KITAB RUT
(Seri: 70)
Subtema: KETENANGAN
DARI FIRMAN ALLAH DAN PENGHIBURAN DARI ROH TUHAN SEBAGAI TANDA BELAS KASIHAN
TUHAN.
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan kemurahan-Nya yang
kita boleh alami dan rasakan sebab Tuhan yang memberi kesempatan bagi kita
untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.
Mari kita
mohon kemurahan Tuhan dengan segala kerendahan hati supaya Tuhan kiranya
membukakan firman-Nya bagi kita malam ini.
Segera kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Kita masih
memperhatikan Rut 2: 13, namun sebelumnya kita harus mengetahui inti
dari Rut pasal 2 ialah:
1.
Rut memungut jelai gandum di ladang Boas (ayat 1-13).
2.
Rut membawa gandum yang berlimpah-limpah (ayat 14-23).
Selanjutnya,
mari kita memperhatikan tentang kedua hal di atas.
Tentang: RUT
MEMUNGUT JELAI GANDUM DI LADANG BOAS, sama artinya; Rut berada di dalam
tahbisan yang benar.
Soal
tahbisan itu ditulis dengan jelas dalam Keluaran 29:1-3, bahwasanya;
untuk tahbisan imam-imam, Allah menentukan dan menuntut korban-korban
persembahan:
Yang
Pertama: Tiga macam korban binatang.
1.
Korban lembu jantan muda, menunjuk; korban pendamaian.
Pelayanan pendamaian
ini harus kita kerjakan di hadapan Tuhan. Memang, posisi atau kedudukan dari
pada imam-imam adalah berada di antara Allah dengan manusia berdosa untuk
memperdamaikan manusia berdosa kepada Allah.
Tujuan pelayanan pendamaian
ialah untuk menyucikan, menguduskan dosa-dosa orang lain, tepatnya
memperdamaikan orang lain kepada Tuhan. Dan untuk pelayanan pendamaian, Yesus
telah rela korbankan diri-Nya.
2. Korban domba
jantan (pertama), menunjuk; penyerahan diri imam-imam kepada Tuhan.
Demikian juga, oleh
korban Kristus kita bisa menyerahkan segala kepentingan diri untuk taat
kepada-Nya. Penyerahan diri kita kepada Tuhan adalah untuk taat kepada Tuhan.
3.
Korban domba jantan (kedua), menunjuk; korban tahbisan,
berarti; kita datang melayani Tuhan di dalam kesucian, di dalam kebenaran.
Artinya, tanda-tanda kenajisan itu tidak lagi melekat di dalam diri kita
masing-masing.
Yang Kedua: Tiga ketul roti, menunjuk; persekutuan
kita dengan Allah Trinitas harus murni. Maksudnya, melayani Tuhan tanpa ragi,
yaitu tanda dosa dan tanpa segala kemunafikan.
Tentang: RUT
MEMBAWA GANDUM YANG BERLIMPAH-LIMPAH, ini merupakan hasil dari tahbisan yang
benar dan murni.
Menabur yang
baik akan menuai hasil yang baik pula.
Mazmur 126:5
(126:5) Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan
air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Orang yang
menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai sorak-sorai.
Tidak
sedikit pergumulan yang kita alami di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini.
Pergumulan karena ekonomi, pergumulan karena penyakit, pergumulan karena dosa
yang diperbuat oleh diri sendiri, dan pergumulan ini pun silih berganti;
pergumulan yang satu belum selesai, muncul pergumulan yang kedua. Dan oleh
karena pergumulan ini, air mata tidak bisa lagi dibendung.
Tetapi yang
Tuhan mau; biarlah kita menabur dengan air mata karena sangkal diri dan pikul
salib, maka dibalik itu kita akan menuai sorak-sorai.
Mazmur 126:6
(126:6) Orang yang berjalan maju dengan menangis
sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai
sambil membawa berkas-berkasnya.
Orang yang
berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan
sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Biar kita
melangkah berjalan maju sambil menabur dengan cucuran air mata sesuai dengan
gerak firman yang sudah kita terima sekarang ini, sekalipun disertai dengan
banyaknya pergumulan-pergumulan, itulah aniaya karena firman, itulah sengsara
karena salib, dan itu merupakan penaburan benih yang baik. Kalau kita menabur
benih yang baik, akan menuai hasil taburan yang baik pula.
Rut 1:13
(1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa?
Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah
kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari
pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"
Setelah
Naomi mendesak Rut dan Orpa untuk kembali kepada bapa ibunya dan kembali kepada
bangsanya (bangsa Moab), selanjutnya Naomi berkata kepada Orpa dan Rut – yang
telah ditinggal mati oleh suami masing-masing - : “Masakan kamu menanti
sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak
bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit
yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?”
Rut 1:14
(1:14) Menangis pula mereka dengan suara
keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut
tetap berpaut padanya.
Setelah Orpa
dan Rut mendengar desakan-desakan Naomi, menangislah mereka.
-
Tetapi bagi Orpa, tangisan itu menunjukkan perpisahan
antara Orpa dengan Naomi, sebab Orpa memilih untuk kembali kepada bangsa Moab,
kepada bapa ibunya.
-
Sedangkan bagi Rut, tangisan itu menunjukkan dia akan
maju berjalan disertai dengan tetesan air mata. Rut tetap berpaut kepada Naomi,
berarti; maju berjalan disertai dengan air mata, ini merupakan taburan benih
yang baik.
Kalau kita
melangkah sesuai dengan geraknya firman, kemudian oleh karena pergumulan yang
banyak sampai meneteskan air mata, ini merupakan taburan benih yang baik.
Hosea 10:112
(10:12) Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan,
menuailah menurut kasih setia! Bukalah bagimu tanah baru,
sebab sudah waktunya untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu
dengan keadilan.
Menaburlah
bagimu sesuai dengan keadilan, maka akan menuai menurut kasih setia. Jadi, apa
yang kita tabur, maka akan menuai hasil sesuai dengan taburan itu.
Tadi kita
sudah melihat; Rut maju berjalan disertai dengan tetesan air mata, sebab dia
tetap berpaut kepada Naomi, ia tidak kembali kepada bangsanya (bangsa Moab) dan
tidak kembali kepada bapa ibunya. Ini adalah taburan benih yang baik, maka
tentu akan memperoleh hasil tuaian yang baik pula.
Syaratnya: “BUKALAH BAGIMU TANAH BARU.”
Mari kita
melihat TANAH BARU.
Matius
13:4-8, 18-23
(13:4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu
jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai
habis. (13:5) Sebagian jatuh di
tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun
segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (13:6)
Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak
berakar. (13:7) Sebagian lagi jatuh
di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya
sampai mati. (13:8) Dan sebagian
jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada
yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. (13:18) Karena itu, dengarlah arti
perumpamaan penabur itu. (13:19)
Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak
mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang
itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (13:20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu
ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (13:21) Tetapi ia tidak berakar dan
tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman
itu, orang itu pun segera murtad. (13:22)
Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman
itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu
sehingga tidak berbuah. (13:23) Yang
ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan
mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam
puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Perumpamaan
tentang seorang penabur yang menaburkan benih di ladang:
1. Benih yang ditaburkan di pinggir jalan, artinya;
mendengar firman tentang Kerajaan Sorga tetapi ia tidak mengerti. Mengapa tidak
mengerti? Karena dia tidak mau mengerti.
Kalau
kita tidak mau berusaha mengerti firman yang disampaikan, akibatnya adalah
datanglah burung dan memakan benih itu sampai habis, sama dengan; dirampas oleh
penghulu di udara, yakni si jahat.
2. Benih yang ditaburkan di tanah yang
berbatu-batu, artinya; mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, dan
segera menerimanya dengan gembira, tetapi benih itu tidak berakar karena
tanahnya tipis.
Kerugiannya:
Tidak tahan terhadap ujian, yakni sengsara karena salib, aniaya karena firman
Allah itu sendiri. Itulah tanah yang berbatu-batu, jelas ini menunjuk kepada;
orang yang keras hati.
Orang
yang keras hati itu senang sekali mendengar firman Tuhan. Bukan berarti orang
yang keras hati itu menolak firman, tidak. Ia senang mendengar firman, ia
terima firman itu, tetapi firman yang didengar itu hanya tumbuh sebentar (tidak
bertahan lama), dan ketika ada ujian atas seijin Tuhan - itulah aniaya karena firman dan sengsara karena salib -, ia segera
murtad, karena benih yang ditaburkan itu tumbuh, tetapi tidak berakar. Mengapa?
Karena tanahnya itu tipis, tanahnya berbatu-batu.
Lihat
saja orang yang keras hati; senang saat mendengar firman, bahkan menangis
karena terharu, tetapi tidak berubah, ada ujian sedikit langsung murtad, ada
godaan sedikit langsung berubah pikiran, beralih dan meninggalkan Tuhan,
maksudnya meninggalkan kebenaran, meninggalkan kesucian.
3. Benih yang ditaburkan di tengah semak duri, artinya;
mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi firman Allah itu dihimpit oleh
kekuatiran dunia ini, dan dihimpit tipu daya oleh karena ingin kaya.
Kalau
seseorang dikuasai roh kekuatiran dan dikuasai roh keinginan untuk kaya, maka
benih firman itu akan tumbuh tetapi terhimpit, sehingga tidak berbuah. Itulah
benih yang ditaburkan di tengah semak duri.
Semak
duri itu gambaran dari kehidupan yang dikuasai oleh kekuatiran, berada dalam
tipu daya oleh karena keinginan untuk kaya. Kalau dua hal ini menghimpit, maka
benih yang ditaburkan itu hanya sekedar tumbuh tetapi tidak akan berbuah.
4. Benih yang ditaburkan di tanah yang baik, artinya;
mendengar firman tentang Kerajaan Sorga sampai mengerti, sehingga ia berbuah seratus
kali lipat, enam puluh kali lipat, dan tiga puluh kali lipat.
Kesimpulannya:
Penaburan benih tersebut dibagi dalam dua bagian.
-
Yang Pertama: “Benih ditaburkan di pinggir jalan,
tanah berbatu-batu dan di tengah semak duri.”
Ketiga hal ini
merupakan tanah atau ladang yang lama.
-
Yang Kedua: Benih yang ditaburkan di “tanah yang
baik”, menunjuk; tanah yang subur, yang telah digarap dan dikerjakan,
dengan lain kata; telah digemburkan, itulah tanah yang baru.
Tanda bahwa
tanah telah digemburkan:
1. Mudah
mengerti firman tentang Kerajaan Sorga yang dia dengar.
2. Tanah
tidak berbatu-batu, sama dengan; tidak mengeraskan hati terhadap firman Allah
yang di dengar.
3. Tidak
kuatir dan tidak takut soal apa yang dimakan, diminum dan dipakai = yakin dan
percaya kepada firman.
4. Mudah
dibentuk oleh Firman Allah.
Jelas,
inilah tanah yang baik atau ladang yang baru, tanah yang subur, sudah
digemburkan; batu-batu disingkirkan, semak duri disingkirkan dan mudah untuk
dibentuk.
Sesudah
disampaikan perumpamaan tentang seorang penabur, selanjutnya Yesus berkata
kembali kepada murid-murid pada ayat
9-13.
Matius
13:9-13
(13:9) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
(13:10) Maka datanglah
murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata
kepada mereka dalam perumpamaan?" (13:11)
Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan
Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (13:12)
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga
ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang
ada padanya akan diambil dari padanya. (13:13)
Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena
sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka
tidak mendengar dan tidak mengerti.
Ladang yang
baru atau tanah yang baik, tanah yang subur, yang sudah digemburkan, ada kaitan
yang begitu erat dengan mata dan telinga.
Untuk
menjadi tanah yang baik dan subur, harus digemburkan dengan menggunakan dua alat,
yaitu:
1.
Mata, fungsinya; untuk
melihat. Hal ini terhubung langsung dengan ROH-EL KUDUS.
2.
Telinga, fungsinya; untuk
mendengar. Hal ini terhubung langsung dengan FIRMAN ALLAH.
Singkatnya:
Tanah yang baik, tanah yang subur adalah tanah yang digarap, dikerjakan, dan
digemburkan oleh firman Allah dan Roh El-Kudus. Itu sebabnya, Yesus berkata: “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan
diberi, sehingga ia berkelimpahan”
Biarlah kita
membuka ladang yang baru. Kehidupan kita ini menjadi ladang yang baru karena
digarap dan dikerjakan oleh firman Allah yang kita dengar, digarap dan
dikerjakan oleh Roh Allah yang menjadi mata, pelita (terang) dalam kehidupan
kita masing-masing.
Kita kembali
membaca Hosea 10.
Hosea 10:12
(10:12) Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan,
menuailah menurut kasih setia! Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah waktunya
untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan
keadilan.
Mengapa
harus membuka tanah (ladang) yang baru? Mengapa harus digarap dan dikerjakan
oleh firman Allah dan Roh Kudus? Jawabnya ialah “Sebab sudah waktunya untuk mencari TUHAN”.
Sudah
waktunya bagi kita untuk mencari Tuhan. Berarti, sudah cukup lama waktu yang
kita pergunakan untuk melakukan apa yang diinginkan oleh dunia ini.
-
Berhentilah untuk mencari kepuasan dari daging dan
keinginannya.
- Berhenti
mencari kepuasan dari roh jahat dan roh najis.
-
Berhenti mencari kepuasan yang ada di dunia ini.
Itu sebabnya:
“Bukalah bagimu tanah baru.” Biarlah
kita lebih menyukakan hati Tuhan dari pada menyukakan hati manusia. Jangan lagi
mencari kepuasan dari keinginan daging.
1 Petrus 4:2
(4:2) supaya waktu yang sisa jangan kamu
pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.
Waktu yang
tersisa ini jangan kita gunakan lagi untuk keinginan manusia, keinginan daging,
tetapi waktu yang tersisa ini kita gunakan menurut kehendak Allah saja, untuk
menyukakan hati Tuhan. Gunakan waktu yang tersisa ini semaksimal mungkin sebab
waktu yang tersisa tinggal sedikit lagi. Sudah cukup waktu bagi kita mencari
kepuasan di dunia, saatnya untuk mencari Tuhan.
1 Petrus 4:3
(4:3) Sebab telah cukup banyak waktu kamu
pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu
telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan,
pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang
terlarang.
Telah cukup
banyak waktu kita pergunakan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak manusia
duniawi, yakni:
1.
Hidup dalam hawa nafsu.
2. Hidup dalam
keinginan sendiri.
3. Hidup dalam
kemabukan.
4. Hidup dalam
pesta pora.
5. Hidup dalam
perjamuan minum.
6.
Hidup dalam penyembahan berhala yang
terlarang.
Berhala
adalah segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan. Misalnya, meninggalkan Tuhan
atau meninggalkan ibadah dan pelayanan karena pekerjaan, karena uang, karena
menuntut ilmu, karena bisnis, usaha, kedudukan, jabatan, dan karena
perkara-perkara lahiriah lainnya. Sebetulnya, berhala itu adalah sesuatu yang
dilarang oleh Tuhan, tetapi apa yang dilarang oleh Tuhan seringkali kita lawan.
Kita tahu yang baik, tetapi kita tidak mau untuk melakukannya.
Kiranya
dapat dipahami dengan baik, dan memperhatikannya dengan baik, memperhatikannya
dengan secara dewasa.
1 Petrus 4:5
(4:5) Tetapi mereka harus memberi pertanggungan
jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup
dan yang mati.
Pada hari
Tuhan, kita dapat melihat; setiap orang akan memberi pertanggungan jawab kepada
Dia, baik yang hidup maupun yang mati. Jangan kita menganggap bahwa Tuhan tidak
melihat apa yang kita perbuat. Semuanya akan memberi pertanggungan jawaban
kepada Tuhan.
Hati-hati,
kalau mungkin sekarang kita dengan bebas (leluasa) hidup menurut hawa nafsu
manusia duniawi, suatu kali nanti kita semua, besar kecil, tua muda, akan
memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan, baik dia yang hidup maupun yang mati.
Jangan kita
berpikir pendek, jangan kita berpikir sempit, karena Kerajaan Sorga itu luas,
Kerajaan Sorga tidak sependek dan tidak sesempit pikiran manusia. Jangan sampai
bermasa bodoh dengan teguran-teguran yang kita terima.
Apalah
artinya kita melakukan kejahatan kenajisan sesuka hati, tidak takut Tuhan,
tetapi akhirnya binasa? Itulah orang yang berpikir pendek. Apa artinya kita
penasaran dengan dosa kejahatan dan dosa kenajisan orang lain. Berpikirlah
panjang. Bersikaplah dewasa. Dengarlah firman ini dan simak. Cermati dengan
akal budi, supaya selamat. Perhatikan contoh nikah-nikah yang hancur yang
terjadi di depan mata kita semua.
Maleakhi
3:13-15
(3:13) Bicaramu kurang ajar tentang Aku, firman
TUHAN. Tetapi kamu berkata: "Apakah kami bicarakan di antara kami tentang
Engkau?" (3:14) Kamu berkata:
"Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya
kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan
pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam? (3:15) Oleh sebab itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang
gegabah: bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu,
tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga."
“Bicaramu kurang ajar tentang Aku.” Kita
ini banyak bicara kurang ajar tentang Tuhan.
Biasanya,
orang fasik, orang yang sudah menikmati dunia malam - tempatnya dosa disembunyikan -, biarpun sudah salah, namun ia terus
saja membela diri, kebal muka atau disebut muka tembok. Padahal membela diri
dalam kesalahan, itu sama dengan; berakhir kepada jurang maut. Kalau terus
membenarkan diri dalam kesalahan akan berujung dengan musibah besar, bukan
mujizat. Jadi, apa yang sudah kita baca dalam Maleakhi 3: 13 ini benar
sekali.
Orang-orang
gegabah dan orang-orang fasik berkata:
1.
Sia-sialah beribadah kepada Allah.
2. Rugi
memelihara apa yang baik, apa yang suci, apa yang mulia di hadapan-Nya.
3.
Tidak ada artinya merendahkan diri, bahkan
menjadi hina dan kecil di hadapan-Nya.
Bahkan
mereka sendiri berkata: “Dengan
mencobai Allah pun, mereka luput juga”, artinya; luput dari penghukuman
sekalipun telah mencobai Allah.
Maleakhi
3:16-18
(3:16) Beginilah berbicara satu sama lain
orang-orang yang takut akan TUHAN: "TUHAN memperhatikan dan mendengarnya;
sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang
takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya." (3:17) Mereka akan menjadi milik
kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku
akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani
dia. (3:18) Maka kamu akan melihat
kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara
orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah
kepada-Nya.
Pada hari
Tuhan, kita dapat melihat bahwa;
1. Tuhan
akan membedakan antara orang benar dan orang fasik.
2. Tuhan
akan membedakan orang yang beribadah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.
Seharusnya,
orang-orang yang takut akan Tuhan memperkatakan:
1. Tuhan
memperhatikan dan mendengarkan segala sesuatu yang terjadi di atas muka bumi
ini.
2. “Sebuah
kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN
dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya.”
Firman Tuhan
yang sifatnya atau bentuknya menegur dan mengingatkan, itu hanya berlaku bagi
orang-orang yang takut akan Tuhan dan orang yang menghormati nama Tuhan, karena
peringatan dan teguran tidak berlaku bagi orang fasik.
Fasik itu
sombong dengan kenajisannya, sombong dengan kelakuannya yang buruk; peringatan
tidak berlaku bagi orang semacam ini. Sekalipun itu nasihat ringan, itu tidak
berlaku bagi dia. Nasihat tegas pun tidak berlaku bagi dia, justru nasihat
tegas akan membuat dia uring-uringan, panas hati, keras hati.
Tetapi saya,
sebagai hamba Tuhan, yang juga sudah menerima jabatan gembala, menggembalakan
keluarga Allah, sidang jemaat GPT “BETANIA”, menghimbau: Kalau mendengar apa
yang sifatnya peringatan, begitu dengar, lakukan saja, sekalipun peringatan itu
sederhana. Gunting rambutmu, lakukan.
Setrika bajumu, lakukan. Tidak ada
artinya manggut-manggut di depan,
seperti terlihat baik, tetapi tidak melakukannya, tidak ada artinya itu.
Pembuktian yang penting.
Peringatan
yang tegas dan sederhana hanya berlaku bagi orang yang takut Tuhan dan
menghormati nama Tuhan. Orang yang seperti ini, diperingatkan dan dinasihatkan
sedikit saja, pasti dia lakukan. Tidak mesti harus dibentak, diteriaki, ditegor
dengan keras.
Jadi, semua
yang kita kerjakan suatu saat nanti akan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan
yang akan menghakimi, baik yang hidup maupun yang mati.
Sekarang
kita akan membaca Rut 2.
Rut 2:13
(2:13) Kemudian berkatalah Rut: "Memang aku
mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah
menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku tidak
sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan."
Berkatalah
Rut kepada Boas: “Memang aku mendapat
belas kasihan dari padamu, ya tuanku, walaupun aku tidak sama seperti salah
seorang hamba-hambamu perempuan”
Hal yang
senada juga pernah diungkapkan oleh Rut sebelumnya kepada Boas dalam Rut 2: 10.
Rut 2:10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya
sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas
kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku
ini seorang asing?"
Rut berkata
kepada Boas: “Mengapakah aku mendapat
belas kasihan dari padamu, padahal aku ini seorang asing?”
Pendeknya:
Rut mendapat belas kasihan sebagai tanda perhatian Boas kepada Rut.
Rut 2:8-9
(2:8) Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut:
"Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang
lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku
perempuan. (2:9) Lihat saja ke ladang
yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari
belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan
mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan
dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu."
Adapun
perhatian Boas yang diterima oleh Rut ialah:
1. Rut mengalami jaminan pemeliharaan, sebab
Boas berkata kepada Rut: “Tidak usah
engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi
dari sini.”
Saat ini kita berada
di ladang Tuhan, berarti; jangan kita membawa diri kepada ladang yang lain,
yaitu;
- Ladang dunia, karena di
situ ada rasa kekuatiran dan ketidaktaatan.
-
Ladang si pemalas, karena ladang si
pemalas akan menghasilkan onak dan duri, akhirnya akan merugikan diri sendiri,
yaitu datanglah kemiskinan dan kekurangan.
Tetapi
saat ini kita berada di ladang Tuhan, tanda bahwa Tuhan memelihara kehidupan
kita masing-masing.
2. Ada di dalam persekutuan yang suci, sebab
Boas berkata kepada Rut: “Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.”
Dahulu kita
belum mengerti tentang pelayanan di hadapan Tuhan. Sekarang, kita ada di ladang
Tuhan dan ada orang yang bekerja di ladang Tuhan, seperti perempuan-perempuan
yang bekerja di ladang Boas, maka di sini Boas berkata: “Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan”,
berarti; ada persekutuan.
Dahulu
kita tidak mengerti soal persekutuan, tetapi sekarang setelah kita ada di
ladang Tuhan, kita mengerti soal persekutuan. Memang sebaiknya, kita harus
bersekutu antara yang satu dengan yang lain. Jauh lebih baik bersekutu dengan
pengerja-pengerja perempuan di ladang Tuhan, dari pada bersekutu dengan manusia
duniawi.
3. Rut memiliki mata yang terbuka dan dia melihat
kebangunan rohani terjadi, sebab Boas berkata kepada Rut: “Lihat saja ke ladang yang sedang disabit
orang itu.” Penuaian terjadi, itu adalah kebangkitan kebangunan rohani.
4. Rut mengalami perlindungan dari Boas, sebab
Boas berkata kepada Rut: “Sebab aku telah
memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau.”
5. Rut mengalami kepuasan, sebab Boas berkata
kepada Rut: “Jika engkau haus, pergilah
ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu.”
Inilah lima
perhatian Boas kepada Rut, sehingga ketika Rut mengalami perhatian ini, Rut
berkata: “Mengapakah aku mendapat belas
kasihan dari padamu?”
Kalau kita
sekarang berada di ladang Tuhan dan mengerti soal lima perkara ini, itu
merupakan perhatian Tuhan. Dan perhatian Tuhan ini tertuju kepada kita semua,
semata-mata bukan karena kebetulan, tetapi betul-betul karena belas kasihan
Tuhan.
Rut tidak
kebetulan berada di ladang Boas. Tuhan menaruh belas kasihan kepada siapa Dia
menaruh belas kasihan.
Kalau kita
lihat silsilah kelahiran Yesus, berasal dari empat wanita bangsa kafir, salah
satunya adalah Rut. Apakah Yesus lahir dari empat rahim bangsa kafir ini secara
kebetulan? Tidak. Apa Yesus mati disalibkan untuk manusia secara kebetulan?
Tidak.
Perhatian
Tuhan kepada kita, itu adalah belas kasihan Tuhan. Dan Tuhan menaruh belas
kasihan kepada siapa Dia menaruh belas kasihan.
Sekarang
kita beralih ke ayat 13.
Rut 2:13
(2:13) Kemudian berkatalah Rut: "Memang aku
mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah menghiburkan
aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku tidak sama seperti
salah seorang hamba-hambamu perempuan."
Rut mendapat
belas kasihan dari Boas, sebab dua hal yang telah dialami dan dirasakan oleh
Rut.
1.
Boas menghibur Rut.
2.
Boas menenangkan hati Rut.
Boas,
menunjuk; pribadi Tuhan Yesus Kristus, Dialah Sang Penebus yang telah
menghiburkan dan menenangkan hati kita pribadi lepas pribadi.
Perlu untuk
diketahui:
1.
Apabila Roh Tuhan menguasai kehidupan kita sepenuhnya,
maka penghiburan itu akan nyata sekalipun berada di dalam banyak pergumulan.
2.
Ketenangan hati ada kaitannya dengan firman Allah.
Yeremia
17:7-8
(17:7) Diberkatilah orang yang mengandalkan
TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (17:8)
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya
ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang
daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang
tidak berhenti menghasilkan buah.
Ketenangan
di hati itu berasal dari firman Allah yang memberi jaminan, sama seperti pohon
yang ditanam di tepi air:
1.
Tidak akan
mengalami datangnya panas terik. Walaupun menghadapi ujian cobaan silih
berganti, tetapi dapat dilalui dengan baik bersama dengan firman Allah yang
kita terima.
2.
Tidak kuatir
dalam tahun kering. Mengapa? Karena akar-akarnya merambat sampai ke
sungai, merambat ke tepi batang air. Tenang, tidak kuatir, tidak takut dalam
kekurangan, dalam masa resesi, krisis moneter, hati tetap tenang, karena firman
Allah bagaikan akar pohon dirambatkan ke tepi batang air.
Firman Allah
itulah yang memberi ketenangan di dalam hati kita, dan Roh Tuhanlah penghiburan
bagi kita, datang dari Boas rohani, Tuhan Yesus Kristus, lewat ibadah pelayanan
yang Tuhan percayakan.
Itu
sebabnya, kita semua yang betul-betul mengalami ketenangan karena firman, hal itu
dapat kita rasakan, dan itu juga saya rasakan; andaikata saja saya bergantung
kepada manusia, menaruh harap kepada manusia, mengandalkan manusia, maka saya
akan penuh dengan kekuatiran. Tetapi Tuhan memberi ketenangan di hati, karena
kita mengandalkan firman Allah, bagaikan akar pohon merambatkan akar-akarnya ke
tepi batang air.
Rut 2:13
(2:13) Kemudian berkatalah Rut: "Memang aku
mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah menghiburkan
aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku tidak sama seperti
salah seorang hamba-hambamu perempuan."
Rut berkata
kepada Boas: “Walaupun aku tidak
sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan”, berarti; penghiburan
dari Allah Roh Kudus dan ketenangan yang kita terima dari firman Allah tidak
membeda-bedakan kita masing-masing, tidak membeda-bedakan bangsa kafir dan
Israel. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI.
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment