IBADAH RAYA MINGGU, 15 SEPTEMBER 2019
WAHYU PASAL 11
(Seri: 05)
Subtema: BAIT ALLAH YANG DIUKUR (Seri 3)
Shalom.
Pertama-tama
kita menaikkan puji syukur kepada Tuhan. Oleh karena rahmat dan kasih
karunia-Nya, kita diijinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu pada sore
petang ini. Puji Tuhan, terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya.
Saya tidak
lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.
Marilah kita
sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 11: 1
(11:1)
Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur
rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait
Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Perhatikanlah
kata-kata berikut ini: “Bangunlah dan
ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.”
Adapun alat
pengukur yang digunakan ialah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya,
jelas ini menunjuk kepada firman Allah. Sedangkan perasaan dan pikiran hati
manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia itu sendiri, tidak dapat
digunakan sebagai alat pengukur untuk mengukur tiga perkara di atas, termasuk
untuk mengukur hal-hal yang rohani atau perkara Ilahi, selain firman Allah yang
kekal, sebagai alat pengukur yang sejati.
Adapun tiga
hal yang diukur oleh buluh pengukur:
1.
Bait Suci Allah.
2. Mezbah.
3.
Mereka yang beribadah di dalamnya.
Mari kita berdoa,
kita memohon dengan segala kerendahan hati kepada Tuhan untuk dapat melihat
tentang tiga perkara di atas, yang diukur oleh tongkat, yaitu buluh pengukur
tersebut.
Kalau kita
perhatikan di sini, pertama-tama yang diukur oleh Tuhan adalah Bait Suci
Allah.
I. BAIT SUCI ALLAH (Seri 3)
Kita
akan memperhatikan tentang Bait Suci Allah. Pada minggu yang lalu sudah
disinggung mengenai Bait Suci Allah dari 2 Korintus 6, tetapi rupanya, oleh
karena kemurahan Tuhan, kita diijinkan untuk kembali memperhatikan 2
Korintus 6.
2 Korintus
6: 14-16
(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang
tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah
terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat
bersatu dengan gelap? (6:15)
Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama
orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita
adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah
ini: "Aku akan diam bersama-sama
dengan mereka dan hidup di tengah-tengah
mereka, dan Aku akan menjadi Allah
mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
“Karena kita adalah bait dari Allah yang
hidup menurut firman Allah.”
Berarti,
untuk menjadi Bait Suci Allah yang hidup, ukurannya
adalah firman Allah, bukan menurut pikiran dan pengertian manusia itu
sendiri.
Tetapi
manusia daging berusaha untuk menyingkir, berusaha untuk mengelak, menolak,
ketika firman Allah mengoreksi kehidupannya.
Yang menjadi
pertanyaan bagi kita sekarang: KAPAN KITA MENJADI SEMPURNA, jika kita selalu
mengelak atau menyingkir bahkan menolak koreksi firman Allah? Sementara
pengertian dan pikiran manusia tidak dapat digunakan sebagai alat pengukur
untuk tiga perkara di atas tadi.
Mungkinkan
kita menjadi Bait Suci Allah, bahkan sempurna, hanya karena kita memiliki
harta, kekayaan, kedudukan, jabatan yang tinggi, bahkan karena mempunyai uang
yang banyak? Hal itu tidak mungkin. Pengertian manusia, termasuk harta,
kekayaan, kedudukan, jabatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, bahkan uang
yang banyak, tidak bisa dijadikan jaminan sebagai alat pengukur, kecuali firman
Allah sebagai alat pengukur yang sejati. Justru sebaliknya, perkara-perkara
yang lahiriah tadi, hal itu bisa menjadi pemicu sehingga kita semakin jauh dari
Tuhan. Contohnya:
-
Seperti jemaat di Laodikia.
- Seperti
orang muda yang kaya.
-
Seperti orang kaya yang bodoh.
Justru oleh
karena hal-hal yang mereka miliki, membuat mereka semakin jauh dari Tuhan,
mereka tidak mau dikoreksi oleh firman Tuhan.
Jangan kita
tidak mau tahu dengan apa yang sudah kita dengar pada saat sore hari ini.
Jangan menjadi orang yang bebal. Sebentar menangis, sebentar acuh tak acuh,
mengelak terhadap koreksi firman Allah, sengaja melupakan koreksi firman Allah.
Matius 23:
1-3
(23:1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak
dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (23:2)
"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (23:3) Sebab itu turutilah dan
lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu
turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya.
Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa, melayani dalam bentuk
hukum Taurat.
Sayangnya,
mereka mengajar, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya, berarti; mereka
mengelak, menyingkir terhadap koreksi firman Allah yang telah mereka sampaikan
sendiri.
Matius 23:
4-5
(23:4) Mereka mengikat beban-beban berat,
lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau
menyentuhnya. (23:5) Semua
pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;
mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi mengajar orang lain tentang memikul salib, tetapi
mereka sendiri tidak mau memikulnya, sebab tujuan mereka beribadah dan melayani
adalah hanya dimaksud supaya dilihat oleh orang lain.
Pendeknya:
Orang yang mengelak, menyingkir terhadap koreksi firman, ibadah mereka hanyalah
sebatas mencari pujian dan hormat dari manusia.
Dan memang
kalau kita perhatikan Matius 23: 5-7, betul-betul mereka menampilkan
atribut-atribut yang melekat pada diri mereka dengan tujuan hanya untuk mencari
pujian dan hormat, supaya orang lain melihat bahwa mereka hebat, tetapi
sebetulnya mereka sedang menolak, menyingkir dari koreksi firman Allah.
Untuk apa
kita beribadah, untuk apa melayani semacam ini, bukankah tidak ada artinya?
Jelas,
ahli-ahli Taurat dan orang Farisi adalah manusia daging, yang hanya menuruti
nafsunya saja.
Kerugian yang terjadi jika beribadah dan
melayani dengan ukuran manusia.
2 Korintus
10: 12
(10:12) Memang kami tidak berani menggolongkan
diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan
diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka
sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya
mereka!
Mengukur
dirinya sendiri dengan menggunakan ukuran manusia, tetapi tidak mau diukur oleh
firman Allah, itu merupakan perbuatan bodoh.
Siapakah
orang senantiasa menggunakan ukuran manusia? Mereka itu adalah orang yang
senantiasa memuji-muji dirinya sendiri.
2 Korintus
10: 17-18
(10:17) "Tetapi barangsiapa bermegah,
hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (10:18) Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji,
melainkan orang yang dipuji Tuhan.
Barangsiapa
bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan, bermegah oleh karena kasih dan
rahmat Tuhan.
Artinya,
apapun yang telah kita capai di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, ukurannya
tetap adalah firman Allah. Jangan bermegah.
Oleh sebab
itu, jangan kita memuji-muji diri sendiri, sebab orang yang suka memuji
dirinya sendiri adalah orang tidak tahan uji.
Sebaliknya,
orang yang tahan uji adalah orang yang dipuji oleh Tuhan sendiri (bukan memuji
diri sendiri), sebab itu; Bait Suci Allah diukur oleh firman Allah. Ukurannya
bukanlah hasil pekerjaan yang kita capai, melainkan firman Allah.
Sekarang
kita bertanya-tanya: SEPERTI APA ORANG YANG DIPUJI TUHAN ITU?
1 Petrus 2:
6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih,
sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak
akan dipermalukan."
Yesus, Anak
Allah, mendapat pujian dari Allah Bapa, sebab Allah Bapa sendiri mengakui bahwa
Anak adalah, batu yang terpilih dan batu penjuru yang mahal.
Jadi, yang
memuji Anak adalah Bapa. Anak tidak pernah memuji diri sendiri, selain Bapa.
Itu bisa dilihat dari pernyataan, dan pengakuan Allah: “Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru
yang mahal.”
Kalau hanya
bisa menyampaikan firman Tuhan (berkotbah), tetapi tidak melakukannya, ia tidak
mendapat pujian dari Allah.
Saya
berharap, sidang jemaat termasuk umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan, pemirsa yang
sedang mengikuti live streaming,
perlu untuk diketahui: Kalau hamba Tuhan hanya pandai kotbah, tetapi tidak
mempraktekkannya, tidak melakukan apa yang disampaikannya; tidak mendapat
pujian dari Tuhan, mereka hanya mencari pujian dan hormat dari manusia semata
dan hamba Tuhan semacam ini tidak tahan terhadap ujian.
Berbeda
dengan Anak; Dia mendapat pujian dan hormat dari Bapa, sebab Dia betul-betul
batu yang terpilih dan batu penjuru yang mahal.
Supaya kita
juga menjadi Bait Allah yang diukur, maka kita belajar untuk mencari pujian
dari Tuhan, sebab di sini dikatakan: Siapa
yang percaya kepada-Nya, itulah batu terpilih dan batu penjuru yang mahal, tidak akan dipermalukan oleh Tuhan,
melainkan dipelihara, dibela, dilindungi oleh Tuhan, diberkati dengan limpah,
tidak kekurangan.
Biarlah kita
belajar seperti Anak, mendapat pujian dan hormat dari Bapa.
Kita
bersyukur, betul-betul pengertian, pandangan manusia, dan pikiran manusia,
serta perasaan manusia, tidak bisa dipakai sebagai alat pengukur untuk hal-hal
yang rohani, perkara Ilahi, apalagi tiga perkara dalam Wahyu 11: 1.
Tidak boleh
terpaksa beribadah melayani Tuhan, tidak boleh terpaksa dalam berkorban untuk
pekerjaan Tuhan, tidak boleh terpaksa memikul salib, karena Anak tidak terpaksa
memikul beban dosa kita.
1 Petrus 2:
7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia
mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang
oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah
menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
Perhatikan
kalimat: “Batu yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan.”
Siapakah
tukang-tukang bangunan yang tidak menghargai korban Kristus itu? Mereka itu
adalah:
-
Ahli-ahli Taurat, yang disebut juga
dengan orang-orang Farisi.
- Imam-imam
kepala,
kalau sekarang disebut pemimpin-pemimpin dalam rumah Tuhan.
-
Tua-tua orang-orang
Yahudi. Berarti untuk sekarang ialah mereka yang dituakan dalam sidang
jemaat.
Sebetulnya,
mereka ini adalah golongan yang terpandang, golongan cendekiawan menurut ukuran
manusia, tetapi justru mereka tidak menghargai korban Kristus, mereka itulah
tukang-tukang bangunan yang membuang batu itu.
Dan memang,
kalau kita kembali lagi pada kitab Kejadian 3, yang dipakai oleh Setan
untuk memperdaya manusia adalah ular. Mengapa ular? Karena ular adalah yang
paling cerdik dari antara semua binatang.
Lihatlah
mereka ini;
-
Bukankah mereka itu adalah ahli-ahli Taurat, disebut
juga orang-orang Farisi?
- Bukankah
mereka itu adalah imam-imam kepala, pemimpin dalam rumah Tuhan?
-
Bukankah mereka itu adalah tua-tua orang Yahudi?
Bukankah
mereka itu orang terpandang? Bukankah mereka itu adalah cendekiawan?
Tetapi
hati-hati dengan segala kecerdikan; Kalau tidak tulus, bisa menjadi kaki tangan
Iblis atau Setan. Mereka itu tidak mendapat pujian dan hormat dari Tuhan.
1 Petrus 2:
8
(2:8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak
taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
Tukang-tukang
bangunan “Tidak taat kepada Firman Allah”, dengan lain kata; tidak mau
dikoreksi, mereka mengelak ketika dosa-dosanya diperlihatkan lewat koreksi
Firman Allah, mereka tersandung.
Maka Rasul
Paulus juga pernah menyatakannya:
-
Orang-orang Yunani (bangsa kafir), mencari
hikmat di tengah ibadah dan pelayanan.
-
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda-tanda
heran (mujizat-mujizat) semata, misalnya; yang sakit sembuh, ada pelepasan
(mengusir Setan), dan lain sebagainya, di dalam ibadah pelayanan itu.
Tetapi
sekalipun orang Yahudi dan orang Yunani beribadah melayani dengan cara yang
demikian, Rasul Paulus berkata: “Tetapi
kami memberitakan Kristus yang disalibkan.” Rasul Paulus tetap memberitakan
firman tentang salib Kristus, dia memiliki pendirian yang kuat, dia tidak
mencari pujian dan hormat dari manusia. Dia senantiasa belajar taat seperti
Yesus, Anak Allah, yang senantiasa dipuji dan dihormati oleh Bapa sendiri.
Maka jangan
berlaku munafik di dalam beribadah melayani; pura-pura baik padahal tidak baik,
pura-pura rendah hati dan menurut padahal tidak. Biar hati kita betul-betul
dikoreksi oleh firman Allah, supaya kita mendapat pujian dan hormat dari Tuhan,
sedangkan ahli Taurat, orang Farisi, imam-imam kepala dan tua-tua (cendekiawan,
orang yang cerdik), justru mengecilkan korban Kristus. Mengapa? Karena mereka
mengelak, lari dari kenyataan, mereka menyingkir, menolak ketika firman Allah
datang mengoreksi kehidupan mereka.
Tidak ada
yang tersembunyi, semua jelas terlihat oleh Tuhan asal kita betul-betul
mengakui firman Tuhan, taat kepada firman Tuhan.
2 Korintus
6: 11-12
(6:11) Hai orang Korintus! Kami telah berbicara
terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi
kamu. (6:12) Dan bagi kamu ada
tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat
yang sempit di dalam hati kamu.
Rasul Paulus
betul-betul mau menerima kekurangan dari jemaat di Korintus, ia tidak melihat
kelemahan dari jemaat di Korintus, tidak melihat noda kekafiran dari bangsa
kafir, itu sebabnya Rasul Paulus berkata: “Hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu”, sebab Rasul Paulus memiliki
pendirian yang teguh, dia tidak mencari pujian dan hormat dari manusia, dia
tetap memberitakan firman tentang salib Kristus.
Tetapi
sebaliknya, bagi jemaat di Korintus pemberitaan tentang Firman Allah hanya
tersedia tempat yang sempit di dalam hati mereka.
Apa arti
semuanya ini? Jemaat di Korintus tidak membuka hati terhadap pemberitaan firman
Allah, itulah firman tentang salib Kristus, sama artinya; tidak mau dikoreksi
oleh Firman Allah. Mereka ini juga termasuk jemaat yang menolak, menyingkir,
lari dari kenyataan, ketika firman datang untuk mengoreksi.
Memang,
ketika firman Allah datang mengoreksi, itu bagaikan kehidupan yang dioperasi
oleh pedang yang tajam; sakit bagi daging, tetapi hasilnya; segala penyakit
disembuhkan.
Tetapi di
sini kita melihat; terlalu sempit hati mereka terhadap pembukaan firman, dengan
lain kata; mereka lari dari kenyataan, mereka mengelak, dan menolak, ketika
firman Allah datang untuk mengoreksi.
2 Korintus
6: 13
(6:13) Maka sekarang, supaya timbal balik -- aku
berkata seperti kepada anak-anakku --: Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!
Kepada
jemaat di Korintus, Rasul Paulus memberi nasihat atau saran yang baik, yaitu: “Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!”
Artinya;
memberi diri ketika firman Tuhan datang mengoreksi segala isi hati kita yang
paling dalam sekalipun. Jangan lari dari kenyataan, jangan mengelak dan
menyingkir ketika firman Tuhan datang untuk mengoreksi.
Apa yang dimaksud dengan: “Bukalah hati kamu selebar-lebarnya” ?
2 Korintus
6: 14-16
(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang
tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah
terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang
dapat bersatu dengan gelap? (6:15)
Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian
bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah
dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut
firman Allah ini: "Aku akan diam
bersama-sama dengan mereka dan hidup di
tengah-tengah mereka, dan Aku akan
menjadi Allah mereka, dan mereka akan
menjadi umat-Ku.
Rasul Paulus
berkata: “Bukalah hati kamu
selebar-lebarnya” terhadap koreksi firman.”
Tujuan dari
koreksi firman adalah supaya jemaat di Korintus terlepas dari noda kekafiran,
yaitu: kedurhakaan, gelap, Belial,
orang-orang tak percaya, berhala.
Sekali lagi
saya tandaskan, sebagaimana yang sudah saya sampaikan minggu lalu: Biarlah
orang mati mengubur orang mati. Jangan menjamah noda kekafiran supaya kita
jangan menjadi najis.
Persamaan
lima perkara di atas.
1.
Kedurhakaan, menunjuk;
orang-orang yang suka memberontak.
Kita pernah melihat
pemberontak, seperti;
- Bani Korah,
Datan, Abiram dan On, mereka memberontak kepada Musa karena bani Korah menuntut
pangkat imam. Mengapa dia menuntut pangkat imam? Karena dia merasa lebih layak,
merasa lebih suci, merasa benar, merasa lebih berkenan di hadapan Tuhan.
- Ada lagi
kedurhakaan terjadi terhadap Musa dari Miryam dan Harun, yang suka
mengata-ngatai adiknya. Mengapa? Karena Miryam dan Harun merasa layak di
hadapan Tuhan.
Akhirnya,
Tuhan menimpa mereka dengan penyakit kusta. Kusta itu seluruh tubuh putih,
tetapi sebetulnya adalah penyakit, itulah kebenaran diri sendiri.
Dan
akhirnya nanti, juga Setan memberontak kepada Tuhan. Mengapa? Karena dia ingin
menyamai Yang Mahatinggi, merasa diri layak untuk menyamai Yang Mahatinggi.
Juga
di hari-hari ini akan timbul pengejek-pengejek. Mengapa? Karena mereka sudah
dikuasai oleh roh pendurhakaan.
2.
Gelap, sama
dengan; malam.
Kegunaan malam
adalah tempat untuk menyembunyikan segala jenis dosa.
Kalau dosa
disembunyikan dalam kegelapan, maka tentu mata manusia tidak melihat, tetapi
perlu untuk diketahui: Mata Tuhan melihat. Manusia hanya melihat apa yang ada
di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.
Maka yang disebut
dengan perbuatan-perbuatan malam ialah:
- Mabuk, menunjuk;
orang yang hidup menurut hawa nafsu daging, itu perbuatan malam.
- Tidur, menunjuk;
si pemalas, di mana daerah atau zonanya adalah tempat tidur. Tidur sebentar lagi,
mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring.
Itu
adalah noda kekafiran. Tidak boleh kita melayani tetapi noda kekafiran semacam
ini masih ada.
3.
Belial, sama
dengan; Setan atau roh si dajjal,
yang memungkinkan manusia sehingga mengadakan keonaran dan kelaliman.
4. Orang-orang tak percaya, menunjuk;
orang-orang yang bergantung pada manusia dan kekuatannya, dengan lain kata
tidak mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Siapa yang mau percaya kepada Tuhan,
bergantunglah pada kemurahan Tuhan, jangan bergantung kepada manusia dan
kekuatannya. Kalau tergembala; dengar-dengaran, ikuti gembala, itulah firman
Pengajaran Mempelai yang telah menggembalakan kita sampai saat ini, dengar
suaranya. Jangan dengar suara pengertian hatimu, supaya berhasil, diberkati.
Contoh: Suatu kali
saya melihat salah satu dari sidang jemaat kepayahan dalam mencicil motornya,
lalu saya katakan: berhentikan saja, beli motor yang baru walaupun second, supaya lebih murah. Dia
melakukannya, tepat seperti apa yang saya sampaikan, dan hari ini dia diberkati
oleh Tuhan. Motor itu tidak menjadi masalah bagi dia sekarang, berhenti
cicilannya sampai dengan sekarang. Itu kalau dengar-dengaran.
Berbeda dengan orang
yang tidak dengar-dengaran; jatuh dalam berbagai pencobaan karena dia diseret
oleh hawa nafsunya, keinginannya, maunya, sebab itu; tidak perlu kita gengsi
dalam hal dengar-dengaran kepada Pengajaran Mempelai yang sudah terang-terangan
menggembalakan kita.
5. Berhala, artinya; segala
sesuatu yang melebihi dari Tuhan. Misalnya; meninggalkan ibadah dan pelayanan
karena uang, karena pekerjaan, karena kesibukan, karena kuliah, karena
kedudukan, karena jabatan, karena karir, karena pendidikan yang tinggi, dan
lain sebagainya, semua hal-hal itu adalah berhala kalau itu dinomorsatukan.
Saya tambahkan
sedikit, perlu untuk diketahui: Yang menyelamatkan kehidupan kita adalah dua
tangan Tuhan yang kuat, yang membawa kita dekat kepada Tuhan adalah dua tangan
Tuhan yang kuat, bagaikan dua kepak sayap Allah membawa bangsa Israel sampai ke
tanah perjanjian, dekat dengan Allah, bukan berhala-berhala.
Kita ditebus dari
cara hidup yang sia-sia yang diwariskan dari nenek moyang (dari orang tua),
dengan darah yang mahal. Sementara segala jenis berhala tidak mempunyai darah
untuk menebus dosa kita.
Itu semua
harus dimengerti, dicamkan dengan baik, supaya kita tidak menjadi pasangan yang
tidak seimbang, dan akhirnya kita bisa tertolong, tidak binasa, bahagia sampai
selama-lamanya dalam kebahagiaan yang kekal.
Untuk
mencapai kebahagiaan yang kekal ini, mari kita perhatikan jalan keluarnya.
Jalan keluar.
2 Korintus
6: 16
(6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?
Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama
dengan mereka dan hidup di
tengah-tengah mereka, dan Aku akan
menjadi Allah mereka, dan mereka
akan menjadi umat-Ku.
Ukuran dari
Bait Allah adalah Firman Allah, bukan pengertian manusia, bukan pandangan
manusia, bukan perasaan manusia, bukan yang lain-lain. Itulah tongkat atau
buluh pengukur, yaitu Firman Allah.
Adapun
Firman Allah yang menjadi ukuran dari Bait Allah yang dimaksud ialah:
- Aku akan diam bersama-sama dengan mereka.
- Dan hidup di tengah-tengah mereka.
- Dan Aku akan menjadi Allah mereka.
- Dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Firman Allah
ini menunjukkan, bahwa: Arah dari ibadah dan pelayanan kita adalah Yerusalem
baru, itulah mempelai wanita Tuhan yang turun dari sorga, dari Allah, yang
berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya, Kristus,
yang adalah Mempelai Pria Sorga.
Bukankah
saat ini kita sedang dihiasi oleh Tuhan? Dan perhiasan itu mendandani kita
kepada Kristus, yang adalah Mempelai Laki-Laki Sorga.
Lihat,
kecintaan dari Roh Kudus, itulah Yakub, kepada Yusuf, dibuktikan dengan memberikan
jubah yang maha indah, itu berbicara tentang karunia-karunia dan
jabatan-jabatan Roh-El Kudus, itulah yang menghiasi kehidupan kita sampai saat
ini, sampai hari Tuhan datang pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai
Pria Sorga.
Jadi, siapa
yang dihiasi oleh Tuhan? Mereka itu adalah orang-orang yang dicintai oleh Roh
Kudus, seperti Yakub lebih mencintai Yusuf dari pada anak-anaknya yang lain.
Berkat orang
yang berkata jujur adalah memperkembangkan kota. Tidak lain tidak bukan, jelas
ini adalah kota Yerusalem baru, mempelai wanita Tuhan.
Dari
pernyataan Allah, Firman Allah yang tertulis pada ayat 16 ini, jelas
arah dari ibadah pelayanan kita di muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba,
kelak berada dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, menjadi mempelai wanita
Tuhan.
Firman Allah
dalam 2 Korintus 6: 16, bila dikaitkan dalam pola Tabernakel terkena
pada TABUT PERJANJIAN, yang ada di dalam Ruangan Maha Suci.
Tabut
Perjanjian terdiri dari:
1.
Peti, menunjuk; gereja
Tuhan atau mempelai wanita Tuhan.
2. Tutupan
grafirat
dengan dua kerub di atasnya, menunjuk; Allah Trinitas, yaitu Tuhan Yesus
Kristus.
- Tutupan
grafirat, menunjuk; Yesus, Anak Allah.
- Kerub
(pertama), menunjuk; Allah Bapa.
- Kerub
(kedua), menunjuk; Allah Roh Kudus.
Adapun
persamaan dari Firman Allah dalam 2 Korintus 6: 16 dengan Tabut
Perjanjian, yaitu:
-
“Aku akan
diam bersama-sama dengan mereka”, menunjuk; Allah Bapa, yakni kerub
(yang pertama).
- “Dan hidup di tengah-tengah mereka”, menunjuk;
Allah Anak, yakni tutupan grafirat.
- “Dan Aku akan menjadi Allah mereka”, menunjuk;
Allah Roh-El Kudus, yakni kerub (yang kedua).
Kalimat
pertama sampai dengan kalimat ketiga, jelas terkena pada tutupan grafirat
dengan dua kerub di atasnya.
Berikutnya
kita melihat kalimat yang keempat:
- “Dan mereka akan menjadi umat-Ku”, menunjuk;
gereja Tuhan atau mempelai Tuhan, yaitu peti dari tabut perjanjian itu
sendiri. Itulah ukuran dari Firman Tuhan.
Saudara
jangan salah mengerti, bahwa ukuran dari Bait Allah bukanlah pengertian
manusia.
Kita tidak
menyalahkan mereka yang memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga mereka
berpikir secara intelektual, tidak salah. Bahkan hamba Tuhan punya gelar sampai
doktor pun, itu tidak salah. Tetapi yang mau saya sampaikan, yang mau saya
himbau dengan tandas, bahwa; ukuran untuk menjadi Bait Allah adalah Firman
Allah, di mana Bait Allah itu dibawa sampai kepada perjamuan kawin Anak Domba
Allah.
Ada cerita
dari teman-teman hamba Tuhan di Medan: begitu banyak hamba-hamba Tuhan berusaha
untuk melepaskan sidang jemaat yang mereka layani dari adat istiadat. Lalu ada
seorang hamba Tuhan berkata: Kalau sudah
lepas dari adat istiadat, jemaat mau dibawa ke mana?
Tetapi di
sisi lain, di dalam pelayanan mereka, hanya bangga sebatas mujizat, bangga
hanya sebatas diberkati. Sesungguhnya, itu belum menjadi tolak ukur sebagai
Bait Allah, tetapi tolak ukur yang benar adalah Firman Allah, di mana ibadah
pelayanan itu terus dibawa sampai kepada pesta nikah Anak Domba, itulah
sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, bukan yang
lain-lain.
Maka untuk
yang kesekian kali saya sampaikan kepada sidang jemaat: Tidak berlebihan
rasanya, bahwa kita adalah umat pilihan yang sangat diperhatikan, karena kita
semua digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Itulah Firman Allah yang menjadi ukuran.
Pengertian
ini jangan mau lagi digeser oleh karena pengertian-pengertian dari orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Dan hari-hari ini Setan begitu gencar untuk
memutar balik fakta, bahkan yang dipakai Setan untuk memutar balik fakta adalah
ular, karena ular adalah binatang yang paling cerdik, seperti tadi kita sudah
melihat orang-orang cendekiawan;
-
Bukankah mereka adalah ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi?
- Bukankah
mereka justru imam-imam kepala, pemimpin dalam rumah Tuhan?
-
Bukankah mereka tua-tua, orang yang terpandang?
Sebab itu:
Berhati-hatilah di hari-hari terakhir ini.
Kiranya Kita
semua menjadi Bait Suci Allah yang diukur oleh Tuhan, sesuai dengan apa yang
sudah kita terima sore hari ini dari Tuhan Yesus Kristus langsung, Dialah
Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang kita kasihi dan yang sedang kita
nanti-nantikan kedatangan-Nya untuk yang kedua kalinya, kita merindu untuk
menjadi mempelai wanita Tuhan.
Marilah,
satu dengan yang lain jangan saling lagi mendustai, melainkan berkata jujur,
sebab berkat orang jujur memperkembangkan kota. Kemudian, Tuhan memperlihatkan
Yerusalem baru, kota Mempelai, kepada orang yang jalannya lurus.
Di dalam
mengikuti Tuhan, tidak perlu kita neko-neko, apa adanya saja. Jangan hanya
terlihat tampilan luar baik, tetapi di dalam penuh dengan kepalsuan.
Kita
senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan; bagian luar dari Yerusalem tampak
baik, namun bagian dalamnya juga begitu indah, karena digambarkan bagaikan
permata yang paling indah, itulah permata yaspis, jernih seperti kristal,
transparan, tampil apa adanya.
Tadi kita
sudah melihat pengakuan dari Tuhan secara langsung kepada jemaat di Korintus,
itulah Firman Allah. Dan di sini juga diungkapkan kembali, sebagai bukti bahwa
betul-betul bahwa arah dari ibadah pelayanan di muka bumi adalah Yerusalem
baru, mempelai wanita Tuhan, tidak ada yang ditutup-tutupi.
Wahyu 21:
3-4
(21:3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari
takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia
dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan
Ia akan menjadi Allah mereka. (21:4)
Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut
tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap
tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Ketika
langit yang pertama, bumi yang pertama berlalu, dan laut pun tidak ada lagi,
maka tampillah mempelai perempuan Tuhan. Setelah mempelai perempuan tampil;
- Kemah Allah ada di tengah-tengah manusia.
- Dan Ia akan diam bersama-sama dengan
mereka.
- Mereka akan menjadi umat-Nya.
- Dan Ia akan menjadi Allah mereka.
Pada
akhirnya, mempelai wanita bersatu dengan Tuhan. Inilah ukuran itu, Firman Allah
adalah ukuran untuk menjadi Bait Allah. Berarti arah dari ibadah pelayanan kita
adalah Yerusalem baru, menjadi mempelai wanita Tuhan.
Jangan
digeser dari pengertian ini. Jangan digeser dari pengertian Firman, baik oleh
kedudukan, jabatan, uang, bisnis, pendidikan, karir, jangan mau digeser lagi.
Hari-hari ini adalah hari-hari yang jahat, tanda bahwa kedatangan Tuhan sudah
tidak lama lagi, jangan bermain-main dengan nyawa.
Keadaan dari
mempelai wanita Tuhan:
-
“Ia akan
menghapus segala air mata dari mata mereka”, berarti; tidak ada
lagi kesedihan. Apa yang menimbulkan kesedihan? Segala persoalan yang belum
terselesaikan. Tetapi Tuhan menghapus air mata dari mata mereka, berarti tidak
ada lagi penderitaan karena dosa, karena kejahatan dan karena kenajisan, sudah
selesai.
- “Maut
tidak akan ada lagi.”
- “TIdak akan ada lagi perkabungan”, berarti;
tidak ada lagi ratap tangis, tidak ada lagi dukacita, dan tidak ada lagi segala
sesuatu yang lama, termasuk kutuk nenek moyang.
Inilah
keadaan dari pada mempelai wanita Tuhan, Yerusalem yang baru, yang turun dari
sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.
Jangan kita
seperti lima gadis bodoh, yang tidak menghargai minyak urapan, padahal Roh
Kudus itu mengalir dari sorga turun ke bumi untuk menghiasi kehidupan kita
masing-masing, seperti Yakub mencintai Yusuf lebih dari anak-anak yang lain,
sehingga kepadanya diberikan jubah yang maha indah. Jangan kita bodoh.
Kalau kita
tahu itu adalah perbuatan bodoh, jangan mau diseret dan dipikat oleh keinginan
sendiri. Belajarlah bijaksana, belajarlah bersikap dewasa, jangan seperti
kanak-kanak; menyingkir ketika Firman Allah datang mengoreksi, lari dari
kenyataan.
Tetapi sore
hari ini, kita belajar menjadi dewasa, sampai kelak kita menjadi Bait Allah
yang diukur oleh Firman Allah, berarti; ibadah ini dibawa sampai kepada pesta
nikah Anak Domba, yaitu menjadi mempelai wanita Tuhan, itulah Yerusalem baru,
kota Mempelai, kota idam-idaman kita. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
Tidak boleh terpaksa
beribadah melayani Tuhan.
Tidak boleh terpaksa
mempersembahkan korban.
Tidak boleh terpaksa memikul salib.
karena Anak tidak terpaksa
memikul beban dosa kita.
beribadah melayani Tuhan.
Tidak boleh terpaksa
mempersembahkan korban.
Tidak boleh terpaksa memikul salib.
karena Anak tidak terpaksa
memikul beban dosa kita.
seseorang tidak akan menjadi
Bait Suci Allah yang diukur, bahkan sempurna
apabila mengelak, menyingkir & menolak
firman Allah mengoreksi hidupnya
sebab ibadah yang dijalankan & pelayanan yang dikerjakan
hanya sebatas mencari pujian dan hormat dari manusia.
No comments:
Post a Comment