IBADAH RAYA MINGGU, 13 OKTOBER 2019
WAHYU PASAL 11
(Seri: 08)
Subtema: MASUK
DALAM UKURAN TUHAN, SUPAYA TERLEPAS DARI ANTIKRIS.
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur dan terimakasih, karena kemurahan Tuhan besar bagi
kita. Tuhan memberi kesehatan, kesempatan, kemauan untuk mengusahakan Ibadah
Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian.
Saya tidak
lupa menyapa umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan
firman Tuhan lewat live streaming,
video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya Tuhan
memberkati kita. Sebab itu, mari dengan rendah hati kita mohon kemurahan Tuhan
supaya Tuhan membukakan firman-Nya, dan memberkati hidup, ibadah, nikah, rumah
tangga, segala sesuatu dipulihkan oleh Tuhan.
Segera kita memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab WAHYU 11.
Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang
buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah
dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di
dalamnya.
Bangunlah
dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Adapun alat pengukur yang digunakan ialah sebatang buluh, seperti tongkat
pengukur rupanya.
Tongkat atau
buluh pengukur, menunjuk; firman Allah. Perasaan, pikiran, dan hati manusia,
bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat dijadikan sebagai alat
pengukur tiga perkara di atas, termasuk perkara rohani lainnya atau perkara
Ilahi, selain firman Allah sebagai alat pengukur yang sejati. Mengapa demikian?
Sebab firman Allah itu kekal, tidak dimakan oleh waktu dan masa.
Adapun tiga
hal yang diukur oleh tongkat atau buluh pengukur:
1.
Bait Suci Allah.
2. Mezbah.
3.
Mereka yang beribadah di dalamnya.
Sejenak kita
perhatikan tentang tiga hal di atas.
Yang Pertama: BAIT SUCI
ALLAH, jelas ini berhubungan langsung dengan Yerusalem baru, yaitu mempelai
wanita Tuhan.
Yang Kedua: MEZBAH,
jelas ini berhubungan langsung dengan pelayanan yang telah disempurnakan oleh
Yesus Kristus di atas kayu salib.
Perlu untuk
diketahui: Melayani tetapi tidak dengar-dengaran, sama dengan; pelayanan yang
tidak masuk dalam ukuran Tuhan. Tidak dengar-dengaran, tandanya; suka
mendahului kehendak Tuhan, sesuai dengan Hosea
8:4, bangsa Israel mengangkat seorang raja dan mengangkat seorang
pemuka tanpa sepengetahuan Tuhan, dengan kata lain; suka mendahului
Tuhan.
Jikalau
seorang hamba Tuhan melayani dalam keadaan tidak dengar-dengaran, maka segala
sesuatu yang dia persembahkan tidak berkenan kepada Tuhan, sekalipun disertai dengan
jerih lelah. Kemudian, apabila seorang hamba Tuhan memperbanyak mezbah justru
mezbah-mezbah itu menjadikan ia berdosa, kalau ia melayani tanpa
dengar-dengaran, sesuai dengan Hosea
8:11. Pelayanan itu akan menjadikan seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan
berdosa, apabila ia melayani namun tidak dengar-dengaran. Banyak orang Kristen
melayani tetapi tidak dengar-dengaran, dia berpikir dengan banyak berkorban,
maka persembahan itu berkenan, tidak, itu adalah pelayanan yang tidak berkenan.
Dengan memperbanyak mezbah, justru itu memperbanyak dosanya.
Yang Ketiga: MEREKA
YANG BERIBADAH DI DALAMNYA.
Kita sudah
mengetahui tentang contoh ibadah, seperti yang diperlihatkan Tuhan kepada Musa
di gunung Horeb. Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, ibadah terkena pada
Ruangan Suci, di mana di dalamnya terdapat tiga macam alat:
1. MEJA
ROTI SAJIAN, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab yang
disertai perjamuan suci.
2. PELITA
EMAS, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan
kesaksian.
3. MEZBAH
DUPA, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Jelas tiga
macam ibadah pokok ini berasal dari sorga, dari Allah, turun ke bumi, kita
tidak perlu ragu akan hal itu, sesuai dengan Ibrani 8:5.
Tetapi
ibadah yang diukur oleh Tuhan ialah berada pada puncak ibadah itu sendiri,
yaitu doa penyembahan, sebab Yesus sendiri yang akan memimpin penyembahan dari
orang-orang kudus untuk dibawa sampai kepada hadirat Allah, sebab Ia adalah
Imam Besar Agung, Kepala rumah Tuhan, sesuai dengan Wahyu 8:3-4.
-
Sebagai Imam Besar, kepada-Nya telah diberikan banyak
kemenyan untuk dibakar yang akan menghasilkan asap dupa yang banyak. Jadi,
Yesus hidup dalam penyembahan yang besar, memimpin penyembahan dari orang-orang
kudus untuk selanjutnya dibawa kepada hadirat Allah, dan itu sudah Ia lakukan
di atas kayu salib, Ia sudah mengadakan doa penyahutan.
- Sebagai
Kepala rumah Tuhan, Dia setia mengepalai rumah-Nya, dan rumah-Nya itu ialah
kita, sesuai dengan Ibrani 3:1-6.
Kesimpulannya:
1. Bait
Suci Allah yang diukur ialah mempelai wanita Tuhan, sebab Bait Suci
Allah tersambung langsung dengan Yerusalem baru.
2. Mezbah
yang diukur ialah pelayanan yang telah disempurnakan oleh Yesus sendiri
di atas kayu salib, sehingga kehidupan IOTA dan TITIK tertolong, sesuai
dengan Matius 5:17-18.
3. Ibadah
yang diukur ialah doa penyembahan, sama dengan; kasih dan setia.
Setelah apa
yang saya sampaikan di atas tadi, selanjutnya kita akan melihat bukti bahwa
tiga perkara di atas diukur oleh Tuhan.
Bukti BAIT SUCI ALLAH diukur oleh Tuhan.
Wahyu 21:2
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem
yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin
perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Kota suci, yaitu
Yerusalem baru, itulah Pengantin Perempuan, Mempelai Anak Domba.
Wahyu
21:15-16
(21:15) Dan ia, yang berkata-kata dengan aku,
mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu
serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. (21:16) Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama
dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu
stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.
Kota kudus,
Yerusalem baru, bentuknya empat persegi, di mana panjang dan lebarnya sama.
Ketika kota itu diukur dengan tongkat, maka panjang dan lebar dan tingginya
ialah 12.000 (dua belas ribu) stadia.
Berbicara
tentang 12.000 (dua belas ribu) stadia, menunjuk; 12 (dua belas) suku Israel
yang telah dimeteraikan oleh Tuhan.
Wahyu 7:4-8
(7:4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang
dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan
dari semua suku keturunan Israel. (7:5)
Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua
belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu, (7:6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua
belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu, (7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua
belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu, (7:8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua
belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.
12.000 (dua
belas ribu) stadia dikali 12 (dua belas) suku Israel, sama dengan; 144.000
(seratus empat puluh empat ribu) yang dimeteraikan dari suku-suku Israel.
Yang empunya
mempelai perempuan ialah Mempelai Laki-Laki, dan meterainya adalah Roh Kudus.
Mari kita
perhatikan Wahyu 14.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri
di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu
orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Anak Domba
bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang berdiri di
bukit Sion.
Berkedudukan
di bukit Sion, jelas ini menunjukkan bahwa; 144.000 (seratus empat puluh empat
ribu) orang tersebut adalah mempelai wanita Tuhan. Sebab gunung Sion itulah
mempelai wanita Tuhan, dan yang empunya mempelai perempuan ialah Mempelai
Laki-Laki.
Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama
seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke
mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban
sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
144.000
(seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara manusia di bumi
sebagai korban-korban sulung adalah inti mempelai wanita Tuhan. Mereka itu
adalah orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan.
Perempuan-perempuan di sini menunjuk dua perempuan yang tidak lazim.
Kita semua
(gereja Tuhan), disebut perempuan, jangan sampai disebut perempuan yang tidak
lazim. Perhatikan, hai perempuan-perempuan, jangan menjadi wanita yang tidak
lazim, antara lain;
1.
Perempuan Izebel.
2.
Perempuan Babel.
Mengapa saya
katakan dua perempuan ini adalah perempuan yang tidak lazim?
-
Perempuan
Izebel
mengaku dirinya sebagai nabiah. Dengan menggunakan alasan inilah, nabi-nabi
Tuhan, hamba-hamba Tuhan makan dari meja Izebel, dengan lain kata; hamba-hamba
Tuhan tidak lagi menempatkan Kristus, sebagai Kepala, sebagai penyelamat tubuh.
Tidak menempatkan Kristus,
sebagai Kepala, adalah wanita yang tidak lazim. Seorang isteri yang suka
menggurui suaminya, ini adalah wanita yang tidak lazim.
- Perempuan Babel, di tangannya
terdapat suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan
percabulannya, sesuai dengan Wahyu
17:3-5. Perempuan Babel menyebabkan terjadinya kenajisan oleh
percabulannya.
Gereja yang tidak
lazim adalah gereja yang suka mengungkit-ungkit, mengundang-undang orang lain
dalam kenajisannya, ini adalah kehidupan yang tidak lazim. Pandai mengadakan
nyanyian berbalas-balasan, ini adalah kehidupan yang tidak lazim.
Tetapi di sini kita
melihat: Inti mempelai tidak mencemarkan diri dengan kenajisan dari perempuan
Babel.
Jadi, jelas
sekali; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara
manusia di bumi betul-betul adalah korban-korban sulung, inti mempelai. Jangan
mencemarkan diri dengan dua perempuan yang tidak lazim. Dan jangan menjadi
gereja Tuhan yang tidak lazim, supaya masuk dan menjadi bagian dari mempelai
wanita Tuhan.
Memang, kita
adalah bangsa kafir, tetapi kalau kita perhatikan kemurahan Tuhan dalam Wahyu 7:9-17, itulah bayangan dari
mempelai wanita Tuhan. Ternyata, bangsa kafir juga bisa menjadi bagian dari
mempelai wanita Tuhan asal jangan mencemarkan diri dengan dua perempuan yang
tidak lazim dan jangan menjadi gereja Tuhan yang tidak lazim.
Kelihatan
baik, kelihatan tunduk, tetapi pandai mengadakan nyanyian berbalas-balasan, ini
adalah gereja yang tidak lazim. Tidak lazim, berarti; tidak normal, tidak waras.
Sekarang
kita kembali membaca Wahyu 14.
Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama
seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke
mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban
sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
“Mereka murni sama seperti perawan”, kalimat
ini menunjukkan bahwa; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut
adalah mempelai wanita Tuhan.
Sebagai
pembuktiannya.
2 Korintus
11:2
(11:2) Sebab aku cemburu kepada kamu dengan
cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki
untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
Rasul Paulus
berusaha untuk mempertunangkan jemaat di Korintus sebagai perawan suci kepada
Kristus, yang adalah Mempelai Laki-Laki Sorga.
Jadi, kalau
berbicara murni sama seperti perawan, jelas itu berbicara tentang mempelai
wanita Tuhan. Inilah Bait Suci yang diukur oleh Tuhan.
Itulah bukti
bahwa Bait Suci Allah terhubung langsung kepada mempelai wanita Tuhan, sebagai
bait Suci Allah yang diukur oleh Tuhan. Dengan memperoleh pengertian ini,
biarlah kita semakin digairahkan dengan sungguh-sungguh untuk datang beribadah
dan melayani Tuhan, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Jangan
mengecilkan pengertian semacam ini, dengan mengarahkan pikiran dan perhatian
kepada yang tidak baik. Jangan abaikan pengertian ini, sebab hal itu mahal bagi
kita, supaya tidak berujung binasa. Tadi kesaksian saudari Maria;
ujung-ujungnya gulungan kitab itu menjadi pedang, tetapi bukan menyembelih
korban, melainkan membinasakan.
Bukti MEZBAH dan ibadah diukur oleh Tuhan.
Wahyu 22:3-5
(22:3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta
Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan
beribadah kepada-Nya, (22:4) dan
mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. (22:5) Dan malam tidak akan ada lagi di
sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan
Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai
selama-lamanya.
Ada tujuh
perkara di dalam Kerajaan Sorga, antara lain:
1.
Tidak akan ada lagi laknat.
2. Takhta Allah
dan takhta Anak Domba.
3. Hamba-hamba-Nya
akan beribadah kepada-Nya.
4. Mereka akan
melihat wajah-Nya.
5. Nama-Nya
akan tertulis di dahi mereka.
6. Malam tidak
ada lagi di sana.
7.
Mereka memerintah sebagai raja sampai
selama-lamanya.
Dari tujuh
perkara tersebut, ada dua kegiatan di dalamnya, antara lain:
1.
Hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya,
sama dengan; ibadah yang diukur oleh Tuhan.
2.
Mereka memerintah sebagai raja, sama
dengan; melayani Tuhan, sama dengan; mezbah yang diukur oleh Tuhan.
Tentang:
IBADAH yang diukur oleh Tuhan.
Ibadah yang
diukur ialah ibadah yang sudah berada pada klimaksnya, itulah doa penyembahan.
Sebagai
buktinya.
Matius
27:46,50
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus
dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (27:50)
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Setelah
berseru: “Eli, Eli, lama sabakhtani?”,
barulah Yesus menyerahkan diri-Nya.
Penyembahan
yang benar disertai dengan penyerahan diri sepenuh, berarti; menyerah kepada
kehendak Bapa di sorga, menyerah kepada keputusan Allah Bapa, sama dengan; taat
kepada kehendak Allah, dengan lain kata; tidak menyerah kepada kehendak diri
sendiri lagi.
Inilah
ibadah yang diukur, yaitu ibadah yang sudah mencapai klimaksnya, itulah
penyembahan yang benar.
Mungkin kita
sudah menjalankan tiga macam ibadah pokok, termasuk doa penyembahan, tetapi
kalau belum ditandai dengan penyerahan diri, itu bukanlah penyembahan yang
masuk dalam ukuran Tuhan, bukan ibadah yang diukur oleh Tuhan. Ini sangat
merugikan sekali, karena ibadah semacam ini adalah kesia-siaan, menghabiskan
waktu, tenaga, energi tanpa hasil.
Mau
melayani, tetapi tidak mau berubah, bukankah ini adalah kesia-siaan? Beribadah
dengan susah payah, tetapi keras hati, ini adalah hal yang sia-sia, tidak ada
artinya. Untuk apa kita melakukan hal yang sia-sia? Hanya menghabiskan waktu
dan tenaga saja.
Matius 27:51
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah
dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan
bukit-bukit batu terbelah,
Setelah
Yesus menyerahkan nyawa-Nya, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke
bawah. Artinya; doa penyembahan yang disertai penyerahan diri inilah yang akan
menembusi takhta Allah, sama artinya; membawa kita sampai kepada hadirat Allah,
itulah Kerajaan Sorga.
Kehendak
sendiri tidak akan membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Yang membawa
masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah penyembahan yang disertai dengan
penyerahan diri, taat kepada kehendak Allah, patuh kepada segala keputusan
Allah. Inilah ibadah yang diukur.
Ada tujuh
perkara di sorga, di antaranya ada dua kegiatan, salah satunya adalah
hamba-hamba-Nya beribadah kepada-Nya, inilah yang dikerjakan oleh hamba-hamba
Tuhan yang beribadah di sorga.
Tentang:
MEZBAH yang diukur oleh Tuhan.
Mezbah yang
diukur ialah terhubung langsung dengan salib Kristus, sehingga pelayanan itu
menjadi sempurna. Kalau melayani Tuhan, tetapi pelayanan itu tidak terhubung
langsung dengan salib Kristus, pelayanan semacam ini tidak diukur oleh Tuhan,
tidak berkenan kepada Tuhan.
Melayani
mezbah tetapi tidak terhubung langsung dengan salib, pelayanan semacam ini
bersifat Taurat, inilah pelayanan lahiriah, pelayanan yang tidak ada artinya.
Mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, itu tidak ada artinya.
Datang di tengah-tengah ibadah pelayanan sepertinya mempersembahkan tubuhnya
kepada Tuhan, tetapi manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan
seutuhnya, itu tidak ada artinya.
Ibrani 13:10-12
(13:10) Kita mempunyai suatu mezbah dan
orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. (13:11) Karena tubuh binatang-binatang
yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban
penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. (13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu
gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.
Mezbah atau
pelayanan itu disempurnakan oleh Yesus sendiri di atas kayu salib, itu sebabnya
Yesus telah menderita di luar pintu gerbang, artinya; Yesus rela meninggalkan
keindahan sorgawi, juga melepaskan kemuliaan-Nya dan Ia turun ke dunia ini
untuk menderita di atas kayu salib. Ia telah menderita di luar pintu gerbang,
keluar dari sorga yang mulia, tidak mempertahankan harga diri dan
kemuliaan-Nya, Dia turun ke dunia ini untuk menderita di atas kayu salib.
Jadi jelas,
mezbah itu terhubung langsung kepada salib supaya pelayanan itu sempurna.
Allah tidak
cukup hanya berfirman kepada umat-Nya. Kalau hanya berfirman, tetapi Yesus
tidak menderita di luar pintu gerbang, tidak meninggalkan sorga-Nya yang mulia,
tidak melepaskan diri dari segala keindahan sorga-Nya, maka itu hanyalah sebuah
slogan (teori), tetapi nol, tidak ada artinya. Tetapi di sini kita melihat;
Tuhan tidak hanya berfirman kepada umat-Nya, namun sekaligus menyatakan
kasih-Nya. Dia menyatakan praktek firman, itu kasih.
Tujuannya.
Ibrani 13:12
(13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita
di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya
sendiri.
Tujuannya
adalah untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. Jadi, mezbah itu
disempurnakan oleh salib.
Kalau
seorang pelayan Tuhan berdiri di atas mezbah, tetapi pelayanan itu tidak
terhubung langsung dengan salib, itu merupakan pelayanan (mezbah) yang tidak
masuk dalam ukuran Tuhan.
Jangan kita
salah mengerti di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan. Hati-hati dengan
pernyataan-pernyataan Setan di hari-hari terakhir ini untuk memutarbalik fakta.
Setan itu pandai sekali untuk memutarbalik fakta; yang benar menjadi salah,
yang salah dibenarkan, bertolak-tolakan dengan cara kerja Allah di dalam
penyelamatan umat manusia.
Hari-hari
ini Satan gencar sekali berkata: “Karena
Tuhan sudah menderita di atas kayu salib, maka kita pun tidak perlu menderita
lagi, karena Dia sudah menanggungnya di atas kayu salib.” Inilah pernyataan
Setan di hari-hari terakhir ini, kita harus menyingkir dari sana segera, jangan
coba-coba di raba.
Ibrani 13:13
(13:13) Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di
luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.
Oleh sebab
itu, imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan, marilah kita melayani Tuhan, mezbah
Tuhan, disertai dengan dua tanda.
1.
Pergi kepada-Nya di
luar perkemahan, artinya; melayani dengan tidak mempertahankan harga diri,
tidak mempertahankan egosentris, tidak mempertahankan keakuan dan tidak
mempertahankan kebenaran diri sendiri.
2.
Pergi kepada-Nya untuk menanggung kehinaan-Nya, artinya; melayani Tuhan disertai dengan
rela menanggung penderitaan dan rela berkorban, antara lain korban tenaga,
korban pikiran, korban waktu, korban uang, korban materi, korban dengan segala
perkara lain yang kita miliki. Pergilah kepada-Nya untuk menanggung
kehinaan-Nya itu.
Ini dua
tanda penting. Jadi jelas, kita tidak perlu ragu lagi bahwa mezbah itu
terhubung langsung dengan salib untuk menyempurnakan mezbah atau pelayanan kita
di hari-hari ini.
Ciri-ciri mezbah atau pelayanan yang diukur
oleh Tuhan.
Ibrani 13:14
(13:14) Sebab di sini kita tidak mempunyai
tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang.
Dunia ini
bukanlah tempat tinggal kita, sebab dunia ini sifatnya sementara, tidak kekal.
Pada
mulanya, manusia dibentuk segambar serupa dengan Allah (sama mulia dengan
Allah), kemudian manusia itu ditempatkan di taman Eden atau Firdaus untuk
mengusahakan dan memelihara taman Eden, sehingga boleh menikmati suasana sorga
serta keindahan-keindahan, baik dalam nikah dan rumah tangga, hidup, ibadah,
menikmati semua keindahan-keindahan-Nya. Itu yang terjadi terhadap diri Adam
dan isterinya. Tetapi setelah manusia itu jatuh ke dalam dosa, karena melanggar
hukum Allah, maka Allah pun mengusir mereka bagaikan terlempar ke bumi.
Pendeknya:
Kita tidak boleh lupa asal usul kita. Karena kita berasal dari sorga, maka kita
juga harus kembali ke dalam sorga, jangan lupa asal usul. Maksudnya ialah
jangan kita terlena di bumi ini oleh karena kerajaan dunia dengan segala
kemegahannya, dengan lain kata; tidak boleh terikat dengan segala sesuatu yang
ada di bumi ini.
Jangan lupa,
kita berasal dari sorga. Maka kita harus kembali ke sorga. Jangan terlena
dengan segala sesuatu yang ada di bumi. Jangan terlena dengan kerajaan dunia
dan kemegahannnya, tidak boleh terikat dengan perkara lahiriah.
Kita dari
Allah, dari sorga, diciptakan segambar serupa dengan Allah, tetapi oleh karena
dosa, bagaikan dilempar ke bumi, tetapi kita harus berjuang untuk kembali ke
sana, harus berjuang.
Jangan lupa,
ingatlah itu, biarlah hal itu tertanam bagaikan patam di serban seorang imam
besar.
Ibrani 11:13-16
(11:13) Dalam iman mereka semua ini telah mati
sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang
hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui,
bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. (11:14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka
dengan rindu mencari suatu tanah air. (11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah
asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan
untuk pulang ke situ. (11:16) Tetapi
sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah
air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia
telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Saksi-saksi
iman mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi, tidak
terikat dengan segala kerajaan dunia dan kemegahan-kemegahannya. Namun mereka
dengan rindu mencari tanah air sorgawi, tanah air yang lebih baik dari tanah
air dunia ini, karena bumi ini bukan tempat kita yang kekal.
Kita bukan
berasal dari dunia ini, tetapi berasal dari sorga, dari Allah, diciptakan
segambar serupa dengan Allah. Kalau pun hari ini, detik ini kita ada di bumi
ini, itu bagaikan dilemparkan oleh karena dosa, tetapi ingat; jangan lupa asal
usul kita, karena kita dari Allah, dari sorga, kita harus kembali, merindu
dengan tanah air sorgawi. Jangan terikat dengan perkara lahiriah, jangan
terlena dengan yang ada di dunia ini.
Kalau sudah
punya kedudukan, jabatan, bagus, tidak salah. Punya pendidikan yang tinggi, itu
bagus, tidak salah. Tetapi jangan terlena, jangan terikat, jangan lupa asal
usul bahwasanya kita berasal dari Allah, dari sorga. Kita harus tetap merindu
tanah air yang lebih baik, itulah tanah air sorgawi.
Ibrani 11:15
(11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka
ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai
kesempatan untuk pulang ke situ.
Kalau kita
ingat akan tanah asal kita, yang telah kita tinggalkan itu, sekarang Tuhan
masih menyediakan kesempatan seluas-luasnya bagi kita. Selagi masih ada
kesempatan, mari kita hargai, karena kesempatan yang Tuhan berikan merupakan
panjang sabar-Nya Tuhan, kemurahan Tuhan.
Jangan
sia-siakan kemurahan Tuhan, jangan sampai tergelincir, sebab kedatangan Tuhan
sudah tidak lama lagi. Manfaatkan waktu yang singkat ini, sebab kesempatan yang
luas ini merupakan panjang sabar-Nya Tuhan bagi kita, kemurahan hati Tuhan,
jangan disia-siakan.
Jangan
seperti Esau yang sibuk berburu daging, tetapi biarlah kita menjadi kehidupan
yang tenang, berarti hidup dalam doa penyembahan, tinggal di dalam kemah,
berdiam diri seperti Yakub. Berdiam diri, berarti; Tuhan yang mengambil alih
semua keperluan kebutuhan kita.
Tuhan masih
menyediakan kesempatan, jangan sia-siakan, jangan bermasa bodo, jangan berpikir
picik, jangan berpikir sempit, tetapi berlakulah bijaksana terhadap segala
sesuatu yang ada ini. Lihat tanda-tanda zaman, kedatangan Tuhan sudah tidak
lama lagi. Ingat asal usul kita dari mana, jangan terlena. Kalau kita punya ini
itu, uang, harta, kekayaan, jangan terlena, jangan terikat, sebab kita harus
kembali ke tanah air yang lebih baik, itulah tanah air sorgawi. Kita rindu
Yerusalem baru.
Ibrani
13:15-18
(13:15) Sebab itu marilah kita, oleh Dia,
senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan
bibir yang memuliakan nama-Nya. (13:16)
Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab
korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah. (13:17) Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah
kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang
harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya
dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa
keuntungan bagimu. (13:18) Berdoalah
terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena
di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik.
Syarat-syarat
untuk mencari tanah air sorgawi:
1.
Senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah,
yakni ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya, sama dengan; berbicara atau
berkata-kata yang bersifat membangun orang lain.
2. Jangan lupa
berbuat baik dan memberi bantuan kepada sesama, apalagi di tengah ibadah dan
pelayanan ini. Mengapa demikian? Sebab korban-korban yang demikianlah yang
berkenan kepada Allah. Jangan hitung-hitungan.
3.
Sidang jemaat taat kepada pemimpin sidang jemaat,
bahkan tunduk kepada pemimpin sidang jemaat.
Ini adalah
syarat-syarat mutlak untuk mencari tanah air sorgawi.
Pertanyaannya:
Mengapa harus taat dan tunduk kepada pemimpin sidang jemaat?
Jawabnya:
Sebab tugas dari seorang pemimpin jemaat adalah berjaga-jaga terhadap jiwa-jiwa
yang dilayani, itulah sidang jemaat.
Gembala yang
baik itu memperhatikan domba-dombanya;
-
Membaringkan domba-dombanya di rumput yang hijau. Saat
ini kita sudah dibaringkan di rumput yang hijau, dengan bukti; kita boleh
menikmati pembukaan rahasia firman.
Seperti kesaksian
tadi (kesaksian dari saudari Maria): Gulungan kitab yang terbuka itu berawal
dari padang rumput yang hijau, sampai akhirnya menjadi latar belakang dari
tangga untuk sampai ke langit, di ujungnya Tabut Perjanjian. Itu tugas pemimpin
sidang jemaat; berjaga-jaga.
-
Kemudian, dituntun ke air yang tenang. Kita boleh minum
dari Roh yang satu, sehingga kita menikmati karunia-karunia, jabatan-jabatan
Roh Kudus yang dipercayakan oleh Tuhan, sampai terus memimpin kita kepada doa
penyembahan, yang membawa kita sampai ke hadirat Tuhan. Hidup dalam doa
penyembahan, sama dengan; berjaga-jaga.
Sesudah saya
menyembah kepada Tuhan, dalam doa selalu ingat sidang jemaat, keluarga Allah
GPT “BETANIA” dalam doa. Saya melakukan itu tidak dengan terpaksa, tidak dengan
sungut-sungut, walaupun yang saya doakan itu memberontak, keras hati, sombong,
angkuh, tidak dengar-dengaran, melayani karena keinginan sendiri, tetap saya
doakan, sebab itu adalah tanggung jawab saya sebagai pemimpin sidang jemaat.
Yang malas-malas beribadah, yang kikir, tidak mengerti pekerjaan Tuhan, terus
saya doakan, supaya hidupnya terpelihara. Karena suatu kali nanti Tuhan akan
tuntut itu semua kepada pemimpin sidang jemaat.
Kita sudah
melihat tiga syarat ini supaya kita lakukan, dan yang terakhir adalah taat
kepada pemimpin sidang jemaat, bahkan tunduk kepada pemimpin sidang jemaat.
Pemberitaan
firman ini bukan hanya di dalam negeri, tetapi sudah sampai kepada mancanegara,
ke luar negeri, di lima benua, tiap-tiap negara. Saat ini juga saudara-saudara
kita yang terkasih sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming di dalam maupun di luar
negeri. Anak-anak Tuhan yang sedang mengikuti di Amerika, di Jerman, di Belanda,
di Rusia, Portugal, Prancis, dan negara-negara lainnya, mereka juga mengikuti
firman penggembalaan secara live
streaming.
Saya berdoa;
keluarga sidang jemaat GPT ”BETANIA”, jika Tuhan percayakan, kita suatu kali
kelak untuk mengunjungi mereka. Kalau Tuhan ijinkan, kita boleh bertemu dengan
saudara kita yang di sana, baik yang di Amerika Serikat, baik yang di Jerman,
baik yang di Belanda, baik yang di Portugal, baik yang di negara-negara lain
manapun. Maka, pada saat kesempatan kita berkunjung, mari kita tunjukkan bahwa
kita mengasihi pemimpin sidang jemaat supaya mereka juga mengerti tentang
kesaksian dari sorga.
Sekali lagi
saya tandaskan, yang diukur oleh Tuhan oleh buluh pengukur ialah:
1. Bait Suci Allah, terhubung langsung dengan
Yerusalem baru, mempelai wanita Tuhan. Dengan ukuran Yerusalem baru 12.000 (dua
belas ribu) stadia, panjang dan lebarnya sama, yang dikaitkan dengan 12 (dua
belas) suku Israel, semuanya ialah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu)
orang, inilah yang menjadi korban-korban sulung yang ditebus oleh Tuhan dari
antara manusia sebagai inti mempelai wanita Tuhan, sesuai dengan Wahyu 7:1-7.
Tetapi
puji Tuhan dalam Wahyu 7:8, bayangan
dari inti mempelai wanita Tuhan datang dari empat penjuru bumi, itulah bangsa
kafir, asal kita ikuti cara apa yang sudah kita terima sore ini.
2. Mezbah, terhubung langsung dengan salib
Kristus yang menyempurnakan pelayanan. Kalau mezbah tidak terhubung langsung
dengan salib, maka pelayanan itu hanya bersifat Taurat.
3. Mereka yang beribadah di dalamnya. Puncak
ibadah itulah doa penyembahan. Penyembahan itu harus disertai dengan penyerahan
diri. Pada saat itulah tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah,
dengan demikian, terbuka jalan untuk berada di Tabut Perjanjian. Tabut Allah,
takhta Allah, Kerajaan Sorga ditembusi oleh penyembahan yang disertai dengan
penyerahan diri.
Tiga perkara
tersebut diukur oleh Tuhan. Dengan apa yang sudah saya sampaikan di atas tadi,
marilah kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, jangan diabaikan, jangan
dientengkan, supaya Tuhan jangan entengkan nikah kita. Lihat, banyak nikah yang
dientengkan, akhirnya hancur-hancuran; suami menderita, isteri menderita.
Mari kita
membaca kembali Wahyu 11.
Wahyu 11:1-2
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang
buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut:
"Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang
beribadah di dalamnya. (11:2) Tetapi
kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau
mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan
mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan
lamanya."
Tiga hal
diukur oleh Tuhan dengan tongkat pengukur, tetapi Bait Suci yang di sebelah luar
dilarang untuk diukur. Mengapa demikian? Sebab telah diberikan kepada
bangsa-bangsa lain, itulah antikris, untuk diinjak-injak selama 42 (empat puluh
dua) bulan, sama dengan; 3.5 (tiga setengah) tahun, sama dengan; 1.260 (seribu
dua ratus enam puluh) hari, sama dengan; satu masa ditambahkan dua masa
ditambah setengah masa.
Pelataran
Bait Suci di sebelah luar, itulah halaman, tidak diukur oleh Tuhan, karena
sudah diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sudah
diserahkan kepada antikris untuk diinjak-injak selama 3.5 (tiga setengah)
tahun.
Kalau
terinjak-injak, serta terjadi pemenggalan leher oleh pedang antikris, namun
masih bisa tetap bertahan, tidak menyangkal salib-Nya, puji Tuhan, tertolong.
Tetapi pada saat aniaya antikris berlangsung, itu bukan perkara ringan yang
harus dilalui oleh anak-anak Tuhan selama 3.5 (tiga setengah) tahun, itu adalah
masa sulit bagi anak-anak Tuhan.
Bayangkan,
hari ini, kadang;
-
Kalau tidak punya uang saja, sudah stress.
- Kalau tidak
makan satu hari saja, sudah stress.
-
Disinggung sedikit saja, sudah panas hati.
Bagaimana
kita bisa lolos dari masa aniaya antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun?
Maka tadi
saya katakan: Peristiwa 3.5 (tiga setengah) tahun itu bukanlah perkara ringan
yang begitu saja mudah dilalui. Sebab itu, perhatikan dengan sungguh-sungguh.
Lukas 21:20
(21:20) "Apabila kamu melihat Yerusalem
dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah
dekat.
Yerusalem
dikepung oleh tentara, dengan lain kata; pembinasa keji berdiri di tempat
kudus, bersamaan dengan itu terjadilah aniaya selama 42 (empat puluh dua) bulan
atau 3.5 (tiga setengah) tahun.
Lukas 21:22
(21:22) sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap
semua yang ada tertulis.
Jangan
saudara berkata bahwa hal ini akan berlalu begitu saja. Aniaya selama 3.5 (tiga
setengah) tahun itu harus terjadi, karena Tuhan sendiri yang mengatakannya di
dalam kitab suci.
Lukas
21:23-24
(21:23) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil
atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan
yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, (21:24) dan mereka akan tewas oleh mata
pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman
bangsa-bangsa itu."
Yerusalem,
kota kudus, akan diinjak-injak oleh antikris, maka celakalah ibu-ibu.
Ibu-ibu yang
seperti apa?
1.
Ibu-ibu yang
sedang hamil,
ini menunjuk; kehidupan dari hamba Tuhan yang hanya memiliki asas-asas pertama
atau dasar dari ajaran tentang Kristus, antara lain;
- Setelah
percaya, itulah Pintu Gerbang.
- Selanjutnya
bertobat, terkena pada Mezbah Korban Bakaran.
- Lalu
dibaptis, terkena pada Kolam Pembasuhan.
-
Bahkan telah dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Inilah
ibu-ibu yang sedang mengandung, asas-asas pertama. Ibu-ibu, menunjuk;
hamba-hamba Tuhan, malaikat sidang jemaat, gembala sidang. Kalau ibu-ibu yang
hamil celaka (binasa), bagaimana dengan sidang jemaat? Bagaimana respon saudara
mendengar firman ini? Apakah setelah selesai ibadah tetap kembali ke habitat
lama, tidak segera bekerja sesuai dengan langkah-langkah firman, bertahan
dengan pendirian sendiri? Jangan mati konyol.
2.
Ibu-ibu yang
menyusukan bayinya, menunjuk; kehidupan yang baru bertobat. Kalau ibu-ibu
yang menyusukan bayinya saja celaka, bagaimana dengan sidang jemaat?
Ibrani 6:1-2
(6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan
asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada
perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan
dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada
Allah, (6:2) yaitu ajaran tentang
pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati
dan hukuman kekal.
Asas pertama
tentang ajaran Kristus;
-
Setelah percaya, terkena pada Pintu
Gerbang.
- Lalu
bertobat, terkena pada Mezbah Korban Bakaran.
- Selanjutnya
dibaptis, terkena pada Kolam Pembasuhan.
-
Bahkan sudah dipenuhkan Roh Kudus, terkena
pada Pintu Kemah.
Tetapi itu
baru merupakan asas pertama, dasar dari kebenaran tentang ajaran Kristus.
Selanjutnya, harus beralih kepada perkembangannya yang penuh.
Memang dalam
asas-asas pertama, setiap penumpangan tangan oleh hamba-hamba Tuhan yang
dipercayakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El-Kudus, di situ terjadi
mujizat; yang sakit sembuh, yang lumpuh berjalan, terjadi pengusiran terhadap
Setan, tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ, harus beralih kepada
perkembangannya yang penuh, tinggalkan asas yang pertama. Kalau tidak, inilah
daerah yang akan diinjak-injak oleh antikris, dianiaya selama 3.5 (tiga
setengah) tahun. Yang celaka ialah ibu-ibu hamil dan yang sedang menyusukan
bayinya. Bagaimana dengan sidang jemaat?
Terimalah
firman Tuhan dengan lemah lembut dan rendah hati. Berlakulah bijaksana. Jadilah
dewasa, jangan pertahankan sifat kanak-kanak. Kerjakan firman Allah yang kita
terima. Kita maju melangkah bersama dengan Firman Allah, sesuai dengan apa yang
sudah kita terima sampai detik ini.
Saya,
sebagai seorang pemimpin sidang jemaat, berdoa supaya sidang jemaat lebih
sungguh-sungguh lagi di hari-hari terakhir ini; sungguh-sungguh ibadah,
sungguh-sungguh melayani pekerjaan Tuhan.
Biarlah tiga
perkara yang diukur oleh Tuhan menjadi bagian kita masing-masing, sehingga
terlepas dari pemenggalan pedang antikris. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
Kita berasal dari sorga. Harus kembali ke sorga.
Jangan terlena dengan segala sesuatu yang ada di bumi oleh karena kerajaan dunia dan kemegahannnya.
Jangan terikat dengan perkara lahiriah.
Jangan lupakan asal usul, tanah air sorgawi.
No comments:
Post a Comment