KEBAKTIAN PERSEKUTUAN: PENGAJARAN
PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) KARIMUN,
25 Juli 2019 (Sesi 2)
Tema: DAUD BERKENAN DI HATI TUHAN (Kisah Para Rasul 13: 22)
Subtema: TULUS HATI MEMBAWA KEPADA PERSEKUTUAN YANG
INDAH DENGAN TUHAN (DOA PENYEMBAHAN)
Shalom.
Selamat
pagi, salam sejahtera, bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas
pribadi.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan bahkan hamba-hamba Tuhan apabila
sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda
berada, sebab itu; mari kita mohon kemurahan Tuhan dengan rendah hati, kita
mohon kepada Tuhan supaya Tuhan kiranya melayakkan kita, memungkinkan kita
untuk menikmati pembukaan firman-Nya di pagi ini, sebagaimana tentunya pada
sesi pertama tadi malam, kita boleh menikmati kemurahan Tuhan.
Kita kembali
memperhatikan tema yang ada, tema yang terpampang di depan ini, yaitu: “...Aku telah mendapat Daud bin Isai,
seorang yang berkenan di hati-Ku...”
Kisah Para
Rasul 13:22
(13:22) Setelah Saul disingkirkan, Allah
mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku
telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan
yang melakukan segala kehendak-Ku.
Singkatnya: Daud berkenan di hati Tuhan.
Lebih jauh
kita melihat hal ini di dalam 1 Samuel 16.
1 Samuel
16:1
(16:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel:
"Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah
Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan
pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di
antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku."
Tuhan
memilih dan mengurapi Daud menjadi raja bagi Tuhan atas Israel.
1 Samuel
16:6-9
(16:6) Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat
Eliab, lalu pikirnya: "Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang
diurapi-Nya." (16:7) Tetapi
berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau
perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia
yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN
melihat hati." (16:8) Lalu
Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel
berkata: "Orang ini pun tidak dipilih TUHAN." (16:9) Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, tetapi Samuel berkata:
"Orang ini pun tidak dipilih TUHAN."
Dalam hal
ini, Isai terlebih dahulu memperlihatkan ketiga anak-anaknya yang tertua:
1.
Eliab.
2. Abianadab.
3.
Syama.
Lalu Samuel
berpikir bahwa; Tuhan akan memilih salah satu dari ketiganya, tetapi
kenyataannya Tuhan menolak ketiganya bahkan sampai anak Isai yang ketujuh
ditolak. Mengapa demikian? Jawabnya; manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.
Manusia
melihat paras yang menawan, serta rupawan, juga melihat perawakan yang tinggi
mungkin gagah, hebat, kuat dan sebagainya tetapi Tuhan melihat hati. Bukan yang
dilihat manusia yang dilihat Tuhan, manusia melihat apa yang di depan mata
tetapi Tuhan melihat hati.
1 Samuel
16:11-12
(16:11) Lalu Samuel berkata kepada Isai:
"Inikah anakmu semuanya?" Jawabnya: "Masih tinggal yang bungsu,
tetapi sedang menggembalakan kambing domba." Kata Samuel kepada
Isai: "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum
ia datang ke mari." (16:12)
Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan
parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab
inilah dia."
Isai
memanggil anaknya yang pertama sampai anaknya yang ketujuh, lalu menyuruh lewat
dari depan Samuel untuk dipilih, tetapi rupanya tidak ada satu pun yang
dipilih. Akhirnya, pilihan itu jatuh kepada Daud, di mana pada saat itu Daud
sedang menggembalakan kambing domba ayahnya.
Mari kita
liat lebih jauh hal ini yang ditulis kembali dalam Mazmur 78.
Mazmur 78:
70-72
(78:70) dipilih-Nya Daud, hamba-Nya,
diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; (78:71) dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia,
untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri. (78:72) Ia menggembalakan mereka dengan
ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.
Daud dipilih
untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya, dan Daud
menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya. Bukan menggembalakan sidang
jemaat dengan kepintaran, bukan menggembalakan sidang jemaat karena gagah hebat
dan kuat.
Dalam hal
ini, Tuhan tidak salah memilih Daud menjadi raja atas Israel, milik
kepunyaan-Nya. Tuhan juga tidak salah memilih hamba-hamba Tuhan untuk
menggembalakan sidang jemaat dengan ketulusan hatinya.
1 Samuel 17:
13-15
(17:13) Ketiga anak Isai yang besar-besar telah
pergi berperang mengikuti Saul; nama ketiga anaknya yang pergi berperang itu
ialah Eliab, anak sulung, anak yang kedua ialah Abinadab, dan anak yang ketiga
adalah Syama. (17:14) Daudlah yang
bungsu. Jadi ketiga anak yang besar-besar itu pergi mengikuti Saul. (17:15) Tetapi Daud selalu pulang
dari pada Saul untuk menggembalakan domba ayahnya di Betlehem.
Ketiga anak
Isai yang tertua yang gagah perkasa itu -- Eliab,
Abinadab dan Syama -- selalu pergi mengikuti Saul ke medan perang, tetapi
sebaliknya; Daud selalu pulang dari Saul untuk menggembalakan domba ayahnya di
Betlehem.
Artinya;
sesibuk-sibuknya kita di dunia ini, sesibuk-sibuknya kita di atas muka bumi
ini, kita harus kembali ke kandang penggembalaan, kita harus kembali untuk
digembalakan oleh Gembala Agung.
Daud juga
mengabdi kepada Saul, di mana pekerjaannya adalah menghibur Saul dengan kecapi
manakala Saul dikuasai roh jahat, maka dibutuhkan seorang penghibur yang lain,
itulah Daud, dia adalah kehidupan yang diurapi, tetapi Daud selalu pulang untuk
menggembalakan kawanan domba ayahnya.
Mana yang
lebih enak: Di padang gurun penggembalaan atau berada di istana? Tentu
kebanyakan orang memilih untuk berada di istana Saul. Tetapi Daud selalu pulang
untuk menggembalakan kawanan domba ayahnya.
Hal ini
sudah cukup untuk dijadikan sebagai bukti, bahwa; betul-betul Daud
menggembalakan umatnya dengan ketulisan hatinya.
Perlu untuk
diketahui: Bukan hanya sidang jemaat
yang harus tergembala, tetapi hamba-hamba Tuhan, gembala sidang juga harus
tergembala dengan baik di hadapan Tuhan.
Saya juga
harus tergembala terlebih dahulu untuk layak menggembalakan sidang jemaat yang
dipercayakan oleh Tuhan. Tentu saya mempunyai alasan yang kuat untuk mengatakan
hal itu.
Mari kita
lihat PENGALAMAN DAUD yang dia tuangkan dalam Mazmur 23.
Mazmur 23: 1
(23:1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku.
Kalimat pada
ayat ini dibagi menjadi dua bagian:
- Yang pertama: “TUHAN adalah gembalaku”, berarti; baik
sidang jemaat maupun hamba-hamba Tuhan adalah domba-domba-Nya.
- Yang kedua: “takkan kekurangan aku”, berarti; Tuhan
cukupkan, baik secara jasmani maupun secara rohani.
Ø Secara jasmani; apa yang kita
makan, minum, pakai dicukupkan oleh Tuhan.
Orang yang melayani
Tuhan akan diberkati secara ajaib, makan, minum dan pakaian dicukupkan secara
ajaib, asal tergembala. Biaya listrik, biaya sekolah, biaya dapur, beras, semua
dicukupkan oleh Tuhan. Terlalu kecil satu karung beras bagi Tuhan, tetapi
persoalannya sekarang; gembala juga harus tergembala.
Ø Secara rohani; tidak terdapat
lagi segala dosa kejahatan dan dosa kenajisan, sebab dosa adalah kekurangan
manusia,
Pemeliharaan
itu tidak dilihat dari jumlah sidang jemaat yang dilayani oleh Tuhan.
Pemeliharaan Tuhan terhadap seorang gembala sidang adalah kalau gembala itu
juga tergembala di hadapan Tuhan, tidak kekurangan. Daud itu gembala, tetapi
digembalakan juga oleh Gembala Agung, dan pengalaman dalam penggembalaan itu ia
tuangkan dalam Mazmur yang terbesar.
Mazmur 23:
2-3
(23:2) Ia membaringkan aku di padang
yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; (23:3) Ia menyegarkan jiwaku. Ia
menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Tugas pokok
dari Gembala Agung ialah, ada tiga.
1.
“Ia membaringkan
aku di padang yang berumput hijau”, artinya; gembala menyediakan makanan
bagi domba-domba.
Jadi,
gembala-gembala harus tergembala supaya dapat menyediakan makanan bagi
domba-domba, jangan liar, jangan lari sana lari sini hanya untuk sesuap nasi.
Saya belajar dari hal ini, saya juga harus tergembala, menyediakan makanan bagi
kawanan domba, maka saya tidak boleh lari ke sana ke mari hanya untuk sesuap
nasi. Saya mengatakan ini, karena saya sudah terlebih dahulu melakukannya, maka
saya berani mengatakannya. Berapa pun sidang jemaat yang Tuhan sediakan, saya
harus tetap menyediakan makanan bagi domba-domba.
2. “Ia membimbing aku ke air yang tenang”,
artinya; gembala menyediakan minuman bagi kawanan domba.
Kita semua besar
kecil, hamba-hamba Tuhan besar dan kecil diberi minum dari Roh yang satu dan
yang sama sehingga kita saling diperlengkapi dan saling melengkapi satu dengan
yang lain, sesuai karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh yang kudus yang
dipercayakan oleh Tuhan.
3.
“Ia menyegarkan
jiwaku”, artinya; nyawa dipelihara oleh gembala. Jiwa, sama dengan; nyawa,
sama dengan; nafas hidup, dipelihara oleh Gembala Agung. Kalau ingin
jiwanya terpelihara, tergembalalah dengan baik, tergembalalah dengan
sungguh-sungguh, maka nanti anak dan cucu akan terus tergembala, terpelihara
dengan baik, dengar benar di hadapan Tuhan. Tetapi kalau mau cepat-cepat umur
singkat, tidak usah tergembala.
Penggembalaan
jika dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel, terkena pada; RUANGAN SUCI, dengan
tiga macam alat di dalamnya.
1.
MEJA ROTI SAJIAN, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci, sama dengan; domba-domba
diberi makan.
2. PELITA EMAS,
menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian, sama
dengan; domba-domba diberi minum. Karunia-karuna dan jabatan-jabatan
Roh-El Kudus dipertajam, diasah dengan baik lewat Ibadah Raya Minggu, diberi
minum dari Roh yang satu dan yang sama.
3.
MEZBAH DUPA, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa
Penyembahan, sama dengan; domba-domba diberi nafas hidup, dengan kata
lain; jiwa dipelihara.
Ibrani 10:
19-24
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus
kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan
yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (10:21) dan kita mempunyai seorang Imam
Besar sebagai kepala Rumah Allah. (10:22)
Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan
keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari
hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang
pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya,
setia. (10:24) Dan marilah kita
saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam
pekerjaan baik.
Dari ayat
yang sudah kita baca ini, kita menemukan tiga kata, yakni: Iman, Pengharapan,
dan Kasih.
1. Iman,
menunjuk; ketekunan dalam “Ibadah Pendalaman Alkitab” disertai dengan
perjamuan suci.
2. Pengharapan,
menunjuk; ketekunan dalam “Ibadah Raya Minggu” disertai kesaksian.
3. Kasih,
menunjuk; ketekunan dalam “Ibadah Doa Penyembahan.”
Ibrani 10:
25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa
orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Jangan kita
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, berarti; harus tekun
dalam tiga macam ibadah pokok. Saling memperhatikan, saling mengingatkan satu
dengan yang lain soal ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok ini, mengingat
hari-hari ini adalah hari-hari yang terakhir, kedatangan Tuhan sudah tidak lama
lagi, tanda-tanda zaman sudah jelas terlihat; terjadi banjir, longsor, gunung
meletus, gempa bumi, tsunami, tidak
ada lagi ketenangan di setiap daerah dari Sabang sampai Merauke, serta kasih
Allah sudah mulai terangkat dari muka bumi ini, dan sepertiga bumi sudah rusak.
Oleh sebab
itu; jangan jauh dari pertemuan-pertemuan ibadah, jangan menjauhkan diri dari
tiga macam ibadah pokok.
Ibrani 10:
26
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa,
sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak
ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.
Dengan
sengaja meninggalkan tiga macam ibadah pokok, maka darah Yesus tidak berlaku
atas orang itu.
Baik gembala
sidang maupun sidang jemaat, kalau dengan sengaja tinggalkan tiga macam ibadah
pokok sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka darah Yesus tidak
berlaku atas dia, siapapun dia. Hati-hati, jangan kita bermasa bodo dengan ayat
yang satu ini, kalau tidak mau binasa.
Praktek ketulusan di dalam menggembalakan
domba-domba.
1 Samuel 17:
28
(17:28) Ketika Eliab, kakaknya yang tertua,
mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada
Daud sambil berkata: "Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah
kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku
kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan
maksud melihat pertempuran."
Perhatikan
kalimat: “pada siapakah kautinggalkan
kambing domba yang dua tiga ekor itu”
Berarti,
Daud selalu pulang dari Saul hanya untuk dua tiga ekor kambing domba.
Betul-betul Daud tulus hati menggembalakan kambing domba ayahnya sekalipun
hanya dua tiga ekor domba.
Jadi, Daud
melayani bukan karena jumlah yang banyak, tetapi sekalipun dua tiga ekor domba,
Daud selalu pulang dari Saul untuk menggembalakan kambing domba ayahnya. Ini
sudah cukup membuktikan bahwa; Daud itu benar-benar dengan tulus hati.
Banyak orang
melayani karena ada maunya. Mohon maaf; kalau amplopnya besar, baru melayani,
kalau tidak, ya tidak melayani, dan lebih memilih berada di istana kerajaan
mempertahankan zona kenyamanan seperti ketiga kakak-kakak Daud yang tertua
(Eliab, Abinadap, Syama), tetapi Daud tidak demikian; dia selalu pulang dari
Saul untuk menggembalakan dua tiga ekor kambing dombanya.
Sebagai
penghiburan dari Tuhan kepada rekan-rekanku hamba Tuhan: Tidak usah kita
berkecil hati kalau memang jumlah domba-domba yang dipercayakan hanya dua tiga
ekor domba. Tidak usah iri kepada yang dipercayakan ratusan kawanan domba, itu
adalah bagiannya. Bagian kita kalau hanya dua tiga ekor, ayo, jangan sibuk di
istana (zona kenyamanan), tetapi biarlah selalu pulang menggembalakan dua tiga
ekor, itu sudah cukup untuk membuktikan diri bahwa kita tulus hati mengerjakan
pelayanan ini, sebab Tuhan yang pelihara, bukan manusia yang pelihara kita
(hamba Tuhan).
Jika kita
melihat jumlah jiwa, apalah kolekte dari dua tiga orang jiwa, tidak cukup untuk
makan satu hari, apalagi persembahan janda di Sarfat, tidak cukup. Bukan
menghakimi kekurangan dari janda di Sarfat, tetapi memang betul, sesuai dengan
pernyataannya kepada Elia: “sesungguhnya
tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan
sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga
potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi
anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati”
Dengan
demikian, ketulusan hati Daud semakin terpancar, semakin terlihat dengan
terang. Biarlah kiranya itu nyata dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Oleh sebab
itu, umat Tuhan atau sidang jemaat harus mencari hamba Tuhan yang tulus hati di
dalam melayani pekerjaan Tuhan atau menggembalakan sidang jemaat. Jangan
mencari hamba Tuhan karena terkenal, karena sudah punya nama. Jika seorang
hamba Tuhan terkenal dan punya nama, hal itu sebenarnya sah-sah saja, tidak
salah, tetapi yang terpenting adalah soal ketulusan hati dari hamba Tuhan itu
sendiri di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Demikian juga seorang hamba Tuhan melayani
bukan karena melihat jumlah sidang jemaat, melayani bukan karena uang, melayani
bukan karena kepentingan diri, pendeknya: Melayani pekerjaan Tuhan bukan karena
upah secara lahiriah.
Mari kita
perhatikan; PENGALAMAN RASUL PAULUS.
1 Korintus
9: 7-9
(9:7) Siapakah yang pernah turut dalam
peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak
memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan
yang tidak minum susu domba itu? (9:8)
Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum
Taurat juga berkata-kata demikian? (9:9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis:
"Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!"
Lembukah yang Allah perhatikan?
Kalau hamba
Tuhan melayani, menggembalakan kawanan domba, logikanya, berdasar pemikirkan manusia, memang mendapat upah, minum
susu domba itu. Tetapi jika seorang hamba Tuhan melayani Tuhan dan melayani
pekerjaan Tuhan karena upah, menunjukkan bahwa; hukum Taurat itu melekat dalam
diri seorang hamba Tuhan.
Hukum
Taurat, berarti; menjalankan ibadah secara Taurat, menjalankan pelayanannya
secara lahiriah. Misalnya; mulut memuji Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan,
sama dengan; mempersembahkan tubuh di tengah ibadah pelayanan, tetapi manusia
batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.
Kelemahan dari
hukum Taurat:
1.
Mengasihi sesama, tetapi membenci musuh, dengan kata
lain; tahu yang baik, tetapi tahu juga yang jahat.
2.
Menunjuk-nunjuk dosa, mengingat-ingat kesalahan orang
lain, berarti; tidak ada pengampunan. Melihat kekurangan si A, kekurangan si B,
kekurangan si C, padahal ketika ia melihat kekurangan orang lain, kesalahannya
sudah banyak, tidak ada pengampunan.
1 Korintus
9: 18
(9:18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah
ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan
hakku sebagai pemberita Injil.
Kalau
demikian, apakah upah kita? Upah kita ialah melayani Tuhan tanpa upah.
Berarti,
kepercayaan Tuhan kepada seorang hamba Tuhan jauh lebih besar dari pada
melayani hanya karena upah.
Kepercayaan
Tuhan adalah upah yang lebih besar dari sekedar upah amplop dari pelayanan itu
sendiri. Kalau seorang gembala sidang menggembalakan domba-dombanya dengan
tulus hati, enak loh, biar pun hanya
dua tiga jiwa jemaat yang dilayani, namun itu terasa indah (enak). Kalau kita
tulus hati dalam menggembalakan kawanan domba yang dua tiga ekor itu, maka
jemaat yang kita layani juga akan tulus. Tuhan itu adil, Tuhan melihat, Tuhan
turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan.
Jadi, upah
yang terbesar adalah kalau dipercaya. Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus
Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, karena dipercaya melayani
pekerjaan ini, yaitu Kebaktian Persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel
(PPT), saya bersyukur. Saya tidak pusing soal berapa dana yang keluar, kami
tidak pusing di situ. Kami datang dari Banten, Pulau Jawa, sebanyak sepuluh
orang, dan saudara bisa hitung-hitung biaya untuk itu.
Kepercayaan Tuhan adalah upah terbesar,
bukan amplop yang sebentar saja akan habis dan selesai. Tetapi kepercayaan
Tuhan itu terus, bahkan bila dimungkinkan sampai dipercaya masuk dalam Kerajaan
Sorga.
1 Korintus
9: 17
(9:17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut
kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku
melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas
penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.
Pemberitaan
itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepada kita, berarti;
melayani Tuhan atau memikul sebuah tanggung jawab di atas bahu dengan hati yang
tulus.
“Melayani
dengan tulus hati adalah sifat tabiat asli dari mempelai Tuhan.” Tentu, kita
semua rindu untuk menjadi mempelai Tuhan.
Wahyu 21:
9-10
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh
malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka
terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku
akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak
Domba." (21:10) Lalu, di dalam
roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia
menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari
sorga, dari Allah.
Pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba, adalah sebuah gunung yang besar lagi tinggi,
itulah kota yang kudus, Yerusalem turun dari sorga, dari Allah.
Tadi malam
sudah disinggung sedikit: Kota Yerusalem itu ada di jantung hati Tuhan. Seribu
tahun lamanya, kota segiempat itu ada di atas jantung hati Tuhan, nanti kelak
turun, itulah pengantin perempuan mempelai Anak Domba, milik kepunyaan-Nya.
Wahyu 21: 11
(21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan
Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan
permata yaspis, jernih seperti kristal.
Kota itu
bercahaya kemuliaan Allah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Kristal,
sama artinya; transparan, berarti; luar dan dalam sama, tidak ada yang
ditutup-tutupi, tidak munafik, tampil apa adanya, perbuatan sama dengan
perkataan dan hati, ini menunjuk kepada; orang yang jujur. Mengapa dia jujur?
Amsal 11: 3
(11:3) Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya,
tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.
Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusan
hatinya.
Daud jujur
di hadapan Tuhan, itu sebabnya dia selalu pulang dari Saul untuk menggembalakan
dua tiga ekor domba-domba yang dipercayakan Tuhan. Mengapa sesorang jujur?
Karena kejujurannya itu dipimpin langsung oleh ketulusan hatinya.
Jangan mau
dipimpin Mamon, nanti yang terjadi adalah ketidakjujuran. Kita jujur hanya
karena dipimpin oleh ketulusan hati.
Kita
bersyukur kepada Tuhan, sebab Tuhan Yesus baik kepada kita sekaliannya,
sehingga kita memperoleh pengertian yang luar biasa pada saat pagi siang hari
ini.
Mazmur 37:
37
(37:37) Perhatikanlah orang yang tulus dan
lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan
ada masa depan;
“Perhatikanlah orang yang tulus”,
maksudnya; jangan perhatikan karena ia hebat, jangan perhatikan karena ia
terkenal, tetapi perhatikan ketulusan hatinya.
“lihatlah kepada orang yang jujur”,
berarti; bukalah mata terhadap kejujurannya.
Ketulusan
selalu bersama-sama dengan kejujuran. Ketulusan hati adalah sifat tabiat yang
paling mendasar dari mempelai Tuhan. Kita semua rindu menjadi mempelai Tuhan.
Hal yang
lahiriah itu fana, bersifat sementara, itu sebabnya; sasaran akhir dari
perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini bukan mujizat, bukan perkara
lahiriah, tetapi sasaran akhir dari perjalanan rohani kita adalah bersanding
dengan Dia, masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba.
Firman
(Alkitab) ini berbicara soal nikah.
-
Mulai dari kitab Kejadian berbicara soal nikah,
yaitu nikah Adam (Kejadian 2:22-24).
-
Diakhiri (ditutup) dengan Wahyu juga berbicara
nikah, itulah pesta nikah Anak Domba (Wahyu 19:6-8).
Jadi,
seorang hamba Tuhan jangan hanya sibuk berbicara tentang berkat-berkat saja.
Seorang hamba Tuhan, harus juga berbicara tentang nikah, hubungan kita dengan
Tuhan, maka nanti berkat akan menyusul mengikuti. Tetapi kalau kita lebih
utamakan kejar uang, lalu uang lari, tetapi akhirnya kita tidak punya Tuhan.
Saya
menyampaikan hal ini bukan karena saya merasa benar, tetapi ini adalah kasih
saya dari Tuhan Yesus yang saya pertahankan di hati nurani saya ini. Jangan
rusak hati nurani.
Dampak positif bila tergembala.
Mazmur 78:
72
(78:72) Ia menggembalakan mereka dengan
ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.
Daud
menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya.
Penggembalaan
jika dikaitkan dengan Tabernakel di bumi (sesuai dengan apa yang dilihat oleh
nabi Musa di gunung Sinai), terkena pada RUANGAN SUCI dengan tiga alat di
dalamnya.
Yang Pertama: MEJA ROTI SAJIAN.
Mengenai hal
ini ditulis dalam Keluaran 25: 23-30.
Lebih rinci
kita lihat soal Meja Roti Sajian dalam Imamat 24.
Imamat 24:
5-6
(24:5) "Engkau harus mengambil tepung yang
terbaik dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti
bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa; (24:6) engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah
sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
Di atas meja
terdapat 12 (dua belas) ketul roti bundar yang diatur menjadi dua susun,
berarti; masing-masing terdiri dari enam ketul roti.
Meja Roti
Sajian ini menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai
perjamuan suci, sama dengan; domba-domba diberi makan, tujuannya untuk;
mendewasakan gereja Tuhan.
Dengan
menikmati makanan yang sehat, maka akan memberi pertumbuhan rohani yang sehat,
berarti; memberi sistem imun yang sehat atau memiliki kekebalan tubuh yang
baik, terlepas dari penyakit, baik itu dosa kejahatan maupun dosa kenajisan,
tujuannya mendewasakan gereja Tuhan sampai akhirnya menjadi tua-tua di dalam
Kerajaan Sorga.
Kita
bandingkan dengan TABERNAKEL SORGAWI sesuai dengan apa yang dilihat oleh Rasul
Yohanes dalam kesempatan penglihatannya di pulau Patmos.
Wahyu 4: 2-4
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah,
sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu
nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi
melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua
puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat
tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.
“sebuah takhta terdiri di sorga, dan di
takhta itu duduk Seorang. Dan Dia
yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis”.
Yang pertama-tama Tuhan perlihatkan kepada Rasul Yohanes adalah Kerajaan Sorga
dan takhtanya.
Seindah-indahnya
Kerajaan Sorga, tidak ada artinya kalau tidak ada sebuah takhta di dalamnya.
Sehebat-hebatnya hamba Tuhan, tidak ada artinya, kalau Allah tidak bertakhta di
dalam hidupnya.
Di
sekeliling takhta Anak Domba itu ada 24 (dua puluh empat) takhta dan di
takhta-takhta itu duduk 24 (dua puluh empat) tua-tua.
24 (dua
puluh empat) tua-tua, menunjuk;
-
12 (dua belas) rasul pada zaman hujan awal, dan
-
12 (dua belas) rasul pada zaman hujan akhir.
Jadi, 12
(dua belas) ketul roti adalah bayangan dari gereja Tuhan dengan 12 (dua belas)
rasul, sehingga ada persamaan.
Kemudian, 24
(dua puluh empat) tua-tua berkedudukan di atas takhta-takhta itu.
Lukas 22:
29-30
(22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi
kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, (22:30) bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam
Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua
belas suku Israel.
24 (dua
puluh empat) duduk di atas takhta-takhta itu untuk menghakimi 12 (dua belas)
suku Israel.
Apabila
penghakiman itu dikerjakan dengan cara yang adil dan benar, maka segala masalah
dapat diselesaikan.
Duduk di
atas takhta untuk menghakimi 12 (dua belas) suku Israel, namun perlu juga kita
ketahui; ada hamba Tuhan yang tidak diberi kesempatan duduk di atas takhta. Apa
buktinya? Apa tandanya? Masalahnya tidak selesai.
-
Masalah hidupnya tidak pernah selesai.
- Masalah
dalam nikah tidak selesai.
-
Masalah dalam rumah tangga tidak selesai.
Itu sudah
tanda bahwa Tuhan tidak memberi kesempatan kepada dia untuk duduk di atas 24
(dua puluh empat) takhta untuk menghakimi semua masalah.
Itulah
kegunaan dari Meja Roti; didewasakan hingga sampai tua-tua. Kedudukan dari 24
tua-tua berada di atas takhta untuk menghakimi 12 (dua belas) suku Israel.
Kalau penghakiman itu berjalan dengan adil dan benar, maka masalah selesai.
Tidak ada masalah yang tidak diselesaikan oleh Tuhan, sebab Dia adalah Hakim
dan Raja yang adil, itu sebabnya; seindah-indahnya sorga tidak akan berarti
kalau tidak ada takhta.
Musa pernah
mengadakan pengadilan dengan caranya, namun itu tidak maksimal, masalah tidak selesai,
sampai akhirnya dia susah sendiri. Maka perlu juga dengar-dengaran kepada bapa;
baik bapa jasmani, bapa rohani, apalagi Bapa di sorga.
Soal
penghakiman dengan cara yang adil dan benar ini, itu kaitannya dengan takhta
Kerajaan Sorga dengan mengangkat; kepala seribu, kepala seratus, kepala lima
puluh, kepala sepuluh...Keluaran 18:20-23.
Angka
seribu, seratus, lima puluh, sepuluh, semuanya itu terdapat dalam Kerajaan
Sorga.
-
Lebar, panjang dan tingginya Ruangan Maha Suci adalah
10 (sepuluh) kali 10 (sepuluh) kali 10 (sepuluh), sama dengan; 1000 (seribu).
- Sisi
Tabernakel bagian Utara dan Selatan adalah 100 (seratus).
-
Sisi atau lebar dari Tabernakel Timur dan Barat adalah
50 (lima puluh).
Kesimpulannya:
Penghakiman yang benar dan adil itu
ukurannya adalah dari sorga dari Allah, bukan dari manusia, seperti yang
dilakukan oleh Musa, sehingga tidak maksimal dan masalah tidak selesai. Sebab
itu; jangan kita tunjuk-tunjuk kesalahan orang lain, lalu hanya mengkultuskan
seorang pemimpin (pembicara), sebab masalah tidak bisa diselesaikan oleh satu
orang, itu adalah cara yang tidak baik, melainkan harus dengan sistem Kerajaan
Sorga, maka masalah selesai.
Tidak ada
unsur pemaksaan di sini, tetapi itu adalah fakta; penghakiman itu harus
berjalan dengan adil dan benar menurut takhta Kerajaan Sorga, tidak boleh
menurut Musa, tidak boleh menurut cara manusia atau cara hamba Tuhan si A, si B, si C.
Kita semua
adalah anggota tubuh. Tabernakel itu anggota tubuh. Tidak boleh terkotak-kotak,
harus bersatu. Kiranya dapat dipahami dengan baik.
1 Korintus
6: 1-2
(6:1) Apakah ada seorang di antara kamu, yang
jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada
orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus? (6:2) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang
kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam
tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak
berarti?
Penghakiman
yang adil dan benar sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti,
sama artinya; dapat memberi jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi
di bumi ini serumit apapun.
Sebelum
berada di tempat ini, kami seringkali berhubungan dengan Bp. Pdt. Martua
Sihombing, beliau dengan tulus mengerjakan ini, dengan dana tidak sedikit. Saya
tahu, kesusahan hati beliau. Dia banyak bercerita; sebelum acara ini ada,
beliau menghadapi banyak pergumulan, mulai dari pengejek-pengejek yang berkata:
“Kurang apa si A, kurang apa si B, kurang
apa si C, mengapa harus dia (maksudnya Pdt. Daniel U. Sitohang)?”, lalu Bp.
Pdt. Martua Sihombing berkata: “Saya
tidak mencari kekurangannya, Pak. Memang si A dan si B terkenal, tetapi itu di
hati saya (Pdt Daniel U. Sitohang), dan saya sudah bermimpi berkali-kali, jadi
Tuhan taruh di hati saya. Saya memang belum mengenal (Pdt Daniel U. Sitohang),
tetapi Tuhan sudah memeperkenalkannya di hati saya”
Sulit, rumit
masalah ini, tidak bisa dipecahkan, tidak bisa diselesaikan secara manusiawi.
Ada lagi yang mengatakan: “Koreksi diri”,
sungguh menyakitkan sekali. Tetapi Tuhan memberi pengadilan yang baik, sehingga
masalah diselesaikan dengan baik pula.
Sekarang
kita lihat dahulu Matius 19.
Matius 19:
27-28
(19:27) Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada
Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau;
jadi apakah yang akan kami peroleh?" (19:28)
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu
penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya,
kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta
untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Inilah upah
kita mengikuti Tuhan, dan upah ini jauh lebih besar dari yang lain-lain.
Apa artinya
kita melayani tetapi tidak duduk di atas takhta dan masalah tidak selesai? Itu
sebabnya di atas tadi saya katakan; bukan hanya sidang jemaat (orang Kristen),
juga banyak hamba Tuhan, tidak diberi kesempatan untuk duduk di atas takhta.
Apa buktinya? Masalahnya tidak pernah selesai. Masalah yang satu belum selesai,
timbul masalah kedua, dan seterusnya tidak pernah selesai.
Masalah
memang harus ada atas seijin Tuhan, tetapi tidak ada masalah yang tidak bisa
diselesaikan oleh salib Kristus. Tetapi kalau masalah satu belum selesai, lalu
masalah lain datang dan juga tidak selesai, itu tidak benar. Biasanya masalah
tidak selesai, karena masih berkubang terus dalam dosa yang sama, kejahatan dan
kenajisan misalnya.
Inilah upah
kita mengikuti Tuhan, karena kita sudah tinggalkan yang terkasih di hati kita
semua, maka upahnya adalah lebih dari yang terkasih, yaitu duduk di atas
takhta, menghakimi 12 (dua belas) suku Israel.
Penggembalaan
jika dikaitkan dengan Tabernakel di bumi (sesuai dengan apa yang dilihat oleh
nabi Musa di gunung Sinai), terkena pada RUANGAN SUCI dengan tiga alat di
dalamnya.
Yang Kedua: KAKI DIAN EMAS
DENGAN TUJUH PELITA MENYALA DI ATASNYA.
Mengenai hal
ini ditulis dalam Keluaran 25: 31-40.
Kita baca
terlebih dahulu Keluaran 25.
Keluaran 25:
37
(25:37) Haruslah kaubuat pada kandil itu tujuh
lampu dan lampu-lampu itu haruslah dipasang di atas kandil itu, sehingga diterangi
yang di depannya.
Kaki dian
emas dengan tujuh lampu (pelita) menyala di atasnya.
Pelita emas,
menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Jadi,
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus, itulah yang menjadikan kita
terus menerus terang di dalam Ruangan Suci, tidak boleh padam untuk terus
menerangi Ruangan Suci.
Kita kaitkan
dengan TABERNAKEL SORGAWI.
Wahyu 4: 5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi
guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu:
itulah ketujuh Roh Allah.
Di hadapan
takhta itu ada tujuh obor atau tujuh pelita yang menyala di atas kaki
dian, itulah ketujuh Roh Allah.
Lebih jauh
kita melihat Wahyu 5.
Wahyu 5: 6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta
dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak
Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh:
itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Bermata
tujuh, itulah ketujuh Roh Allah, yang diutus ke seluruh bumi.
Di manapun
kita diutus, termasuk diutus ke pulau Tanjung Balai, Karimun, kita harus
menjadi terang, menjadi kesaksian, itulah tujuh Roh Allah yang diutus ke
seluruh bumi. Kami juga diutus di bumi Provinsi Banten, berarti harus menjadi
terang, menjadi kesaksian, itulah ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu.
Sebagaimana
dengan pengakuan Zerubabel di dalam membangun Tabernakel, Zerubabel berkata:
Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh Tuhan,
dia menjadi kesaksian membangun Tabernakel, membangun kembali Bait Allah yang
sudah rusak. Kita ini Tabernakel, hidup kita ini Tabernakel rohani.
Lalu pada
kesempatan itu, dalam Zakharia 4 juga menceritakan mengenai dua saksi
Allah; Musa dan Elia, itulah dua pohon zaitun, diukir di sebelah kanan dan di
sebelah kiri tempat minyak itu. Minyak adalah berbicara tentang kehidupan yang
diurapi, sehingga menjadi kesaksian. Itulah tujuh Roh Allah yang diutus ke
seluruh bumi.
Jadi,
menjadi kesaksian dan membangun hidup kita yang sudah rusak, bukan karena gagah
hebat, namun oleh Roh Tuhan.
Penggembalaan
jika dikaitkan dengan Tabernakel di bumi (sesuai dengan apa yang dilihat oleh
nabi Musa di gunung Sinai), terkena pada RUANGAN SUCI dengan tiga alat di
dalamnya.
Yang Ketga: MEZBAH DUPA.
Mezbah dupa,
menunjuk; doa penyembahan.
Mengenai hal
ini ditulis dalam Keluaran 30: 1-9.
Ada hal yang
harus kita perhatikan:
Pada
Tabernakel di bumi;
-
Hal tentang Meja Roti Sajian ditulis dalam Keluaran
25.
-
Hal tentang Pelita Emas ditulis dalam Keluaran
25.
Sebaliknya,
pada Tabernakel sorgawi:
-
Hal tentang Meja Roti Sajian ditulis dalam Wahyu
4.
-
Hal tentang Pelita Emas ditulis dalam Wahyu 4.
Tetapi kalau
kita melihat tentang MEZBAH DUPA, hal ini;
-
Pada Tabernakel di bumi ditulis dalam Keluaran 30.
-
Pada Tabernakel sorgawi ditulis dalam Wahyu 8.
Kalau kita
perhatikan di sini:
- Pada
Tabernakel di bumi; dari Keluaran 25 meloncat ke Keluaran 30.
- Pada
Tabernakel sorgawi; dari Wahyu 4 meloncat ke Wahyu 8.
Kelipatannya
sama; 25 jadi 30 untuk Tabernakel di bumi, dan 4 jadi 8 untuk Tabernakel
sorgawi.
Kita
langsung melihat Mezbah Dupa pada Tabernakel sorgawi. Mezbah Dupa tidak
tertulis dalam Wahyu 4, seperti Meja Roti Sajian dan Pelita Emas, tetapi
langsung melompat pada Wahyu 8.
Wahyu 8: 3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan
ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya
diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua
orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa
orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Asap dupa
kemenyan yang naik di hadirat Tuhan, itulah doa dan penyembahan, yang berbau
harum dari orang-orang kudus.
Dari hal
ini, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa; puncak dari kegiatan rohani kita
adalah Ibadah Doa Penyembahan, bukan Ibadah Raya Minggu, seperti kebanyakan orang
Kristen ketahui. Mereka hanya beribadah pada hari minggu (Ibadah Raya Minggu),
padahal itu bukanlah puncak kerohanian kita.
Itu
sebabnya, tadi kita melihat;
-
Tabernakel di bumi; itulah MEJA ROTI SAJIAN dan PELITA
EMAS ditulis pada Keluaran 25, tetapi untuk MEZBAH DUPA melompat ke Keluaran
30.
-
Tabernakel sorgawi; MEJA ROTI SAJIAN dan PELITA EMAS di
Wahyu 4, tetapi untuk MEZBAH DUPA melompat langsung kepada Wahyu 8.
Artinya;
puncak rohani kita bukanlah Ibadah Raya Minggu, melainkan puncak rohani kita adalah Doa Penyembahan, yaitu saat kita
tersungkur di kaki salib Tuhan, sujud menyembah, menyerahkan segala hidup kita
kepada Tuhan (menyerah terhadap kehendak Allah) itulah puncak rohani kita.
Menjadi
terang itu belum puncak, tetapi puncaknya adalah saat kita sudah menyerah atas
segala sesuatu dari apapun yang terkait dalam kehidupan kita ini. Menyerah
saja, dan katakan: “Ini saya, Tuhan”
Dan memang,
kalau sudah sampai kepada puncaknya, yang bisa dilakukan hanyalah banyak
berdiam. Berbeda dengan “terang”, yang banyak sibuk sana sini, lupa duduk makan
untuk mendengar firman.
Kita
bahagia. Kalau kita sudah menyerah di kaki salib Tuhan, tidak ada yang perlu
merasa terintimidasi saat dengar firman, sebab ukuran kelayakan bukan karena
banyak jumlah yang kita kerjakan, melainkan memiliki roh dengar-dengaran.
“naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan
doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah”
Di sini kita
perhatikan: Asap dupa kemenyan, doa penyembahan yang berbau harum dari orang
kudus naik sampai ke hadirat Tuhan.
Semua benda
kalau dilempar ke atas, pasti jatuh ke bawah, tetapi hanya satu perkara yang
terlepas dari daya tarik bumi, itulah doa penyembahan, asap dupa kemenyan.
Jadi, ibadah
kita ini belum memuncak kalau hanya kesaksian, tetapi puncaknya adalah doa
penyembahan.
Sekali lagi
saya sampaikan: Kalau kerohanian kita sudah memuncak sampai kepada doa
penyembahan, maka kita terlepas dari daya tarik bumi, sama artinya; memandang
kecil segala perkara-perkara di bawah ini.
Kita kembali
membaca Wahyu 8.
Wahyu 8: 4
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan
bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke
hadapan Allah.
Naiklah asap
kemenyan dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah, artinya; doa penyembahan
adalah jalan untuk merobek atau menyalibkan daging sepenuh. Tidak ada jalan
yang lain, hanya doa penyembahan sebagai jalan satu-satunya untuk merobek
daging.
Kembali kita
perhatikan;
-
Tabernakel Musa tadi; Meja Roti Sajian dan Pelita Emas
ditulis dalam Keluaran 25, sedangkan Mezbah Dupa ditulis dalam Keluaran 30.
Dari Keluaran 25 melompat jauh sampai ke Keluaran 30.
-
Kita bandingkan dengan Tabernakel sorgawi; Meja Roti
Sajian dan Pelita Emas ditulis dalam Wahyu 4, sedangkan Mezbah Dupa dengan
sebuah pedupaan emas ditulis dalam Wahyu 8. Berarti dari Wahyu 4 melompat jauh
sampai Wahyu 8.
Penulisan
ini, menunjukkan bahwa; puncak kerohanian kita adalah Doa Penyembahan, berarti;
sudah mengalami perobekan daging, penyaliban daging sepenuh. Kalau kerohanian
kita sudah mencapai puncaknya, maka sekalipun kita ada di dalam dunia ini,
namun satu kaki sudah berada di dalam Kerajaan Sorga, ini menunjukkan;
pelompatan yang luar biasa... Puji Tuhan...Haleluya, sungguh heranlah Tuhan
kita.
Tidak rugi
bagi kita masing-masing untuk memperhatikan firman ini: Kalau kegiatan rohani
kita sudah berada pada puncaknya, yakni: doa penyembahan, maka sekalipun kita
berada di bumi ini tetapi satu kaki sudah berada di Sorga, terjadi pelompatan
yang luar biasa.
Setelah saya
selidiki, saya berkata: “Tuhan, begitu
kayanya hikmat ini untuk disampaikan kepada semua orang.”
Jangan
anggap enteng doa penyembahan. Saya terlebih dahulu melakukan itu untuk
selanjutnya saya sampaikan. Dalam hal mencari firman tidak cukup hanya dengan
satu jam menyembah, melainkan berjam-jam menyembah sujud di kaki salib Tuhan,
belum lagi membacanya juga dibutuhkan waktu berjam-jam, di hadapan Tuhan saya
berbicara dan ada isteri saya sebagai saksinya.
Mari kita
belajar untuk sampai kepada puncak rohani. Sebab itu; jangan anggap enteng
terhadap firman yang kita terima siang ini. Kalau tidak, hanya sebatas
kesaksian saja; sibuk, sibuk, sibuk dan sibuk, tetapi kerohanian kita belum
sampai kepada doa penyembahan.
Pelompatan
itu dari Keluaran 25 sampai Keluaran 30, dan Wahyu 4 sampai Wahyu 8;
singkatnya, sekalipun kita masih ada di bumi ini, tetapi satu kaki sudah ada di
sorga.
Kesimpulannya:
Apa yang dilihat oleh Musa, sama dengan apa yang dilihat oleh Rasul Yohanes,
dan hal ini juga dibuktikan oleh Rasul Paulus.
Mari kita
perhatika; Tabernakel sorgawi dan Tabernakel di bumi dibuktikan (disaksikan)
oleh Rasul Paulus.
Ibrani 9:
2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu
bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti
sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang
disebut tempat yang maha kudus. (9:4)
Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut
perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu
tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan
loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Yang dilihat
oleh Rasul Paulus: Pada Kemah yang terdepan (Ruangan Suci) terdapat Kaki Dian
Emas dan Meja Roti Sajian. Lalu di belakang tirai yang kedua, itulah Ruangan
Maha Suci, terdapat Mezbah Pembakaran Ukupan dari emas dan Tabut Perjanjian.
Jadi, antara
yang dilihat oleh Musa dengan apa yang dilihat oleh Rasul Yohanes sudah
sinkron, tidak bertolak belakang. Tetapi kalau kita mengambil kesimpulan hanya
dari satu sisi, kita akan bingung dan pusing, tetapi setelah kita mendapat
penguraian yang begitu terpaparkan di atas tadi, maka kita bisa terima apa yang
dilihat oleh Musa dan apa yang dilihat oleh Rasul Yohanes, dibuktikan kembali
oleh Rasul Paulus ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, yang
disebut juga dengan Firdaus...2 Korintus 12:1-4.
2 Korintus
12: 1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal
itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan
penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang
Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu,
entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu
tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu,
-- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba
diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang
tidak boleh diucapkan manusia.
Kalau Rasul
Paulus menuliskan apa yang dia lihat dalam Ibrani 9: 2-4, itu sesuai
dengan apa yang dia lihat ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari
sorga, atau yang disebut juga Firdaus. Pada saat dia diangkat, di situlah dia
mendapat penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan Allah yang hebat dan
luar biasa ini.
Jadi, Pengajaran Tabernakel adalah suatu
pengajaran yang hebat, luar biasa, satu-satunya pengajaran yang akan membawa
kita sampai masuk pesta nikah, tidak ada ajaran yang lain. Sebab
ajaran lain hanya soal berkat-berkat saja, tidak sampai pesta nikah. Maka,
sidang jemaat juga harus mencari hamba Tuhan yang tulus.
Jangan
seperti perempuan Samaria: Ketika Tuhan mau menyatakan diri memberi air hidup,
langsung disangkal oleh perempuan Samaria: “Tuhan,
Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam”
Sibuk soal
timba, artinya; sibuk soal perkara apakah hamba Tuhan tersebut sudah punya
nama, sudah terkenal, punya gereja besar atau tidak, tetapi tidak sibuk dengan
ketulusan hati Yesus, Gembala Agung.
Jangan sibuk
dengan timba. Tuhan pakai semua timba sesuai karunia jabatan yang dipercayakan
oleh Tuhan.
Kita sangat
bersyukur, dari pelajaran yang kita terima pagi sampai siang hari ini,
betul-betul, bahwa; Tuhan mengurapi Daud dan memilih dia menjadi raja, menjadi
pemimpin atas dua belas suku Israel, itu karena Tuhan melihat hati. Manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.
Sidang
jemaat jangan melihat apa yang di depan mata, tetapi mari kita belajar seperti
Tuhan melihat hati, itu sebabnya; Tuhan tidak salah melihat Daud, tidak salah
memilih Daud sebagai raja, sekalipun tubuhnya lebih kecil dari Saul, tetapi
Daud berkenan di hati Tuhan, karena dia menggembalakan dua tiga ekor domba
dengan ketulusan hatinya.
Maka, dari
penggembalaan yang tulus hati inilah kita lanjut dibawa sampai kepada suatu
persekutuan yang indah dengan Tuhan, sebab di dalam penggembalaan itu ada
ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok;
-
MEJA ROTI SAJIAN; tekun dalam Ibadah Pendalaman
Alkitab, membawa kita sampai dewasa -- tua-tua – tugasnya ialah: untuk
menghakimi dosa.
- PELITA EMAS;
tekun dalam Ibadah Raya Minggu, menjadi terang, kesaksian, sanggup menyelesaikan
pembangunan rumah Tuhan yang sudah rubuh, seperti Zerubabel.
-
MEZBAH DUPA; tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan. Tidak
cukup hanya Meja Roti Sajian dan Pelita Emas, tetapi harus terjadi pelompatan
sampai kepada Mezbah Dupa, yaitu Doa penyembahan.
Inilah
pelajaran yang bisa kita petik dari seorang yang tulus hati; Daud berkenan di
hati Tuhan. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment