KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, October 27, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 13 OKTOBER 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 13 OKTOBER 2019

WAHYU PASAL 11
(Seri: 08)

Subtema: MASUK DALAM UKURAN TUHAN, SUPAYA TERLEPAS DARI ANTIKRIS.

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur dan terimakasih, karena kemurahan Tuhan besar bagi kita. Tuhan memberi kesehatan, kesempatan, kemauan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian.
Saya tidak lupa menyapa umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita. Sebab itu, mari dengan rendah hati kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan membukakan firman-Nya, dan memberkati hidup, ibadah, nikah, rumah tangga, segala sesuatu dipulihkan oleh Tuhan.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab WAHYU 11.
Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Adapun alat pengukur yang digunakan ialah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya.
Tongkat atau buluh pengukur, menunjuk; firman Allah. Perasaan, pikiran, dan hati manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat dijadikan sebagai alat pengukur tiga perkara di atas, termasuk perkara rohani lainnya atau perkara Ilahi, selain firman Allah sebagai alat pengukur yang sejati. Mengapa demikian? Sebab firman Allah itu kekal, tidak dimakan oleh waktu dan masa.

Adapun tiga hal yang diukur oleh tongkat atau buluh pengukur:
1.     Bait Suci Allah.
2.     Mezbah.
3.     Mereka yang beribadah di dalamnya.

Sejenak kita perhatikan tentang tiga hal di atas.
Yang Pertama: BAIT SUCI ALLAH, jelas ini berhubungan langsung dengan Yerusalem baru, yaitu mempelai wanita Tuhan.

Yang Kedua: MEZBAH, jelas ini berhubungan langsung dengan pelayanan yang telah disempurnakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib.
Perlu untuk diketahui: Melayani tetapi tidak dengar-dengaran, sama dengan; pelayanan yang tidak masuk dalam ukuran Tuhan. Tidak dengar-dengaran, tandanya; suka mendahului kehendak Tuhan, sesuai dengan Hosea 8:4, bangsa Israel mengangkat seorang raja dan mengangkat seorang pemuka tanpa sepengetahuan Tuhan, dengan kata lain; suka mendahului Tuhan.
Jikalau seorang hamba Tuhan melayani dalam keadaan tidak dengar-dengaran, maka segala sesuatu yang dia persembahkan tidak berkenan kepada Tuhan, sekalipun disertai dengan jerih lelah. Kemudian, apabila seorang hamba Tuhan memperbanyak mezbah justru mezbah-mezbah itu menjadikan ia berdosa, kalau ia melayani tanpa dengar-dengaran, sesuai dengan Hosea 8:11. Pelayanan itu akan menjadikan seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan berdosa, apabila ia melayani namun tidak dengar-dengaran. Banyak orang Kristen melayani tetapi tidak dengar-dengaran, dia berpikir dengan banyak berkorban, maka persembahan itu berkenan, tidak, itu adalah pelayanan yang tidak berkenan. Dengan memperbanyak mezbah, justru itu memperbanyak dosanya.

Yang Ketiga: MEREKA YANG BERIBADAH DI DALAMNYA.
Kita sudah mengetahui tentang contoh ibadah, seperti yang diperlihatkan Tuhan kepada Musa di gunung Horeb. Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, ibadah terkena pada Ruangan Suci, di mana di dalamnya terdapat tiga macam alat:
1. MEJA ROTI SAJIAN, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai perjamuan suci.
2. PELITA EMAS, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian.
3. MEZBAH DUPA, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Jelas tiga macam ibadah pokok ini berasal dari sorga, dari Allah, turun ke bumi, kita tidak perlu ragu akan hal itu, sesuai dengan Ibrani 8:5.
Tetapi ibadah yang diukur oleh Tuhan ialah berada pada puncak ibadah itu sendiri, yaitu doa penyembahan, sebab Yesus sendiri yang akan memimpin penyembahan dari orang-orang kudus untuk dibawa sampai kepada hadirat Allah, sebab Ia adalah Imam Besar Agung, Kepala rumah Tuhan, sesuai dengan Wahyu 8:3-4.
-       Sebagai Imam Besar, kepada-Nya telah diberikan banyak kemenyan untuk dibakar yang akan menghasilkan asap dupa yang banyak. Jadi, Yesus hidup dalam penyembahan yang besar, memimpin penyembahan dari orang-orang kudus untuk selanjutnya dibawa kepada hadirat Allah, dan itu sudah Ia lakukan di atas kayu salib, Ia sudah mengadakan doa penyahutan.
-       Sebagai Kepala rumah Tuhan, Dia setia mengepalai rumah-Nya, dan rumah-Nya itu ialah kita, sesuai dengan Ibrani 3:1-6.

Kesimpulannya:
1. Bait Suci Allah yang diukur ialah mempelai wanita Tuhan, sebab Bait Suci Allah tersambung langsung dengan Yerusalem baru.
2. Mezbah yang diukur ialah pelayanan yang telah disempurnakan oleh Yesus sendiri di atas kayu salib, sehingga kehidupan IOTA dan TITIK tertolong, sesuai dengan Matius 5:17-18.
3. Ibadah yang diukur ialah doa penyembahan, sama dengan; kasih dan setia.

Setelah apa yang saya sampaikan di atas tadi, selanjutnya kita akan melihat bukti bahwa tiga perkara di atas diukur oleh Tuhan.

Bukti BAIT SUCI ALLAH diukur oleh Tuhan.
Wahyu 21:2
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

Kota suci, yaitu Yerusalem baru, itulah Pengantin Perempuan, Mempelai Anak Domba.

Wahyu 21:15-16
(21:15) Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. (21:16) Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.

Kota kudus, Yerusalem baru, bentuknya empat persegi, di mana panjang dan lebarnya sama. Ketika kota itu diukur dengan tongkat, maka panjang dan lebar dan tingginya ialah 12.000 (dua belas ribu) stadia.
Berbicara tentang 12.000 (dua belas ribu) stadia, menunjuk; 12 (dua belas) suku Israel yang telah dimeteraikan oleh Tuhan.

Wahyu 7:4-8
(7:4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. (7:5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu, (7:6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu, (7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu, (7:8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.

12.000 (dua belas ribu) stadia dikali 12 (dua belas) suku Israel, sama dengan; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) yang dimeteraikan dari suku-suku Israel.
Yang empunya mempelai perempuan ialah Mempelai Laki-Laki, dan meterainya adalah Roh Kudus.

Mari kita perhatikan Wahyu 14.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.

Anak Domba bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang berdiri di bukit Sion.
Berkedudukan di bukit Sion, jelas ini menunjukkan bahwa; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut adalah mempelai wanita Tuhan. Sebab gunung Sion itulah mempelai wanita Tuhan, dan yang empunya mempelai perempuan ialah Mempelai Laki-Laki.

Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara manusia di bumi sebagai korban-korban sulung adalah inti mempelai wanita Tuhan. Mereka itu adalah orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan. Perempuan-perempuan di sini menunjuk dua perempuan yang tidak lazim.
Kita semua (gereja Tuhan), disebut perempuan, jangan sampai disebut perempuan yang tidak lazim. Perhatikan, hai perempuan-perempuan, jangan menjadi wanita yang tidak lazim, antara lain;
1.     Perempuan Izebel.
2.     Perempuan Babel.

Mengapa saya katakan dua perempuan ini adalah perempuan yang tidak lazim?
-       Perempuan Izebel mengaku dirinya sebagai nabiah. Dengan menggunakan alasan inilah, nabi-nabi Tuhan, hamba-hamba Tuhan makan dari meja Izebel, dengan lain kata; hamba-hamba Tuhan tidak lagi menempatkan Kristus, sebagai Kepala, sebagai penyelamat tubuh.
Tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala, adalah wanita yang tidak lazim. Seorang isteri yang suka menggurui suaminya, ini adalah wanita yang tidak lazim.
-       Perempuan Babel, di tangannya terdapat suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya, sesuai dengan Wahyu 17:3-5. Perempuan Babel menyebabkan terjadinya kenajisan oleh percabulannya.
Gereja yang tidak lazim adalah gereja yang suka mengungkit-ungkit, mengundang-undang orang lain dalam kenajisannya, ini adalah kehidupan yang tidak lazim. Pandai mengadakan nyanyian berbalas-balasan, ini adalah kehidupan yang tidak lazim.
Tetapi di sini kita melihat: Inti mempelai tidak mencemarkan diri dengan kenajisan dari perempuan Babel.

Jadi, jelas sekali; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara manusia di bumi betul-betul adalah korban-korban sulung, inti mempelai. Jangan mencemarkan diri dengan dua perempuan yang tidak lazim. Dan jangan menjadi gereja Tuhan yang tidak lazim, supaya masuk dan menjadi bagian dari mempelai wanita Tuhan.

Memang, kita adalah bangsa kafir, tetapi kalau kita perhatikan kemurahan Tuhan dalam Wahyu 7:9-17, itulah bayangan dari mempelai wanita Tuhan. Ternyata, bangsa kafir juga bisa menjadi bagian dari mempelai wanita Tuhan asal jangan mencemarkan diri dengan dua perempuan yang tidak lazim dan jangan menjadi gereja Tuhan yang tidak lazim.
Kelihatan baik, kelihatan tunduk, tetapi pandai mengadakan nyanyian berbalas-balasan, ini adalah gereja yang tidak lazim. Tidak lazim, berarti; tidak normal, tidak waras.

Sekarang kita kembali membaca Wahyu 14.
Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

Mereka murni sama seperti perawan”, kalimat ini menunjukkan bahwa; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut adalah mempelai wanita Tuhan.

Sebagai pembuktiannya.
2 Korintus 11:2
(11:2) Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Rasul Paulus berusaha untuk mempertunangkan jemaat di Korintus sebagai perawan suci kepada Kristus, yang adalah Mempelai Laki-Laki Sorga.
Jadi, kalau berbicara murni sama seperti perawan, jelas itu berbicara tentang mempelai wanita Tuhan. Inilah Bait Suci yang diukur oleh Tuhan.

Itulah bukti bahwa Bait Suci Allah terhubung langsung kepada mempelai wanita Tuhan, sebagai bait Suci Allah yang diukur oleh Tuhan. Dengan memperoleh pengertian ini, biarlah kita semakin digairahkan dengan sungguh-sungguh untuk datang beribadah dan melayani Tuhan, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Jangan mengecilkan pengertian semacam ini, dengan mengarahkan pikiran dan perhatian kepada yang tidak baik. Jangan abaikan pengertian ini, sebab hal itu mahal bagi kita, supaya tidak berujung binasa. Tadi kesaksian saudari Maria; ujung-ujungnya gulungan kitab itu menjadi pedang, tetapi bukan menyembelih korban, melainkan membinasakan.

Bukti MEZBAH dan ibadah diukur oleh Tuhan.
Wahyu 22:3-5
(22:3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, (22:4) dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. (22:5) Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Ada tujuh perkara di dalam Kerajaan Sorga, antara lain:
1.     Tidak akan ada lagi laknat.
2.     Takhta Allah dan takhta Anak Domba.
3.     Hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya.
4.     Mereka akan melihat wajah-Nya.
5.     Nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
6.     Malam tidak ada lagi di sana.
7.     Mereka memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Dari tujuh perkara tersebut, ada dua kegiatan di dalamnya, antara lain:
1.     Hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, sama dengan; ibadah yang diukur oleh Tuhan.
2.     Mereka memerintah sebagai raja, sama dengan; melayani Tuhan, sama dengan; mezbah yang diukur oleh Tuhan.

Tentang: IBADAH yang diukur oleh Tuhan.
Ibadah yang diukur ialah ibadah yang sudah berada pada klimaksnya, itulah doa penyembahan.

Sebagai buktinya.
Matius 27:46,50
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.

Setelah berseru: “Eli, Eli, lama sabakhtani?”, barulah Yesus menyerahkan diri-Nya.
Penyembahan yang benar disertai dengan penyerahan diri sepenuh, berarti; menyerah kepada kehendak Bapa di sorga, menyerah kepada keputusan Allah Bapa, sama dengan; taat kepada kehendak Allah, dengan lain kata; tidak menyerah kepada kehendak diri sendiri lagi.
Inilah ibadah yang diukur, yaitu ibadah yang sudah mencapai klimaksnya, itulah penyembahan yang benar.

Mungkin kita sudah menjalankan tiga macam ibadah pokok, termasuk doa penyembahan, tetapi kalau belum ditandai dengan penyerahan diri, itu bukanlah penyembahan yang masuk dalam ukuran Tuhan, bukan ibadah yang diukur oleh Tuhan. Ini sangat merugikan sekali, karena ibadah semacam ini adalah kesia-siaan, menghabiskan waktu, tenaga, energi tanpa hasil.
Mau melayani, tetapi tidak mau berubah, bukankah ini adalah kesia-siaan? Beribadah dengan susah payah, tetapi keras hati, ini adalah hal yang sia-sia, tidak ada artinya. Untuk apa kita melakukan hal yang sia-sia? Hanya menghabiskan waktu dan tenaga saja.

Matius 27:51
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

Setelah Yesus menyerahkan nyawa-Nya, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Artinya; doa penyembahan yang disertai penyerahan diri inilah yang akan menembusi takhta Allah, sama artinya; membawa kita sampai kepada hadirat Allah, itulah Kerajaan Sorga.

Kehendak sendiri tidak akan membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Yang membawa masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah penyembahan yang disertai dengan penyerahan diri, taat kepada kehendak Allah, patuh kepada segala keputusan Allah. Inilah ibadah yang diukur.
Ada tujuh perkara di sorga, di antaranya ada dua kegiatan, salah satunya adalah hamba-hamba-Nya beribadah kepada-Nya, inilah yang dikerjakan oleh hamba-hamba Tuhan yang beribadah di sorga.

Tentang: MEZBAH yang diukur oleh Tuhan.
Mezbah yang diukur ialah terhubung langsung dengan salib Kristus, sehingga pelayanan itu menjadi sempurna. Kalau melayani Tuhan, tetapi pelayanan itu tidak terhubung langsung dengan salib Kristus, pelayanan semacam ini tidak diukur oleh Tuhan, tidak berkenan kepada Tuhan.
Melayani mezbah tetapi tidak terhubung langsung dengan salib, pelayanan semacam ini bersifat Taurat, inilah pelayanan lahiriah, pelayanan yang tidak ada artinya. Mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, itu tidak ada artinya. Datang di tengah-tengah ibadah pelayanan sepertinya mempersembahkan tubuhnya kepada Tuhan, tetapi manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan seutuhnya, itu tidak ada artinya.

Ibrani 13:10-12
(13:10) Kita mempunyai suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. (13:11) Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. (13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.

Mezbah atau pelayanan itu disempurnakan oleh Yesus sendiri di atas kayu salib, itu sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang, artinya; Yesus rela meninggalkan keindahan sorgawi, juga melepaskan kemuliaan-Nya dan Ia turun ke dunia ini untuk menderita di atas kayu salib. Ia telah menderita di luar pintu gerbang, keluar dari sorga yang mulia, tidak mempertahankan harga diri dan kemuliaan-Nya, Dia turun ke dunia ini untuk menderita di atas kayu salib.
Jadi jelas, mezbah itu terhubung langsung kepada salib supaya pelayanan itu sempurna.

Allah tidak cukup hanya berfirman kepada umat-Nya. Kalau hanya berfirman, tetapi Yesus tidak menderita di luar pintu gerbang, tidak meninggalkan sorga-Nya yang mulia, tidak melepaskan diri dari segala keindahan sorga-Nya, maka itu hanyalah sebuah slogan (teori), tetapi nol, tidak ada artinya. Tetapi di sini kita melihat; Tuhan tidak hanya berfirman kepada umat-Nya, namun sekaligus menyatakan kasih-Nya. Dia menyatakan praktek firman, itu kasih.

Tujuannya.
Ibrani 13:12
(13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.

Tujuannya adalah untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. Jadi, mezbah itu disempurnakan oleh salib.
Kalau seorang pelayan Tuhan berdiri di atas mezbah, tetapi pelayanan itu tidak terhubung langsung dengan salib, itu merupakan pelayanan (mezbah) yang tidak masuk dalam ukuran Tuhan.

Jangan kita salah mengerti di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan. Hati-hati dengan pernyataan-pernyataan Setan di hari-hari terakhir ini untuk memutarbalik fakta. Setan itu pandai sekali untuk memutarbalik fakta; yang benar menjadi salah, yang salah dibenarkan, bertolak-tolakan dengan cara kerja Allah di dalam penyelamatan umat manusia.
Hari-hari ini Satan gencar sekali berkata: “Karena Tuhan sudah menderita di atas kayu salib, maka kita pun tidak perlu menderita lagi, karena Dia sudah menanggungnya di atas kayu salib.” Inilah pernyataan Setan di hari-hari terakhir ini, kita harus menyingkir dari sana segera, jangan coba-coba di raba.

Ibrani 13:13
(13:13) Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.

Oleh sebab itu, imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan, marilah kita melayani Tuhan, mezbah Tuhan, disertai dengan dua tanda.
1.     Pergi kepada-Nya di luar perkemahan, artinya; melayani dengan tidak mempertahankan harga diri, tidak mempertahankan egosentris, tidak mempertahankan keakuan dan tidak mempertahankan kebenaran diri sendiri.
2.     Pergi kepada-Nya untuk menanggung kehinaan-Nya, artinya; melayani Tuhan disertai dengan rela menanggung penderitaan dan rela berkorban, antara lain korban tenaga, korban pikiran, korban waktu, korban uang, korban materi, korban dengan segala perkara lain yang kita miliki. Pergilah kepada-Nya untuk menanggung kehinaan-Nya itu.

Ini dua tanda penting. Jadi jelas, kita tidak perlu ragu lagi bahwa mezbah itu terhubung langsung dengan salib untuk menyempurnakan mezbah atau pelayanan kita di hari-hari ini.

Ciri-ciri mezbah atau pelayanan yang diukur oleh Tuhan.
Ibrani 13:14
(13:14) Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang.

Dunia ini bukanlah tempat tinggal kita, sebab dunia ini sifatnya sementara, tidak kekal.

Pada mulanya, manusia dibentuk segambar serupa dengan Allah (sama mulia dengan Allah), kemudian manusia itu ditempatkan di taman Eden atau Firdaus untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden, sehingga boleh menikmati suasana sorga serta keindahan-keindahan, baik dalam nikah dan rumah tangga, hidup, ibadah, menikmati semua keindahan-keindahan-Nya. Itu yang terjadi terhadap diri Adam dan isterinya. Tetapi setelah manusia itu jatuh ke dalam dosa, karena melanggar hukum Allah, maka Allah pun mengusir mereka bagaikan terlempar ke bumi.
Pendeknya: Kita tidak boleh lupa asal usul kita. Karena kita berasal dari sorga, maka kita juga harus kembali ke dalam sorga, jangan lupa asal usul. Maksudnya ialah jangan kita terlena di bumi ini oleh karena kerajaan dunia dengan segala kemegahannya, dengan lain kata; tidak boleh terikat dengan segala sesuatu yang ada di bumi ini.

Jangan lupa, kita berasal dari sorga. Maka kita harus kembali ke sorga. Jangan terlena dengan segala sesuatu yang ada di bumi. Jangan terlena dengan kerajaan dunia dan kemegahannnya, tidak boleh terikat dengan perkara lahiriah.
Kita dari Allah, dari sorga, diciptakan segambar serupa dengan Allah, tetapi oleh karena dosa, bagaikan dilempar ke bumi, tetapi kita harus berjuang untuk kembali ke sana, harus berjuang.
Jangan lupa, ingatlah itu, biarlah hal itu tertanam bagaikan patam di serban seorang imam besar.

Ibrani 11:13-16
(11:13) Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. (11:14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. (11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. (11:16) Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.

Saksi-saksi iman mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi, tidak terikat dengan segala kerajaan dunia dan kemegahan-kemegahannya. Namun mereka dengan rindu mencari tanah air sorgawi, tanah air yang lebih baik dari tanah air dunia ini, karena bumi ini bukan tempat kita yang kekal.
Kita bukan berasal dari dunia ini, tetapi berasal dari sorga, dari Allah, diciptakan segambar serupa dengan Allah. Kalau pun hari ini, detik ini kita ada di bumi ini, itu bagaikan dilemparkan oleh karena dosa, tetapi ingat; jangan lupa asal usul kita, karena kita dari Allah, dari sorga, kita harus kembali, merindu dengan tanah air sorgawi. Jangan terikat dengan perkara lahiriah, jangan terlena dengan yang ada di dunia ini.

Kalau sudah punya kedudukan, jabatan, bagus, tidak salah. Punya pendidikan yang tinggi, itu bagus, tidak salah. Tetapi jangan terlena, jangan terikat, jangan lupa asal usul bahwasanya kita berasal dari Allah, dari sorga. Kita harus tetap merindu tanah air yang lebih baik, itulah tanah air sorgawi.

Ibrani 11:15
(11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.

Kalau kita ingat akan tanah asal kita, yang telah kita tinggalkan itu, sekarang Tuhan masih menyediakan kesempatan seluas-luasnya bagi kita. Selagi masih ada kesempatan, mari kita hargai, karena kesempatan yang Tuhan berikan merupakan panjang sabar-Nya Tuhan, kemurahan Tuhan.

Jangan sia-siakan kemurahan Tuhan, jangan sampai tergelincir, sebab kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Manfaatkan waktu yang singkat ini, sebab kesempatan yang luas ini merupakan panjang sabar-Nya Tuhan bagi kita, kemurahan hati Tuhan, jangan disia-siakan.
Jangan seperti Esau yang sibuk berburu daging, tetapi biarlah kita menjadi kehidupan yang tenang, berarti hidup dalam doa penyembahan, tinggal di dalam kemah, berdiam diri seperti Yakub. Berdiam diri, berarti; Tuhan yang mengambil alih semua keperluan kebutuhan kita.
Tuhan masih menyediakan kesempatan, jangan sia-siakan, jangan bermasa bodo, jangan berpikir picik, jangan berpikir sempit, tetapi berlakulah bijaksana terhadap segala sesuatu yang ada ini. Lihat tanda-tanda zaman, kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Ingat asal usul kita dari mana, jangan terlena. Kalau kita punya ini itu, uang, harta, kekayaan, jangan terlena, jangan terikat, sebab kita harus kembali ke tanah air yang lebih baik, itulah tanah air sorgawi. Kita rindu Yerusalem baru.

Ibrani 13:15-18
(13:15) Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. (13:16) Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah. (13:17) Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. (13:18) Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik.

Syarat-syarat untuk mencari tanah air sorgawi:
1.     Senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yakni ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya, sama dengan; berbicara atau berkata-kata yang bersifat membangun orang lain.
2.     Jangan lupa berbuat baik dan memberi bantuan kepada sesama, apalagi di tengah ibadah dan pelayanan ini. Mengapa demikian? Sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah. Jangan hitung-hitungan.
3.     Sidang jemaat taat kepada pemimpin sidang jemaat, bahkan tunduk kepada pemimpin sidang jemaat.
Ini adalah syarat-syarat mutlak untuk mencari tanah air sorgawi.

Pertanyaannya: Mengapa harus taat dan tunduk kepada pemimpin sidang jemaat?
Jawabnya: Sebab tugas dari seorang pemimpin jemaat adalah berjaga-jaga terhadap jiwa-jiwa yang dilayani, itulah sidang jemaat.
Gembala yang baik itu memperhatikan domba-dombanya;
-       Membaringkan domba-dombanya di rumput yang hijau. Saat ini kita sudah dibaringkan di rumput yang hijau, dengan bukti; kita boleh menikmati pembukaan rahasia firman.
Seperti kesaksian tadi (kesaksian dari saudari Maria): Gulungan kitab yang terbuka itu berawal dari padang rumput yang hijau, sampai akhirnya menjadi latar belakang dari tangga untuk sampai ke langit, di ujungnya Tabut Perjanjian. Itu tugas pemimpin sidang jemaat; berjaga-jaga.
-       Kemudian, dituntun ke air yang tenang. Kita boleh minum dari Roh yang satu, sehingga kita menikmati karunia-karunia, jabatan-jabatan Roh Kudus yang dipercayakan oleh Tuhan, sampai terus memimpin kita kepada doa penyembahan, yang membawa kita sampai ke hadirat Tuhan. Hidup dalam doa penyembahan, sama dengan; berjaga-jaga.

Sesudah saya menyembah kepada Tuhan, dalam doa selalu ingat sidang jemaat, keluarga Allah GPT “BETANIA” dalam doa. Saya melakukan itu tidak dengan terpaksa, tidak dengan sungut-sungut, walaupun yang saya doakan itu memberontak, keras hati, sombong, angkuh, tidak dengar-dengaran, melayani karena keinginan sendiri, tetap saya doakan, sebab itu adalah tanggung jawab saya sebagai pemimpin sidang jemaat. Yang malas-malas beribadah, yang kikir, tidak mengerti pekerjaan Tuhan, terus saya doakan, supaya hidupnya terpelihara. Karena suatu kali nanti Tuhan akan tuntut itu semua kepada pemimpin sidang jemaat.

Kita sudah melihat tiga syarat ini supaya kita lakukan, dan yang terakhir adalah taat kepada pemimpin sidang jemaat, bahkan tunduk kepada pemimpin sidang jemaat.
Pemberitaan firman ini bukan hanya di dalam negeri, tetapi sudah sampai kepada mancanegara, ke luar negeri, di lima benua, tiap-tiap negara. Saat ini juga saudara-saudara kita yang terkasih sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming di dalam maupun di luar negeri. Anak-anak Tuhan yang sedang mengikuti di Amerika, di Jerman, di Belanda, di Rusia, Portugal, Prancis, dan negara-negara lainnya, mereka juga mengikuti firman penggembalaan secara live streaming.
Saya berdoa; keluarga sidang jemaat GPT ”BETANIA”, jika Tuhan percayakan, kita suatu kali kelak untuk mengunjungi mereka. Kalau Tuhan ijinkan, kita boleh bertemu dengan saudara kita yang di sana, baik yang di Amerika Serikat, baik yang di Jerman, baik yang di Belanda, baik yang di Portugal, baik yang di negara-negara lain manapun. Maka, pada saat kesempatan kita berkunjung, mari kita tunjukkan bahwa kita mengasihi pemimpin sidang jemaat supaya mereka juga mengerti tentang kesaksian dari sorga.

Sekali lagi saya tandaskan, yang diukur oleh Tuhan oleh buluh pengukur ialah:
1. Bait Suci Allah, terhubung langsung dengan Yerusalem baru, mempelai wanita Tuhan. Dengan ukuran Yerusalem baru 12.000 (dua belas ribu) stadia, panjang dan lebarnya sama, yang dikaitkan dengan 12 (dua belas) suku Israel, semuanya ialah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, inilah yang menjadi korban-korban sulung yang ditebus oleh Tuhan dari antara manusia sebagai inti mempelai wanita Tuhan, sesuai dengan Wahyu 7:1-7.
     Tetapi puji Tuhan dalam Wahyu 7:8, bayangan dari inti mempelai wanita Tuhan datang dari empat penjuru bumi, itulah bangsa kafir, asal kita ikuti cara apa yang sudah kita terima sore ini.
2. Mezbah, terhubung langsung dengan salib Kristus yang menyempurnakan pelayanan. Kalau mezbah tidak terhubung langsung dengan salib, maka pelayanan itu hanya bersifat Taurat.
3. Mereka yang beribadah di dalamnya. Puncak ibadah itulah doa penyembahan. Penyembahan itu harus disertai dengan penyerahan diri. Pada saat itulah tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, dengan demikian, terbuka jalan untuk berada di Tabut Perjanjian. Tabut Allah, takhta Allah, Kerajaan Sorga ditembusi oleh penyembahan yang disertai dengan penyerahan diri.

Tiga perkara tersebut diukur oleh Tuhan. Dengan apa yang sudah saya sampaikan di atas tadi, marilah kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, jangan diabaikan, jangan dientengkan, supaya Tuhan jangan entengkan nikah kita. Lihat, banyak nikah yang dientengkan, akhirnya hancur-hancuran; suami menderita, isteri menderita.

Mari kita membaca kembali Wahyu 11.
Wahyu 11:1-2
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. (11:2) Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."

Tiga hal diukur oleh Tuhan dengan tongkat pengukur, tetapi Bait Suci yang di sebelah luar dilarang untuk diukur. Mengapa demikian? Sebab telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain, itulah antikris, untuk diinjak-injak selama 42 (empat puluh dua) bulan, sama dengan; 3.5 (tiga setengah) tahun, sama dengan; 1.260 (seribu dua ratus enam puluh) hari, sama dengan; satu masa ditambahkan dua masa ditambah setengah masa.

Pelataran Bait Suci di sebelah luar, itulah halaman, tidak diukur oleh Tuhan, karena sudah diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sudah diserahkan kepada antikris untuk diinjak-injak selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Kalau terinjak-injak, serta terjadi pemenggalan leher oleh pedang antikris, namun masih bisa tetap bertahan, tidak menyangkal salib-Nya, puji Tuhan, tertolong. Tetapi pada saat aniaya antikris berlangsung, itu bukan perkara ringan yang harus dilalui oleh anak-anak Tuhan selama 3.5 (tiga setengah) tahun, itu adalah masa sulit bagi anak-anak Tuhan.
Bayangkan, hari ini, kadang;
-       Kalau tidak punya uang saja, sudah stress.
-       Kalau tidak makan satu hari saja, sudah stress.
-       Disinggung sedikit saja, sudah panas hati.
Bagaimana kita bisa lolos dari masa aniaya antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun?
Maka tadi saya katakan: Peristiwa 3.5 (tiga setengah) tahun itu bukanlah perkara ringan yang begitu saja mudah dilalui. Sebab itu, perhatikan dengan sungguh-sungguh.

Lukas 21:20
(21:20) "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat.

Yerusalem dikepung oleh tentara, dengan lain kata; pembinasa keji berdiri di tempat kudus, bersamaan dengan itu terjadilah aniaya selama 42 (empat puluh dua) bulan atau 3.5 (tiga setengah) tahun.

Lukas 21:22
(21:22) sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis.

Jangan saudara berkata bahwa hal ini akan berlalu begitu saja. Aniaya selama 3.5 (tiga setengah) tahun itu harus terjadi, karena Tuhan sendiri yang mengatakannya di dalam kitab suci.

Lukas 21:23-24
(21:23) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, (21:24) dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Yerusalem, kota kudus, akan diinjak-injak oleh antikris, maka celakalah ibu-ibu.
Ibu-ibu yang seperti apa?
1.     Ibu-ibu yang sedang hamil, ini menunjuk; kehidupan dari hamba Tuhan yang hanya memiliki asas-asas pertama atau dasar dari ajaran tentang Kristus, antara lain;
-       Setelah percaya, itulah Pintu Gerbang.

-       Selanjutnya bertobat, terkena pada Mezbah Korban Bakaran.
-       Lalu dibaptis, terkena pada Kolam Pembasuhan.
-       Bahkan telah dipenuhkan oleh Roh Kudus.

Inilah ibu-ibu yang sedang mengandung, asas-asas pertama. Ibu-ibu, menunjuk; hamba-hamba Tuhan, malaikat sidang jemaat, gembala sidang. Kalau ibu-ibu yang hamil celaka (binasa), bagaimana dengan sidang jemaat? Bagaimana respon saudara mendengar firman ini? Apakah setelah selesai ibadah tetap kembali ke habitat lama, tidak segera bekerja sesuai dengan langkah-langkah firman, bertahan dengan pendirian sendiri? Jangan mati konyol.
2.     Ibu-ibu yang menyusukan bayinya, menunjuk; kehidupan yang baru bertobat. Kalau ibu-ibu yang menyusukan bayinya saja celaka, bagaimana dengan sidang jemaat?

Ibrani 6:1-2
(6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, (6:2) yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal.

Asas pertama tentang ajaran Kristus;
-       Setelah percaya, terkena pada Pintu Gerbang.
-       Lalu bertobat, terkena pada Mezbah Korban Bakaran.
-       Selanjutnya dibaptis, terkena pada Kolam Pembasuhan.
-       Bahkan sudah dipenuhkan Roh Kudus, terkena pada Pintu Kemah.
Tetapi itu baru merupakan asas pertama, dasar dari kebenaran tentang ajaran Kristus. Selanjutnya, harus beralih kepada perkembangannya yang penuh.

Memang dalam asas-asas pertama, setiap penumpangan tangan oleh hamba-hamba Tuhan yang dipercayakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El-Kudus, di situ terjadi mujizat; yang sakit sembuh, yang lumpuh berjalan, terjadi pengusiran terhadap Setan, tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ, harus beralih kepada perkembangannya yang penuh, tinggalkan asas yang pertama. Kalau tidak, inilah daerah yang akan diinjak-injak oleh antikris, dianiaya selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Yang celaka ialah ibu-ibu hamil dan yang sedang menyusukan bayinya. Bagaimana dengan sidang jemaat?

Terimalah firman Tuhan dengan lemah lembut dan rendah hati. Berlakulah bijaksana. Jadilah dewasa, jangan pertahankan sifat kanak-kanak. Kerjakan firman Allah yang kita terima. Kita maju melangkah bersama dengan Firman Allah, sesuai dengan apa yang sudah kita terima sampai detik ini.
Saya, sebagai seorang pemimpin sidang jemaat, berdoa supaya sidang jemaat lebih sungguh-sungguh lagi di hari-hari terakhir ini; sungguh-sungguh ibadah, sungguh-sungguh melayani pekerjaan Tuhan.
Biarlah tiga perkara yang diukur oleh Tuhan menjadi bagian kita masing-masing, sehingga terlepas dari pemenggalan pedang antikris. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


Kita berasal dari sorga. Harus kembali ke sorga.
Jangan terlena dengan segala sesuatu yang ada di bumi oleh karena kerajaan dunia dan kemegahannnya. 
Jangan terikat dengan perkara lahiriah.
Jangan lupakan asal usul, tanah air sorgawi.

No comments:

Post a Comment