaki --, sebetulnya sudah selesai. Tetapi itu hanya berlaku bagi
bangsa Israel. Kalau korban Kristus hanya berlaku bagi bangsa Israel
(lahiriah), bagaimana dengan nasib kita, bangsa kafir?
Oleh sebab
itu, satu dari antara prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak, segera
mengalir keluar darah dan air, lahirlah gereja Tuhan, itulah bangsa kafir,
dilahirkan kembali menjadi bagian dari anggota tubuh.
Yohanes 19:
35-36
(19:35)
Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya
benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. (19:36) Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah
yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan
dipatahkan."
Dengan
matinya Yesus di atas kayu salib, telah menggenapkan dua hal:
1.
Pekerjaan pendamaian berkuasa untuk membawa kepada
kesatuan tubuh.
2.
Mereka yang menikam Yesus akan memandang kepada Dia
-> bangsa Kafir.
Maka apa
yang tertulis di dalam kitab para nabi, sudah digenapkan oleh Yesus di atas
kayu salib.
Jangan kita
keras hati seperti Saul; ia tidak mampu membunuh habis orang Amalek. Lalu
Samuel menggenapi firman Tuhan, karena dari sejak kecil, tidak ada satu pun
dari firman itu dibiarkan gugur. Maka kalau sidang jemaat makan, jangan ada
tersisa satu butir pun dari piring, sebab itu adalah bukti keberhasilan. Sabar,
sampai selesai, pasti berhasil.
Tidak ada
satu pun yang gugur dari firman itu,
semua tergenapi, seperti Yesus menggenapi hukum Taurat di atas kayu salib,
tergenapilah hal naungan. Tuhan Yesus baik. Dengan demikian, pembangunan rumah
Tuhan sudah selesai, dan yang menjadi saksinya adalah dua kerub yang ada di
atas tutup pendamaian. Dua kerub, menunjuk; Allah Bapa dan Allah
Roh Kudus.
Pekerjaan
pendamaian sudah selesai dikerjakan, demikian halnya dengan tutup pendamaian -- sebagai naungan dari Allah Trinitas -- telah
diletakkan di atas peti perjanjian, dengan kata lain; sudah menyatu, sudah
selesai.
Tutupan
grafirat dengan dua kerub di atasnya persis menyatu (berada di atas) peti
pendamaian, sehingga kualitas dari gereja Tuhan sederajat (se-kualitas) dengan
pribadi Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Dengan demikian, dua
saksi Allah tidak melihat satu pun cacat cela, tidak melihat satu pun
kekurangan, selain hanya melihat tujuh kali percikan darah. Dalam hal ini,
Allah Bapa dan Allah Roh Kudus tidak melihat lagi kekurangan-kekurangan dari
gereja Tuhan.
Kita akan
memperhatikan 2 Korintus 5: 17-21, di mana perikop ayat ini adalah “Pelayanan Untuk Pendamaian.”
Kedudukan
imam-imam adalah antara Allah dengan manusia berdosa, untuk memperdamaikan dosa
manusia kepada Allah. Jadi, tidak cukup hanya bekerja sesuai dengan tugas yang
dipercaya, tidak cukup hanya berdiri di altar ini, tetapi kedudukan imam adalah
antara Allah dengan manusia berdosa, untuk membawa manusia berdosa kepada
Allah.
Berarti,
yang menjadi korban adalah imam, itulah korban pendamaian. Mari kita lihat
tugas korban pendamaian.
2 Korintus
5: 17-18
(5:17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia
adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang. (5:18) Dan semuanya ini dari
Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita
dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu
kepada kami.
Imam-imam
(pelayan-pelayan), kedudukannya adalah antara Allah dengan manusia, untuk
memperdamaikan dosa manusia kepada Allah. Berarti, yang menjadi korban dalam
pendamaian ini adalah imam.
Maka, tadi
saya sudah katakan: Tidak cukup hanya melayani, bekerja, tetapi harus menjadi
korban. Kalau tidak mau jadi korban, jangan dulu melayani Tuhan, sebab kalau
tidak mau jadi korban, nanti orang lain yang jadi korban; korban kejahatan,
korban kenajisan, dan lain sebagainya.
Kedudukan
dari imam: Ada di antara Allah dengan manusia berdosa.
Berarti,
siapakah yang menjadi korban? Imam. Itulah yang disebut korban pendamaian.
Korban
pendamaian adalah naungan bagi gereja Tuhan...Puji Tuhan..Haleluya..
Ingat:
Melayani tidak hanya cukup bekerja, melainkan harus rela menjadi korban, baik
tenaga, pikiran, waktu, materi, keuangan, harus jadi korban.
2 Korintus
5: 19-21
(5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia
telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan
Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta
kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi
dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Di dalam
Kristus, akhirnya kita dibenarkan oleh Allah.
Untuk
memperdamaikan manusia berdosa, imam besar (imam-imam/pelayan Tuhan) harus
menjadi korban, tidak hanya enak-enak tampil dalam pelayanan. Pelayan-pelayan
Tuhan harus sampai kepada pendamaian dosa; dia yang benar dijadikan dosa,
menjadi korban untuk memperdamaikan dosa manusia. Nanti, dua saksi yang besar
akan menyoroti pelayanan kita.
Zerubabel
disaksikan Musa dan Elia. Yesus, Anak Allah, Pribadi Yang Kedua dari Allah Tri
Tunggal, disoroti oleh Saksi yang besar; Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.
Tergenapilah
hal naungan; kekurangan tidak terlihat lagi, kecuali hanya tujuh kali percikan
darah -> sengsara tanpa dosa.
Bagaimana
dengan panggilan imam? Bagaimana saudara melihat pelayanan ini?
Apakah
karena kepentingan, ada motivasi, penonjolan diri, supaya dipuji? Salah. Harus
menjadi korban, karena pelayanan ini disaksikan oleh Allah Bapa, disaksikan
oleh Allah Roh Kudus.
Saya himbau
kepada imam-imam: Kembali kepada kebenaran firman. Jangan bertahan dengan sifat
manusiawi dengan segala kelemahan-kelemahannya.
Bagaimana
kita mau melayani Tuhan kalau dirinya sendiri saja belum ia layani dan tidak
diperhatikan? Berubahlah, karena pelayanan kita disoroti oleh Tuhan. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment